Carro Announces Series C Funding and Unicorn Status, Stirring Car Marketplace Competition

The used car marketplace platform Carro today (15/6) announced Series C funding worth $360 million or equivalent to 5.1 trillion Rupiah. The round was led by SoftBank Vision Fund 2, participated by a number of investors including East Ventures. Carro claims to have reached “unicorn” status with this investment round, aka reaching a valuation of more than $1 billion.

This funding continues the previous ones the company secured for the last few years. In 2020, Carro received debt funding from a number of investors, following the series B round which was closed in the first quarter of 2019. From the seed investment in 2015 until 2020, Carro managed to reach valuation of around $291 million.

The investors involved include Alpha JWC Ventures, B Capital Group, NCore Ventures, Golden Gate Ventures, Endeavor Catalyst, Mitsubishi Corp, and a number of others. SoftBank Group had previously invested in Carro in 2016 through SoftBank Ventures Asia.

Carro is to channel the fresh funds to strengthen its market position and expand its products in the markets of Indonesia, Thailand, Malaysia and Singapore. Carro will also increase its financial services portfolio by expanding beyond in-house loan financing, as well as accelerating the development of AI capabilities.

Carro management team / Carro

Last April, Carro Indonesia stated that their services managed to record total sales of used car units of over 100% in Q1 2021 compared to Q4 2020. In terms of business as a whole, Carro claims to have posted revenue growth of more than 2.5x as of March 2021 and continued its positive EBITDA position for the second year in a row.

The next round, based on the founder’s statement to e27, the company is considering to go public. It is said that the plan will be finalized in the next 18-24 months.

Within its company group, Carro also oversees several digital platforms, such as Genie (Singapore), myTukar (Malaysia), and Jualo (Indonesia).

Market Competition

In the category of purchasing (C2B) and selling (B2C) used cars, Carro competes directly with Carsome — both are regional players with business bases in Indonesia and some countries.

The business model is similar, for C2B they buy consumer cars instantly by conducting thorough inspections. The company provides checkpoints at strategic locations — while purchase requests can be made via the website. The purchased cars are then sold to car dealership owners for re-marketing.

As for the B2C model, the cars that were successfully purchased and inspected were re-sold through their digital platform. The unique value offered is the result of inspection, considering that the goods being sold are used stuff. They also work with financial institutions to peddle credit schemes.

Based on an site visits analysis in Indonesia and Malaysia, Carsome is currently superior to Carro. In each country they operate different sites, such as in Indonesia: Carsome.id and Carro.id; as well as in Malaysia: Carsome.my and myTukar.com.

Carro vs Carsome stats in Indonesia:

myTukar vs Carsome stats in Malaysia:

In terms of funding, Carsome has secured a series D funding round from a number of investors at the end of 2020. From the seed round to the last round, Carsome’s estimated valuation has reached $250 million. Endeavor and the Mitsubishi unit were involved in financing Carsome and Carro.

A recent report published by DealStreetAsia says that Carsome is in the midst of seeking more than $200 million in new funding — and potentially turning them into the next unicorn.

According to company’s submitted data, in Q4 2020 Carsome managed to record the highest revenue, which was double the period before the pandemic. In addition, Carsome also managed to achieve group operational profitability in Q4 2020.

In Indonesia, there are also other players, OLX Autos (formerly BeliMobilGue) which has now been integrated with OLX’s services. The main focus is on buying cars from consumers — although some of the inspection products are currently starting to be sold through OLX and other online marketplace channels.

Carro and Carsome also promote an online-to-offline strategy by presenting outlets to assist the transaction process. Carro just launched the “Carro Automall Point” in April 2021, currently the used car showrooms are located in three areas around Jabodetabek. Meanwhile, Carsome has recently launched the “Experience Center” in early April 2021. For its own inspection points, Carsome has covered 15 cities in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Carro Umumkan Pendanaan Seri C dan Jadi Unicorn, Kompetisi “Car Marketplace” Meruncing

Platform marketplace mobil bekas Carro hari ini (15/6) mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $360 juta atau setara 5,1 triliun Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2, diikuti sejumlah investor termasuk East Ventures. Dengan tambahan investasi ini, Carro menyatakan telah mencapai status “unicorn”, alias mencapai valuasi lebih dari $1 miliar.

Perolehan ini menyambung pendanaan yang berhasil dibukukan perusahaan pada beberapa tahun terakhir. Di tahun 2020, Carro memdapatkan pendanaan debt dari sejumlah investor, menyusul putaran seri B yang ditutup pada kuartal pertama 2019. Dari rangkaian investasi tahap awal tahun 2015 s/d 2020, Carro berhasil membukukan valuasi sekitar $291 juta.

Adapun investor yang terlibat termasuk Alpha JWC Ventures, B Capital Group, NCore Ventures, Golden Gate Ventures, Endeavor Catalyst, Mitsubishi Corp, dan sejumlah lainnya. SoftBank Group sendiri sebelumnya juga telah berinvestasi di Carro pada tahun 2016 melalui SoftBank Ventures Asia.

Carro akan menggunakan dana segar tersebut untuk memperkuat posisi pasarnya dan memperluas produk di pasar Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Carro juga akan meningkatkan portofolio layanan keuangannya dengan memperluas di luar pembiayaan pinjaman in-house, serta mempercepat pengembangan kemampuan AI.

Jajaran tim dan manajemen Carro / Carro

April lalu, tim Carro Indonesia menyampaikan bahwa pada Q1 2021 layanan mereka berhasil membukukan total penjualan unit mobil bekas hingga di atas 100% dibandingkan Q4 2020. Sementara untuk bisnisnya secara keseluruhan, per Maret 2021 Carro mengklaim telah membukukan pertumbuhan pendapatan lebih dari 2,5x dan melanjutkan posisi EBITDA positif untuk tahun kedua secara berturut-turut.

Babak selanjutnya, menurut pengakuan founder kepada e27, perusahaan akan mempertimbangkan untuk go-public. Di katakan rencana tersebut akan dimatangkan 18-24 bulan ke depan.

Dalam grup perusahaannya, Carro juga menaungi beberapa platform digital Genie (Singapura), myTukar (Malaysia), dan Jualo (Indonesia).

Kompetisi pasar

Di kategori pembelian (C2B) dan penjualan (B2C) mobil bekas, Carro berkompetisi langsung dengan Carsome — keduanya sama-sama pemain regional yang juga memiliki basis bisnis di Indonesia dan sejumlah negara.

Model bisnisnya nyaris mirip, untuk C2B mereka membeli mobil konsumen secara instan dengan melakukan inspeksi menyeluruh. Perusahaan menyediakan titik-titik pemeriksaan di lokasi strategis — adapun permintaan pembelian bisa dilakukan melalui situs web. Mobil yang dibeli selanjutnya dijual kepada para pemilik diler mobil untuk kembali dipasarkan.

Sementara untuk model B2C, mobil yang berhasil dibeli dan diinspeksi kembali dijual melalui platform digital yang mereka miliki. Nilai unik yang coba dihadirkan adalah hasil inspeksi, mengingat barang yang dijual adalah bekas. Mereka juga bekerja sama dengan lembaga finansial untuk menjajakan skema kredit.

Berdasarkan analisis kunjungan situs di Indonesia dan Malaysia, sejauh ini Carsome lebih unggul dibandingkan dengan Carro. Di tiap negara mereka mengoperasikan situs yang berbeda, seperti di Indonesia: Carsome.id dan Carro.id; serta di Malaysia: Carsome.my dan myTukar.com.

Statistik Carro vs Carsome di Indonesia:

Statistik myTukar vs Carsome di Malaysia:

Di sisi pendanaan, Carsome akhir tahun 2020 lalu baru membukukan putaran pendanaan seri D dari sejumlah investor. Dari seed round sampai putaran terakhir yang diperoleh estimasi valuasi Carsome telah mencapai $250 juta. Endeavor dan unit Mitsubishi terlibat di pendanaan Carsome dan Carro.

Kabar terbaru yang diterbitkan DealStreetAsia mengatakan, bahwa Carsome tengah dalam penjajakan untuk mendapatkan pendanaan baru lebih dari $200 juta — dan berpotensi membawa mereka menjadi unicorn selanjutnya.

Menurut data yang disampaikan perusahaan, pada Q4 2020 Carsome berhasil membukukan pendapatan tertinggi yang jumlahnya dua kali lipat dari periode sebelum pandemi. Selain itu, Carsome juga berhasil mencapai profitabilitas operasional group pada Q4 2020.

Di Indonesia juga ada pemain lainnya yakni OLX Autos (sebelumnya BeliMobilGue) yang kini sudah terintegrasi dengan layanan milik OLX. Fokus utamanya lebih ke pembelian mobil dari konsumen — kendati saat ini beberapa produk hasil inspeksinya juga mulai dijual melalui OLX dan kanal online marketplace lainnya.

Carro dan Carsome turut galakkan strategi online-to-offline dengan menghadirkan gerai untuk membantu proses transaksi. Carro baru meresmikan “Carro Automall Point” pada akhir April 2021 lalu, saat ini showroom mobil bekas tersebut sudah berada di tiga lokasi sekitar Jabodetabek. Sementara Carsome juga baru meresmikan “Experience Center” pada awal April 2021 lalu. Untuk titik inspeksi sendiri, Carsome sudah menjakau 15 kota di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Investasi SoftBank di Startup Teknologi

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, tahun ini Softbank (melalui dana kelolaannya) menjanjikan menggelontorkan dana $2 miliar ke (startup-startup) Indonesia, kemudian akan menambahkan lagi $2-3 miliar di tahun-tahun mendatang.

“Jadi mungkin 5 miliar dollar AS dalam waktu tiga tahun ke depan,” terang Luhut.

Suatu nilai yang sangat besar dalam bentuk komitmen ke suatu negara.

Agenda investasi yang sudah pasti dari SoftBank adalah pengembangan Grab dan Tokopedia. Dielaborasi dengan misi pemerintah, penguatan bisnis tersebut dinilai dapat menunjang berbagai layanan penting dan proyek infrastruktur.

“Kami akan membuat kantor pusat Grab di Indonesia, dan juga berinvestasi $2 miliar melalui Grab. Tetapi kita akan berinvestasi lebih banyak ke Indonesia,” jelas Founder & CEO SoftBank Masayoshi Son sesaat sehabis bertemu Presiden Joko Widodo.

Dengan kantor pusat keduanya di Indonesia, Grab akan mengupayakan peningkatan produk. Di sini mereka akan fokus melakukan riset dan pengembangan. Produk seperti GrabFood, seperti disampaikan Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata. akan menjadi perhatian utama.

Masih sebatas rumor, SoftBank juga akan berinvestasi ke sejumlah startup lain. Nama yang sudah dimunculkan adalah startup pendidikan Ruangguru dan startup di bidang kelautan Aruna.

Dimulai dari IPO Alibaba

Perjalanan kewirausahaan Son sudah dimulai sejak berstatus mahasiswa di University of California, Berkeley pada tahun 1970-an. Bersama rekannya ia menjual mesin penerjemah hingga alat permainan (game). Tahun 1981 ia kembali ke Jepang dan mendirikan SoftBank sebagai perusahaan distributor software komputer. IPO di tahun 1994 berhasil membuat modal usahanya meningkat tajam, lalu dilanjutkan ekspansi.

Keyakinan Son pada produk komputer semakin meningkat dan membawa SoftBank menjadi perusahaan telekomunikasi dan internet terkemuka di Jepang. Di era internet pada 1990an bisnisnya melejit. Pada tahun 2000 ia memutuskan untuk berinvestasi $20 juta ke Alibaba dengan kepemilikan 26% saham.

Alibaba Marketcap
Perkembangan terkini kapitalisasi pasar Alibaba Group

Alibaba adalah tonggak penting bagi Son. Termasuk meningkatkan kepercayaan para investor hingga pada tahun 2016 ia merilis Vision Fund. Kala itu bernilai $95 miliar, termasuk didukung dana investasi publik Arab Saudi dan Abu Dhabi. Fokus investasinya pada putaran pendanaan tahap akhir di perusahaan teknologi yang hampir IPO. Tentu semangat para pemberi dana ventura adalah mendapatkan kesempatan masuk di lantai bursa berikutnya, mengulang kesuksesan Alibaba.

Tahun ini punya dana investasi $180 miliar

Bulan Juli 2019 lalu, melalui inisiatif SoftBank Vision Fund 2, Masayoshi Son mengumumkan bahwa mereka telah mengumpulkan dana sekitar US$180 miliar. Perusahaan multinasional seperti Apple, Foxconn, Microsoft hingga Standard Chartered Bank turut berpartisipasi sebagai investor. Sebagian besar dana akan diinvestasikan kepada startup dan/atau perusahaan dunia yang mendukung percepatan revolusi teknologi kecerdasan buatan.

SoftBank adalah investor awal di Yahoo Jepang dan Alibaba. Sejak saat itu mereka melanjutkan pertaruhan untuk berinvestasi pada perusahaan teknologi dan telekomunikasi di dunia. Klook, Oyo, Tokopedia, Slack, ARM, Nvidia, WeWork, Didi dan Grab adalah beberapa perusahaan yang sudah masuk dalam portofolionya.

SoftBank Group
Gambaran bisnis SoftBank Group

Sepanjang paruh pertama tahun 2019, perusahaan sudah membukukan revenue bisnis melebihi 1.169 miliar Yen. Sub-sektor konsumer yang memberikan sumbangsih terbanyak.

Menjelang akhir tahun 2018, jaringan hotel Oyo resmikan debut di Indonesia. Langkah yang diambil cukup agresif, melihat riuhnya persaingan yang ada. Platform budget hotel seperti Airy, RedDoorz, hingga Zen Rooms terus jadi sorotan, dinilai menghadirkan disrupsi di sektor hospitality. Oyo telah bermitra dengan lebih dari 500 pemilik properti, mengelola lebih dari 530 hotel dan 12 ribu kamar di 52 kota di Indonesia.

Selain di Indonesia, jaringan hotel Oyo juga sudah ada di India, Tiongkok, Ameria Serikat, Jepang, Arab Saudi dan 9 negara lainnya. Dengan dukungan penuh dari Vision Fund, perusahaan ditargetkan untuk menyaingi Marriott yang saat ini menjadi jaringan hotel terbesar di dunia.

SoftBank Vision Fund
Nilai dan partisipan Vision Fund yang digagas SoftBank / Cruchbase, CBInsights, DailySocial

September 2019 nanti, puluhan founder dan eksekutif startup/perusahaan di naungan portofolio SoftBank dikabarkan akan berkumpul di Los Angeles. Pertemuan privat ini akan membahas ambisi Son untuk membangun ekosistem bisnis yang memungkinkan antar perusahaan dapat saling bersinergi guna mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang lebih pesat.

Bagi perusahaan yang masuk dalam portofolio Vision Fund, dukungan ekspansi global menjadi yang diharapkan. Seperti yang diungkapkan CFO SoftBank Vision Fund Navneet Govil, dana yang dikucurkan memang selalu ditargetkan agar perusahaan terkait dapat meningkatkan skala bisnis, fokus Vision Fund adalah pada growth. Tak ayal perusahaan penerimanya melakukan berbagai cara untuk mencapai target tersebut, termasuk melalui akuisisi.

Grab Aims for Follow on Funding Over 28 Trillion Rupiah

Grab announces follow on funding worth of US$2 billion (around 28.33 trillion Rupiah) to ease the expansion plan in Southeast Asia. It is to be used for investment or acquisition, there should be six companies by this year.

The plan is also part of Series H round, closes at US$6.5 billion. Previously, Grab’s Co-Founder and CEO, Anthony Tan said this round is still open for interested investors.

In March 2019, Grab has just announced US$1.46 billion funding (around Rp20.65 trillion) from SoftBank Vision Fund. In this round, Grab has received US$4.5 billion, fully supported by SoftBank and other investors.

The partnership between Grab and SoftBank is tighter and has reached the next level, which has been going on since 2014.

In the official release, Anthony said he met Masayoshi (SoftBank CEO) last week and provided unlimited support for Grab’s growth. The support, along with other investors, will enable Grab to develop intensely this year in all payment, transportation and food services.

“At the current growth rate, we expect to be four times greater than our closest competitors in Indonesia and throughout Southeast Asia by the end of this year,” he added.

In addition, he also said that he would continue to develop Indonesia’s startups and technology talents through such programs as Grab Ventures Velocity and Thinkubator.

Ming Maa, Grab’s President added, along with the massive transformation, there are opportunities to grow in various services such as health, finance and others. For this reason, Grab will do at least six investments or acquisitions this year.

“Among other major markets, Indonesia have privilege to get this latest investment significantly. It will get us on the right track to be 4x bigger than our closest competitor and remain a leader in the on-demand transportation.”

In a previous press conference, Grab’s business is said to grow rapidly with double revenue in 2018. GrabFood is also in line, it has covered 178 cities in Indonesia, growing from 13 cities at the beginning of last year. GrabFood’s shipping volume increased almost 10 times in the same year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Incar Pendanaan Tambahan Lebih dari 28 Triliun Rupiah

Grab mengumumkan rencana pendanaan tambahan sebesar US$2 miliar (setara 28,33 triliun Rupiah) untuk melancarkan rencana ekspansinya di Asia Tenggara. Dana tersebut akan dipakai untuk berinvestasi atau akuisisi perusahaan, ditargetkan akan ada enam perusahaan tahun ini.

Rencana tersebut masih merupakan bagian dari putaran seri H yang akan ditutup senilai US$6,5 miliar. Sebelumnya Co-Founder dan CEO Grab Anthony Tan menyatakan pihaknya masih membuka putaran ini untuk investor yang berminat.

Pada Maret 2019, Grab baru saja mengumumkan perolehan dana US$1,46 miliar (setara dengan Rp20,65 triliun) dari SoftBank Vision Fund. Pada putaran H ini, Grab telah mengantongi US$4,5 miliar yang didukung penuh oleh SoftBank dan investor lainnya.

Tentunya kemitraan antara Grab dan SoftBank semakin kuat dan dinyatakan telah mencapai tingkat selanjutnya, yang sebelumnya sudah terjalin sejak 2014.

Dalam pernyataan resminya, Anthony mengatakan dirinya bertemu Masayoshi (CEO SoftBank) minggu lalu dan dia memberikan dukungan yang tidak terbatas untuk pertumbuhan Grab. Dukungan tersebut, bersama dengan investor lainnya, akan memungkinkan Grab untuk berkembang sangat agresif di tahun ini di seluruh layanan pembayaran, transportasi, dan makanan.

“Pada tingkat pertumbuhan kami saat ini, kami berharap dapat menjadi empat kali lebih besar dari pesaing terdekat kami di Indonesia dan di seluruh Asia Tenggara pada akhir tahun ini,” katanya.

Di samping itu, dia juga menyatakan akan terus mengembangkan potensi startup dan talenta teknologi di Indonesia melalui program seperti Grab Ventures Velocity dan Thinkubator.

President Grab Ming Maa menambahkan sejalan dengan transformasi yang luar biasa, ada kesempatan yang sudah terbuka untuk terus tumbuh di berbagai layanan seperti kesehatan, keuangan, dan lainnya. Untuk itu, Grab akan melakukan setidaknya enam investasi atau akuisisi di tahun ini.

“Di antara pasar-pasar utama lainnya, Indonesia khususnya akan mendapatkan investasi terbaru ini secara signifikan. Hal ini akan membuat kami berada di jalur yang tepat untuk menjadi 4x lebih besar dari pesaing terdekat kami dan tetap menjadi pemimpin dalam layanan on-demand transport.”

Dalam konferensi pers sebelumnya, Grab mengklaim bisnisnya berkembang sangat pesat dengan pendapatan lebih dari dua kali lipat pada 2018. GrabFood juga berkembang pesat, wilayahnya telah mencakup di 178 kota di Indonesia tumbuh dari 13 kota pada awal tahun lalu. Volume pengiriman GrabFood meningkat hampir 10 kali lipat di tahun yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Grab Announces Investment Over 20 Trillion Rupiah from SoftBank Vision Fund

Grab announces funding worth of US$1.46 billion (equivalent to 20.65 trillion rupiah) from SoftBank Vision Fund. It’s claimed to be their biggest in Southeast Asia.

This funding is included in the ongoing series H round and open for interested investors. In total, Grab has received funding more than US$4.5 billion (around 63.65 trillion rupiah).

The other investors involved in this round are Toyota Motor Corporation, Oppenheimer Funds, Hyundai Motor Group, Booking Holdings, Microsoft Corporation, Ping An Capital, and Yamaha Motor. In fact, Grab has named Decacorn in the series G round.

“SoftBank and The Vision Fund are the long-term strategic investors for Grab, and we’re glad for the advanced support for Grab’s development,” Grab’s Co-Founder and CEO, Anthony Tan said, Wed (3/6).

He said this investment ready to support Grab’s vision as the super app in Southeast Asia. It offers more daily services, bigger accessibility, and convenience for all customers.

In addition, service expansion in terms of financial, food and product delivery, content and digital payment, also the latest service announced last year.

Some services that have and soon to available in Grab’s open platform are on demand video service with Hooq, digital health service, insurance, and hotel reservation with Booking Holdings.

He also specifically said most funding will be invested in Indonesia. Compared to other countries, Tan named Indonesia as the biggest with the most significant growth than other country bases.

“Compared to Thailand or Vietnam, both countries have not really significant impact for Grab.”

He also specifically has no interest to involve in exchange, in any country. He said, the support of strategic investors for Grab are more than enough, therefore, exchange is not on the bucket list.

Business plan in Indonesia

President Director for Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata claims Grab as the leading on-demand transportation that covers 60% of two-wheeler and 70% of four-wheeler in Indonesia. The business is going well in Indonesia and income has increased by two times last year. There’s no specific number to describe the claim.

He mentioned this funding is to be used for micro entrepreneur through GrabFood and GrabExpress, empowering tech talents, and developing local startup through Grab Ventures, and new service in Indonesia.

As part of this focus, Grab plans to introduce electric ride and Personal Mobility Device (PMD) in BSD City. Only, he hasn’t shared the bigger picture regarding the plan, it’s still an initial stage.

Either Tan or Kramadibrata confirmed that the company will look for the right solution for electric vehicle in Indonesia. Therefore, it can be just a copy paste from Singapore. What’s Grab decision on this issue in Indonesia will not be the same with what happened in Singapore.

“Currently, Grab owns the largest number of electric vehicles. There are hundreds in Singapore. We partnered up with everyone, including the government, to create the ecosystem. We invest a lot to build healthier environment in Southeast Asia.”

In group, Grab’s profit has increased by two times from March 2018 to December 2018. GrabFood’s increased by 45 times in the same period. The service has been available in 199 cities in 6 countries.

Grab Financial Group is claimed to be the only platform with access to e-money license in 6 SEA countries. Since established in March 2018, Grab has set the monthly transaction increase for almost 5 times up.

Instant delivery and same day delivery volume for GrabExpress is claimed to increase by three times regionally, and available in 150 cities.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Umumkan Investasi Lebih dari 20 Triliun Rupiah dari SoftBank Vision Fund

Grab mengumumkan perolehan pendanaan senilai US$1,46 miliar (setara dengan 20,65 triliun Rupiah) dari SoftBank Vision Fund. Diklaim ini adalah pendanaan terbesar SoftBank di Asia Tenggara.

Pendanaan ini termasuk dalam putaran seri H yang masih berlangsung dan terbuka untuk investor yang berminat. Secara total, Grab telah menerima pendanaan lebih dari US$4,5 miliar (senilai 63,65 triliun Rupiah).

Investor lainnya yang termasuk dalam putaran H adalah Toyota Motor Corporation, Oppenheimer Funds, Hyundai Motor Group, Booking Holdings, Microsoft Corporation, Ping An Capital, dan Yamaha Motor. Perlu diketahui, Grab menyabet status Decacorn pada putaran pendanaan seri G.

“SoftBank dan The Vision Fund adalah investor strategis jangka panjang bagi Grab dan kami berterima kasih atas dukungan berkelanjutan mereka bagi pertumbuhan Grab,” ucap Co-Founder dan CEO Grab Anthony Tan, Rabu (6/3).

Dia menjelaskan investasi ini akan membantu Grab untuk mengembangkan visi perusahaan sebagai super app di Asia Tenggara. Menghadirkan lebih banyak layanan harian, aksesibilitas yang lebih besar dan kenyamanan untuk para penggunanya.

Di samping itu perluasan layanan di bidang keuangan, pengiriman makanan dan barang, konten dan pembayaran digital, serta layanan baru yang telah diumumkan pada tahun lalu.

Beberapa layanan yang telah dan akan segera tersedia di open platform Grab adalah layanan video on demand bersama Hooq, layanan kesehatan digital, penyedia jasa asuransi, dan layanan reservasi hotel bersama Booking Holdings.

Anthony juga menuturkan secara khusus pihaknya akan menginvestasikan sebagian besar pendanaan untuk Indonesia. Dibandingkan dengan negara lainnya, Anthony mengaku Indonesia adalah pasar terbesar dan memiliki pertumbuhan yang paling signifikan dibandingkan negara lainnya di mana Grab beroperasi.

“Kalau dibandingkan dengan Thailand ataupun Vietnam, dua negara ini kurang memiliki dampak yang signifikan bagi Grab.”

Dia juga secara spesifik kurang memiliki ketertarikan untuk rencana melantai di bursa, di manapun negaranya. Anthony memandang, dengan dukungan dari berbagai investor strategis yang sudah didapat Grab sudah lebih dari cukup, sehingga opsi untuk melantai di bursa bukan jadi sesuatu yang dibutuhkan.

Rencana untuk Indonesia

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengklaim saat ini Grab menjadi pemimpin dalam layanan transportasi on-demand yang menguasai 60% pangsa pasar roda dua dan 70% pangsa pasar roda empat di Indonesia. Bisnis Grab di Indonesia tumbuh pesat, dengan pendapatan naik dua kali lipat pada tahun lalu. Tidak angka angka spesifik yang menjelaskan klaim tersebut.

Ridzki mengatakan pendanaan ini akan dipakai untuk penambahan micro entrepreneur lewat GrabFood dan GrabExpress, memberdayakan talenta teknologi, dan pengembangan startup lokal lewat Grab Ventures, serta layanan baru di Indonesia.

“Grab ingin men-double-kan pengusaha mikro agar bisa mendapatkan hasil lebih setelah bergabung dengan kami. Contohnya di GrabFood, rata-rata merchant-nya mendapat pendapatan naik 88%. Mitra Grab pun mendapat pendapatan di atas UMR.”

Sebagai bagian dari fokus di atas, Grab berencana untuk menghadirkan kendaraan elektrik dan Personal Mobility Device (PMD) di BSD City. Hanya saja, dia belum bersedia memberikan gambaran lebih jauh terkait hal tersebut, sebab masih dalam tahap awal.

Baik Anthony maupun Ridzki memastikan perusahaan akan tetap melihat bagaimana solusi yang tepat untuk kendaraan elektrik di Indonesia. Sehingga tidak bisa langsung copy paste dengan Singapura. Apa yang bakal dilakukan Grab untuk hal ini di Indonesia, belum tentu akan sama dengan apa yang sudah terjadi di Singapura.

“Saat ini Grab menjadi pemilik armada kendaraan listrik terbesar. Ada ratusan di Singapura. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintahnya untuk membentuk ekosistem. Kami investasi banyak untuk membangun lingkungan yang lebih sehat di Asia Tenggara.”

Secara grup, pendapatan dari bisnis transportasi Grab naik hampir dua kali lipat dari Maret 2018 sampai Desember 2018. Pendapatan GrabFood tumbuh 45 kali lipat pada periode yang sama. Layanan ini hadir di 199 kota di enam negara.

Untuk Grab Financial Group, diklaim menjadi satu-satunya platform yang memiliki akses ke lisensi e-money di enam negara di Asia Tenggara. Sejak diluncurkan di Maret 2018, Grab telah mencatat pertumbuhan transaksi bulanan hampir lima kali lipat.

Volume instant delivery dan same day delivery untuk GrabExpress diklaim meningkat lebih dari tiga kali lipat di tingkat regional, dan tersedia di 150 kota.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Announces 16 Trillion Rupiah Funding Led by Softbank and Alibaba

Today (12/12) Tokopedia officially announces the latest funding worth of $1.1 billion (around 16 trillion rupiah). This round was led by SoftBank Vision Fund and Alibaba Group, participated also Softbank Ventures Korea and Tokopedia’s existing investors. The news has been rumored since last November.

Tokopedia plans to use the additional capital to boost technology and infrastructure development in empowering millions of customers to provide the best service.

“In the first nine years, Tokopedia focused on building the biggest marketplace in Indonesia providing the physical and digital product. Entering the tenth year, Tokopedia will turn our ecosystem into infrastructure-as-a-service (IaaS) where logistics, fulfillment, payment, and our financial service will enable trading, both online and offline. It’ll expand Tokopedia’s scale and network while increasing operational efficiency for millions of business and partners,” William Tanuwijaya, Tokopedia’s Co-founder and CEO, said.

To date, Tokopedia has reached 93% sub-district in more than 17,000 islands all over Indonesia. This year, Tokopedia’s gross merchandise value (GMV) increased by four times. Currently, Tokopedia also provides same-day delivery for 25% of the transactions occurred in its platform.

“Tokopedia provides access to more than 100 million products to all Indonesians. We support and trust the power of local entrepreneurs, and see the potential of Tokopedia’s growth increasing,” Lyda Jett said as SoftBank Investment Advisers’ Senior Investor and Tokopedia’s Board Member.

It was said earlier about the current condition of shareholders in Tokopedia. William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison are said to hold less than 8% of its company shares. Softbank in total (including its affiliates) owns more than 38% of the company shares. Alibaba, through Taobao, is the second largest investor with 25% shares.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Umumkan Perolehan Pendanaan 16 Triliun Rupiah yang Dipimpin oleh Softbank dan Alibaba

Hari ini (12/12) Tokopedia resmi mengumumkan perolehan pendanaan terbaru senilai $1,1 miliar (setara dengan 16 triliun Rupiah). Putaran pendanaan kali ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group dengan partisipasi Softbank Ventures Korea, serta investor-investor Tokopedia sebelumnya. Kabar tentang pendanaan ini sudah tersiar sejak akhir November lalu.

Tokopedia berencana menggunakan tambahan modal tersebut untuk mendorong pembangunan teknologi dan infrastruktur yang akan memberdayakan jutaan bisnis lokal untuk tumbuh dan memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan.

“Dalam sembilan tahun pertama kami, Tokopedia fokus untuk membangun marketplace terbesar di Indonesia yang menyediakan barang fisik serta digital. Memasuki tahun kesepuluh, Tokopedia akan mengembangkan ekosistem kami menjadi infrastructure-as-a-service (IaaS) di mana teknologi logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan kami akan memberdayakan perdagangan, baik online maupun offline. Ini akan memperluas skala dan jangkauan Tokopedia, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional bagi jutaan bisnis dan mitra,” ujar Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya.

Sejauh ini Tokopedia sudah menjangkau 93% kecamatan di Indonesia di lebih dari 17.000 pulau. Pada tahun ini gross merchandise value (GMV) Tokopedia meningkat hingga empat kali lipat. Saat ini Tokopedia juga telah melakukan pengiriman di hari yang sama (same-day delivery) untuk 25% transaksi yang terjadi dalam platformnya.

“Tokopedia telah menyediakan akses ke lebih dari 100 juta jenis produk kepada masyarakat Indonesia. Kami mendukung dan percaya kepada kekuatan entrepreneur lokal, dan melihat potensi pertumbuhan Tokopedia akan terus berkelanjutan,” sambut Lydia Jett, Senior Investor SoftBank Investment Advisers sekaligus Anggota Dewan Tokopedia.

Pada pemberitaan sebelumnya tersiar kabar mengenai kondisi kepemilikan saham saat ini di Tokopedia. William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison disebut memegang kurang dari 8% saham perusahaan. Softbank secara total (termasuk melalui afiliasinya) memiliki lebih dari 38% saham perusahaan. Alibaba, melalui Taobao, menjadi investor terbesar kedua dengan kepemilikan 25%.

Application Information Will Show Up Here