[Review] Assassin’s Creed Odyssey, Lembaran Baru Bagi Seri Action Berusia 11 Tahun

Assassin’s Creed Origins yang diramu menjadi pembuka saga ini merupakan game open world papan atas paling ambisius di 2017. Hasil kerja keras developer selama bertahun-tahun bisa kita lihat dari bagaimana detailnya tim Montreal menciptakan dunia Mesir Kuno di akhir era Ptolemaic sebagai medium untuk mengombinasikan kejadian bersejarah dan event fiksi.

Meluncur satu tahun kurang beberapa minggu dari Origins, Assassin’s Creed Odyssey mengusung konsep gameplay yang lebih berani dan mungkin bisa dikatakan sedikit radikal. Meski tetap mempertahankan sejumlah tradisi Assassin’s Creed, Odyssey dari awal sengaja diarahkan sebagai permainan action role-playing, untuk pertama kalinya membiarkan Anda memilih karakter utama dan menentukan dialog.

Langkah ini kemungkinan ialah cara buat menyegarkan kembali formula Assassin’s Creed. Tapi boleh jadi, transisi dari action-adventure ke formula role-playing belum bisa diterima semua fans dengan tangan terbuka. Kabar gembiranya, Ubisoft Quebec telah bersiap mengantisipasi hal tersebut melalui penambahan fitur baru dan penggunaan arahan unik.

AC Odyssey 13

 

Eagle-Bearer

Assassin’s Creed Odyssey menawarkan Anda untuk bermain menjadi salah satu dari cucu Raja Leonidas, antara Alexios atau Kassandra. Tidak ada perbedaan pada aspek gameplay dari keduanya kecuali pengisi suara dan siapa saudara tertuanya. Saya mencoba keduanya, dan secara pribadi lebih menyukai Kassandra karena perannya lebih natural dan sejauh ini hanya ada sedikit pilihan karakter utama wanita di seri utama Assassin’s Creed.

AC Odyssey 5

Meski demikian, Alexios sendiri bukanlah pilihan yang buruk dan mengingatkan saya pada Bayek of Siwa. Tentu saja, dua opsi tokoh utama mengharuskan Ubisoft melakukan prosedur pengisian suara sebanyak dua kali. Dan mengingat Odyssey merupakan game role-playing, jumlah dialognya tidaklah sedikit. Kesediaan developer buat melakukan hal tersebut perlu diapresiasi.

Diracik sebagai sebuah lembaran baru, hal positif lain dari Odyssey adalah ceritanya tidak membingungkan. Sesi Layla Hassan tetap ada, tapi porsinya telah dikurangi dan disederhanakan sehingga kita hanya cukup tahu siapa dia serta perannya di kisah ini. Dan tak seperti Origins, narasi Odyssey juga tidak lompat-lompat. Di sesi pembuka, Anda akan segera tahu siapa Alexios dan Kassandra, serta apa hubungan mereka dengan Leonidas.

AC Odyssey 7

Ketika Bayek of Siwa di Assassin’s Creed Origins merupakan seorang penegak hukum, Alexios atau Kassandra adalah Misthios, atau tentara bayaran. Ini artinya, sang tokoh tidak selalu berpihak dengan hukum. Beberapa kontrak yang diterima Kassandra sering kali mengharuskannya ‘membungkam’ individu tertentu, mencuri, atau membersihkan satu perkemahan berisi bandit. Dan demi menunjang desain gameplay seperti ini, Ubisoft Quebec mengimplementasikan sistem bounty.

 

Grand Theft Auto Greece

Assassin’s Creed Odyssey membawa pemain ke puncak Perang Peloponnesian, konflik militer yang dimulai di tahun 431 sebelum Masehi antara bangsa Sparta dan Athena. Di sana, Kassandra dan tim prajurit bayarannya tidak dituntut untuk mendukung salah satu faksi, bahkan dipersilakan bekerja buat keduanya. Ia bisa menghabiskan waktunya menyelesaikan kontrak, mengumpulkan kru, serta meng-upgrade peralatan dan perahu perangnya.

AC Odyssey 12

Satu Aspek menarik dari Odyssey adalah sensasai ala ‘GTA’. Memang tidak ada kendaraan ‘otomotif’ yang Anda bisa bajak, tapi Kassandra dapat mencuri kuda atau menyerbu perahu bajak laut, konvoi militer, serta kapal pedagang. Di dunia game, tersebar pula banyak benda-benda yang semestinya tidak boleh diambil (namun sayang buat dilewatkan).

AC Odyssey 10

Kekuatan Athena dan Sparta di satu daerah bersifat fluktuatif. Serangan yang Anda lakukan di lokasi tertentu akan melemahkan satu faksi, sehingga memungkinkan rivalnya mengambil alih. Menariknya lagi, kita bahkan bisa berpartisipasi dalam perang berskala besar, dan hasilnya akan memengaruhi siapa yang menguasai daerah tersebut.

Yunani masa perang Perang Peloponnesian versi Assassin’s Creed belum memiliki sistem penegakan hukum yang konkret. Aktivitas sosial di sana diawasi oleh pihak militer Sparta maupun Athena, namun jika tindakan kriminal Anda melewati batas, tentara bayaran lain akan mencoba menghentikan Anda. Semakin buruk perilaku Anda, maka level bounty jadi kian tinggi dan bertambah banyak pula individu-individu berbahaya yang datang mencari. Sebagai jalan keluarnya, Anda bisa bersembunyi atau membayar bounty.

AC Odyssey 6

Di sini, permainan mengadopsi pendekatan ala Nemesis System di Middle-earth: Shadow of Mordor walaupun tidak seekstensi game Warner Bros. itu. Odyssey hanya menunjukkan tentara-tentara bayaran yang sudah Anda kalahkan, peringkat Kassandra atau Alexios di sana, serta prajurit-prajurit berbahaya lain yang bisa jadi ancaman. Dan seiring keberhasilan Anda mengalahkan para kompetitor satu per satu, Anda dapat mendaki ranking Misthios terkuat.

 

Exploration Mode

Dengan begitu banyaknya game Assassin’s Creed serta sejumlah seri Ubisoft lain yang mengadopsi elemen gameplay permainan ini, gamer mungkin tidak kesulitan untuk menebak pola penyajian permainan. Umumnya, peta game Assassin’s Creed dipenuhi legenda dan lokasi menarik – penyuguhan yang informatif tapi menghilangkan misteri serta mengurangi serunya berjelajah.

AC Odyssey 9

Untuk mengubah status quo tersebut, Ubisoft Quebec menghadirkan fitur bernama Exploration Mode. Mode ini dirancang buat memandu pemain menemui hal-hal menarik sendiri tanpa memperlakukan kita seperti anak kecil. Dengan memilih Exploration Mode, kita perlu mengikuti petunjuk saat mengerjakan suatu quest. Contohnya, lokasi hewan buruan yang Anda cari berada di sebelah utara Sacred Lands of Apollo, biasanya terlihat di daerah dataran tinggi.

AC Odyssey 16

Setelah tiba di tempat tersebut, pencarian dapat dipermudah dengan memanggil Ikaros – burung elang peliharaan yang bisa membantu Anda mengunci posisi musuh dan menemukan objek, termasuk apapun yang Anda cari. Penyajian dan pengendaliannya sangat identik dengan Senu milik Bayek. Buat saya pribadi, kehadirannya masih terasa seperti metode curang yang memberikan pemain keunggulan tanpa efek samping; menghilangkan efek kejutan dan serunya ketidakpasian.

AC Odyssey 11

Banyak gamer mungkin menyukai kemudahan ini, namun buat saya, fitur Ikaros terasa mengganjal. Bagaimana bisa Kassandra mengetahui apa yang dilihat peliharaannya terus-menerus?

 

Action role-playing

Mengombinasikan tradisi Assassin’s Creed sebagai permainan action-adventure bertema stealth dengan prinsip role-playing memang tidak mudah. Ada banyak yang harus dikompromi oleh Ubisoft Quebec melalui penyingkiran beberapa elemen.

AC Odyssey 4

Bersembunyi di tempat tinggi atau di tengah-tengah lebatnya semak pepohonan, membuat pengalihan perhatian, dan menyerang tiba-tiba tetap menjadi gameplay inti Odyssey. Namun objek-objek ‘persembunyian instan’ seperti lemari atau tumpukan daun pohon tak lagi ada atau dapat dimanfaatkan, menuntut Anda buat mengendap-endap dan menghindari arah pandang lawan secara natural.

Pemain veteran juga segera merasakan kontrasnya sistem pertempuran antara seri Assassin’s Creed klasik dengan Odyssey. Ketika Ezio di Assassin’s Creed II bisa mudah mengungguli lawan yang mengepungnya, Kassandra harus mengalahkan musuh secara cermat dan sistematis. Anda perlu mengesksekusi gerakan dengan sigap, mengetahui kapan perlu menangkis dan menghindar, serta menentukan apakah fokus ke satu lawan merupakan strategi jitu atau tidak. Hal tersebut pada dasarnya tidak sulit, namun jadi sangat menantang jika kita menghadapi lebih dari dua lawan sekaligus.

AC Odyssey 14

Kassandra juga tak cuma berhadapan dengan manusia. Ada banyak fauna berbahaya yang menghadang dalam petualangan di Odyssey: kawanan serigala bisa menjatuhkan Anda dari kuda, lalu upaya mengendap-endap bisa berubah menjadi perjuangan bertahan hidup jika ternyata kita masuk ke wilayah kekuasaan beruang. Dan seperti menghadapi musuh lain di Odyssey, perlu strategi khusus buat mengalahkan hewan-hewan ini.

Selain musuh-musuh ‘biasa’, Anda juga akan bertemu dengan makhluk-makhluk mitos Yunani Kuno. Kehadiran mereka bertolak belakang dari game-game Assassin’s Creed lawas yang ‘berkomitmen’ pada keakuratan sejarah. Tapi kita tahu, arahan Assassin’s Creed mulai berubah sejak Origins.

AC Odyssey 2

Elemen role-playing yang paling menonjol di Odyssey tentu saja adalah opsi dialog. Dengannya, Anda bisa membangun karakter utamanya buat jadi individu yang terhormat atau brutal, serta memilih untuk menyelamatkan atau mengakhiri nyawa. Apapun keputusan Anda, efek dan konsekuensinya akan selalu menanti.

AC Odyssey 200

 

A bit desynchronized

Sebagai metode progres karakter, Odyssey memberikan kita pilihan untuk mengembangkan tiga aspek – terbagi dalam kategori hunter, warrior dan assassin. Hunter berkaitan dengan panah-memanah dan serangan jarak jauh; warrior memengaruhi kemampuan Kassandra/Alexios dalam bertempur; lalu assassin berperan dalam efektivitas serangan secara sembunyi-sembunyi.

AC Odyssey 3

Menariknya, apapun pilihannya, Anda tetap bisa mengubah dan memodifikasi ‘skill tree‘ kapan pun dengan mudah. Poin yang ditaruh di sana dapat di-reset, sehingga memberikan kita kesempatan untuk bereksperimen tanpa harus mengulang sesi permainan atau mengeluarkan credit dalam game. Beberapa pilihan Anda akan membuka ‘skill aktif’. Bagi pemain baru, proses pemakaiannya mungkin butuh adaptasi karena memerlukan kombinasi beberapa tombol.

AC Odyssey 15

Pemakaian skill aktif akan mengonsumsi poin adrenalin, yang akan bertambah secara otomatis ketika Anda bersembunyi atau sukses menumbangkan lawan tanpa ketahuan. Gamer casual juga mungkin akan mengapresiasi sistem regenerasi health otomatis, bisa bertambah sendiri jika Kassandra berada di luar konflik. Itu artinya, Assassin’s Creed Odyssey ialah RPG tanpa sistem consumable serta potion.

AC Odyssey 18

Layaknya permainan open world role-playing modern, Assassin’s Creed Odyssey mempersilakan Anda menjelajahi kepulauan Mediterania dan melupakan ceritanya setelah Kassandra atau Alexios mendapatkan perahu trireme-nya, Adrestia. Sebagaimana perlengkapan dan persenjataan yang dimiliki sang tokoh utama, pemain dipersilakan untuk meng-upgrade Adrestia serta menyewa kru yang lebih berpengalaman.

AC Odyssey 8

Bagi saya, satu hal mengganjal dari kombinasi antara open world dan penyajian narasi video game tradisional ialah tidak relevannya aspek urgensi di cerita. Misalnya: seorang anak diculik bandit dan Kassandra harus menyelamatkannya, tapi ia tetap bisa mengerjakan tugas lain serta berbelanja senjata tanpa beban. Di situasi lain, seorang pria meminta Kassandra membebaskan kakaknya yang ditangkap perampok, dan saya baru melakukannya berhari-hari sesudahnya tanpa efek samping.

Beberapa tugas yang bisa diterima Kassandra memang punya batasan waktu, namun dampak negatif yang Anda peroleh jika melewatinya hanyalah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan poin XP atau Orichalcum Ore – berguna buat membeli item-item langka/legendaris.

AC Odyssey 17

 

Verdict

Dijalankan dari sistem berprosesor Intel i7-6700HQ bersenjata kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, Assassin’s Creed Odyssey berjalan mulus di opsi ultra high 1080p, mampu mengamankan frame rate di atas 50 per detik. Odyssey merupakan salah satu game bergrafis paling cantik yang bisa Anda nikmati saat ini, dengan kualitas visual jauh di atas Red Dead Redemption 2 via PlayStation 4 Pro.

Berbicara soal desain game, Odyssey sesungguhnya tidak membutuhkan kepopuleran nama Assassin’s Creed untuk bersinar. Ia memang belum bisa disandingkan dengan RPG-RPG legendaris semisal The Witcher 3 atau Divinity Original Sin II, dan memang sejumlah elemen gameplay terasa sederhana. Tapi yang terpenting, Assassin’s Creed Odyssey sangat menyenangkan dan mudah dinikmati oleh siapa pun – baik mereka yang sudah lama mengikuti seri ini serta pendatang baru.

AC Odyssey 19

Permainan menyuguhkan konten yang begitu kaya, dan mungkin membuat pemula merasa kewalahan dan kehilangan fokus. Tapi saran saya, anggap saja semua hal di sana sebagai pilihan: Anda ingin menjelajahi daratan yang belum terjamah? Silakan. Mau jadi tentara bayaran paling disegani? Mengapa tidak. Berambisi menaklukkan lautan? Adrestia siap berlayar. Dan kapan pun Anda menghendakinya, cerita petualangan Kassandra dan Alexios siap dinikmati.

 

Sparks

  • Tidak rumit dan mudah dinikmati
  • Explorer Mode membuat gameplay Assassin’s Creed jadi lebih segar
  • Konten yang melimpah dipadu formula role-playing
  • Grafis sangat cantik

Slacks

  • Gameplay RPG-nya masih terasa sangat ringan dan kasual
  • Fans veteran mungkin tidak menyukai arahan baru ini
  • Ada microtransaction
  • Harga season pass sangat mahal

Lewat iCUE, Corsair Tunjukkan Bahwa RGB Bukanlah Sekadar Pemanis Mata

Kepopuleran RGB di gaming gear merupakan hal yang dipuji sekaligus dicemooh. Di satu sisi, kehadirannya membuat periferal jadi terlihat jauh lebih menarik, terutama untuk kalangan casual, sangat cocok bagi mereka yang gemar memamerkan perangkat gaming kesayangannya. Tapi di sisi lain, gamer hardcore berpendapat bahwa RGB tidak banyak membantu meningkatkan performa bermain.

Namun apakah benar begitu? Beberapa brand seperti SteelSeries dan MSI mulai memanfaatkan warna-warni RGB untuk menyampaikan informasi dalam permainan. Contohnya, LED bisa menampilkan tingkat health atau jumlah amunisi yang tersisa, atau dapat pula menyampaikan notifikasi voice chat. Fitur ini belakangan juga diadopsi oleh perusahaan hardware PC asal Fremont, Corsair Components.

Corsair 4

Langkah Corsair dalam mengintegrasikan fungsi notifikasi gaming ke sistem RGB dimulai lewat kolaborasi bersama Ubisoft belum lama ini: gamer Far Cry 5 yang bermain menggunakan periferal Corsair dapat menikmati pertunjukan LED serta memperoleh notifikasi status game via pencahayaan. Sejauh ini, kapabilitas tersebut baru hadir di Far Cry 5, tapi Corsair sempat mengungkap rencana untuk mengekspansinya ke game shooter survival Metro Exodus.

Corsair 8

Bagi saya, integrasi antara LED dan game merupakan suatu arahan menarik yang membuat kehadirannya memberikan dampak positif bagi gamer dan bukan sekadar pemanis mata. Sejumlah pertanyaan saya ajukan pada tim Corsair Indonesia tentang kolaborasi mereka dengan publisher serta implementasi sistem tersebut. Sebagai respons mereka, Corsair malah meminjamkan satu set PC lengkap dan mempersilakan saya dan tim DailySocial menjajalnya langsung.

 

iCUE

Namun sebelum saya membahas pengalaman menikmati Far Cry 5 dengan sistem RGB Corsair, kita perlu tahu satu teknologi yang memungkinkan hadirnya kapabilitas tersebut. Dahulu, perusahaan menyediakan aplikasi Corsair Utility Engine sebagai medium untuk mengonfigurasi periferal serta mengutak-atik pola LED. Fungsi ini diperluas lagi via iCUE, memungkinkan software membaca seluruh produk Corsair yang terpasang di PC dan menyinkronkan mereka.

Dengan iCUE, sistem tak hanya bisa membaca periferal semisal headset atau mouse saja, tapi juga solusi pendingin, RAM, hingga LED strip di casing. Kabarnya, Corsair mengeluarkan banyak biaya riset dan pengembangan untuk menggarap iCUE. Dan begitu revolusioner-nya iCUE, teknologi ini bahkan diadopsi oleh Lenovo di notebook gaming Legion mereka.

Corsair 7

iCUE memungkinkan pengguna memilih pola pencahayaan menyeluruh atau malah mengustomisasinya secara berbeda satu per satu. Misalnya, Anda dapat menerapkan pola pelangi atau menggunakan efek riak yang dipicu oleh sentuhan di tombol keyboard, menyambung hingga ke RAM, kipas dan water cooling. Proses kustomisasi disuguhkan secara sederhana, via UI yang mudah dipahami. Anda bisa mengimplementasikan dua atau lebih efek pencahayaan di gaming gear, menghapusnya, serta menyimpan profil itu jika sudah puas dengan hasilnya.

Corsair 1

PC yang Corsair pinjamkan mempunyai spesifikasi hardware sebagai berikut:

  • Case Corsair Crystal 460X RGB
  • Power supply unit Corsair RM750X
  • Cooler Corsair Hyrdro Series H150i Pro
  • RAM Corsair Vengeance RGB Pro DDR4-3200 32GB
  • SSD Corsair Force LE200 480GB

Dan ini merupakan daftar gaming gear-nya:

  • Keyboard Corsair K70 RGB MK.2 Special Edition
  • Mouse Corsair Glaive RGB
  • Mousepad Corsair MM800 RGB Polaris
  • Headset Corsair HS70 Wireless
  • Headset stand Corsair ST1000

 

Far Cry 5

Tak ada langkah rumit yang harus dilakukan untuk menikmati fitur integrasi Corsair iCUE di game shooter Ubisoft ini. Setelah semua hardware terpasang dan tersambung dengan baik, Anda hanya perlu menginstal software iCUE di PC. Selanjutnya, ia secara otomatis akan mendeteksi seluruh komponen Corsair, mencantumkan daftarnya, dan mempersilakan Anda mengaksesnya dari software.

Corsair 2

Corsair 12

Sistem iCUE segera membaca Far Cry 5 di PC terlepas dari versi yang Anda gunakan, baik Steam ataupun Uplay. Begitu permainan dimulai, seluruh pola RGB yang Anda gunakan akan digantikan oleh setting default Far Cry 5, dan mengubah pencahayaan jadi menyerupai bendera Amerika. Dominasi warna merah, putih dan biru di sana benar-benar mengekspos tema satir permainan ini.

Corsair 6

Corsair 13

RGB kembali bertransformasi ketika Anda memulai petulangan di Hope County, kali ini transisinya lebih dinamis. Dalam keadaan normal, LED di casing akan menampilkan warna biru muda, namun akan berubah jadi merah saat musuh mengetahui posisi Anda. Ketika berjalan di atas rumput di siang hari, LED pada keyboard menyuguhkan warna hijau dan kuning, dan segera beralih jadi biru tua sewaktu Anda berenang atau jadi merah menyala jika karakter Anda terbakar.

Corsair 3

Corsair 5

Kemampuan Corsair iCUE mengingatkan saya pada light bar di controller DualShock 4. Di sejumlah permainan PS4 (contohnya God of War), light bar bisa menunjukkan status atau kondisi karakter, menjadi biru saat Anda sedang mengarungi danau menggunakan sampan atau berubah merah jika karakter mendekati ajalnya. Bedanya, efek iCUE jelas lebih terasa karena cahaya RGB berada di sekeliling Anda.

Corsair 9

Corsair 14

iCUE bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menikmati Far Cry tanpa HUD – apalagi game menyediakan fitur untuk menonaktifkan elemen-elemen interface; dari mulai crosshair, indikator amunisi, kompas, sampai peringatan jika ada bahan peledak aktif di dekat Anda. Kombinasi setting tanpa head-up display dan iCUE membuat konten permainan tersaji lebih realistis sekaligus ‘immersive‘.

 

Harapan saya

Berkat penyajian yang menyeluruh dan dinamis, kehadiran iCUE dan RGB tersinkronisasi bisa membuat perbedaan pada game yang kita mainkan. Saya berharap akan ada lebih banyak permainan mendukungnya, dan sebagai penggemar berat genre action dan kompetitif, saya pribadi sangat ingin agar judul-judul multiplayer turut menggunakannya.

Corsair iCUE memberikan kesempatan bagi developer untuk meminimalkan penyajian HUD yang sering kali membingungkan karena memenuhi tampilan in-game, contohnya Monster Hunter: World, Warframe, hingga Titanfall 2. Dan bayangkan apiknya iCUE seandainya ia diintegrasikan dengan game simulasi seperti Project CARS 2. Bermain tanpa HUD, Anda tetap bisa mengetahui jika ada bagian mobil yang tidak sehat, ditunjukkan oleh perubahan warna LED.

Catatan: Corsair meminjamkan satu unit PC lengkap beserta segala gaming gear-nya sebagai bagian dari program kolaborasi antara Corsair dengan DailySocial.

Google Perkenalkan Project Stream, Layanan Streaming Game via Chrome

Saat industri gaming semakin besar, hardware yang dibutuhkan untuk menjalankan konten hiburan interaktif juga kian terjangkau. Dan sejak beberapa belas tahun silam, sejumlah pionir bahkan mencetus ide sangat radikal: bagaimana jika game bisa dijalankan tanpa mesin, dan hanya memerlukan sambungan internet? Inilah gagasan dasar dari cloud gaming.

Konsep game streaming belakangan mulai sering terdengar. Sony sudah lama menginisiasi PlayStation Now, Nvidia punya GeForce Now, bahkan sejumlah developer lokal telah menyediakan platform gaming on demand mereka – misalnya Skyegrid serta Emago. Kali ini, sang raksasa internet Google diketahui mulai melangsungkan pengujian platform cloud yang mereka namai Project Stream.

Premis Project Stream terdengar sederhana sekaligus mengagumkan. Cukup berbekal browser Chrome di PC desktop maupun laptop, pengguna dipersilakan menikmati game-game kelas blockbuster. Dalam proses pengembangannya, Google melakukan kolaborasi bersama sejumlah publisher game internasional, salah satunya adalah Ubisoft. Saat sesi tesnya dimulai nanti, Assassin’s Creed Odyssey tersedia buat para partisipan.

Lewat Project Stream, Google bermaksud menawarkan solusi atas kendala umum di layanan gaming on demand, misalnya buffering yang memakan waktu serta penurunan kualitas grafis akibat ketidakstabilan koneksi. Dan berbeda dari streaming video, game merupakan jenis konten bergrafis kaya yang menuntut sistem interaksi instan antara unit controller dengan layar, sehingga keterlambatan dalam penyampaian informasi – meski hanya sedikit – dapat memengaruhi pengalamannya.

Google menjelaskan bagaimana dalam pengembangan game, sejumlah developer betul-betul mencurahkan perhatian mereka pada detail; dari mulai mendesain kulit karakter, pakaian, rambut, hingga membangun dunia berskala besar tempat Anda bermain, termasuk tekstur di tiap helai rumput. Kemudian setiap pixel di sana didukung juga oleh sejumlah teknologi rendering real-time, animasi, efek visual, simulasi, serta sistem fisik.

Menurut Google, segala hal tersebut harus disajikan secara optimal terlepas dari apapun platform pilihan konsumen. Mereka sendiri menetapkan resolusi 1080p dengan 60 gambar per detik sebagai standar idealnya.

Sesi uji coba Project Stream rencananya akan dimulai pada tanggal 5 Oktober nanti, namun baru bisa diikuti oleh konsumen yang tinggal di kawasan Amerika Serikat saja.

Gerbang pendaftaran sudah dibuka, tapi ada sejumlah syarat lain juga harus terpenuhi: Anda membutuhkan internet berkecepatan minimal 25 megabit per detik, kemudian program ini hanya dapat diikuti oleh individu berusia 17 tahun ke atas. Peserta yang diperkenankan Google untuk berpartisipasi dalam tes bisa menikmati Assassin’s Creed Odyssey secara gratis.

Sumber: Google.

Assassin’s Creed Odyssey Akan Tersedia di Nintendo Switch via Cloud

Dengan mengusung komposisi hardware sekelas perangkat mobile, salah satu ‘keajaiban teknis’ Nintendo Switch adalah kemampuannya menjalankan game-game blockbuster bergrafis berat. Setelah kehadiran Skyrim dan Wolfenstein II, console hybrid itu rencananya akan kedatangan Doom Enternal. Menariknya, Switch juga memanfaatkan metode tak biasa dalam menjalankan game.

Di presentasi Direct tanggal 13 September minggu lalu, Nintendo menyingkap banyak sekali permainan dari developer third-party buat Switch. Namun ada satu judul menarik yang publisher siapkan khusus untuk konsumen mereka di Negeri Bunga Sakura. Rencananya permainan action adventure Ubisoft terbaru, Assassin’s Creed Odyssey, akan mendarat di Switch, dengan sedikit twist.

Assassin's Creed Odyssey 2

Di tanggal peluncuran Assassin’s Creed Odyssey nanti, pemilik Switch yang berdomisili di wilayah Jepang dipersilakan menikmati game ini via metode streaming. Itu berarti, Odyssey merupakan permainan Assassin’s Creed ketiga yang melakukan pendaratan di platform game Nintendo, setelah sebelumnya dilakukan oleh Assassin’s Creed: Altair’s Chronicles di Dual Screen dan Assassin’s Creed III di Wii U. Pendekatan Odyssey sendiri serupa dengan versi Switch permainan Resident Evil 7.

Lewat metode cloud, game sepenuhnya ditangani oleh server, dan unit console hanya berperan sebagai medium penyajian konten. Cara ini memungkinkan Assassin’s Creed Odyssey disuguhkan dengan tingkat grafis di atas kemampuan hardware Switch. Namun tentu teknik streaming menuntut internet kerkecepatan tinggi, dan ini sebabnya Nintendo baru membuka gerbangnya untuk konsumen Jepang saja.

Trailer dari Assassin’s Creed Odyssey Cloud Version buat Switch sendiri dinarasikan dalam bahasa Jepang. Di YouTube, user dipersilakan menonton videonya di resolusi 1080p dan 60 frame per detik. Dengan begini, ada indikasi game disajikan di tingkat grafis FHD 60FPS. Selanjutnya, Ubisoft tak lupa memodifikasi user interface, teks dan dialog ke bahasa Jepang.

Hampir sama seperti ‘Biohazard 7 Resident Evil Cloud Version’, game Ubisoft ini tidak dijual dengan cara konvensional. Saat tersedia nanti, Nintendo menawarkan tiket akses senilai ¥ 730 (US$ 6,5) sehari, ¥ 2.000 (US$ 17,85) selama 180 hari, atau ¥ 8.400 (US$ 75) untuk dua tahun.

Assassin's Creed Odyssey 3

Dikerjakan oleh tim Ubisoft Quebec, Assassin’s Creed Odyssey akan membawa pemain ke era Yunani Kuno, sekitar 430 tahun sebelum Assassin’s Creed Origins berlangsung. Odyssey merupakan game Assassin’s Creed pertama yang betul-betul mengedepankan elemen role-playing. Di sana Anda bisa memilih jenis kelamin karakter protagonis, menjalin persahabatan dengan NPC, hingga menentukan arah percakapan.

Selain di Switch, game juga akan dirilis di Windows, PS4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober.

Via IGN.

Mampukah PC Anda Menjalankan Assassin’s Creed Odyssey?

Walaupun belum bisa dikatakan sempurna, Assassin’s Creed Origin merupakan salah satu permainan open world terbaik di tahun 2017. Kecanggihan teknis dan kesuksesan Ubisoft menciptakan ulang peradaban Mesir Kuno patut diacungi jempol, dan saya cukup yakin Origin tak akan kesulitan mengumpulkan fans tanpa perlu mengusung kata ‘Assassin’s Creed’ di judulnya.

Hal tersebut membuat sekuelnya juga sangat diantisipasi gamer. Dan di Assassin’s Creed Odyssey, tim Ubisoft Quebec memutuskan untuk menonjolkan lebih banyak elemen role-playing dibanding game-game Assassin’s Creed sebelumnya. Di sana Anda dipersilakan memilih karakter utama, menentukan opsi dialog, hingga membangun hubungan dengan tokoh-tokoh NPC ala RPG. Odyssey rencananya akan memeriahkan pelepasan game di bulan Oktober 2018; bersama RDR2, Forza Horizon 4 dan Mega Man 11.

Dan sebulan sebelum pelepasannya, Ubisoft mengumumkan daftar hardware yang dibutuhkan untuk menjalankan versi Windows PC dari Assassin’s Creed Odyssey, disiapkan buat mereka yang ingin menikmati game dengan grafis terbaik. Developer membagi daftarnya dalam tiga kategori, yakni minimal, rekomendasi, dan konfigurasi optimal buat ber-gaming di 4K. Berikut detailnya.

 

Kebutuhan minimal:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD FX 6300 3,8GHz, Ryzen 3 1200, Intel Core i5 2400 3,1GHz
  • Kartu grafis: AMD Radeon R9 285 atau Nvidia GeForce GTX 660 (2GB VRAM, Shader Model 5.0)
  • Memori: 8GB RAM
  • Resolusi: 720p
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: Low
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

 

Rekomendasi:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD FX-8350 4GHz, Ryzen 5 – 1400, Intel Core i7-3770 3,5GHz
  • Kartu grafis: AMD Radeon R9 290 atau Nvidia GeForce GTX 970 (4GB VRAM, Shader Model 5.0) atau lebih baik
  • Memori: 8GB RAM
  • Resolusi: 1080p
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: High
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

 

Konfigurasi 4K

  • Sistem operasi: Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD Ryzen 1700X 3,8GHz, Intel Core i7 7700 4,2GHz
  • Kartu grafis: AMD Vega 64, Nvidia GeForce GTX 1080 (8GB VRAM, Shader Model 5.0)
  • Memori: 16GB RAM
  • Resolusi: 4K
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: High
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

Berdasarkan jadwal Ubisoft, Assassin’s Creed Odyssey akan meluncur pada tanggal 5 Oktober di PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Baik Sony maupun Microsoft juga telah mengonfirmasi dukungan versi high-end console current-gen mereka dalam menangani game. Grafis versi console Odyssey akan tersaji lebih baik jika dijalankan dari PS4 Pro dan Xbox One X.

Transisi yang Dilalui Assassin’s Creed Odyssey Sebagai Action-RPG

Seri Assassin’s Creed akan selalu dikaitkan dengan tema sejarah, aksi parkour serta pertarungan jarak dekat, serta formula open world. Untuk membuat gameplay-nya lebih adiktif, Ubisoft pelan-pelan mengimplementasikan formula role-playing di judul-judul Assassin’s Creed baru, termasuk Origins. Kabarnya, elemen itu diadopsi Assassin’s Creed Odyssey secara lebih frontal lagi.

Diumumkan resmi di E3 2018, Odyssey merupakan permaian ‘utama’ ke-11 dalam seri Assassin’s Creed dan menjadi game pertama yang mengusung genre action-RPG sejati. Pendekatan ala RPG memang sudah dipakai di game Ubisoft lainnya – seperti Far Cry 5 – namun Assassin’s Creed Odyssey merangkulnya secara tak tanggung-tanggung dan membuatnya lebih terasa seperti Mass Effect atau Dragon Age.

Elemen role-playing akan segera pemain rasakan begitu Assassin’s Creed Odyssey dimulai: game menyodorkan Anda dua pilihan karakter utama, yaitu Alexios atau Kassandra. Walaupun kedua tokoh ini berbeda jenis kelamin, mereka memiliki kisah serta petualangan yang sama; dan Anda akan disuguhkan opsi dialog, quest yang bercabang, hingga ending berbeda – bergantung dari pilihan selama bermain.

Odyssey 1

Via IGN, creative director Jonathan Dumont menjelaskan bahwa dengan meneruskan transformasi Assassin’s Creed sebagai RPG, tim Ubisoft Quebec bermaksud memberikan pengalaman bermainan yang lebih kaya dan lebih personal. Lewat keleluasaan khas permainan role-playing, Anda bisa merasakan kehidupan di zaman Yunani Kuno benar-benar melalui perspektif Alexios atau Kassandra.

Bagian paling menantang dari pengembangan Odyssey adalah memadukan gameplay bebas ala RPG dengan penyajian narasi. Di permainan-permainan sebelumnya, hasil dari suatu cerita (baik quest utama ataupun sekunder) telah ditentukan. Di Odyssey, ada peluang aksi yang tengah Anda lakukan akan memicu opsi alternatif atau bahkan quest baru lagi. Itu berarti, narrative director Mel MacCoubrey dan timnya harus memikirkan solusi terbaik dalam menyajikan transisi antara cutscene, misi, kemudian cutscene lagi.

Odyssey 2

Hal menarik lain dari Assassin’s Creed Odyssey adalah konsekuensi terhadap perbuatan Anda. Di game terdahulu, tidak sengaja melukai (atau membunuh) warga hanya akan memunculkan peringatan bahwa ‘karakter Anda tidak membunuh orang tak berdosa’. Di Odyssey, Ubisoft Quebec menggantinya dengan sistem karma. Jika Alexios atau Kassandra melakukan tindakan kriminal pada penduduk, tokoh protagonis akan diburu oleh tentara bayaran.

Odyssey 4

Bagi penggemar RPG seperti saya, premis tersebut terdengar sangat menarik. Dan kabar gembiranya lagi, kita tak perlu menunggu terlalu lama buat menikmati Assassin’s Creed Odyssey. Permainan stealth action-RPG baru Ubisoft ini akan dirilis di PC, PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober 2018.

Odyssey 5
“This is Sparta!”

Ubisoft Akhirnya Ungkap Detail Gameplay Beyond Good and Evil 2

Di antara banyak franchise game Ubisoft, status legendaris Beyond Good and Evil boleh dikatakan setara dengan Prince of Persia dan Rayman. Saat pertama kali diperkenalkan di E3 2002, game action-adventure era console generasi keenam ini tidak mendapatkan sambutan hangat. Namun saat dilepas, Beyond Good and Evil memperoleh banyak pujian dari gamer dan berhasil menyabet beragam penghargaan.

Sayangnya Beyond Good and Evil tidak bisa dikatakan sukses secara komersial. Kegagalannya menarik perhatian di periode Natal tahun 2003 memaksa toko retail menurunkan harganya hingga 80 persen. Namun Ubisoft tidak menyerah. Di acara Ubidays 2008, sang publisher Perancis itu mengumumkan rencana untuk menggarap penerusnya. Tapi baru di E3 2017 Ubisoft akhirnya membahas lagi eksistensinya, walaupun masih berupa trailer sinematik.

Dan di acara live stream Space Monkey Report belum lama ini, developer akhirnya meyingkap porsi gameplay Beyond Good and Evil 2. Game kembali dikerjakan oleh tim yang menggarap pendahulunya, yakni Ubisoft Montpellier. Dan terlepas dari pemakaian angka ‘2’ di judul, Beyond Good and Evil 2 bukanlah penerus kisah petualangan Jade. Ia malah didesain sebagai prekuel.

Berdasarkan penjelasan di stream tersebut, elemen gameplay Beyond Good and Evil 2 terbagi menjadi dua: porsi action third-person ala Assassin’s Creed serta bagian mengendalikan pesawat angkasa. Di sana, Anda bermain sebagai seorang ‘perompak angkasa’ dan dipersilakan mengustomisasi penampilan tokoh protagonisnya; misalnya memilih ras, jenis kelamin, bahkan spesies.

Dua elemen gameplay distingtif itu membuka opsi dalam mengalahkan lawan. Menggunakan pesawat, Anda bisa bermanuver lincah di udara; atau alternatifnya, Anda keluar dari pesawat dan menyerbu musuh berbekal senjata jarak dekat dan jet pack. Setelah beres, Anda bisa melompat lagi ke pesawat dan melarikan diri. Beyond Good and Evil 2 diramu sebagai permainan open world, dan buat menyempurnakan pengalamannya, Ubisoft turut membubuhkan komponen multiplayer kooperatif.

Untuk aspek cerita, game di-setting saat Jade – tokoh utama Beyond Good and Evil pertama – baru lahir. Game mengambil latar belakang System 3, yaitu salah satu planet koloni manusia sesudah mereka pergi meninggalkan Bumi. Beberapa mekanisme permainan sebelumnya juga akan kembali, salah satunya adalah penggunaan teropong untuk mengambil foto atau mengawasi keadaan dari jauh.

Belum diketahui kapan Beyond Good and Evil 2 akan dirilis. Saat ini permainan masih berada di tahap awal pengembangannya, dan Ubisoft punya agenda buat mengungkap lebih banyak detail di E3 2018. Developer juga belum memberi tahu di platform apa Beyond Good and Evil 2 akan tersedia, tapi melihat kebiasaan Ubisoft, ada peluang besar game dilepas di PC, Xbox one dan PS4.

Sumber: Ubisoft.

Fitur Baru Assassin’s Creed Origins Mempersilakan Anda ‘Meretas’ Permainan

Walaupun bukan yang terbaik, Assassin’s Creed Origins merupakan satu dari sedikit game yang sukses menyajikan pengalaman berpetualang di era Mesir Kuno secara apik. Komitmen Ubisoft untuk memperkaya konten pasca-rilis juga perlu diapresiasi. Selain meluncurkan dua DLC premium besar, sang developer telah merilis mode edukatif hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun.

Dan minggu lalu, Ubisoft Montreal kembali melepas satu lagi add-on unik, kali ini dikhususkan untuk para penikmat Assassin’s Creed Origins di Windows PC. Melalui patch ke versi 1.5, mereka memperkenalkan fitur baru bernama Animus Control Panel. Sederhananya, ACP mempersilakan gamer mengatur sendiri pengalaman bermain Assassin’s Creed Unity dengan cara meretas permainan.

Animus Control Panel memberikan gamer paling awam kesempatan buat merasakan pengalaman menjadi modder tanpa adanya resiko merusak permainan. ACP dapat diakses dari opsi sub-menu Play atau di menu Uplay (tekan Shift + F2). Ia memungkinkan kita mengubah tokoh utama, kemampuan fisik mereka, bahkan mengubah hubungan antar-faksi yang ada di era itu – misalnya tentara Ptolemy, pemberontak dan bandit.

ACP bekerja dengan file save yang sudah ada. Jangan cemas Anda merusak progres di sana karena game akan membuat duplikatnya. Setelah itu, Anda tinggal mengutak-atik setting dan menerapkannya. Tentu saja modifikasi tersebut dapat mengubah keseimbangan dunia game dan boleh jadi mengakibatkan efek samping tak terduga. Namun perlu diingat: Anda merupakan penguasa Animus Control Panel. Dan jika berantakan, pemain bisa mengembalikan semuanya ke setting awal.

Fitur ini menyajikan banyak opsi kustomisasi dalam kolom berbeda. Beberapa contohnya meliputi pengaturan tingkat efektivitas serangan, kecepatan berlari, hingga mengubah lamanya perputaran siang dan malam. Ubisoft turut menyediakan preset seperti ‘god mode‘, mode super-sulit yang mewajibkan stealth, serta mode yang membuat dunianya kacau. Saat game tengah berjalan, Anda bisa bermain sebagai karakter selain Bayek.

Produser Jose Araiza menjelaskan bahwa Animus Control Panel dirancang buat memenuhi tipe pemain Assassin’s Creed Origins yang berbeda. Beberapa gamer mungkin merasa permainan ini terlalu lambat dan ingin memberinya bumbu ‘arcade‘; lalu untuk orang seperti saya yang merasa nightmare terlalu mudah, kita dapat mendongrak tingkat kesulitannya lebih jauh lagi.

Animus Control Panel tersaji gratis melalui patch terlepas dari apakah Anda membeli season pass atau tidak. Buat saya, kehadirannya memperpanjang umur permainan, memanggil kembali mereka yang sudah menamatkan Assassin’s Creed Origins untuk menikmatinya lagi dengan ‘rasa’ berbeda.

Ubisoft Umumkan Tom Clancy’s The Division 2

Aspek andalan dari game-game Tom Clancy adalah penggunaan tema atau skenario spekulatif yang terinspirasi dari kejadian nyata. Dalam The Division, Massive Entertainment mengisahkan bagaimana seandainya virus cacar mewabah lagi karena digunakan sebagai senjata biologis. Karakter Anda ialah agen pertahanan dalam negeri, ditugaskan buat meredam kekacauan yang diakibatkan olehnya.

Saat dirilis dua tahun silam, Tom Clancy’s The Division memperoleh respons positif dengan angka penjualan yang tinggi. Namun dalam beberapa bulan, game mengalami penurunan jumlah pemain secara signifikan karena formula yang repetitif dan (saat itu) tak banyak hal bisa dilakukan setelah Anda mencapai level tertinggi. Sebagai solusinya, Ubisoft melepas beragam update, dibubuhkan di sepanjang tahun 2016 dan 2017 buat memperkaya kontennya.

Ubisoft memang cukup vokal dalam mengutarakan rencana untuk menggarap penerus dari The Division. Hal ini sempat disinggung tahun lalu, dan tepat di hari ulang tahun kedua permainan itu, sang publisher resmi mengumumkan penerusnya: Tom Clancy’s The Division 2.

The Division 2

Seperti permainan pertamanya, proses pengembangan akan dipimpin Massive Entertainment, dibantu oleh tim Ubisoft Reflections, Red Storm Entertainment, Ubisoft Annecy, Ubisoft Shanghai serta Ubisoft Bucharest. Game dibangun menggunakan versi upgrade dari engine Snowdrop, yang diklaim ‘memungkinkan developer merealisasikan ambisi baru mereka sembari menyempurnakan aspek-aspek dari permainan terdahulu’.

Ubisoft menyampaikan bahwa saat ini, timnya lebih gesit dan lebih siap menanggapi masukan. Publisher juga sudah mempunyai visi jelas ke mana mereka akan mengarahkan pengembangannya dan ‘cara memastikan game menyuguhkan pengalaman bermain istimewa’.

Sebagai realisasi dari komitmen mendukung gamer-nya, Massive Entertainment mencoba menyambungkan The Division dan sekuelnya dengan membubuhkan achievement baru bernama ‘Shield’. Jika berhasil mendapatkannya di permainan pertama, Anda bisa mengakses bonus spesial di The Division 2.

Buat sekarang, informasi mengenai konten, tema dan gameplay The Division 2 masih belum diketahui. Namun Massive sempat bilang bahwa Global Events akan kembali hadir di sana, lalu developer juga turut menyiapkan permainan agar kompatibel dengan mode enhanced Xbox One X.

Massive Entertaiment berjanji untuk mengungkap segala detail terkait Tom Clancy’s The Division 2 dalam ajang E3 2018 di bulan Juni nanti.

Saya punya harapan sederhana untuk The Division 2: semoga game baru ini lebih menuntut skill dan mengedepankan realisme. Hal yang paling mengganggu saya di The Division pertama adalah skenario pertempuran di mana musuh (khususnya boss) tetap hidup setelah tertembak ratusan kali.

Sumber: Ubisoft.

[Game Playlist] Assassin’s Creed Origins Simpan Begitu Banyak Potensi Edukasi

Ada banyak permainan yang mengangkat tema atau terinspirasi dari kejadian bersejarah, namun mungkin tak ada yang menyajikannya seunik Assassin’s Creed. Dalam meramu seri ini, Ubisoft memadukan elemen sejarah bersama latar belakang sci-fi, lalu mengemasnya sebagai permainan action-adventure open world yang mudah dinikmati oleh semua kalangan gamer.

Para penggemar terberatnya mungkin akan berargumen bahwa Assassin’s Creed II dan Assassin’s Creed IV: Black Flag merupakan game terbaik di franchise ini. Namun meski saya tidak terlalu mengikutinya, saya tidak akan sungkan-sungkan merekomendasikan Assassin’s Creed Origins bagi Anda yang menyukai sejarah kebudayaan kuno, khususnya di wilayah Mesir pada era Ptolemaic (tahun 49-47 sebelum Masehi).

ACO 7

Bahkan jika tidak terlalu familier dengan periode ini, Origins berpeluang untuk memukau Anda lewat aspek visual dan konten. Tak hanya Ubisoft berhasil menciptakan dunia yang indah, daratan kuno itu juga dihuni oleh ekosistem yang benar-benar hidup: pusat kota dan pasar terlihat begitu sibuk, orang-orang tampak fokus pada aktivitasnya. Lalu saat mengunjungi alam liar, tak jarang Anda akan menyaksikan kawanan macan tutul memburu kelompok rusa.

ACO 8

ACO 13

Ubisoft Montreal menjelaskan bahwa riset yang dilakukan untuk membangun dunia tersebut menghabiskan waktu bertahun-tahun. Mereka mengombinasikan beragam metode penelitian, dari mulai mempelajari ensiklopedia, buku, film, hingga merekrut pakar sejarah Mesir ke dalam tim pengembangan. Tetapi sudah pasti developer punya ketentuan yang harus dipenuhi: mereka ingin karakter-karakter penting seperti Cleopatra dan Caesar muncul di sana.

ACO 10

ACO 6

Satu hal yang saya sangat apresiasi adalah kepiawaian Ubisoft merekonstruksi bangunan-bangunan bersejarah seperti Piramida hingga kota Alexandria. Tiap bangunan dibuat ulang dengan begitu indah dan realistis, sehingga betul-betul membawa Anda kembali ke era kuno. Di Alexandria misalnya, kota ini terbagi dalam distrik berbeda, ada yang dihuni oleh penduduk Mesir asli dan juga warga Yunani. Lalu jika Anda tidak terlalu buru-buru, silakan nikmati pertunjukan drama di amphitheatre.

ACO 14

ACO 12

Beberapa aspek di sana juga segera memicu saya untuk mencari tahu lebih jauh: Siapa itu Ptolemy XIII yang membuat Mesir jadi berantakan? Apa sebetulnya peran Medjay? Kemudian apa latar belakang dibangunnya Piramida di Giza? Area Giza sendiri merupakan salah satu wilayah paling ikonis di game, dan Anda tentu saja dipersilakan menjelajahi isi Piramid hingga menguak rahasia Sphinx.

ACO 5

ACO 4

Ubisoft berhasil melebur elemen fakta dengan fiksi begitu mulus sehingga eksplorasi terasa mengagumkan. Bahkan walaupun Anda tahu Piramida tersebut tidak dihuni oleh manusia (kecuali beberapa jasad yang bersemayam di sana), ancaman kutukan Firaun di hieroglyph dalam ruang yang cuma diterangi cahaya obor terasa menakutkan.

ACO 11

ACO 2

Dilihat dari aspek gameplay, desain permainan (bukan ‘desain dunia game’) Assassin’s Creed Origins memang belum menyamai kelas judul open world besar lain seperti The Witcher 3. Untuk berjelajah, Anda harus menyelesaikan sesi intro terlebih dahulu, lalu tiap area juga baru nyaman dijelajahi jika Bayek – tokoh utama game ini – telah mencapai level tertentu. Hal tersebut membatasi proses eksplorasi.

ACO 3

ACO 9

Namun kekurangan ini tak jadi masalah besar jika edukasi menjadi perhatian utama Anda. Di bulan September lalu, Ubisoft sempat mengungkap rencana untuk membubuhkan mode pembelajaran di Assassin’s Creed Origins, berjudul Discovery Tour. Mode ini sama sekali tidak menyajikan pertempuran, gunanya ialah mengubah permainan jadi satu museum hidup yang interaktif. Di sana Anda bisa mengkaji beragam ilmu seperti proses mumifikasi hingga riwayat hidup Cleopatra.

ACO 1

Discovery Tour rencananya akan dibagikan secara gratis untuk seluruh pemilik Assassin’s Creed Origins, atau dapat dibeli terpisah via Steam atau Uplay seharga US$ 20, akan meluncur pada tanggal 20 Februari 2018.