FiiO EM5 Adalah Earbud Berbentuk Klasik untuk Kalangan Audiophile

Jauh sebelum TWS meledak popularitasnya seperti sekarang, manusia lebih dulu mengenal dunia portable audio dengan bantuan earbud. Dewasa ini, earbud memang bisa dikatakan sudah hampir punah, digantikan oleh model in-ear yang dinilai lebih nyaman oleh sebagian besar populasi.

Kalaupun ada, besar kemungkinan earbud tersebut adalah produk kelas entry-level yang tidak bisa berbuat banyak, yang biasanya cuma dijadikan aksesori bawaan feature phone. Tidak demikian untuk FiiO EM5, sebab perangkat ini benar-benar dirancang untuk kalangan audiophile yang lebih menyukai earbud ketimbang yang berbentuk in-ear.

Mengemban status audiophile, EM5 sama sekali tidak mau berkompromi perihal kualitas suara, dan prinsip tersebut diwujudkan lewat penggunaan driver berdiameter 14,2 mm yang dilapisi oleh logam berilium. Hasilnya, menurut FiiO, adalah earbud yang tidak malu-malu soal reproduksi bass, dan di saat yang sama mampu menyajikan treble secara mendetail.

Bass yang kurang terasa memang selama ini menjadi salah satu kelemahan utama earbud. Bentuk earbud yang datar dan tidak menyumbat kanal telinga berujung pada banyaknya suara yang bocor, utamanya suara berfrekuensi rendah. FiiO mengatasi problem ini pada EM5 dengan menyematkan semacam selang atau pipa akustik khusus yang terinspirasi oleh struktur sebuah seruling, dan yang hanya bisa dicapai dengan menggunakan teknik 3D printing.

Lebih lanjut, pengguna dapat menyesuaikan karakter suara EM5 berdasarkan preferensinya masing-masing dengan memanfaatkan tiga macam busa eartip yang termasuk dalam paket penjualannya: balanced, crisp (treble), dan bass.

Agar kinerjanya semakin sempurna, FiiO tak lupa menambatkan kabel dengan bahan utama perak (sterling silver) yang mempunyai konduktivitas tinggi. Bicara soal kabel, EM5 punya keunikan lain, yaitu konektor yang bisa dilepas-pasang. Pada paket penjualannya, FiiO menyertakan jack 2,5 mm, 3,5 mm, dan 4,4 mm, sekali lagi mengindikasikan bahwa perangkat ini ditujukan untuk para audiophile.

FiiO EM5 jelas bukan untuk semua orang, dan saya yakin sebagian besar orang malah mungkin bakal menilainya ketinggalan zaman. Terlepas dari itu, kaum audiophile yang sudah lama mendambakan earbud dengan kualitas suara premium bisa menyediakan budget S$449 (± Rp4,8 jutaan) untuk meminangnya.

SteelSeries Luncurkan Mouse Gaming Berdesain Honeycomb Pertamanya, Aerox 3 dan Aerox 3 Wireless

Tren mouse gaming dengan bobot yang sangat ringan terus bertambah populer, dan masing-masing produsen periferal tidak ingin kehilangan momentum. Salah satunya adalah SteelSeries, yang belum lama ini memperkenalkan mouse bolong-bolong perdananya, yakni Aerox 3 dan Aerox 3 Wireless.

Secara fisik, tampak bahwa duo Aerox 3 ini punya desain yang sangat mirip seperti Rival 3, hanya saja permukaan atas dan bawahnya dibuat berlubang guna memangkas beratnya secara signifikan – sampai 18 gram sendiri kalau kata SteelSeries. Bonusnya, pencahayaan RGB-nya bisa jadi lebih kelihatan.

Aerox 3 tercatat mempunyai bobot 57 gram, sedangkan Aerox 3 Wireless sedikit lebih berat di angka 66 gram karena harus mengemas modul baterainya sendiri. Namun yang lebih menarik adalah bagaimana kedua mouse ini telah lulus uji sertifikasi IP54, yang berarti jeroannya bisa tahan terhadap cipratan air maupun debu. Krusial mengingat dalamannya jelas lebih terekspos pada desain honeycomb seperti ini.

SteelSeries sendiri selama ini punya reputasi yang baik perihal build quality, dan di sini kita bisa melihat bahwa mereka tetap tidak mau berkompromi soal itu meski harus mengikuti tren mouse bolong-bolong. Jadi ketimbang sebatas melubangi rangka Rival 3 dan mengemasnya menjadi Aerox 3 begitu saja, SteelSeries tidak lupa mempertebal beberapa bagian rangkanya agar tetap kokoh seperti milik Rival 3.

Sertifikasi ketahanan air dan debu ini bahkan juga berlaku untuk kedua switch tombolnya, dan SteelSeries bilang switch-nya tetap dapat beroperasi secara normal sampai 80 juta klik.

Untuk sensornya, Aerox 3 Wireless lebih superior berkat penggunaan sensor baru bernama TrueMove Air hasil kolaborasi antara SteelSeries dan PixArt. Secara teknis, sensor ini punya sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS, jauh melebihi sensitivitas dan kecepatan tracking milik sensor TrueMove Core yang tertanam pada Aerox 3 biasa (8.500 DPI dan 300 IPS).

Bukan cuma berperforma tinggi, sensor TrueMove Air ini juga diklaim sangat irit daya. Sebagai bukti, Aerox 3 Wireless diyakini sanggup bertahan hingga 80 jam dalam sekali pengisian, padahal modul baterainya kecil dan tipis dengan bobot tidak lebih dari 13 gram. Proses charging-nya sendiri juga sangat cepat berkat pemakaian konektor USB-C: 15 menit charging sudah cukup untuk menenagai mouse sampai 40 jam pemakaian.

Kalau tidak dipakai bermain game, baterai Aerox 3 Wireless malah bisa dibuat lebih awet lagi, sebab ia turut mendukung sambungan Bluetooth. Selagi terhubung via Bluetooth, Aerox 3 Wireless dipercaya sanggup beroperasi sampai 200 jam sebelum ia kehabisan daya.

Dengan segala keunggulannya, banderol $100 yang ditetapkan untuk SteelSeries Aerox 3 Wireless bisa dibilang cukup terjangkau. Aerox 3 biasa di sisi lain malah lebih murah lagi di angka $60. Keduanya dikabarkan bakal mulai dipasarkan pada tanggal 10 November mendatang.

Sumber: SteelSeries.

Laporan DSResearch: Lanskap Creative Hub di Indonesia 2020

Creative hub adalah fasilitas yang dikembangkan untuk mendukung semangat kewirausahaan, bentuknya bisa berupa tempat fisik maupun virtual; untuk mempertemukan orang-orang kreatif dengan berbagai spesialisasi. Selain membuka jejaring, berbagai agenda bertajuk pengembangan bisnis/personal turut diselenggarakan di fasilitas tersebut. Kehadirannya cukup relevan, seiring adanya tren pengembangan UKM atau startup, khususnya di kalangan muda.

Ditinjau dari bentuknya, di Indonesia ada beberapa jenis creative hub yang tersebar di berbagai kota. Di antaranya direpresentasikan dalam coworking space, pusat pelatihan, inkubasi, hingga sistem informasi (virtual). Adapun layanannya mencakup ruang kerja, studio, ruang rapat, dll yang dilengkapi dengan fasilitas seperti konektivitas internet, program konsultasi, hingga dukungan bisnis lainnya.

Untuk melihat lebih detail sejauh mana perkembangan creative hub di Indonesia, DSResearch bekerja sama dengan Direktorat Infrastruktur Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, menyusun sebuah laporan riset bertajuk “Lanskap Creative Hub di Indonesia”.

Beberapa fokus pembahasan yang dirangkum meliputi:

  • Perkembangan creative hub di Indonesia; mengamati perkembangan creative hub dari tahun ke tahun, termasuk di dalamnya tren, model bisnis, dan pelaku industri yang terlibat. Salah satu data menarik yang berhasil dirangkup, saat ini ada lebih dari 300 coworking space yang beroperasi di seluruh Indonesia.
  • Sudut pandang pelaku/pengelola creative hub; menyingkap tantangan, peluang, dampak sosial dan ekonomi dari kehadiran creative hub di berbagai daerah. Termasuk mengamati bagaimana pandemi Covid-19 berdampak pada operasional bisnis unit-unit creative hub di berbagai wilayah.
  • Sudut pandang pengguna layanan creative hub; menggali perspektif dari pengguna layanan creative hub; beberapa pemain yang diwawancara termasuk Fitco, Growpal, Tanihub, Vutura, dan Waktukita. Di dalamnya termasuk memaparkan pertimbangan mereka memilih layanan coworking space untuk mendukung operasional bisnis.
  • Peranan regulator di pengembangan creative hub; mengilas aspek regulasi dan dukungan pemerintah dalam pengembangan creative hub di Indonesia.
  • Proyeksi masa depan creative hub di Indonesia; mendalami masukan pelaku bisnis dan pengguna soal optimasi layanan creative hub untuk mendukung ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Termasuk peluang kolaborasi antarpemain dan pemangku kepentingan.

Data dan ulasan selengkapnya dapat dipelajari melalui laporan yang dapat diunduh melalui tautan berikut ini: Lanskap Creative Hub di Indonesia 2020.


Disclosure: DSResearch bekerja sama dengan Kemenparekraf RI dalam penyusunan laporan ini. Kementerian ini membawahi unit khusus Baparekraf yang menaungi pelaku kreatif dan usaha rintisan di Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resminya: https://www.kemenparekraf.go.id/

Fokus AdaKerja Setelah Kantongi 14,7 Miliar Rupiah dalam Pendanaan Lanjutan

Jumat (30/10) platform job marketplace AdaKerja mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan dari Beenext senilai $1 juta atau setara 14,7 miliar Rupiah. Pendanaan awal sebenarnya sudah dibuka sejak tahun lalu, saat perusahaan debut, Beenext turut jadi investor pertama mereka. Berkat partisipasi dari beberapa angel investor (termasuk pimpinan LinkedIn, DBS, ICAP, dan Tolaram Group), total dana yang berhasil dikumpulkan senilai $1,4 juta.

Modal tambahan yang didapat akan diprioritaskan dalam pengembangan produk dan teknologi, sehingga membuat layanan AdaKerja lebih mumpuni dalam mengakomodasi pekerja kerah biru di Indonesia.

Sebenarnya platform serupa juga tengah disiapkan untuk direplikasi di Singapura dengan nama AskSteve. Namun kepada DailySocial, Founder & CEO Ashwin Tiwari mengatakan bahwa secara bisnis saat ini mereka baru fokus di Indonesia. Sementara unitnya di Singapura baru di tahap beta — secara fungsional bakal sama dengan AdaKerja yang sudah beroperasi di Indonesia.

Sejak diluncurkan tahun 2019, AdaKerja mengklaim telah merangkul sekitar 600 ribu pencari kerja dan 10 ribu bisnis yang terlibat di platformnya. Capaian tersebut membuat Ashwin dan tim cukup optimis mengarungi tahun 2020, meski iklim bisnis tengah dilanda perlambatan akibat pandemi.

Menyasar kalangan pekerja kerah biru (biasanya pekerja di sektor informal), AdaKerja tidak sendirian karena sudah ada beberapa platform yang sajikan layanan serupa. Sebut saja Job2Go, Heikaku, atau Workmate. Namun Ashwin cukup optimis, karena ada value proposition yang mereka unggulkan.

“Ya, saya dapat membayangkan. Tapi setelah Anda membuka [AdaKerja], ada perbedaan utama. Dan satu hal yang terpenting, kami bukan agen kepegawaian digital. Model tersebut [agen] banyak diadopsi oleh pemain lain, mereka mengenakan komisi sampai 20% kepada pekerja, orang-orang yang harusnya mendapatkan keseluruhan dari [upah] yang diperoleh,” ujar Ashwin.

Ashwin Tiwari
Founder & CEO AdaKerja Ashwin Tiwari / AdaKerja

Terkait fitur, untuk pencari kerja AdaKerja menghadirkan pengalaman pencarian pekerjaan yang dipersonalisasi dengan mengobrol menggunakan bot WhatsApp atau Messenger. Sementara bagi mitra bisnis (UKM), mereka disuguhkan sebuah aplikasi untuk mengelola proses perekrutan secara lebih efisien. Merangkul kalangan kerah biru, menjadikan sebagian besar mitra AdaKerja datang dari kalangan UKM. Karena dinilai pebisnis tersebut yang lebih banyak menyerap tenaga kerja informal.

Untuk model bisnisnya Ashwin menjelaskan, “Layanan kami sepenuhnya gratis untuk pencari kerja. Perusahaan membeli kredit wawancara dengan biaya terjangkau, kemudian mereka gunakan untuk mengundang kandidat.”

Membangun bisnis job marketplace di Indonesia bukan tanpa tantangan, “Terus terang, tantangannya adalah membangun bisnis yang berkembang pesat, terlepas dari apakah perusahaan itu berbasis di Indonesia atau tidak. Membangun tim dan budaya perusahaan yang kuat juga hal yang tidak mudah.”

“Misi kami di Indonesia adalah mendigitalkan pencarian kerja dan penggajian untuk 100 juta pekerja kerah biru dan 60 juta UMKM. Menurut proyeksi, UMKM menyerap sekitar 95% tenaga kerja dan membukukan $300 miliar dalam daftar gaji tahunan; melayani mereka adalah fokus kami,” tutup Ashwin.

Application Information Will Show Up Here

Daftar Startup Proptech di Indonesia

Property Technology atau yang dikenal dengan istilah Proptech adalah sebuah integrasi teknologi dalam industri properti. Sebenarnya pengertian mengenai PropTech dan apa saja jangkauannya, masih belum memiliki sebuah kesepakatan. Ada yang menganggap bahwa shared space management seperti co-working space yang sedang marak bermunculan saat ini juga merupakan bagian dari PropTech. Walaupun jika dilihat dari istilahnya, PropTech lebih cocok ditujukan untuk hal-hal berbau teknologi yang memang mempengaruhi industri properti secara langsung.

Setiap negara memiliki kata yang berbeda untuk properti dan teknologi. Istilah PropTech berasal dari Inggris, penggabungan antara dua kata yaitu property dan technology. Di Amerika Serikat, istilah yang lebih dikenal adalah RETech (Real Estate Technology) dan CRETech (Commercial Real Estate dan Technology). Walaupun berbeda nama, namun intinya adalah dunia properti yang memiliki kaitan dengan teknologi.

Perkembangan PropTech di Indonesia juga terus berjalan meski tidak secepat di negara-negara maju. Perusahaan-perusahaan startup yang menyediakan listing properti sudah menjamur di Indonesia. Dari mulai situs pencarian sewa kost hingga rumah yang dijual. Berikut ini layanan proptech yang hadir di Indonesia

Travelio

Travelio didirikan Hendry Rusli, Christina Suriadjaja, dan Christie Tjong, layanannya penyewaan rumah tinggal dan apartemen yang diusung sudah menjangkau berbagai kota di Indonesia. Penyewa dapat memilih opsi tinggal harian, bulanan, atau tahunan.

Travelio salah satu startup proptech di Indonesia
Di Indonesia, Travelio adalah portofolio kedua Samsung Venture. Sebelumnya mereka terlibat dalam pendanaan seri E Gojek di tahun 2018 lalu.

Kabar terakhir, Startup proptech Travelio mengumumkan partisipan baru dalam putaran pendanaan seri B mereka. Kali ini yang bergabung adalah Samsung Venture Investment Corporation. Artinya sudah ada dua investor baru terlibat dalam investasi – sebelumnya ada juga Pavilion Capital. Pada pengumuman pertama pendanaan seri B pertengahan November 2019, Travelio mendapatkan suntikan modal senilai 253,6 miliar Rupiah.

99.co

99.co sebenarnya sudah mulai menginjakkan kakinya di Indonesia sejak 2015, namun pada saat itu perusahaan masih dalam tahap penetrasi pasar sehingga lebih banyak melakukan riset dan analisis. Saat ini, situs listing properti asal Singapura 99.co meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan meluncurkan situs konsumen dan aplikasi untuk agen properti. 

99.co salah satu situs properti untuk memenuhi berbagai kebutuhan terkait pencarian properti.
Sejak didirikan pada 2011, 99.co Indonesia telah dilengkapi dengan berbagai fitur inovatif yang memudahkan para penggunanya untuk mengambil keputusan cerdas dalam memilih properti.

Beberapa strategi mereka untuk mendorong penjualan diantaranya menyediakan program loyalitas untuk agen properti. Salah satunya bonus dana tunai untuk agen yang berhasil mencetak penjualan perdana lewat platform 99.co. Selain itu, agen juga akan dapat menukar poin yang berhasil dikumpulkan ke berbagai merchant untuk dibelanjakan.

Di tahun 2018 Portal jual beli properti UrbanIndo mengumumkan peresmian migrasi domain ke 99.co. Upaya ini dilakukan pasca pengumuman akusisi di awal tahun 2018 lalu. Lalu pada Oktober 2019 99.co 99.co mengumumkan aksi perusahaan dalam “joint venture” bersama REA (Real Estate Australia) Group. Kesepakatan itu akan membawa dua kanal properti digital milik REA, yakni iProperty.com.sg (beroperasi di Singapura) dan Rumah123.com (beroperasi di Indonesia), dikelola 99.co untuk memenangkan pasar Asia Tenggara.

Rumah.com

Rumah.com adalah media online yang ideal untuk pencarian properti, seperti rumah, bangunan komersial, dan bangunan industri. Pemilik properti dapat menempatkan iklan properti mereka sehingga mudah ditemukan oleh calon pembeli atau penyewa yang mencari berdasarkan lokasi dan harga.

Rumah.com sebagai startup proptech bagian dari PropertyGuru
Di Indonesia, PropertyGuru mengoperasikan bisnis Rumah.com dan RumahDijual.com

Pada Januari 2011, Grup PropertyGuru, situs web properti terdepan di Singapura mengakuisisi dan menjadikan Rumah.com sebagai bagian dari keluarga besar. Indonesia bergabung sebagai negara ke delapan di dalam grup yang memiliki jaringan di Malaysia, Thailand, Australia, Hongkong, Makau, dan India.

Nama “Rumah.com” tetap dipertahankan karena dianggap nama yang paling tepat dalam industri properti di Indonesia. PropertyGuru yakin Rumah.com akan memberikan kontribusi besar dengan menjadi pemimpin pangsa pasar situs web properti di Indonesia.

Rumah123.com

Rumah123 merupakan anak perusahaan REA Group. Rumah123.com adalah mesin pencari properti utama di Indonesia, memiliki beberapa kantor utama di kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Balikpapan dan Makassar.

Startup proptech rumah123 masih ingin berfokus menjadi situs properti nomor satu di Indonesia
Dalam siaran pers yang diterbitkan REA Group, disebutkan perusahaan joint venture didirikan melalui transfer/penggabungan bisnis 99.co, iProperty.com.sg, dan Rumah123

Sejak tahun 2007, Rumah123.com telah melayani jutaan masyarakat Indonesia untuk dapat menemukan rumah mereka dan investasi properti. Rumah123.com adalah bagian dari 99 Group, berbasis di Singapura. 99 Group juga memiliki 99.co. iProperty Singapore dan UrbanIndo.

Lamudi.co.id

Lamudi.co.id adalah bagian dari Lamudi, portal properti online global yang memfokuskan secara eksklusif pada pasar negara berkembang. Didirikan oleh inkubator start-up asal Jerman, Rocket Internet, pada tahun 2014, Lamudi.co.id sejak 2020 menjadi bagian dari Emerging Property Markets Group (EMPG), salah satu grup portal properti global terkemuka di Timur-Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

Lamudi startup proptech Indonesia membantu masyarakat dalam proses jual beli properti
Lamudi membantu dan mengedukasi masyarakat terkait proses pembelian dan penjualan properti.

Lamudi.co.id menampilkan lebih dari 1 juta listing properti baru maupun second seperti rumah, apartemen, tanah, dan unit komersial dengan spesifikasi serta harga yang variatif. Semua listing properti yang ditampilkan juga telah melewati proses seleksi ketat sehingga terjamin keakuratan dan kualitas datanya.

Selain menampilkan listing properti, Lamudi.co.id turut memberikan sejumlah informasi yang dapat membantu dan mengedukasi masyarakat terkait proses pembelian dan penjualan properti.

Property Inside

PropertyInside.id adalah Indonesian online news channel yang menggabungkan property dengan teknologi (PropTech). Sebagai media informasi, mereka menyatukan berita/informasi properti dengan teknologi virtual reality & komunitas real estate, karena menurut mereka pertumbuhan industri properti selalu seiring dengan perkembangan gaya hidup manusia itu sendiri.

property inside adalah salah satu startup proptech yang juga menerapkan AR dan VR
Property Inside memberikan informasi bisnis properti yang dirangkum dengan ulasan gaya hidup masa kini

Informasi bisnis properti mereka rangkum dengan ulasan gaya hidup masa kini. Para jurnalis profesional yang berpengalaman dalam mengelola informasi/berita properti dan lifestyle. Selain property news, PropertyInside.id juga menyediakan jasa pembuatan “Digital Marketing Tools” untuk asset property anda, seperti pembuatan Virtual Reality, Augmented Reality, 3D Hologram Image dan TV Commercials.

Imtec

Kemajuan teknologi yang sangat cepat telah memberikan ruang yang luas dan juga support yang besar bagi pemasaran, terutama dalam pemasaran online. Dari berbagai macam teknik pemasaran online yang telah banyak diterapkan, Imtec melihat peluang dari sebuah teknologi dengan teknik pemasaran baru yang memiliki potensi besar untuk dapat digunakan sebagai alat pemasaran yang memikat  dan melibatkan pengalaman konsumen saat menikmati konten pemasaranya. Teknik pemasaran ini menggunakan realitas virtual reality dan augmented reality yang dipadukan dengan konsep-konsep pemasaran online, yang kita kenal sebagai Immersive Marketing.

Imtec sebagai salah satu startup proptech yang memadukan beberapa konsep dalam teknik pemasaran
Dengan teknik pemasaran yang menggunakan realitas virtual reality dan augmented reality

Pemasaran Immersive memberikan kenyamanan baru kepada konsumen dalam menerima informasi atau konten yang diberikan secara lengkap. Immersive Marketing menghadirkan pengalaman digital yang sangat kuat dalam mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan dan menentukan pilihan.

Model pemasaran inilah yang akan diperkenalkan oleh Imtec 360 Properti dalam memasarkan properti agar lebih menarik, informatif, interaktif secara nyata di dunia maya.

Properti Anda

Properti Anda merupakan pengembangan model fintech yang menawarkan platform layanan proptech (property technology) berbasis crowdfunding untuk berinvestasi pada aset properti. Layanan ini mengakomodasi beberapa orang untuk membeli sebuah properti secara bersama-sama, kemudian menikmati pembagian hasil yang didapatkan dari biaya sewa atau kenaikan harga penjualan. Layanan proptech ini bisa dibilang masih cukup baru di Indonesia dan belum sepopuler model fintech seperti p2p lending maupun crowdfunding lain. Kendati demikian, selain Properti Anda di pasar lokal juga sudah ada Tavest dan Napro.

Properti Anda sebagai startup proptech merupakan platform dari waktu ke waktu yang memungkinkan anda untuk memilih segala jenis properti dari seluruh Indonesia.
Properti Anda didirikan pada tahun 2017 sebagai pelopor pasar penggalangan dana properti di Indonesia.

Sejak didirikan pada tahun 2017 lalu, Properti Anda sudah mengumpulkan 278 investor untuk membiayai 4 unit properti senilai 1,4 miliar rupiah. Jenis properti yang dikelola meliputi rumah dan apartemen, ditargetkan untuk wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang dan Tangerang. Investasi dapat diikuti dengan nominal mulai dari 500 ribu rupiah dengan biaya awal investasi sebesar 2 persen.

CloseBuy

CloseBuy adalah platform aplikasi seluler properti terintegrasi di seluruh wilayah Asia Pasifik, berfungsi sebagai “One-Stop Marketplace” (jual, beli, sewa – pasar primer dan sekunder) untuk semua pemilik properti perusahaan dan individu, pengguna dan praktisi (penjual, pembeli dan agen) di sektor komersial, industri dan perumahan.

Closebuy startup proptech yang membuat sebuah aplikasi mobile properti berbasis peta terintegrasi di kawasan regional Asia Pasifik
Mengusung konsep “One-Stop Marketplace” untuk jual, beli dan sewa baik di pasar primer dan sekunder

Mengusung konsep marketplace untuk properti, aplikasi CloseBuy didesain dengan beberapa fitur utama. Di antaranya “Smart & Interaktif”, sebuah fitur yang memudahkan dalam pencarian properti. Akan ada matchmaking otomatis apabila tidak menemukan properti yang dicari secara manual. Yang menarik, CloseBuy hanya menawarkan satu aplikasi mobile dan akses back end internet (khusus pengembang properti) untuk mancanegara dan semua pengguna. Selain itu, aplikasi ini juga menerapkan sistem pencarian berbasis lokasi terdekat serta dilengkapi peta digital untuk mencari alamat properti.

Gradana

Gradana didirikan oleh dua orang co-founder, yakni Angela Oetama dan William Susilo Yunior. Startup ini juga beberapa kali memenangkan penghargaan, seperti Best Fintech Startup mewakili Indonesia di ASEAN Rice Bowl Awards dan 10 Platform P2P Lending Terbaik versi  KPMG di Fintech Edge. Platform Gradana juga mencoba mewadahi ekosistem bisnis properti, seperti pengembang, agen, perusahaan interior dan renovasi, investor serta bank; sehingga dapat saling bersinergi. Kabar terakhir menyebutkan Gradana memperoleh pendanaan pra-seri A dari TryB Group.

Gradana salah satu startup proptech pengembang platform p2p lending pembiayaan properti
Saat ini perusahaan telah memiliki beberapa produk, di antaranya GraDP, GraSewa, dan GraRenov.

Gradana.co.id merupakan portal yang mempertemukan Pembeli dan pendana untuk kebutuhan cicilan uang muka (DP) rumah. Pada tahap awal, Gradana memfasilitasi pembiayaan unit properti di primary market dari pengembang (developer) yang sudah bekerja sama dengan Gradana. Dengan skema Gradana, Pembeli dapat mencicil uang muka hingga 36 bulan, lalu melanjutkan sisa KPR ke bank komersial.

Space Stock

Sebelum rebranding menjadi SpaceStock, salah satu startup proptech ini dikenal dengan nama SewaKantorCBD. Selain perubahan nama dan identitas, mereka juga memperluas bisnis sektor properti komersial dan tempat tinggal. SpaceStock akan menyediakan daftar properti dan agen profesional untuk membantu kebutuhan dan keinginan konsumen.

Startup proptech SewaKantorCBD yang rebranding menjadi Spacestock
Spacestock.com adalah layanan property konsultan Indonesia yang menghubungkan antara pemilik properti dan perspektif klien, begitu pun sebaliknya

Sementara itu dari sisi layanan. Untuk memudahkan transaksi antara pemilik, pembeli dan penyewa, Spacestock juga sudah menyiapkan dua fitur pelengkap yaitu Live Chat dan Virtual Realty. Live Chat disediakan untuk memberi kemudahan kepada calon pembeli dan penyewa agar bisa berkomunikasi dan mengatur jadwal pertemuan dengan agen properti. Sedangkan Virtual Realty adalah foto 360 derajat yang bisa memudahkan konsumen untuk melihat produk secara utuh.

Cicil Sewa

Cicilsewa didirikan pada tahun 2018, ketika pemilik perusahaan, Hendry, Andrew, dan Ridchi menyadari adanya kendala pada sistem sewa properti di Indonesia. Penerapan pembayaran sewa secara tahunan telah menghambat banyak orang dalam menyewa properti. Untuk mengatasi kendala ini, maka ketiga founder Cicilsewa menyediakan solusi pembayaran yang cerdas untuk sewa properti.

Cicilsewa startup proptech yang menyediakan solusi pembayaran yang cerdas untuk sewa properti.
Cicilsewa telah bekerja sama dengan lebih dari 10 corporate clients, beberapa di antaranya adalah: Warunk Upnormal, Fabelio, CoHive, Alam Sutera, Mr. Montir, dan Conclave.

Pada 6 Februari 2020, Cicilsewa menjalin kemitraan dengan J Trust Bank. Kedua perusahaan tersebut menandatangani Memorandum of Agreement yang mencantumkan dukungan finansial J Trust Bank bagi Cicilsewa. Kerjasama yang dijalin ini bertujuan untuk menguatkan Cicilsewa dalam menyediakan lebih banyak tempat tinggal dan juga ruang usaha.

Mamikos

Mamikos adalah layanan pencarian kost di Indonesia yang menyajikan data informasi kost dengan detail fasilitas lengkap seperti fasilitas kamar tidur, kamar mandi, fasilitas umum, hingga foto-foto kost. Berdiri sejak 11 November 2015, Mamikos memanfaatkan teknologi dengan mengelola dan menyajikan daftar kos dengan penjelasan fasilitas secara terperinci dan dilengkapi dengan foto serta detail dari setiap kos.

Mamikost startup proptech yang menyediakan berbagai macam informasi seputar kamar kos
MAMIKOS menyajikan informasi Kamar kosan, lengkap dengan fasilitas kost, harga kost, dan dekorasi kamar beserta foto desain kamar yang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya.

Secara sederhana, Mamikos bekerja sebagai ‘jembatan’ untuk menghubungkan para pencari hunian sewa sementara atau kost dengan para penyedianya. Informasi yang ditampilkan oleh Mamikos juga terbilang lengkap, mulai dari harga, fasilitas kost, hingga foto-foto dari kost bersangkutan.

Rumahku.com

Rumahku.com adalah situs pencarian properti (property search engine) di Indonesia yang menjadi pelopor penggunaan metode viral marketing dalam memasarkan properti. Rumahku.com adalah jawaban apabila seseorang hendak mencari rumah dengan mudah. Rumahku.com adalah pencipta online property expo pertama yaitu Rumahku Expo.

Bisnis startup proptech rumahku.com yang portal media properti
Rumahku.com pun juga diperkuat dengan bisnis Event Organizer untuk Exhibition Property

Didirikan tahun 2010, website properti ini juga memberikan informasi mengenai rumah dijual, tanah dijual, apartemen disewakan, perbandingan bunga kpr bank, dan tren harga rumah berdasarkan sejarah transaksi sehingga memberikan gambaran yang jelas apakah saat ini adalah waktu yang tepat bagi Anda untuk melakukan jual, beli, atau sewa

Yukstay

YukStay adalah startup proptech yang kembangkan layanan online marketplace untuk penyewaan apartemen dan indekos. Saat ini baru beroperasi di seputar Jabodetabek dan Surabaya. Menerapkan model bisnis B2B2C, YukStay tidak hanya mengakomodasi kebutuhan hunian temporer untuk konsumen, mereka juga membantu pemilik properti.

Yukstay sebagai startup proptech untuk solusi dari masalah pemilik apartemen dan masyarakat urban untuk mencari hunian.
YukStay adalah “home away from home” dan merupakan pilihan yang tepat dan terjangkau untuk masyarakat urban yang mencari kenyamanan, kemudahan, dan komunitas pertemanan di luar lingkungan kantor.

Didirikan tahun 2018, YukStay digawangi dua founder yakni Jacky Steven dan Christopher Kung. Sebelum melibatkan diri di YC, mereka juga sudah mengumpulkan pendanaan $4 juta atau setara 65 miliar Rupiah dari sejumlah investor dalam putaran seri A, termasuk Insignia Ventures dan K3 Ventures.

Flokq

Flokq didirikan oleh Anand Janardhanan dan Harmeet Singh pada Agustus 2019. Startup tersebut telah mengelola ratusan unit kamar tersebar di berbagai lokasi di pusat bisnis Jakarta, seperti Mega Kuningan, Senayan, Rasuna Said, Sudirman, Semanggi, dan lainnya. Flokq memberikan solusi untuk mereka yang ingin upgrade hunian indekos dari sebelumnya atau mencari apartemen dengan harga lebih terjangkau.

Flokq adalah startup proptech penyedia layanan coliving space, di mana calon penyewa dapat memilih apartemen sesuai dengan kebutuhannya.
Flokq menawarkan sewa bulanan yang fleksibel mulai Rp 3,9 juta, sehingga penyewa dapat memilih sesuai kebutuhan dan budget.

Perusahaan secara khusus mengincar kalangan professional sebagai pengguna, kebetulan penghuni terbanyaknya adalah ekspatriat dan pengusaha muda yang tetap ingin bangun jaringan dan terhubung dengan penghuni co-living lainnya di tempat yang mereka huni dalam suatu komunitas.

Jendela360

Jendela360 merupakan startup poptech berbasis marketplace yang menghubungkan pengguna, pemilik properti, dan agen dalam satu platform. Perusahaan rintisan yang pertama kali mempopulerkan penggunaan 360 virtual tour di dunia properti di Indonesia. Hadirnya konten tur virtual dengan pandangan 360 derajat menjadi nilai unik yang ditawarkan, diharapkan dapat meningkatkan pengalaman pengguna dalam menentukan unit properti yang akan disewa.

Jendela360, sebuah startup properti yang melayani seluruh kebutuhan penyewaan apartemen di Jakarta.
Daniel dan Ade menggandeng Kiki Guzali yang merupakan seorang agen properti dan setuju untuk membangun suatu tech empowered properti solution bernama Jendela360 yang resmi didirkan pada Oktober 2016 lalu.

Di tahun 2020 Jendela360, mengumumkan pendanaan awal sebesar US$1 juta atau setara 14,2 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Beenext. Beberapa investor turut mendukung putaran investasi ini, meliputi Prasetia Dwidharma, Everhaus, dan sebuah konsultan properti lokal.

Rukita

Konsep hunian co-living atau komunal memang bukan hal baru di Indonesia. Namun belakangan sejumlah startup mulai menggarap konsep ini sebagai turunan dari sektor proptech yang kian subur. Rukita adalah salah satu pemain yang namanya mencuat sebagai pembesut konsep hunian komunal ini.

Didirikan pada April 2019, Rukita, perusahaan teknologi properti (proptech) hadir secara resmi untuk memenuhi kebutuhan hidup kaum urban saat ini.
Rukita membantu para pemilik properti dalam mengelola dan mentransformasikan propertinya menjadi hunian co-living yang bergaya modern dengan layanan lengkap untuk pendapatan dan tingkat okupansi yang lebih tinggi

Kamar yang dikelola Rukita selama setahun beroperasi tersebar di Jadetabek. Total ada 3000 kamar yang mereka kelola. Adapun sistem kerja sama mereka dengan para pemilik properti adalah sistem bagi pendapatan (revenue sharing). Rukita mengurus dari layanan manajemen properti, renovasi, pemeliharaan, operasional, hingga pemasaran. Dengan kata lain pemilik hunian cukup terima bagi hasilnya saja.

Pinhome

Didirikan oleh CEO Dayu Dara Permata dan CTO Ahmed Aljunied, Pinhome didirikan dengan tujuan memfasilitasi transaksi properti agar lebih mudah, cepat, dan transparan dengan bantuan teknologi.

Pinhome sebagai startup proptech yang memiliki platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti.
Pinhome adalah pionir platform jual, beli, dan sewa properti berbasis teknologi.

Sebagai calon pembeli, Pinhome siap mengawal sepanjang proses transaksi, mulai dari kontak awal hingga proses akad. Sedangkan bagi rekan agen keuntungannya tidak hanya akan membantu memasarkan properti yang diwakilinya tapi lebih dari itu, mereka akan memberikan akses ke jutaan properti lainnya.

Alex Rusli in the Ecosystem: Startup Founder and Angel Investor

Alex Rusli is very familiar in ecosystem circles. One of the peaks of his career was when he served as CEO of Indosat Ooredoo (Indosat), one of the largest telecommunications services in Indonesia.

Now Alex Rusli is busy with his business and investments. DailySocial tries to find out what he is currently busy with as an entrepreneur, a commissioner in three companies, and an angel investor.

Enthusiasm for innovation

Alex first joined Indosat in January 2010 as an Independent Commissioner. Then he was appointed President Director and CEO two years later. Several digital products launched by Indosat under his leadership are Cipika, Cipika Play, Cipika Books, and Dompetku.

“Before serving as CEO at Indosat Ooredoo, my career at Indosat was quite long. Previously I also had experience working in government and other companies,” said Alex.

After leaving Indosat in 2017, Alex has been involved in various positions which are claimed to have spent more time working than when he was at Indosat.

“For me, activities as an entrepreneur, and especially starting a startup, provide its own adrenaline which is very interesting to follow. The structure of an irregular startup makes this process full of challenges but full of disruption,” said Alex.

Together with his former colleague at Indosat, Prashant Gokarn (former Chief Digital & Service Officer), Alex founded Digiasia Bios (Digiasia). The company, which targets fintech services, is the holding company for the e-wallet service KasPro, the P2P lending platform KreditPro, and remittance services with digital channels and the RemitPro offline network.

“Right now Digisasia is the biggest investment that I have made. Together with Prashant, we are starting to acquire several companies and their licenses and then we will refresh it into a new story,” said Alex.

All of his professional experiences are used by Alex to further understand fintech services, including regulatory compliance, in Indonesia.

Angel investor journey

Currently Alex has invested in around 11 companies. He does not hesitate to help develop the company’s business, provide consultation, and help them find the right solution for the company’s interests.

Alex claims to enjoy this new activity. Of the several investments made, only one, according to Alex, should be closed. The reason is because of the stubborn attitude and position of the startup founder.

“I have experienced several conditions when startup founders are very stubborn and reluctant to accept input or feedback from investors. As an angel investor, this is quite crucial and certainly disturbs the creation of a good relationship with the startup founder. angel investors, “said Alex.

In the future, Alex sees the dynamics and ecosystem of angel investors will increase in number. According to him, there are already many angel investors that exist in Indonesia, although their movements are not very visible. The concept of long-term investment is one of the attractions to become an angel investor.

“I who like things that are not standard and full of challenges are ideal [conditions] to enter the world of startups and entrepreneurship. But for those who like things that are organized and structured, it’s good to avoid getting into the world of startups,” said Alex.

The dynamics in operator business

Alex himself said that he did not close the opportunity to invest in the telecommunications sector which he has controlled for the last 7 years. However, at this time, he wanted to try to go outside and enter into new sectors and different innovations.

Regarding the challenges faced by telecommunication operators during the pandemic, even though it was a traffic harvest, Alex said, “I see this condition is quite difficult, because during the pandemic telecommunication operator companies could not raise prices. So even though traffic has increased, it is not accompanied by an increase in prices to customers. , “said Alex.

In fact, the telecommunication industry experienced an increase in revenue in the February-March period. However, income growth since March has continued to decline during the pandemic. The need for greater internet bandwidth makes their expectations quite high.

“I see that although fixed broadband services have experienced an increase in the number of new subscribers, from the connection side, there are still many who say that telecommunication operator connections are sometimes better than fixed broadband connections. This means that from the service side, it is still good for telecommunication operators,” said Alex.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Localio to Develop Marketplace Platform for Home-Made Culinary Business

It is not new knowledge that household activities during the pandemic are busier than normal days. Cooking activity is one of the most dominant. The benchmark is the number of home culinary businesses that have grown significantly during a pandemic. Localio tries to catch the fortunes of this trend.

Localio is a digital startup that was just established in July. This startup was founded by Andry Suhaili, Sebastian Wijaya, Donald D. Kusumo, and Handoko Kusumo as a marketplace for the home culinary business. Although at first glance it is no different from the GoFood and GrabFood platforms, they insist that the Localio business is different. One of them is the localization of their product.

“Basically Localio is a local homemade marketplace, helping MSMEs meet their communities,” said Andry, who plays the CEO.

The initial idea for Localio came from the Andry family who intended to sell their home cooking but had difficulty finding a large niche market. To enter platforms such as GoFood or GrabFood, according to Andry, is quite difficult because it requires a long queue.

Departing from that problem, he and his friends made research about the difficulties experienced by the home culinary business. After that they found a number of similar problems including the difficulty of the home business in marketing and there was no single platform for them.

Product segment

Andry admitted that there are already other platforms such as GoFood, GrabFood, and other e-commerce that can be used by home culinary businesses. However, according to him, the platform above does not really suit the needs of a home business. With Localio, Andry said that his party can help home businesses from promotions, attracting customers, online business training, to courier selection.

Since their target audience is micro and even ultra-micro businesses, Localio does not charge any fees to merchants who join. Nor do they seek to profit by applying commissions.

“We are not taking commissions, but we see opportunities in infrastructure, for example with suppliers,” Andry added.

What Andry means by infrastructure is the ecosystem that Localio is building. Andry explained that there are three main pillars that will become the Localio ecosystem, namely fulfillment, finance, consulting and advertising services. Advertising includes their current business model.

The fulfillment in question includes the supply chain that connects sellers to food vendors, delivery, and provision of satellite kitchens. This supply chain thing, they call it LocaSupply, is still a work in progress. Andry said that his party plans to partner with Wahyoo for this product.

Which is quite interesting in the delivery options. Andry said that they prepared courier options using bicycles, scooters and pedestrians. The pedestrian option arose because the food delivery distance in Localio was only 3 kilometers. In addition to the choices of couriers, they also took Gojek and Help as additional options.

“Our existing business model is Live Streaming, LocaAds, and delivery.”

Business plan and target

Localio started out in a relatively small business. They started their business by hooking up with a seller in the Tanjung Duren area, West Jakarta. Then they hooked up with other home businesses in the Kelapa Gading, Pluit, PIK, Sunter, and Pasar Minggu areas.

CTO Sebastian Wijaya said that his party now has a number of sellers scattered outside cities such as Sidoarjo and Medan. However, for now they will still focus on expanding their reach in the Jabodetabek area. Meanwhile, until December, they are at least targeting to expand to Bandung, Surabaya, Bali and Singapore. They chose Singapore because according to them the conditions of the home-based culinary business there are also improving, plus Sebastian who is currently living there.

Apart from expansion, Localio also plans to attract professional chefs who were laid off from work during the pandemic to join their platform. Later the chefs will be accommodated into their own canals.

By mid-October, Localio had won 1000 sellers. They are targeting to reach 4000 sellers by the end of the year with the expansion they have planned. This growth target will also be used to attract investors. Currently, the capital in Localio is still in the bootstrap phase with additional capital from Win Ventures.

“In the future, we want to form a home-based business ecosystem. Overall, we want to be a platform that connects local MSMEs, promoting them from an unknown food business to becoming a global player to exporting abroad,” said Andry.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Indonesia’s Agritech to Develop Progressively

One of the things that is quite encouraging in the development of Indonesia’s digital economy is the creation of solutions to various problems in various sectors, as well as creating new opportunities that can actually impact many people. Online motorcycle taxis, food delivery merchants, and the transformation of stalls to digital are some of them.

What has not been widely heard is how the agritech industry has grown in Indonesia. The story has not yet reached the surface. Actually, several names have focused on this sector, TaniHub, SayurBox, KedaiSayur, iGrow, Crowde, Etanee, EdenFarm, Freshbox, and other names are a series of startups trying to transform the agritech industry in Indonesia with their own solutions.

Over the past few years they have tried to validate the idea as well as educate the market that there are technological solutions that can solve existing conventional problems, such as farmer loans, low prices, and the distribution of their crops.

In 2020, since entering the pandemic period, several names in this sector have started to show significant growth. Especially those who focus on delivering their produce directly to customers. This potential also makes KedaiSayur a pivot and focus on order delivery services for food ingredients. Sayurbox, Etanee, EdenFarm, and Freshbox also compactly stated that there was a growth in retail customers during the pandemic.

Meanwhile, in terms of capital services, Crowde shared stories with DailySocial at the beginning of the pandemic, their operational businesses were also affected. This condition is due to the large number of POs with their horeka businesses that have to be canceled due to force majeure as well as travel restrictions from one area to another.

Many parties are surprised by the various new policies and gray plans, for example, such as many investors who have not dared to make capital again after repayments or new policies to limit the types of businesses they capitalize.

“We have also made adjustments to the system so that capital will still have relevant risk mitigation during this pandemic, such as credit insurance options for capital, diversification offtakers for the absorption of crop yields, to options for purchasing crops in tonnage. To simplify the capital distribution assistance system, we We also work more with local men as farmers consultants and field agents, “said Crowde Head of Impact Investment Afifa Urfani.

Crowde’s performance during the pandemic is quite promising. In the period March to August they claim to continue to distribute funds up to more than Rp. 60 billion. This figure is higher than normal conditions, considering that the peak planting period is from September to October each year. The funds are channeled to more than 18,000 farmers and more than 300 small and micro businesses in the agricultural sector.

“During the pandemic, we continued to cooperate with> 10 institutional investors who were not afraid to channel their capital even in pandemic conditions with uncertainty over credit. agricultural capital, “said Afifa.

Supply chain and farmer’s capital loan

If you look further about the problems that technology startups are solving in the agritech sector, it will focus on two things of the supply chain or distribution and also farmer capital loans. For the supply chain, these startups will usually go directly to the area to meet with farmers or farmer groups and work together to accommodate their crops.

Then the crops will be accommodated in a kind of processing center to be sorted and packaged before being passed on to customers. With a short distribution chain like this, the quality of vegetables and fruit will be better maintained, prices will remain competitive, and customers will have an interesting shopping experience.

Meanwhile, for agricultural capital loans, the outline of the process is that farmers open projects on the platform provided, complete with information on the crops they will plant with the amount of profit offered. Then the owner of the capital will choose the project and finance it.

Of these two fundamental problems, there is one thing that makes it a positive impact on farmers. All of them are competing to make farmers harvest maximally and with quality. The goal is to produce the best quality for their respective services. Quality fruit or vegetables in abundance, or good yields for those who invest. This synergy is expected to be able to elevate farmers to a better, more measurable, and more documented level.

Agritech in other countries

China as a country with fast technology adoption in the past decade has made transformation in the agritech sector a national priority. They launched a development plan and digitization of the agricultural sector from 2019 to 2025. Cutting-edge technologies such as AI robots for sensor-based automation and monitoring, blockchain, supply chain, and 5G networks are expected to create solutions in the agricultural sector. From a report published last March, investment in Chinese e-Grocery grew 25% from 2018. Touching the $ 2.1 billion mark.

Meanwhile in India, the supply chain is also a challenge for the agritech industry. Linking farmers directly to customers appears to be an important homework of agritech in many countries.

A report, titled Agritech – toward transforming Indian Agriculture issued by EY in August, stated that the potential supply chain for the Indian market reached $ 12 billion, while for financial services it reached $ 4.1 billion. These two sectors provide space for startup players to grow and at the same time contribute to national agriculture.

Future potential

Indonesia is an agrarian country where every year there is news about farmers who have failed crops or farmers whose harvest prices have plummeted. When talking about potential, clearly empowering farmer groups to reduce these risks is one of the most important.

Furthermore, in a more mature stage of IoT-specific sensor technology, predictions based on data typical of big data and machine learning can take farmers to the next level. Determine which planting period and variants are the most profitable to reduce the risk of crop failure.

Indonesia is on its way. The investment obtained by companies in the agritech sector is expected to be able to provide solutions for a better future for Indonesian farmers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Digital Campaign Platform “Dukung Calonmu” is to Facilitate the Election of Political Contestants

Starting from a public fundraising campaign site (crowdfunding), Dukung Calonmu is to shift into a comprehensive digital campaign platform. Even though it hasn’t left the crowdfunding feature which is currently known as a donation, the Founder & CEO, Christian Hutabarat shared his vision and ambition with us.

He said his service pivot was based on in-depth observations regarding the current conditions in Indonesia. Fundraising platforms have not been fully accepted by political contestants.

“Such a concept is difficult to enter into Indonesian political culture because there are several obstacles that are encountered. Among them, political contestants are concerned about the small number of donations coming in. Then there is a concern that by raising campaign funds, there is a negative perception that they (political contestants) don’t have the capacity economically,” Christian said.

Currently, it is still difficult for political digital platforms such as Support Your Candidates to instantly disrupt habits or methods that have previously been embedded in Indonesian society for a long time. For that reason, Dukung Calonmu strives to present relevant features and services for users.

“Political contestants who are included in our scope are not limited to the special legislative circle, but also for those candidates for RT heads, BEM heads, student council leaders can take advantage of our platform. Starting from a small-scale success story, the hope is that Support Candidates can expand its coverage to medium to the national scale,” Christian said.

Dukung Calonmu will continue to actively communicate with regulators such as the KPU and Bawaslu, to ensure that the steps taken are in accordance with existing regulations. Meanwhile, to create a wider network and provide even more massive education, they work with organizations to communities ranging from small to large scale.

“We hope that support from stakeholders can help Dukung Calonmu to be better known and eventually used as a digital campaign platform that supports political contestants and the general public,” Christian added.

Two leading features

Because the function is not used for daily needs, Dukung Calonmu is currently not available as an application. It only use the website.

One of its features is dubbed the “Digital Campaign”, and includes several interesting options that can be used. For example, to create a campaign site, a candidate profile information center, to a center for interaction with the community.

There is also an “Online Election” feature, providing options such as easy voter registration, verification of registered voters with guaranteed security.

For the donation feature, Dukung Calonmu is to embed this choice in the Digital Campaign feature. For contestants who want to launch donation activities, they can take advantage of this option by managing the money accommodated in advance by Dukung Calonmu team, using a third party payment gateway.

After the donation has been successfully collected, the money can be disbursed through a verified account. Dukung Calonmu already has a number of users who are scattered in their locations. Not only in Indonesia, they claim to have users in the Netherlands.

“Through Dukung Calonmu, the wider community can find out more relevant information about political contestant candidates, build direct relationships and, if interested, can make donations according to the initiation of the political contestants,” Christian said.

For the monetization strategy that is implemented, Dukung Calonmu provides a subscription option (subscribe) within a certain time frame and also certain features that can be used. Meanwhile, Online Election is a price package, depending on the number of voters who will use it.

Claiming to be the first and only platform to present political campaigns online, there are several plans and targets for Dukung Calonmu to achieve, including conducting fundraising.

“Dukung Calonmu’s target next year is certainly to be able to develop even more, and also for the product itself, there will always be developments to improve existing products to satisfy or meet all the needs that are difficult for our users,” Christian said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bigetron RA Juara PMPL SEA Season 2, EVOS Esports Kerja Sama dengan Newzoo

Tanpa terasa kita sudah mencapai penghujung dari bulan Oktober. Dua pekan lalu kita melihat banyak turnamen telah selesai dilaksanakan. Ada MDL (MLBB) yang dimenangkan oleh Siren Esprots dan FFIM (Free Fire) yang dimenangkan oleh EVOS Esports di pekan kedua Oktober 2020. Lalu ada juga RRQ Hoshi yang jadi juara MPL ID (MLBB) Season 6 di pekan ketiga Oktober 2020. Lalu ada apa saja di akhir bulan Oktober ini? Berikut rangkuman berita esports minggu ke-4 bulan Oktober (26 – 30 Oktober 2020)

Bigetron RA Juara PMPL SEA Finals Season 2 dan Lengkapi Gelar Keseluruhan

Sumber: Bigetron Official
Sumber: Bigetron Official

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Walau sudah mendominasi Indonesia, Asia, dan Dunia, namun Bigetron RA masih mendamba satu gelar lagi yaitu gelar tingkat Asia Tenggara. Tanggal 25 Oktober 2020 lalu gelar yang didamba tersebut akhirnya didapatkan oleh sang Red Aliens setelah melalui pergulatan sengit dengan sesama punggawa Indonesia yaitu Aerowolf LIMAX dan tim-tim Asia Tenggara. Walaupun performa Bigetron RA sempat buruk di hari kedua pertandingan namun mereka segera bangkit di hari ketiga. Terkait hal tersebut Bagas “Zuxxy” menceritakan bahwa salah satu kunci performa mereka adalah mental baja serta kemampuan untuk me-reset mental agar dapat menghadapi semua pertandingan dengan emosi yang netral.

FC Barcelona Melepas Roster Rocket League

https://twitter.com/FCBeSports/status/1320807381572427783?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1320807381572427783%7Ctwgr%5Eshare_3&ref_url=https%3A%2F%2Fdotesports.com%2Frocket-league%2Fnews%2Ffc-barcelona-parts-ways-with-rocket-league-roster

Klub sepak bola asal spanyol yaitu FC Barcelona, mengumumkan pelepasan roster Rocket League andalan mereka. Padahal FC Barcelona di kancah Rocket League adalah skuad solid yang menunjukkan performa mantap di berbagai pertandingan. German “El General” Micciullo selaku pelatih tim Rocket League FC Barcelona mengatakan kepada Dot Esports bahwa keputusan pelepasan roster sepenuhnya dilakukan oleh pihak manajemen klub itu sendiri.

Ubisoft Umumkan November Six Major

Setelah sukses pada bulan Agustus 2020 lalu, kini Ubisoft melanjutkan inisiatif esports regional Rainbow Six: Siege lewat sebuah rangkaian yang diberi tajuk November Six Major. Turnamen ini terselenggara di 4 regional besar R6S yaitu Amerika Latin, Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik. November Six Major diselenggarakan secara online dengan memperebutkan total hadiah sebesar US$125.000 dan kesempatan untuk bertanding di Six Invitational nantinya. Pertandingan akan diselenggarakan secara bertahan di masing-masing regional mulai dari tanggal 30 Oktober 2020 hingga 29 November 2020 mendatang.

SF League Pro Japan Memasuki Pekan ke-5 

Pekan ke-5 dari Street Fighter League Pro Japan kembali menampilkan pertandingan apik dari para jagoan SFV asal Jepang. Pekan ini Mago Scarlet akhirnya bangkit dan berhasil menang 3-1 melawan Momochi Splash. Pada sisi lain, pertandingan antara Tokido Flame melawan Nemo Aurora menampilkan pertarungan yang ketat dengan hasil 2-2. Sementara pada pertandingan terakhir, Umehara Gold menunjukkan konsistensinya setelah berhasil menang 3-1 melawan Fuudo Gaia.

Kontingen Indonesia Siap Tanding di IESF World Championship 2020

Sumber: IESPA Official
Sumber: IESPA Official

Setelah melalui seleksi cukup panjang, kontingen Indonesia untuk IESF World Championship 2020 akhirnya sudah siap dan telah bertanding sejak tanggal 28 November 2020 lalu. Beberapa saat lalu kita telah melihat sosok Artaman Ciptajaya (RTM) yang akan mewakili Indonesia untuk nomor pertandingan Tekken 7. Untuk nomor pertandingan PES 2020 Indonesia diwakili oleh Doni Pratama. Terakhir pada nomor Dota 2 ada tim gabungan yang berisi Tri Kuncoro (Jhocam), Muhammad Luthfi (Azura), Muhammad Rizky (InYourDream), Rudy Lucky (Usagi), dan Ramzi Bayhaki (Ramz). Pertandingan akan berlangsung hingga 9 November 2020 mendatang untuk memperebutkan slot pertandingan Grand Final . Walau begitu pertandingan Grand Final masih didiskusikan tanggal penyelenggraannya mengingat situasi pandemi dan jadwalnya dikabarkan mundur dari Desember 2020 menjadi Februari 2021.

Godz Sebut 75 persen Pertandingan Dota 2 di Asia Tenggara Melibatkan Matchfixing

Sumber: Liquidpedia
Sumber: Liquidpedia

Tindakan matchfixing atau mengatur “skor” demi keuntungan pribadi terbilang ibarat parasit yang menggerogoti nilai sportivitas di skena esports. Dalam kasus Dota, baru-baru ini sesosok shoutcaster ternama yaitu David Parker “Godz” mengatakan bahwa 75 persen pertandingan Dota 2 di Asia Tenggara melibatkan kasus Matchfixing. Godz mengatakan bahwa informasi tersebut ia dapatkan dari orang dalam yang bekerja di perusahaan bidang perjudian esports. Lebih lanjut Godz mengatakan bahwa matchfixing yang terjadi bukan tindakan ekstrim seperti sengaja kalah demi memenuhi keuntungan pribadi. Godz menjelaskan bahwa matchfixing yang ia maksud adalah bentuk pengaturan skor demi keuntungan kecil, seperti sengaja memberikan First Blood atau memberikan 10 Kill pertama pada musuh.

Sudah ada 21 Tim Siap Bertanding di PUBG Mobile Global Championship

Berbarengan dengan selesainya PMPL SEA, telah selesai juga beberapa gelaran PMPL di regional lain. Dua yang selesai berdekatan dengan PMPL SEA adalah PMPL Americas dan EMEA (Eropa dan Timur Tengah) League. Laporan Dot Esports mengatakan bahwa 4 tim teratas dari dua liga tersebut yang akan bertanding di PMGC setelah sebelumnya Tencent sempat menyebut hanya 3 tim teratas saja yang lolos. Berdasarkan hasil tersebut, maka sudah ada sekitar 21 tim terkumpul yang akan ikut bertanding di PMGC termasuk Bigetron RA, Aerowolf LIMAX, dan tim asal PMPL SEA. Selain SEA, Amerika, dan EMEA, regional lain yang akan diikutsertakan dalam PMGC adalah Taiwan, Jepang, dan South Asia (India dan sekitarnya).

Xccurate Gabung NG Esports

Sumber: HYPE Army
Sumber: HYPE Army

Walau beberapa kali sempat terlihat di skena VALORANT lokal, Kevin “Xccurate” Susanto sepertinya masih akan tetap bermain CS:GO secara profesional. Spekulasi itu sendiri kini sudah terjawab setelah Xccurate dilaporkan oleh csgo2asia.com akan bermain dengan tim NG Esports asal Thailand. Pertandingan perdana Xccurate bersama NG Esports adalah turnamen 188Esports Thailand Championship yang telah terselenggara sejak 21 Oktober 2020 lalu.

Suning Amankan Partnership dengan KFC Jelang Worlds 2020

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Suning, tim League of Legends asal Tiongkok mengumumkan kerja sama terbarunya dengan salah satu restoran cepat saji terbesar di dunia yaitu KFC. Diumumkan lewat Weibo, bahwa kerja sama ini nantinya akan melibatkan berbagai kegiatan seputar fans seperti giveaway ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang akan dilakukan nantinya. Kerja sama dengan esports bukanlah hal yang baru bagi KFC. Sebelumnya “Ayam Tepung Colonel Sanders” juga pernah mensponsori tim RNG dan juga liga LoL Tiongkok yaitu LPL.

EVOS Esports Umumkan Kerja Sama Dengan Newzoo Untuk Data Esports Asia Tenggara

Sumber: Newzoo
Sumber: Newzoo

Pasca pendanaan yang didapatkan, EVOS Esports sepertinya terlihat begitu gencar melakukan ekspansi bisnis. Salah satu yang terbaru adalah pengumuman kerja sama si Harimau Biru dengan perusahaan data esports ternama yaitu Newzoo. Esports Observer menjelaskan bahwa kerja sama antara EVOS Esports dengan Newzoo dilakukan dalam model barter. EVOS Esports di satu sisi akan memberikan Newzoo insight seputar pasar esports Asia Tenggara sementara Newzoo akan membantu EVOS Esports untuk melakukan pengukuran seraya mencari kesempatan bisnis baru.