Raena’s Target in Indonesia Post Series A Funding and Business Pivot

The impact of the pandemic can significantly drive startup businesses, especially for those who promote online services and trending products among communities. One that has experienced an increase during the pandemic is Raena. The platform helps promotional activities take advantage of social media influencers.

In order to increase traction, the company’s decided to pivot (in the sense of turning a business direction to widen market share), by providing integrated solutions not only for influencers but also for women who want to have additional income to become beauty entrepreneurs.

Raena’s Founder & CEO, Sreejita Deb revealed to DailySocial, from the beginning to the end of 2020, Raena’s new business line has experienced massive growth. One of the reasons is the increasing number of people who make online transactions during the pandemic.

“Even though many claims pivoting is something negative, for us, it is an opportunity for business to be more flexible. Previously, we only provide a platform to influencers, now, we want to provide a comprehensive solution for those who want to have their own business,” Sreejita said.

Raena’s new concept is social commerce, managing all the needs and processes that are usually performed by online sellers. Starting from managing stock of goods, suppliers, selecting brands, to logistics. For those who want to join Raena and want to become a seller, they can focus more on developing their number of followers on social media, WhatsApp, marketplace channels such as Shopee, Lazada, Tokopedia, and others.

“Previously, we have a one-to-one model that links one supplier to one influencer. Now, we offer a many-to-many model, which connects various brands and various suppliers to various influencers,” she added.

Series A funding

In order to massively grow business, Raena has completed a $9 million Series A fundraising activity led by Alpha Wave Incubation and Alpha JWC Ventures. Other investors involved in this year’s funding include AC Ventures, Beenext, Beenos, and Strive. In 2019, Raena secured $1.8 million in early-stage funding.

“To date, we have not spent too much money on marketing activities. That’s why we are not too aggressive in raising funds. Our focus is to increase the value of influencers or those who join Raena,” Sreejita said.

With this fresh fund, Raena’s future plans are to increase the number of sellers, increase the number of brands, and the internal team. Currently, Raena has a team consisting of 15 people in Indonesia. And until the end of next year, the number is planned to be increased. Raena also sees the Indonesian market as the main target.

Alpha JWC Ventures said the reason they were interested in investing was Raena’s vision to empower female entrepreneurs throughout Indonesia by opening access to high-quality beauty products. In addition, Raena is a solution for brands that expect to enter Southeast Asia, especially Indonesia, and for entrepreneurs who are looking for business consistency.

“By serving these two segments, Raena is entering a large market that continues to grow along with the growing middle class in Indonesia and Southeast Asia. With the expertise of Raena’s founding team and our support, we are confident that Raena can grow into a leading player in the Southeast Asian beauty industry,” Alpha JWC Ventures’ Co-founder & General Partner, Chandra Tjan said.

Previously, DailySocial had reviewed the beautytech trend in Indonesia, which is defined as a new model for actors in the beauty industry to reach consumers. Its business model no longer revolves around conventional distribution channels but combines the strengths of technology and digital.

Based on the Euromonitor report, the beauty market value in Indonesia was estimated to reach $8.46 billion in 2022, up from the estimated value in 2019 of $6.03 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Fokus Raena di Indonesia Setelah Kantongi Pendanaan Seri A dan Lakukan Pivot

Dampak pandemi bisa mendorong bisnis startup secara signifikan, terutama bagi mereka yang mengedepankan layanan online dan produk yang menjadi tren di kalangan masyarakat. Salah satu yang mengalami peningkatan selama pandemi adalah Raena. Platform tersebut membantu kegiatan promosi memanfaatkan influencer media sosial.

Guna meningkatkan traksi, kini memutuskan untuk melakukan pivoting (dalam artian berbelok haluan bisnis untuk memperlebar pangsa pasar), dengan memberikan solusi terpadu bukan hanya untuk influencer, namun juga untuk kalangan perempuan yang ingin memiliki penghasilan tambahan menjadi beauty entrepreneur.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Raena Sreejita Deb mengungkapkan, sejak awal hingga akhir tahun 2020, bisnis baru yang dikembangkan oleh Raena telah mengalami pertumbuhan yang cukup masif. Salah satu alasan adalah makin besarnya jumlah masyarakat yang melakukan transaksi secara online selama pandemi.

“Meskipun banyak yang mengatakan pivoting adalah sesuatu hal yang negatif, namun bagi kami justru menjadi peluang agar bisnis bisa menjadi lebih fleksibel. Jika di awal kami hanya ingin memberikan platform kepada influencer, kini kami ingin memberikan solusi menyeluruh kepada mereka yang ingin memiliki bisnis sendiri,” kata Sreejita.

Konsep baru yang ditawarkan oleh Raena adalah social commerce, mengelola semua kebutuhan dan proses yang biasanya dilakukan oleh penjual secara online. Mulai dari pengelolaan stok barang, supplier, pemilihan brand, hingga logistik. Untuk mereka yang ingin bergabung dengan Raena dan ingin menjadi penjual, selanjutnya bisa lebih fokus mengembangkan jumlah pengikut mereka di media sosial, WhatsApp, kanal marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia dan lainnya.

“Sebelumnya model kita adalah oneto-one yang menghubungkan satu supplier ke satu influencer saja. Sekarang konsep yang kita tawarkan adalah many-to-many model, yang menghubungkan berbagai brand dan berbagai supplier kepada berbagai influencer,” kata Sreejita.

Kantongi pendanaan seri A

Untuk mengembangkan bisnis lebih masif lagi, Raena telah merampungkan kegiatan penggalangan dana tahapan seri A senilai $9 juta yang di pimpin oleh Alpha Wave Incubation dan Alpha JWC Ventures. Investor lain yang terlibat dalam pendanaan kali ini di antaranya AC Ventures, Beenext, Beenos, dan Strive. Tahun 2019 lalu Raena telah mengantongi pendanaan tahap awal senilai $1,8 juta.

“Selama ini kita tidak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk kegiatan pemasaran. Karena itu kami tidak terlalu gencar untuk melakukan penggalangan dana. Fokus kami adalah meningkatkan nilai para influencer atau mereka yang bergabung dengan Raena,” kata Sreejita.

Dengan dana segar ini rencana Raena ke depannya adalah menambah jumlah penjual, menambah jumlah brand, dan tim internal. Hingga kini Raena telah memiliki tim di Indonesia sebanyak 15 orang. Dan hingga akhir tahun depan, jumlah tersebut rencananya akan ditambah. Raena juga melihat pasar Indonesia sebagai fokus utama yang disasar oleh mereka.

Alpha JWC Ventures menyebutkan, alasan mereka tertarik untuk berinvestasi adalah visi Raena untuk memberdayakan entrepreneur perempuan di seluruh Indonesia dengan cara membuka akses pada produk kecantikan berkualitas tinggi. Tidak hanya itu, Raena menjadi solusi bagi brand yang ingin masuk ke Asia Tenggara, terutama Indonesia, dan untuk entrepreneur yang mencari konsistensi usaha.

“Dengan melayani dua segmen ini, Raena memasuki pasar besar yang terus berkembang seiring pertumbuhan kelas menengah di Indonesia serta Asia Tenggara. Dengan keahlian tim pendiri Raena serta dukungan kami, kami yakin Raena dapat tumbuh menjadi pemain unggul di industri kecantikan Asia Tenggara,” kata Co-founder & General Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Sebelumnya DailySocial sempat mengulas tren beautytech di Indonesia, yang didefinisikan sebagai model baru bagi pelaku di industri kecantikan dalam menjangkau konsumen. Model bisnisnya tak lagi berkutat pada jalur distribusi konvensional, tetapi mengombinasikan kekuatan teknologi dan digital.

Berdasarkan laporan Euromonitor, nilai pasar kecantikan di Indonesia sempat ditaksir bakal mencapai $8,46 miliar di 2022, naik dari estimasi nilai di 2019 yang sebesar $6,03 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Induk Startup Pembiayaan Pendidikan Dana Cita Dapat Pendanaan Seri A Senilai 70,5 Miliar Rupiah

ErudiFi, induk perusahaan fintech lending khusus pendidikan Dana Cita (Indonesia) dan Bukas (Filipina), hari ini (23/2) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $5 juta atau setara 70,5 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures dan Qualgro.

Dana segar akan difokuskan untuk memperkuat aspek bisnis dan perekrutan di berbagai lini, meliputi produk dan pengembangan, data, pemasaran dan operasional, serta pengembangan bisnis. Perusahaan juga akan meningkatkan cakupan layanan pinjaman pendidikan di area pasarnya, salah satunya dengan menggandeng lebih banyak lembaga pendidikan dan berinvestasi mengembangkan produk baru.

Startup yang tergabung dalam program akselerator Y Combinator (W18) ini sempat membukukan pendanaan awal dari sejumlah investor, termasuk Monk’s Hill Ventures, Intudo Ventures, Y Combinator, Convergence Ventures, Patamar Capital, dan beberapa lainnya. Mereka debut tahun 2017 di Indonesia, baru mulai menjelajah pasar Filipina pada April 2019.

Sebelumnya Dana Cita juga menjadi perusahaan fintech yang secara strategis digandeng oleh Gojek untuk mendukung pembiayaan di ekosistemnya bersama dengan Findaya (pendukung Gopay Paylater) dan Aktivaku.

Dana Cita
Para co-founder Dana Cita: Riche Lim, Susli Lie, dan Naga Tan / Dana Cita

“Saat ini, hampir dua pertiga anak muda di Indonesia dan Filipina tidak dapat mendaftar ke pendidikan tinggi karena kurangnya pembiayaan yang terjangkau. Kami bersemangat untuk melanjutkan tujuan kami dalam memperluas akses pendidikan berkualitas di wilayah ini dan membantu membangun hari esok yang lebih baik,” sambut Co-Founder & CEO ErudiFi Naga Tan.

Dari data yang dirangkum dalam Edtech Report 2020, di Indonesia ada beberapa startup pembiayaan untuk pendidikan. Selain Dana Cita, ada DANAdidik, Pintek, KoinWorks, dan EiduPay. Pintek sendiri awal tahun 2021 baru saja mengumumkan perolehan debt funding senilai $21 juta atau setara 298 miliar Rupiah dari Accial Capital.

Konsep bisnis yang diusung Dana Cita adalah “Study Now, Pay Later”, memungkinkan siswa atau orang tua mengajukan pinjaman pembiayaan belajar di institusi formal. Platform akan membayarkan langsung dana pinjaman ke institusi terkait. Tenor pinjaman yang diberikan berkisar 6 s/d 24 bulan dengan biaya platform antara 0 s/d 1,75% plus biaya persetujuan 3% dari total dana. Saat ini Dana Cita sudah bekerja sama dengan 13 universitas  dan 18 lembaga kursus.

“Akses ke pendidikan tinggi yang terjangkau tetap menjadi masalah besar di Asia Tenggara di mana biayanya hampir dua kali lipat dari rata-rata PDB per kapita. ErudiFi menangani pasar yang kurang terlayani, akibat suku bunga tinggi dari lembaga keuangan tradisional dan jangkauan terbatas dari perusahaan p2p lending [yang lebih umum],” ujar Co-Founder & Managing Partner Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong.

Bagi institusi mitra, ErudiFi juga menyediakan produk yang memungkinkan mereka untuk melacak disbursement, serta menyediakan platform analisis untuk perekrutan dan retensi. Menurut data yang disampaikan, di Asia Tenggara tingkat siswa putus sekolah mencapai 10-15% setiap tahunnya, faktor utamanya karena kesulitan keuangan.

FUNDtastic Secured 108 Billion Rupiah Series A Funding Led by Ascend Capital Group

FUNDtastic’s investment and financial management platform announced  $7.7 million Series A funding (over 108 billion Rupiah). This round was led by the Ascend Capital Group, also participated the Indivara Group and other investors.

In an official statement, FUNDtastic’s Co-Founder & CEO, Harry Hartono said, this fresh fund will be used to expand market reach and enrich products and features, to better serve the needs of the community.

“With investor confidence in FUNDtastic, we can continue to develop investment products which easily accessible, including novice investors,” he explained, Monday (22/2).

FUNDtastic is one of the investment players which harvesting during the pandemic. The Indonesia Stock Exchange noted that the number of capital market investors reached 3.54 million, around 57.5% of whom were mutual fund and bond investors as of November 2020.

This increase has an impact on investors’ interest to invest in platforms like FUNDtastic. Previously, since the beginning of this year, at least Ajaib and Bibit had announced their acquisition of fresh funds.

Harry explained that after the acquisition of the Invesee platform last year, FUNDtastic users increased nearly 4 times, reach up to 110 thousand people. This is in line with the total fund under management reaching around Rp200 billion.

FUNDtastic’s Co-Founder and Chief Investment Officer Franky Chandra said this increase was driven by several factors. Apart from the fact that the company provides products based on the needs of the community, it’s mainly due to the pandemic which requires the acceleration of digital financial adoption.

“Also, our associates have a real role in continuously educating the public, and the regulator in particular (OJK IKD) is always supportive in handling and supervising various innovations in the world of financial technology,” he added.

As an investment platform and digital financial manager, FUNDtastic offers convenience for new users, starting from the registration process, transaction speed, and convenience in investing. Thus, users continue to increase their investment in the FUNDtastic platform without experiencing any problems.

Franky is optimistic that FUNDtastic’s business growth will be even higher this year as the user continues to invest in the FUNDtastic platform during 2020.

Also for Ascend Capital, a FUNDtastic investor who sees management and team as a solid foundation in supporting business growth.

“FUNDtastic management and a solid IT team are some of the most important and valuable assets for startups. FUNDtastic also has a good business model and a strong growth strategy through marketing strategies and partnerships with other financial institutions,” Ascend Capital’s Partner, Muljadi Tjandra said.

“FUNDtastic is also capable to reach unbanked people to actively participate in becoming investors. A progressive step that can easily expand prospective new investors to invest,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

RateS Announces Series A Funding Led by Vertex Ventures and Genesis Alternative Ventures

The social commerce platform RateS today (22/2) announced Series A funding with an undisclosed value. Vertex Ventures and Genesis Alternative Ventures lead this funding. Previously, the Singapore-based startup had secured seed funding from Alpha JWC Ventures and Insignia Ventures Partners in 2018.

Fresh funds will be focused on developing RateS‘s business in Indonesia, including market penetration to tier 2 and 3 cities. The objective is to increase the number of resellers, which currently reached up around 500 thousand people.

“The benchmark for RateS ‘success lies in how much we can help increase reseller revenue and business [..] Our shared vision is to revolutionize social commerce through technology, create digital entrepreneurs, and increase digital literacy for people to run the business smoothly and more. profitable,” RateS’ Co-Founder & CEO, Jake Goh said.

Simply put, with the RateS application, people can start selling (becoming resellers) without having to buy goods beforehand. Users can set up their own stalls and select items to sell from the list available in the application. They will get special prices, which are then sold to consumers at market prices. Users focus on promotion and selling, while packaging, shipping and payment infrastructure are all managed by RateS.

“We see that the e-commerce market in Southeast Asia has developed into a competition for profit. On the other hand, RateS has discovered an effective way of entering cities in tier 2 and 3 in Indonesia, which can not only save costs, will but more importantly it has huge and untapped market potential. With the pandemic that threatened the livelihoods of many people, we are delighted that RateS has been and will continue to be a useful platform to empower those in need,” Vertex Ventures SEA’s Managing Partner, Chua Joo Hock said.

Perbandingan Social Commerce dan E-commerce
Comparison of Social commerce and e-commerce

In Indonesia, there are several social commerce services that strives to win the market with their own unique values. For example, Halosis, they focused on sales channels in the messaging application at the beginning of their debut, for this reason, a chatbot was introduced into the application to facilitate the transaction conversion process.

Woobiz also runs a similar business model, by emphasizing the aspects of empowering women in the regions. In addition, there are several other applications such as Jamanow, BorongBareng, Taptalk.io, and Super which also make it easier for resellers to restock.

The McKinsey report states, social commerce is expected to grow into a business sector valued at up to $25 billion by 2022. RateS seeks to maximize this potential. From the internal data collection, their service coverage has reached 400 cities/regencies by 2020.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

RateS Umumkan Pendanaan Seri A, Dipimpin Vertex Ventures dan Genesis Alternative Ventures

Platform social commerce RateS hari ini (22/2) mengumumkan perolehan pendanaan seri A dengan nominal yang tidak disebutkan. Vertex Ventures dan Genesis Alternative Ventures memimpin pendanaan ini. Sebelumnya startup asal Singapura tersebut telah membukukan pendanaan awal dari Alpha JWC Ventures dan Insignia Ventures Partners sejak tahun 2018 lalu.

Dana segar akan difokuskan untuk memperkuat bisnis RateS di Indonesia, termasuk melakukan penetrasi pasar ke kota-kota tier-2 dan 3. Pendekatannya dengan memperbanyak reseller yang saat ini jumlahnya sudah sekitar 500 ribu orang.

“Tolok ukur kesuksesan RateS terletak pada seberapa banyak kami dapat membantu meningkatkan pendapatan dan bisnis dari reseller [..] Visi bersama kami adalah untuk merevolusi social commerce melalui teknologi, menciptakan wirausahawan digital, dan meningkatkan literasi digital bagi masyarakat untuk menjalankan bisnis dengan lancar dan lebih menguntungkan,” ujar Co-Founder & CEO RateS Jake Goh.

Sederhananya dengan aplikasi RateS, masyarakat bisa mulai berjualan (menjadi reseller) tanpa harus membeli barang terlebih dulu. Pengguna bisa mengatur lapaknya sendiri dan memilih item jualan dari daftar yang tersedia di aplikasi. Mereka akan mendapatkan harga khusus, untuk selanjutnya dijual ke konsumen dengan harga pasaran. Pengguna fokus pada promosi dan berjualan, sementara pengemasan, pengiriman, hingga infrastruktur pembayaran semua dikelola oleh RateS.

“Kami melihat pasar e-commerce di Asia Tenggara telah berkembang menjadi persaingan untuk mendapatkan keuntungan. Di sisi lain, RateS telah menemukan cara penetrasi yang efektif untuk memasuki kota-kota tier-2 dan 3 di Indonesia, yang tidak hanya dapat menghemat biaya, akan tetapi yang lebih penting memiliki potensi pasar yang besar dan belum dimanfaatkan. Dengan pandemi yang telah membuat mata pencaharian banyak orang menjadi rentan, kami senang RateS telah dan akan terus bermanfaat sebagai platform yang hadir untuk memberdayakan mereka yang membutuhkan,” sambut Managing Partner Vertex Ventures SEA Chua Joo Hock.

Perbandingan Social Commerce dan E-commerce
Perbandingan Social Commerce dan E-commerce

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa layanan social commerce yang coba memenangkan pasar dengan unique value-nya masing-masing. Misalnya ada Halosis, di awal debutnya mereka memfokuskan pada kanal penjualan di aplikasi pesan, untuk itu dihadirkan chatbot ke dalam aplikasi guna memudahkan proses konversi transaksi.

Woobiz juga mengusung model bisnis serupa, dengan menekankan pada aspek pemberdayaan perempuan di daerah. Selain itu ada beberapa aplikasi lainnya seperti Jamanow, BorongBareng, Taptalk.io, sampai Super yang juga mudahkan para reseller dapatkan barang dagangan.

Laporan McKinsey menyebutkan, social commerce diperkirakan akan tumbuh menjadi sektor usaha bernilai hingga $25 miliar di tahun 2022 mendatang. Potensi ini coba dimaksimalkan betul oleh RateS, dari data internal yang disampaikan, per tahun 2020 jangkauan layanan mereka sudah mencapai ke 400 kota/kabupaten.

Application Information Will Show Up Here

FUNDtastic Peroleh Pendanaan Seri A 108 Miliar Rupiah Dipimpin Ascend Capital Group

Platform investasi dan pengelola keuangan FUNDtastic mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $7,7 juta (lebih dari 108 miliar Rupiah). Pendanaan ini dipimpin oleh Ascend Capital Group, diikuti Indivara Group dan investor lainnya.

Dalam keterangan resmi, Co-Founder & CEO FUNDtastic Harry Hartono menuturkan, dana segar ini akan dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan pasar dan memperkaya produk dan fitur, agar semakin baik dalam melayani kebutuhan masyarakat.

“Dengan kepercayaan investor kepada FUNDtastic, kami bisa terus mengembangkan produk investasi yang dapat diakses dengan mudah, termasuk investor pemula,” terangnya, Senin (22/2).

FUNDtastic merupakan salah satu pemain investasi yang ikut subur selama pandemi. Bursa Efek Indonesia mencatat, jumlah investor pasar modal mencapai 3,54 juta investor, sekitar 57,5% di antaranya adalah investor reksa dana dan obligasi hingga November 2020.

Kenaikan tersebut berdampak pada minat investor untuk menanamkan modalnya ke platform sejenis FUNDtastic. Sebelumnya, sejak awal tahun ini, setidaknya ada Ajaib dan Bibit yang mengumumkan perolehan dana segar.

Harry menjelaskan pasca akuisisi terhadap platform Invesee pada tahun lalu, pengguna FUNDtastic tumbuh hampir empat kali lipat, mencapai 110 ribu orang. Kenaikan ini selaras dengan jumlah dana kelolaan mencapai kisaran Rp200 miliar.

Co-Founder dan Chief Investment Officer FUNDtastic Franky Chandra menambahkan, kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor. Selain karena perusahaan menyediakan produk berdasarkan kebutuhan masyarakat, utamanya dikarenakan pandemi yang mengharuskan percepatan penyerapan finansial digital.

”Juga peran nyata dari teman-teman asosiasi dalam mengedukasi masyarakat terus menerus dan khususnya regulator (OJK IKD) yang selalu suportif dalam menangani dan mengawasi berbagai inovasi dalam dunia teknologi keuangan,” imbuh dia.

Sebagai platform investasi dan pengelola keuangan digital, FUNDtastic menawarkan kemudahan bagi para pengguna baru, mulai dari proses registrasi, kecepatan transaksi, maupun kenyamanan dalam berinvestasi. Sehingga, para pengguna terus meningkatkan investasinya dalam platform FUNDtastic tanpa mengalami kendala.

Franky optimis pertumbuhan bisnis FUNDtastic di tahun ini akan semakin tinggi melihat retensi para pengguna terus melanjutkan investasinya di platform FUNDtastic selama tahun 2020 lalu.

Begitu pun Ascend Capital, salah satu investor FUNDtastic yang melihat manajemen dan tim sebagai fondasi yang solid dalam menopang pertumbuhan bisnis.

“Manajemen FUNDtastic dan tim IT yang solid menjadi salah satu hal yang paling penting dan aset yang bernilai di perusahaan startups. FUNDtastic juga memiliki bisnis model yang bagus dan strategi pertumbuhan yang kuat melalui strategi pemasaran dan kerja sama dengan lembaga keuangan lainnya,” ucap Muljadi Tjandra, Partner dari Ascend Capital.

“FUNDtastic juga mampu merangkul masyarakat yang belum terjangkau produk perbankan (unbanked) untuk partisipasi aktif menjadi investor. Langkah progresif yang bisa memperluas para calon investor baru dalam berinvestasi dengan mudah,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

Member.id Announces 15,4 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

The Member.id loyalty platform has announced series A funding worth of $1.1 million or equivalent to 15.4 billion Rupiah. This round was led by East Ventures and Traveloka. Fresh funds will be focused on strengthening content capabilities on the platform, in line with their mission to create a “creator economy”.

One of the launched initiatives is TS Media as a new content production division in the company. This unit allows brand owners to collaborate with the rapidly growing creator ecosystem in Indonesia through the support of Member.id’s technology and expertise.

Later, Member.id will focus on providing strategic consulting, data analysis, and technology solutions to encourage retention and increase customer acquisition. Meanwhile, TS Media will focus on content creation to increase awareness and activation to drive customer acquisition.

Along with the funding, they also launched “Travel Secret”, a travel content platform pioneered by the actress Luna Maya and Marianne Rumantir (Co-Founder & CEO of Member.id). Luna also joined the company as a Managing Partner.

The presence of Traveloka as an investor is expected to provide added value for the business, especially for connecting Member.id with merchant networks.

“The pandemic has triggered a change in consumer behavior. They spend more time viewing content on social media. By creating content geared towards domestic tourism [via Travel Secret], we can become a significant force in driving additional demand for Traveloka,” Member.id’s Co-Founder & CSO Robert Tedja said.

“The unique strategy driven by Member.id content can open up new opportunities for Traveloka users and our travel and lifestyle business partners,” Traveloka’s Group President, Caesar Indra added.

Apart from Member.id, Traveloka has also invested in three other startups, including KiotViet, PouchNATION, and PasarPolis.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Member.id Umumkan Pendanaan Seri A 15,4 Miliar Rupiah

Pengembang platform loyalty Member.id mengumumkan telah memperoleh pendanaan seri A senilai $1,1 juta atau setara 15,4 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures dan Traveloka. Dana segar akan difokuskan untuk memperkuat kapabilitas konten di platform, sejalan dengan misi mereka untuk menciptakan “creator economy”.

Salah satu yang sudah direalisasikan, mereka meluncurkan TS Media sebagai divisi produksi konten baru di perusahaan. Unit ini juga memungkinkan pemilik brand bekerja sama dengan ekosistem kreator yang sedang berkembang pesat di Indonesia melalui dukungan teknologi dan keahlian yang dimiliki Member.id.

Nantinya Member.id akan berfokus pada penyediaan konsultasi strategi, analisis data, dan solusi teknologi untuk mendorong retensi dan peningkatan pelanggan bisnis. Sementara itu, TS Media akan fokus pada pembuatan konten untuk meningkatkan kesadaran dan aktivasi guna mendorong akuisisi pelanggan.

Bersamaan dengan pendanaan tersebut turut diumumkan peluncuran “Travel Secret”, yakni sebuah platform konten perjalanan yang dipelopori aktris Luna Maya dan Marianne Rumantir (Co-Founder & CEO Member.id). Luna juga bergabung ke perusahaan sebagai Managing Partner.

Hadirnya Traveloka di jajaran investor juga diyakini dapat memberikan nilai tambah bagi bisnis, terutama untuk menghubungkan Member.id dengan jaringan merchant.

“Pandemi telah memicu perubahan perilaku konsumen, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat konten di media sosial. Dengan membuat konten yang diarahkan pada pariwisata domestik [lewat Travel Secret], kami dapat menjadi kekuatan yang signifikan dalam mendorong permintaan tambahan untuk Traveloka,” ujar Co-Founder & CSO Member.id Robert Tedja.

“Strategi unik yang didorong oleh konten Member.id dapat membuka peluang baru bagi pengguna Traveloka dan mitra bisnis perjalanan dan gaya hidup kami,” imbuh Presiden Grup Traveloka Caesar Indra.

Selain Member.id, Traveloka juga sudah berinvestasi ke tiga startup lain, di antaranya KiotViet, PouchNATION, dan PasarPolis.

BukuWarung Scores New Funding; Officially Launches Tokoko App

BukuWarung, a fintech startup providing an app for digitizing MSMEs today (03/2) announced the acquisition of new funding from Rocketship.vc. Participated also in this round some retail companies in Indonesia and angel investors – undisclosed. Although the value was not announced, the current nominal is said to be greater than the previous rounds.

Previously, after the demo day of Y Combinator accelerator programs in September 2020, BukuWarung has received funding from some investors, including Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, and other angel investors.

BukuWarung plans to use the investment fund to expand its technology and product teams in Indonesia, India, and Singapore, therefore, the company can launch more products and features to digitize MSMEs in Indonesia. This year, the company aims to launch monetizing products such as credit and expand payment solution features.

Was founded in 2019, BukuWarung has reached 3.5 million users from MSME. They are living across 750 cities and countries in Indonesia, with the majority located in tier 2 and 3 regions. With the user base, they have booked over $15 billion worth of transactions on their platform and have processed over $500 million in payments, claiming to be the market leader in terms of volume.

They recently launched Tokoko, a platform that allows merchants to open their online shop. MSME players can list their products, manage orders, receive payments, track goods delivery, and talk to customers. Previously, they’ve had strategic partnerships with Warung Pintar – both of which are East Ventures portfolios.

“Unlike other players, we have now achieved revenue through payment solutions. However, we are placing payments as a way for monetizing opportunities through other financial services as merchant adoption grows. This year, we’re focus is to expand the offering of payment solutions and ways of using them. [use cases] for traders,” BukuWarung’s Co-Founder & President, Chinmay Chauhan said.

Currently, there are several startups to develop similar services in Indonesia. From our previous article, we list several players who are currently penetrating the market, including:

Application Rank (business category) Downloaded
BukuKas 3 1M+
BukuWarung 6 1M+
Credibook 46 100K+
Akuntansi UKM 84 100K+
Moodah 121 10K+
Lababook 184 1K+
Teman bisnis 254 100K+
Akuntansiku 309 1K+

BukuWarung’s closest competitor is BukuKas. They recently announced the Series A funding worth 142 billion Rupiah last January. BukuKas is said to reached 3.5 million users with 1.8 million active monthly users.

BukuKas BukuWarung
Seed Investors Surge, 500 Startups, Credit Saison, dan angel investors East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan angel investors
Pre-Series A Investor Surge, Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital, Prasetia Dwidharma Quona Capital, East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, angel investors
Series A Sequoia Capital India, Saison Capital, January Capital, Founderbank Capital, Cambium Grove, Endeavor Catalyst, Amrish Rau Rocketship.vc, perusahaan ritel Indonesia, angel investors
Accelerator Surge (Sequoia) Y Combinator


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here