Sony Racik Teknologi Pengisian Daya Nirkabel Antar Perangkat

Teknologi pengisian daya nirkabel (wireless charging) bukanlah hal baru. Di tahun 2012, Nokia sudah membenamkan teknologi ini di seri Lumia yang menggunakan Qi wireless charging. Sejak saat itu, teknologi serupa terus berkembang di tangan pabrikan papan atas seperti Samsung, LG dan Google.

Tapi Sony tampaknya siap membawa teknologi pengisian daya nirkabel ke level baru. Belum lama ini perusahaan teknologi asal Jepang itu kedapatan mengajukan paten teknologi pengisian daya nirkabel dengan konsep baru. Dokumen paten tersebut menjelaskan cara kerja sebuah sistem antena yang memungkinkan perangkat, smartphone misalnya untuk mengirimkan daya dari stasiun pengisian daya nirkabel. Lebih jauh dijelaskan bahwa antena juga bisa mengirimkan tenaga listrik dari alat elektronik ke alat lainnya, misalnya dari satu ponsel ke ponsel lain.

wireless-charging-by-sony-e1489664304346

Saat tertanam dalam sebuah smartphone, teknologi memungkinkan perangkat memindai sebuah lokasi untuk menemukan hotspot pengisian daya. Cara kerjanya mirip dengan pencarian perangkat Bluetooth atau hotspot  tethering. Dan jika perangkat yang cocok dan mendukung ditemukan, seketika proses pengiriman listrik secara nirkabel akan dimulai untuk mengisi daya ponsel yang terhubung.

Yang menarik, paten ini pertama kali diajukan pada tahun 2014, menandakan bahwa Sony sudah lama memikirkan teknologi yang berpotensi mengubah banyak hal ini. Hanya saja, masih terlalu dini untuk mengharapkan kehadiran teknologi mutakhir ini di perangkat Sony keluaran terbaru. Bahkan mungkin juga belum untuk 2 tahun ke depan.

Sumber berita Softpedia dan header ilustrasi Whatafuture.

General Motors Sedang Menguji Wireless Charger untuk Mobil Bersama WiTricity

Bicara soal mobil elektrik, kita juga harus membahas mengenai infrastrukturnya. Seperti yang kita ketahui, SPBU sudah tidak punya peran lagi ketika kita membicarakan mengenai mobil elektrik. Layaknya smartphone, mobil elektrik hanya memerlukan asupan daya dari stop-kontak.

Juga seperti smartphone, mobil elektrik dapat diisi ulang tanpa perlu mengandalkan kabel. Sebelum ini, Mercedes-Benz telah mengumumkan kalau fitur wireless charging rancangan Qualcomm akan segera tersedia pada salah satu mobil hybrid-nya. Sekarang, giliran General Motors yang mengungkap rencananya.

Perusahaan yang membawahi merek-merek seperti Chevrolet dan Cadillac tersebut telah menjalin kerja sama dengan WiTricity, yang dikenal sebagai salah satu pionir teknologi wireless charging. Keduanya tengah menyatukan upaya untuk menguji prototipe wireless charger bikinan WiTricity.

Dijuluki WiTricity Drive 11, prototipe ini mengadopsi konsep park-and-charge, dimana mobil elektrik cukup diparkir di atasnya, dan proses charging akan berlangsung secara otomatis, baik dalam kecepatan 7,7 maupun 11 kW. Cara kerjanya kurang lebih sama seperti buatan Qualcomm.

Akan tetapi yang menarik dari sistem ini adalah jaminan kompatibilitas dengan semua mobil elektrik, tanpa memedulikan mereknya. WiTricity memastikan instalasi yang mudah pada lantai garasi maupun di bawah aspal pada lahan parkir umum.

Meski realisasinya mungkin masih lama, wireless charging punya peran penting dalam masa depan industri otomotif, khususnya berkaitan dengan teknologi kemudi otomatis. Bayangkan misalnya sebuah Tesla Model S yang tidak berisikan satu pun penumpang hendak mengisi ulang baterainya di Tesla Supercharger, siapakah yang akan menancapkan kabel charger ke mobilnya? Berkat wireless charging masalah tersebut bisa langsung teratasi.

Sumber: WiTricity.

Versi Mendatang Mercedes-Benz S550e Plug-in Hybrid Akan Dilengkapi Teknologi Wireless Charging

Masih ingat dengan teknologi wireless charging untuk mobil elektrik yang Qualcomm umumkan tahun lalu? Sekarang sepertinya sudah ada tanda-tanda kalau teknologi ini bakal segera diaplikasikan ke mobil komersial. Mengingat Qualcomm menggandeng Daimler dalam mengembangkan teknologi ini, wajar apabila yang mendapat jatah pertama adalah sebuah Mercedes-Benz.

Ya, teknologi bertajuk Qualcomm Halo Wireless Electric Vehicle Charging (WEVC) ini akan segera tersedia pada Mercedes-Benz S550e plug-in hybrid versi mendatang. Pemilik sedan mewah tersebut nantinya sudah tidak perlu lagi dipusingkan oleh kabel yang menjuntai di dalam garasi demi mengisi ulang baterainya.

Kenyamanan adalah kata kunci utama yang bisa diasosiasikan dengan teknologi ini. Setidaknya untuk sekarang, jangan bayangkan proses charging-nya bisa berlangsung cepat; untuk mengisi baterai berkapasitas 13,5 kWh milik S550e, paling tidak dibutuhkan waktu semalaman. Itulah mengapa teknologi ini belum cukup matang untuk diterapkan pada mobil elektrik murni.

Kendati demikian, pemilik S550e nantinya hanya perlu memarkir mobilnya di atas charging pad – tidak harus benar-benar presisi, agak meleset sampai 15 cm pun charging tetap bisa berlangsung – lalu mendapati mobilnya dalam kondisi baterai terisi penuh di pagi hari untuk dipakai ke tempat kerja.

Qualcomm dan Daimler tidak lupa memperhatikan aspek keamanan, mengingat anak-anak atau hewan peliharaan bisa terekspos oleh medan magnet berdaya tinggi dari charging pad tersebut. Untuk itu, sistemnya telah dirancang agar dapat mendeteksi objek tak dikenal (selain mobil itu sendiri), lalu seketika juga mati sendiri dan mengirimkan notifikasi ke pemilik mobil.

Satu hal yang bisa dipastikan, biaya instalasi sistem wireless charger semacam ini sepertinya berada di kisaran yang cukup mahal. Namun kalau sang konsumen sanggup membeli salah satu sedan termahal Mercy, tentunya ia tidak keberatan merogoh kocek lebih lagi demi mendapatkan kenyamanan yang ditawarkan teknologi wireless charging ini.

Sumber: Car & Driver.

Wireless Charging Pad dari LG Innotek Ini Mampu Isi 50% Baterai Dalam 30 Menit

Setelah mengumumkan proyek pengembangan charger nirkabel 15-watt di bulan April lalu, LG Innotek akhirnya resmi mengumumkan kesiapannya untuk mengomersilkan charging pad nirkabel 15-watt pertama di dunia itu ke publik.

Dijadwalkan rilis pada akhir bulan ini, charging pad nirkabel dari LG Innotek mempunyai wujud yang ramping dan seperti yang sering disebutkan, ia memasok tenaga sebesar 15w ke baterai smartphone. Tapi bukan seperti yang sudah-sudah, charging buatan LG Innotek ini diklaim mampu bekerja tiga kali lebih cepat, memungkinkan pengguna memperoleh 50% kapasitas baterai hanya dengan 30 menit pengisian.

LG Innoteck wireless charging pad akan dirilis di akhir bulan ini
LG Innotek wireless charging pad akan dirilis di akhir bulan ini

LG Innotek mengklaim bahwa perangkat barunya ini dapat mendukung sebagian besar smartphone yang membawa fitur pengisian nirkabel yang ada di pasaran saat ini. Mereka juga telah membenamkan teknologi yang dapat mencegah ponsel kepanasan ketika sedang diisi.

Kemampuan ini dimungkinkan berkat adanya sensor yang mengukur suhu selama proses pengisian. Jika ambang batas terlewati, sensor akan secara otomatis memerintahkan perangkat untuk menghentikan pasokan daya. Perangkat yang bakal dipasarkan ke Amerika Utara, Eropa dan Australia ini juga memenuhi standar Wireless Power Consortium (WPC). Artinya, perangkat mendukung semua perangkat berlabel Qi. Sayangnya LG Innotek belum membeberkan berapa banderol untuk perangkat barunya ini.

Penggunaan teknologi pengisi daya nirkabel belakangan makin meluas seiring ketersediaannya pada perangkat smartphone ternama. Adopsi ini membuka peluang yang lebar bagi perusahaan perangkat untuk menghadirkan solusi terbaik lewat kreasi-kreasinya. Berdasarkan data perusahaan riset TSR, penjualan unit mencapai $553 juta di tahun 2015, dan diprediksi melompat hingga $2,2 miliar di tahun 2019 mendatang.

Sumber berita LGInnotek.

Energysquare Memungkinkan Kita Charge Beberapa Handset Sekaligus Secara Wireless

Bayangkan saat Anda mempunyai jadwal meeting dengan client. Waktu terus berjalan tapi ternyata kedua smartphone harus segera diisi ulang, dan Anda hanya membawa sebuah charger. Skenario ini mungkin sering kita alami, menunjukkan betapa pentingnya sumber energi bagi para pengguna perangkat bergerak, dan mendorong satu tim kecil dari Perancis untuk memberikan solusi.

Diciptakan oleh para lulusan fakultas teknik serta desainer industri, developer mengadopsi teknik isi ulang nirkabel dan mengimplementasikannya ke rancangan unik produk mereka. Setelah pengembangan selama dua tahun, tim memperkenalkan Energysquare, yaitu wireless charger yang mampu mengisi baterai beberapa smartphone sekaligus – menghemat banyak waktu berharga Anda.

Energysquare 3
Ada dua tipe pad, Square One (bawah) dan Square Two (atas).

Energysquare memanfaatkan teknologi konduksi, bukan induksi ataupun gelombang elektromagnetik. Perangkat terdiri atas dua komponen: stiker yang ditempel ke punggung handset dan tercolok ke port, serta bagian pad ultra-thin. Pengoperasiannya sangat simpel; sambungkan pad ke sumber listrik, dan Anda tinggal menaruh smartphone di atasnya untuk melakukan charging.

Charging pad tersusun atas kotak-kotak konduktif, masing-masing dikendalikan oleh sistem internal. Stiker sendiri memiliki dua titik konduktif, tersambung langsung ke baterai. Ketika handset diletakkan di atas pad, titik konduktif akan menyentuh dua kotak berbeda, dan proses isi ulang dimulai seketika. Jika Anda ingin menggunakan charger standar, cukup cabut connector stiker dari port.

Energysquare 2
Stiker Energysquare.

Menurut developer, pemakaian Energysquare sangat fleksibel, bisa digunakan di rumah maupun kantor. Mereka juga menyiapkan versi Business Pack, yakni Energysquare dengan stiker kustom untuk perusahaan. Berbeda dari teknik induksi, tidak ada energi yang terbuang dalam metode konduksi. Energysquare kompatibel ke semua jenis device, termasuk iOS, Android dan Windows; dan turut disediakan pula casing khusus untuk iPhone 6, 6S, 6+ and 6S+.

Dari penjelasan developer, bagian pad dirancang agar anti-air dan anti-benturan. Sayangnya, Energysquare masih menyajikan kecepatan isi ulang ‘reguler’, kurang berguna bagi Anda yang menggunakan perangat dengan fitur fast charging. Dan karena berbasis stiker, kita perlu melepas casing ketika ingin mengisi ulang smartphone.

Tim Energysquare menyediakan dua jenis pad, Square One dan Square Two (Two dua kali lebih lebar dari One). Energysquare dapat Anda pesan sekarang di situs crowdfunding Kickstarter seharga mulai dari € 60, didistribusi bulan Desember 2016 nanti (versi Early Bird sudah sold out, tiba bulan November).

Mophie Juice Pack Wireless Hadirkan Wireless Charging Plus Daya Baterai Ekstra untuk iPhone

Di tahun 2016 ini, wireless charging sepertinya sudah menjadi fitur standar kebanyakan smartphone flagship. Namun sayang Apple hingga kini masih bersikukuh tidak menyediakannya pada iPhone 6S dan 6S Plus, sampai akhirnya pabrikan aksesori pihak ketiga pun merasa harus turun tangan.

Mophie, yang terkenal akan produk battery case untuk iPhone, baru-baru ini meluncurkan Juice Pack Wireless untuk iPhone 6S dan 6S Plus. Casing ini menarik karena tidak cuma memberikan proteksi sekaligus menambah daya tahan baterai hingga 50 persen lebih, tapi juga menghadirkan fitur wireless charging pada kedua model iPhone terbaru tersebut.

Juice Pack Wireless kompatibel dengan hampir semua Qi wireless charger yang ada di pasaran. Akan tetapi Mophie turut menyediakan Charge Force Wireless Charging Base pada paket penjualan. Kelebihan dari aksesori pelengkap ini adalah integrasi magnet, dimana iPhone yang dibalut Juice Pack Wireless bisa menempel dan wireless charging dapat berlangsung secara sempurna – tidak ada lagi resiko salah meletakkan perangkat.

Selain itu, Charging Base ini juga kompatibel dengan aksesori opsional berupa mount untuk meja maupun dashboard mobil. Idenya adalah, pengguna bisa meletakkan iPhone dalam posisi portrait atau landscape serta dalam sudut yang diinginkan selagi charging berlangsung.

Mophie Juice Pack Wireless untuk iPhone 6/6S sekarang sudah dipasarkan seharga $100, sedangkan untuk iPhone 6 Plus/6S Plus seharga $130. Kita lihat saja nanti apakah langkah yang diambil Mophie ini berhasil ‘memaksa’ Apple untuk menghadirkan wireless charging pada iPhone 7.

Sumber: Engadget dan Mophie.

The Connected Sleeve Hadirkan Fitur Wireless Charging pada iPhone dalam Wujud yang Sangat Elegan

Dalam mencari aksesori smartphone, terutama casing, sulit menemukan keseimbangan antara fungsi dan estetika. Ambil contoh iPhone Smart Battery Case. Desainnya jauh dari kata cantik, akan tetapi fungsinya amat bermanfaat, sanggup menggandakan daya tahan baterai iPhone 6 yang memang terkenal agak loyo.

Namun bukan berarti keseimbangan fungsi dan estetika ini mustahil dicapai. Buktinya adalah produk bernama The Connected Sleve ini. Didesain secara handmade di Perancis, ia merupakan sebuah pouch untuk smartphone yang terlihat begitu mewah. Di saat yang sama, ia juga merangkap peran sebagai powerbank dengan kemampuan wireless charging.

Connected Sleeve kompatibel dengan sejumlah perangkat sekaligus, yakni iPhone 5, 5S, 6 dan 6s, Samsung Galaxy S6 dan S6 Edge, Sony Xperia Z5, Microsoft Lumia 950, dan LG Nexus 5. Khusus untuk iPhone dan Xperia Z5 yang tak dibekali fitur wireless charging, telah disertakan sebuah adapter khusus yang bisa ditancapkan ke port Lightning atau micro USB.

The Connected Sleeve

Cara kerjanya simpel sekali. Setiap kali smartphone dijejalkan ke dalam pouch, charging akan segera berlangsung. Hal ini tentu saja juga berlaku ketika smartphone diletakkan di atas pouch berbahan kulit asli tersebut. Pouch ini mengemas baterai berdaya 4.500 mAh; cukup untuk mengisi ulang baterai smartphone kira-kira hampir dua kali.

Untuk mengecek sisa baterai milik pouch-nya, pengguna bisa melihat warna pada indikator LED-nya: hijau berarti di atas 90 persen, merah berarti di bawah 90 persen, dan merah berkedip berarti sudah kurang dari 20 persen – atau bisa juga melalui aplikasi pendampingnya di smartphone. Untuk mengisi ulangnya kembali, pengguna tinggal menancapkan tali pengaitnya yang merupakan konektor USB, atau bisa juga dengan menempatkannya di atas Qi wireless charger.

Ide di balik The Connected Sleeve ini memang terbilang sederhana, tapi eksekusinya benar-benar dijalani dengan baik. Buat yang tertarik, ia bisa dipesan melalui Kickstarter seharga $140, belum termasuk biaya pengiriman internasional. Harga retail-nya akan melonjak menjadi $270.

Konsep Meja Ini Bisa Menyerap Panas untuk Mengisi Baterai Smartphone

Pernahkah Anda membayangkan bisa mengisi ulang baterai smartphone dengan energi panas? Well, khayalan tersebut bisa terkabul kalau saja konsep besutan Ikea ini benar-benar terealisasikan.

Proyek bernama Heat Harvest ini dikembangkan oleh laboratorium riset Space10 yang dijalankan Ikea. Ide di balik kelahirannya adalah, Anda bisa memanfaatkan energi panas yang ada di dalam rumah menjadi energi listrik.

Mengubah energi panas menjadi listrik memang bukanlah hal baru. Tapi bagaimana kalau itu semua bisa disalurkan hanya dengan sebuah meja? Itulah konsep menarik yang ditawarkan oleh Heat Harvest.

Jadi, saat teknologi ini diaplikasikan ke meja, meja tersebut bisa menyerap panas yang berasal dari berbagai sumber: bisa dari teko air panas atau pitcher berisi kopi, bisa juga dari panci berisi sup yang baru dihangatkan di atas kompor. Selanjutnya, tanpa basa-basi, Anda tinggal menempatkan smartphone di atas meja dan proses charging pun akan berlangsung.

Ikea Heat Harvest

Contoh lain yang tidak kalah menarik adalah laptop. Kalau dirata-rata, sebuah laptop yang tengah digunakan akan mengonsumsi sekitar 40 watt daya listrik sekaligus menghasilkan panas dalam jumlah yang kurang lebih sama. Ketika laptop tersebut ditempatkan di atas meja berteknologi Heat Harvest ini, energi panasnya akan diserap, lalu diubah menjadi energi listrik yang bisa disalurkan ke perangkat lain.

Pengaplikasiannya pun tidak harus berupa meja, bisa juga berupa tatakan kecil yang diletakkan di bawah sebuah set-top box atau perangkat lain yang umumnya menghasilkan panas saat menyala.

Dilihat dari sudut lain, ya, ini memang merupakan salah satu bentuk lain dari teknologi wireless charging. Hal itu juga berarti perangkat yang hendak diisi ulang harus mendukung teknologi tersebut. Tapi seperti yang kita tahu, smartphone generasi terkini rata-rata sudah mengemas teknologi wireless charging.

Yang unik dari Heat Harvest adalah dari mana energi listrik yang disalurkan tersebut berasal. Pada dasarnya pengguna bakal mendapatkan pasokan listrik ekstra tanpa harus membayar uang satu sen pun. Semuanya berasal dari energi panas yang dihasilkan perangkat yang sebelumnya tidak ada artinya sama sekali.

Ikea Heat Harvest

Belum lagi dilihat dari aspek kepraktisannya. Bayangkan, sewaktu sarapan, smartphone yang kita letakkan di atas meja juga akan terisi baterainya. Dan pastinya energi listrik yang disalurkan tidak akan masuk ke dalam tagihan bulanan.

Tentu saja, Heat Harvest sejauh ini baru sekedar konsep – atau paling jauh berupa prototipe – sehingga masih membutuhkan waktu pengembangan lebih lanjut. Tapi kalau semuanya sudah siap, kita pasti bakal menjumpai meja berteknologi Heat Harvest maupun dalam wujud perabot lainnya dijual secara massal di Ikea.

Sumber: Digital Trends.

TechNovator XE Bisa Charge Baterai Smartphone Dari Jauh?

Berkat terobosan ide M.S. Whittingham, baterai lithium mengambil andil dalam mentenagai jutaan smartphone di Bumi. Belakangan, kemajuan teknologinya tampak begitu cepat: dari mulai fast-charging sampai wireless. Semua penemuan itu diracik demi menjaga handset tetap aktif. Dan mungkin sebentar lagi kita akan jadi saksi penjelmaan terkini teknik charging. Continue reading TechNovator XE Bisa Charge Baterai Smartphone Dari Jauh?

Audi E-Tron Quattro Concept, SUV Elektrik dengan Panel Surya Sebagai Atapnya

5 tahun yang lalu mungkin tidak ada yang menyangka kalau perusahaan asal Silicon Valley bisa menjadi ‘incaran’ industri otomotif. Kini pabrikan-pabrikan mobil ternama saling berlomba mencari cara untuk ‘mempecundangi’ Tesla. Salah satunya adalah Audi. Continue reading Audi E-Tron Quattro Concept, SUV Elektrik dengan Panel Surya Sebagai Atapnya