Daimler Gandeng Uber Kembangkan Mobil Tanpa Sopir untuk Keperluan Ride-sharing

Seakan tidak bisa menutupi ambisinya terhadap mobil tanpa sopir, Uber terus melakukan upaya-upaya khusus untuk mempercepat realisasinya. Terakhir kita tahu, mereka sudah mengoperasikan armada mobil kemudi otomatis hasil kolaborasinya dengan Volvo.

Sejak awal Uber telah menyadari bahwa mereka tak mungkin bisa mewujudkan teknologi ini sendirian, utamanya karena mereka sama sekali tidak punya pengalaman di bidang produksi mobil. Itulah mengapa Uber terus mencari mitra kerja sama yang memang ahli di segmen otomotif, dan yang terbaru adalah perusahaan induk yang memayungi Mercedes-Benz, yakni Daimler.

Namun kemitraannya dengan Daimler ini sedikit berbeda ketimbang yang mereka jalani bersama Volvo. Kalau dengan Volvo, Uber pada dasarnya hanya meminjam SUV XC90, lalu memodifikasi dan membekalinya dengan sistem kemudi otomatis. Di sini, bisa dikatakan Daimler-lah yang lebih banyak bekerja.

Mobil maupun teknologi kemudi otomatisnya akan dibuat oleh Daimler sendiri, sedangkan Uber hanya berperan sebagai penyedia jaringan ride-sharing. Lebih lanjut, armada mobil tanpa sopir itu nantinya akan dioperasikan oleh Daimler, tapi penumpang-penumpang yang dijemput adalah konsumen Uber.

Kerja sama semacam ini menurut saya terkesan amat ideal karena masing-masing pihak bisa berfokus pada spesialisasinya masing-masing. Namun di sisi lain apakah ini berarti Uber mulai menyerah dengan teknologi kemudi otomatis garapannya sendiri? Bisa jadi, tapi bisa juga Uber sekadar mencoba segala opsi yang mereka miliki untuk mewujudkan ambisinya itu tadi.

Sumber: Uber dan TechCrunch.

Seriusi Segmen Otomotif, BlackBerry Buka Pusat Pengembangan Teknologi Kemudi Otomatis

BlackBerry yang kita kenal sudah tidak seperti dulu lagi. Pabrikan asal Kanada tersebut sudah mangkir dari bisnis smartphone dan memilih untuk berfokus pada pengembangan software saja. Pun demikian, pergeseran ini tidak membuat BlackBerry kehilangan ambisi untuk terus berinovasi.

Mungkin terdengar sedikit mengejutkan, segmen yang mereka tuju adalah otomotif. Memang tidak banyak yang tahu, akan tetapi melalui anak perusahaannya yang bernama QNX, BlackBerry sebenarnya sudah berperan dalam perkembangan industri otomotif selama 10 tahun terakhir dengan menjadi pemasok teknologi otentikasi untuk sistem telematika milik jutaan mobil.

Sekarang, mereka tampaknya sudah siap untuk melangkah lebih lanjut ke ranah kemudi otomatis. Pada tanggal 19 Desember kemarin, CEO John Chen meresmikan BlackBerry QNX Autonomous Vehicle Innovation Centre (AVIC), sebuah pusat pengembangan teknologi kemudi otomatis yang bertempat di markas QNX di kota Ottawa, Kanada.

Fokus BlackBerry dipusatkan murni pada pengembangan software-nya. Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, PolySync dan Renesas Electronics untuk mengembangkan mobil konsep berteknologi kemudi otomatis yang siap diuji di jalanan di negara bagian Ontario, Kanada.

Inisiatif BlackBerry ini menerima pujian sekaligus dukungan dari pemerintahan Kanada, dimana perdana menteri Justin Trudeau berharap ke depannya Kanada bisa menjadi pemimpin sekaligus pusat inovasi di bidang teknologi kemudi otomatis.

Terlepas dari itu, masalah yang kemungkinan harus BlackBerry hadapi datang dari nama yang tak kalah besar, yakni Apple. Akhir Oktober kemarin, Bloomberg melaporkan bahwa Apple telah menyiapkan tim khusus untuk mengembangkan sistem operasi mobil di Kanada. Tim khusus tersebut banyak beranggotakan mantan engineer QNX, dan lokasi mereka bekerja juga tidak jauh dari markas QNX sendiri.

Sumber: Engadget dan BlackBerry.

Hyundai Kembangkan Sistem Kemudi Otomatis yang Lebih Terjangkau dari Biasanya

Selama membahas mobil tanpa sopir dalam beberapa tahun ini, tanpa kita sadari sangat jarang yang membicarakan soal harga. Yang menjadi pertanyaan sebenarnya sederhana: sebagai konsumen, berapa budget yang harus kita sediakan untuk bisa meminang mobil tanpa sopir?

Kalau mempertimbangkan semua teknologi yang dipakai, mulai dari deretan sensor sampai bagasi yang pada dasarnya diisi oleh supercomputer, tentunya banderol harga mobil tanpa sopir bisa cukup tinggi. Jadi apakah ini artinya hanya golongan menengah ke atas saja yang bisa mengambil manfaat dari teknologi kemudi otomatis?

Menurut Hyundai, semestinya tidak seperti itu. Pabrikan asal Korea Selatan tersebut sedang sibuk mengembangkan sistem kemudi otomatis yang lebih ekonomis ketimbang yang sudah dikerjakan oleh pabrikan-pabrikan lain sekarang. Caranya adalah dengan mengurangi beban komputasi yang dibutuhkan.

Berkurangnya beban komputasi berarti unit komputer yang digunakan bisa lebih inferior daripada biasanya, yang pada akhirnya dapat menekan ongkos produksi sekaligus harga jual. Lalu apakah ini berarti kinerjanya jadi kurang bisa diandalkan?

Tidak juga. Pada prototipe Hyundai Ioniq yang didemonstrasikan ke media, Hyundai sengaja tidak menyematkan sensor LIDAR 360 derajat yang biasanya terlihat terus berputar secara konstan di bagian atap mayoritas prototipe mobil tanpa sopir. Sebagai gantinya, terpasang sensor LIDAR dengan jangkauan 130 derajat di depan, dan yang berjangkauan 110 derajat di kiri-kanan mobil.

Bagian belakangnya sengaja diabaikan karena kurang begitu relevan, sekaligus dapat diatasi dengan radar. Absennya sensor bagian belakang ini akan mengurangi beban komputasi yang diperlukan untuk mengolah semua data yang dikumpulkan.

Prototipe Hyundai ini masih mengandalkan sejumlah kamera dan radar untuk memperhatikan objek-objek di sekitarnya. Lebih lanjut, mobil juga banyak mengandalkan sistem pemetaan mendetail yang dikembangkan oleh Mnsoft, yang merupakan anak perusahaan Hyundai sendiri.

Ketergantungan akan sistem pemetaan ini bisa menjadi indikasi bahwa Hyundai butuh waktu yang cukup lama untuk bisa merealisasikan sistem kemudi otomatis ramah kantong semacam ini. Gampangnya, tanpa data peta lokasi di sekitar yang lengkap, mobil tidak akan sanggup menavigasikan dirinya sendiri.

Terlepas dari itu, inisiatif dan upaya Hyundai ini patut diberi apresiasi. Meski jalan yang ditempuh masih panjang, setidaknya mereka sudah punya gambaran jelas perihal masa depan otomotif yang berlaku untuk semua kalangan.

Sumber: Engadget dan Hyundai.

Setelah Pittsburgh, Armada Mobil Tanpa Sopir Uber Kini Beroperasi di San Francisco

Beberapa bulan setelah sukses mengoperasikan armada mobil tanpa sopirnya di kota Pittsburgh, Uber kini membidik San Francisco sebagai target selanjutnya. San Francisco dipilih karena selain merupakan kota kelahiran Uber sendiri, kondisi lalu lintasnya yang berbeda dari Pittsburgh – lebih padat, lebih banyak pesepeda dan banyak jalan-jalan kecil – diyakini bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk teknologi kemudi otomatisnya.

Mobil yang dipakai masih sama, yakni SUV Volvo XC90 yang telah dimodifikasi dan dijejali seabrek sensor sekaligus software. Masing-masing mobil juga masih akan ditemani oleh seorang engineer yang bertugas untuk mengambil alih kemudi ketika dibutuhkan, dan di kabin penumpang terdapat sebuah tablet yang memberikan gambaran mengenai apa saja yang dilihat oleh mobil tanpa sopir tersebut.

Sayangnya, Uber harus terganjal masalah akibat keputusannya mengoperasikan armada mobil tanpa sopir di San Francisco tanpa mengajukan izin terlebih dulu dari otoritas setempat. Menurut Uber, mereka tidak memerlukan izin karena tiap-tiap mobil masih akan didampingi oleh seseorang yang bertugas untuk memonitor. Namun menurut Departemen Kendaraan Bermotor negara bagian California, apa yang dilakukan Uber ini termasuk ilegal.

Apapun alasannya, Uber dinilai wajib mengajukan izin terlebih dulu sebelum mengoperasikan armada mobil tanpa sopir di wilayah California. Masalah ini semakin dipersulit dengan adanya video yang beredar yang menunjukkan mobil tanpa sopir Uber sedang menerobos lampu merah di jalanan San Francisco.

Mengapa sang engineer tidak segera mengambil alih? Tidak ada yang tahu, atau bisa saja ini kesalahan sang engineer yang bosan duduk diam begitu saja dan memutuskan untuk mengambil alih kemudi, kemudian dengan enaknya menerobos lampu merah, bahkan ketika ada seorang pejalan kaki yang hendak menyeberang.

Kepada Business Insider, Uber mengaku sedang melakukan investigasi terhadap insiden ini. Otoritas California pun meminta Uber untuk menghentikan pengoperasian armada mobil tanpa sopirnya di San Francisco, paling tidak sebelum izinnya keluar.

Sumber: Uber, SF Examiner dan Business Insider.

Google Dirikan Waymo, Perusahaan Baru yang Bergerak di Bidang Pengembangan Teknologi Kemudi Otomatis

Apa kabar Google Self-Driving Car? Well, Anda bisa melupakan nama tersebut – sekaligus mobil imut berwajah koala yang mereka buat – sebab Google telah mengubahnya menjadi Waymo. Waymo bukan lagi bagian dari Google X, melainkan sebuah perusahaan yang beroperasi secara mandiri di bawah payung Alphabet Inc.

Dengan Waymo, Google juga memastikan bahwa mereka tidak akan memproduksi mobil tanpa sopirnya sendiri. CEO Waymo, John Krafcik yang sebelumnya direkrut dari Hyundai, menegaskan bahwa perusahaan yang dipimpinnya sekarang bukanlah produsen mobil, melainkan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Namun hasil jerih payah tim Google Self-Driving Car Project sejak tahun 2009 tidak akan disia-siakan begitu saja. Nyatanya, Waymo lahir atas rasa percaya diri tim Google Self-Driving Car yang telah berhasil melakukan uji coba di jalanan publik pada tanggal 20 Oktober 2015 bersama seorang penumpang tuna netra, tanpa didampingi orang lain.

Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo
Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo

Waymo yakin sudah saatnya mereka mengembangkan inovasi yang mereka kerjakan selama ini menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Sejumlah segmen yang mereka incar meliputi ride-sharing, logistik maupun transportasi umum. Rencana kerja sama dengan perusahaan otomotif juga sudah ada, dimana nantinya Waymo akan melisensikan teknologi kemudi otomatisnya pada pabrikan yang tertarik.

Prototipe mobil berwajah koala yang sebelumnya dibuat kini diperlakukan sebagai ajang demonstrasi teknologi kemudi otomatis oleh Waymo. Perpaduan sensor dan software memastikan teknologinya bisa membawa penumpang dari titik A ke B tanpa perlu ada lingkar kemudi maupun pedal gas sama sekali.

Sejauh ini mitra Waymo yang telah dikonfirmasi adalah Fiat Chrysler, dimana Waymo sedang dalam proses mengintegrasikan teknologi kemudi otomatisnya ke minivan Chrysler Pacifica untuk diuji di jalanan. Model bisnis seperti ini menempatkan Waymo sebagai pesaing langsung Uber yang juga tengah sibuk mengembangkan teknologi kemudi otomatis dan menawarkannya ke pabrikan-pabrikan mobil.

Sumber: TechCrunch dan Waymo.

Tesla Lengkapi Semua Mobil yang Sedang Diproduksi dengan Hardware Autopilot Baru

Di saat pabrikan mobil lain sedang sibuk menyiapkan mobil elektrik perdananya, Tesla yang sudah mencuri start bisa berfokus ke bidang lain yang tidak kalah penting perannya terhadap industri otomotif. Yup, apalagi kalau bukan teknologi kemudi otomatis?

Tesla sadar betapa pentingnya teknologi ini, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membekali semua mobil yang tengah diproduksi – termasuk Model S, Model X dan Model 3 – dengan hardware yang diperlukan untuk menyanggupi eksekusi kemudi otomatis secara penuh, atau dengan kata lain, lebih komprehensif dari yang ditawarkan fitur Autopilot saat ini.

Perlengkapan tersebut mencakup 8 kamera 360 derajat dengan jangkauan pandang sejauh 250 meter, 12 sensor ultrasonik dengan kemampuan mendeteksi objek dua kali lebih baik dari sebelumnya, serta radar dengan kinerja yang lebih maksimal. Semuanya demi menyajikan ‘penglihatan’ di luar batas indera manusia sebagai pengemudi.

Tesla tidak lupa menyematkan sistem komputer baru yang memiliki performa 40 kali lebih cepat ketimbang sebelumnya. Bersamaan dengan itu, Tesla juga mengembangkan sistem neural network sendiri untuk mengolah semua data dari computer vision, sonar dan radar.

Perlu dicatat, semua fitur yang ditawarkan hardware baru ini tidak bisa langsung dinikmati begitu saja dalam waktu dekat. Tesla akan lebih dulu melakukan kalibrasi sistem melalui data-data yang dikumpulkan oleh mobil-mobil buatannya yang sudah ada dijalanan sekarang.

Hal ini dilakukan semata untuk alasan keselamatan pengemudi dan guna memastikan sistem bisa berjalan secara optimal. Saat semuanya sudah siap, lagi-lagi Tesla akan mendistribusikannya lewat software update. Di saat yang sama, Tesla juga berjanji untuk tidak melupakan konsumen loyalnya dan berkomitmen untuk terus menyempurnakan mobil-mobil lawas buatannya melalui software update.

Sumber: Tesla.

AI Buatan Nvidia Belajar Mengemudi Hanya dengan Mengamati Manusia

Nvidia kembali membuat gebrakan di dunia otomotif. Setelah memperkenalkan supercomputer baru bernama Xavier yang dirancang secara spesifik untuk mobil kemudi otomatis, produsen kartu grafis komputer tersebut kini memamerkan bagaimana sistem kecerdasan buatan rancangannya bisa mengemudikan mobil hanya dengan mengamati dan mempelajari perilaku sopir manusia.

Bagi prototipe mobil bernama BB8 ini (entah apa relasinya dengan robot imut di film terbaru Star Wars kemarin), jalanan tidak bermarka ataupun tikungan tajam bukanlah suatu masalah yang serius. Kerennya lagi, Nvidia mengaku sama sekali tidak menyematkan algoritma khusus untuk menghadapi skenario semacam ini.

Lalu bagaimana cara BB8 mengatasinya? Deep learning jawabannya, BB8 benar-benar memaksimalkan kapabilitas deep learning-nya untuk mempelajari apa yang sopir manusia lakukan ketika dihadapkan dengan jalanan tanpa marka atau tikungan tajam. Alhasil, ia pun bisa mengambil keputusan dengan berbekal sekitar 20 contoh skenario yang dilakukan sopir manusia.

Menurut pernyataan Nvidia, BB8 dilatih hanya di kawasan California, tapi ternyata sanggup mengemudikan dirinya sendiri dengan baik di New Jersey, yang pastinya memiliki kondisi jalanan yang berbeda. Dalam video demonstrasinya di bawah, Anda bahkan bisa melihat kalau BB8 tidak segan keluar dari jalanan ketika berjumpa dengan proyek konstruksi/

Apa yang berhasil dicapai Nvidia ini cukup fenomenal, apalagi mengingat mereka mengembangkan sistemnya sendiri tanpa bantuan dari pabrikan mobil sama sekali. Ke depannya, BB8 akan terus dilatih agar semakin cekatan di jalanan.

Sumber: TechCrunch.

Nvidia dan Baidu Berkolaborasi Kembangkan Teknologi Mobil Self-Driving

Ketertarikan para raksasa teknologi terhadap driverless car meningkat beberapa tahun ke belakang. Mungkin terpicu oleh Google, kita tahu Baidu menggandeng BWM untuk menggarap mobil tanpa pengemudi. Dan di CES 2016, Nvidia juga menyingkap supercomputer  Drive PX 2. Dan bidang ini jadi kian menarik setelah kedua perusahaan itu memutuskan buat berkolaborasi.

Strategi kerja sama tersebut diumumkan CEO Baidu Robin Li dan CEO Nvidia Jen-Hsun Huang dalam acara Baidu World Conference di Beijing minggu lalu. Masing-masing perusahaan akan saling berbagi apa yang mereka miliki. Baidu belum lama ini memperoleh izin untuk menguji mobil self-driving mereka di Kalifornia, sedangkan Nvidia bertanggung jawab menyediakan platform komputer untuk mengembangkan mapping HD, sistem kendali dan parkir otomatis.

Lewat langkah ini, Nvidia dan Baidu berharap agar semua aspek di driverless car dapat terpenuhi, misalnya sistem cloud, perakitan kendaraan, sampai kecerdasan buatan. AI sendiri bukanlah hal baru bagi kedua perusahaan itu, dan Baidu bahkan boleh berbangga dengan karena chief scientist-nya, Andrew Ng, sempat membuat terobosan di ranah AI dan memicu kelahiran ratusan startup.

Pertama-tama, mereka mencoba menjawab sejumlah tantangan besar di AI, salah satunya ialah menciptakan mesin yang pintar. Tentu saja, misi utama Nvidia dan Baidu adalah membuat mobil tersebut aman, baik untuk penumpang serta orang-orang di sekitarnya – mampu meminimalisir bahaya dan jumlah korban ketika kecelakaan tidak dapat dihindari. Selanjutnya, produsen harus memastikan kendaraan bisa dimanfaatkan oleh semua orang.

Berdasarkan informasi yang ditulis oleh Fortune, platform kreasi Baidu dan Nvidia itu akan diimplementasikan sebagai layanan taksi di Tiongkok. Mereka juga mempersilakan siapapun untuk menggunakannya karena kedua kreatornya mengusung konsep open platform, memungkinkan perusahaan-perusahaan lain menerapkan teknologi tersebut di kendaraan self-driving mereka.

Arsitektur mobil self-driving Nvidia sendiri terdiri atas tiga komponen utama: pertama adalah supercomputer Drive PX (Drive PX 2-nya disiapkan untuk Roborace Championship, sudah diadopsi oleh Volvo), berfungsi buat memproses data yang masuk dari rangkaian sensor serta kamera; kedua ialah sistem operasi berbasis algoritma; dan terakhir adalah sistem map 3D beresolusi HD berbasis cloud.

Baidu sendiri sudah menyelesaikan uji coba kendaraan otomatis mereka sejauh 30-kilometer, dan berencana mengenalkannya di10 kota di China. Selanjutnya, Baidu memiliki keinginan untuk melakukan produksi massal lima tahun lagi.

Sumber: Nvidia.

Ford Bermisi Luncurkan Mobil Tanpa Sopir, Tanpa Setir dan Tanpa Pedal Gas di Tahun 2021

Baru-baru ini, beredar kabar bahwa Uber siap mengoperasikan armada mobil tanpa sopir mulai bulan ini juga. Kendati demikian, teknologi dan regulasi yang ada sekarang masih mewajibkan kehadiran seseorang di balik lingkar kemudi seandainya terjadi apa-apa.

Lima tahun lagi, situasinya bisa benar-benar berbeda jika melihat visi yang diungkapkan Ford. Pabrikan otomotif asal AS tersebut berharap bisa meluncurkan mobil tanpa sopir murni pada tahun 2021. Maksud kata “murni” adalah mobil tersebut tidak akan dilengkapi setir maupun pedal gas dan rem.

Rencananya, Ford akan menawarkan mobil tanpa sopirnya tersebut ke perusahaan ride sharing terlebih dulu sebelum ke publik secara umum. Apakah Uber termasuk salah satunya? Tidak ada yang tahu, apalagi mengingat pionir layanan ride sharing tersebut sudah punya mobil tanpa sopirnya sendiri.

Meski kedengaran ambisius, visi Ford didasari oleh lebih dari 10 tahun pengalaman mengembangkan sistem kemudi otomatis / Ford
Meski kedengaran ambisius, visi Ford didasari oleh lebih dari 10 tahun pengalaman mengembangkan sistem kemudi otomatis / Ford

Guna mewujudkan visinya, Ford mengajak empat startup untuk berkolaborasi: Velodyne, SAIPS, Nirenberg Neuroscience dan Civil Maps. Masing-masing punya spesialisasi yang amat krusial dalam pengembangan sistem kemudi otomatis, seperti LIDAR, computer vision, machine learning dan pemetaan digital.

Pada kenyataannya, Ford sendiri sempat mendemonstrasikan bagaimana mobil tanpa sopirnya bisa melihat dan bergerak di kegelapan dengan hanya mengandalkan teknologi LIDAR dan pemetaan 3D.

Langkah lain yang juga akan diambil adalah meningkatkan jumlah armada mobil tanpa sopir yang diuji di jalanan sebanyak tiga kali lipat. Ford juga sedang dalam tahap pembangunan dua bangunan baru di kawasan Silicon Valley yang diharapkan bisa mempercepat proses riset dan pengembangan mobil tanpa sopirnya.

Sumber: Ford.

Uber Siap Operasikan Armada Mobil Tanpa Sopir Bulan Ini Juga

Sudah bukan rahasia apabila Uber tengah gencar mengembangkan mobil tanpa sopir. Terakhir kita tahu, mereka sudah mulai mengujinya di jalanan kota Pittsburgh. Kini muncul kabar bahwa Uber sudah siap mengoperasikan armada mobil tanpa sopirnya mulai bulan ini.

Kota yang dituju pertama kali lagi-lagi adalah Pittsburgh, tidak kaget mengingat di sanalah sentra R&D mobil tanpa sopir Uber berada. Dalam wawancara bersama Bloomberg, CEO Uber, Travis Kalanick, mengungkapkan rencananya untuk mengutus sekitar 100 mobil tanpa sopir guna menjemput dan mengantarkan penumpang secara cuma-cuma di kota tersebut.

Mobil yang akan digunakan berbeda dari prototipe yang diungkap di bulan Mei kemarin. Di sini Uber telah memodifikasi SUV Volvo SC90 dengan perlengkapan yang esensial untuk sistem kemudi otomatis, termasuk halnya sebuah komputer canggih di bagian bagasi untuk merekam semua data peta dan perjalanan.

Penumpang di kota Pittsburgh yang dijemput dengan mobil tanpa sopir Uber tidak akan dikenakan biaya / Bloomberg
Penumpang di kota Pittsburgh yang dijemput dengan mobil tanpa sopir Uber tidak akan dikenakan biaya / Bloomberg

Tidak seperti Google yang mengembangkan mobil tanpa sopirnya sendiri, Uber lebih memilih untuk memakai mobil komersial lalu menyematkan sistem kemudi otomatis ke dalamnya. Ini juga yang menjadi latar belakang di balik akuisisinya terhadap sebuah startup bernama Otto di bulan Mei lalu.

Otto yang didirikan oleh sejumlah mantan enginner Google tersebut bergerak di bidang sistem kemudi otomatis untuk truk. Teknologi yang mereka kembangkan bisa dipasangkan pada truk komersial, menghadirkan sistem semacam LIDAR sebagai fondasi kemudi otomatisnya.

Namun Uber tidak akan melepas mobil-mobil tersebut tanpa pengawasan begitu saja. Setiap mobil akan diisi oleh seorang engineer yang bertugas untuk mengambil alih kemudi setiap kali dirasa perlu, plus seorang co-pilot yang akan mengobservasi dan membuat catatan selama perjalanan.

Ya, seandainya inisiatif Uber ini sudah sampai dalam tahap final, sepertinya merupakan berita buruk bagi para pengemudi Uber. Di saat yang sama, armada mobil tanpa sopir Uber ini juga membuka peluang lapangan kerja yang lebih luas untuk para engineer yang mahir di bidang navigasi, pemetaan, atau apapun yang berkaitan dengan sistem kemudi otomatis.

Sumber: TechCrunch dan Bloomberg.