Hipotesis “Digital Venture” Moxa Gabungkan Ekosistem Astra dan Non-Astra

Satu tahun lebih Moxa, digital venture dari Grup Astra, debut ke publik. Kini mereka memperkuat identitasnya sebagai percontohan dari grup sebagai ekosistem terbuka, maksudnya membuka kesempatan kolaborasi dengan solusi di luar Astra dalam upaya meningkatkan penetrasi literasi keuangan di Indonesia yang masih mini.

Memosisikan tak hanya sebagai platform wealthtech, Moxa ingin membuktikan hipotesis yang sudah disusun di atas, melalui kolaborasi dengan ekosistem Astra Finansial dan non-Astra, mampu membuka akses produk finansial kepada lebih banyak orang.

Bila diibaratkan, posisi Moxa berbeda dengan kebanyakan anak usaha di bawah Astra Financial. Moxa seperti Tokopedia yang tidak punya produk, hanya platform yang menyediakan beragam produk finansial yang disuplai oleh grup dan non-grup. Pun dibandingkan dengan pemain fintech lain, tidak ada yang persis sama. CekAja dan Cermati itu fokus pada situs website dan komparasi produk finansial.

“Di grup sebenarnya sudah open ecosystem, tapi di ritel belum seterbuka itu. Belum ada platform-nya, sementara Moxa sebagai platform finansial yang sangat ritel dan open to collaborate. Platform itu kan menawarkan daya beli, dengan Astra Financial jadinya semua orang punya daya beli dengan kapasitas dan risiko masing-masing. Ini yang akan jadi keunggulan yang berbeda,” kata CEO Moxa Daniel Hartono kepada DailySocial.id.

Terhitung, saat ini ada 27 produk finansial yang tersedia di Moxa, mulai dari asuransi jiwa dan umum, pembiayaan tanpa dan dengan jaminan, pinjaman tunai, rental, pembiayaan mobil dan motor, perjalanan umroh dan haji, dan lainnya.

Mayoritas seluruh produk ini disediakan oleh 12 anak usaha di bawah Astra Financial, seperti FIFGROUP, TAF, ACC, Astra Life, dan Asuransi Astra. Di luar grup, sementara ini bekerja sama dengan Bank Permata, Baznas, Dompet Dhuafa untuk menyediakan fitur Syariah yang tersedia di aplikasi terpisah Moxa Mabroor.

Akan tetapi, dalam rangkaian consumer journey Moxa, pencarian produk finansial sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari bukanlah hal yang lumrah bagi orang Indonesia. Sangat sulit menemukan orang yang mau beli produk asuransi misalnya, sebagai bagian dari gaya hidupnya. Maka pekerjaan Moxa selanjutnya adalah meningkatkan daily usage dari pengguna agar mau terus menerus mengunjungi Moxa, hingga akhirnya siklus kehidupan finansial seseorang berkembang.

Belajar dari kondisi tersebut, Moxa belakangan mulai tweak proposisinya dengan menghadirkan produk-produk pencetak traffic tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daily usage. Beberapa sudah mulai dijalankan dan masih banyak lagi dalam rencana. Salah satunya adalah memasukkan fungsi e-commerce menawarkan produk elektronik dari FIFADA, produk e-commerce cicilan tanpa kartu kredit milik FIFGROUP.

Sejak fitur tersebut dirilis, diklaim mampu mendongkrak jumlah kunjungan di Moxa sampai masuk urutan ketiga, setelah cicilan motor, dan pembukaan rekening digital. Untuk berbelanja di fitur ini, konsumen bisa memanfaatkan fasilitas paylater yang disediakan oleh MauCash, atau bayar dengan e-money AstraPay atau payment gateway sebagai salah satu opsinya.

“Kami ingin meningkatkan daily usage. Saat ini Moxa ada asuransi mobil, motor, yang mana itu bukan daily usage. FIFGROUP yang sudah terintegrasi katalog e-commerce-nya di Moxa. Tapi back-end masih pakai FIF, sedang kami usahakan agar pakai back-end kami agar pengalaman konsumen jadi lebih seamless,” ucap Daniel.

Ke depannya akan merilis fitur produk investasi, mulai dari reksa dana, emas, saham, dan lainnya. Saat ini baru tersedia produk investasi emas yang disediakan oleh AMITRA, perusahaan pembiayaan syariah dari PT Sharia Multifinance Astra dan merupakan bagian dari FIFGROUP. Pihaknya akan mencari mitra-mitra yang kompeten dalam menyediakan produk investasi ini. Produk finansial lainnya juga akan terus ditambah kemitraannya dengan non-Astra.

Pendekatan yang berbeda ini dilandasi oleh data internal perusahaan yang menemukan bahwa para pengguna Moxa datang dari kalangan usia 18-35 tahun. Artinya, kelompok tersebut adalah first jobber, yang baru pertama kali mengakses produk finansial karena ingin mencicil barang pertamanya dari gaji yang diperoleh. Berbeda jauh dengan profil konsumer di Astra Financial yang berusia 35 tahun ke atas, mayoritas pernah mengambil setidaknya cicilan motor dan mobil.

“Jadi untuk capture new consumer, produknya tidak bisa disamakan dengan produk Astra yang ada sekarang karena tidak cocok. Makanya kami fokus ke pembukaan rekening, tabungan, e-commerce, investasi, ketika segmen ini siap financial lifecycle-nya akan naik dan dilayani Astra.”

Diklaim jumlah unduhan aplikasi Moxa mencapai lebih dari 14 juta, dengan pengguna aktif bulanan (MAU) di kisaran 1,3 juta-1,4 juta orang. Lokasi pengguna di dominasi di wilayah Jawa Barat dan Jakarta, sisanya tersebar di seluruh Indonesia.

Masuk ke layanan syariah

Satu hal yang menarik dari Moxa adalah keseriusan untuk menggarap pasar syariah, dengan merilis aplikasi terpisah, Moxa Mabroor sejak awal tahun ini. Sejauh ini aplikasi masih dalam uji coba versi beta, sembari mempersiapkan segala aspek kepatuhan dalam rangka memperoleh izin usaha dengan prinsip syariah dari regulator.

Daniel mengungkapkan, alasan mengapa spesifik menggarap pasar ini karena di Indonesia belum ada aplikasi wealthtech yang benar-benar menyediakan solusi finansial sepenuhnya, alias setengah-setengah. Pun sebelum digarap serius, pihaknya melakukan riset internal dengan konsumennya. Hasilnya disimpulkan bahwa meski persentasenya kurang dari 50%, ternyata konsumen punya ketertarikan terhadap produk syariah, tapi ingin produk ini terpisah dari produk utama Moxa.

Isu utama dari produk finansial berbau syariah ini tidak banyak, juga tercecer. Di Astra Financial itu sendiri, semua lini bisnisnya sudah memiliki produk syariah, kompetensinya juga sudah terbukti. Inilah yang menjadi kesempatan bagi Moxa untuk menggarapnya.

“Tapi tanggung jawab kami tidak boleh pure bisnis, harus bangun literasi syariah. Jadi sebelum launch kita perkuat basis literasinya, baik dari konten dan sebagainya. Masih banyak yang harus kita persiapkan sebelum launch resmi.”

Moxa Mabroor tidak jauh berbeda dengan aplikasi Moxa, sama-sama dilengkapi dengan produk finansial dari Astra Financial dan non-Astra seperti, pembiayaan motor hingga haji, asuransi, dan pembiayaan kurban. Ditambah ada menu islami, seperti pembayaran zakat hasil kerja sama dengan Baznas dan Dompet Dhuafa, masjid terdekat, arah kiblat, doa harian, waktu salat untuk penunjang ibadah sehari-hari, untuk meningkatkan daily usage-nya.

Baru-baru ini perusahaan juga bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk solusi BaaS (Banking-as-a-Service). Memungkinkan konsumen Moxa Mabroor dapat membuka rekening BSI secara digital. Solusi yang sama ditawarkan Moxa bersama Bank Permata yang diluncurkan sebelumnya, bisa untuk pembukaan rekening dan tabungan. Bergabungnya Bank Jasa Jakarta ke dalam unit bisnis Astra Financial, juga memungkinkan hadirnya di aplikasi Moxa.

“Moxa punya produk-produk finansial semuanya berbasis API, jadi bayangkan platform mana pun, termasuk banking, kalau mau punya produk non-banking bisa integrasi lewat Moxa. Ini jadi complementary bagi bank itu sendiri karena kita grab pasar yang enggak bisa dilayani oleh bank.”

Berencana galang pendanaan

Daniel menyebut untuk mendukung pertumbuhan Moxa, perusahaan membutuhkan mitra strategis yang punya ekosistem nilai tambah untuk dikawinkan dengan Moxa. Jadi tidak semata-mata menggalang pendanaan untuk dapat dana eksternal saja.

“Misalnya ada partner yang punya ekosistem yang berbeda banget dengan Astra, kenapa tidak dikolaborasikan. Atau mereka punya teknologi yang berbeda dari Astra, itu bisa leveraging juga. Yang kita cari yang punya value, not necessary arah fund enggak terlalu. Poinnya win win-nya dapet.”

Dari internal Moxa kini tengah menyiapkan seluruh nilai lebih dan kurang apabila menggalang dana eksternal, mengingat ada porsi saham yang diambil dari investor nantinya. Begitu sudah dapat formula, baru timnya akan melanjutkan ke induk, yang sebenarnya sudah memberikan tanda sinyal.

“Kami masih beres-beres dapur, sembari cari restu dari Astra. Tapi konsepnya adalah bagaimana Moxa itu open to collaboration, keluar dari ekosistem Astra itu semangat yang kita bawa.”

Jika penggalangan ini berhasil, maka Moxa menjadi startup di bawah Astra Financial pertama yang dapat dana dari eksternal di luar induk. “Kami ini salah satu digital venture yang istilahnya mencoba berbeda dengan apa yang dilakukan Astra selama ini. Open collaboration, culture-nya startup, tidak corporate banget. Treatment-nya beda, tapi harus tetap pada rambu-rambu comply dengan aturan karena brand Astra harus benar-benar dijaga ada unsur trust-nya di situ,” pungkas Daniel.

Tim inti Moxa saat ini ada 16 orang. Meski mini, namun mereka semua dibantu oleh tim terdedikasi dari seluruh anak usaha Astra Financial yang ditotal mencapai 130 orang.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Investasi Multi-Aset Dorong Kenaikan Tren Investor Ritel

Kehadiran aplikasi wealthtech dengan multi-aset investasi diklaim menjadi salah satu faktor pendorong tren kenaikan investor ritel. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengintegrasikan beberapa kelas aset untuk memperluas portofolio, mengawasi asetnya, dan membantu perencanaan untuk tujuan jangka panjang.

Menurut studi berjudul “Dampak Aplikasi Multi-Aset Terhadap Pertumbuhan Investor Ritel” yang diterbitkan Pluang dan lembaga riset Center for Economic and Law Studies (CELIOS), menyatakan lebih dari separuh dari 3.530 responden yang disurvei merasa keberadaan platform aplikasi multi-aset berdampak positif pada pendapatan mereka.

Adapun profil responden ini, mayoritas berasal dari Jawa dan Bali, dengan kelompok usia 24-35 tahun (45%), dan pekerjaan utamanya adalah karyawan swasta (38%). Dari populasi tersebut, mayoritas responden mengatakan mereka berinvestasi untuk meningkatkan pendapatan pasif dan tujuan investasi jangka panjang, seperti mempersiapkan dana darurat, dana pensiun, dan dana pendidikan anak.

Ditanya lebih jauh, mayoritas responden menyatakan keberadaan platform investasi berdampak positif terhadap pendapatan investor ritel serta pertumbuhan ekonomi. Mereka memiliki persepsi bahwa berinvestasi dapat meningkatkan pendapatan negara melalui penerimaan pajak, memperluas kesempatan kerja melalui pendanaan ke perusahaan publik, hingga mengalihkan dana ke kegiatan yang lebih produktif.

Executive Director CELIOS Bhima Yudhistira menjelaskan bagaimana persepsi investor ritel terhadap perilaku berinvestasi secara digital. “[..] Berinvestasi di platform investasi digital dianggap sebagai aksi berkontribusi terhadap peningkatan sektor teknologi informasi, membantu pendanaan perusahaan, dan efek penciptaan tenaga kerja dari investasi. Hal ini menjadi indikasi positif bahwa platform investasi digital mampu mendorong terciptanya investment-oriented society atau masyarakat yang melek investasi.”

Lebih lanjut, mayoritas responden menyatakan bahwa mereka berinvestasi untuk meningkatkan pendapatan pasif (36%), mempersiapkan dana darurat (23%), dan mempersiapkan pensiun (20%). Alokasi bulanan dari penghasilan untuk berinvestasi sebesar kurang dari Rp1 juta (61%) dan Rp1 juta-Rp5 juta (31%).

Menurut data Bappebti, angka di atas tercermin langsung dengan kondisi di aset kripto. Bappebti mengamati bahwa sebanyak 70% investor aset kripto mengalokasikan pendapatannya dengan nominal investasi di bawah Rp500 ribu. Didukung dari data lainnya, data KSEI menunjukkan bahwa per April 2022, sebanyak 60,29% investor pasar modal berusia di bawah 30 tahun, rata-rata masih berada di awal dan pertengahan karier profesionalnya.

“Hal ini menunjukkan akses investasi kripto semakin mudah dengan semakin terjangkaunya nominal untuk memulai berinvestasi aset kripto,” ucap Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti Tirta Karma Senjaya.

Responden juga menyatakan keberadaan aplikasi multi-aset membuat mayoritas dari mereka ingin menambah instrumen investasi hingga dua (37%) sampai tiga kelas aset (31%). Selain itu, 80% responden juga ingin mempelajari produk investasi lain.

Responden menyatakan setidaknya ada tiga produk investasi utama yang dimiliki oleh mereka, yakni reksa dana (29,8%), saham (21,7%), dan aset kripto (21,1%) dengan rata-rata penempatan dana hingga Rp1 juta tiap bulannya.

Studi ini menyoroti preferensi tinggi dari para responden untuk memiliki influencer keuangan di media sosial (fin-fluencer) sebagai sumber informasi terpercaya. Berdasarkan pilihan yang tersedia, responden memiliki fin-fluencer dengan peringkat pertama. Lalu disusul rekomendasi dari konsultan keuangan, kolega, dan podcast.

Pluang dan CELIOS merekomendasikan adanya pengembangan kapasitas untuk para memengaruhi ini agar dapat memberikan literasi finansial yang valid dan edukatif.

Co-founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan, studi ini merupakan komitmen Pluang untuk meningkatkan cakupan literasi dan inklusi finansial, serta mengakselerasi pertumbuhan ekonomi inovasi teknologi sektor keuangan di Indonesia.

“Dengan inovasi teknologi di sektor keuangan digital, studi tentang sektor investasi ritel ini diharapkan dapat membuka banyak ruang untuk membangun ekosistem keuangan digital yang kondusif. [..] Juga sebagai referensi yang bisa menjadi dasar pembuatan kebijakan yang mendorong percepatan sektor keuangan digital,” kata Claudia.

Bibit Mulai Garap Segmen Nasabah Tajir Melalui “Bibit Premium”

Platform wealthtech Bibit menjadi pemain berikutnya yang menyasar nasabah tajir sebagai pengguna, dengan meluncurkan layanan Bibit Premium. Belum ada keterangan resmi yang disampaikan perusahaan terkait ini, pun saat dihubungi DailySocial.id, mereka belum bersedia memberikan responsnya.

Dalam laman blog perusahaan disampaikan bahwa Bibit Premium ini menyasar nasabah yang nilai investasinya di platform Bibit minimal Rp500 juta. Nantinya, mereka akan mendapat langsung undangan dari pihak Bibit untuk bergabung.

Bibit menawarkan sejumlah benefit untuk nasabah premium ini, di antaranya transaksi lewat Wealth Specialist untuk mengajukan transaksi buy, sell, atau switching lewat WhatsApp. Berikutnya, konsultasi langsung dengan Wealth Specialist seputar pengelolaan dan pengembangan aset, informasi eksklusif seputar promo dan penawaran.

Prospek nasabah tajir

Sebelumnya, Bareksa telah lebih dulu masuk ke nasabah premium atau high net-worth individuals (HNWI) sejak 2018 melalui Bareksa Prioritas. Bareksa menyasar nasabah dengan dana kelolaan minimum Rp5 miliar, lebih besar dari Bibit Premium.

Perusahaan menyediakan berbagai layanan untuk kalangan HNWI mulai dari laporan riset, fitur teknologi Bareksa untuk Bareksa Prioritas, hingga customer loyalty program sesuai kebutuhan nasabah.

Dalam menyediakan produk ini, Bareksa menggandeng penasihat investasi independen, Jagartha Advisors. Para penasihat tersebut memberikan layanan konsultasi keuangan kapan pun dibutuhkan.

Terbukti apa yang dilakukan Bareksa ini sukses. Disampaikan, bahwa Bareksa Prioritas mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan hingga 10x lipat dalam tiga tahun terakhir hingga Juni 2022. Dari jumlah investor HNWI yang bergabung juga meningkat tiga kali lipat pada periode Juni 2019-Juni 2022.

Menurut Direktur Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh, pertumbuhan signifikan ini menandakan kebutuhan nasabah HNWI untuk mengakses pengelolaan kekayaan secara digital, terutama selama pandemi yang membatasi investor berinteraksi secara tatap muka dengan para advisors. Di samping itu, mayoritas investor kini semakin teredukasi dalam menggunakan platform digital dan pendampingan advisor ini turut membantu para investor mendapatkan informasi dan memilih produk.

Adapun pangsa pasar HNWI ini berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus terjaga. Tingkat PDB per kapita Indonesia berhasil naik sebesar 8,6% ke $4.349,5 atau setara Rp62,2 juta di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain Bareksa, baru-baru ini Moduit juga melakukan langkah serupa lewat peluncuran Moduit Beyond yang menyasar nasabah HNWI dengan dana kelolaan minimal Rp1 miliar.

Moduit Beyond terdiri dari tiga kategori yang didasarkan pada besaran nilai investasi dan jenis layanan yang didapat nasabah. Ketiga kategori tersebut adalah Beyond Prestige dengan dana investasi Rp1-5 miliar, Beyond Eminence dengan dana investasi Rp5-10 miliar, dan Beyond Insignia dengan dana investasi di atas Rp10 miliar.

Di Moduit itu sendiri, mayoritas nasabah existing-nya sudah berpengalaman dan dianggap mempunyai keinginan untuk berinvestasi lebih serius. Berdasarkan data Moduit, rata-rata jumlah dana investasi di platform Moduit bagi nasabah yang dibantu oleh advisor mencapai Rp1,2 miliar. Sedangkan rata-rata besaran investasi nasabah yang berinvestasi secara mandiri sebesar Rp50 juta.

Adapun, saat ini total nasabah Moduit lebih dari 30 ribu orang. Dari jumlah tersebut sekitar 10% di antaranya memiliki dana investasi di Moduit lebih dari Rp1 miliar. Namun dari sisi nominal investasi, nasabah-nasabah tersebut berkontribusi sekitar 90% terhadap total investasi di Moduit.

Moduit Beyond menawarkan keuntungan mulai dari personal advisor, curated & high-performance product, akses pertama terhadap layanan dan produk baru, laporan dan analisa market, dedicated call centre, lounge, dan lain-lain.

Selama ini, kalangan nasabah tajir biasanya digarap oleh perbankan melalui layanan wealth management. Fokus layanannya tidak hanya mengembangkan aset yang sudah ada, tapi juga melindunginya dengan asuransi. Bisnis ini selalu menunjukkan tren positif, bisa dilihat dari salah satu indikatornya adalah jumlah investor reksa dana. Dengan pendekatan yang lebih disruptif, kesempatan tersebut juga diincar oleh pemain fintech, salah satunya Bareksa dan Bibit.

Application Information Will Show Up Here

Resmikan Marketplace NFT, OneAset Berambisi Ciptakan Ekosistem Investasi Terpadu

Layanan wealthtech besutan Akulaku Group, OneAset, resmi mengumumkan kehadiran marketplace NFT (non-fungible token) dengan fitur komunitas. Melalui fitur terbaru ini, perusahaan ingin membangun sebuah ekosistem terpadu yang mencakup produk investasi, edukasi literasi keuangan, manajemen keuangan, dan komunitas investasi.

Debut pada tanggal 7 Juli 2022, aplikasi ini telah menghasilkan puluhan ribu karya NFT di bulan pertamanya, mencakup ragam karya seni, fotografi hingga literatur. OneAset NFT memanfaatkan jaringan blockchain yang dikembangkan induknya, yakni Binance Smart Chain (BSC). Seperti diketahui, teknologi BSC menyediakan kemudahan dalam membuat smart contract dan aplikasi terdesentralisasi secara terstruktur.

Di Indonesia sendiri, NFT mulai viral setelah seorang mahasiswa yang dikenal sebagai Ghozali Everyday berhasil membuat foto selfie miliknya diperjualbelikan dalam bentuk NFT dengan harga yang melambung tinggi. Mulai dari kalangan artis, influencer, hingga tokoh penting di Indonesia juga diketahui mulai menjual karya melalui NFT, termasuk Syahrini, Anang Hermansyah, Luna Maya, Arnold Poernomo dan Ridwan Kamil.

Pada dasarnya, terminologi NFT dapat diartikan sebagai sertifikat digital yang menjamin sebuah keaslian barang digital yang tak tergantikan seperti foto, video, atau bentuk aset digital lainnya. NFT dicetak dan disimpan di blockchain, seperti aset kripto. NFT berharga karena unsur non-fungible-nya, sehingga tidak bisa digantikan dengan yang lain. Cara membuat karya NFT ini biasa disebut sebagai minting.

Proses minting ini juga yang memberikan pemilik NFT hak kepemilikan yang jelas dan eksklusif, karena setiap NFT hanya dimiliki oleh satu pemilik hingga saatnya dijual dan bertukar hak milik ke pembeli baru. Harga sebuah NFT pun beragam dan bisa berubah sesuai dengan angka yang ditetapkan penjual.  Layaknya barang koleksi lainnya, harga akan dipengaruhi oleh berbagai hal seperti siapa kreatornya, kompleksitas sebuah karya, atau keunikan lainnya.

Mekanisme pembuatan NFT di OneAset

Untuk proses jual beli NFT di aplikasi OneAset, penjual bisa masuk ke menu NFT kemudian pilih ‘Buat NFT’ di pojok kanan atas lalu pilih gambar NFT yang mau di-listing baik itu foto, karya seni maupun literatur, tersedia kolom deskripsi unik yang bisa diisi untuk menarik perhatian para pengguna lainnya. Setelah pengguna mengajukan pembuatan NFT, akan ada tim khusus yang akan mengkurasi karya tersebut. Salah satu syarat penting untuk NFT yang boleh dijual adalah yang tidak mengandung SARA.

Selain itu, penjual juga bisa menentukan royalti kreator atau penghasilan tambahan yang akan diterima saat item NFT terjual, mulai dari 1-10% harga jual dan durasi jual. Kemudian, penjual bisa langsung melakukan pembayaran biaya listing dan gas fee atau biaya transaksi blockchain via rekanan bank  yang sudah bekerja sama dengan aplikasi OneAset.

Pengguna aplikasi marketplace NFT OneAset dapat melihat koleksi NFT unggulan para kreator dan NFT Ruci di bagian Koleksi Rekomendasi dalam kategori-kategori yang tersedia. Selain itu, pengguna bisa membagikan, memberi komen, menyukai dan menjadikan favorit koleksi NFT tertentu melalui fitur interaksi dari aplikasi OneAset.

Platform ini juga menawarkan berbagai promo menarik bagi para pengguna baru yang membuat akun dompet terdesentralisasi OneWallet dengan transaksi NFT pertama di aplikasi OneAset. Mulai dari mystery box berisi NFT Ruci limited edition secara gratis hingga tambahan aset koin hingga 100.000 yang berlaku hingga periode tertentu.

Bersamaan dengan peluncuran NFT karya para pengguna, OneAset juga merilis karya NFT spesial menggunakan maskot OneAset, Ruci. Ruci sendiri dihadirkan dengan tema-tema yang beragam dan tentunya mengikuti tren terkini, mulai dari Ruci The Master, Active dan Trendy Ruci, hingga Hidden Treasure in Art Gallery. Dalam waktu dekat, timnya mengklaim akan segera menghadirkan kolaborasi-kolaborasi dengan para kreator lainnya.

Marketplace NFT di Indonesia

OpenSea disebut sebagai salah satu marketplace NFT terbesar di dunia dengan lebih dari 80 juta pilihan NFT dan volume transaksi senilai $31,3 miliar terhitung hingga saat ini. Di bulan pertama peluncurannya, OneAset telah menghasilkan puluhan ribu karya NFT yang mencakup ragam karya seni, fotografi hingga literatur. Terdapat ratusan kreator lokal dan internasional yang sudah bergabung dalam platform ini.

Presiden Direktur OneAset, Breggy Anderson mengungkapkan bahwa, “NFT berpeluang untuk mendorong karya para kreator lokal di Indonesia baik secara nasional dan internasional dengan karya-karya mereka. Kehadiran marketplace NFT di aplikasi OneAset sendiri diharapkan untuk bisa menjadi wadah baru bagi kreator lokal Indonesia dari berbagai bidang untuk memamerkan karya serta menjangkau pasar yang lebih luas untuk keperluan transaksi melalui platform ini.”

Selain OneAset, sudah ada pemain lokal yang menginisiasi platform NFT berbasis marketplace. Beberapa di antaranya adalah Tokomall milik Tokocrypto, Kolektibel, Artpedia, dan Paras Digital. Disamping itu, ada juga marketplace NFT yang spesifik menyasar vertikal gaming seperti Fractal. Beberapa platform ini juga telah mengantongi pendanaan dari sejumlah investor.

Application Information Will Show Up Here

Nanovest Resmi Meluncur, Tawarkan Kemudahan Berinvestasi Saham AS dan Aset Kripto

Platform wealthtech Nanovest (PT Tumbuh Bersama Nano) resmi meluncur hari ini (24/8). Saat ini instrumen investasi yang disuguhkan adalah saham perusahaan Amerika Serikat dan aset kripto. Menargetkan kalangan pemula, aplikasi ini memungkinkan penggunanya berinvestasi mulai dari 5 ribu Rupiah.

Dalam kesempatan temu media di Bali, COO Nanovest Billy Suryajaya menerangkan bahwa pihaknya merasa perlu menciptakan ruang investasi aset digital yang aman, nyaman, dan mudah — sesuai dengan misi Nanovest. “Kami juga berkomitmen secara kontinu untuk melakukan rangkaian edukasi seputar benefit berinvestasi di Nanovest,” imbuhnya.

Sejak debut, aplikasi Nanovest telah diunduh sekitar 2,5 juta pengguna. Saat ini pengguna aktif (yang telah menyelesaikan proses KYC) juga telah mencapai lebih dari 600 ribu orang.

“PT Tumbuh Bersama Nano adalah perusahaan yang 100% kepemilikannya adalah perusahaan lokal dan berkantor di Sudirman, Jakarta Selatan. Secara struktural semua anggota direksi dan dewan komisaris perusahaan adalah orang Indonesia,” kata Billy.

Fitur Nanovest

Saat ini Nanovest juga telah berkolaborasi dengan pengembang aset kripto NanoByte Token (NBT). Token NBT diutilisasi dengan berbagai fitur dan bisnis afiliasi Nanovest. NBT sendiri dikembangkan oleh perusahaan berbadan hukum di British Virgin Islands.

Nanovest saat ini memiliki sejumlah fitur mendasar. Pertama ada NanoAvatar, memungkinkan pengguna untuk mengkreasikan sebuah avatar dengan ciri khasnya masing-masing. Kedua ada Nano+, sistem keanggotaan di Nanovest.

“Nano+ memberikan pengalaman yang istimewa bagi para pengguna Nanovest dan NBT Holder. Mendapatkan diskon spesial serta penawaran menarik lainnya di berbagai mitra yang bekerja sama seperti Ritz Carlton, Halodoc, Sayurbox, Yello Fit, dan masih banyak lagi,” jelas Billy.

Fitur ketiga adalah NanoRace, berisi serangkaian kompetisi seperti trading competition, referral program, dan buy-and-stake dengan total hadiah mencapai 20 miliar Rupiah. Kemudian ada juga NanoPlay, yaitu fitur gamifikasi yang ada di dalam aplikasi seperti check-in mission dan top-up mission.

Nanobid juga terdapat di aplikasi, merupakan fitur lelang pada periode waktu tertentu untuk sebuah item yang disediakan khusus oleh Nanovest. Ada juga Nanolympics, kompetisi trading bagi pengguna aplikasi. Dan terakhir NBT Staking, pemilik NBT bisa mengunci sejumlah token dalam jangka panjang untuk mendapatkan keuntungan.

Kemitraan strategis dengan grup Sinarmas

Nanovest juga menggandeng sejumlah unit bisnis Sinarmas untuk menjadi bagian dalam proses bisnisnya. Pertama, mereka bekerja sama dengan perusahaan asuransi Sinarmas untuk memberikan proteksi lebih atas aset yang dimiliki investor.

Mereka juga bekerja sama dengan unit p2p lending Sinarmas, yakni Danamas. Pemilik NBT bisa memperoleh pinjaman dari Danamas dengan menjadikan token tersebut sebagai kolateral. Layanan ini sudah bisa digunakan per April 2022 lalu. Pengguna bisa mendapatkan limit pinjaman hingga 100 juta Rupiah.

Utilisasi NBT juga diterapkan bersama Sinarmas Land, memberikan kesempatan kepada pengguan untuk mendapatkan benefit berupa potongan harga saat membeli properti.

Namun demikian, ketika ditanya apakah Sinarmas merupakan shareholder utama dari Nanovest, Billy mengatakan untuk saat ini kemitraan yang ada baru bersifat sinergi strategis. Grup Sinarmas belum menjadi pemegang saham di Nanovest — ia pun enggan merinci detail siapa saja investor dari aplikasi wealthtech tersebut.

Proposisi nilai yang ditawarkan

Nanovest saat ini sudah terdaftar di BAPPEBTI. Mereka berupaya untuk menghadirkan sinergitas antara dunia web3 yang tengah dibangun dengan ekosistem web2 yang sudah ada. Utilisasi NBT ke berbagai platform digital menjadi salah satu realisasi tahap awalnya.

Tidak dimungkiri, Nanovest harus berhadapan dengan berbagai aplikasi investasi yang kian menjamur. Menyadari hal itu, beberapa hal coba ditonjolkan. Dimulai dari fitur e-KYC yang diklaim terbaik di kelasnya, karena bisa melakukan verifikasi dan validasi data pengguna saat onboarding kurang dari 1 menit saja.

Untuk investasi saham Amerika Serikat, Nanovest bekerja sama dengan Alpaca untuk mengakomodasi transaksi saham. Pemilihan instrumen investasi ini juga didasarkan riset pengguna. “Semua berjalan begitu saja, penentuan produk kami dasarkan kepada kebutuhan dari sisi pengguna. Kami berharap bisa menjadi aplikasi investasi yang lebih personal,” ujar Billy.

Sebelumnya Nanovest juga tergabung program Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator dan mendapatkan dukungan investasi dari Tokocrypto.

Application Information Will Show Up Here

Peluang OneAset sebagai Platform Investasi Satu Pintu Besutan Grup Akulaku

Akulaku Group resmi memperkenalkan layanan wealthtech terbaru “OneAset”, superapp khusus investasi. Aplikasi ini sejatinya mulai hadir sejak Februari 2022 untuk versi Android dan dilanjutkan versi iOS sebulan setelahnya. Ambisi yang ingin dicapai dari OneAset adalah memudahkan orang Indonesia untuk berinvestasi di satu tempat. Juga sebagai tempat edukasi literasi keuangan, manajemen keuangan, dan komunitas investasi.

Presiden Direktur OneAset Breggy Anderson mengatakan, ada berbagai macam aplikasi investasi di Indonesia saat ini, namun dari pengamatannya, masih banyak aplikasi yang hanya berfokus pada penjualan produk dan lebih menyasar pengguna yang sudah berpengalaman di dunia investasi.

“Di OneAset, kami ingin memenuhi kebutuhan investasi bagi kaum generasi muda dengan tampilan aplikasi yang bersahabat dan fun. Oleh karena itu, OneAset memberikan fitur Komunitas di mana para pengguna dan influencer keuangan bisa saling berinteraksi dan berbagi ilmu [..],” terang dia.

Melihat dari struktur manajemen di OneAset, diisi oleh orang-orang yang punya latar belakang kuat di dunia finansial. Breggy sebelumnya menjabat sebagai AVP of Investment Banking RHB Sekuritas and Vice President of Business Development Asetku. Berikutnya, terdapat Lisa Leonard yang menduduki posisi sebagai Business Solution Associate di KPMG Australia dan Assistant CEO di Asetku.

Di level komisaris, terdapat nama Masa Paskalis Lingga dengan pengalaman lama melintang di dunia perbankan dan fintech selama lebih dari 33 tahun. Posisi terakhir Masa sebelum bergabung di OneAset adalah Deputy CEO UangTeman dan Senior Advisor Financial Institution LinkAja. Lalu ada Gordon Wu yang sebelumnya menjabat sebagai CFO Asetku, bagian dari Akulaku Group.

Suguhkan produk asuransi, emas, dan NFT

Kini OneAsset telah melengkapi dirinya dengan kelas portofolio asuransi, emas, dan NFT. Dalam menyediakan produk tersebut, perusahaan bermitra dengan berbagai perusahaan berlisensi. Untuk asuransi, didukung oleh perusahaan broker PT Sinergi Adi Utama. Adapun kelas investasi emas, didukung oleh PT Indogold Solusi Gadai.

Breggy mengklaim, sejak produk investasi emas dirilis pertama kali, telah diperjual-belikan oleh lebih dari 500 ribu pengguna. Sementara untuk asuransi, tersedia produk mulai dari asuransi jiwa, kesehatan, kecelakaan, hingga asuransi unit link. Disebutkan ada lebih dari 150 ribu polis terjual dalam tiga bulan sejak diluncurkan, memberikan perlindungan pribadi kepada pengguna lebih dari Rp560 miliar.

“Pembeli juga bisa langsung berkomunikasi dan bertanya seputar pendaftaran asuransi online, penjaminan yang cerdas, pertanyaan polis dan edukasi yang bertujuan untuk menghadirkan penambahan nilai aset, perlindungan asuransi dan pelayanan kesehatan kepada para pengguna aplikasi.”

Adapun untuk NFT, OneAset mengambil model bisnis marketplace yang memungkinkan semua kreator melakukan minting ke dalam platform. Untuk transaksinya menggunakan fiat, dengan top up saldo melalui OneWallet. Sejumlah kreator disebutkan telah bergabung, salah satunya Edo Huang.

“Bersamaan dengan peluncuran NFT karya para pengguna OneAset, kami juga berpartisipasi meluncurkan karya NFT sendiri menggunakan maskot bernama Ruci. Ruci sendiri dihadirkan dengan tema-tema yang beragam dan terkini.”

Dalam penelusuran DailySocial.id, OneAset NFT memanfaatkan jaringan blockchain yang dikembangkan induknya, yakni Binance Smart Chain (BSC). Seperti diketahui, teknologi BSC menyediakan kemudahan dalam membuat smart contract dan aplikasi terdesentralisasi secara terstruktur.

Selain itu, setiap NFT terjual, seperti kebanyakan platform NFT Marketplace lainnya, kreator akan mendapat imbalan atas karya digitalnya. Kreator dibayar setiap kali karya NFT-nya ditransfer dari satu dompet ke dompet lainnya. Mereka dapat mengantongi hingga 10% royalti.

Ambil contoh, jika kreator menetapkan harga jual Rp1 juta dan royalti sebesar 10%. maka kreator akan menerima Rp1,095 juta dari penjualan, ditambah 1,5% biaya transaksi dan biaya listing Rp10 ribu.

Tantangan OneAset

Tampak dari luar, penawaran yang disajikan OneAset punya misi yang mulia, tak hanya permudah orang mengakses produk investasi dalam satu pintu, juga tak kalah penting adalah komunitas. Mengutip dari data OJK, saat ini terdapat 8,62 juta investor pasar modal di Indonesia. Angka tersebut naik 15,11% dari 28 April 2022.

Dari keseluruhan investor, didominasi oleh generasi usia kurang dari 30 tahun yang porsinya mencapai 60,29%. Kendati demikian, nilai aset dari kelompok usia ini tergolong rendah dibandingkan kelompok usia lainnya dengan total nilai Rp52,18 triliun. Sementara, nilai aset tertinggi berada pada kelompok jumlah investor paling sedikit, yaitu usia 60 tahun ke atas dengan nilai aset mencapai Rp566,04 triliun.

Kondisi ini mencerminkan bahwa kelompok usia termuda ini perlu dibimbing dalam perjalanan investasinya. Membuktikan adanya efek domino dari meningkatnya jumlah investor baru selama pandemi, yakni kebutuhan meng-upgrade diri dalam mengakses konten-konten finansial.

Sumber informasi tersebut dapat diperoleh dengan cara gratis dan juga berbayar. Akan tetapi, perjuangan untuk memperolehnya terpencar di berbagai sumber. Siapa sangka ternyata pengalaman berinvestasi itu ternyata sesunyi ini, terutama bagi investor pemula. Di sinilah fungsi komunitas dibutuhkan. Strategi ini sekaligus jadi bentuk antisipasi para pemain untuk retensi pengguna.

Berbagai platform investasi mulai membentuk komunitas, seperti Ajaib, Bareksa, Pluang, yang memanfaatkan kanal komunikasi, misalnya Telegram dan merangkul berbagai influencer finansial kenamaan.

Mengutip dari survei yang dilakukan Tokenomy dan Indodax di 2021, ditemukan bahwa kehadiran komunitas yang berisi kelompok investor tertentu penting karena membantu mereka memahami kelancaran teknis. Sebab, nantinya dapat membentuk cara mereka mengambil keputusan investasi dan membantu adopsi teknologi baru di masa depan.

Dalam survei juga ditemukan bahwa satu dari tiap tiga responden menyatakan tidak terbiasa dengan konsep di balik blockchain. Secara rata-rata para investor Indonesia adalah bagian dari satu hingga tiga komunitas online yang berbeda (Telegram, grup Facebook) — komunitas ini digunakan untuk kampanye pemasaran terpadu dan tujuan pendidikan.

Dari sisi kepatuhan regulasi, tampaknya OneAset juga perlu berhati-hati dalam memasarkan produknya. Lantaran, OJK telah menerbitkan surat larangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan terhadap produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas saham, reksa dana, obligasi, sukuk, exchange trade fund (ETF), derivatif, securities crowdfunding, peer to peer lending. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti, seperti perdagangan berjangka (trading valuta asing), kripto, dan emas.

Dibantu dengan anak-anak usaha Akulaku Group yang bergerak di dunia finansial, OneAset masih punya jalan panjang. Misalnya, terintegrasi dengan Asetku dan Bank Neo Commerce.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Meluncurkan Produk Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap

Tokopedia resmi meluncurkan produk investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Platform marketplace ini menggandeng PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) untuk produk konvensional dan PT Bahama TCW Investment Management untuk produk syariah.

Sebelum ini, Tokopedia telah menyediakan Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) yang terdiri dari 100% instrumen pasar uang. Tokopedia bekerja sama dengan PT Syailendra Capital untuk produk konvensional dan PT Mandiri Manajemen Investasi untuk produk syariah.

Berdasarkan pantauan DailySocial.id di aplikasi Tokopedia, pihaknya juga akan segera menghadirkan produk Reksa Dana Saham. Adapun, Tokopedia didukung oleh Bareksa sebagai Agen Penjual Reksa Dana (APERD) yang telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Sejak hadir pada Mei hingga Juni 2022, kami melihat transaksi RDPT naik di sejumlah wilayah, seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Cirebon. Kami akan terus berkolaborasi dengan mitra strategis untuk mendorong inklusi keuangan dalam negeri,” ungkap Head of Investment and Insurance Tokopedia Ruth Afrita dalam keterangan resminya.

Di samping itu, lanjutnya, masyarakat dapat memilih instrumen investasi yang sesuai dengan semakin banyaknya opsi di Tokopedia. Masyarakat dapat mengenali profil risiko investasi dan membangun disiplin untuk berinvestasi setiap bulan.

Berdasarkan data perusahaan, jumlah pengguna Tokopedia Reksa Dana naik hampir 1,5 kali lipat pada Juni 2022 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Dengan pencapaian ini, perusahaan melihat adanya peningkatan minat masyarakat terhadap instrumen investasi digital.

“Dengan pengalaman lebih dari 25 tahun dan memiliki diversifikasi portofolio produk investasi cukup luas, kami menyambut baik kemitraan strategis dengan Tokopedia untuk memperluas distribusi produk investasi dan menjawab tingginya minat investasi iIndonesia di berbagai efek dan instrumen pasar keuangan melalui kanal digital,” tambah Direktur Bahana TCW Investment Management Danica Adhitama.

Pasar reksa dana

Sebagai informasi, RDPT adalah jenis reksa dana yang mengalokasikan minimum pengelolaan dana sebesar 80% pada obligasi. RDPT dinilai cocok bagi investor yang punya tujuan investasi jangka pendek-menengah dengan periode optimal investasi 1-3 tahun.

Selain itu, level risikonya terbilang rendah-sedang dan cocok bagi investor yang memiliki profil risiko dengan toleransi moderat. Sementara, RDPU dinilai menjadi instrumen investasi tepat bagi investor pemula yang memiliki tujuan jangka pendek karena memiliki level risiko rendah.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor reksa dana di Indonesia per Mei 2022 mencapai 8,18 juta atau naik 19,47% dibandingkan periode akhir 2021 yang jumlahnya 6,84 juta investor.

Selain Tokopedia, platform marketplace lain yang menawarkan produk investasi reksa dana adalah Bukalapak. Produk ini hadir lewat aplikasi BMoney yang diluncurkan Bukalapak melalui anak usaha PT Buka Investasi Bersama (BIB), bersama PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk.

Sekadar informasi, Ashmore mengakuisisi 20% saham Buka Investasi Bersama pada 2020. Perusahaan berupaya membidik kalangan underserved dan UMKM yang tercermin dari sebagian besar pengguna Bukalapak. Adapun, Buka Investasi Bersama telah mengantongi izin APERD yang terdaftar dan diawasi oleh OJK.

Application Information Will Show Up Here

Pluang Dikabarkan Rambah Produk Investasi Saham Lokal Lewat Aplikasi “Paham” [UPDATED]

Pembaruan artikel per 28 Juli 2022: Pihak Pluang memberikan klarifikasi tidak terafiliasi dengan aplikasi Paham dan Nilai Inti Sekuritas.

Pluang dikabarkan merilis produk investasi saham lokal, untuk melengkapi rangkaian kelas aset investasi yang sebelumnya telah dihadirkan. Dari sumber terpercaya kami, aplikasi investasi tersebut hadir dalam aplikasi terpisah, dinamai “Paham by Nilai Inti Sekuritas”. Paham disinyalir merupakan akronim dari Pluang Saham. Aplikasi Paham sudah bisa diunduh melalui Play Store dan App Store.

Dalam menghadirkan investasi ini, perusahaan memanfaatkan lisensi broker yang dimiliki oleh Nilai Inti Sekuritas. Pluang sendiri, dalam komunikasi dengan DailySocial, menyebutkan tidak terafiliasi dengan PAHAM atau Nilai Inti Sekuritas.

“Kami berikan konfirmasi bahwa Pluang tidak terafiliasi dengan PAHAM dan atau Nilai Inti Sekuritas,” ujar tim Pluang memberikan konfirmasi atas kabar tersebut (28/7).

Pemisahan aplikasi Paham dengan aplikasi utama Pluang, disinyalir menjadi jawaban Pluang atas surat larangan yang diterbitkan OJK pada awal Juli ini. Surat tersebut berisi larangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Larangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi konsumen dan mencegah kesalahpahaman informasi yang diterima masyarakat terkait produk jasa keuangan yang ditawarkan. Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas transaksi saham dan reksa dana. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti, seperti futures, kripto, dan emas.

Nilai Inti Sekuritas

Nilai Inti Sekuritas itu sendiri merupakan perusahaan sekuritas yang sudah berdiri sejak 1999. Sebelumnya bernama NISP Sekuritas, yang terafiliasi dengan pendiri Bank OCBC NISP, yaitu keluarga Surjaudaja.

Saat masih menggunakan brand EmasDigi, Pluang awalnya menyediakan produk investasi emas. Lalu terus menambah portofolionya, mulai dari indeks futures (micro e-mini S&P 500, micro e-mini NASDAQ 1000), saham AS (CFD), aset kripto, hingga reksa dana. Seluruh produk yang ada di Pluang sudah berlisensi dari berbagai regulator yang menaunginya, ada Bappebti dan OJK.

Dalam praktiknya, produk investasi index futures dan CFD di Pluang dikelola oleh PG Berjangka dengan lisensi dari Bappebti dan dijamin 100% oleh Jakarta Futures Exchange (JFX) dan Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Sementara untuk kegiatan investasi aset kripto, difasilitasi oleh PT Bumi Santosa Cemerlang (BSC) selaku pedagang aset kripto, dan investasi emas bekerja sama dengan PT Pluang Emas Sejahtera.

Pemain wealthtech lainnya

Langkah akuisisi perusahaan sekuritas sebelumnya sudah dilakukan oleh Stockbit dan Ajaib, kompetitor terdekat Pluang. Opsi ini bisa dikatakan paling instan dari segi waktu, sebab yang dibutuhkan adalah kapital yang jumbo. Dibandingkan mengajukan dari awal, tentunya harus mengorbankan lebih banyak waktu untuk bolak-balik memenuhi persyaratan dari regulator.

Stockbit sendiri awalnya bermitra dengan Sinarmas Sekuritas, sampai akhirnya pecah kongsi. Kemudian, memutuskan untuk akuisisi Mahakarya Artha Sekuritas pada Agustus 2021. Setelah akuisisi kelar, Mahakarya kemudian rebrand menjadi Stockbit Sekuritas.

Adapun untuk Ajaib, pada awal kehadirannya menghadirkan investasi reksa dana yang difasilitasi oleh PT Takjub Teknologi Indonesia. Kemudian, diperluas ke investasi saham di bawah badan hukum PT Ajaib Sekuritas Asia, hasil akuisisi atas PT Primasia Unggul Sekuritas. Baru-baru ini perluas ke aset kripto.

Sejak saat itu pula, Ajaib tumbuh melesat dari segi pertumbuhan pengguna. Diklaim sejak tiga tahun lalu dirilis, perusahaan telah memiliki 1 juta investor ritel saham. Angka ini begitu pesat, lantaran di Indonesia saat itu baru memiliki 2,7 juta investor saham. Pencapaian tersebut mengantarkan Ajaib sebagai unicorn ketujuh dari Indonesia, pasca mendapat investasi Seri B senilai $153 juta yang dipimpin DST Global.

Application Information Will Show Up Here

Ventura Koin Nusantara Memperkenalkan Platform “Crypto Exchange” Vonix

PT Ventura Koin Nusantara resmi memperkenalkan platform Vonix yang menawarkan layanan jual-beli dan investasi kripto. Vonix membidik pasar trader profesional dan investor institusi.

Vonix menawarkan dua layanan. Pertama, platform cryptocurrency exchange yang menawarkan lebih dari 200 aset kripto untuk jual-beli dan investasi. Saat ini crypto exchange baru tersedia untuk website/desktop.

Kedua, Vonix menjadi enabler bagi principal yang ingin menggarap proyek smart contract dan tokenisasi. Salah satunya adalah proyek NFT yang tengah dijajaki dengan brand gaya hidup premium di Indonesia.

Ditemui di acara soft-launching, CEO Vonix Herdi Sularko mengatakan akses layar besar dinilai lebih cocok bagi corporate usage. Sementara, penggunaan layar kecil lewat aplikasi mobile cenderung banyak digunakan bagi investor ritel.

Competitive advantage dari Samuel Sekuritas dan Samuel Aset Management adalah jumlah investor institusi dan high-net-worth individual (HNWI) yang mumpuni. Ini juga menjadi captive market kami untuk melakukan cross-selling dan upselling. Tak dimungkiri, kami akan mengincar segmen retail yang dinamis sesuai profil aset kripto,” tuturnya kepada DailySocial.id.

CEO Vonix Herdi Sularko di acara Soft Launching Vonix, Kamis (14/7)

Sebagai informasi, PT Ventura Koin Nusantara berada di bawah naungan Samuel Group yang memiliki anak usaha di bidang sekuritas (Samuel Sekuritas Indonesia) dan aset manajemen (Samuel Aset Manajemen). Herdi memastikan bahwa Vonix hanya terafiliasi oleh Samuel Group, bukan VC-backed.

Vonix telah mendapat lisensi dari Bappebti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan ISO 27001:2013 dari British Standards Institution (BSI).

Lebih lanjut, Vonix mengunggulkan fitur Star80 yang diklaim dapat memberikan rekomendasi pilihan kripto terbaik. Fitur ini dikembangkan dari kolaborasi Vonix dengan Thomas J. Dorsey, pakar analisis teknis investasi sekaligus Co-founder Dorsey, Wright & Associates yang berkecimpung di industri finansial dan investasi.

Fitur Star80 menghasilkan analisis teknikal berbasis tren pasar dan diperbarui setiap hari, serta menyediakan pilihan yang dapat ditindaklanjuti (actionable) oleh pengguna.

Go-to market

Disinggung terkait situasi cryptocrash, Herdi mengaku bahwa pihaknya tidak mematok waktu yang tepat untuk go-to market, baik dalam kondisi bearish maupun bulish. “We are still starting. Platform kami sudah ready, sudah bearish, tapi ini adalah kripto. Ada volatilitas,” tuturnya.

Sekadar informasi, istilah bearish menggambarkan kondisi pasar saat terjadi banyak aksi jual dan pasar melemah. Sementara, istilah bullish diartikan sebagai kondisi pasar yang sedang mengalami tren penguatan

Bappebti mencatat nilai transaksi kripto mencapai Rp64,9 triliun pada 2020 dan meroket menjadi Rp859,4 triliun pada 2021. Kemudian, periode Januari-Mei 2022, nilainya berkisar Rp195 triliun dalam kondisi bearish.

Adapun, jumlah investor kripto di Indonesia mencapai 14,1 juta orang per Mei 2022 di mana didominasi kelompok usia 18-24 tahun (32%) dan 25-30 tahun (30%). Sementara, Investor saham tercatat sebesar 8,86 juta orang.

Pihaknya meyakini bahwa kripto akan menjadi masa depan di industri keuangan, dan Vonix tak hanya menjadi platform, tetapi juga gerbang komunitas di dunia kripto.

OJK Larang Platform Wealthtech Lokal Promosi Produk Investasi Saham Luar Negeri

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan pelarangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan terhadap produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Larangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi konsumen dan mencegah kesalahpahaman informasi yang diterima masyarakat terkait produk jasa keuangan yang ditawarkan. Larangan ini keluar setelah regulator mencermati perkembangan pemasaran, promosi, dan iklan terkait produk dan layanan yang menggunakan super app oleh satu grup usaha.

OJK menemukan banyak super apps yang memuat penawaran produk investasi berupa efek (saham, obligasi) yang diterbitkan oleh entitas di luar negeri yang berada di luar kewenangan pengawasan OJK.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen menegaskan bahwa pemasaran atas efek luar negeri di Indonesia sampai saat ini belum diperkenankan, mengingat produk ini bukanlah produk yang berizin dari OJK sehingga punya risiko yang cukup besar bagi masyarakat.

Produk investasi yang diawasi oleh OJK adalah efek yang diterbitkan oleh entitas yang berbadan hukum di Indonesia dan telah dinyatakan efektif oleh OJK untuk ditawarkan kepada publik. “Sementara produk investasi lainnya, seperti efek yang diterbitkan oleh entitas di luar negeri, crypto assets, emas bukan produk yang diberi izin dan diawasi oleh OJK,” kata Hoesen dalam keterangan resmi.

Lebih lanjut, regulator telah melakukan pembinaan dan mengambil langkah tegas bagi perusahaan yang melanggar ketentuan dalam praktik pemasaran, promosi, atau iklan produk dan layanannya dengan meminta untuk:

  1. Segera menghentikan layanan atau penawaran produk di luar izin dan pengawasan OJK melalui super apps yang mencantumkan logo OJK atau pernyataan bahwa produk dan perusahaan tersebut telah berizin dan diawasi oleh OJK.
  2. Melakukan pemisahan penggunaan aplikasi, platform, dan situs web terhadap produk dan layanan yang bukan di bawah pengawasan OJK dengan produk dan layanan yang berizin di bawah pengawasan OJK.

Sebelumnya OJK telah menerbitkan POJK Nomor 6 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan yang memuat ketentuan mengenai norma dan tata cara bagi pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) dalam melakukan pemasaran, promosi, dan iklan terkait produk dan layanan kepada masyarakat.

Poin-poin tersebut di antaranya memuat soal penggunaan istilah, frasa, dan/atau kalimat yang sederhana dalam Bahasa Indonesia dan mudah dimengerti konsumen, menyediakan informasi mengenai produk yang jelas, akurat, mudah diakses, dan tidak berpotensi menyesatkan konsumen, dan lain sebagainya.

Aplikasi wealthtech

Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas transaksi saham dan reksa dana. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti. Sementara, di sisi lain, langkah pelarangan yang diambil OJK ini berimbas pada solusi yang ditawarkan oleh sejumlah pemain wealthtech.

Belakangan, para pemain makin aktif menambahkan lebih dari satu kelas aset di dalam platformnya, tujuannya untuk memudahkan pengguna dalam mendiversifikasi aset dan merangkul lebih banyak pengguna. Dalam kategori ini, Pluang dan Ajaib masuk ke dalam benak karena memiliki lebih dari satu kelas aset dan diawasi tidak saja OJK, juga Bappebti.

Pada awal berdiri dengan brand EmasDigi, Pluang menyediakan produk investasi emas. Lalu terus menambah portofolionya, mulai dari indeks futures (micro e-mini S&P 500, micro e-mini NASDAQ 1000), saham AS (CFD), aset kripto, dan reksa dana. Dibandingkan peers-nya, Pluang cukup eksploratif dan berani memperkenalkan kelas aset karena berambisi ingin merangkul semua pengguna yang datang dari beragam profil risiko.

Seluruh produk yang ada di Pluang sendiri sebenarnya sudah berlisensi dari berbagai regulator yang menaunginya, ada Bappebti dan OJK. Dalam praktiknya, produk investasi index futures dan CFD di Pluang dikelola oleh PG Berjangka dengan lisensi dari Bappebti dan dijamin 100% oleh JFX (Jakarta Futures Exchange) dan KBI (Kliring Berjangka Indonesia). Sementara untuk kegiatan investasi aset kripto, difasilitasi oleh PT. Bumi Santosa Cemerlang (BSC) selaku pedagang aset kripto, dan investasi emas bekerja sama dengan PT Pluang Emas Sejahtera.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Ajaib, meski tidak seeksploratif Pluang. Kini Ajaib memiliki tiga kelas aset, yakni saham lokal, aset kripto, dan reksa dana. Seluruh produk tersebut juga sudah memiliki lisensi masing-masing dan semua produk hadir dalam satu aplikasi.

Karena lintas regulator, OJK mengkhawatirkan praktik pemasaran dengan bahasa yang keliru bisa membuat ricuh di ranah konsumen. Dikhawatirkan masyarakat awam mengira semua produk investasi ada di bawah pengawasan OJK.