Investasi dan Ekosistem Berperan Krusial dalam Pertumbuhan Startup Indonesia

Tahun 2017 sudah mendekati titik akhir, umumnya akan dilakukan banyak refleksi berkaitan dengan perjalanan yang dilalui dalam satu tahun terakhir. Tak terkecuali bagi lanskap startup di Indonesia, mulai dari sisi capaian bisnis, inovasi teknologi, dan berbagai macam komponen pendukungnya mulai banyak didiskusikan perkembangannya. Dalam acara peresmian co-working space baru Kolega Primedge minggu lalu, sebuah acara talkshow digelar, menyoroti beberapa hal terkait perkembangan startup sampai akhir 2017 ini.

Dalam kesempatan tersebut dihadirkan beberapa pemateri, yakni Head Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto, Director of Business Strategy MallSini Steven Yee, dan Co-Founder GDILab Jefri Dinomo. Ketiga pemateri tersebut membahas dua pembahasan utama, yakni tentang bagaimana investasi berpengaruh terhadap ekosistem startup nasional dan bagaimana kolaborasi di ekosistem seharunya berperan mendorong akselerasi bisnis startup.

Pendanaan masih menjadi salah satu tulang punggung kemantapan startup Indonesia

Para panelis menyoroti, setelah startup berhasil mendefinisikan dengan baik tahap awalnya –meliputi produk, strategi bisnis dan sebagainya—langkah selanjutnya yang diperlukan ialah mengakselerasi. Yakni mempercepat laju pertumbuhan dan traksi penggunaan produk dengan berbagai jenis pendekatan, misalnya growth hacking. Di fase ini umumnya startup akan membutuhkan modal yang lebih besar, bahkan sangat besar, sehingga investasi tahap lanjutan sangat dibutuhkan di sini.

“Dalam menjalankan bisnis tidak hanya memerlukan output yang baik, namun kerja sama yang solid, karena sejatinya investor mengutamakan kualitas setiap individu yang terdapat dalam menciptakan sebuah produk startup,” ujar Steven.

Di fase ini penting bagi startup untuk mulai menjalin komunikasi dan relasi dengan investor. Terkait dengan ini, panelis menekankan bahwa yang perlu dibawa kepada investor ialah sebuah value yang dimungkinkan untuk menjadi sebuah kolaborasi kedua pihak, antara startup dan pihak investor. Poin penting lainnya, pendanaan harus ditempatkan pada posisi untuk meningkatkan performa bisnis, jadi perlu bentuk ideal terlebih dulu dari sisi produk dan orientasi pasar sebelum memutuskan untuk fundraising dan “membakar uang”, tentu untuk tujuan pengembangan pangsa pasar.

Inilah yang biasa dipertimbangkan oleh Mandiri Capital ketika mempertimbangkan untuk memberikan pendanaan kepada startup, terutama di tahap awal. Tahun ini diakui, bahwa terjadi penurunan jumlah startup yang disuntik oleh Mandiri Capital, Aldi menjelaskan hal ini disebabkan perubahan mentalitas para pelakunya, sehingga membuat pertimbangan investor semakin kompleks.

“Investor cenderung menjadi lebih selektif ketika hendak berinvestasi, perlu memikirkan banyak hal seputar mengenai prospek ke depan. Mulai dari strategi profit perusahaan, laju pertumbuhan, dan pengujian startup agar bisa bertahan,” ujar Aldi.

Menumbuhkan startup melalui jaringan ekosistem yang ada

Selanjutnya Jefri dari GDILab menyampaikan, bahwa aspek penguatan produk (termasuk dari sisi teknologinya) adalah krusial. Karena biar bagaimanapun kualitas produk akan menjadi yang paling dominan bagi startup, termasuk ketika hendak mendapatkan pendanaan. Pasar yang semakin ketat memang membuat setiap pemain harus berpikir jeli dan inovatif melihat berbagai peluang yang ada. Produk harus mau dinamis, siap berkembang menyesuaikan permasalahan yang ada di target pasarnya.

Para pemateri juga meyakini, bahwa ekosistem yang sudah ada sebenarnya bisa dijadikan sarana bagi pelaku startup untuk bisa terhubung satu sama lain, antar pemain startup, investor, hingga sampai di level individu (berkaitan dengan talenta). Adanya perkembangan infrastruktur yang terus dikejar oleh berbagai pihak, setidaknya akan selalu menciptakan jalan baru bagi startup digital untuk bertumbuh pesat.

Strategi Media Sosial untuk Startup

Kendati dinilai sangat efektif, melakukan pemasaran digital ternyata tidak mudah –tepatnya memerlukan taktik yang sesuai, pasalnya ketika sebuah brand terjun ke dunia digital, maka mereka pun akan dihadapkan pada persaingan yang cukup rumit. Sebagai bisnis yang memfokuskan pada inovasi digital, penting bagi startup untuk merumuskan strategi terbaiknya dalam melakukan pemasaran digital. Salah satu kanal pemasaran digital yang paling efektif saat ini tak lain adalah media sosial.

Untuk membahas bagaimana sosial media dapat memberikan dampak terhadap pemasaran startup, sesi diskusi mingguan DailySocial dalam #SelasaStartup (7/11) menghadirkan CEO Bangwin Consulting Abang Edwin sebagai narasumber. Pria yang akrab disapa Bangwin tersebut membawakan presentasi bertajuk “Social Media for Startup”, berisi kiat startup meningkatkan awareness produk melalui media sosial.

Memulai dengan mengenalkan produk

Salah satu strategi yang dapat dioptimalkan melalui media sosial ialah untuk menarik perhatian konsumen atau klien. Caranya ialah dengan melempar berbagai isu yang umum dihadapi oleh pangsa pasar, kemudian menawarkan produk atau solusi yang digarap. Respons terbaik di media sosial salah satunya saat masyarakat menunjukkan ketertarikannya terhadap produk atau layanan yang dipublikasikan, terlebih di sana mampu menghadirkan diskusi terkait permasalahan tadi.

“Peran media sosial supaya banyak orang yang mengenal produk dari perusahaan yang ditampilkan, sehingga nantinya memiliki hubungan dengan pengguna dan memberi respons positif terhadap produk kita,” ujar Bangwin.

Strategi media sosial untuk startup

Ada dua hal yang dipaparkan oleh Bangwin terkait strategi startup dalam meningkatkan performa pemasaran digital melalui media sosial, yakni One Time Set-up dan Daily Engagement. One Time Set-up berkaitan dengan cara startup mematangkan identitas berkaitan dengan brand atau merek produknya. Identitas startup di media sosial harus kuat, bahkan harus dihubungkan untuk setiap aktivitas yang dilakukan. Penguatan tersebut bisa dilakukan melalui optimasi laman profil ataupun konten yang dipublikasikan.

Daily Engagement berkaitan dengan bagaimana media sosial dapat menjadi medium berkomunikasi antara startup dengan konsumennya. Semakin banyak perbincangan yang terjadi, maka skor untuk Daily Engagement semakin bagus. Bagian terpenting di sini ialah konteks, tentang konsistensi konten dan strategi media sosial dalam memberikan pesan yang sesuai dan bermanfaat bagi para pengikut di media sosial. Setiap posting di media sosial akan memiliki nilai yang disebut Rate Impressions.

Kreativitas konten berperan sentral

Trigger utama bagi konsumen untuk tertarik berdiskusi melalui media sosial ialah konten. Tidak harus terlalu kaku mempromosikan produk atau layanan secara terus menerus, kadang perlu disisipi dengan konten umum yang menggugah, misalnya kutipan, konten visual, kuis dan sebagainya. Namun perlu diperhatikan dengan mayoritas pengikut di media sosial tersebut.

“Intinya agar mereka tahu bahwa brand atau produk yang startup berikan sesuai dengan yang mereka butuhkan. Melalui gambar dan fakta dari media sosial yang diberikan mempengaruhi kepribadian produk itulah ide yang seharusnya terjadi banyak peminat,” lanjut Bangwin.

Tujuan utama media sosial memastikan pengunjung untuk lebih tertarik dengan produk yang dimiliki. Termasuk membuat brand yang dimiliki lebih dikenal, bahkan memberikan kesan sehingga secara tidak langsung kadang konsumen turut membantu mempromosikan kepada lingkungannya.

Jalin Kerja Sama dengan Xendit, Jurnal.id Hadirkan Fitur Jurnal Pay

Pengembang perangkat akuntansi online Jurnal.id baru-baru ini memperkenalkan fitur barunya yang diberi nama Jurnal Pay. Fitur ini diperuntukkan untuk membantu pengusaha UKM melakukan pembayaran akun melalui virtual account, baik berupa bank transfer ataupun kartu kredit. Sehingga kini para UKM dapat memproses penagihan agar pelanggan mereka melakukan pembayaran online dari setiap invoice yang dikirim.

Selain itu, melalui Jurnal Pay, pelaku UKM dapat mengelola dan merangkai rencana keuangan dengan memberikan pilihan proses pembayaran serta menerima pembayaran dengan cepat, di mana pun dan kapan pun. Pengembangan Jurnal Pay sendiri dilakukan bekerja sama dengan Xendit, yang merupakan penyedia jasa infrastruktur teknologi finansial di Asia Tenggara. Xendit menyediakan Payment Gateway Portal untuk pemrosesan transaksi melalui virtual account tadi.

Melalui fitur ini, pengguna Jurnal.id tidak perlu repot lagi untuk mendaftarkan virtual account sendiri. Dengan memasukkan beberapa informasi seperti nama perusahaan, email, nama bank, nama akun, rekening Jurnal.id, serta akun biaya pada Jurnal Pay, pengguna dapat menerima pembayaran melalui bank-bank terpilih meliputi Mandiri, BRI, BCA, dan BNI. Pencatatan transaksi penerimaan dan pencairan dana terverifikasi secara otomatis, sehingga pengguna Jurnal Pay tidak perlu melakukan pengecekan pembayaran secara manual karena semua telah tercatat pada sistem Jurnal.id.

“Mengamati bahwa pelaku UKM cenderung terpengaruh faktor eksternal sehingga mereka melewatkan faktur wajib untuk dibayarkan dan masih melakukan konfirmasi penerimaan uang secara manual, mendorong kami untuk berinovasi dengan menyediakan layanan praktis bagi UKM. Dengan menggandeng Xendit, kami memberikan solusi praktis agar pengguna dapat menerima pembayaran secara langsung dan mendapatkan notifikasi konfirmasi pembayaran serta pencatatan invoice yang telah dibayar secara otomatis sehingga para pelaku UKM tidak lagi khawatir melewatkan faktur wajib yang harus dibayarkan,” ujar Chief Executive Officer Jurnal.id Daniel Witono.

Terintegrasi dari Xendit memudahkan Jurnal.id mengakomodasi kebutuhan transaksi beragam tipe perusahaan untuk menerima pembayaran transfer bank dan kartu kredit, mengelola dana dengan sistem escrow, serta mengirim pembayaran skala besar.

Sementara itu Moses Lo selaku Founder & CEO Xendit mengungkapkan, “Hal ini sejalan dengan misi kami yang bertujuan membantu para pebisnis untuk menerima pembayaran secara mudah dan terkendali. Sebaliknya dari sisi pembayar dipermudah pada segi waktu dalam melakukan pembayaran melalui pilihan virtual account (bank transfer) atau kartu kredit. Kami harap kontribusi ini menuai respons positif dari pengguna Jurnal.id dan menguatkan posisi Jurnal.id sebagai software akuntansi.”

Application Information Will Show Up Here

Membangun Kultur Kerja di Tahap Pertumbuhan Startup

Startup yang sudah masuk ke dalam tahap berkembang atau scale-up bukan berarti mengisyaratkan founder memiliki kultur bisnis yang tepat dan harus dipertahankan. Sebaliknya, kultur adalah sesuatu yang dinamis mengikuti laju bisnis yang sedang berjalan –sedangkan yang perlu dipertahankan adalah visi.

Kultur erat kaitannya dengan bagaimana perlakukan terhadap tim. Di fase berkembang, ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan oleh founder. Berikut ini adalah lima hal yang dapat dipraktikkan terkait dengan pengembangan kultur bekerja untuk startup yang tengah dalam tahap perkembangan.

Mengoptimalkan tim sembari mengukur potensi bisnis

Dimulai dari tim yang kecil –dan solid, startup yang sedang bertumbuh biasanya akan mengalami kebimbangan. Saat potensi bisnis bertumbuh, sedangkan jumlah anggota masih sama. Namun jangan buru-buru melakukan perekrutan, ukur kemampuan tim terlebih dulu. Apakah kemampuan mereka masih bisa untuk menangani tanggung jawab lebih –misalnya untuk melakukan multi-tasking. Dalam praktik terbaik startup, memberikan tantangan lebih kepada tim akan menjadi professional development yang baik di lingkungan bisnis.

Kadang yang perlu diubah justru workflow, dari yang sebelumnya sepenuhnya manual coba ditangani sebagian dengan teknologi. Sebagai contoh ketika traksi pelanggan derastis meningkat, layanan seperti CRM bisa dimanfaatkan untuk membantu tim pemasaran untuk menangani berbagai keluhan atau bahkan melakukan analisis terhadap kecenderungan pelanggan. Cara berkomunikasi, pembagian kerja dan sebagainya juga dapat disederhanakan dengan teknologi, sehingga lebih menghemat waktu.

Membuka kesempatan untuk berkolaborasi antar tim

Berbeda dengan korporasi yang sangat disiplin dengan sekat-sekat divisi atau pembagian departemen bisnis, startup cenderung lebih bisa terbuka. Sebagai contoh, ketika tim pemasaran membutuhkan performa lebih untuk melakukan kampanye kegiatan, coba libatkan juga tim dari divisi lain untuk menyederhanakan pekerjaan, semisal dari tim operasional. Bahkan untuk divisi yang mungkin terkesan jauh fungsionalitasnya. Selain menghidupkan kultur kolaboratif, langkah ini juga memberikan kesempatan untuk masing-masing anggota tim mencoba hal baru.

Saat perusahaan bertumbuh, sudah semestinya memikirkan pertumbuhan kompetensi pegawai. Selain memberikan tantangan pada pekerjaan tambahan, hadirkan juga kesempatan untuk memperdalam kemampuan mereka, atau mengeksplorasi hal-hal baru. Berikan motivasi lebih, bisa saja dengan peningkatan gaji atau berikan kesempatan untuk menimba ilmu di luar.

Sediakan waktu untuk melakukan hal yang menyenangkan

Hal-hal seperti makan bersama atau berlibur bersama tetap dijadikan agenda, lebih sering bahkan. Selain untuk memberikan waktu refreshing, kegiatan seperti ini dapat membuat tim lebih solid. Mereka akan lebih dekat satu sama lain, dan mengerti kekurangan dan kelebihannya. Sehingga diharapkan dapat seling mengisi dalam kegiatan kolaborasi di perusahaan.

Jika harus merekrut pegawai baru

Dalam perusahaan baru yang berpotensi tumbuh, dibutuhkan pegawai yang dapat menyesuaikan diri dengan perusahaan. Perusahaan dapat mencocokkan dengan kepribadian maupun keterampilan yang mereka miliki. Memilih untuk merekrut pegawai dengan cara ini demi menciptakan tim jangka panjang yang memiliki kontribusi inovatif.

Perjalanan Satu Tahun Prism, dari Capaian Bisnis sampai Inovasi Produk

Pengembang layanan chat-to-buy Prism mengumumkan telah mencapai satu tahun pertamanya pasca pivot dari layanan sebelumnya yang dikenal dengan Coral. Salah satu pencapaian yang diinformasikan terkait dengan jumlah merchant yang telah menggunakan layanannya, yakni sudah mencapai lebih dari 50 e-commerce. Beberapa di antaranya termasuk Berrybenka, Amazara, Manulife, Oktagon, Tees, hingga Biznet Gio.

Untuk lebih tahu tentang pembaruan terkini dari Prism, DailySocial menghubungi Co-Founder & CEO Prism Batista Harahap (Tista). Dalam keterangannya Tista turut menyinggung seputar inovasi produk yang menjadi salah satu konsentrasi utama di tahun pertama berjalan. Salah satu yang baru digulirkan ialah fitur Customer Purchase History, memungkinkan merchant untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang para pembelinya.

“Customer Purchase History sangat efektif untuk meningkatkan basket-size melalui up-selling. Untuk merchant yang menggunakan platform e-commerce seperti WooCommerce di WordPress, you get this out of the box. Inovasi di Prism datang dari dalam maupun luar, kami punya kultur yang fanatik terhadap umpan balik,” terang Tista.

Produktivitas konsumen menjadi patokan utama

Berjalan satu tahun dan berhasil melakukan akuisisi pengguna yang cukup banyak bukan hal mudah –beberapa di antaranya pemain yang cukup signifikan di lanskap e-commerce Indonesia. Mengingat layanan serupa (pengelolaan transaksi via fitur chat) sebenarnya sudah banyak, terutama produk dari luar. Tista menjelaskan, bahwa kerja keras dengan tujuan yang terukur menjadi kunci Prism selama ini. Untuk produknya patokan utamanya sangat jelas, meningkatkan produktivitas merchat sehingga meningkatkan coversion rate.

“Termasuk ketika harus menghadapi kendala, sejauh ini kendala yang ada selalu memberikan kami kesempatan untuk berinovasi. Customer Purchase History sendiri adalah fitur yang hadir karena kendala yang dihadapi salah satu merchant kami,” ujar Tista.

Implementasi di lapangan pun bukan tanpa tantangan. Salah satu isu yang sering ditemui ketika merchant tidak menggunakan platform e-commerce standar seperti WooCommerce, Magento, Opencart dan sebagainya (layanan Prism dapat dipasang secara instan di paltform tersebut). Penyelesaiannya dukungan teknis disediakan secara penuh untuk mendampingi proses implementasi.

“Dengan layanan Prism, rata-rata merchant mitra kami mendapatkan peningkatan conversion rate hingga 40 persen,” ungkap Tista.

Tetap berpegang teguh pada visi utama

Mengenai apa yang ingin dicapai dalam milestone tahun berikutnya Tista bercerita tentang visi utama Prism. Yakni ingin membuat pengalaman membeli se-native mungkin. Salah satu yang dilakukan ialah dengan selalu mendengarkan masukan dari para rekanan dan konsumen, serta selalu melakukan eksekusi perbaikan ataupun pembaruan secepat-cepatnya.

“Sebagai sebuah startup, hal yang paling merugikan adalah tidak cukup cepat untuk mempertahankan growth rate bahkan melebihi. Dari sejak pivot menjadi Prism, visi kami tidak berubah, Prism adalah the go-to company for chat commerce,” pungkas Tista.

Google Developer Launchpad Fokus Matangkan Produk Startup di Tahap Awal

Sebagai upaya tindak lanjut dari pendirian Google Lounge di Menara by Kibar beberapa waktu lalu sebagai wadah komunitas dan ekosistem startup Indonesia, Google mengumumkan program barunya yang diberi nama “Google Developer Launchpad Indonesia”. Program ini akan didesain untuk inline dengan agenda pemerintah –dalam hal ini oleh Kominfo—untuk membentuk 1000 startup di tahun 2020 mendatang.

Nama “Launchpad” cukup akrab di telinga penggiat startup di Indonesia, sebelumnya program akselerasi Google yakni Launchpad Accelerator telah dikenalkan. Beberapa startup juga telah terlibat dalam program tersebut, untuk dibina langsung secara intensif oleh mentor dari Google, di markas pusat Google. Sedangkan untuk program Launchpad lokal ini bisa dikatakan levelnya di bawah program akselerasi yang ada sebelumnya, karena fokus pada pematangan konsep startup untuk masuk di tahap early stage.

Program ini akan berisi serangkaian kegiatan mentoring, berupa pelatihan dan diskusi, dengan menghadirkan lebih dari 22 mentor berkelas global. Program ini akan berjalan intensif selama tiga hari fokus pada pematangan produk –guna mencapai product-market fit. Nantinya para startup dengan produk yang sudah matang, akan diarahkan untuk berlanjut di program Google Launchpad Accelerator.

Head of Policy Google Indonesia Shinto Nugroho menyampaikan pada saat meresmikan program ini, bahwa fokus Google Developer di Indonesia untuk membantu pertumbuhan startup –termasuk UMKM, pengembang dan content creator untuk mengoptimalkan kinerjanya menggunakan sumber daya yang dimiliki Google. Dan menurutnya program 1000 Startup Digital milik pemerintah sejalan dengan visinya.

CEO Kibar Yansen Kamto yang terlibat langsung dalam program tersebut turut mengutarakan bahwa program ini sangat penting untuk menjadi bagian dari agenda yang sudah dibentuk bersama pemerintah, karena saat ini butuh banyak dukungan untuk meningkatkan kualitas pengembang lokal.

“Dengan banyak dukungan untuk program ini [1000 Startup] seperti dari pemerintah, mentor dan media, kemungkinan besar akan membantu para startup berkembang lebih cepat dalam penyiapan untuk terjun,” ujar Yansen.

Di sesi pembukaan kemarin, sudah disebutkan beberapa nama yang akan mengisi jajaran mentor di program Google Developer Launchpad Indonesia, di antaranya:

  1. Organization Development Tech Google APAC Martin Gonzalez; akan fokus memberikan pengetahuan tentang manajerial tim dan penguatan bisnis dari sisi finansial.
  2. CEO & Co-Founder UX Indonesia Eunice Sari; akan fokus membantu pengembang dalam menciptakan antar muka dan pengalaman pengguna pada rancangan aplikasi, sehingga lebih bisa diterima oleh pengguna.
  3. Mastermind MOB Makers Barcelona Cecillia Tham; akan fokus membantu penyusunan strategi dalam menjangkau masyarakat dalam menggunakan produk.
  4. CEO Growth Mechanics Emil Lamprecth; akan fokus membantu startup dapat tumbuh melalui pendekatan pengembangan produk.
  5. Co-Founder Agrahyah Tecnologies Sreeraman Thiagarajan; akan fokus membantu pengembang lokal untuk membangun teknologi baru sesuai dengan kultur dan kebutuhan pasar lokal.
  6. Global Program Manager Google Launchpad Mark Masterson; akan fokus untuk membangun leadership yang kuat bagi para punggawa startup.

Melalui kolaborasi dengan program ini, pemerintah dan Kibar menargetkan akan ada pelatihan di 50 kota untuk menjangkau lebih banyak pengembang. Harapannya dalam sesi tiga hari yang akan diadakan di masing-masing wilayah, dapat menghasilkan persembahan ide produk, prototipe hingga susunan tim yang berpotensi untuk mendapat pembinaan lanjutan dari Google.

IoT dan AI Dinilai Akan Menjadi Landasan Kuat Inovasi Teknologi di Indonesia

IDX Incubator kembali mengadakan sesi diskusi teknologi dan startup untuk kali kedua. Di sesi ini, program inkubasi yang diusung PT Bursa Efek Indonesia tersebut mengusung tema “Technology vs Humanity”. Dalam diskusi ini dihadirkan dua narasumber, yakni Wakil Ketua Komite Tetap KADIN Indonesia Kevin Wu dan Managing Director Samsung R&D Indonesia Alfred Boediman.

Diawali dengan pemaparan oleh Alfred yang menggaris bawahi bahwa kemunculan startup digital cukup memberikan warna baru untuk industri teknologi di Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan inovasi produk. Yang saat ini mulai tercetus dan berkembang salah satunya Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Alfred meyakini bahwa kedua hal tersebut akan menjadi signifikan ke depannya, karena menjadi fondasi utama smart-things, seperti smart city, smart home, smart transportation dan bidang lainnya.

Memang, jika melihat perkembangan teknologi saat ini arahnya sudah ke sana. Sebut saja startup seperti Nodeflux, produknya yang menggabungkan kapabilitas IoT dengan AI kini mampu melengkapi perangkat CCTV yang dipasang di area perkotaan menjadi lebih “hidup” –dalam artian tidak sekedar merekam gambar, namun memberikan analisis secara real-time. Kemudian contoh juga ada Atnic, startup ini memfokuskan layanan IoT yang membantu peternak udang untuk meningkatkan produksinya melalui pendekatan teknologi.

Namun inovasi sendiri dinilai selalu bertahap, dari proses riset, pengembangan hingga implementasi secara masif. Yang jelas semua harus diawali dari penerimaan baik oleh pengguna. Di Indonesia dapat diindikasikan adanya penerimaan baik terhadap inovasi teknologi, Alfred mencontohkan dengan hadirnya berbagai layanan online yang ada saat ini.

“Banyak aktivitas masyarakat kini bergantung pada layanan online, seperti layanan on-demand atau e-commerce, yang terbukti mampu memberikan kemudahan dalam melakukan berbagai aktivitas masyarakat. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa teknologi bersifat mendukung, bukan mengubah total aktivitas yang sudah ada,” terang Alfred.

Kevin turut menambahkan, bahwa salah satu pangkal inovasi teknologi ada di tangan startup digital. Untuk itu menjadi salah satu urgensi berbagai pihak untuk mendukung pertumbuhan startup digital di Indonesia. Kevin juga menerangkan, melihat penetrasi yang ada saat ini ia meyakini bahwa startup akan terus bertumbuh. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memastikan startup tidak stagnan di fase awal –bisa scale up di level yang lebih tinggi—dapat melakukan 3C, yakni Connecting, Collaborating dan Contributing.

Produk AI juga menjadi salah satu tren yang ada saat ini di Indonesia. Teknologi ini digadang-gadang mampu menggantikan beberapa peran manusia dengan sistem yang lebih otomatis. Komputer mampu merespons kebutuhan pengguna layaknya ketika mereka dilayani oleh petugas manusia. Lantas apakah nantinya teknologi ini akan benar-benar menjadikan robot-robot yang sangat cerdas layaknya manusia? Menurut Kevin tidak, secanggih apa pun peran manusia tidak bisa digantikan secara penuh.

“Semakin canggihnya teknologi ke depan tidak sepenuhnya dapat menggantikan posisi manusia yang menciptakan data dan sistem teknologinya secara langsung,” ujar Kevin.

Dari sisi pemanfaatannya kedua pemateri meyakini bahwa AI akan memberikan banyak dampak baik. Kecerdasan untuk teknologi sangat penting, untuk memaksimalkan penggunaannya.

“Tren teknologi AI akan mengalami perubahan besar mendukung kegiatan manusia di sektor tertentu. Ke depannya juga akan banyak pertimbangan yang perlu dianalisis bisnis, ketika ingin menggantikan peran manusia menjadi sepenuhnya teknologi,” ujar Alfred.

MyNurz Hadir sebagai Platform Pemesanan Jasa Perawat dan Terapi Kesehatan

Healthtech atau layanan kesehatan berbasis teknologi mulai bermunculan di Indonesia. Salah satu yang terbaru adalah MyNurz, yakni sebuah platform yang memenuhi kebutuhan masyarakat luas terhadap jasa perawat atau terapi kesehatan. Hal ini didasari pada banyaknya jumlah masyarakat berusia lanjut di Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 mencatat proporsi lansia di Indonesia mencapai 8,03 persen atau sekitar 20,3 juta jiwa. PBB memperkirakan pada tahun 2050 Indonesia akan memiliki 80 juta.

Layanan MyNurz didesain untuk memudahkan siapa pun untuk memesan layanan perawat, terapi (fisioterapi, okupasi, dan bicara), home care, dan bidan secara online. Salah satu jaminan yang diberikan, perawat dan terapi yang menjadi mitra telah tersertifikasi sesuai standar yang berlaku. Saat ini MyNurz mengklaim telah bermitra lebih dari 1.000 tenaga perawat dan terapi dan telah melayani lebih dari 350 pasien.

MyNurz saat ini telah beroperasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar, Balikpapan, dan kota lainnya. MyNurz sendiri sebenarnya sudah hadir sejak 2015 di bawah Kronusasia, perusahaan yang telah lama berkecimpung dalam dunia kesehatan. Saat ini MyNurz telah hadir di Indonesia, Thailand, dan sedang dikembangkan di negara lain seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan lainnya.

MyNurz terus mengembangkan platform yang memungkinkan berbagai jenis produk dan layanan kesehatan berada dalam satu wadah. Ke depannya MyNurz ingin menambah jenis layanan untuk lebih mempermudah banyak orang mencari kebutuhan layanan kesehatan pada satu website.

“Dengan demikian MyNurz tidak hanya sekadar melayani untuk lansia atau anggota keluarga yang sakit saja. Namun ada beberapa produk terkait yang dapat membantu seseorang untuk tetap menjaga hidup sehat. Layanannya berupa MySecond Opinion, MyNurz Nutritions, MyTravel Nurse, MyNurz Senior Travel, MyNurz Store, MyNurz Elderly Fashion, dan lainnya,” jelas Country Manager MyNurz Yudha Tirtadani.

Lima Hal yang Dapat Dioptimalkan Startup dari Board Member

Board member atau board advisory bisa didefinisikan sebagai orang-orang yang berada di jajaran penasihat atau komisaris sebuah bisnis. Di startup jajaran board member bisa datang dari investor, tokoh senior yang sengaja direkrut, atau mentor yang ditunjuk khusus untuk menemani bisnis berproses. Melalui peran board member –selain dalam memberikan pengarahan langsung terhadap startup, ada beberapa hal yang umumnya dapat diikuti untuk membangun budaya bisnis yang lebih baik.

Mendampingi startup fokus pada tujuan akhir

Dengan pengalaman yang sudah dilalui, board member dapat mengembalikan fokus startup yang sudah mulai tidak menentu. Mereka akan memberikan arahan agar tujuan bisnis tetap pada trek awal sesuai visi. Sikap ini kadang memang mudah goyah, terlebih untuk founder yang masih baru, jadi di situlah peran sosok senior, dengan penjelasan mengenai setiap risiko yang mungkin akan ditemui jika bisnis tidak fokus pada tujuan awal.

Memperluas akses kerja sama

Relasinya yang luas memungkinkan bermanfaat bagi startup untuk mengakselerasi bisnis, baik untuk membuka peluang pendanaan baru ataupun membawa pada kemitraan strategis dengan perusahaan atau tokoh penting yang terkait dalam bisnis. Melalui networking saja kadang founder masih akan kesulitan menembus akses ke orang-orang penting, terlebih regulator. Sosok senior di board member akan banyak membantu dalam peran ini.

Membantu penyusunan strategi berkembang

Sebagai startup pemula biasanya memiliki hal-hal yang tidak terduga di bawah kendali bisnisnya. Termasuk persaingan yang dapat mempengaruhi asumsi mereka dalam mendirikan bisnis. Seperti teknologi baru, perubahan perilaku pelanggan, perubahan peraturan dan tekanan pesaing adalah salah satu ancaman yang dapat menyerang setiap saat.

Para board member dapat berkontribusi menyumbangkan ide bagi pengusaha untuk menangani suatu masalah pada isu-isu strategis, seperti diskusi lini bisnis, model bisnis, strategi penetapan harga dan pendanaan. Tujuan dari strategi board member adalah menyediakan kerangka kerja yang nantinya akan menjadi keputusan perusahaan.

Memantau perkembangan bisnis

Traksi adalah bagian penting bagi bisnis, untuk meningkatkannya diperlukan pemantauan bisnis yang tepat. Mengacu pada proses bisnis yang berlangsung. Karena pada dasarnya strategi perkembangan bisnis membutuhkan improvisasi sesuai pada kebutuhan pelanggan dan pasar.

Memberi masukan terkait perekrutan

Terakhir yang dimiliki dewan direktur dalam mencapai kesuksesan startup adalah mampu merekrut atau mempertahankan kandidat. Tidak mengherankan, jika perusahaan menemukan dan mempertahankan personil berkinerja tinggi di semua departemen sangat sulit. Dalam hal ini, dewan direktur menjadi sumber pendorong yang berharga untuk membantu mengisi peran tertentu, terutama di tingkat eksekutif.

 

Kiat Memulai Karier Profesional di Lingkungan Startup

Seiring dengan berbagai kemajuan yang ada di industri startup –mulai dari akses pendanaan yang mudah, hingga akselerasi yang kian cepat—menjadikan bisnis ini pilihan bagi seseorang untuk memulai karier, termasuk kalangan fresh graduate. Tidak jarang startup yang mau memberikan gaji yang besar atau kenyamanan yang istimewa dengan ragam fasilitas bekerja dan bersantai di kantor.

Bekerja di startup juga banyak dinilai menjadi sebuah cara yang tepat untuk mengasah kemampuan diri, karena gesitnya laju bisnis kadang memaksa seseorang untuk dapat bekerja dan berinovasi lebih ekstra. Sehingga banyak orang kini mulai mempertimbangkan startup untuk tempat berkarier. Lalu bagaimana kiat menemukan startup yang tepat untuk bekerja, atau setidaknya bisa “menawarkan diri” untuk direkrut, berikut beberapa tips yang dapat diikuti.

Berpartisipasi dalam komunitas atau jaringan startup

Keterlibatan aktif dalam komunitas atau jaringan startup akan mendekatkan seseorang pada peluang karier di lini bisnis tersebut. Tidak hanya mengikuti sesi yang digelar secara langsung, namun termasuk bergabung dalam komunitas yang ada di media sosial atau kanal lainnya. Jika sudah memiliki portofolio atau kompetensi tertentu, maka layak ditunjukkan ketika ada kesempatan berdiskusi mengenai topik terkait.

Kanal komunitas dapat dimanfaatkan untuk “menjual diri”, karena kadang bagian sumber daya manusia di startup pun kesulitan menemukan talenta yang tepat. Dengan menunjukkan kemampuan kita, setidaknya akan masuk ke dalam daftar referensi yang dapat diperhitungkan ketika startup terkait membutuhkan. Atau tatkala kita mendaftarkan diri secara mandiri, setidaknya kompetensi yang dimiliki sudah tidak diragukan lagi.

Mencari informasi secara mandiri

Informasi seputar kesempatan karier umumnya dicantumkan dalam situs resmi startup. Atau kunjungi situs media yang spesifik membahas startup, umumnya di sana akan ada informasi seputar lowongan pekerjaan dari startup. Dari situ kita dapat melihat detail informasi, mengenai posisi apa yang dibutuhkan serta kualifikasinya. Melalui media itu juga sebenarnya kita dapat mengetahui sepak terjang startup, untuk mengetahui sepesat apa bisnis yang sudah berjalan –misal dalam kaitannya dengan ekspansi bisnis atau kredibilitas founder.

Ikuti sesi diskusi atau seminar khusus startup

Acara-acara yang membahas startup juga patut diikuti, di sana ada banyak pemahaman yang akan diajarkan mengenai lingkungan kerja di startup. Banyak tips juga yang bisa didapat untuk dapat bermanuver dengan berbagai kemajuan teknologi. Salah satu acara rutin yang dapat dihadiri adalah #SelasaStartup, diskusi yang menghadirkan tokoh-tokoh startup digital Indonesia yang akan spesifik membagikan ilmu seputar keahlian mereka.

Dengan mengikuti acara semacam ini juga menjadi kesempatan untuk melakukan networking langsung dengan para founder dan tokoh penting lainnya di dalam startup.