Layanan Stoqo Mudahkan Pebisnis Kuliner Belanja Bahan Baku

Stoqo merupakan online supplier yang menyediakan berbagai kebutuhan bisnis kuliner. Mereka menjembatani distributor berbagai bahan baku –seperti minyak goreng, kopi, tepung dll—di satu platform. Selain itu, untuk beberapa bahan makanan seperti sayuran dan daging segar, pengguna turut dihubungkan dengan penjual dari pasar. Target utama Stoqo adalah pemilik restoran, kafe, katering dan usaha kuliner rumahan.

Guna memaksimalkan operasional di tahun ini, akhir Desember 2018 lalu Stoqo dikabarkan baru mendapatkan suntikan pendaan seri A dari Monk’s Hill Partners dan Accel Partners India. Belum diinformasikan mengenai detail dan nominal pendanaan. Sebelumnya Stoqo juga menjadi satu dari sembilan startup yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program akselerasi Alibaba eFounders Fellowship di Hangzhou.

Aswin Andrison (Co-founder dan CEO Stoqo) memulai Stoqo dari bisnis jualan beras di Cipinang. Waktu itu ia harus mengantarkan pesanan langsung ke masing-masing pelanggan. Digitalisasi model bisnis, membuat Stoqo kini miliki lebih dari 2500 jenis produk  yang biasa dibutuhkan bisnis kuliner. Stoqo miliki visi: “memberdayakan yang kurang terlayani untuk bekerja demi kehidupan yang lebih baik.”

“Yang sudah banyak pemainnya itu e-commerce untuk segmen B2C. Untuk segmen B2B terutama dalam hal pemenuhan bahan pokok untuk bisnis kuliner, Stoqo adalah perintis,” ujar Aswin dalam sebuah wawancara dengan SWA.

Stoqo memberikan layanan pengiriman pesanan selama 6 hari dalam seminggu. Pengiriman dilakukan paling cepat hari esok, untuk tiap pemesanan yang masuk sebelum jam 2 siang. Dengan memesan lebih dari Rp300.000, Stoqo menggratiskan biaya kirim, hal ini untuk memberikan nilai lebih pasalnya pengusaha kuliner cukup “peka” dengan biaya seperti ini.

Pengguna juga tidak harus melakukan pembayaran di muka, bisa juga dibayar ketika barang diterima. Saat ini Stoqo baru melayani pelanggan di seputar Jakarta,  Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Sebagai sebuah B2B commerce, Stoqo turut membuka peluang kemitraan untuk supplier produk bahan baku kuliner. Guna memberikan efisiensi pada proses logistik, menjelang akhir tahun lalu Stoqo meresmikan STOQOHub pertamanya di wilayah Pasar Rebo. STOQOHub merupakan rumah penyimpanan bahan baku dari supplier sebelum dikirimkan ke konsumen.

“Sesuai dengan namanya, STOQOHub #1 mencerminkan jantung atau pusat kegiatan operasional STOQO yang dapat memudahkan tim Operasional dan Customer Experience untuk melayani kebutuhan para pelanggan,” ujar Aswin.

Founder Stoqo
Co-founder Stoqo, Angky William and Aswin Andrison / Alpha JWC Ventures

Selain Aswin, Stoqo didirikan oleh seorang co-founder lain yang juga menjadi CTO, yakni Angky William. Sebelum di Stoqo, Aswin bekerja sebagai konsultan di McKinsey, sementara Angky software engineer di Amazon.

Menurut Aswin, pengadaan bahan baku untuk UKM yang bergerak di bidang kuliner cukup menantang. Dengan manajemen yang tepat dan efisiensi, bisa menumbuhkan 40-60% keuntungan. Namun jika terjadi kesalahan, bisa saja membuat bisnis tersebut bangkrut, cukup rentan. Apa yang dilakukan Stoqo ialah memanfaatkan teknologi untuk menjadi pelaku UKM lebih produktif, mendorong untuk optimasi bisnis dan inovasi produk.

Application Information Will Show Up Here

Invita Kantongi Pendanaan dari Denali Mitra, Berencana Perbanyak Kolaborasi di Tahun 2019

Undangan pernikahan secar digital seringnya dirasa tidak mewakili sifat personal atau private jika dibandingkan dengan undangan berbentuk fisik. Hal ini coba diubah oleh Invita dengan menghadirkan layanan undangan digital dengan sentuhan berbeda. Membuat undangan tetap personal atau private namun memanfaatkan banyak elemen teknologi dalam prosesnya.

Meski sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 startup yang digawangi Dikent Jingga, Wildiyanto Yawin, dan Erlinda ini baru mulai fokus dan serius pada pertengahan tahun lalu. Startup asal Medan ini secara bertahap menghadirkan solusi undangan digital yang tetap membawa sentuhan personal.

Sebagai penyedia layanan undangan digital, Invita juga menyematkan beberapa teknologi pendukung, seperti QR Code check-in yang memudahkan tamu undangan mengisi buku tamu. Tidak perlu menulis, hanya perlu memindai QR Code yang didapat otomatis kehadiran akan dicatat di sistem Invita.

“Untuk Paket Free kami memberikan kebebasan kepada penguna untuk memilih tema sendiri yang sesuai dengan tema wedding-nya sendiri. Untuk paket premium, QR Code check in akan sangat membantu untuk mengurangi antrian panjang pada saat registrasi. Hana membutuhkan 2-3 detik untuk tamu dapat check-in tanpa mengisi buku tamu secara manual,” terang Dikent.

Disampaikan Dikent, fitur DIY Digital Invitation tersebut berhasil menarik minat pengguna, kurang lebih Invita mendaptkan 200 desain dalam tiga bulan terakhir.

“Saat ini kami baru saja me-launching fitur untuk DIY Digital Invitation dimana user dapat dengan sendirinya membuat Digital Invitation sesuai dengan selera masing-masing. Untuk traction yg kami dapat sekitar 40 lebih/bulan untuk Digital Invitation yang telah dibuat oleh user,” imbuhnya.

Mengawali tahun 2019, Invita berhasil mendapatkan pendanaan dari PT Denali Mitra Investama. Dalam putaran pendanaan kali ini (angel round), pihak Invita tidak menyebutkan dana yang didapat. Hanya saja Dikent menjelaskan bahwa pendanaan kali ini akan digunakan Invita untuk melakukan gebrakan untuk mengembangkan Invita ke level selanjutnya.

Beberapa yang sudah menjadi rencana di tahun 2019 adalah memperbanyak kolaborasi dengan para vendor-vendor khususnya untuk pernikahan sehingga bisa bersama-sama memberikan manfaat lebih bagi para pengguna.

“Tujuan kami untuk membentuk Invita dari awal adalah to bring positive impact through innovative technology dan juga mengangkat startup Medan sehingga semakin banyak entrepeneur di Medan yang juga membuat impact positif di Medan,” terang Dikent.

Dilengkapi Chatbot, TokoTalk Sederhanakan Proses Pembuatan Situs Jual Beli

Kanal online menjadi tempat yang efektif untuk berjualan atau mempromosikan produk. Peluang ini ditangkap oleh CodeBrick, sebuah perusahaan teknologi asal Korea Selatan yang fokus pada pasar Asia Tenggara. Mereka menghadirkan TokoTalk, yakni layanan yang memungkinkan pemilik toko membuat website pribadi untuk tokonya dengan teknologi dan fitur yang disesuaikan.

TokoTalk menyediakan nama domain dan desain website toko dengan berbagai pilihan tema. Untuk memudahkan penelusuran atau pengamatan, pengguna TokoTalk dihubungkan dengan Facebook Pixel.

Kehadiran TokoTalk bukan untuk bersaing marketplace yang sekarang banyak menjadi primadona berbelanja. Namun justru menyediakan pilihan bagi pemilik toko online untuk melengkapi bisnis online mereka dengan segala fitur yang ditawarkan.

“Kami menawarkan website berbasis mobile yang dibuat berdasarkan pasar di Indonesia. Kebanyakan pembeli online menggunakan chat untuk memesan produk di toko online. Kami tidak ingin mengubah kebiasaan ini, justru kami mencari solusi dengan menyesuaikan TokoTalk berdasarkan kebiasaan itu,” terang Direktur Operasional TokoTalk Nesya Vannesa.

Dukungan teknologi terkini

TokoTalk, dijelaskan Nesya, merupakan sebuah layanan yang menyederhanakan proses membangun toko online yang lengkap. Selain integrasi dengan beberapa layanan seperti media sosial, TokoTalk juga dikembangkan untuk mampu memproses transaksi dengan otomatis. Salah satunya adalah hadirnya chatbot yang terintegarsi.

Chatbot tersebut diklaim mampu menangani semua pesanan yang masuk ke toko TokoTalk. Pembeli dapat melihat katalog, membayar pesanan, menerima konfirmasi pesanan dan pengiriman dan memfasilitasi layanan pelanggan hanya dengan berkirim pesan dengan chatbot yang sudah disiapkan.

Dukungan teknologi terkini juga dihadirkan TokoTalk untuk smart dashboard mereka. Sebuah laman yang disebut mampu menghadirkan laporan terukur sehingga bisa memonitor penjualan-penjualan yang didapat.

Smart dashboard membantu penjual mengambil keputusan dengan berbasis data. Ada dua macam dasbor yang disediakan, untuk penjualan dan konsumen. Smart dashboard penjualan memberikan insight mengenai kinerja bisnis online dalam kurun waktu dan menangkap fenomena yang terjadi dalam periode tertentu. Sementara satunya, memungkinkan seller memantau tingkat konversi penjualan dan efektivitas setiap platform yang digunakan seperti media sosial dan marketplace,” jelas Nesya.

Di tahun 2019 ini TokoTalk masih fokus pada peningkatan pertumbuhan penjualan pengguna di media sosial. Sejauh ini beberapa penjual yang bergabung dengan TokoTalk pada periode Juni-juli 2018 mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai 300-400 pesanan perhari.

“Kami tumbuh bersama [pengguna]. Kami melakukan pengujian UI/UX dan terus berupaya memperbaikinya untuk meningkatkan tingkat konversi. Di tahun 2019 tujuan kami adalah memimpin social commerce di Indonesia dengan membantu penjual di media sosial untuk membuat dan mengelola toko online dengan mudah. Setelahnya, kami akan ekspansi ke negara Asia Tenggara lainnya di tahun 2019 ini,” tutup Nesya.

Application Information Will Show Up Here

Neliti Mungkinkan Institusi Pendidikan Buat Repositori Online secara Instan

Neliti merupakan perangkat lunak yang dikembangkan untuk membangun dan mengelola repositori berbentuk perpustakaan digital dan jurnal ilmiah online. Layanan ini menyasar dua segmen sekaligus, yakni institusi pendidikan dan individu dari kalangan akademisi. Model bisnis yang diterapkan dalam Neliti ialah mengenakan biaya bulanan kepada pelanggannya.

Saat ini beberapa universitas telah memanfaatkan layanannya, seperti Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Semarang, dan juga beberapa lembaga penelitian seperti Center for Indonesian Policy Studies. Untuk memudahkan akses, masing-masing institusi tersebut dapat melakukan kustomisasi URL dengan domain yang dimiliki.

Bagi pustakawan atau pengelola jurnal ilmiah di organisasi dapat mengelola jurnal atau repositori menyesuaikan kebutuhannya. Sementara untuk peneliti, mahasiswa atau dosen, layanan ini dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi atau data penelitian. Saat ini di basis data Neliti sudah ada lebih dari 200 ribu publikasi penelitian. Rata-rata per bulan platform ini sudah digunakan lebih dari 3 juta orang.

Berawal dari sulitnya menemukan hasil riset di Indonesia

Neliti didirikan oleh Anton Lucanus pada bulan April 2015 saat dia magang di Institut Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta.

“Masalah yang ingin Neliti atasi adalah banyaknya riset-riset di Indonesia yang tidak tersedia secara online. Indonesia mempunyai kurang lebih 120.000 perpustakaan di bawah universitas, badan pemerintahan dan lembaga penelitian yang menerbitkan jutaan publikasi tiap tahun. Penelitian ini sangat penting untuk mengatasi masalah sosial, ekonomi, kesehatan dan lingkungan di Indonesia. Namun, saat ini hanya sekitar 28% penelitian tersebut tersedia secara online,” ujar Anton.

Menurutnya dari temuan tersebut mengindikasikan peneliti kesulitan untuk mengakses pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menghasilkan riset yang dapat mengatasi masalah sosial. Ini juga berarti bahwa penelitian di Indonesia jarang dibaca oleh kalangan pembuat kebijakan.

“Gagasan untuk membuat Neliti dimulai pada bulan April 2015 saat saya magang di Institut Biologi Molekuler Eijkman di Jakarta. Selama magang, saya belajar bahwa Institut Eijkman memiliki data penting yang saat ini tidak tersedia untuk kalangan umum secara online, seperti tingkat Japanese Encephalitis di Jawa Tengah,” lanjut Anton.

Di bawah naungan PT Neliti Teknologi Indonesia, startup ini sudah mendapatkan dana awal dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Untuk peningkatan bisnis dan produk Anton mengungkapkan di tahun 2019 mereka berencana melakukan fundraising dari investor.

Unggulkan kemampuan kustomisasi

Repositori Neliti
Contoh tampilan repositori yang digunakan dengan platform Neliti

Disinggung soal pembeda dengan layanan serupa Anton menjelaskan bahwa di platform repositori lain, pengguna tidak bisa membangun repositori sendiri. Mereka harus menggunakan software lain khusus untuk membuat repositori mereka.

Selain itu, kalaupun menggunakan perangkat lunak seperti EPrints atau Dspace untuk repositori, institusi harus mempelajari keterampilan pengembangan web, membayar hosting web, dan terus menerus mengeluarkan dana untuk membayar pengembang web. Neliti mencoba menyederhanakan proses tersebut.

“Dengan Neliti, proses pengembangan repositori jauh lebih mudah dan murah. Pengguna dapat membangun repositori atau jurnal online hanya dalam 5 menit dengan biaya minimal. Selain itu, Neliti juga menangani web hosting yang cepat, desain web, dan masalah teknis lainnya,” imbuh Anton.

Kendati saat ini masih dalam fase beta, pertumbuhan pengguna yang signifikan membuat tim Neliti optimis untuk pengembangan ke depannya. Tahun 2019, mereka akan merilis lebih banyak fitur dan meluncurkan versi final dari Neliti. Salah satu fitur yang segera dikeluarkan memungkinkan pengguna untuk melakukan personalisasi desain website jurnal.

Garda Pangan Hadirkan Inovasi Sosial untuk Selesaikan Masalah “Food Waste”

Garda Pangan adalah startup bidang sosial yang ingin menyelesaikan permasalahan “food waste” di wilayah Surabaya. Solusi yang dihadirkan memanfaatkan teknologi untuk dapat terhubung dengan industri terkait – seperti perhotelan, restoran dll—yang acap kali memiliki sisa makanan berlebih. Visi utama Garda Pangan ialah menghadirkan “sustainable and responsible food waste management”.

Founder Garda Pangan Eva Bachtiar menuturkan, Indonesia merupakan negara pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Rata-rata tiap orang bisa membuang 300kg makanan per tahunnya.

Dalam melakukan operasionalnya, Garda Pangan memanfaatkan situs sebagai one-stop service. Terdapat beberapa fitur di website, di antaranya permintaan penjemputan makanan, rekomendasi penerima, pendaftaran mitra hingga laporan lokasi distribusi. Untuk memaksimalkan proses bisnis, saat ini pihaknya tengah mengembangkan aplikasi mobile untuk para penjemput makanan.

Mulai beroperasi sejak Juni 2017, Garda Pangan telah berhasil bekerja sama berbagai restoran, tenant makanan, wedding organizer, distributor buah, bakery, dan pasar organik di wilayah Surabaya. Hingga kini Garda Pangan telah mengumpulkan 52.685 porsi makanan — setara menyelamatkan 7,9 ton potensi sampah terbuang. Mereka juga telah berhasil menyalurkan kepada 43.590 penerima.

Permasalahan “food waste” dan dampaknya

Ada tiga dampak dari food waste yang disoroti oleh Garda Pangan. Pertama dampak ekonomi, karena membuang sampah makanan berarti menyia-nyiakan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat makan tersebut. Dampak kedua adalah dampak lingkungan, hal ini tidak terlepas dari sampah makanan yang tertumpuk di tempat pembuangan akhir mengeluarkan gas metana yang merupakan salah satu gas penyumbang emisi rumah kaca.

Dan dampak berikutnya adalah sosial, karena akan menjadi sebuah ironi jika ada yang membuang makanan tapi di sisi lain masih ada yang kelaparan.

Berangkat dari itu semua pada akhirnya Garda ingin meminimalkan sampah makanan dan mengentaskan kelaparan melalui teknologi yang kembangkan. Garda Pangan menawarkan solusi yang disebut dengan “food rescue”, berusaha menyelamatkan makanan dari potensi terbuang.

“Makanan yang layak akan dikemas ulang, lalu dibagikan secara bermartabat kepada masyarakat pra-sejahtera yang membutuhkan, sementara makanan yang sudah tidak layak akan diolah menjadi pakan ternak dan kompos,” jelas Eva.

Dengan inovasi social enterprise yang dihadirkan, Garda Pangan beberapa kali mendapatkan penghargaan, di antaranya Go Startup Indonesia 2018 (Juara 1), Best of the Best Talent Scouting NextDev 2018, dan Startup with Best Social Impact oleh Tempo tahun 2017.

“Tahun 2019 Garda Pangan berencana untuk mengembangkan bisnis dengan menarik sebanyak-banyaknya klien baru dari industri hospitality dan industri makanan. Pendekatan inovatif yang ditawarkan Garda Pangan merupakan hal yang sangat baru, sehingga membutuhkan kanal-kanal promosi yang gencar untuk meningkatkan exposure dan minat dari industri tersebut untuk mulai beralih kepada pengelolaan sampah makanan yang lebih bertanggung jawab,” papar Eva.

Ia lebih jauh menjelaskan bahwa saat ini Garda Pangan terus berupaya untuk bisa melakukan advokasi kepada pemerintah kota Surabaya untuk ikut peduli dengan isu food waste. Eva dan tim Garda Pangan percaya bahwa keterlibatan pemerintah akan bisa mendorong iklim yang lebih kondusif bagi para bisnis akanan untuk ikut bergabung dalam gerakan ini.

Solusi dari Garda Pangan sangat mungkin bisa diterapkan di kota-kota besar lainnya di luar Surabaya. Hanya saja saat ini Eva dan tim tidak ingin terburu-buru melakukan ekspansi, meski ada mimpi untuk membawa manfaat Garda Pangan lebih luas lagi.

“Tentu saja kami punya mimpi bahwa gerakan Garda Pangan ini bisa berkembang di seluruh kota di Indonesia. Akan tetapi kami juga tidak ingin terburu-buru. Kami sadar Garda Pangan masih sangat muda, dan kami ingin memperkuat terlebih dahulu pondasi di Garda Pangan Surabaya sebelum membuka cabang di kota lain. Kami juga masih fokus mengumpulkan best practice yang nantinya bisa diterapkan di kota lain,” tutup Eva.

TemanBisnis Hadirkan Aplikasi Akuntansi Berstandar untuk UKM

Aplikasi TemanBisnis (Tebi) memiliki tujuan untuk memudahkan UKM di Indonesia mengelola keuangan. Fitur yang disediakan mulai dari pencatatan hingga laporan keuangan berbasis digital yang berstandar. Harapannya para UMK bisa lebih fokus mengembangkan bisnisnya.

Tebi berawal dari pemikiran Founder & CEO TemanBisnis Abidah yang berlatar belakang akuntansi, mengenai peran sertanya dalam membantu pengusaha UKM.

Abidah mengatakan, “Kalau bisa menjadi akuntan bagi jutaan pebisnis UKM kenapa harus puas dengan membantu satu atau dua pebisnis saja.” Dari sinilah kemudian lahir Tebi dengan berbagai macam fitur yang disematkan dalam aplikasi.

Sejak diluncurkan Oktober 2018, Tebi sudah diunduh lebih dari 35 ribu kali dengan pengguna aktif per hari berkisar 700 hingga 1000 orang. Dengan modal awal dari angel investor dan para co-founder, di tahun pertamanya Tebi fokus pada perluasan pasar dan pengembangan aplikasi; mulai dari desain interface dan beberapa fungsionalitas yang dibutuhkan para pebinsis UKM.

Saat ini beberapa fitur yang sudah ada di aplikasi TemanBisnis antara lain fitur pencatatan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM), fitur laporan keuangan arus kas dan laba rugi otomatis, dan analisis singkat laporan. Semua dikemas Tebi dengan tampilan yang tidak hanya menarik tetapi juga mudah dipahami.

“Karena berangkat dari mimpi besar untuk menciptakan 10 juta usaha mikro kecil Indonesia yang mandiri pada tahun 2023, kita menekankan pada penggunaan yang mudah, terjangkau, dan menyeluruh bagi semua pebisnis UKM. Secara bisnis model, kita menerapkan tipe belangganan atas fitur advance, sehingga pengguna bisa tetap menggunakan fitur dasar secara gratis, tapi kalau butuh lebih dari itu tinggal berlangganan,” terang CMO TemanBisnis Muhammad Zulfahly yang akrab disapa Zul.

Saat ini untuk terus menggenjot pertumbuhan pengguna, tim Tebi tengah melakukan berbagai macam upaya, salah satunya dengan melakukan kunjungan dan pelatihan literasi keuangan ke komunitas, sekolah bisnis hingga inkubator. Selain itu tim Tebi juga berusaha menemukan tampilan yang efektif dan sesuai dengan banyak pengguna sehingga lebih memudahkan dalam penggunaan.

“Di 2019 kita optimis untuk terus menambah jumlah pengguna aplikasi hingga 500.000 pengguna. Targetnya kami ingin membangun kolaborasi dengan lebih banyak komunitas, sekolah bisnis, inkubator, bahkan pemerintah untuk meningkatkan literasi keuangan dan teknologi bagi pebisnis UKM Indonesia melalui event offline. Selain itu, kita juga terus melakukan pembaruan aplikasi untuk menghadirkan aplikasi akuntansi keuangan yang paling mudah, cepat, dan terjangkau berbasis Android,” ujar Zul.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Sampingan” Coba Sederhanakan Model Bisnis “Outsourcing” Pekerjaan

Aplikasi Sampingan didesain membantu masyarakat menemukan pekerjaan temporer untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Para founder terinspirasi dari bisnis outsourcing, mereka mengenakan harian atau bulanan ke pekerja. Dalam proses kerjanya, Sampingan menggunakan pendekatan yang hampir mirip dengan model outsourcing, memberikan bayaran berdasarkan hasil kinerja (pay per performance).

“Fitur terbaik yang kami tawarkan adalah kebebasan bagi para agen untuk bisa memilih apa, kapan, di mana dan bagaimana mereka menjalankan dan menyelesaikan pekerjaannya. Sementara untuk bisnis (pemberi pekerjaan), Sampingan dapat membantu karena tidak ada manpower fixed cost yang tidak sebanding dengan result yang harus dikeluarkan setiap bulan,” ujar Business Development Manager Sampingan Vinno Zahran.

Sampingan menerapkan model pay per performance bagi rekanan dan agen. Agen (disebut dengan “Kawan Sampingan”) akan mendapatkan bayaran jika berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan yang ada di dalam aplikasi. Dengan sistem kemitraan, maka Kawan Sampingan bisa dengan bebas memilih preferensi pekerjaan sesuai keinginan dan minat.

Untuk menjalankan operasionalnya, saat ini Sampingan sudah mendapatkan pendanaan awal dari dua investor, yakni Golden Gate Ventures dan Antler. Total nilai pendanaan yang didapat ialah $600.000 atau setara dengan 8.7 miliar Rupiah.

Vinno menyampaikan, berbekal pendanaan yang dimiliki, Sampingan ingin terus meningkatkan awareness masyarakat terhadap potensi pekerjaan di sekitar mereka. Tahun 2019 ada beberapa agenda yang akan dilakukan. Selain pengembangan produk, tim Sampingan juga ingin memberikan kegiatan dukungan untuk para agennya di lapangan.

Aplikasi Sampingan
Co-Founder Sampingan Margana Mohamad dan Wisnu Nugrahadi / Sampingan

Sampingan didirikan oleh tiga orang founder, yakni Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya. Ketiganya adalah lulusan manajemen Universitas Padjadjaran. Wisnu dan Dimas sebelumnya berpengalaman sebagai tim pengembang dan produk di Gojek. Sedangkan Margana memiliki dan menjalankan bisnis outsourcing.

Melalui pendekatan digital, Sampingan ingin membuat model outsourcing menjadi lebih mudah diakses. Dan mendapati target sasaran (lapangan kerja) yang tepat, langsung kepada masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Agrowing Fasilitasi Serba-Serbi Bisnis Agrikultur

Teknologi memegang peran penting dalam bisnis di era seperti sekarang. Contoh sederhananya pemanfaatan situs e-commerce dan teknologi internet untuk membantu memasarkan dan juga sebagai portal transaksi yang mudah dan cepat. Agrowing memahami potensi ini. Dengan platform yang dikembangkannya, Agrowing berusaha menyediakan berbagai macam produk dan jasa terkait pertanian dan peternakan yang berkualitas.

Memulai kiprahnya pada tahun 2017 dengan modal dari para co-founder-nya, Donnie Aqsha, Indra Destyono, Dimas A.P Putro, dan Maryono, Agrowing memiliki visi dan misi tak hanya menjadi platform e-commerce tetapi juga menyediakan berbagai macam jasa yang berkaitan dengan pertanian dan peternakan.

Di penghujung tahun 2018 Agrowing tercatat memiliki beberapa lini bisnis yang dijalankan. Tak hanya menyediakan produk hasil pertanian dan peternakan, Agrowing juga menyediakan perlengkapan berkebun seperti benih, bibit, media tanam, pupuk dan segala macamnya. Agrowing juga menyediakan produk peternakan hingga perikanan, menjual hewan ternak hingga ikan hias seperti Arwana.

Selain itu, Agrowing juga menyediakan berbagai macam jasa yang berkaitan dengan pertanian dan peternakan. Antara lain adalah jasa menyediakan hewan ternak untuk aqiqah dan paket agrowisata hingga pelatihan terkait pertanian dan peternakan, seperti budi daya.

Menurut penuturan Tim R&D Agrowing Septina Mugi Rahayu, produk yang memiliki peminat cukup tinggi adalah produk benih dan bibit tanaman hingga buku-buku terkait pertanian terbitan IPB Press.

“Agrowing saat ini memiliki mitra kebun BDB Farm seluas 10 hektar dan tergabung dalam Kontak Bisnis Hortikultura Indonesia (KBHI). Produk yang dijual berasal dari mitra yang sudah kami verifikasi terlebih dahulu kualitas dan jenis produk serta ada garansi yang akan diberikan,” imbuh Septina.

Septina lebih jauh menjelaskan bahwa saat ini bisnis yang bermarkas di Bogor ini telah berhasil mendirikan mini packing house di lab Lapang Pertanian, Leuwikopo, IPB Darmaga. Di sana menyediakan produk buah segar siap saji seperti Nanas, Jambu Kristal, Mangga, dan produk olahan buah seperti jus buah dan asinan nanas.

Dengan target pelanggan seperti petani, pengelola kebun buah, reseller, perkantoran, retailer dan eksporter hingga reseller rumah tangga Agrowing terus berupaya untuk menggenjot kenaikan jumlah pelanggan melalui promosi di media sosial dan event offline.

Septina juga menjelaskan saat ini Agrowing dijalankan sesuai visi dan misi mengikuti milestone yang sudah ditetapkan. Tak hanya menjadi platform e-commerce tetapi juga menyediakan menyediakan aplikasi agriculture, membangun packing house hingg amenyediakan pelatihan.

“Target 2019 kami penambahan jumlah lahan yang dikelola untuk produk eksport, launching aplikasi kebun buah, dan penambahan produk olahan buah,” tutup Septina.

Aplikasi TukangSayur Pertemukan Pelanggan dengan Tukang Sayur secara Online

Berangkat dari pengalaman pribadi founder Chelly Triwibowo yang sering kesulitan membeli keperluan bahan rumah tangga membuatnya terinspirasi untuk mengembangkan platform TukangSayur. Selain itu, faktor lain yang juga juga diamati adalah terkait kondisi pasar, saat ini jumlah tukang sayur dinilai semakin berkurang.

Tren penurunan jumlah pedagang tersebut turut divalidasi survei AC Nielsen, saat ini populasi pasar tradisional di indonesia setiap tahun mulai berkurang jumlahnya karena tidak mampu bersaing dengan pasar modern

Bersama dengan dua rekannya Endang Achmad (COO) dan Miftah Sanaji (Head Of Product & Design), TukangSayur dihadirkan untuk menjembatani tukang sayur ke pangsa pasar yang lebih luas melalui pendekatan digital.

“Berawal dari kejadian itu akhirnya saya research dan due diligence ke pasar tradisional untuk menangkap kebiasaan konsumen dan tukang sayur keliling selama hampir tiga bulan. Dari pengamatan tersebut, ditemukan algoritma yang bisa membuat masyarakat Indonesia bisa belanja kebutuhan sayuran dan dapur lebih hemat, lengkap, dan tetap segar sampai di rumah.”

Untuk hasil yang lebih komprehensif, TukangSayur turut memanfaatkan teknologi seperti big data untuk dapat melakukan analisis secara terus menerus. Aplikasi juga menerapkan layanan berbasis lokasi, sehingga memberikan efisiensi dalam penyediaan stok komoditas –menghubungkan konsumen dengan mitra pedagang di lokasi terdekat.

Cara kerja TukangSayur

 

Bagi pengguna yang ingin memanfaatkan layanan TukangSayur, bisa mengunduh aplikasinya di perangkat Android atau iOS. Pemesanan dapat dilakukan mulai pukul 09:00 sampai 21:00.

Mitra TukangSayur dengan radius terdekat akan memproses pesanan yang masuk. Pelanggan kemudian akan menerima pesanan keesokan harinya di rumah. Saat ini ada dua pilihan pembayaran yang ditawarkan, yakni transfer bank dan COD.

TukangSayur mengklaim telah memiliki 60 ribu lebih pengguna yang sudah mengunduh aplikasi, dengan persentase pengguna aktif mencapai 70 persen. Sementara mitra tukang sayur yang sudah bergabung berjumlah 250, tersebar di 14 kota seputar Jawa dan Bali.

“Layanan TukangSayur saat ini sudah tersedia di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cimahi, Bandung, Cileunyi, Yogyakarta, Semarang, Gresik, Surabaya, Sidoarjo dan Bali. Uniknya setiap kota memiliki perbedaan produk dan harga yang selalu kami update secara real time setiap hari,” kata Chelly.

Dengan model bisnis yang dijalankan, pendapatan TukangSayur saat ini diambil dari pembagian untung dengan mitra. Selain itu mereka juga mengenakan ongkos kirim dan iklan yang tersemat di aplikasi.

TukangSayur berharap bisa mengedukasi generasi milenial khususnya perempuan untuk membiasakan masak di rumah. Selain lebih sehat dan bergizi, kebiasaan tersebut akan membantu rantai ekosistem perdagangan kecil dan pertanian tetap berjalan normal dan menjadi lebih baik.

“Belum pernah ada startup atau perusahaan yang berhasil di online groceries. Hal itu menjadi tantangan tersendiri untuk saya sebagai pendiri. Namun demikian saya yakin model bisnis TukangSayur sudah proven untuk bisa scale-up dan ekspansi,” kata Chelly.

Lakukan fundraising untuk ekspansi

TukangSayur saat ini tengah melakukan fundraising untuk seri A. Nantinya dana modal ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan fitur, layanan, dan ekspansi ke kota lainnya.

Dalam waktu dekat TukangSayur ingin meluncurkan dua fitur terbaru, yakni Recipe Story dan Home Made. Total akan ada sembilan fitur baru yang segera melengkapi aplikasi, khususnya untuk mendukung layanan berbasis F&B.

“Kami juga ingin memperluas jangkauan layanan ke 30-50 kota besar di Indonesia, mengakuisisi 1% customer market yang memiliki potensial dari jumlah populasi,” tutup Chelly.

Application Information Will Show Up Here

Proyekin Hadirkan Kanal Marketplace untuk Pemesanan Bahan Bangunan

Layanan online marketplace mulai berkembang menyasar sektor-sektor baru yang lebih spesifik. Proyekin salah satunya, sebuah platform yang bisa dimanfaatkan untuk memesan bahan kebutuhan bangunan. Situs ini dikembangkan untuk membantu pengguna terhubung dan bertransaksi dengan supplier.

CEO Proyekin Lucky Okdiwianto menceritakanstartup yang ia bangun menargetkan dua segmen sekaligus, yakni segmen bisnis seperti pengembang/kontraktor dan segmen pengguna biasa. Memulai debut beta sejak Juli 2018, Lucky cukup optimis Proyekin bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dengan pendekatan berbasis marketplace.

“Proyekin saat ini sudah memiliki kurang lebih 500 armada pengantar dari 30 mitra yang tersebar di wilayah Jabodetabek serta Karawang. Mitra-mitra tersebut adalah distributor dan supplier dari beberapa perusahaan bahan bagunan besar di masing-masing wilayah,” ujar Lucky menjelaskan.

Proyekin saat ini belum melakukan fundraising. Mereka tengah fokus dalam mematangkan bisnis dan menjalankan beberapa strategi pertumbuhan, salah satunya dengan memperluas kerja sama dengan beberapa perusahaan bahan bangunan. Dengan strategi ini Proyekin berharap bisa memangkas waktu pengiriman barang.

Barang-barang yang bisa dipesan melalui Proyekin meliputi semen, batu, pasir, ready mix (beton jadi), pompa beton dan lain sebagainya. Untuk model bisnisnya mereka akan mengambil komisi untuk setiap transaksi yang dilakukan di sistem Proyekin.

“Solusi yang Proyekin tawarkan membantu pemain konstruksi untuk mendapatkan harga yang transparan dengan didukung metode pembayaran yang fleksibel, sehingga memudahkan proses bisnis mereka. Di sisi supplier dan distributor kami juga bisa memberikan bantuan untuk memasarkan produknya, dan tentunya mengurangi biaya operasional bisnis mereka,” jelas Lucky.

Salah satu satu fitur andalan Proyekin adalah pemantauan status pesanan. Sementara fitur yang akan segera dirilis pada tahun 2019 adalah dasbor terpadu pengelolaan transaksi. Sedangkan dari segi pembayaran, Proyekin juga akan menambahkan fitur kredit.