Lewat Akuisisinya Terhadap Promogo, Gojek Luncurkan Layanan Iklan GoScreen

Setelah diakuisisi tahun 2018 lalu oleh Gojek, startup pemasang iklan kendaraan Promogo memperkenalkan produk terbarunya yang merupakan integrasi dengan ekosistem di Gojek yaitu “GoScreen”. Direktur Promogo Kiranjeet Purba mengungkapkan, melalui GoScreen yang menggunakan konsep Digital Out Of Home (OOH) diharapkan bisa dimanfaatkan oleh brand besar hingga pelaku UKM dan merchant Gojek untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

Memanfaatkan mitra pengemudi Gojek, nantinya iklan OOH ini akan dihadirkan oleh GoScreen dengan beberapa fitur unggulan. Di antaranya adalah teknologi iklan terprogram (programmatic ads) untuk personalisasi konten sesuai waktu dan lokasi audiens, pengukuran impresi secara real-time, memanfaatkan armada roda dua Gojek yang memiliki mobilitas tinggi.

“Bukan hanya memberikan produk yang bermanfaat untuk semua, melalui GoScreen kami juga ingin memberikan penghasilan tambahan kepada mitra pengemudi Gojek hingga 20% dari pendapatan normalnya,” kata Kiranjeet.

Memanfaatkan data yang terkumpul dari tiga aplikasi utama di ekosistem Gojek, yaitu aplikasi untuk konsumen, merchant dan mitra pengemudi; diharapkan bisa memberikan data yang relevan yang tentunya bisa dimanfaatkan oleh brand hingga UKM yang ingin memasarkan produk mereka. Bukan hanya untuk awareness, melalui GoScreen diharapkan bisa menjadi channel pemasaran baru brand dan UKM.

“Saat ini GoScreen masih terbatas di wilayah Jakarta saja. Namun kami memiliki target teknologi ini bisa dinikmati oleh mereka di kota tier 2 hingga 3 juga. Targetnya ada 20 ribu screen di Indonesia melalui GoScreen hingga akhir tahun 2021 mendatang,” kata Kiranjeet.

Disinggung apakah layanan GO-ICE dan GO-VEND yang diluncurkan oleh Promogo tahun 2018 lalu masih berjalan, Kiranjeet menyebutkan kedua layanan tersebut tidak aktif lagi, dan saat ini Promogo fokus kepada GoScreen.

Di pasaran sudah ada beberapa platform serupa yang menawarkan teknologi OOH untuk brand, di antaranya adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan StickEarn. GoScreen baru akan resmi dikomersialisasikan pada bulan Januari 2021 mendatang.

Kegiatan pemasaran OOH saat pandemi

Meskipun kondisi pandemi, namun menurut Kiranjeet tidak menurunkan minat brand untuk melancarkan kegiatan pemasaran secara offline. Inovasi terbaru dari Promogo ini diklaim mendapat antusiasme tinggi dari pengiklan, mengingat inovasi ini termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

“Saat pandemi ini justru mendorong kami dari Promogo dan Gojek untuk menciptakan solusi baru yang bisa dimanfaatkan mitra pengemudi untuk menambah penghasilan. Harapannya GoScreen bisa memberikan social impact yang membantu bukan hanya mitra tapi merchant mempromosikan bisnis,” kata Kiranjeet.

GoScreen dilengkapi kamera serta teknologi berbasis suar (beacon technology) untuk menghitung tingkat impresi iklan, sehingga brand bisa secara transparan memantau tingkat eksposur, jumlah kendaraan yang aktif maupun jarak tempuh yang dicapai oleh para mitra. Solusi teknologi periklanan inovatif GoScreen ini juga telah mendapatkan sertifikasi Open Measurement SDK (OM SDK) dari lembaga internasional IAB Tech Lab (Interactive Advertising Bureau Tech Lab).

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data, dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real-time, serta memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Kiranjeet.

Efektivitas GoScreen telah dirasakan oleh Publicis Media, salah satu mitra bisnis pertama yang telah merasakan GoScreen dalam fase uji coba selama dua bulan di Jabodetabek, saat mempromosikan Disney+ Hostar di Indonesia.

“Hasilnya, lebih dari empat juta tayangan dengan 40% Share of Voice, menjangkau lebih dari 850 ribu orang melalui 2 ribu jam pemutaran iklan dengan waktu dan lokasi yang tepat sebagai kuncinya,” kata General Manager Publicis Media Saravanan Mudaliar.

Application Information Will Show Up Here

Xiaomi Kembangkan Kamera Zoom Ala Teleskop untuk Smartphone

Pada tanggal 5 November lalu, Xiaomi secara resmi memulai ajang tahunan Mi Developer Conference (MIDC) di Beijing. Seperti biasa, ada sejumlah inovasi menarik yang Xiaomi umumkan di acara tersebut. Namun salah satu yang paling mencuri perhatian adalah teknologi kamera zoom dengan lensa yang bisa memanjang ala sebuah teleskop.

Lensa retractable semacam ini tentu sudah sejak lama digunakan oleh produsen kamera digital, dan manfaatnya pun sudah sangat jelas, yakni untuk menghemat ruang. Efeknya mungkin bakal jauh lebih terasa lagi ketika teknologi serupa diterapkan di smartphone, yang memang mempunyai ruang jauh lebih terbatas untuk menyimpan komponen optik – yang menjelaskan mengapa sebagian besar ponsel punya tonjolan kamera.

Xiaomi tidak bilang kamera teleskop bikinannya ini bisa memperbesar gambar hingga sejauh apa, tapi yang pasti bukaan lensanya (aperture) cukup besar sehingga dapat menyerap 300% lebih banyak cahaya daripada kamera telephoto milik ponsel pada umumnya. Kalau boleh menebak, jangkauan zoom-nya semestinya lebih jauh lagi daripada Mi 10 Ultra, yang sendirinya sudah sangat impresif karena menawarkan 5x optical zoom.

Kemampuan untuk menyerap lebih banyak cahaya ini penting karena ‘penyakit’ umum kamera telephoto milik smartphone baru terlihat ketika dipakai untuk memotret di malam hari. Karena aperture-nya kecil, cahaya yang diterima sensor pun jadi terbatas, dan pada akhirnya kelihatan cukup banyak noise di hasil fotonya.

Selain aperture yang besar, kamera teleskop Xiaomi ini turut dibekali sistem penstabil yang lebih efektif daripada biasanya, yang diyakini mampu meningkatkan ketajaman gambar hingga 20%. Sebagai bonus, kamera ini juga mampu mengunci fokus pada objek dari jarak yang sangat dekat layaknya sebuah kamera macro.

Dari sini bisa kita lihat bahwa manfaat yang dibawa teknologi ini bukan sekadar memastikan agar bodi smartphone bisa tetap ramping, melainkan juga menyederhanakan pengalaman pengguna. Jadi ketimbang harus mengemas empat kamera yang berbeda, ponsel mungkin hanya memerlukan dua modul kamera saja berkat teknologi ini: modul utama dengan sensor unggulan dan lensa retractable yang merangkap peran kamera telephoto dan kamera macro sekaligus, plus modul kamera ultra-wide.

Konsekuensinya mungkin smartphone harus mengorbankan sebagian ketahanannya terhadap air dan debu, tapi ini baru sebatas spekulasi saja mengingat Xiaomi memang belum menyinggung sama sekali soal ini. Kabar baiknya, kita sepertinya tidak perlu menunggu lama sebelum teknologi ini bisa direalisasikan, sebab proses pengembangannya dikabarkan sudah mencapai tahap pengujian terakhir.

Sumber: DPReview dan GSM Arena.

Perceiving Athlete’s Struggle from the viewpoint of Esports’ Psychology

“Convenient, isn’t it, getting paid for merely playing games,” that sentence is quite often heard from general public, when they see professional gamer as a profession. What I mean by professional gamers here are those whom are get paid to play games in competitive events. So, the phrase “professional gamers” here does not refer to game streamers or game YouTubers who do not work as esports athletes.

General public, or even gamers themselves often misunderstand working as a professional gamer as easy and fun. Truthfully, this profession is equal to the other professions, they possess their own difficulties and challenges.

Hybrid once brought up on how difficult it is to be the best esports athlete, along with all the sacrifices made by the athletes. The stress level of being an esports athlete is quite high, keeping in mind that they have to fight against many things; their own selves, the rival’s team, and negative comments from haters.

A few while ago, we witnessed how BOOM.ID’s struggle at Bucharest Minor ended beyond expectations. BOOM.ID was considered to give up prematurely while the chance to win was still exist during the battle against TeamTeam. This received the attention of international Dota community and written as “most bizarre ending in Dota 2 History” by joinDOTA, a Dota 2 community page that is recognized by international Dota audience.

This immediately became a sensation over the internet. People shower negative comments with all their might towards one of Indonesia’s Dota 2 team; that is said as a team with the highest commitment. However, does BOOM.ID deserve all the bad comments from the haters and people from the internet just because of that one unfortunate moment?

 

Observing Esports Athlete’s struggle from the viewpoint of Sports Psychology

Yohannes Paraloan Siagian while attending JD.ID pers conference High School League. Source: Line Today
Yohannes Paraloan Siagian while attending JD.ID pers conference High School League. Source: Line Today

Trying to see it from another viewpoint, I was curious to see this case from the psychology’s side. Even though esports psychology is a crucial and difficult thing, unfortunately people underestimate it. Most of the people get straight to the conclusion that a pro player “should have” a great mentality. The truth is, every person’s mentality is different; years of training does not make someone’s mentality become unbreakable.

To answer the question, Hybrid interviewed Yohannes Paraloan Siagian S.Psi. Joey, as his closest people call him, is famous in esports because of his title as the Headmaster of SMA 1 PSKD, the first school in Indonesia which implemented an esports coaching program. Joey told us that he’s a practitioner in sports psychology for almost 20 years. He is experienced on coaching and training athletes and teenagers, some of his apprentices represented Indonesia on national team level.

Witnessing what happened to BOOM.ID on their first game versus TeamTeam, Joey said that the fact is the problem was not merely caused by BOOM.ID solely. According to his observation, both of the teams made the same mistakes. The thing is, BOOM.ID was seen as the one with more mistakes since they were the losing team because of the circumstances. The cause? Joey said that was caused by the players who did not realize about their condition, they were not focused on playing until the game was indeed finished.

Source: The New York Times
Source: The New York Times

According to Joey, that happened because of various factors; some of them are discipline and focus. To explain that, Joey borrowed the analogical term “play to the buzzer” from basketball. This term is used to state a mentality that forces players to focus on their game until the last quarter’s buzz rings without having to think about the result. So, from his opinion, happened because their mentality is not well-trained, either in BOOM.ID or TeamTeam.

So what about the psychology and mentality’s side? Joey explained further that every athlete’s psychological or mental condition, including esports athlete, has their own limits and durability. Like their physique, mental condition needs rest so it could heal to its best state. Generally, someone’s mental can be exhausted, or commonly said as Mental Fatigue. Mental fatigue happened to athletes if they are stressed out, but their strength and stamina are not able to endure everything.

Quoting a psychologists’ writing, named Karen Nimmo from medium.com, there are several indicators when mental fatigue happens to an athlete. According to her opinion, an athlete who is suffering from mental fatigue will make more mistakes, unable to focus, over-think on every aspect that caused anxiety, stiff movement so their performance quality decreased, losing motivation, also bad thoughts appear and they make the athlete scared of doing what they are very proficient at.

Source: KnowTechie
Source: KnowTechie

A competition as majestic as Bucharest Minor is a competition with a huge mental pressure. There are several factors that caused it to happen that way, such as the huge stage, spotlight from international Dota enthusiasts, tough rivals, also the responsibility of carrying their own nations. Facing this competition, it is obvious that an esports athlete must possess a tough mental strength and durability; so mental fatigue will not attack and they could perform well during the competition.

Ending the conversation, I asked: how important it is to have a mental coach in an esports team? “V-E-R-Y!” Joey answered enthusiastically. He said that this aspect should be included in esports coaching program, because just like sports, esports is not all about a good physical condition, but also mental. “Any team that abandons the mental aspects is just like building a house with ignoring several walls then get confused of why it collapsed,” said Joey.

 

A Senior Athlete’s Story about Mental Pressure in a Competition

Koala (Left) with Rex Regum Qeon team while winning the first season of Kaskus Battle Ground. Source: Mineski.net
Koala (Left) with Rex Regum Qeon team while winning the first season of Kaskus Battle Ground. Source: Mineski.net

It is unfair if we do not know the experience from an actual esports athlete. Answering this I asked one of the legendary Dota 2 esports athletes for opinion. The player that I interviewed for this article is a senior player that was enlisted in Rex Regum Qeon team on his last career, Farand ‘Koala’ Kowara. Koala had been involved in Dota 2 since a long time ago, around 2006, and he is a veteran who had faced the harsh DotA competition with XcN team, when Dota 2 had not been released yet. He also won MGC 2008 in China while he was still a member of Fnatic.

Since 2017, Koala retired and chose to step back from the Dota 2 competitive events. The reason for his retirement is to give younger players a chance to show what they have got. Retiring does not make Koala stop keeping an eye on Dota 2 competitive events.

I asked his opinion about what happened at the match between BOOM.ID versus TeamTeam in Bucharest Minor 2019 as well. Koala also admitted that the situation where they were at was such a stressful one. It is not a wonder that the teams were panicking so that situation appeared.

Source: Dunia Games
Source: Dunia Games

Starting from that case, I continued the conversation on how the pressure actually was being an esports athlete. “If they have reached the professional level the responses would be different, they are forced to win, there are rights and obligations, not to mention that they would receive harsh words if they lose, but back again at their own mental strength, it is possible that they could not handle it so they feel pressured but there are those who could so they are fine with it,” added Koala.

He also agreed that the pressure on the stage was very different, it is not equal to an MMR game in Dota 2. “Back to the BOOM moment, if it was an MMR I’m sure they are aware of the situation. But that was different, they were on the stage, the pressure was clearly different. It happened to the others as well, not only BOOM,” stated Koala.

Source: Dota 2 Blog
Source: Dota 2 Blog

Speaking of pressure in a match, Koala also told that he was not a stranger to the said condition. “It often happened, almost every big qualifier or competition final, the mental pressure like that was present,” Koala said. He continued that how much pressure in a team depends on how much they care about people’s expectation, also how much does the team want to win. The more the player or team care about those internal and external factors, it is possible that the pressure will be bigger.

So, how to face such a stressful condition like this? Every individual has their own way and strategy, also depends on their own mental strength and stamina. Koala told us that he had a quite simple option. “Just play and have fun, don’t think about the result, play and do your best,” he said, ending the conversation with Hybrid.

If we reflect on how Indonesian esports team often failed on international events, I think it is already time to bring an athlete psychologist. Regarding that, Joey also explained that it does not have to be a special mental coach who is a graduate from the Psychology major. In his opinion, a technical and mental coach is alright, as long as they understand and willing to learn about psychology and athlete’s mentality in a match.

However, if we observe the ability or teamwork of Indonesia’s athletes, they can be said as bad; sometimes it could be said that they are better than international players. It is proven by some of the Indonesian players’ skills which are respected by international esports figures, for example, Hansel “BnTeT” Ferdinand from CS: GO or Kenny “Xepher” Deo from Dota 2.

In the end, mental training and the understanding of esports psychology that is implemented as hard as playing skill training will also make Indonesian player to successfully roar their name in the world level. Even though, this thing depends on each of the players’ ability to absorb those various trainings.


The original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Napak Tilas Bigetron RA dari Juara Lokal Hingga Menjadi Juara Dunia

Dua pekan lalu kita menjadi saksi atas sejarah baru yang diciptakan oleh tim esports asal Indonesia yaitu Bigetron Esports di skena PUBG Mobile. Pada hari itu, tepatnya tanggal 25 Oktober 2020, Bigetron RA (divisi PUBG Mobile Bigetron Esports ) berhasil merengkuh piala PUBG Mobile Profesional League kawasan Asia Tenggara setelah bertarung sengit melawan sesama tim Indonesia dan jagoan-jagoan PUBG Mobile dari kawasan SEA.

Mendapat juara SEA mungkin terdengar biasa saja, tetapi rangkaian piala yang sudah didapat Bigetron RA sampai akhirnya dapat juara PMPL SEA Finals Season 2 yang jadi luar biasa. Sebelum PMPL SEA, Bigetron RA sudah memenangkan kejuaraan nasional Indonesia sebanyak dua kali (PMPL ID Season 1 dan 2), kejuaraan tingkat Asia (PMWL Season Zero 2020: East Region), dan kejuaraan tingkat dunia (PMCO Global Finals 2019). Dari rangkaian kemenangan yang mereka dapatkan, siapa yang sangka kalau bisa ada tim Indonesia melakukan dominasi total dengan memenangkan semua tingkat kompetisi, dari lokal hingga internasional.

Ibarat anime Dragon Ball, mungkin saat ini Tencent harus mempertimbangkan membuat turnamen PUBG Mobile antar galaksi agar ada sesuatu yang mengalahkan Bigetron RA. Berkat pencapaiannya, Bigetron RA mungkin bisa dibilang sebagai tim paling sukses sepanjang sekitar 2 tahun sejarah skena esports PUBG Mobile. Kesuksesan seperti ini mungkin akan sulit diulang mengingat memiliki prestasi yang konsisten di kancah esports bukanlah hal yang mudah.

Sembari merayakan kemenangan tersebut, mari kita sedikit melakukan napak tilas, menyusuri masa lalu, dan coba belajar dari perjalanan tersebut. Bagaimana bisa si kembar berbakat, Zuxxy dan Luxxy, mengenal PUBG Mobile hingga menjadi juara seperti sekarang? Bagaimana bisa kehadiran Ryzen dan Microboy justru malah semakin mendongkrak prestasi Bigetron Esports? Berikut pembahasan Hybrid.co.id.

 

Si Kembar Berbakat Bagas “Zuxxy” dan Bagus “Luxxy”

Si kembar nan berbakat Bagas Pramuditha “Zuxxy” dan Bagus Prabaswara “Luxxy” terbilang sebagai komponen utama bagi divisi PUBG Mobile tim Bigetron Esports. Mengapa begitu? Salah satu alasannya adalah karena posisi mereka yang hampir tidak tergantikan sepanjang divisi PUBG Mobile Bigetron Esports ada. Salah satu alasannya mungkin karena memang bakat dua pemain ini yang sudah terlihat sedari lama.

Menurut catatan, salah satu penampilan perdana Zuxxy dan Luxxy di dalam kompetisi game tembak menembak adalah pada gelaran Indonesia Games Championship 2017. Ketika itu mereka berdua bertanding untuk game Crisis Action.

Lucunya Zuxxy dan Luxxy justru bertanding di dua tim yang berbeda pada masa itu. Mengutip dari duniagames.co.id, dikatakan bahwa Zuxxy bermain dengan tim MPZ sementara Luxxy berada di tim PROCLAZ. Ketajaman mereka berdua memang sudah terlihat sejak turnamen IGC 2017. Buktinya adalah prestasi yang didapatkan oleh dua tim yang mereka bela. Tim MPZ yang dibela oleh Zuxxy mendapat peringkat 2 sementara tim PROCLAZ yang dibela oleh Luxxy berhasil memperoleh gelar juara.

Zuxxy sempat bercerita bahwa dirinya masuk ke Bigetron Esports pasca momen kemenangan di turnamen Crisis Action IGC 2017. Beberapa waktu berlalu, Rules of Survivor muncul ke permukaan. Zuxxy dan Luxxy yang katanya memang menyukai game bertipe tembak-tembakan sejak kecil pun segera memilih game tersebut sebagai medan kompetisi terbaru. Mereka kembali mencuat di skena Rules of Survival dengan menjadi juara RoS Indonesia Championship yang diadakan sekitar Juni 2018 lalu. Ketika itu Zuxxy dan Luxxy bertarung bersama dua rekan lamanya, Robby “Natic” dan Galang Yoga “Kingzzz”.

Pada tahun itu juga PUBG Mobile resmi dirilis, Zuxxy dan Luxxy pun kembali berpindah game. PINC 2018 menjadi kompetisi pertama yang diikuti oleh Zuxxy dan Luxxy bersama dengan rekannya di turnamen RoS yaitu Natic serta Kingzzz. Lagi-lagi mereka berhasil menjadi pemenang setelah melalui persaingan skor yang sengit dengan EVOS Esports dan RRQ.

Pasca PINC 2018, sisanya menjadi sejarah yang kita tahu saat ini. Menjadi juara dunia di PMCO 2019, juara nasional di PMPL ID 2020 Season 1, peringkat 1 di babak Regular Season PMPL ID 2020 Season 2m Asia di PMWL 2020 Season Zero – East Region, dan terakhir juara Asia Tenggara di PMPL SEA 2020 Season 2 kemarin.

 

Kepergian Kingzz dan Ryzen si Rusher Eksplosif

Ada yang berbeda pada roster Bigetron Esports sebelum berubah nama menjadi “Red Aliens”. Ketika itu Zuxxy dan Luxxy masih ditemani oleh Galang Yoga “Kingzzz” yang terakhir kali terlihat berkompetisi bersama tim Red Rocket dan Robby “Natic” yang terakhir kali dikabarkan pensiun dari dunia esports. Dengan roster tersebut, satu-satunya gelar yang berhasil didapatkan oleh Bigetron Esports adalah PINC 2018.

Kingzzz membela Bigetron Esports sampai PUBG Mobile Star Challenge 2018. Pada turnamen tersebut Bigetron Esports harus puas mendapat peringkat 9 saja. Pasca PMSC 2018 selesai, Kingzzz memutuskan keluar dari tim Bigetron Esports. Pada video perpisahannya yang mengudara 6 Januari 2019 lalu, Kingzzz mengatakan alasan kepergiannya adalah karena gaya permainan yang dia lakukan kurang cocok dengan roster Bigetron Esports saat itu.

Sumber Instagram @bigetronesports
Sumber Instagram @bigetronesports

Kepergian Kingzzz lalu digantikan oleh Muhammad Albi “Ryzen”. Mengutip dari Instagram resmi Bigetron Esports, Ryzen bergabung ke tim sejak 11 November 2018 lalu. Kedatangan Ryzen ternyata menjadi angin segar bagi Bigetron Esports. Setelah Kingzzz pergi, roster divisi PUBG Mobile Bigetron Esports menjadi Zuxxy, Luxxy, Natic, dan Ryzen.

Kehadiran Ryzen sedikit banyak mengubah gaya permainan mengingat Ryzen yang terkenal hobi bermain agresif yang dilengkapi dengan kemampuan aim di atas rata-rata. Perubahan gaya permainan dan penambahan Ryzen berhasil membawa Bigetron Esports berhasil meraih prestasi yang cukup memuaskan walau belum mendapatkan juara.

Dengan roster tersebut di atas divisi PUBG Mobile Bigetron Esports berhasil menjadi juara satu di PMCO Indonesia 2019. Pertandingan lalu berlanjut ke turnamen PMCO SEA – Spring ketika Bigetron Esports mendapat peringkat 3 saja pada fase liga dan peringkat 2 pada fase Championship.

PMCO SEA – Spring pun selesai dan divisi PUBG Mobile Bigetron Esports lagi-lagi harus menghadapi momen-momen berat dengan kepergian sang kapten yaitu Robby “Natic”.

 

Microboy yang Diragukan, Lahirnya Bigetron Red Aliens, dan Gelar Juara Dunia

Kepergian Natic terbilang menjadi momen yang membuat fans cukup kecewa. Natic memang tersohor sebagai sosok dewasa nan karismatik di hadapan para fans. Posisinya sebagai kapten tim/In-Game Leader terbilang menjadi sosok dewasa yang menuntun dan melengkapi Zuxxy, Luxxy, serta Ryzen yang berusia lebih muda dari dirinya. Namun apa mau dikata, ada masanya pertemuan memang harus diakhiri dengan sebuah perpisahan.

Lewat sebuah video yang mengudara tanggal 22 Agustus 2019, Natic menjelaskan bahwa alasan ia undur diri adalah karena dirinya tak lagi bisa mencurahkan waktu lebih banyak untuk turnamen dan ingin lebih fokus menata masa depan kehidupannya. Berdekatan dengan momen kepergian Natic, Bigetron Esports pun mengumumkan roster beserta dengan penamaan baru terhadap tim PUBG Mobile yang dimiliki oleh manajemen berlogokan robot merah tersebut.

Dalam pengumuman tersebut Bigetron Esports mengungkap dua divisi tim PUBG Mobile. Dua divisi tersebut adalah Bigetron Red Aliens (RA) sebagai tim utama dan Bigetron ION sebagai tim sekunder. Natic mundur ke Bigetron ION yang lalu digantikan oleh Nizar Lugatio atau yang kini lebih dikenal sebagai Microboy.

Kehadiran Microboy ketika itu sempat mengundang keraguan dari para fans. Selain karena posisi Natic yang lebih lekat di hadapan para fans, Microboy juga terbilang masih sangat belia dari segi pengalaman ataupun usia jika dibandingkan dengan Natic.

“Dampaknya sudah pasti ada, namun sebenarnya tidak akan sebegitu krusial.” Kalau dari sisi in-game leader, posisinya sudah dipegang Zuxxy sejak bulan April. Walaupun begitu kehilangan sosok yang dewasa mungkin akan berdampak pada komunikasi mengingat sosok penengah yang dewasa biasanya dipegang oleh Natic.” Ucap Isfan Satria Wijaya selaku manajer divisi PUBG Mobile Bigetron Esports kepada saya pada saat perubahan roster tersebut terjadi.

“Microboy adalah sosok yang kalem dan fokus pada permainan. Harapannya sih dia bisa menjadi sosok yang membantu menenangkan anak-anak. Dia akan menjadi second rusher, mengisi posisi yang dahulu dimainkan oleh Ryzen. Menurut saya, memang berpotensi tinggi dan bisa mengikuti permainan anak-anak (Zuxxy, Luxxy, dan Ryzen) sampai sejauh ini.” Tukas Isfan melanjutkan membahas sosok Microboy pada masa itu.

Setelah beberapa turnamen besutan sponsor di kancah lokal, kemampuan Microboy segera diuji lewat PMCO SEA League 2019 – Fall Split sebagai turnamen official Tencent perdana yang ia jalani.

Microboy sebagai pendatang baru di dalam roster ternyata berhasil memecah keraguan para penggemar dengan membawa gelar juara satu fase liga di dalam turnamen PMCO SEA League 2019. Sayangnya Bigetron RA malah menciut ketika masuk babak Championship Stage. Dari peringkat 1 di babak liga, Bigetron RA harus puas berada di peringkat 6 saat pertandingan Championship Stage. Keraguan pun kembali muncul.

Profil Bigetron Esports
Bigetron Red Aliens saat pertama kali diperkenalkan. Sumber: Bigetron Official

Setelah PMCO SEA, pertandingan lalu berlanjut ke PMCO Global Finals di bulan Desember 2019 yang merupakan pertandingan PUBG Mobile tingkat dunia. Turnamen tersebut diikuti oleh 16 tim asal 10 kawasan dari berbagai belahan dunia.

Tanpa disangka dan tanpa diduga, Bigetron Esports ternyata berhasil keluar menjadi juara dengan skor yang sangat dominan ketika itu. Mereka berhasil mengumpulkan 303 poin, terpaut sangat jauh dari TOP Esports pengisi peringkat 2 yang hanya mendapat 197 poin.

“Kami mempersiapkan 2 manajer, coach asing, dan juga bootcamp untuk mereka. Saya merasa peran Boyka (pemain PUBG Mobile asal Malaysia) sebagai coach terbukti sangat membantu terutama dalam hal meningkatkan mental dan membantu komunikasi tim. Saya memang sudah percaya bahwa mereka adalah pemain paling berbakat di esports Indonesia sejak saat mereka masih berkompetisi di kancah RoS. Kami betul-betul senang melihat segala perjuangan mereka sejauh ini akhirnya berbuah manis dalam bentuk gelar juara dunia di kancah PUBG Mobile.” Ucap Edwin Chia CEO dan Co-Founder Bigetron Esports kepada saya lewat pesan singkat pasca momen kemenangan tersebut.

Siapa yang disangka bahwa empat bocah dengan latar belakang yang mungkin biasa-biasa saja, bisa melanglang buana ke berbagai belahan dunia gara-gara PUBG Mobille dan bahkan membanggakan Indonesia dengan gelar juara dunia yang mereka dapatkan.

Melihat Ryzen dan Microboy yang datang belakangan dibanding Zuxxy dan Luxxy, Thomas Vetra selaku Head of Esports dari manajemen Bigetron mengatakan. “Mereka berdua (Microboy dan Ryzen) adalah orang yang bisa membuat tim ini terlihat sempurna. Mereka memiliki skill serta tingkah laku yang baik. Menurut saya jika dulu kami gagal mendapatkan Ryzen dan microboy, Bigetron RA mungkin tidak akan sekuat seperti sekarang.”

 

Tahun 2020 dan Era Gemilang Bigetron RA

Masuk tahun 2020, mental Bigetron RA terbilang sudah tertempa begitu tajam setelah segala turnamen yang mereka lalui. Pasalnya, tingkat persaingan PUBG Mobile di tingkat Asia Tenggara memang cenderung jauh lebih keras dibanding dengan tingkat dunia. Hal tersebut menjadi alasan kenapa Bigetron RA bisa mendominasi cukup jauh saat bertanding di dalam gelaran PMCO Global Finals 2019.

Pada tahun ini Tencent memulai sebuah inisiatif baru bernama PUBG Mobile Professional League. Jika sebelumnya liga PUBG Mobile hanya ada pada tingkat Asia Tenggara saja, kini Tencent mencoba untuk juga menghadirkan insiatif liga level nasional agar kemampuan bersaing dari tim-tim di regional-regional besar semakin tinggi. Indonesia turut mendapat kesempatan berharga tersebut lewat gelaran PMPL ID 2020 Season 1 yang diselenggarakan mulai bulan April 2020 kemarin.

Dalam PMPL ID, Bigetron RA terbilang memiliki satu kelebihan tersendiri karena posisi mereka yang sudah pernah dan terbiasa menjalani kompetisi dalam format liga yang panjang. Ternyata benar saja, PMPL ID 2020 Season 1 pun didominasi habis-habisan oleh Bigetron RA. Mereka berhasil menjadi juara di babak liga dengan dominasi yang jauh yaitu 1251 berbanding dengan 806 poin yang didapatkan oleh AURA Esports sang Runner-Up.

Dominasi Bigetron RA sedikit mengendur di babak Final. Walaupun begitu Bigetron RA tetap berhasil menjadi juara dengan perolehan 233 berbanding dengan 192 poin yang didapatkan oleh MORPH Team selaku Runner Up.

Setelah PMPL Indonesia selesai, rangkaian turnamen kembali berlanjut. PMCO kini berganti menjadi PMPL SEA. Dalam turnamen tersebut Bigetron RA lagi-lagi gagal mendapatkan juara walaupun berhasil mendapatkan peringkat kedua. Pasca PMPL SEA, Bigetron RA kembali harus membuktikan dirinya lewat sebuah turnamen yang bertajuk PUBG Mobile World League.

Turnamen PMWL awalnya direncanakan untuk diselenggarakan secara offline. Namun mengingat situasi pandemi, PMWL jadi diselenggarakan online saja. Demi meminimalisir lag koneksi, maka turnamen dibagi menjadi dua bagian turnamen. Ada PMWL East untuk negara-negara Asia dan PMWL West untuk negara-negara Barat (AS, Eropa, dan Sekitarnya). Bigetron RA mengikuti PMWL East untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik di tingkat Asia.

Sebelum turnamen tersebut, saya sempat berbincang dengan Florian George “Wolfy” dalam salah satu episode dari Hybrid Talk. Lewat perbincangan tersebut Wolfy menganalisa bahwa Bigetron RA mungkin akan kesulitan di PMWL East. Analisa tersebut terlontar mengingat kehadiran tim asal Tiongkok yang menurut cerita Wolfy sangatlah tangguh secara skill ataupun strategi.

Walau akhirnya PMWL East berjalan tanpa kehadiran tim Tiongkok namun benar adanya Bigetron RA kesulitan di kompetisi tersebut. Persaingan poin begitu ketat walaupun Bigetron RA bisa bertahan di posisi 5 besar sepanjang pertandingan.

Puncaknya terjadi pertandingan hari terakhir dan ronde terakhir. Ketika itu Bigetron RA, RRQ Athena, dan Orange Rock memiliki selisih poin yang sangat tipis. Untungnya RRQ terkena Too Soon, Orange Rock berakhir di peringkat 7, dan Bigetron RA berakhir di peringkat 6. Walaupun demikian total perolehan poin Bigetron RA tetap lebih banyak di akhir pertandingan sehingga mereka pun berhasil mendapatkan gelar juara Asia di PMWL 2020 Season Zero – East Region.

PMWL East Region Selesai, Bigetron RA digenjot lagi dalam turnamen PMPL ID 2020 Season 2. Dalam turnamen tersebut Bigetron RA berhasil mendapatkan peringkat pertama di babak liga.

Namun sesuatu yang janggal terjadi ketika masuk babak utama. Bigetron RA berkali-kali mendapat Too Soon dan hampir tidak pernah mendapatkan Chicken Dinner di sepanjang pertandingan. Mereka hanya dapat Chicken Dinner di akhir pertandingan sehingga mereka harus puas finish di peringkat 10.

Walaupun begitu mereka sudah mendapat kesempatan untuk bertanding di PMPL SEA. Lagi-lagi PMPL SEA menjadi batu sandungan terakhir. Berkali-kali Bigetron RA bertanding di tingkat Asia Tenggara namun belum juga berhasil mendapatkan gelar juara. Akhirnya piala yang didamba-dambakan tersebut baru berhasil mereka dapatkan di PMPL SEA 2020 – Season 2 kemarin. Bigetron RA menjadi akhirnya berhasil melengkapi jajaran piala mereka setelah bertarung sengit dengan Aerowolf LIMAX dan Secret Jhin.

 

Taktik Reset Mental dan Kedewasaan Pemain-Pemain Bigetron RA

Kenapa Bigetron RA bisa begitu gemilang prestasinya? Saya sebagai jurnalis yang mengamati dari kejauhan mungkin bisa bilang jawabannya adalah karena ketekunan dan konsistensi.

Coba saya tanya, seberapa sering sih Anda mendengar soal “drama” yang melibatkan Zuxxy, Luxxy, Ryzen atau Microboy? Saya juga sebenarnya tidak tahu. Saya lalu iseng mengetik kata kunci “Drama Bigetron RA” di mesin pencari Google. Dari pencarian tersebut, halaman pertama Google malah menampilkan reportase media yang menceritakan prestasi-prestasi dari empat orang bocah tersebut. Coba kalau bandingkan jika Anda coba Googling kata kunci “drama” disambung dengan nama pemain esports lain. Perbandingannya mungkin biar Anda yang menilainya sendiri.

Saya melihat roster Bigetron RA ibarat seperti jagoan-jagoan game asal Korea Selatan yang terkenal begitu tekun berlatih dan haus akan pencapaian. Jujur, saya sih tidak tahu bagaimana latihan ataupun pribadi mereka secara dekat. Tapi setidaknya hal tersebut yang saya lihat dari sudut pandang seorang jurnalis yang mengamati dari luar.

“Manajemen selalu berusaha melakukan pendekatan kepada mereka. Kami berusaha untuk tidak hanya membentuk mereka menjadi pemain yang baik tetapi juga manusia yang baik. Hal tersebut juga mengingat usia mereka yang masih muda. Maka dari itu saya merasa arahan adalah salah satu hal yang mereka butuhkan.” Jawab Thomas Vetra membahas peran manajemen dalam hal tersebut.

Hal lain yang juga menjadi kunci keberhasilan roster Bigetron RA saat ini mungkin adalah kedewasaan emosional yang dimiliki oleh pemain-pemain Bigetron RA walaupun mereka masih muda secara usia. Menurut data Liquidpedia, Zuxxy dan Luxxy masih berusia 17 tahun, Ryzen 18 tahun, dan Microboy 20 tahun. Namun Bagas “Zuxxy” memancarkan aura kedewasaan saat meladeni pertanyaan dari para media di acara konfrensi pers Bigetron RA pasca kemenangan di PMPL SEA 2020 Season 2.

Pada acara tersebut awak media bertanya-tanya, kenapa Bigetron RA bisa berkali-kali bangkit walaupun sempat beberapa kali terjatuh. Pada PMPL SEA 2020 Season 2 sendiri Bigetron RA sebenarnya mengalami rentetan hasil yang buruk di hari pertama. Zuxxy mengakui bahwa ada adu mulut yang terjadi antara dirinya dengan tim di hari pertama.

“Kenapa hari pertama performa kami drop? Waktu itu kami saling egois, saling tidak mendengarkan, seterusnya jadi bertengkar, dan saling adu mulut. Lalu di hari kedua kami mulai adem dan coba untuk analisis lagi. Hari ketiga kami coba reset mental, moveon, buka lembaran baru, keraguan diubah jadi keyakinan, ego masing-masing dikurangi, dan komunikasi ditambahi.” Ucap Bagas menanggapi pertanyaan media.

Ia lalu juga menambahkan pentingnya kemampuan reset mental tersebut dalam sebuah tim yang ideal. “Tim ideal itu adalah tim yang habis bertengkar bisa segera baikan lagi, tidak membawa masalah sebelumnya, dan fokus menghadapi masalah berikutnya.”

Selain itu Thomas Vetra berpendapat bahwa kawan-kawan tim RA merupakan sesososok “Golden Talent”. Ia juga menyoroti bahwa walaupun masing-masing memiliki pemain punya pribadi yang berbeda namun mereka bersatu dalam satu mindset yang sama. Lebih lanjut Thomas lalu memberi pendapatnya terhadap pribadi dari masing-masing pemain RA.

Zuxxy adalah leader in-game yang baik. Dia sering mendengarkan masukan dari orang lain lain dan bisa mempertahankan pendirian dia di saat yg tepat. Luxxy adalah kapten yang penuh dedikasi terhadap tim. Berkat dia Bigetron RA menjadi tim yang kuat seperti sekarang. Ryzen adalah sosok perekat tim RA. Dia selalu mampu menyatukan setiap pemain RA dalam setiap kondisi. Terlebih, Ryzen juga adalah pemain yang selalu konsisten dalam setiap permainannya. Terakhir Microboy bisa dibilang sebagai pemain yang menyeimbangkan tim lewat kedewasaan yang dimiliki sehingga ego tim bisa terkendali.” Tukas Thomas.

Walaupun kini Indonesia sudah punya banyak pemain esports, jujur saya merasa masih sedikit yang punya mentalitas seperti Bagas dan kawan-kawan Bigetron RA.

Beberapa kali saya menggunakan jurus orang dalam untuk menanyakan alasan pemain keluar dari sebuah tim. Dari sana saya mendengar info bahwa alasan keluar seorang pemain kerap kali adalah karena cekcok mulut, saling baper, lalu menganggap ada “ketidakcocokan”. Sementara pemain-pemain lain masih sibuk baper menanggapi ketidakcocokan, Anda bisa lihat sendiri Bigetron RA.

Setelah bulan Agustus 2019 Bigetron RA diumumkan, tidak pernah ada masa lagi Bigetron Esports mengumumkan perubahan roster. Zuxxy, Luxxy, Ryzen, dan Microboy terus bersama selama kurang lebih satu tahun tiga bulan. Hasilnya? Seperti yang bisa Anda lihat sendiri, trofi PUBG Mobile mereka pun lengkap dari berbagai tingkat kompetisi.

Bertengkar? Sudah pasti. Saya tidak tahu bagaimana dapur tim Red Aliens. Tetapi saya merasa adu mulut antar pemain adalah suatu kepastian. Kita-kita yang sedang push-rank bersama teman saja sering adu mulut, apalagi para pemain Red Aliens yang harus menghadapi tekanan turnamen yang berat.

Namun menurut saya, alih-alih menganggap adu mulut sebagai ketidakcocokan, roster Bigetron RA justru mencoba berkonsolidasi dan fokus untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi sebagai tim.

Bagaimana kekompakkan dan kedewasaan mereka menghadapi sebuah pertengkaran mungkin bisa Anda lihat sendiri pada video vlog terakhir di channel Bigetron TV. Video tersebut menampilkan perjuangan Bigetron RA menjalani turnamen sambil liburan. Dalam video Anda bisa melihat Ryzen sempat kesal dengan Microboy karena kesalahan konyol yang ia lakukan. Namun pasca pertandingan hubungan antara Ryzen dan Microboy terlihat baik-baik saja. Momen kemarahan tersebut dilupakan dan dianggap sebagai kenangan lucu atas tindakan konyol si “Coboy” saja.

 

Belajar Dari Bigetron RA

Melatih skill di dalam game cenderung lebih mudah karena Anda bisa melihat guide di YouTube atau kanal media seperti Hybrid.co.id. Skill Zuxxy, Luxxy, Ryzen, dan Microboy mungkin juga bisa dilampaui dengan cukup mudah oleh Anda-Anda sekalian, asalkan berlatih dengan tekun.

Namun saya sangat mengacungi jempol mental dan kedewasaan dari tim Bigetron Red Aliens. Saya merasa Anda apabila Anda ingin menjadi pemain esports profesional, Anda perlu belajar ragam soft-skill tersebut dari kawan-kawan Bigetron RA.

Bagaimanapun menjadi pemain profesional bukan hanya butuh skill bermain game. Pemain esports juga butuh soft-skill seorang “professional” yang tampil dalam bentuk mental yang kuat, kemampuan bekerja bersama dengan tim, dan kemampuan memecahkan masalah dalam situasi tekanan yang tinggi.

Kode HTML Dasar yang Wajib Dikuasai Seorang Blogger

Blogger tidak cuma wajib menguasai ilmu SEO, SMO, atau kepenulisan, tapi akan sangat bagus jika Anda juga menguasai kode-kode dasar HTML yang nantinya sering dijumpai, misalnya saat mengatur widget, menampilkan gambar di header, memasang kode iklan, dan lain sebagainya.

Continue reading Kode HTML Dasar yang Wajib Dikuasai Seorang Blogger

Rencana Ekspansi iSeller Usai Rampungkan Pendanaan “Strategic Round” Seri A

Startup pengembang layanan point of sales berbasis omni-channel iSeller telah merampungkan penggalangan dana perpanjangan putaran seri A+ atau strategic round. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI), Openspace Ventures turut bergabung dalam putaran pendaan kali ini.

Kepada DailySocial Founder & CEO iSeller Jimmy Petrus mengungkapkan, untuk jangka pendek perusahaan akan melakukan key hiring terutama untuk tim acquisition dan business development, yang bertujuan untuk semakin memperluas jangkauan iSeller terhadap bisnis UKM di Indonesia. Selain itu perusahaan juga akan terus mengembangkan inovasi baru yang akan mempermudah UKM untuk mengakses layanan finansial.

“Saat ini selain Jabodetabek kami baru menjangkau 5 kota terbesar di Indonesia. Awal tahun depan, ekspansi ke top 25 kota sudah ada dalam roadmap kami,” kata Jimmy.

Disinggung seperti apa integrasi dan kolaborasi iSeller dengan Bank Mandiri, Jimmy menyebutkan akan ada banyak integrasi finansial dan layanan perbankan dalam platform iSeller, yang diharapkan dapat membantu UKM Indonesia untuk terus berkembang dalam kondisi pandemi ini.

Pandemi yang mengganggu pertumbuhan bisnis sebagian besar startup di Indonesia, ternyata tidak memberikan pengaruh yang cukup besar kepada iSeller. Saat pandemi justru bisnis iSeller bisa terus berkembang.

“Salah satu faktor kontribusi terbesar adalah dengan semakin meningkatnya kesadaran para pelaku usaha untuk ‘go online’ dan beralih ke sistem digital, di mana keunggulan iSeller memang terletak pada kapabilitas omni-channel dan O2O yang memungkinkan UKM berjualan di toko fisik, online, dan marketplace dengan mudah di dalam satu platform,” kata Jimmy.

Kerja sama strategis dengan GrabFood

Bertujuan untuk memudahkan pelaku bisnis F&B di Indonesia untuk menerapkan sistem pemesanan online yang sudah terintegrasi dengan aplikasi kasir, iSeller menjalin kerja sama strategis dengan GrabFood. Untuk mengakali jumlah penurunan trafik saat PSBB, melalui inisiatif ini diharapkan dapat memitigasi dampak pandemi terhadap industri F&B.

Bentuk kerja sama iSeller dengan GrabFood adalah integrasi sistem pemesanan GrabFood dengan aplikasi kasir iSeller, pesanan dari GrabFood akan otomatis masuk ke aplikasi secara real time, sehingga mempermudah kasir untuk dapat memproses pesanan dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, pemilik usaha F&B juga dapat mengakses seluruh transaksi penjualan dan laporan keuangan dengan mudah melalui dasbor iSeller, baik penjualan dari outlet maupun GrabFood.

Go online dengan GrabFood menjadi simpel, mulai dari pembaruan menu dan harga GrabFood, pembaruan stok otomatis, hingga laporan keuangan dari berbagai channel penjualan, semuanya bisa dikelola dari satu platform iSeller. Kami percaya solusi integrasi ini akan memberikan dampak positif bagi seluruh pelaku usaha F&B di Indonesia,” kata Jimmy.

Hingga kini iSeller telah digunakan oleh ribuan merchant mulai dari bisnis UKM hingga berskala korporasi seperti Geprek Bensu, Mama Roz, Sour Sally, HopHop, Okirobox, Yogurtland, dan masih banyak lagi. Mengedepankan fitur terlengkap seperti manajemen penjualan, produk dan inventaris, serta fleksibilitas channel penjualan yang didasarkan pada konsep omni-channel, iSeller mengklaim sebagai super merchant platform terunggul di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Umumkan Perubahan Strategi, Masuk ke Bisnis Properti Lewat “Sans Hotel”

Platform pemesanan hotel online RedDoorz mengumumkan rencana perubahan strategi bisnisnya untuk menjadi perusahaan new-age hospitality terbesar di Asia Tenggara. Salah satunya strategi utama perusahaan adalah membangun merek hotel baru “Sans Hotel” yang bakal hadir pertama kali pada November ini.

Sans Hotel membidik pelancong dari generasi Z dan milenial dengan mengedepankan konsep akomodasi yang youthful, design-inspired, dan warmth dengan memadukan teknologi pintar dan harga terjangkau.

Apalagi, data BPS mencatat populasi usia produktif (15-64 tahun) diestimasi mencapai 179,1 juta orang pada 2020, 63,5 juta berasal dari kalangan milenial. Ini menjadikan milenial sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor pariwisata.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, VP Operations RedDoorz Adil Mubarak mengatakan bahwa rencana untuk menjadi platform multibrand sudah dipertimbangkan sejak lama, bahkan sebelum terjadi Covid-19. Ini merupakan visi baru perusahaan untuk menjadi ekosistem produk yang mendukung kebutuhan dari setiap merek.

“Saat ini, finansial kami berada dalam posisi baik, terutama dalam mengeksekusi perubahan strategi kami dan meluncurkan Sans Hotel. Sejak hari pertama, kami fokus untuk membangun bisnis dengan fundamental keuangan yang kuat karena memungkinkan kami berpikir konkret terhadap fase pertumbuhan berikutnya,” jelasnya.

Adil menyadari bahwa industri pariwisata dan hospitality terpukul hebat akibat pandemi, tak terkecuali bisnis RedDoorz yang terdampak sejak Maret 2020. Kendati demikian, ia memastikan bahwa pihaknya tetap memperhitungkan secara matang segala hal termasuk biaya yang akan dikeluarkan meski masuk ke lini bisnis baru di masa pandemi ini.

“Di kuartal ketiga ini, kami mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Hal inilah yang memastikan kami bisa keluar dari badai pandemi ini dan muncul dengan langkah yang tepat. Kami menantikan fase pemulihan,” tambah Adil.

RedDoorz mencatat, di sepanjang Maret-Oktober 2020 layanan pemesanan kamar di platformnya naik sebesar 80 persen, sedangkan layanan hunian meningkat hingga 50 persen. Mengutip laporan STR Hotel Database, RedDoorz menyebut pencapaian di periode tersebut terbilang di atas rata-rata dari total okupansi nasional yang hanya 36 persen.

Menurut Adil, RedDoorz kini sedang mempersiapkan beberapa properti yang akan menjadi Sans Hotel. Untuk tahap awal, RedDoorz menargetkan pembangunan lima Sans Hotel di area Jabodetabek hingga akhir 2020.

“Kami ingin meng-cater semua kebutuhan travel semua kalangan. Bukan berarti mitra-mitra hotel kami belum cukup, tetapi kehadiran Sans Hotel akan memberikan nuansa berbeda bagi pasar milenial dan gen Z,” tuturnya.

Pihaknya optimistis industri pariwisata dan hospitality segera pulih meski masih di situasi pandemi. Alasannya, laporan terbaru McKinsey terkait industri pariwisata menyebutkan bahwa ada tren permintaan laten untuk traveling seiring dengan larangan berlibur dihapus. Bahkan masyarakat diprediksi bakal melakukannya sebelum vaksin Covid-19 tersedia.

Selain itu, mengutip riset dari Blackbox dan Dynata, Adil mengungkapkan bahwa sebanyak 44 persen dari responden saat ini lebih memilih melakukan perjalanan domestik ketimbang internasional karena faktor kesehatan dan keamanan. Artinya, pariwisata domestik diperkirakan bakal semakin diminati.

Peluncuran Sans Hotel diharapkan dapat memperkuat strategi RedDoorz menjadi platform multibrand hospitality. Terutama setelah perusahaan meluncurkan layanan co-living KoolKost di awal 2020, platform ini ditargetkan dapat menjadi one-stop platform untuk memenuhi kebutuhan akomodasi.

Application Information Will Show Up Here

3 Langkah Praktis Tingkatkan Kebahagiaan Karyawan Dengan Mekari Flex

Sudah menjadi rahasia umum kalau salah satu cara terbaik perusahaan untuk menjaga produktivitas dan kebahagiaan karyawannya adalah dengan memberikan benefit sesuai kebutuhan mereka. Kebutuhan ini pun bervariasi, mulai dari asuransi, lifestyle, wellness, hingga commuting.

Namun, kebutuhan karyawan yang berbeda-beda seringkali menjadi kesulitan tersendiri bagi Human Resources (HR) dalam mengelola dan menyediakan benefit tersebut. Mulai dari variasi benefit yang tidak sesuai hingga pengelolaan partner dan proses administratif yang manual serta makan biaya menjadi tantangan yang terus ditemukan.

Dengan perkembangan teknologi saat ini, salah satu solusi efektif yang bisa diterapkan oleh perusahaan adalah menggunakan platform pengelolaan benefit yang terintegrasi dengan human resource information system (HRIS). Salah satunya adalah produk terbaru dari Mekari, yaitu Mekari Flex. Lewat Mekari Flex, baik perusahaan kecil hingga besar bisa secara fleksibel dan mudah dalam mengatur kebutuhan benefit karyawan tanpa tambahan biaya yang besar, sementara karyawan bisa memilih benefit sesuai kebutuhannya dengan mudah lewat aplikasi.

Berikan Berbagai Kemudahan untuk Karyawan dan HR

Tidak hanya memberikan kemudahan bagi HR sebagai pengelola benefit di perusahaan, Mekari Flex juga turut memberikan kemudahan dan fleksibilitas penggunaan bagi karyawan sebagai pengguna benefit tersebut. Berikut beberapa kemudahan pengelolaan benefit yang dapat Anda temukan pada Mekari Flex.

mekari flex
Kemudahan penggunaan Mekari Flex yang dapat diakses lewat smartphone

Hadirkan variasi benefit dari berbagai partner

Mungkin sebelumnya benefit yang disediakan oleh perusahaan terbatas dan tidak sesuai dengan kebutuhan karyawan. Misalnya banyak karyawan yang sekarang sudah mulai aware dengan kesehatan dan gaya hidup sehat yang bisa mendukung produktivitas kerja, namun benefit yang disediakan perusahaan terbatas pada asuransi saja. Dengan Mekari Flex, karyawan bisa mendapatkan kebebasan memilih benefit yang sesuai kebutuhan mereka dengan mudah karena menawarkan beragam kategori seperti asuransi, wellness, lifestyle, hingga commuting.

Mekari Flex telah bekerja sama dengan berbagai partner di beberapa kategori sehingga HR tidak perlu lagi kesulitan mengurus partner satu persatu dan karyawan dengan mudah memilih partner yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Contohnya pada kategori asuransi, Mekari Flex bekerja sama dengan Salvus dan Future Ready. Mekari Flex juga berkolaborasi dengan Doogether, Good Doctor, Riliv, Triasse, Kulina, YellowFit Kitchen pada kategori wellness. Pada kategori lifestyle, vendor yang telah berkolaborasi sebagai partner di aplikasi ini adalah Houzcall, Sayurbox, dan Cakap. Perusahaan juga tidak perlu khawatir karena dengan Mekari Flex, benefit karyawan bisa didapat secara maksimal dengan penawaran harga spesial dari seluruh partner tersebut.

Atur kebutuhan pengelolaan secara otomatis

HR kini tidak perlu lagi pusing mengurus administrasi benefit setiap karyawan secara manual, karena semua prosesnya dapat diautomasi. Cukup dengan mengakses dashboard Mekari Flex, HR bisa langsung melakukan proses enrollment benefit dan mengatur limit budget benefit setiap karyawan sesuai kebijakan perusahaan, pembuatan laporan dan rekapan, serta melakukan monitoring penggunaan benefit karyawan dimana semua data bisa diakses secara real time.

Mekari Flex
Tampilan dashboard Mekari Flex yang dapat memudahkan HR dalam mengatur benefit.

Berikan kemudahan akses benefit untuk karyawan

Proses yang mudah dan dapat diakses langsung lewat aplikasi pada smartphone, membuat karyawan tidak perlu repot-repot mengurus reimbursement manual dan melewati proses approval yang panjang untuk memanfaatkan benefit-nya. Mekari Flex memberikan kebebasan karyawan memilih langsung benefit sesuai kebutuhannya secara cashless, karena budget telah disediakan oleh perusahaan. Karyawan juga bisa langsung mengecek sisa penggunaan saldo benefit di aplikasi. Bila telah habis, karyawan masih memiliki opsi mengakses payroll lebih awal untuk membayar benefit yang dipilih. Sehingga pemilihan benefit ini tidak mengganggu cashflow karyawan karena akan otomatis terpotong di payroll berikutnya.

Solusi Efektif untuk Menunjang Produktivitas Karyawan

Selain bagi para karyawan dan HR, fleksibilitas mengatur benefit yang dihadirkan Mekari Flex ini sendiri sebenarnya juga dapat dirasakan keuntungannya bagi para pemilik bisnis atau petinggi perusahaan. Terutama bagi perusahaan skala bisnis kecil dan menengah, dimana memberikan benefit yang beragam bagi karyawan dapat menjadi tantangan tersendiri dari segi keterbatasan sumber daya serta memerlukan biaya yang relatif mahal. Namun, keterbatasan tersebut kini bukan menjadi hal yang perlu dikhawatirkan dengan kemudahan yang bisa didapatkan lewat Mekari Flex.

Perusahaan dengan skala bisnis kecil hingga menengah kini bisa menghadirkan pilihan benefit yang fleksibel bagi karyawan dengan harga yang lebih terjangkau. Dengan begitu, perusahaan dapat mengoptimalisasi anggarannya untuk keperluan lain namun tetap dapat memberi benefit yang maksimal bagi karyawannya.

Secara umum, perusahaan yang dapat mengelola dan memberikan benefit dengan baik dan bervariasi meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan karyawan, yang tentunya berdampak pada produktivitas mereka. Sehingga karyawan dapat memberikan kontribusi lebih bagi perusahaan. Di sisi lain, kebebasan memilih benefit sesuai kebutuhan karyawan ini tidak hanya berfungsi untuk mempertahankan karyawan, tetapi juga mengundang talenta-talenta terbaik untuk datang ke perusahaan Anda.

Tunggu apalagi, segera miliki kemudahan mengatur benefit karyawan dengan fleksibel lewat Mekari Flex. Bila Anda tertarik, kunjungi link berikut untuk mengetahui informasi lebih banyak tentang Mekari Flex.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Mekari

BioWare Umumkan Mass Effect Legendary Edition, Versi Remastered dari Trilogi Mass Effect

Tren remake dan remaster di industri video game terus bertambah populer dalam beberapa tahun terakhir, dan publisher besar seperti EA tentu tidak mau melewatkan kesempatan emas semacam ini. Sejauh ini, mereka telah meluncurkan versi remastered dari tiga game legendarisnya: Command & Conquer Remastered, Need for Speed Hot Pursuit Remastered, dan Burnout Paradise Remastered.

Namun yang paling legendaris baru saja diumumkan, yakni trilogi Mass Effect. Lewat sebuah blog post, BioWare menyingkap Mass Effect Legendary Edition, kompilasi sekaligus versi remastered dari Mass Effect, Mass Effect 2, dan Mass Effect 3.

Kata “remastered” di sini harus ditekankan, sebab BioWare sendiri mengakui bahwa mereka sama sekali tidak punya keinginan untuk menggarap ulang (remake) ketiga game tersebut, melainkan sebatas memodernisasi pengalaman yang bisa dinikmati oleh para pemain, baik para penggemar setia seri Mass Effect maupun mereka yang belum pernah memainkannya sama sekali, yang dulu mungkin masih terlalu muda untuk mengikuti petulangan epik Commander Shepard.

Sesuai tebakan, versi remastered ini menghadirkan sederet penyempurnaan terhadap tekstur, shader, efek visual, serta sejumlah aspek teknis. BioWare memastikan bahwa semuanya bakal berjalan optimal di resolusi 4K serta frame rate yang tinggi. Mass Effect sendiri bukanlah game dengan grafik yang buruk, akan tetapi kualitasnya jelas terkesan berumur mengingat game itu dirilis 13 tahun lalu.

Mengemas versi remastered-nya menjadi satu bundel lengkap yang juga mencakup seluruh DLC merupakan keputusan yang tepat menurut saya, sebab jalan ceritanya memang menyambung dari yang game yang pertama sampai ketiga, dan cerita sendiri adalah kekuatan utama dari seri Mass Effect.

Kedatangan versi remastered-nya ini tidak terlalu mengejutkan karena rumornya sudah tersebar sejak bulan Mei lalu. Kendati demikian, EA baru akan merilisnya pada musim semi tahun depan (antara Maret sampai Juni 2021). Selain di PC, PS4, dan Xbox One, Mass Effect Legendary Edition juga bakal bisa dimainkan di PS5 maupun Xbox Series X.

Mass Effect baru sedang dikerjakan

New Mass Effect

Dalam kesempatan yang sama, game director trilogi Mass Effect, Casey Hudson, juga sempat menyinggung soal masa depan franchise yang diciptakannya ini. Disebutkan bahwa sebuah tim veteran BioWare sedang sibuk menggodok chapter baru di dunia Mass Effect. Pengembangannya masih dalam tahap awal, dan sejauh ini BioWare baru bisa menampilkan satu artwork di atas.

Meski belum ada detail apa-apa soal game Mass Effect baru ini, setidaknya cukup melegakan mengetahui bahwa franchise ini tidak akan tamat riwayatnya begitu saja setelah segala respon buruk yang diterima oleh Mass Effect Andromeda.

Pengumuman ini pun sekaligus mengonfirmasi pernyataan BioWare sebelumnya bahwa mereka sama sekali belum menyerah dengan seri Mass Effect. Kendati demikian, realisasinya mungkin masih agak lama mengingat BioWare juga sedang sibuk mengerjakan Dragon Age 4.

Sumber: BioWare via Polygon.

ILUNI UI Akan Menggelar Turnamen Mobile Legends Berhadiah 150 Juta Rupiah

Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) melalui Millennial and Business Center mengajak gamers di seluruh Indonesia untuk bertanding dalam kompetisi Mobile Legends pertama kali diselenggarakan Ikatan Alumni UI.  Ajang yang bertajuk ILUNI UI Esports Championship ini akan memperebutkan total hadiah senilai 150 juta Rupiah.

ILUNI UI Esports Championship hadir sebagai bentuk dukungan ILUNI UI terhadap industri digital kreatif esports di Indonesia. “Industri esports terus berkembang setiap tahunnya, untuk itu Millennial and Business Center ILUNI UI menggagas kompetisi esport pertama dari Alumni UI untuk dapat mendukung perkembangan ekosistem digital kreatif. Kompetisi ini diharapkan dapat turut mengembangkan potensi para alumni muda khususnya melalui berbagai acara yang memberikan wadah dan wawasan akan tren industri saat ini,” papar Ketua Millennial and Business Center ILUNI UI, Muhammad Pradana Indraputra, dalam sesi konferensi pers virtual, Sabtu (24/10).

ILUNI UI Esports Championship
ILUNI UI Esports Championship

Sementara itu, Ketua Pelaksana ILUNI UI Esports Championship, Rob Clinton, menyebut menyatakan, “saat ini sudah ada empat tim besar dari Woman Star League yang akan bergabung yaitu Siren Moon, Belletron Battle Angels, EVOS Esports, dan Alter Ego Aphrodite. Sementara itu masih ada empat tim besar lain yang akan bergabung, salah satunya dari MDL. Moonton selaku developer dari Mobile Legends: Bang Bang pun telah memberikan dukungan penuh untuk ajang ini.”

Asosiasi Video Games Indonesia (AVGI) turut mendukung pelaksanaan ILUNI UI Esports Championship. Sekretaris Jenderal AVGI, Angki Trijaka, mengapresiasi inisiasi ILUNI UI dalam menghadirkan kompetisi esports yang bergengsi. “AVGI mendukung penuh pelaksanaan ILUNI UI Esports Championship yang dapat turut mengembangkan industri esports di Indonesia. Dukungan kami wujudkan melalui kolaborasi AVGI dengan ILUNI UI dalam menghadirkan ajang pertandingan esport bergengsi menggunakan sistem National Open Qualifier yang mengundang hingga 10,000 pemain dari 2,000 tim di seluruh Indonesia,” tuturnya.

Rob Clinton saat memberikan sambutannya. Dokumentasi: Hybrid
Rob Clinton selaku ketua pelaksana ILUNI UI Esports Championship. Dokumentasi: Hybrid

Menurut Angki, industri esports memberikan peluang yang menjanjikan bagi Indonesia, salah satunya game Mobile Legends yang akan dipertandingkan kali ini, telah memiliki penggemar yang luas di Indonesia. Bahkan, tim Mobile Legends dari Indonesia telah mengukir prestasi dan cukup dikenal di kancah internasional. Ia berharap industri esports dapat semakin berkembang dengan dukungan dari berbagai pihak dan makin banyak lagi pihak yang mengikuti jejak ILUNI UI mengadakan kompetisi esports di Indonesia.

ILUNI UI Esports Championship ini akan hadir dengan empat babak kualifikasi yang akan berlangsung selama 28 November – 13 Desember 2020. Setiap babak tim yang terdaftar akan dibagi ke dalam empat grup kualifikasi. Untuk informasi lebih lanjut juga tersedia di akun Instagram ILUNI UI Esports Championship, sedangkan pendaftaran bisa dilakukan melalui tautan ini.

Para pecinta esports dapat menyaksikan live streaming setiap babak final kualifikasi serta babak playoff dan final yang akan berlangsung pada tanggal 18 – 20 Desember 2020 melalui kanal Youtube ILUNI UI. Hadir pula  shoutcaster Mobile Legend ternama Indonesia seperti Iius Andre, Clara Mongstar, Riyan Batitstuta “KB”, Momo Chan, Fauzianska Ramadhan “Ranger Emas”, dan Ferry Ferdiansyah “Pak Pulung” yang akan meramaikan jalannya pertandingan.

Disclosure: Hybrid adalah media partner acara ini.