Living Lab Ventures dan Pashouses Kolaborasi Membangun Proyek Rumalaku.id

Living Lab Ventures melalui divisi inkubasi Living Lab X berkolaborasi dengan startup proptech Pashouses untuk membangun Rumalaku.id. Melalui proyek ini, keduanya ingin memfasilitasi penjualan rumah tapak secondary di area BSD City dan sekitarnya.

Untuk menyerap pasar rumah tapak secondary di kawasan tersebut, Rumalaku bekerja sama dengan pengembang properti Sinar Mas Land. Nantinya, Rumalaku.id akan dikelola bersama oleh Pashouses dan Sinar Mas Land. Sementara, Pashouses dapat membantu pemilik rumah untuk melakukan renovasi ringan sehingga rumah dapat siap jual dengan harga terbaik. Pashouses juga memfasilitasi pengajuan KPR sesuai kebutuhan calon pembeli.

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani mengungkap kolaborasi ini merupakan langkah untuk mengakselerasi transformasi pada seluruh proyek milik perusahaan. “Kami melayani pemilik rumah yang ada di proyek Sinar Mas Land melalui platform yang dapat memfasilitasi penjualan rumah secondary dengan informasi akurat,” ungkapnya.

Sementara itu, Partner di Living Lab Ventures Bayu Seto menuturkan, Pashouses dan mitra Living Lab Ventures dapat langsung menjalankan pengembangan proyek dengan mengimplementasikannya di sejumlah ekosistem offline yang telah bekerja sama dengannya. Adapun, keberhasilan Pashouses mengoptimalkan jual-beli properti secondary nanti dapat diperluas hingga skala nasional.

Co-founder dan CEO Pashouses Junghans Tasani menambahkan, “Kerja sama strategis ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan para investor untuk mendapatkan properti dengan mudah di BSD City melalui platform digital,” ucapnya.

Living Lab Ventures

Living Lab Ventures merupakan kendaraan investasi baru milik Sinarmas Land Limited (Sinar Mas Land) untuk sektor agnostik di Asia Tenggara. Living Lab Ventures memfasilitasi startup secara berkelanjutan melalui tiga pilar utama, yakni investasi, inkubasi dan integrasi, serta venture building.

Melalui Living Lab Ventures, Sinar Mas Land berupaya mengembangkan ekosistem digital, terutama untuk menambah aspek digital pada pengembangan township secara keseluruhan. Salah satu tesisnya adalah mencari startup yang dapat memberikan dampak terhadap masalah yang dimiliki penghuni kota dan solusi berbasis city centric-driven.

Baru-baru ini, Living Lab Ventures juga memberikan pendanaan pra-awal (pre-seed) sebesar Rp57 miliar kepada startup proptech IDEAL. Startup ini menghadirkan platform yang dapat menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi pada pengajuan KPR hunian.

Adapun, solusi-solusi ini diharapkan mampu tantangan besar pada masalah pembelian rumah di Indonesia. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa literasi masyarakat terhadap pengajuan KPR masih rendah sehingga mereka belum sepenuhnya memahami seluruh proses di dalamnya. Belum lagi tantangan klasik lainnya, seperti administrasi dokumen yang masih manual hingga keamanan data.

Lebih lanjut, data BI mencatat industri KPR lokal di 2021 mencapai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 17% dalam lima tahun ke depan. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan populasi Gen Y dan Gen Z dalam sepuluh tahun ke depan yang akan menjadi target utama pasar properti.

Mengenal Yourpay, Aplikasi E-money Remitansi untuk Pekerja Migran

Pemain remitansi sejauh ini masih dikuasai oleh perbankan dengan segala limitasi yang mereka punya, sering kali menyulitkan pekerja migran untuk mengirim gajinya ke keluarga yang ada di Indonesia. Yourpay ingin mengambil kesempatan tersebut dengan pendekatan yang lebih ramah sesuai tren saat ini.

Yourpay adalah aplikasi uang elektronik yang telah mengantongi tiga izin dari Bank Indonesia, yakni penyedia jasa uang elektronik, transfer dana, dan layanan keuangan digital. Startup ini didirikan pada 2018 oleh Christilia Angelica Widjaja sebagai pendiri tunggal. Ia merupakan cucu dari Eka Tjipta Widjaja yang merupakan pendiri Sinarmas Group.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Yourpay Christilia menuturkan, ia membangun Yourpay bersumber dari genuine empati terhadap sesama perempuan, khususnya pekerja migran dan ibu. Ia memperoleh inspirasi contoh berbisnis dengan empati dari mendiang neneknya yang merupakan seorang filantropi.

“Youpay memiliki fokus untuk komunitas unbanked dan underbanked dari kalangan pekerja migran beserta keluarganya. Segala hal mulai dari price/performance ratio dan segala fitur diperhatikan dan diciptakan untuk selalu mengedepankan dan memajukan nilai kemanusiaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna,” ucapnya.

Tidak sekadar menjadi pemain e-money, Yourpay mengambil fokus pada layanan remitansi untuk pekerja migran di luar negeri. Mereka dapat dengan mudah mengonversi pendapatannya yang berbasis uang tunai ke saldo Yourpay, langsung terkonversi dalam Rupiah dengan top up melalui mitra outlet. Saldo tersebut dapat langsung dipakai untuk ditransfer ke rekening bank milik salah satu anggota keluarga dan dicairkan kembali untuk membayar berbagai kebutuhan.

Biaya yang dikenakan juga terbilang murah bahkan diklaim dapat menghemat hingga 10,5 kali lipat dari layanan remitansi tradisional. Misalnya, untuk transfer ke sesama aplikasi beda negara dikenakan biaya dimulai dari Rp5 ribu. Aplikasi Yourpay juga menyediakan berbagai fitur pembayaran tagihan PPOB yang sudah bermitra dengan Yourpay, seperti PLN dan BPJS Kesehatan, serta transfer dana ke sesama pengguna Yourpay (p2p transfer).

“Yourpay dibangun dengan perspektif yang jeli, tidak ikut dengan tren metode bakar uang. Hingga saat ini, biaya marketing yang dikeluarkan masih di bawah 1% dari total Gross Revenue. Kami belum pasang iklan di mana-mana dan mengandalkan komunitas grassroot pengguna di luar negeri dan Indonesia.”

Berdasarkan data PBB, lebih dari 200 juta pekerja migran di dunia mengirim uang ke lebih dari 800 juta anggota keluarga setiap tahunnya. Sehingga muncul desakan inisiatif dalam Global Compact for Safe, Orderly and Regular Migration oleh PBB agar penyedia layanan finansial internasional bisa mengurangi biaya transfer dan mempermudah inklusi keuangan yang lebih besar melalui pengiriman uang.

Sebagai catatan, laporan Bank Dunia yang dirilis Mei 2021 mengungkapkan terjadinya penurunan remitansi seluruh pekerja migran 2020 menjadi US$ 540 miliar dari US$ 548 miliar pada 2019. Penurunan yang hanya sebesar 1,6% di tengah pandemi itu menjadi bukti bahwa di tengah kesulitan ekonomi global, para pekerja tidak memangkas kiriman uang kepada keluarga tercinta di rumah.

“Remitansi ini menanggung banyak kebutuhan dasar rumah tangga. Meskipun Covid-19 telah menjadi ujian berat, namun nyatanya data remitansi tersebut menjadi bukti pengikat para migran dengan keluarga mereka di kampung halaman. Yourpay mengadopsi dan turut merayakan hari Internasional Remitansi Keluarga karena memiliki visi untuk fokus melayani pengguna dari kalangan pekerja migran beserta keluarganya.”

Aplikasi Yourpay

Perkembangan bisnis Yourpay

Christilia menyebutkan, nilai rata-rata transaksi yang berhasil diproses Yourpay antara $200-$500 (sekitar Rp2,9 juta-Rp7,2 juta) per bulan untuk top up. Sejak diluncurkan beta version pada Juni 2020, saat ini Yourpay telah mengantongi total kumulatif GMV lebih dari $11 juta (hampir Rp160 miliar), dengan volume transaksi lebih dari 200 ribu.

Pengguna terdaftar Yourpay disebutkan ada lebih dari 50 ribu orang, yang tersebar di Indonesia, Hong Kong, Macau, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Hong Kong dan Macau menjadi kontributor utama bisnis Yourpay dengan persentase 72% dari total kumulatif GMV.

Untuk mendorong bisnis perusahaan di kedua negara tersebut, Yourpay mengumumkan kerja sama strategis dengan Chandra Remittance. Sebanyak 60 outlet Chandra Remittance di Hong Kong kini dapat menerima top up saldo Yourpay. Chandra Remittance adalah perusahaan remitansi lokal yang didirikan oleh mantan pekerja migran asal Lombok. Perusahaan tersebut melayani hampir 95% pekerja migran dari Indonesia untuk mengirim gajinya ke keluarganya di Indonesia.

(tengah) Founder dan CEO Yourpay Christilia Widjaja bersama pengguna Yourpay / Yourpay

Yourpay juga berencana masuk ke Singapura. Saat ini perusahaan sedang memroses pengajuan izin Payment Services Act (PSA) di Monetary Authority of Singapore (MAS). PSA adalah izin untuk sistem pembayaran dan penyedia layanan pembayaran di Singapura. Negara lain yang diincar adalah Malaysia dan Arab Saudi.

Christilia mengatakan untuk mencapai visi perusahaan yang ingin menciptakan lebih banyak dampak buat para pekerja migran, saat ini sedang menggalang putaran dana tahap awal. Sebelumnya perusahaan mengandalkan pertumbuhan bisnis secara organik dan bootstrap. “Yourpay menargetkan untuk mendapat funding dari global investors yang memiliki visi sama dan mengerti pentingnya impact, dan tentunya terus bertumbuh dan meningkatkan tractions,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Komitmen Danamas “Naik Kelaskan” Pengusaha Lewat Riwayat Kredit Produktif

Sektor usaha informal punya andil yang begitu tinggi terhadap perekonomian negara. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM RI, pangsa pasar UMKM sekitar 99,99% setara 62,9 juta unit dari total pelaku usaha di Indonesia pada 2017. Tenaga kerja yang diserap juga terbesar, mencapai 97% secara nasional.

Kebanyakan dari mereka tidak masuk kriteria yang layak menerima kredit karena tidak ada pencatatan yang rapi terkait usahanya. Ketika tidak ada, maka harapan untuk masuk kategori bankable dan mendapat fasilitas perbankan hanya di ujung mata.

Danamas, startup fintech p2p lending milik Grup Sinar Mas, mengungkapkan komitmennya untuk “naik kelaskan” UMKM yang unbankable menjadi bankable. Mereka punya pemahaman sendiri tentang hal ini. Menurutnya hanya ada dua segmen, yakni served dan unserved bank. Bukan, unbanked, unbankable, dan bankable.

“Kita pakai istilah itu karena sebenarnya semua orang bisa ke bank, tapi ada orang yang punya rekening tapi tidak bisa dilayani bank. Supaya orang tersebut dari tidak terlayani, jadi terlayani bank, kita sebutnya unserved dan served bank,” ujar Presiden Direktur Danamas Dani Lihardja kepada DailySocial, Senin (24/2).

Danamas merupakan startup fintech p2p pertama yang mengantongi izin dari OJK sejak 2017. Konsep yang mereka pakai berbeda dengan yang biasa dipakai fintech lending lainnya. Mereka tidak mau memberikan peminjam dalam bentuk uang tunai, melainkan lewat perantara. Sumber dana pinjaman berasal dari para pemodal.

Dani menjelaskan sejak awal Danamas memakai konsep ini sebagai langkah mitigasi risiko terjadinya kredit macet. Menurut pandangannya, penyebab utama kredit macet adalah penggunaan dana yang tidak sesuai dengan permohonan awal, meski bentuk pinjaman yang mereka ambil adalah kredit modal usaha.

“Dari awal konsep kita bukan pinjaman online, setelah melalui analisis kita ingin pinjaman tidak boleh konsumtif. Kita ada visi misi ingin memberdayakan usaha produktif yang sekarang unserved.”

Dia melanjutkan, “Harapannya begitu mereka masuk ke served bank, bunga kredit yang dia dapat dari bank 16% setahun, paling bagus 9%. Itu lebih kecil, daripada saat pertama kali pinjam di Danamas yang bunganya sampai 29%. Setelah itu, kalau bisnisnya terus meningkat, mereka bisa jadi pemodal, sehingga siklusnya berputar.”

Konsep bisnis dan kinerja Danamas

Mengingat konsepnya yang berbeda, Danamas membentuk satu ekosistem sendiri yang terdiri dari tiga unsur, yakni peminjam, pemodal, dan pihak ketiga yang diwakili oleh distributor, pembina, pengelola, atau koperasi. Pemodal tidak bisa memberikan dananya langsung ke peminjam, melainkan harus melalui pihak ketiga untuk mengontrolnya.

“Syaratnya, mau nggak si peminjam tidak menerima kredit dalam bentuk uang. Jika Anda punya warung, kita akan tanya siapa distributor terbesarnya, kita akan kirimkan uangnya ke distributor. Nasabah tinggal kirim list barang yang akan dibeli.”

Sejalan dengan upaya menekan risiko, perusahaan menggunakan konsep kantor cabang untuk memantau seluruh pinjaman yang terjadi di lokasi tersebut. Terhitung kini ada 22 kantor yang tersebar di berbagai kota besar, seperti Medan, Pekanbaru, Jambi, Cirebon, Bandung, Surabaya, Pontianak, Makassar, Manado, dan Sorong.

Setiap pembukaan kantor baru, perusahaan akan membuat ekosistem di tiap segmen yang potensial dengan membuat daftar calon peminjam yang layak dan sesuai dengan kriteria di Danamas dan mencari pihak ketiga untuk memantau seluruh portfolio pinjaman. Ketika segmen potensial di lokasi tersebut sudah digarap, perusahaan akan geser mencari potensi berikutnya.

Dengan konsep ini, sebenarnya semua segmen usaha bisa dibiayai asal ada ekosistemnya tersebut. Akan tetapi, untuk saat ini segmen yang telah mendapat fasilitas pinjaman dari Danamas, diantaranya pedagang pulsa, warung kelontong, petani jagung, pengusaha telur bebek dan ayam, dan pengumpul kertas.

Dari seluruh usaha tersebut, penyaluran pinjaman terbesar adalah pedagang pulsa dengan porsi sekitar 50%. Berikutnya, pemilik warung kelontong 25%, sisanya terbagi menjadi petani jagung, peternak telur, pengumpul kertas dan Traveloka PayLater.

Menurut Dani, sekitar 10% dari pedagang pulsa yang telah mengambil pinjaman dari Danamas sudah mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Mereka telah lolos dan menerima kredit dari bank. Kebanyakan dari mereka mengambil kredit untuk membeli tokonya dari pemilik dengan mencicil dari bank.

“Prioritas bank bisa pilih Bank Sinarmas, mereka pasti langsung terima. Tinggal tunjukkan histori kreditnya di Danamas ke petugas, pasti akan lolos. Bank lain juga bisa, ada BPR, BRI, atau BNI, hanya saja biasanya mereka butuh tambahan assesment karena punya kriteria sendiri.”

“Biasanya bank begitu lihat histori kreditnya dan bayarnya benar, mereka cenderung akan langsung kasih. Beda dengan kondisi sebelumnya, pas mau ambil KUR, bank langsung tolak karena tidak ada sepotong surat apapun,” sambungnya.

Adapun secara akumulatif hingga hari ini (27/2), Danamas telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp1,9 triliun. Ada lebih dari satu juta pengajuan pinjaman yang disetujui dan diajukan oleh 350.540 peminjam aktif. Sementara, jumlah pemodal ritel terdaftar ada 142.941 orang dan lima pemodal dari institusi.

Dani juga menyebut perusahaan memberikan pinjaman konsumtif, tapi terbatas untuk peminjam yang masuk ke dalam kriteria.

Kontribusi dari Traveloka PayLater tergerus

Danamas merupakan mitra pertama yang digaet Traveloka saat merilis produk PayLater pada medio 2018. Dani menyebut pada saat itu, total penyaluran Danamas tembus di angka Rp1,4 triliun secara kumulatif. Kontribusi terbesarnya datang dari Traveloka sebesar Rp1 triliun dan sisanya adalah penyaluran komersil ke pedagang pulsa.

Saat ini kontribusi PayLater semakin tergerus di Danamas, bahkan ia menyebut sudah semakin minim, meski tidak menyebutkan angka persisnya. Kondisi ini terjadi karena banyak faktor.

Pertama, target pengguna Traveloka PayLater kebanyakan adalah sektor pekerja formal yang tidak sejalan dengan visi misi yang diusung perusahaan yang ingin menyasar segmen informal dan produktif. Alhasil Danamas tidak bisa memperluas nasabah untuk kebutuhan pinjaman yang lebih bersifat produktif.

“Pemakai Traveloka PayLater adalah nasabah yang sudah educated dan di sini tidak jalan unsur informalnya karena kebanyakan mereka adalah white collar. Jadinya ini beda dengan visi misi kita yang mau menaikkan yang unserved jadi served.”

Kedua, mitra sumber dana untuk Traveloka PayLater terus bertambah. Selain Danamas, sekarang ada Caturnusa, BRI, dan BNI. Kendati demikian, Dani tidak akan menyetop kesepakatan kerja samanya dengan Traveloka. “Dari awal memang kita tidak eksklusif. Kita bersedia karena ekosistemnya sama dengan kita. Peminjam tidak terima uang, kalau ekosistemnya beda, ya kita tidak mau.”

Rencana berikutnya

Danamas saat ini sedang meracik produk pembiayaan untuk penjual di platform e-commerce dan petani kelapa sawit. Dana perusahaan perlahan diarahkan untuk memberikan pembiayaan yang sejalan dengan bisnis utama dari holding, Di antaranya kelapa sawit dan percetakan kertas.

“Dua segmen baru ini sedang kita racik skemanya akan seperti apa, tapi intinya di sini sudah terbentuk ekosistemnya sehingga sangat memungkinkan untuk kita garap.”

Dari sisi kinerja, perusahaan menargetkan angka penyaluran dapat menembus angka Rp3 triliun secara akumulasi. Kenaikan ini bakal dipacu dengan menambah dua lokasi kantor cabang lainnya di Solo dan Pekalongan.

“Per tahun rata-rata kita menyalurkan Rp600 miliar, sekarang kita mau double. Driver-nya dari penambahan cabang, dulu ada tujuh, tahun lalu ada 15, sekarang sudah 22 kantor. Dari tiap cabang, kami targetkan bisa menciptakan ekosistem masing-masingnya.”

Secara struktur perusahaan, Dani menyebut Sinar Mas Multi Artha (SMMA), unit di bidang finansial di bawah Grup Sinar Mas, masih menjadi pemilik saham mayoritas di Danamas. Berikutnya, ada Itochu Corp yang masuk pada 2017. Total modal yang dikantongi perusahaan dari dua investor ini disebutkan sekitar Rp720 miliar.

Dia juga menegaskan posisi perusahaan sedang tidak dalam mencari pendanaan eksternal.

“Karena didukung ekosistem dari SMMA, semua sarana dan prasarana sudah disiapkan. Jadi sudah dari awal kita cetak profit. Kita hanya butuh cari ekosistem yang bisa kita giring ke bank atau multifinance. Makanya kita nggak cari pemodal karena dirasa tidak ada kebutuhan,” pungkasnya.

Bizzy Jadi Perusahaan Holding, Naungi Bisnis Pengadaan, Logistik dan Distribusi

Startup procurement khusus B2b “Bizzy” resmi umumkan menjadi holding, alias grup perusahaan yang menaungi beberapa bisnis. Inisiatif tersebut dibarengi masuknya lini bisnis logistik dan distribusi ke dalam layanannya. Di bawah naungan Bizzy Group, perusahaan berambisi menjadi yang terdepan dalam melayani konsumen B2B, terutama di kancah UKM.

CEO Bizzy Andrew Mawikere akan memimpin holding tersebut. Rencananya pada akhir tahun ini akan merilis situs baru dengan domain Bizzy.co.id, berisi seluruh layanan Bizzy yang sudah terintegrasi secara menyeluruh. Untuk sementara, masih terpisah-pisah namun sudah bisa diakses secara online.

“Bizzy.co.id akan jadi situs utama. Di dalamnya akan berisi semua layanan under Bizzy Group. Nantinya setelah memilih menu klien bakal diarahkan ke laman masing-masing layanan,” ujar Andrew, Selasa (23/7).

Perlu diketahui, bisnis logistik dan distribusi yang bergabung ke Bizzy tak lain adalah perusahaan yang tergabung dalam Sinarmas Group. Yakni PT Bina Sinar Amity (Bizzy Logistics) dan PT Sinarmas Distribusi Nusantara (Bizzy Distribution).

Basis bisnis kedua perusahaan ini awalnya sangat konvensional, namun kuat dari segi aset dan layanan karena sudah berdiri sejak lama. Bizzy sendiri masuk ke dalam afiliasi Sinarmas, pasca mengantongi pendanaan Seri B yang dipimpin SMDV pada tahun lalu.

Andrew mengaku, proses integrasi kedua perusahaan ini memakan waktu yang tergolong cukup singkat hanya setahun. Lantaran, keduanya berawal dari bisnis konvensional sehingga untuk pengujiannya bisa langsung dilakukan tanpa harus lewat pihak ketiga. Tantangan terbesarnya justru terletak di perubahan mindset dan cara kerja.

“Biasanya startup mulai dari digital lalu ke offline. Kalau kita terbalik, aset sudah ada baru di online-kan. Bedanya kalau bangun aplikasinya, kita bisa langsung coba ke aset sendiri enggak perlu pihak ketiga.”

Dia memasang target omzet yang cukup ambisius untuk Bizzy Group pada akhir tahun ini sebesar Rp5 triliun. Angka tersebut naik 30%-40% dibandingkan realisasi perusahaan di tahun sebelumnya sekitar Rp3,8 triliun. Diprediksi, Bizzy Distribution akan jadi penopang utama karena dianggap berkaitan erat dengan segmen pengguna Bizzy Group yakni pengusaha UKM.

Andrew mengaku saat ini pihaknya sedang mempersiapkan putaran pendanaan terbaru untuk dukung seluruh rencananya ke depannya.

Perkenalkan Bizzy Consolidation

Tidak hanya menambah dua lini baru, sambung Andrew, perusahaan juga merilis Bizzy Consolidation untuk bantu klien B2B menekan harga tender saat negosiasi ke vendor. Layanan ini hadir berbentuk vendor yang terdaftar di Bizzy Marketplace.

Model kerjanya, ketika tim menemukan ada lebih dari satu klien yang mau beli barang pengadaan dengan tipe yang sama, tim akan menawarkan untuk menggabungnya jadi satu pesanan sebelum dinegosiasikan ke vendor. Tujuannya untuk menekan harga beli, mengingat semakin banyak kuantitas barang harga dari vendor akan semakin turun.

“Nanti pesanannya klien kita tawarkan untuk digabung buat dinego ke vendor. Kami bisa dapat komisi dari savings mereka.”

Bizzy Marketplace, masih berada di situs Bizzy.co.id, tercatat telah menjaring 2000 pembeli dan 2500 vendor sejak resmi beroperasi pada 2015. Ada 14 kategori produk dengan 5100 sub kategori. Mulai dari elektronik industri, furnitur dan perabotan, MRO, peralatan hotel, restoran dan kafe, dan masih banyak lagi.

Bizzy Logistics dan Distribution

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan dari kedua perusahaan juga memperkenalkan bisnisnya. CEO Bizzy Logistics Paul Good menerangkan perusahaan bermain ke area logistik untuk pengiriman barang internasional dan bea cukai; rantai pasokan; dan pengangkutan.

Dari data yang Good kutip, market logistik di Asia Tenggara sangat besar ada $1,5 triliun. Indonesia mewakili 5% dari keseluruhannya, 2% di antaranya dikuasai oleh DHL.

“Kami bekerja sama dengan Hakovo dari Singapura untuk mendigitalkan bea cukai agar klien lebih efisien prosesnya saat mengirim barang masuk ke Indonesia,” terang Good.

Secara aset, perusahaan memiliki gudang seluas 38 ribu meter persegi, 384 truk berbagai kapasitas, dan tiap tahunnya melakukan 80 ribu perjalanan. Perusahaan melayani pengiriman ke Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Untuk Bizzy Distribution, memiliki 26 cabang dan 100 sub distributor. Perusahaan mendistribusikan produk barang konsumer dari merek-merek FMCG ke pedagang tradisional dan modern, dengan total 200 ribu titik distribusi tersebar di seluruh Indonesia.

CEO Bizzy Distribution Harsinto Huang menjelaskan, perusahaan memiliki produk turunan yakni TokoSmart.id, untuk bantu pedagang warung dalam hal menyetok persediaan barang lewat aplikasi. Mereka juga dapat menjual produk digital dari aplikasi TokoSmart. Konsep ini mirip dengan Kudo dan Kioson.

Sejak TokoSmart dikenalkan pada Januari 2019, diklaim telah memiliki 18.900 warung yang telah bergabung. Transaksinya mencapai lebih dari 39 ribu dengan nilai GMV Rp76,7 miliar hingga Juli 2019.

“Kami berniat untuk perluas layanan TokoSmart dengan menyediakan mesin POS agar mereka semakin mudah berjualan. Rencananya sampai akhir tahun kami mau gaet 1 juta pedagang warung,” kata Harsinto.

Grab and Sinar Mas Land Formed Strategic Partnership for “Digital Smart City” in BSD City

Grab and Sinar Mas Land officially formed a strategic partnership for the development of integrated smart digital city in BSD City. Grab will be the technology partner in the region by introducing the latest innovations in line with the solution in connectivity and mobility.

Through the MoU signing, today (3/4), will be the beginning of other collaborations between Grab and Sinarmas Group. In the ocassion, attended also Michael Widjaja as Sinar Mas Land Group CEO with Anthony Tan as Grab’s CEO and Co-Founder.

In fact, Grab’s investment for this partnership is said to include in Grab for Indonesia 2020 master plan worth of US$700 million and Grab Ventures with US$250 million.

“Indonesia is still in a big challenge of connectivity and mobility. There are lots of homework to do. Sinar Mas Land acquire experts in technology to facilitate BSD residents can get through daily activity,” Donny Rahayu, Sinar Mas Land’s Managing Director said.

Grab’s company, is in line with BSD City’s plan for digital smart city transformation. Where, the effort has been initiated since the city was built 30 more years ago. One of the already developed technology by Sinar Mas Land is OneSmile app, and it’s to be integrated with Grab.

Grab Indonesia’s President Director, Ridzki Kramadibrata added, there are three initiatives to do in BSD City. The most recent is running the mapping method of BSD City area to make it easier for passengers to decide the pickup and delivery points more accurately.

Later, to run trial of Personal Mobility Devices (PMD) which can be a close-distance personal transportation vehicle at affordable costs. Finally, conducting pilot mobility sharing solutions in the BSD City area.

“In the transportation technology, there are many kinds of mobility, intracity can be given as shuttle in the new way. There’s also feeder, but everything in new technology with better objective for customers,” he added.

Ridzki said PMD has been through trial and trusted in Singapore with GrabWheels service using e-scooter. They’re partner with National University of Singapore (NUS) for student transportation.

In BSD City, Grab is to build Grab Innovation and Engineering Lab as the as the center of research and innovation development in GOP 9, BSD City, using artificial intelligence to create smart and organized transportation system. It’s located in the same building with Apple.

In addition, Grab will create Grab Ventures Velocity program in BSD City for training and mentoring for selected startups. They’ve given opportunity to develop business and collaborate in Grab app. It was said, BSD City is the first integrated smart digital city in Indonesia on the right location for the program.

Aside from solution for transportation, both companies are supporting local culinary-based SMEs in the region by creating satellite kitchen called Kitchen by Grab Food.

“In every super app outside transportation modes, Grab wants to empower more SMEs with their technology. Because technology can make better productivity, also broader market access.”

Kitchen by GrabFood concept was first introduced in September 2018 located in Kedoya, West Jakarta. In this concept, Grab provides food court for selected culinary SMEs and focuses on take away service for every order from GrabFood


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Sinar Mas Land Kerja Sama Strategis untuk “Digital Smart City” di BSD City

Grab dan Sinar Mas Land meresmikan kerja sama strategis untuk pengembangan integrated smart digital city di BSD City. Grab akan menjadi mitra teknologi di kota tersebut dengan menghadirkan berbagai inovasi terbaru yang sejalan dengan solusi di bidang konektivitas dan mobilitas.

Lewat penandatangan nota kesepahaman pada hari ini (4/3), akan mengawali kerja sama lainnya antara Grab dengan Sinarmas Group. Dalam kesempatan tersebut turut dihadiri Group CEO Sinar Mas Land Michael Widjaja dan Group CEO dan Co-Founder Grab Anthony Tan.

Perlu diketahui, investasi yang disiapkan Grab dalam kerja sama ini diungkapkan sudah termasuk bagian dari master plan Grab for Indonesia 2020 sebesar US$700 juta dan Grab Ventures dengan investasi US$250 juta.

“Indonesia masih memiliki tantangan besar soal konektivitas dan mobilitas. Jadi masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Sinar Mas Land gandeng expert di bidang teknologi agar masyarakat BSD dapat lebih mudah melakukan kegiatan sehari-harinya,” ucap Managing Director Sinar Mas Land Donny Rahayu.

Kehadiran Grab, sambungnya, sejalan dengan upaya BSD City yang sedang bertransformasi ke arah digital smart city. Yang mana, upaya tersebut sudah dirintis sejak kota ini dibangun pada lebih dari 30 tahun yang lalu. Teknologi yang sudah dikembangkan Sinar Mas Land, salah satunya aplikasi OneSmile bakal disiapkan agar dapat terintegrasi dengan Grab.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menambahkan ada tiga inisiatif yang akan dilakukan Grab di BSD City ke depannya. Yang terdekat adalah menjalankan metode pemetaan daerah BSD City untuk memudahkan penumpang menentukan titik penjemputan dan pengantaran yang lebih akurat.

Kemudian, melakukan uji coba Personal Mobility Devices (PMD) yang dapat menjadi sarana transportasi personal jarak dekat dengan biaya terjangkau. Terakhir, melakukan program pilot solusi mobilitas berbagi di kawasan BSD City.

“Dalam teknologi transportasi itu banyak mobilitas di dalamnya, untuk intracity bisa kita berikan seperti shuttle tapi the new way. Juga ada feeder, namun semuanya dengan teknologi baru dengan tujuan pengalaman yang sebaik-baiknya untuk pelanggan,” kata Ridzki.

Ridzki menyebut PMD sudah diujicoba dan terbukti di Singapura dengan layanan GrabWheels yang menggunakan e-scooter. Di sana, Grab bermitra dengan National University of Singapore (NUS) untuk moda transportasi para mahasiswanya.

Di BSD City, Grab akan membangun Grab Innovation and Engineering Lab sebagai pusat penelitian dan pengembangan inovasi di GOP 9, BSD City, yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan untuk menciptakan sistem transportasi yang cerdas dan tertata. Lokasi ini berada di gedung yang sama dengan Apple.

Di samping itu, Grab akan menyelenggarakan program Grab Ventures Velocity di BSD City untuk pelatihan dan mentoring buat startup terpilih. Mereka diberi kesempatan mengembangkan bisnis dan bergabung dalam aplikasi Grab. Disebutkan, BSD City adalah integrated smart digital city pertama di Indonesia dengan lokasi tepat untuk program tersebut.

Selain memberikan solusi untuk permasalahan transportasi, kedua perusahaan ini juga berupaya mendukung UKM lokal berbasis kuliner di kawasan tersebut dengan mendirikan dapur satelit yang disebut Kitchen by GrabFood.

“Dalam every day super app di luar moda transportasi, Grab mau berdayakan lebih banyak lagi UKM dengan teknologi yang kami punya. Sebab teknologi bisa membuat produktivitas mereka lebih baik, akses pasarnya pun bisa lebih luas.”

Konsep Kitchen by GrabFood pertama kali dikenalkan pada September 2018 dengan memilih Jakarta Barat, bertepat di Kedoya. Dalam konsep ini, Grab menyediakan food court untuk UKM kuliner terpilih dan hanya fokus ke layanan take away buat setiap pemesanan yang datang dari GrabFood.

Application Information Will Show Up Here

Dirumorkan Berhenti Beroperasi, Ardent Labs Indonesia Segera Luncurkan Dua Startup Baru

Rumor yang berkembang menyebutkan bahwa Ardent Labs Indonesia, sebuah usaha dari Ardent Capital untuk menciptakan startup inovatif, akan segera ditutup karena tidak dapat memenuhi target. CEO Ardent Capital Adrian Vanzyl mengonfirmasi bahwa mereka masih beroperasi dan bahkan akan segera meluncurkan dua startup baru dalam beberapa bulan ke depan, diharapkan sebelum hari raya Idul Fitri. Continue reading Dirumorkan Berhenti Beroperasi, Ardent Labs Indonesia Segera Luncurkan Dua Startup Baru

Sinarmas Group Pimpin Investasi $5 Juta untuk Perusahaan Jepang Pengembang TwitCasting

Sinarmas Group memimpin investasi senilai $5 juta (Rp 60 miliar) yang ditujukan untuk Moi Corporation, perusahaan Jepang yang mengembangkan platform live streaming TwitCasting. Selain Sinarmas Group, East Ventures juga ambil bagian dalam putaran pendanaan ini. Moi Corporation memastikan dana itu akan digunakan untuk ekspansi TwitCasting ke luar Jepang.

Continue reading Sinarmas Group Pimpin Investasi $5 Juta untuk Perusahaan Jepang Pengembang TwitCasting