DSConnect: Menjembatani Startup dan Investor

Mencetak sekitar 12 unicorn dan 57 centaur pada tahun 2021 adalah bukti bahwa ekosistem startup Indonesia telah berhasil melewati dekade pertamanya. Bahkan di masa pandemi.

Industri teknologi telah terbukti menghasilkan nilai ekonomi yang besar dan membangun kekayaan secara global, memberdayakan berbagai sektor untuk mengoptimalkan potensi mereka melalui teknologi. Meskipun daftar perusahaan rintisan dengan valuasi besar terus bertambah, masih banyak founder generasi baru bermunculan dengan keterampilan yang lebih solid dan pemahaman yang lebih baik tentang industri ini.

DSConnect dari DailySocial.id diluncurkan untuk menjembatani startup dan investor. Dengan DSConnect, investor dapat menemukan daftar pendiri startup yang saat ini melakukan penggalangan dana dengan detail perusahaan, pendiri serta tahapan penggalangan dana. Dengan mengklik tombol, pendiri dan calon investor yang tertarik akan menerima email pengantar yang dapat diarahkan ke diskusi lebih lanjut.

Kami percaya melalui marketplace pendiri dan investor ini, kami harus menjaga kualitas entitas semurni mungkin. Jadi untuk saat ini, kami akan mengkurasi kedua belah pihak: investor dan pendiri yang melakukan penggalangan dana. Detail untuk melamar sebagai pendiri dan investor ada di situs web.

Kami juga percaya bahwa sekarang adalah momentum untuk DSConnect. Kami melihat pertumbuhan pesat dalam dana yang dikelola serta perluasan hipotesis investasi modal ventura. Selain itu, ada tren di antara para pendiri, serial entrepreneur, dan pemimpin startup yang juga menjadi angel investor untuk berpartisipasi dalam putaran investasi ke startup tahap awal.

DSConnect dapat diakses melalui https://connect.dailysocial.id/, dimana Anda dapat mendaftar dan login menggunakan akun DailySocial Anda. Saat ini, platform sepenuhnya gratis dan tidak dikenakan biaya, karena kami berharap dapat menjadi pusat investasi untuk startup tahap awal dan komunitas investasi.

Jika Anda adalah pendiri startup dan masih melakukan penggalangan dana, silakan pilih opsi “Connect to Investor” dan beri tahu kami lebih lanjut tentang startup Anda dan rencana penggalangan dana.

Sementara itu, jika Anda seorang pemodal ventura atau investor angel, silakan “Apply as Investor” dan paparkan sedikit informasi tentang Anda sebagai bagian dari penilaian kami di dalam platform. Kami menjalankan proses kurasi yang ketat untuk memastikan datar investor dan penggalangan dana adalah perusahaan-perusahaan rintisan dan para investor luar biasa yang layak untuk dihubungkan. Proses ini mungkin memakan waktu beberapa hari, namun kami berupaya melakukannya secepat mungkin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

DSConnect: Connecting Startups and Investors

About 12 unicorns with 57 centaurs in 2021 prove that Indonesia’s startup ecosystem has successfully passed its first decade. Even during the pandemic.

The tech industry has proven to generate great economic value and wealth creation globally, empowering various sectors to optimize their potential through technology. Although the list of startups with huge valuations continues to grow, the new generation of founders is still appearing with a more solid skillset and a better understanding of the industry.

DSConnect from DailySocial.id is launched to bridge between startups and investors. Using DSConnect, investors can find a list of startup founders currently fundraising with the details of the company, founders as well as the fundraising. With a click of a button, founders and interested potential investors can get an email introduction they can follow up with further meetings.

We believe that in this marketplace of founders and investors, we have to keep the quality of entities as pure as possible. So for now, we will be curating both sides: investors and fundraising founders. Details for applying as founders and investors are on the website.

We also believe that now is the right moment for DSConnect. We see rapid growth in managed funds as well as the expansion of the venture capital investment hypothesis. In addition, there is a trend among founders, serial entrepreneurs and startup leaders who also become angel investors to participate in investment rounds to early-stage startups.

DSConnect can be accessed via https://connect.dailysocial.id/, where you can register and login using your DailySocial account. The platform is completely free to access for now, as we hope to become an investment hub for early-stage startups and the investment community.

If you are a startup founder and are still fundraising, please select the “Connect to Investor” option and tell us more about your startup and the fundraising.

Meanwhile, if you are a venture capitalist or angel investor, please “Apply as Investor” and give us a little bit of information about you before we decide to admit you to the platform. We go through a tight curation process to make sure the fundraising and investors list contains awesome startups and investors worth connecting so it might take us a few days, but we’re doing it as fast as we can.

Laporan DSInnovate: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Ekosistem Startup Indonesia

Menurut data terbaru yang dirangkum laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi internet di Indonesia saat ini sudah mengumpulkan GMV mencapai $70 miliar atau setara 996,2 triliun Rupiah. Selain pangsa pasar yang memang besar, capaian tersebut tidak terlepas dari perkembangan pesat ekosistem startup digital. Dalam satu dekade terakhir, berbagai upaya dilakukan oleh stakeholder untuk memupuk potensi startup digital, termasuk melalui program inkubator dan akselerator.

Di Indonesia, beberapa program inkubator/akselerator berhasil menemani founder untuk membawa startupnya mencapai titik yang mengesankan. Beberapa lulusan program tersebut kini masuk ke daftar perusahaan bervaluasi besar, di atas $100 juta — tidak sedikit yang segera meraih gelar unicorn melalui putaran seri pendanaan selanjutnya. Salah satu program inkubator/akselerator unggulan di Indonesia adalah Indigo, yang diinisiasi oleh Telkom Group.

Indigo membuka batch awalnya pada tahun 2013, merangkul berbagai vertikal bisnis potensial, seperti agritech, big data, e-commerce, edtech, SaaS, dan lain-lain. Beberapa startup lulusannya termasuk Payfazz, Privy, Bahaso, dan puluhan lainnya. Program yang disuguhkan sangat intensif untuk memberikan pemahaman menyeluruh bagi founder mengenai bisnis digital. Dukungan materi seperti pendanaan awal (pre-seed) juga diberikan untuk membantu startup memvalidasi traksi awal layanan mereka.

Untuk memberikan gambaran mendetail mengenai dampak program inkubator/akselerator di ekosistem startup Indonesia, Indigo bekerja sama dengan DSInnovate meluncurkan laporan bertajuk “Indigo Impact Report 2021”. Di dalamnya membahas 5 topik besar, meliputi:

  • Industri digital di Indonesia
  • Ekosistem startup
  • Program inkubasi dan akselerasi
  • Dampak program inkubasi dan akselerasi terhadap startup
  • Dampak startup Indigo terhadap ekonomi digital

Dari riset dan survei yang dilakukan terdapat beberapa temuan menarik, misalnya 90,5% dari responden (founder startup yang pernah mengikuti program) memberikan persepsi bagus terhadap materi-materi yang disuguhkan dalam program inkubator/akselerator di Indonesia.  Sementara mentor yang paling disukai adalah founder senior (86,8%), pakar atau profesional (80,2%), dan pemodal ventura (79,2%). Selain itu, banyak aspek lain yang juga dibahas di dalam laporan tersebut, termasuk daftar program yang masih aktif, dampak startup setelah mengikuti program, dan lain-lain.

Selengkapnya, unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: Indigo Impact Report 2021.


Disclosure: DSInnovate bekerja sama dengan Indigo untuk penyusunan laporan ini

Tukang.com Bersiap Ekspansi Layanan ke Empat Kota dan Galang Pendanaan Baru

Platform on-demand untuk jasa  pertukangan Tukang.com berencana untuk melanjutkan kembali ekspansi yang sempat terhenti akibat Covid-19. Ekspansi ini rencananya terealisasi pada kuartal II 2022 ke beberapa kota, yaitu Bandung Raya, Semarang, Surabaya, dan Denpasar.

Hingga saat ini, Tukang.com sudah memiliki 102.824 pengguna dengan 2.080 mitra. Platform ini telah mengantongi jumlah transaksi sebesar Rp21 miliar.

Sebetulnya, Tukang.com telah melebarkan akses ketersediaan layanannya ke kota-kota tersebut, termasuk Yogyakarta. Namun, perusahaan terpaksa menutup sementara layanan pertukangan di sana karena pandemi. Pihaknya juga terpaksa menunda sejumlah program kerja sama dan kegiatan pemasaran sebagai langkah efisiensi

Co-founder Tukang.com Rommy Adams mengungkap, pihaknya sempat kesulitan dalam menangani hal tersebut. Pelanggan mengurangi pengeluaran untuk menjaga keuangannya yang berdampak terhadap penurunan pesanan dan pembatalan proyek renovasi. Dengan berkurangnya jumlah pesanan, mitra Tukang.com pun menjadi tidak aktif. Ketika pelanggan ingin memesan kembali, pekerjaan tukang banyak yang tidak tersedia.

“Padahal, tren renovasi dan perbaikan cukup besar di era sebelum Covid-19, terutama kebutuhan dari kelompok muda yang baru memiliki properti sendiri. Karena pandemi ini, kami juga kehilangan potensial investor yang ingin masuk,” ungkapnya.

“Saat ini kami fokus untuk melakukan kampanye kepada pengguna existing dan akuisisi pengguna baru untuk meningkatkan traction dan pendapatan. Kami juga mulai mencari pendanaan dan partner strategis untuk mendukung ekspansi bisnis dan produk ke depan,” ujar Rommy kepada DailySocial.id.

Menurutnya, kemajuan super app seperti Gojek dan Grab menjadi salah satu acuan Tukang.com untuk mengembangkan layanannya. Pada kesempatan ini, Tukang.com melakukan rebranding aplikasi dengan meningkatkan ekosistem layanan, mengubah sistem secara menyeluruh, dan menambah opsi pembayarannya.

Pada versi terbaru ini, Tukang.com memperkenalkan tiga layanan baru dirilis, yakni Home Maintenance, Build and Renovate, dan Design Inspirations untuk memudahkan pengguna merencanakan renovasi atau bangun rumah sesuai keinginan dan budget.

Tukang.com juga mengembangkan dan membangun ekosistem layanan jasa ke rumah, seperti perawatan kebersihan rumah, landscaping dan perkebunan, serta perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor.

Perjalanan pengembangan Tukang.com

Tukang.com awalnya berdiri di 2015 sebagai penyedia layanan call center tukang harian, di mana saat itu pemesanannya masih berbasis web. Dalam perjalanannya selama enam tahun, Rommy mengungkap bahwa Tukang.com telah melalui berbagai pengembangan.

Ringkasnya, Tukang.com baru merilis aplikasinya di 2016, di mana saat itu pihaknya sekaligus menambah sejumlah pembaruan. Di antaranya, merilis 13 layanan spesialisasi pekerjaan tukang.

Kemudian, Tukang.com kembali menambah sejumlah fitur dan layanan pada versi terbaru aplikasinya, seperti fitur pekerjaan borongan (project based), Work Progress Disbursement System, sistem pembayaran proyek berdasarkan progress pekerjaan, dan kemitraan dengan kontraktor arsitek/desainer interior.

Barulah di 2018, Tukang.com memperluas layanannya ke marketplace jasa konstruksi dengan menghadirkan Official Brand produsen bahan bangunan. Selain itu, Tukang.com juga memperkuat sistem pembayaran dengan menggandeng sejumlah payment gateway provider.

Di 2019, Tukang.com merilis versi 4.0 dengan sejumlah pembaruan, mulai dari program kolaborasi Official Brand untuk menyediakan co-training dan co-branding oleh 18 principal produsen bahan bangunan. Pihaknya juga menghadirkan fasilitas pembiayaan Kredit Renovasi dari CIMB Niaga Syariah, BFI Syariah, Mandala Finance, Kredivo, dan Uangme untuk Paylater.

“Dalam proses akuisisi dan kurasi mitra kerja, kami menyempurnakannya dengan membangun sistem penerimaan berbasis online dan offline. Online untuk memudahkan pendataan dan verifikasi data pribadi calon mitra, sedangkan Offline untuk melakukan wawancara dan pengamatan langsung keahlian yang dimiliki oleh mitra,” paparnya.

Adapun, penentuan dan penetapan tarif pekerjaan pada tiap layanan dilakukan dengan metode Analisa Harga Satuan Pekerjaan. Rommy menyebut standardisasi harga dilakukan dengan mengintegrasikan data harga pekerjaan tiap layanan dengan front-end system/aplikasi sehingga customer dan mitra dapat menggunakannya sebagai acuan standar harga transaksi.

Application Information Will Show Up Here

Sepanjang Q3 2021, Startup Indonesia Bukukan Pendanaan 13,8 Triliun Rupiah

Iklim investasi di ekosistem startup Indonesia pasca pandemi menunjukkan tren yang terus meningkat. Menurut catatan DailySocial.id, didasarkan pada transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik dan/atau dicatatkan ke regulator, sepanjang kuartal ketiga (Q3) 2021 terdapat 68 pendanaan startup yang membukukan nominal hingga $974.220.000 atau lebih dari Rp13,8 triliun dari 45 transaksi yang disebutkan nilai pendanaannya.

Secara kuantitas dan nominal, kondisi ini meningkat dibandingkan dua kuartal sebelumnya. Di Q1 2021 ada sekitar 40 pendanaan startup dengan total nilai $554.750.000, sementara di Q2 2021 ada 47 transaksi dengan nominal $750.520.000.

Jika dibandingkan dengan Q3 di dua periode tahun sebelumnya, nilai investasi yang diumumkan memiliki peningkatan hampir 2x lipat.

Hal ini menjadi indikasi menarik bahwa pandemi tetap memberikan efek akselerasi terhadap iklim investasi startup di Indonesia. Selama periode Juli s/d September 2021, ada 2 startup yang berhasil menggaet status “unicorn” dengan pendanaan barunya, yakni Xendit dan Kredivo. Blibli dan Tiket.com menjadi startup yang akhirnya mengonfirmasi saat ini valuasi mereka sudah di atas $1 miliar.

Tren pendanaan sepanjang Q3 2021

Ditinjau lebih dalam, didasarkan pada tingkatannya, putaran pendanaan Seri B di periode ini berhasil membukukan nilai paling banyak dengan jumlah transaksi yang cukup signifikan. Kecenderungan investor melakukan follow-on funding di later stage juga sebenarnya sudah tercatat sejak tahun 2020 lalu, seperti didata dalam Startup Report 2020.

Secara kuantitas, transaksi pada Q3 paling banyak berada di putaran seed dan Seri A.

Jika ditinjau dari segmen bisnis, fintech masih mendominasi perolehan. Tren ini berlanjut sejak 3 tahun terakhir di tengah ramainya pemain yang bermanuver di setiap sub-vertikal fintech, mulai dari e-money, lending, open finance, paylater, dan sebagainya.

Sektor populer berikutnya adalah logistik. Sejak paruh kedua tahun lalu, sektor ini tampak mendapatkan perhatian spesial dari investor. Selama masa pandemi, kinerjanya meningkat sebagai infrastruktur pendukung layanan e-commerce dan online marketplace.

Dua vertikal baru yang menjadi “rising star” pada periode ini adalah online grocery dan social commerce. Selain pendanaan bagi existing startup, beberapa investor turut mendukung para pemain baru di putaran seed. Online grocery dinilai memiliki potensi pasar yang cerah dengan adanya perubahan perilaku konsumen untuk mulai memenuhi kebutuhan sehari-hari secara online.

Sektor social commerce juga dinilai relevan di tengah penetrasi e-commerce yang belum maksimal, khususnya di kota tier-2 sampai tier-4. Konsep keagenan dan pemberdayaan komunitas yang diusung dianggap relevan dengan kultur dan kondisi di banyak wilayah di Indonesia.

Startup dan investor unggulan

Dari startup yang mendapatkan pendanaan sepanjang Q3, tiga di antaranya memperoleh nilai ratusan juta dolar. Sementara 17 startup juga mendapatkan pendanaan belasan juta dolar.

Berikut daftar 20 startup dengan pendanaan terbesar, yang diumumkan secara publik, sepanjang periode Q3 2021:

Startup  Nilai Pendanaan
 Xendit  $150.000.000
 Kredivo  $125.000.000
 GudangAda  $100.000.000
 Happy Fresh  $65.000.000
 AwanTunai  $56.200.000
 Migo  $40.000.000
 SIRCLO  $36.000.000
 Pintu  $35.000.000
 Pluang  $35.000.000
 Aruna  $35.000.000
 DOKU  $32.000.000
 AnterAja  $31.000.000
 Evermos  $30.000.000
 Oy!  $30.000.000
 Pinhome  $25.500.000
 Hypefast  $19.500.000
 Alami  $17.500.000
 Segari  $16.000.000
 Dekoruma  $15.000.000
 Dagangan  $11.500.000

Beberapa investor juga aktif berpartisipasi dalam putaran pendanaan startup di Indonesia. Jika dilihat di periode ini, mayoritas masih didominasi oleh pemodal ventura lokal, dengan East Ventures (EV) memiliki kuantitas paling banyak.

Melalui dana kelolaannya, EV berinvestasi pada startup dari tahap awal sampai tahap pertumbuhan (growth fund). Hipotesis pada model bisnis agnostik  membuatnya lebih fleksibel membantu startup-startup baru.

Investor paling aktif berikutnya adalah AC Ventures. Di beberapa kesempatan, mereka melakukan co-investment bersama EV.

Venture Capital Keterlibatan Investasi
East Ventures 17
AC Ventures 7
Jungle Ventures 4
Go-Ventures 4
Vertex Ventures 4
Alpha JWC Ventures 4
MDI Ventures 4
New Energy Nexus 4
BEENEXT 4
Insignia Venture Partners 4

Hal yang mulai terlihat tahun ini adalah keterlibatan aktif kalangan angel investor. Sebagian besar hadir dari kalangan founder startup tahap akhir dan  unicorn. Ada 15 putaran pendanaan startup yang di Indonesia pada Q3 2021 yang melibatkan angel investor. Jumlah ini sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya–di Q2 2021 mereka terlibat dalam 13 pendanaan startup.

Menilik Perkembangan Ekosistem Startup Indonesia Melalui Gelombang Baru Unicorn

Tidak dimungkiri, semenjak pandemi justru kucuran investasi banyak diberikan para investor kepada startup semakin subur hingga melahirkan potensi unicorn generasi baru dari Indonesia. Xendit menjadi startup selanjutnya dari vertikal fintech yang telah resmi menyabet status unicorn pada 15 September kemarin.

Ada sejumlah startup yang sudah mencapai centaur tahap akhir [valuasi di atas $500 juta], seperti Akulaku, Ruangguru, SiCepat, Kopi Kenangan, serta Ajaib yang diramalkan akan segera menyusul Xendit. Fenomena ini menarik karena bisa semakin banyaknya unicorn berdampak pada ekosistem startup yang jauh lebih kompetitif.

Untuk membahas hal ini, #SelasaStartup mengundang Founder & Managing Partners AC Ventures Adrian Li sebagai pembicara. AC Ventures merupakan salah satu investor awal Xendit. Ia banyak berbagi terkait kondisi pendanaan hingga impresi awal bagaimana dirinya bertemu dengan CEO Xendit Moses Lo. Berikut rangkumannya:

Faktor pendukung ekosistem startup

Dibandingkan kondisi saat AC Ventures pertama kali berinvestasi di Indonesia pada 2014, saat ini kondisi untuk merintis startup jauh lebih mudah. Infrastruktur, penetrasi smartphone, logistik, hardware sudah jauh lebih maju daripada sebelumnya. Di samping itu, generasi awal unicorn lahirkan bibit entrepreneur baru yang menjadi bekal bagus untuk mencetak unicorn berikutnya.

Adrian menuturkan, ekosistem yang berhasil dibentuk oleh generasi awal unicorn Indonesia sebelum era pandemi, memicu lahirnya entrepreneur baru yang berani untuk merintis startupnya sendiri. Berbagai bekal pengalaman yang mereka bawa dari kantor lama ke startupnya bisa dipastikan memiliki kualitas baik dan pemecahan solusi yang lebih tepat guna.

“Selain itu, kami sendiri juga sudah membangun jaringan dengan berbagai entrepreneur dari jauh-jauh hari. Setiap tingkatan kebutuhan founder, kami memiliki fund masing-masing,” kata Adrian.

Dari faktor-faktor tersebut membuat level disrupsi startup jauh lebih signifikan daripada sebelumnya. Indonesia pun dianggap sebagai pasar yang cukup besar untuk mencetak unicorn lebih banyak dari saat ini. Dari hitungan kasar saja, Indonesia sudah berhasil mencetak delapan unicorn, setidaknya, dari total 2 ribu startup yang ada saat ini.

“Dari awal kita berinvestasi di 2014, kita hanya berharap suatu saat nanti ada perusahaan bernilai $1 miliar yang akan muncul, tapi tidak mengantisipasi bakal ada decacorn lahir di Indonesia. Jadi ke depannya jangan heran kalau dalam lima tahun lagi akan ada lebih banyak perusahaan bernilai miliaran dolar lahir dari sini.”

Suplai pendanaan tahap awal masih kurang

Meski sudah didukung dengan banyak faktor pendukung, sambung Adrian, Indonesia sebenarnya masih kekurangan investor tahap awal. Jumlahnya pun perlu ditingkatkan setidaknya antara tiga sampai lima kali lipat dari jumlah VC tahap awal yang ada saat ini.

Di Tiongkok sendiri ada ribuan VC yang fokus berinvestasi tahap awal yang akhirnya mampu memproduksi ribuan unicorn pada beberapa tahun kemudian. “Jadi kita butuh lebih banyak backup dari banyak perusahaan lokal, jadi enggak harus mengandalkan investor dari luar saja.”

Bagi AC Ventures sendiri, mendanai startup pada tahap awal memang memiliki risiko gagal yang tinggi. Dengan berbagai pengukuran metriks, AC Ventures selalu memasang mindset dan mencari tahu apakah perusahaan yang akan didanai ini bisa bernilai jutaan dolar di kemudian hari.

Hal tersebut juga terjadi saat Adrian bertemu dengan Moses Lo (Co-founder Xendit). Ia menuturkan apa yang dilakukan Xendit pada awal berdiri dengan saat ini sangat jauh berbeda. Awalnya Xendit ingin permudah pembayaran dengan adanya split bill dan transfer uang jauh lebih mudah, kini menjadi perusahaan payment gateway yang fokus pada kemudahan untuk konsumen bisnis.

“Xendit sejak awal memiliki tim yang begitu solid, banyak credit yang saya berikan pada tahap awal itu untuk timnya karena ini bukan perjalanan yang mudah, membuat payment gateway dengan proses yang sangat user friendly.”

Prediksi unicorn berikutnya

Sesuai dengan prediksi Adrian sebelumnya, bahwa akan ada banyak cikal bakal unicorn yang datang dari berbagai vertikal startup dalam beberapa tahun mendatang. Dari berbagai faktor tersebut, dia meramalkan setidaknya dalam lima hingga 10 tahun mendatang akan ada banyak perusahaan bernilai $2 miliar hingga $3 miliar datang dari Indonesia.

Ia mencontohkan, vertikal fintech yang luas akan menjadi penerus unicorn berikutnya, setelah Xendit dan OVO. “Lending akan menjadi area lainnya yang menarik untuk menciptakan unicorn berikutnya, seperti Kredivo dan Akulaku. Pun juga digital bank yang akan agregate seluruh layanan keuangan digital.”

Startup logistik juga akan menyumbang sebagai generasi unicorn berikutnya, mengingat industri e-commerce yang tengah menggeliat sepanjang pandemi. Terlebih itu, industri e-commerce adalah penyumbang utama ekonomi digital di Indonesia menurut berbagai riset.

“Kalau healthtech dan edtech ini memang adalah market yang besar, tapi masih didominasi oleh bisnis tradisional. Ini old business jadi sulit untuk mengubah kebiasaan. Meski adopsi keduanya meningkat pesat selama pandemi, tetap saja akan butuh waktu yang lama [untuk mendominasi market].”

Kendati Adrian memprediksi tiap industri akan menyumbang unicorn, bukan berarti akan menjadikan startup  tersebut memonopoli pasar. Pasalnya, di industri startup teknologi menganut pasar oligopoli. Artinya, ada sejumlah pemain besar yang mendominasi pasar.

“Ada yang monopoli, ada juga yang multiplayer. Contohnya, di industri e-commerce ada Tokopedia, Shopee, Bukalapak yang unggul. Apalagi di fintech ada banyak vertikal yang muncul sebagai unicorn karena besarnya kesempatan dan keunikan di masing-masing produk sebagai value proposition-nya,” tutup dia.

[Data Interaktif] Pendanaan Startup Indonesia Sepanjang Paruh Pertama 2021

Ada berbagai variabel yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan ekosistem startup di sebuah negara. Salah satunya terkait dengan putaran investasi yang terjadi di dalamnya. Tidak hanya semata-mata sebuah kegiatan transaksional, di balik pendanaan startup ada proses validasi yang sangat mendetail menilai kelayakan dan proyeksi pertumbuhan startup di masa mendatang.

Sepanjang kuartal kedua (Q2) tahun 2021, kami mencatat ada 49 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik – baik secara langsung melalui rilis media maupun pencatatan regulator.

Dua di antaranya melibatkan unicorn, yakni tambahan putaran seri F Gojek dari Telkomsel senilai $300 juta dan pendanaan seri G Bukalapak yang nilainya ditaksirkan telah mencapai $400 juta.

Selama periode tersebut, 12 startup membukukan pendanaan di atas $20 juta. Tertinggi adalah perolehan debt funding Kredivo senilai $100 juta. Sebagai informasi, berbeda dengan pendanaan berbasis ekuitas, debt funding adalah mekanisme pendanaan utang kepada fintech untuk disalurkan kepada para nasabahnya. Pendanaan ini kebanyakan melibatkan institusi keuangan, termasuk perbankan, namun juga tidak menutup kemungkinan pemodal ventura untuk terlibat.

Sementara untuk pendanaan ekuitas, nilai tertinggi diraih oleh Halodoc dalam putaran seri C senilai $80 juta. Disusul Tanihub senilai $65,5 juta, Bibit $65 juta, dan Shipper $63 juta. Startup peraih investasi fantastis tersebut hadir dari berbagai vertikal bisnis, termasuk pertanian, finansial, pendidikan, hingga social commerce. Varian ini sekaligus menjadi sebuah tren menarik adanya potensi pertumbuhan di berbagai lini digital atau model bisnis.

Capaian di Q2 ini meningkatkan prestasi perolehan investasi startup sepanjang H1 2021. Jika digabungkan dengan kuartal sebelumnya [di luar unicorn], total ada 87 transaksi pendanaan. Dari 46 transaksi pendanaan yang nilainya diumumkan ke publik, total nilai yang berhasil dibukukan sekitar $1,3 miliar. Berikut daftar pendanaan selengkapnya:

Pertumbuhan dari tahun ke tahun

Jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, untuk periode yang sama, kuantitas dan nominal pendanaan startup di tahun 2021 meningkat cukup derastis. Sepanjang H1 2019 tercatat ada 50 transaksi pendanaan dengan total nilai yang disebutkan mencapai $241 juta; sementara tahun 2020 ada 52 transaksi dengan nilai $345 juta.

Tren menarik yang juga tercatat adalah pendanaan di tahap later stage [seri B ke atas] secara kuantitas meningkat sepanjang tahun 2021. Di periode tersebut, ada 13 pendanaan seri B dan 4 pendanaan seri C. Di periode yang sama tahun sebelumnya jumlahnya tidak pernah melebihi 3 transaksi.

Namun jika ditinjau dari segi cakupan vertikal bisnis, variannya masih relatif sama. fintech, SaaS, dan edtech menjadi kategori yang paling diminati oleh investor dalam tiga tahun terakhir. Sementara didasarkan pada pengumuman pendanaan yang menyebutkan nilainya, persentase terbesar tetap diraih fintech (33,5%), dilanjutkan logistic (18,15), new retail (8,2%), dan SaaS (8%).

Angel investor makin banyak terlibat

Temuan menarik lainnya, sepanjang Q2 2021, angel investor terlibat dalam 13 pendanaan startup – di beberapa startup jumlahnya lebih dari satu yang terlibat. Bahkan nama-nama tenar dari kalangan founder Indonesia mulai mencuat, sebut saja Aldi Haryopratomo yang terlibat dalam pendanaan seri A BukuWarung.

Jika sebelumnya angel investor lebih banyak terlibat ke pre-seed untuk startup tahap awal, kini cakupannya mulai meluas. Bagi ekosistem, tentu ini sebuah indikasi baik karena adanya fase transisi dari founder startup menjadi investor, untuk mendukung generasi founder berikutnya.

Kemudian untuk statistik investor terakhir, dari kalangan pemodal ventura, East Ventures masih kokoh di peringkat teratas dengan jumlah transaksi pendanaan terbanyak.

Merujuk pada Startup Report 2020, East Ventures selalu mendapati kuantitas investasi terbanyak selama beberapa tahun terakhir.

Investor Pendanaan
Angel Investor 13
East Ventures 8
MDI Ventures 6
AC Ventures 6
Telkomsel Mitra Inovasi 6
Y Combinator 4
Sequoia Capital India 3
Intudo Ventures 3

Dengan tren yang terjadi di tahun 2021, rasanya fakta ini menjadi sebuah titik balik setelah perekonomian nasional dihantam gejolak di awal pandemi. Ekosistem startup juga semakin solid, karena di luar kepercayaan investor yang semakin meningkat, beberapa aksi korporasi memukau juga tengah dipersiapkan oleh pesohor startup Indonesia, dalam kaitannya dengan konsolidasi dan rencana melantai di bursa.


Gambar Header: Depositphotos.com

StartupBlink: Indonesia Masuk Peringkat ke-45 di Ekosistem Startup Global 2021

Ekosistem startup di Indonesia naik sembilan peringkat menjadi ke-45 secara global menurut laporan termutakhir yang dikeluarkan StartupBlink “Global Startup Ecosystem Index 2021”. Pada laporan di tahun sebelumnya, Indonesia masuk dalam urutan ke-54.

Dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara, Singapura memimpin posisi di peringkat ke-10, disusul Malaysia (40). Posisi Thailand mengekor setelah Indonesia berada di peringkat ke-50, Filipina (52), dan Vietnam (59).

Lebih jauh dipaparkan, untuk di kawasan Asia Pasifik, Indonesia masuk dalam peringkat ke-10. Jakarta adalah kota dengan peringkat tertinggi di Indonesia, naik tujuh peringkat ke peringkat ke-34 secara global dan peringkat ke-12 di antara kota-kota lain di kawasan APAC.

Secara global, kota ini juga mendapat label sebagai pusat inovasi kewirausahaan ke-12 untuk teknologi transportasi, ke-13 untuk e-commerce dan teknologi ritel, dan masuk dalam 50 besar untuk teknologi pendidikan, pangan, Teknologi pemasaran & penjualan, dan sosial & kenyamanan.

Di balik peringkat tersebut, masih ada kesenjangan yang cukup besar antara Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Misalnya, Bandung yang merupakan kota nasional terbesar kedua, namun secara global ada di peringkat ke-368. Lalu, Yogyakarta ada di posisi ke-668 setelah turun 21 peringkat, dan Surabaya turun 24 peringkat ke peringkat 759. Namun, secara total Indonesia memiliki 7 kota yang masuk dalam top 1000 secara global.

Dengan bonus demografi yang besar, negara ini masih memiliki tantangan dari lingkungan politik yang tidak stabil dan tingkat birokrasi regulasi yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, StartupBlink merekomendasikan sektor publik harus fokus pada penciptaan infrastruktur hukum dan sistem pendukung yang sesuai agar startup dan pengusaha berkembang.

Selain itu, kota-kota di Pulau Bali juga berpotensi menjadi hub startup Indonesia, mengingat di sana banyak pengusaha asing yang hidup nomaden digital bermukim. “Jika saja infrastruktur internet menawarkan konektivitas yang lebih andal, mempertimbangkan populasi dan ukuran negara, Indonesia sangat membutuhkan kota-kota dengan ekosistem startup yang lebih kecil untuk mempersempit kesenjangan besar dengan Jakarta,” tulisnya.

Dalam menyusun indeks ini, StartupBlink mengompilasi dari berbagai sumber data yang diproses oleh suatu algoritma dan terintegrasi dengan StartupBlink Global Startup Ecosystem Map yang interaktif dan crowdsourced. Data-data dari mitra global StartupBlink, seperti Crunchbase, Semrush, dan Meetup, juga digabungkan untuk melengkapi analisis.

Laporan tersebut memberikan dua set peringkat: yang pertama untuk negara, dan yang kedua untuk ekosistem individu di dalam kota. Setiap lokasi memiliki skor total, yang merupakan penjumlahan dari tiga skor pengukuran Kuantitas, Kualitas, dan Lingkungan Bisnis. Skor memiliki kepentingan komparatif, memberikan wawasan unik tentang perbedaan antara ekosistem yang berbeda secara absolut.

Berdasarkan algoritme tahun-tahun sebelumnya, laporan tahun ini memberikan bobot lebih kepada startup B2B, menambahkan lebih banyak parameter yang terkait dengan layanan teknologi dalam kumpulan data, dan meningkatkan pengumpulan data dari pusat R&D perusahaan internasional.

Foto Header: Depositphotos.com