Kiat Menyiapkan Diri Menjadi Pemimpin Startup ala Hadi Wenas

#SelasaStartup edisi pertama tahun 2020 cukup spesial. Hadi Wenas hadir sebagai pemateri, menceritakan pengalamannya saat memimpin bisnis digital di Indonesia. Sejak Mei 2019 ia menjabat sebagai COO Amartha, dengan track record kepemimpinan di Zalora, aCommerce, hingga Mataharimall.

Dalam pemaparannya ada banyak aspek penting yang disorot Wenas, sebagai landasan dalam memimpin sebuah bisnis digital. Berikut ulasannya:

Menentukan prioritas

Menurut Wenas, salah satu pekerjaan krusial di kepemimpinan startup adalah menentukan prioritas pekerjaan. Di dalamnya termasuk proses memahami isu, mencarikan solusi dan melakukan kalkulasi untuk setiap pengarahan yang akan diberikan kepada timnya.

Bagi Wenas, cara cepat untuk menentukan prioritas adalah sesegera mungkin mengeksekusi pekerjaan yang telah dibebankan. Setelah dijalankan nantinya akan terlihat proses dan perkembangan.

“Intinya langsung saja mulai bekerja dan pada akhirnya prioritas atau urutan yang sesuai akan segera terlihat. Jangan terlalu lama memikirkan planning, langsung saja mulai bekerja,” kata Wenas.

Jangan takut gagal

Kegagalan tentunya kerap menghantui semua pendiri startup. Apakah itu saat mulai membangun startup hingga startup sudah berjalan selama 2-3 tahun. Ketika startup pada akhirnya mengalami kegagalan, ada baiknya untuk tidak menyalahkan diri sendiri.

Menurut Wenas, faktor keberuntungan terkadang menjadi kunci keberhasilan atau kegagalan sebuah bisnis. Jika bisnis berjalan dengan baik, menurutnya faktor mujur tadi bisa menjadi salah satu penyebabnya. Untuk itu ketika gagal lakukan introspeksi dan mulai mencari inspirasi hingga cara untuk mulai lagi dengan bisnis atau usaha yang baru.

Ketika Wenas dipercaya untuk menjabat sebagai CEO MatahariMall, terdapat tugas cukup berat yang wajib diselesaikan oleh timnya. Untuk itu penting bagi pimpinan untuk bisa mengenali terlebih dulu kepribadian diri dan timnya, sehingga ketika beban kerja mulai dirasakan, semua tantangan dan permasalahan yang dihadapi bisa diselesaikan secara tuntas.

Hadi Wenas saat menjabat sebagai Co-CEO aCommerce
Hadi Wenas saat menjabat sebagai Co-CEO aCommerce

Temukan jati diri

Poin penting lainnya yang kemudian disampaikan oleh Wenas adalah menemukan jati diri. Sebagai seorang introvert, ia terkadang merasa kesulitan untuk melakukan sosialisasi, namun di sisi lain sifat tersebut menjadikan dirinya menjadi lebih teratur dan haus akan detail. Sifat kurang sabar yang sebelumnya menjadi kendala ternyata saat ini justru dianggap sifat yang mendukung kinerja Wenas, karena semua pekerjaan bisa selesai dengan cepat dan membantu dirinya hingga tim untuk bekerja lebih baik lagi.

“Bagi saya yang seorang introvert justru menyukai segala hal serba teratur. Dengan demikian semua permasalahan dan bagaimana cara tepat untuk bisa mengatasinya bisa dengan mudah diselesaikan secara bertahap. Secara otomatis jika ritme kerja sudah ditemukan, pekerjaan tersebut akan selesai lebih cepat,” kata Wenas.

Meditasi mendukung produktivitas

Salah satu kebiasaan yang sudah dilakukan oleh Wenas sejak tahun 2008 lalu adalah secara rutin melakukan meditasi. Meskipun pada awalnya lebih kepada proses penyembuhan tubuh, namun meditasi yang dilakukan olehnya secara rutin justru kini mampu melatih kesabaran hingga meningkatkan produktivitas kerja. Intinya adalah temukan work-life balance, yang akan memberikan pengaruh positif untuk kesehatan tubuh dan karir.

“Meditasi mampu membantu saya melatih kesabaran dan menemukan keseimbangan tersebut. Apakah Anda seorang introvert, extrovert, gemar melakukan secara teratur atau peduli dengan detail. Jika sudah ditemukan jati diri tersebut, pada akhirnya semua pekerjaan akan bisa diselesaikan lebih santai dan tentunya lebih mudah,” tutup Wenas.

Tiga Divisi dalam Startup yang Dapat Dijalankan secara “Outsource”

Dalam dunia startup yang kompetitif, founder harus tetap fokus pada pengembangan bisnis tanpa diganggu hal lain. Di fase awal pada saat merintis, jumlah dana dan staf sering kali terbatas, sementara banyak tugas yang harus dikerjakan. Sebagian besar founder mencoba mengatasinya sendiri agar menghemat uang dan waktu.

Seperti pisau bermata dua. Mengambil terlalu banyak pekerjaan, dapat mengorbankan kualitas dan akurasi. Solusi alternatifnya adalah dengan outsourcing, menghubungkan startupnya dengan tim ahli yang punya pengetahuan dan keterampilan untuk mengemban tugas tersebut.

Pasalnya, startup dihantui dengan kenyataan pahit bahwa 90 persen bisnis baru pasti gagal. 46 persen penyebabnya karena kurangnya modal. Memantau pos anggaran bisnis adalah suatu keharusan ketika memulai bisnis baru. Berinvestasi untuk layanan yang tidak menghasilkan ROI (return of investment) signifikan adalah resep kegagalan.

Outsourcing dapat menjadi solusi karena mengurangi hingga 60 persen biaya. Di samping itu, founder bisa merasakan langsung manfaat dari outsourcing karena mereka bisa lebih produktif. Inilah alasan mendasar mengapa startup perlu outsourcing.

Pertanyaan berikutnya adalah kapan tepatnya Anda butuh outsourcing? Jawabannya tergantung pada tujuan bisnis dari startup. Sebab apapun tugas yang Anda putuskan untuk di-outsource, Anda harus tetap ambil langkah strategis, cermat dengan keterampilan perusahaan.

Pada umumnya, ada tiga bagian yang bisa di-outsource-kan dalam tiap perusahaan. Yakni, bagian administrasi, layanan IT, dan penggajian. Berikut penjelasannya.

Bagian administrasi

Mengalihkan tugas administratif artinya Anda melewati tanggung jawab untuk mencatat dan menjawab email kepada pekerja outsourcing. Penjadwalan penting, seperti jam kerja dan rapat karyawan dapat di-outsourcing-kan, ini akan sangat bermanfaat bila Anda belum memiliki departemen SDM.

Ketika Anda dan tim mulai bekerja pada proyek-proyek mendesak, Anda bisa memastikan kepada tim outsourcing untuk tetap tidak melewatkan pencatatan penting agar perusahaan tetap terorganisir. Di saat yang sama, Anda bisa berkomunikasi dengan klien, calon mitra bisnis, dan investor.

Di Indonesia ada banyak startup yang menangani solusi tersebut, di antaranya GreatDay HR, Sleekr, Jojonomic, dan Gadjian.

Layanan IT

Tetap memiliki produk yang relevan di pasar merupakan sesuatu yang dibutuhkan, sekaligus jadi tantangan karena produk berbasis teknologi dituntut untuk selalu berkembang agar dapat menarik lebih banyak pengguna. Jika Anda butuh terlalu lama untuk merilis suatu produk, kemungkinan besar layanan Anda cepat usang, atau kompetitor lebih dahulu masuk dengan solusi serupa.

Mengalihkan produk teknologi Anda ke tech provider menjadi salah satu opsi untuk tetap membuat perusahaan Anda tetap kompetitif. Yang membuat tech provider menonjol adalah mereka menekankan pada teknologi mutakhir yang siap mendukung kualitas produk Anda. Dengan demikian, ekspektasi pengguna semakin tinggi.

Tim IT in-house dapat mengalihkan fokusnya pada inovasi sembari menjaga kualitas produk yang dihasilkan tim outsourcing dengan merekrut developer khusus dan quality assurance. Perluasan tim ini punya peran penting dalam keberhasilan suatu proyek.

Developer khusus punya pengetahuan tentang teknologi terbaru dan dapat mengerjakan tugas yang kompleks tanpa gangguan ketika masuk dalam tim tambahan. Memungkinkan mereka untuk bekerja secara kreatif dan berkontribusi pada produk yang lebih inovatif.

Sementara, project manager tahu bahwa kualitas sangat penting selama pengembangan. Tim mereka sering kali terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain untuk fokus pada jaminan kualitas. QA punya tugas memastikan kualitas, produk perusahaan Anda memiliki keunggulan kompetitif di pasar karena fungsi dan keamanannya.

Startup dengan layanan seperti ini di Indonesia, bisa tengok dari Qiscus. Startup ini spesialisasi membuat produk chat untuk meningkatkan engagement dengan konsumen. Salah satu perusahaan yang memanfaatkan produk Qiscus adalah Bukalapak.

Penggajian

Apabila founder kurang paham dengan penghitungan gaji dan kelola keuangan perusahaan, startup ia bangun dalam waktu singkat akan gulung tikar. Outsourcing payroll melindungi Anda dan staf karena memberikan akurasi tinggi untuk mencegah pelanggaran hukum dan membayar gaji karyawan dengan sesuai.

Secara bottom line, founder startup harus bisa didorong untuk hemat dalam mengembangkan bisnis dan tetap menjangkau konsumen di pasar yang kompetitif. Untuk memastikan itu semua, Anda harus bisa menghindari kesalahan kritis yang dapat merusak reputasi brand, maka outsourcing payroll adalah cara yang harus di tempuh.

Di Indonesia sendiri, startup SaaS yang menyediakan layanan seperti ini bisa dikatakan cukup banyak. Di antaranya ada Mekari yang menggabungkan solusi untuk kelola urusan HR, akuntansi, dan perpajakan. Mekari punya empat layanan berbeda dan saling melengkapi, yakni Talenta, Sleekr, Jurnal, dan Klikpajak.

Pemain lainnya Gadjian, Jurnal, Paper.id, dan OnlinePajak.

Tips Menyiapkan Layanan Pelanggan yang Baik untuk Startup

Salah satu faktor yang membuat pelanggan betah terhadap sebuah produk adalah pelayanan konsumen atau customer service yang baik. Baik itu karena pelayanan yang memuaskan dari segi kecepatan, informasi yang membantu, hingga komunikasi yang nyaman. Berikut ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan organisasi atau bisnis untuk strategi pelayanan konsumen.

Identifikasi pengguna dan strategi komunikasi

Strategi komunikasi dengan pengguna akan sangat tergantung dengan bagaimana bisnis mengenali penggunanya. Demografi seperti umur, pendidikan, dan lain sebagainya memiliki peran penting bagaimana nantinya bisnis menentukan strategi komunikasi, seperti gaya komunikasi, bahasa, dan lain sebagainya.

Menentukan strategi komunikasi di awal cukup penting bagi setiap bisnis yang memutuskan untuk memiliki layanan pelanggan. Karena setiap orang yang ada di divisi layanan pelanggan akan mewakili bisnis berkomunikasi dengan pengguna. Pastikan juga value yang dimiliki bisnis sesuai dengan strategi komunikasi yang dipilih.

Menentukan kanal komunikasi

Karena kini banyak cara untuk bisa berkomunikasi dengan pengguna bisnis harus bisa memlilih melalui cara seperti apa mereka bisa dihubungi. Jika dulu hanya ada kantor dan telpon sekarang ada media seperti email, media sosial, live chat, dan semacamnya.

Tidak perlu hadir di semua kanal, hanya cukup hadirkan yang dirasa paling mudah dan paling efisien untuk bisa berkomunikasi dengan pengguna. Jangan lupa faktor kenyamanan, kadang pengguna butuh bercerita panjang tentang keluhannya. Sebaliknya, kadang kita juga harus memberikan panduan hal teknis terkait dengan produk. Kuncinya, yang paling efektif untuk menjalin komunikasi.

Tentukan metrik yang akan digunakan

Yang termasuk dalam strategi menyusun layanan pelanggan adalah menentukan metrik untuk mengukur sejauh mana layanan pelanggan bekerja dan tentunya bermanfaat. Berikut ada beberapa metrik yang bisa digunakan dalam pengukuran layanan pelanggan:

  • First response time: waktu yang diperlukan customer service agent untuk membalas pesan yang disampaikan oleh pengguna.
  • First contact resolution rate: persentase kasus yang diselesaikan setelah kontak pertama dengan klien.
  • Interaction to resolution: rata-rata interaksi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kasus.
  • Escalation rate: persentase pengguna yang menuntut berbicara dengan perwakilan atau divisi yang lebih tinggi.
  • Customer satisfaction: nilai kepuasan pelanggan, biasanya dibuat rentang dan harus menyiapkan survei atau umpan balik untuk mendapatkan jawaban dari pengguna.

Siapkan agen dengan baik

Ketika berbicara dengan pengguna, customer service agent akan mewakili perusahaan. Untuk itu sangat penting menyiapkan mereka dengan informasi menyeluruh mengenai visi, produk, dan nilai yang diusung perusahaan.

Terutama masalah produk, sebisa mungkin agen harus mengetahui seluk beluk produk yang ditawarkan. Tak hanya soal informasi dasar seperti jumlah atau deskripsi fitur, tetapi juga mengenai cara memecahkan sebuah masalah.

Perhatikan Empat Hal Berikut Usai Startup Lakukan Merger atau Akuisisi

Tidak dapat dimungkiri proses merger and acquisition (M&A) akan terjadi pada sebagian besar startup. Alasannya tentu beragam, mulai dari memperbesar bisnis, scale-up, hingga memotong terjadinya burn rate atau kerugian di masa mendatang.

Ketika proses M&A terjadi, ada beberapa poin yang wajib diperhatikan oleh pendiri startup hingga jajaran manajemen, yang menjadi krusial sepanjang 60 hari ke depan. Langkah ini perlu untuk dilakukan agar proses transisi pasca merger dan akuisisi berjalan secara lancar dan bisnis bisa berkembang dengan bergabungnya dua perusahaan menjadi satu.

Fokus kepada 60 hari pertama

Ketika transaksi dan perjanjian usai dilakukan serta kesepakatan telah diambil langkah krusial yang wajib diperhatikan oleh startup adalah 60 hari pertama. Di masa-masa awal ini, para pemimpin dari dua perusahaan wajib untuk melakukan langkah yang strategis, mengambil kebijakan yang tepat hingga melakukan konsolidasi yang bermanfaat bagi kedua perusahaan yang lebur menjadi satu. Dalam hal ini kepemimpinan dan aksi yang tegas dari para pemimpin memiliki peranan penting agar perusahaan bisa terus berkembang.

Ciptakan kultur perusahaan baru

Saat ini tentunya masing-masing perusahaan telah memiliki kultur kerja dan kebijakan perusahaan yang berbeda. Kesalahan terbesar yang banyak dilakukan oleh startup usai melakukan proses merger dan akuisisi adalah memaksakan satu kultur perusahaan kepada perusahaan lainnya. Sehingga konflik hingga perbedaan akan terjadi, idealnya masing-masing perusahaan tidak memaksakan kultur perusahaan mereka kepada perusahaan lainnya.

Ciptakan kultur perusahaan baru yang bisa diambil dari masing-masing kultur yang dimiliki. Pilih kultur atau kebijakan yang ideal dan tentunya relevan untuk diterapkan oleh pegawai yang sudah melebur menjadi satu tim dalam perusahaan yang baru.

Perkuat tim

Keuntungan dari proses merger dan akuisisi adalah jumlah tim yang lebih kuat dan memiliki kemampuan yang saling melengkapi. Manfaatkan keuntungan tersebut dengan menciptakan kolaborasi yang tepat antar pegawai, kurasi skillset dan kemampuan dari kedua perusahaan, kemudian ciptakan tim dan kolaborasi baru yang lebih kuat didukung dengan skillset pegawai yang baru.

Contohnya, jika sebelum M&A terjadi perusahaan Anda kekurangan tenaga engineer, manfaatkan tenaga engineer yang ada di perusahaan lainnya. Dengan demikian misi Anda untuk mengembangkan bisnis bisa tercapai didukung dengan gabungan tim baru dari kedua perusahaan.

Fokus kepada pelanggan

Untuk menghindari terjadinya pandangan negatif dari pelanggan usai proses merger dan akuisisi berlangsung, pastikan informasi yang keluar dapat diterima dengan baik oleh pelanggan. Yakinkan mereka bahwa proses M&A tidak akan mengganggu produk hingga layanan yang diberikan. Dengan demikian kepercayaan pelanggan tidak akan hilang dan kekhawatiran bisa diminimalisir dengan informasi yang transparan. Pastikan proses merger dan akuisisi ini akan memberikan keuntungan lebih bukan hanya kepada perusahaan, namun juga kepada pelanggan.

Tiga Kiat Mengeksplorasi Strategi Pemasaran

Setiap elemen dalam organisasi dituntut untuk terus berkembang, setidaknya agar bisa terus mengeksplorasi cara baru untuk berinovasi. Tak terkecuali pemasaran. Tren pemasaran mengandalkan data dan sosial media kini sudah jamak dilakukan banyak oraganisasi dan bisnis demi mencapai sasaran yang tepat. Berikut beberapa tips untuk bisa lebih eksplorasi strategi pemasaran di tengah perkembangan teknologi yang ada.

Implementasi kecerdasan buatan

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI) adalah satu dari banyak teknologi mutakhir yang digadang-gadang mampu merevolusi penggunaan teknologi lebih arah yang lebih jauh lagi. Kuncinya ada otomatisasi. Implementasi teknologi ini di bidang pemasaran tentu akan memberikan banyak peluang bagi tim pemasaran untuk fokus pada hal yang butuh banyak sentuhan manusia.

AI bisa saja digunakan untuk mengumpulkan data dari banyak kanal pemasaran untuk dianalisis sebagai bahan kesimpulan. Sementara itu tim pemasaran bisa lebih banyak memberikan sentuhan manusia untuk menjalin koneksi dan emosi yang baik dengan pelanggan. Saat ini ada produk perangkat lunak pemasaran berbasis AI yang bisa dilanggan atau dibeli berdasarkan kebutuhan spesifik.

Menjaga data pengguna adalah prioritas

Ada dua hal yang menjadi permasalahan media sosial saat ini, yang pertama adalah soal privasi data dan disinformasi atau hoax. Dua hal ini sedikit banyak mereduksi tingkat kepercayaan pengguna, dan bisa saja menimpa brand jika strategi pemasaran tidak dilakukan dengan baik.

Batas antara personalisasi dan pelanggaran privasi bisa dikatakan sangat tipis. Di sinilah peran perusahaan untuk bisa memastikan bahwa data yang mereka minta dari pelanggan sepenuhnya aman. Konteksnya, tidak dibocorkan kepada pihak lain atau diperjual-belikan.

Tidak sedikit orang yang terbantu dengan model pendekatan personalisasi, tapi tak sedikit juga yang mereka khawatir dengan data mereka ketika preferensi mereka dihadirkan dalam bentuk rekomendasi. Itu penting bagi organisasi dan bisnis untuk meyakinkan pelanggan data mereka aman dan membuat mekanisme untuk mellindungi data pengguna.

Peka terhadap perubahan

Apa yang berhasil dilakukan sebelumnya belum tentu berhasil dilakukan sekarang, pun demikian dengan strategi pemasaran. Harus selalu ada upaya membaca situasi, tren, dan keinginan pengguna. Adaptasi adalah sebuah keniscayaan jika berbincang mengenai inovasi dan pertumbuhan. Itu mengapa memiliki komunitas atau memiliki basis pengguna yang bisa dimintai umpan balik adalah sebuah kemewahan.

Komunitas bisa jadi tempat paling dini untuk bisa mengetahui perubahaan atau permintaan dari pelanggan. Menjaga komunikasi baik melalui media sosial, email, atau media lainnya adalah tugas penting yang tidak boleh dilupakan. Sekadar mengucapkan ulang tahun, tahun baru, atau perayaan lainnya bisa jadi cara sederhana untuk tetap terhubung dengan mereka.

Menciptakan Model Pendapatan yang Tepat Bagi Startup

Startup tidak semata-mata berfokus pada pengembangan produk dan talenta saja. Sama seperti korporasi, startup punya tujuan sama dalam membangun sebuah bisnis, yakni meraup pendapatan.

Perusahaan perlu revenue model yang tepat sebagai strategi untuk memperoleh pendapatan dari bisnisnya. Ada banyak revenue model yang dapat dijadikan acuan. Misalnya, revenue model berbasis transaksi, komisi, dan berlangganan. Semua bergantung pada target pasar yang dituju.

Apa saja yang kita dapat kita ketahui tentang revenue model? Apakah sekadar menentukan model bisnisnya saja? Pada sesi #SelasaStartup pekan ini, Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer berbagi ilmu kepada khalayak tentang revenue model untuk startup.

Tentu topik ini menjadi sangat menarik jika melihat cita-cita Wahyoo yang ingin mendigitalisasikan warung makan di Indonesia. Selengkapnya, simak pembahasan Peter berikut ini.

Tiga hal sebagai fondasi dasar

Pendapatan adalah fondasi utama dalam membangun sebuah bisnis. Pada akhirnya, setiap bisnis menginginkan pendapatan sebagai kunci keberlangsungan perusahaan di masa depan.

Peter menyebutkan ada tiga pertanyaan dasar yang perlu dijawab saat ingin membangun startup. Pertama, siapa target pasarnya, masalah yang ingin diselesaikan beserta solusinya, dan apakah solusi ini dapat menghasilkan uang.

Jika ketiga hal ini mampu dijawab, pelaku startup dapat menciptakan revenue model-nya. Selain itu, ketiga hal ini dapat menentukan apakah sebuah bisnis patut dicoba atau tidak. Menurutnya, pelaku startup dapat menghindari bisnis yang sejak awal kita tahu tidak mampu menghasilkan pendapatan.

“Percuma bangun bisnis yang tidak bisa menghasilkan revenue karena effort yang dikeluarkan banyak dan [bisnis] tidak akan sustain. Bisnis yang sederhana bukan berarti scalable. Lebih baik menciptakan sesuatu sampai customer tahu [produk] ini bernilai,” ungkap Peter.

Revenue model sejalan dengan SDM

Peter menceritakan bagaimana Wahyoo memanfaatkan banyak stakeholder sebagai salah satu revenue model-nya. Sebagai startup penyedia solusi digitalisasi dan modernisasi warung, Wahyoo melakukan pendekatan dengan komunitas dan proyek tertentu sebagai target pasar produknya.

Wahyoo memiliki beberapa revenue model untuk bisnisnya, mulai dari transaksi, iklan, komisi, project based, franchise, hingga licensing. Peter sadar tidak semua revenue model dapat berjalan seluruhnya. Maka itu penting melakukan evaluasi untuk mengetahui revenue model yang cocok dengan bisnis yang dijalankan.

Di samping itu, semakin banyak revenue model akan sejalan dengan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) agar pengelolaannya lebih fokus. “Bagaimanapun juga, manusia cuma punya dua tangan. Tentu perlu dilihat apakah menambah orang atau tidak worth it dengan semakin banyaknya revenue model,” ujarnya.

Kolaborasi jadi potensi pemasukan

Menciptakan revenue model bagi bisnis tidak harus berjalan sendiri. Pelaku startup dapat berkolaborasi dengan banyak pihak untuk membuka peluang pemasukan lain.

Sebagai contoh, warteg yang menjadi mitra Wahyoo dapat menjadi double agent yang mana pemiliknya bisa mengantongi komisi dari iklan yang dipasang di warung tersebut.

“Banyak startup yang terlalu fokus pada satu hal [untuk menciptakan revenue]. Padahal, sebetulnya banyak sekali touch point yang dapat dikolaborasikan,” tutur Peter.

Belajar dari kompetitor

Satu hal yang tak kalah penting apabila pelaku startup telah menemukan revenue model yang tepat untuk bisnisnya, yakni mencari tahu tentang kompetitornya.

Peter menilai tidak ada salahnya mengetahui produk dan revenue model pesaing. Justru berbagai informasi yang didapatkan dari pesaing dapat menjadi learning process bagi pelaku startup untuk belajar tentang revenue model.

Tips Dasar untuk Founder Ketika Memulai Startup

Startupfest 2019 di Medan minggu lalu menghadirkan banyak pembicara dari berbagai latar belakang. Kebanyakan berbagi tentang pengalamannya dalam mengembangkan startup. Dari proses merencanakan, menjalankan, dan mempertahankan bisnis. DailySocial mencoba merangkum beberapa tips yang disampaikan narasumber.

Sesi Natali Adrianto

Natali Ardianto berkesempatan membagikan pengalamannya berkecimpung di dunia startup di panggung utama Startupfest 2019. Mantan CTO Tiket dan EmasDigi ini menyampaikan beberapa hal yang penting dimiliki founder.

Pertama adalah membekali diri dengan pengetahuan dan pengalaman. Menurutnya, kesalahan pertama para entrepenuer adalah memulai berbisnis dasar ilmu yang mumpuni. Jadi jangan mulai berbisnis sebelum mempunyai bekal cukup. Minimal carilah mentor untuk membimbing pada saat merancang bisnis. Cari yang terikat secara profesional, opsi menawarkan saham juga patut dipertimbangkan.

alidasi ide penting dilakukan. Jangan langsung memulai bisnis dari ide, mulailah dengan menjalankan business model canvas untuk mengidentifikasi banyak hal, termasuk visi bisnis yang akan dijalankan. Validasi ini termasuk mengukur seberapa besar pangsa pasar yang disasar, plus mendengar masukan-masukan dari pengguna.

Jika ingin membangun sebuah bisnis yang terencana dan memiliki tujuan pasti, kembangkan rencana bisnis (business plan). Rencana bisnis yang terdokumentasi dengan baik juga akan memudahkan pada saat pitch atau bertemu dengan investor.

Lalu, jalankan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) merupakan analisis paling dasar yang bisa digunakan untuk “memetakan” bisnis. Natali dalam presentasinya menyarankan agar lebih fokus pada poin W, karena dengan demikian kita bisa fokus memperbaiki diri agar lebih baik lagi. Tentunya tanpa mengabaikan yang bagian lainnya.

Identifikasi tim pendiri. Memperjelas status tim dari awal jadi hal penting. Pastikan dia sebagai co-founder atau sebagai karyawan biasa. Semua harus ditentukan dari awal. Sebagai founder carilah kelemahan diri untuk mencari co-founder yang melengkapi tim. Setelahnya jelaskan pembagian ekuitas/saham agar tidak terjadi permasalahan ke depannya.

Bangun MVP (Minimum Viable Product). Setelah ide divalidasi dan model bisnis ditemukan segera bangun MVP. Segera keluarkan produk untuk secepatnya bisa dicoba oleh pengguna dan mendapatkan masukan. MVP tersebut kaitannya juga dengan kehadiran online produk startup. Untuk bisa dikenal banyak orang, manfaatkan jejaring online untuk mempromosikan produk.

Setelah matang, siapkan pengacara. Ini adalah bagian persiapan jika nantinya ketika tumbuh besar bisnis sudah memiliki pengacara untuk menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Jangan lupa juga untuk belajar keuangan. Menurut Natali permasalahan perusahaan mati karena dua hal, yakni founder yang menyerah dan kehabisan dana. Untuk itu kemampuan perencanaan dan pengelolaan keuangan harus dimiliki founder.

Pemilihan teknologi harus diperhitungkan. Ini berkaitan dengan investasi dari segi infrastruktur. Untuk membangun sebuah platform yang menyesuaikan dengan pertumbuhkan, platform cloud untuk mendapatkan fleksibilitas dan pengelolaan yang mudah. Gunakan juga platform analisis untuk mengukur capaian-capaian dari produk.

Setelah produk diluncurkan cobalah membangun komunikasi dengan investor. Mulailah dengan menceritakan perkembangan bisnis ke investor, sehingga ketika suatu saat membutuhkan pendanaan investor sudah mengetahui perjalanan startup.

Sesi Jourdan Kamal

Startupfest 2019 juga menghadirkan Jourdan Kamal selaku Founder MauBelajarApa, platform marketplace pembelian tiket untuk belajar. Di panggung utama ia membagikan pengalamannya menjalankan MaubelajarApas selama lima tahun.

Untuk mulai menjalankan bisnis bagian pengembangan produk adalah satu yang krusial. Hanya saja sebagai sebuah startup prinsip “segera memulai” perlu dilakukan. Pastikan MVP segera meluncur ke publik. Tidak perlu langsung mewah dengan segala fitur yang keren dan teknologi yang mutakhir. Cukup menemui calon pelanggan dengan solusi. Itu cukup untuk sebagai awal perjalanan.

Operasional ada dalam poin penting yang disampaikan Jourdan. Pengelolaan di sini termasuk anggota tim, ruangan, dan kebutuhan-kebutuhan pengembangan bisnis. Jika mulai kewalahan mengantisipasi pertumbuhan bisnis segera mencari tambahan bisa freelance atau outsource. Sehingga bisnis bisa menyesuaikan. Kantor mewah memang dambaan semua startup, tapi jika untuk mengawali carilah tempat yang sederhana namun nyaman untuk bekerja.

Semua bentuk bisnis butuh upaya pemasaran untuk mengenalkan produknya. Salah satu kanal efektif yang bisa dimanfaatkan oleh startup adalah media sosial. Bangun brand dan interaksi dengan pengguna di media sosial. Sesekali lakukan kolaborasi dan temu komunitas untuk menguatkan hubungan dengan pengguna. Jangan lupa minta komunitas untuk berbagi cerita di media sosial. Semua respons positif di media sosial juga berperan dalam meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Mengukur Untung Rugi Multitasking Saat Bekerja

Setiap founder startup pasti tahu betul bagaimana harus produktif setiap harinya dan mengembangkan keterampilan manajemen waktu. Di sisi lain, dua hal ini menjadi bumerang karena founder ditantang untuk mempertahankan fokusnya dan tidak terlalu menyebar melakukan semuanya sendirian.

Oleh karena itu, istilah multitasking dianggap sebagai sesuatu yang positif. Sebab semakin banyak yang bisa Anda lakukan secara sekaligus, semakin produktif hari Anda. Lama kelamaan, multitasking kurang disukai karena menurut suatu penelitian, ketika orang melakukan multitasking, mereka itu sebenarnya kurang produktif secara keseluruhan.

Mengelola banyak tugas vs multitasking

Ambil contoh, ketika menerima telepon dari klien, Anda juga mengecek dokumen soal bisnis lain secara bersamaan. Ini artinya Anda tidak memberikan perhatian secara penuh pada dua tugas tersebut. Sehingga bisa dikatakan multitasking bukan solusi terbaik karena melakukan dua hal sekaligus dalam satu waktu.

Mungkin Anda menyimpulkan solusinya adalah mengurangi pekerjaan agar dapat lebih fokus. Seperti halnya, ketika Anda seorang founder startup mungkin akan lebih efektif apabila hanya menjalankan satu bisnis saja. Anda tidak harus mengambil keputusan seperti itu.

Solusi terbaiknya adalah Anda harus fokus mengelola banyak tugas secara terstruktur, namun tidak melibatkan multitasking. Bagaimana Anda bisa disiplin menggunakan setiap menit yang ada, untuk fokus mengerjakan satu pekerjaan.

Apabila Anda tidak tahu cara fokus dan membuat prioritas, Anda pasti akan kesulitan mengelola satu pekerjaan atau area lain dalam hidup Anda. Bayangkan saja Anda seperti mahasiswa, yang mengambil empat hingga lima kelas per semesternya.

Haruskah mereka hanya mengambil satu kelas pada satu waktu? Tentu saja tidak. Apa yang dilakukan adalah fokus pada satu tugas pada satu waktu, entah dia mengambil satu kelas, tiga atau enam kelas. Pendekatan seperti inilah yang dapat diterapkan dalam bisnis.

Kiat agar tetap produktif dan fokus

1. Selektif tentang proyek yang akan Anda ambil. Semakin sibuk Anda, harus semakin cerdas sebelum memberikan lampu hijau untuk proyek atau tugas. Tanyakan kepada diri sendiri apakah ini benar-benar membantu Anda dalam menuju tujuan, atau hanya menguras waktu saja.

2. Minimalkan interupsi. Saat Anda menjalankan bisnis, orang akan selalu ingin bicara dengan Anda. Jika tidak bisa disiplin membatasi waktu di telepon ataupun saat bertemu langsung, maka Anda akan kesulitan menyelesaikan apapun. Untuk itu, sebaiknya Anda menyisihkan waktu tertentu ketika ingin fokus pada pekerjaan tertentu.

3. Selalu buat meeting yang singkat namun fokus. Sebab meeting yang berlarut-larut tanpa alasan yang baik, pastinya hanya akan menguras waktu dan mengurangi produktivitas Anda.

4. Fokus hanya pada satu tugas dalam satu waktu. Ini adalah tips paling penting dari semuanya. Jumlah waktu yang Anda habiskan untuk satu tugas tidak harus panjang. Bisa menerapkan fokus selama 25 menit saja, lalu istirahat sejenak. Ini bakal sangat efektif untuk Anda sendiri. Kuncinya adalah harus disiplin untuk tidak terganggu dari berbagai faktor, baik dari diri sendiri, ponsel, komputer, atau orang lain.

Ketika Anda memberikan perhatian penuh pada setiap tugas yang saat itu ada di depan mata, maka Anda akan dapat mengelola banyak pekerjaan tanpa disadari. Hal ini tentunya baik untuk kelancaran bisnis, sebab Anda bisa mengurangi potensi kesalahan. Dalam saat yang bersamaan tetap produktif mengerjakan banyak pekerjaan.

Mengukur “Market Size” untuk Startup Tahap Awal

Mengetahui market size (besaran pangsa pasar) penting untuk dilakukan startup sebelum benar-benar meluncurkan produk atau layanan, bahkan baiknya dilakukan sebelum proses pengembangan dilakukan. Tujuannya untuk mengetahui potensi pengguna atau keuntungan yang nantinya bisa didapatkan dari penjualan produk tersebut. Saat melakukan pitching ke investor, statistik terkait market size ini juga menjadi salah satu penjelasan utama yang dibutuhkan –bagi investor ini terkait proyeksi ROI (Return of Investment) yang bisa didapat.

Sebelum membahas lebih rinci tentang metodologi market sizing, di sini akan kembali diulas secara singkat mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh startup tahap awal. Secara umum, setiap startup harus melewati fase yang disebut dengan product-solution-market fit, yakni untuk (1) memvalidasi produk yang dikembangkan benar-benar dibutuhkan, (2) memastikan solusi yang dihadirkan efisien menyelesaikan masalah, dan (3) meyakinkan terdapat konsumen yang akan membuat bisnis bertahan.

Beberapa pertanyaan berikut ini bisa menjadi rujukan founder untuk meyakinkan kembali dengan peluncuran startupnya.

Problem Solution Market Fit
Memahami problem, solution, dan market untuk startup tahap awal / DailySocial

Untuk mendefinisikan problem dan solution, pendekatannya bermacam-macam. Salah satunya bisa menggunakan Business Model Canvas. Sementara untuk mengukur market, terdapat metode lain yang bisa diikuti oleh founder. Dua yang paling populer adalah Top-Down Market Sizing dan Bottom-Up Market Sizing.

Top-Down Market Sizing

Mekanisme ini dilakukan dengan mendefinisikan pangsa pasar pengguna secara universal. Lalu diturunkan ke dalam beberapa level menggunakan atribut penyaringan tertentu, hingga mencapai estimasi pasar potensial yang mengerucut.  Berikut ini contoh mengukur market size untuk sebuah platform online pendidikan sebagai penunjang materi pembelajaran.

Market Size Top Down
Mengukur market size dengan top-down / DailySocial

Menurut APJII, pengguna internet di Indonesia per tahun 2018 sebesar 171,17 jiwa. Karena produk yang akan dilahirkan startup menyasar kalangan pelajar, maka perlu dicari tahu, dari total pengguna internet tersebut berapa persen yang datang dari kalangan pelajar – data ini bisa menjadi lebih kecil lagi jika produk startup menyasar level pelajar tertentu, misal mahasiswa saja. Namun pada contoh ini akan diambil data persentase pelajar secara umum, sehingga didapat angka 71,8% dari pengguna internet adalah pelajar.

Di studi kasus ini, produk yang akan dihasilkan ialah platform online yang berisi berbagai bahan ajar digital. Dari data yang sudah ada sebelumnya, tidak dimungkiri bahwa tidak pelajar menggunakan internet untuk mencari bahan ajar digital. Sehingga perlu dicari data yang lebih mendalam, seberapa banyak pengguna internet dari kalangan pelajar yang memanfaatkannya untuk mencari materi belajar. Dari data yang ditemukan (masih dari APJII) ada sekitar 9,6% memanfaatkan untuk mencari data-data seputar kebutuhan belajar.

Selanjutnya lakukan pengurangan secara berjenjang. Dari angka pangsa pasar umum yang didapat (dalam hal ini pengguna internet di Indonesia), dikurangi dengan jumlah persentase yang merupakan kalangan pelajar, dan dikurangi lagi dengan persentase kalangan pelajar yang memanfaatkan internet untuk mengakses materi belajar. Hasilnya merupakan market size yang bisa dirangkul dengan produk startup tersebut.

Bottom-Up Market Sizing

Kebalikan dari metodologi sebelumnya, bottom-up dimulai dengan mengidentifikasi segmen pelanggan spesifik. Dari sana founder dapat mengukur pangsa pasar dan proyeksi pertumbuhannya. Proses perhitungannya pun dimulai dari cakupan yang paling realistis –mekanisme bottom-up biasanya dipilih karena adanya keterbatasan seperti sumber daya untuk menjangkau pasar. Dengan studi kasus sama dengan contoh pada metodologi sebelumnya, maka didapat proses seperti berikut ini.

Market Size Bottom Up
Mengukur market size dengan bottom-up / DailySocial

Penjelasan simulasi di atas adalah sebagai berikut. Platform online yang berisi materi belajar akan menyasar kalangan siswa SMA yang tengah mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Maka founder dapat mengidentifikasi seberapa banyak SMA di area yang ingin disasar. Dari jumlah sekolah tersebut berapa siswa kelas 3 yang akan mengikuti ujian. Lantas dicari tahu lagi berapa banyak siswa yang sudah menggunakan ponsel pintar dan internet.

Estimasi pasarnya akan cenderung lebih sedikit, namun karena cakupannya dibatasi. Asumsinya ketika startup di fase growth, mereka akan menjangkau pangsa pasar yang lebih luas dengan ekspansi ke provinsi dan kota lain.

Pendekatan mana yang cocok?

Bisa dikatakan kedua metodologi di atas saling melengkapi. Dalam perhitungan pangsa pasar ada terminologi “TAM-SAM-SOM“. TAM merupakan akronim dari Total Addressable Market, yakni siapa saja orang yang diharapkan dapat dijangkau dengan produk yang dikembangkan. SAM merupakan kependekan dari Segmented Addressable Market, yakni porsi dari TAM yang secara spesifik ditargetkan oleh startup. Dan SOM atau Share of The Market, yakni bagian dari SAM yang sudah diraih, pengguna di fase awal startup.

TAM-SAM-SOM
TAM-SAM-SOM dalam perhitungan pangsa pasar / Matthews on Marketing

Metodologi top-down market sizing sangat cocok untuk mengestimasi TAM dan SAM. Sementara bottom-up market sizing lebih cenderung menghitung estimasi SAM dan SOM.

Mengoptimalkan Pencarian Talenta

Dalam menjalankan sebuah startup menambah anggota tim adalah sebuah keniscayaan. Seiring berkembangnya sebuah bisnis tim juga harus berkembang, untuk mengimbangi peningkatan operasional juga untuk melanjutkan inovasi selanjutnya.

DailySocial beberapa kali menerbitkan tips mengenai perekrutan talenta. Beberapa di antaranya berfokus bagaimana menemukan talenta terbaik dan pengalaman dari beberapa pihak.

Untuk melengkapi tips yang ada, tulisan kali ini akan membahas mengenai bagaimana menghindari kesalahan dalam merekrut talenta.

Media promosi lowongan

Di mana kita mempromsikan lowongan akan berpengaruh dengan siapa saja yang akan datang melamar. Untuk itu tidak ada salahnya untuk mengumumkan lowongan pekerjaan melalui media-media yang lebih fresh, misalnya podcast, youtube, atau bahkan acara offline.

Khusus untuk acara offline, salah satu caranya dengan mengadakan acara temu komunitas, seminar atau bahkan open house. Memperhatikan siapa saja yang datang, siapa saja yang tertarik, dan siapa saja yang antusias. Pendekatan ini bermanfaat untuk mengetahui minat dan keterarikan seseorang terhadap tema yang diadakan. Nilai tambah lainnya kita bisa lebih dekat dengan komunitas dan mendapat akses untuk sumber talenta yang lebih banyak

Head Hunting

Mencari talenta baru bukan berarti harus mencari mereka yang sedang membutuhkan lowongan, alternatifnya adalah mencoba memberi tawaran kepada mereka yang memang sudah ada di bidangnya, meski masih bekerja. Hal ini lazim dilakukan oleh startup, tinggal bagaimana penawaran yang dilakukan.

Sistem “jemput bola” ini bisa sangat mengurangi kesalahan / risiko dalam merekrut talenta baru. Proses head hunting lazimnya akan dimulai dengan pengamatan mendalam mengenai perseorangan, mulai dari posisinya sekarang dan kemampuan yang dimiliki. Kemudian pengamatan akan dilanjutkan dengan profil perseorangan.

Yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan memberikan penawaran untuk mereka yang sudah memiliki posisi/pekerjaan adalah nilai tawar. Mereka tentu akan menimbang keuntungan-keuntungan apa yang akan didapatkan dan selalu akan dibandingkan dengan posisi mereka sekarang.

Di sisi lain, proses head hunting, yang biasanya dilakukan untuk mengisi posisi pimpinan atau setidaknya untuk memimpin sebuah tim, memiliki banyak sekali keunggulan. Salah satunya adalah kemampuan dan pengalaman yang terjamin.

Situs pencarian kerja

Situs pencarian kerja bisa jadi cara paling sederhana untuk melakukan proses pencarian talenta baru. Namun perlu diingat, tidak semua situs pencarian kerja menawarkan talenta yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. Untuk mengurangi risiko menyaring terlalu banyak pelamar gunakanlah situs pencarian kerja yang terpercaya, atau situs pencarian kerja yang spesifik. Misalnya situs lowongan khusus programmer, public relation, dan lainnya.

Selain situs pencari kerja media sosial juga bisa jadi kanal untuk mencari talenta berbakat. Selain mengetahui profil, media sosial juga sering dijadikan tempat untuk pamer karya dan keterampilan oleh sebagian orang.