XL Axiata Luncurkan Kartu Perdana Berteknologi NB-IoT

PT XL Axiata Tbk resmi meluncurkan kartu perdana berteknologi Narrowband Internet of Things (NB-IoT) di 31 kota dan kabupaten Indonesia. Kartu perdana NB-IoT dari XL ini akan menyasar kalangan pebisnis UKM maupun korporasi.

Chief Enterprise & SME Officer XL Axiata Feby Sallyanto menjelaskan, produk NB-IoT ini muncul seiring tren industri 4.0. Penerapan teknologi ini diprediksi semakin marak di masa depan ketika Internet of Things semakin populer.

“Kami melihat layanan IoT akan menjadi solusi bisnis pilihan di masa mendatang untuk korporasi dan UKM serta sekaligus menjadi sumber pertumbuhan kami di era industri 4.0,” ucap Feby.

Kartu perdana NB-IoT ini dibanderol oleh XL dengan biaya berlangganan Rp15.000 untuk satu tahun dengan kuota 20MB untuk pelanggan korporat. Selain menjual layanan NB-IoT itu, XL juga menjajakan end-to-end solution yang menyesuaikan kebutuhan pelanggan.

XL sejatinya sudah memiliki solusi IoT di bidang transportasi bernama Fleetech di bidang transportasi dan solusi smart poultry untuk peternakan. Solusi NB-IoT yang mereka tawarkan melengkapi ambisi mereka untuk menjangkau ekosistem IoT.

Sebagai informasi, NB-IoT adalah teknologi jaringan komunikasi seperti 3G atau LTE. Bedanya NB-IoT handal dalam kondisi yang memerlukan sedikit tenaga namun dapat bekerja dalam jangka panjang atau biasa disebut Low Power Wide Area (LPWA). Jaringannya yang bergerak di frekuensi rendah 900 MHz memungkinkan sinyal NB-IoT menjangkau cakupan wilayah yang luas hingga 15 kilometer seperti di area perkebunan, gedung bertingkat, atau kawasan bawah tanah.

Kartu SIM NB-IoT nantinya dapat dimanfaatkan ke dalam sistem gateway atau ditempel langsung ke sensor.

“Untuk mengirimkan data-data yang dibutuhkan menggunaan jaringan NB-IoT, kita hanya membutuhkan maksimum 1.600 byte untuk sekali mengirim. Jadi sangat kecil sekali. Bahkan kuota 20 megabyte yang ditawarkan paket layanan NB-IoT kami seharga Rp 15.000 bisa digunakan selama setahun tergantung use case-nya,” imbuh Feby.

Feby mengklaim pihaknya sudah memiliki sejumlah pelanggan korporasi dan ratusan ribu subscriber solusi NB-IoT. Kendati demikian, ia enggan mengungkap nilai tepatnya berapa.

Jaringan NB-IoT XL ini mendapat dukungan dari penyedia perangkat telekomunikasi seperti Ericsson dan Cisco. Produk anyar ini sudah dapat diperoleh di 31 kota yang tersebar di Jawa, Bali, NTB, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Grab Perluas Inklusivitas Layanan Lewat Program “Grab for Good”

Grab mengumumkan program terbaru “Grab for Good” di Indonesia. Program sosial ini berisi komitmen mereka untuk membuka pelatihan keterampilan bagi mitra pengemudi dan memperluas kesempatan warga penyandang disabilitas ke dalam ekosistem aplikasi.

“Pada intinya, program Grab for Good ini menciptakan akses ekonomi, akses digital dan kesetaraan untuk semua orang di Asia Tenggara,” ujar Founder & CEO Grab Anthony Tan.

Inklusivitas menjadi perhatian Grab dalam program ini. Sepanjang tahun ini saja mereka mengklaim sudah memiliki 800 mitra pengemudi yang menyandang berbagai jenis disabilitas di seluruh Asia Tenggara. Khusus untuk penyandang tuli, mereka menargetkan bertambah jadi 1000 mitra yang bergabung pada tahun depan.

Ihwal keterampilan, Grab menggandeng Microsoft untuk memberikan pelatihan digital. Pelatihan ini menjadi penting untuk meningkatkan kapabilitas dan literasi digital mitra. Kerja sama ini bersifat regional dan diharapkan membuka jalan bagi kelas pekerja di Asia Tenggara yang memiliki keterbatasan terhadap informasi teknologi.

“Grab dan Microsoft akan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan mitra pengemudi Grab dan menempatkan mereka ke karier teknologi dengan dukungan dari Generation: You Employed, sebuah organisasi nirlaba global,” imbuh Anthony.

Kontribusi ekonomi

Dalam forum yang sama, Anthony mengumumkan bahwa mereka sudah berkontribusi sekitar US$5,8 miliar atau Rp81,5 triliun untuk ekonomi Asia Tenggara per Maret 2019 selama setahun sebelumnya. Managing Director Grab Indonesi, Neneng Goenadi menambahkan, sekitar Rp48,9 triliun di antaranya terjadi di Indonesia.

Mereka menyebut ada 9 juta orang di Asia Tenggara yang menerima pendapatan sebagai wirausahawan mikro yang terhubung di ekosistem Grab. Itu artinya 1 dari 70 orang di seluruh kawasan mendapat dampak ekonomi dari Grab.

“Lebih dari 20 persen mitra pengemudi Grab sebelumnya tidak bekerja, sementara di Indonesia lebih dari 30 persen agen tidak punya pemasukan sebelum bergabung di jaringan Kudo,” pungkas Anthony.

Menteri Keuangan Sri Mulyani yang turut hadir dalam acara tersebut mengapresiasi langkah Grab dalam aspek sosial-ekonomi masyarakat. Namun sang menteri mengaku berharap lebih kepada Grab agar dampak itu bisa lebih besar di daerah-daerah lain selain Jakarta.

“Kami berekspektasi akan ada cerita Rudi yang lain di luar Jakarta. Kisah itu dapat terjadi karena di Jakarta semuanya relatif sudah well established,” tutur Sri Mulyani.

Maka dari itu sebagai bagian dari pemerintah, Sri Mulyani berkata pihaknya berkomitmen mendukung ekonomi digital dengan membangun infrastruktur yang diperlukan seperti ketersambungan listrik, koneksi internet, hingga jalan penghubung antardesa.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Produk Investasi, Bukalapak Gandeng Pluang Luncurkan Fitur Cicil Emas

Bukalapak kian agresif mengeksplorasi pasar finansial di Indonesia. Teranyar, Bukalapak menggandeng Pluang merilis fitur Cicil Emas untuk memperkuat produk investasi mereka.

Cicil Emas merupakan fitur baru yang terdapat dalam produk BukaEmas. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membeli emas dalam kurun 24 jam 7 hari untuk membeli emas mulai dari 1 gram secara cicilan dengan tenor 3 hingga 24 bulan.

Fitur anyar ini memperkuat jajaran produk finansial Bukalapak, khususnya produk investasi yang terdiri dari BukaEmas dan BukaReksa. Di BukaEmas sendiri, fitur cicilan ini melengkapi fitur yang sudah ada seperti jual-beli emas dan pembelian otomatis.

“Kenapa emas? Karena emas ini instrumen paling tua tapi juga salah satu yang paling populer di Indonesia,” ujar Head of Investment Solution Bukalapak, Dhinda Arisyiya.

Adapun peran yang dipikul Pluang dalam kerja sama dengan Bukalapak ini adalah pihak yang mengelola pembelian emas tersebut. Seperti diketahui Pluang (emas) terafiliasi dengan PT PG berjangka yang mmegang lisensi dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas mengakui pembelian emas dengan cicilan bukan barang baru di Indonesia. Namun ia mengklaim bahwa Cicil Emas yang mereka perkenalkan ini adalah yang pertama secara digital.

Pluang sendiri merupakan platform investasi jual beli emas yang sebelumnya bernama EmasDigi. Perusahaan baru saja mendapatkan pendanaan seri A senilai Rp42 miliar dari sejumlah investor yang dipimpin oleh Go-Ventures, unit ventura milik Gojek.

“Kita ingin menabung emas jadi bagian keseharian masyarakat,” ucap Claudia.

Penikmat fitur investasi bertumbuh

Ini merupakan fitur kesekian yang dirilis oleh Bukalapak dalam produk keuangan mereka. Pada akhir Juli lalu misalnya, Bukalapak melebarkan produk pembiayaan mereka dengan merilis fitur opsi pembiayaan multiguna bekerja sama dengan Home Credit.

Dhinda mengakui produk keuangan memang menjadi salah satu andalan mereka saat ini mengingat salah satu visi mereka adalah memperluas inklusi keuangan. Bukalapak sendiri saat ini sudah memiliki sejumlah produk finansial mulai dari BukaEmas, BukaReksa, BukaPembiayaan, BukaCicilan, BukaModal, dan BukaAsuransi.

Khusus BukaEmas, Dhinda mengklaim perkembangannya cukup pesat dari total pengguna 600 ribu pada akhir tahun lalu menjadi 2,5 juta pada pertengahan tahun ini dengan rata-rata uang yang diinvestasikan para pengguna berkisar Rp20.000-Rp50.000.

“Targetnya sama dengan keseluruhan target BukaEmas yakni tumbuh double digit hingga akhir tahun ini,” imbuh Dhinda.

Klaim bisnis sehat-sehat saja

Kabar penyusutan karyawan yang dilakukan Bukalapak sempat menghebohkan publik. Sebagai unicorn dalam negeri, penyesuaian karyawan itu dipersepsikan sebagai surutnya bisnis.

Dhinda menampik anggapan tersebut. Menurutnya, peluncuran fitur Cicil Emas ini adalah bukti bisnis mereka baik-baik saja. Keputusan perusahaan memangkas jumlah karyawan dianggap tak terelakkan guna mengejar tujuan besar mereka menjadi e-commerce yang dapat mengantongi profit.

“Sebagai [platform] e-commerce yang terus tumbuh dan terus besar, tentu penataan diri itu penting sehingga kami bisa mencapai visi misi kami menjadi salah satu [platform] e-commerce yang profitable atau yang BEP pertama,” pungkas Dhinda.

Application Information Will Show Up Here

Karyakarsa Creator Appreciation Platform to Target 1000 Creators in a Years

Karyakarsa creator appreciation platform is finally launched to the public. After three-month preparation, the new startup claims to have 100 creators joined the platform.

After being introduced in June 2019, Karyakarsa starts the engine by having a discussion with the creators on Friday (9/13). As the Founder and CEO, Ario Tamat and the Advisor, Pandji Pragiwaksono and Aria Rajasa also participated in the event.

It has come to the conclusion that there’s an alternative income for the creators from their fans. Karyakarsa has adopted the Patreon concept for the local market, they tried to fill up the blank on the platform which can connect creators with their fans.

“Imagine if the 1,000 people willing to give Rp10,000, it’ll make Rp10 million,” Ario explained.

Indonesian creator is said to have difficulty for alternative income besides sponsor, endorsement, or merchandise using basic support as fans. On the other side, Karyakarsa, on its research, found 36 million people willing to pay for their favorite creators.

Fanbase becomes essential in this business model. The more fans, the bigger amount will get into the creator’s pocket. The fundraising method is ‘pay as you go’, means the fans can give as many they want anytime they will. Meanwhile, the subscription option is still on progress.

Karyakarsa to take 10 percent of each transaction made on the platform. “It includes the transaction fee and others,” he added.

To date, Gopay is still the only payment method on Karyakarsa, Ovo is soon available. He also mentioned that they’ve tried adding bank transfer method for the bigger amount.

From the 100 registered creators, the other hundred is going to register soon. Ario has in mind to target 1,000 creators within a year.

In addition to acquiring creators, as a bootstrap business, he currently looking for investors to expand Karyakarsa. He also said this platform is to grow bigger, considering the big market and healthy competition.

“It means validation, a big potential, and our belief in fans that willing to pay, it doesn’t matter who’s the winner,” he said.

Karyakarsa is currently accessible through the website. From all creators who joined the platform, some are popular names, such as Pandji Pragiwaksono, Sunny Gho the comic, Ditta Sarasvati the illustrator, and Bena Kribo the content creator.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Apresiasi Kreator Karyakarsa Targetkan Gandeng 1000 Kreator dalam Setahun

Platform apresiasi kreator Karyakarsa akhirnya memperkenalkan diri ke publik. Tiga bulan mempersiapkan diri, startup baru ini mengklaim 100 kreator sudah bergabung ke dalam platform tersebut.

Memperkenalkan diri sejak Juni 2019, Karyakarsa langsung tancap gas dengan mengadakan diskusi dengan para kreator pada Jumat (13/9) lalu. Dalam kesempatan itu hadir CEO dan Founder Karyakarsa Ario Tamat dan Advisor Pandji Pragiwaksono dan Aria Rajasa.

Diskusi itu menyepakati bahwa ada alternatif pemasukan yang dapat dinikmati para kreator dari penikmat karya mereka. Karyakarsa, mengadopsi konsep Patreon untuk pasar lokal, menyadari hal itu dan berusaha mengisi kekosongan platform yang dapat menjembatani kreator dan penikmat karyanya.

“Coba bayangin aja dari 1.000 orang masing-masing kasih Rp10.000, sudah dapat Rp10 juta,” ujar Ario memberi contoh.

Kreator di Indonesia selama ini dianggap memiliki kesulitan dalam memperoleh arus pemasukan alternatif di samping sponsor, endorsement, atau merchandise dengan memanfaatkan dukungan basis penikmat karya. Di sisi lain, Karyakarsa, dalam risetnya, menemukan ada 36 juta orang yang rela mengeluarkan uangnya untuk menikmati karya kreator idolanya.

Fanbase menjadi penting dalam model bisnis urun dana Karyakarsa ini. Semakin besar jumlah penikmat karya, kemungkinan pemasukan yang masuk ke pundi-pundi kreator pun akan lebih besar. Metode urun dana yang dipakai Karyakarsa masih pay as you go, artinya penikmat karya dapat memberikan uang kapan pun dan berapa pun yang mereka kehendaki. Sementara untuk opsi berlangganan yang pada peluncuran lalu diumumkan masih menunggu waktu untuk diberlakukan.

Karyakarsa sendiri akan mengutip 10 persen dari setiap transaksi yang terjadi dalam platform mereka. “Itu sudah termasuk biaya transaksi dan lainnya,” imbuh Ario.

Sejauh ini Gopay masih menjadi satu-satunya metode pembayaran yang dapat dipakai di Karyakarsa–yang segera disusul Ovo dalam waktu dekat. Ario menambahkan, pihaknya juga mengupayakan metode transfer bank untuk mengakomodasi nominal yang lebih besar.

Dari 100 kreator yang sudah terdaftar, ada 100 kreator lainnya yang segera bergabung dengan Karyakarsa. Menurut Ario, jumlah kreator yang ditargetkan bergabung sebanyak 1.000 dalam satu tahun ini.

Selain fokus menjaring lebih banyak kreator untuk bergabung, Ario mengaku masih mencari investor untuk membesarkan Karyakarsa yang masih bersifat bootstrap ini. Ia meyakini platform apresiasi untuk kreator ini dapat berkembang lebih jauh mengingat potensi pasarnya yang besar plus kompetisi yang sehat.

“Itu berarti ada validasi, potensinya benar, dan kepercayaan kita bahwa fan mau bayar karya itu benar, tinggal siapa yang menang itu masalah lain,” pungkas Ario.

Karyakarsa saat ini hanya dapat diakses melalui situs web. Dari sekian banyak kreator yang sudah bergabung, beberapa di antaranya sudah punya nama besar seperti komika Pandji Pragiwaksono, komikus Sunny Gho, ilustrator Ditta Sarasvati, hingga konten kreator Bena Kribo.

Sinar Mas Sets Up BSD Innovation Labs Completing Its Digital Ecosystem

Sinar Mas Land, GK Plug and Play, and Digitaraya partnered up to create the accelerator program named BSD Innovation Labs. It’s to be focused on supporting startups in property technology (proptech) industry.

Sinar Mas Land is getting closer to achieve a fully digital ecosystem in the independent city, Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten. Irwan Harahap as the Project Leader for Digital Hub at Sinar Mas Land said the BSD Innovation Lab is to take the role of startup accelerator that considered lacking in BSD.

“We’re to complete this ecosystem with the accelerator program due to most of the accelerators only exist in Jakarta, and we’re to focus on proptech first,” Harahap said at the Green Office Park, BSD.

He said the accelerator program is to start working by corporate partner requests. When there’s a company in need for a solution, Plug and Play will find the right startup, next, Digitaraya will provide help to develop solutions from selected startups.

If the solution works, BSD Innovation Labs will set the meeting with related investors to consider a demo day.

“As the founder, we have a privilege to chip in earlier than others,” he added.

However, not all startups are within our coverage, only those which focuses on the property industry and the series A+ from any country. He also mentioned that they’re not here to take a risk with early stages due to all issues come from the big corporates.

“Therefore, we’re not to invest in the early-stage startups. Imagine the big companies such as Unilever and Sinar Mas Land to work with the minors,” he emphasized.

Although it has been launched, BSD Innovation Labs is yet to make a move. The program is to function on February or March 2020. The related parties will have each responsibility on this.

Let’s say Sinar Mas in charge to provide space around Green Office Park, Plug and Play is to train and facilitate startups with investors, and Digitaraya to provide mentoring in terms of business and technology, supported by Google.

BSD Innovation Labs has added to BSD’s digital ecosystem through the Digital Hub. Digital Hub is a 26 acres lot dedicated to the tech-business from startups to the multi-national companies.

The Rp7 trillion project has been delayed for some time, but it’s to be done in 2021. When it’s finished, Sinar Mas will move all the digital businesses in BSD here, including the Innovation Labs.

One thing based the BSD Innovation Labs is a great potential in the property technology sector. Proptech, smart city, and connected home is projected to rise within the next few years.

As we all know, BSD has been a home for some technology entities, particularly in the human resource industry, such as Apple Academy, Binar Academy, Purwadhika Startup & Coding School, Creative Nest, NXL E-Sport Center, Sale Stock, 99.co, Orami, vOffice, Go Work, Grab Innovation Lab, Sirclo, Amikom, Geeks Farm Dimension Data, HP, Cohive, and Qlue. Sinar Mas also mentioned two more academies to join their ecosystem.

On the other side, Digitaraya has been involved in two accelerator programs within the past two days. Yesterday, with Gojek, Digitaraya just announced their accelerator program called Gojek Xcelerate.

“Talking about Digital Hub, the long term objective is for job vacancy. There are talents, when ready, they can create a new startup, or getting hired by tech-company, or whether the company has issues, they can come to the accelerator. It’ll create many job opportunities, income, talents, academy, such as Silicon Valley,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

 

Sinar Mas Bangun BSD Innovation Labs, Lengkapi Ekosistem Digitalnya

Sinar Mas Land, GK Plug and Play, dan Digitaraya bekerja sama menggelar program akselerasi startup bernama BSD Innovation Labs. Program akselerasi ini akan berfokus mengembangkan startup yang bergerak di bidang property technology (proptech).

Sinar Mas Land kian mendekati ambisinya dalam membangun ekosistem digital yang menyeluruh di kawasan kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten. Project Leader Digital Hub Sinar Mas Land, Irwan Harahap, mengatakan pembentukan BSD Innovation Labs mengisi peran akselerasi startup yang menurutnya belum ada di BSD selama ini.

“Kita ingin melengkapi ekosistem ini dengan akselerator karena kebanyakan akselerator adanya di Jakarta dan kita mau fokus di proptech dulu,” ujar Irawan di Green Office Park, BSD.

Menurut penuturan Irawan, cara kerja akselerator mereka akan diawali oleh permintaan corporate partner Sinar Mas. Ketika ada perusahaan yang butuh solusi atas masalah yang dihadapi, Plug and Play akan berperan mencarikan startup yang mumpuni, lalu Digitaraya akan membantu mengembangkan solusi yang ditawarkan oleh startup-startup terpilih.

Jika solusi yang ditawarkan tadi dianggap memuaskan, BSD Innovation Labs akan mempertemukan startup terkait dengan para investor dengan menggelar demo day.

“Di kita untungnya sebagai yang punya BSD Innovation Labs, kita bisa chip in lebih awal,” imbuh Irawan.

Akan tetapi tak semua startup bisa dilirik akselerator ini. Startup yang dapat mengambil kesempatan di BSD Innovation Labs adalah mereka fokus di bidang properti dan minimal sudah mendapat pendanaan seri A dari negara mana pun. Irawan mengaku tak ingin ambil risiko dengan menggaet startup yang masih berusia dini karena masalah yang harus dipecahkan di akselerasi ini datang dari korporasi besar.

“Jadi kita enggak mau startup yang masih early stage. Bayangin dong sekelas Unilever, Sinar Mas Land, tapi yang ngerjain ecek-ecek,” lengkap Irawan.

Kendati sudah diperkenalkan ke publik, BSD Innovation Labs sejatinya masih belum beroperasi. Akselerator ini baru akan berjalan pada Februari atau Maret 2020. Masing-masing pihak akan punya peran berbeda dalam kerja sama ini.

Misalnya saja Sinar Mas yang diserahi tugas menyediakan lahan di sekitar Green Office Park, Plug and Play berperan membina dan menghubungkan startup dengan investor serta korporasi besar, terakhir Digitaraya yang berperan memandu startup dari aspek bisnis dan teknologi yang juga dibantu oleh Google.

Pembentukan BSD Innovation Labs ini menambah panjang upaya Sinar Mas membangun kawasan ekosistem digital di BSD lewat proyek Digital Hub mereka. Digital Hub merupakan kawasan seluas 26 hektar yang didedikasikan khusus untuk bisnis teknologi mulai dari startup hingga perusahaan multinasional.

Pengerjaan proyek Digital Hub bernilai Rp7 triliun ini sempat tertunda sesaat namun diperkirakan akan tuntas pada 2021. Saat pembangunan Digital Hub ini rampung, Sinar Mas berencana memindahkan pelaku industri digital di kawasan BSD ke sana termasuk Innovation Labs yang baru mereka umumkan tadi.

Salah satu yang melandasi pembentukan BSD Innovation Labs ini adalah potensi teknologi di sektor properti yang masih luas. Proptech, smart city, dan connected home diyakini kian berkembang dalam beberapa tahun ke depan.

Seperti diketahui BSD sudah menjadi markas sejumlah entitas teknologi khususnya di bidang pengembangan sumber daya manusia seperti Apple Academy, Binar Academy, Purwadhika Startup & Coding School, Creative Nest, NXL E-Sport Center, Sale Stock, 99.co, Orami, vOffice, Go Work, Grab Innovation Lab, Sirclo, Amikom, Geeks Farm Dimension Data, HP, Cohive, dan Qlue. Sinar Mas bahkan mengatakan akan ada dua akademi teknologi baru yang akan bergabung di ekosistem mereka.

Di sisi lain, Digitaraya sudah terlibat dalam dua pembentukan akselerator dalam dua hari terakhir ini. Kemarin Digitaraya bersama Gojek baru saja mengumumkan program akselerasi bernama Gojek Xcelerate.

“Kalau ngomong Digital Hub, jangka panjangnya adalah penciptaan lapangan pekerjaan. Jadi ada talent-nya, ketika siap bisa bikin startup atau diserap perusahaan teknologi atau kalau company punya masalah bisa ke akselerator. Jadi ada penciptaan lapangan pekerjaan, ada uangnya, ada talent, ada sekolah, benar-benar Silicon Valley,” pungkas Irawan.

Gojek Introduces “Gojek Xcelerate” Program, Aiming for the Early Stage Startups

Gojek and Digitaraya have launched an accelerator program named Gojek Xcelerate. The name implies the objective to support Indonesia’s startups to level up from the early stage.

Aside from Digitaraya, Gojek also supported by Google Developer Launchpad, UBS, and McKinsey & Company. Each company has contributed to this accelerator program.

In the pers conference at Digitaraya tower on Tuesday (9/10) this afternoon, the accelerator program aims for 20 startups in 4 batch within the next 6 months. The first one is to held from 10 – 27 September 2019.

Digitaraya’s Managing Director, Nicole Yap emphasized on the startup they’re going to invest must be a running business, even though a small one. “We’re currently focused on the early-stage startups,” she said.

She also mentioned the gap between the rising number of startups and the low rate of funding. It is the main issue we’ve tried to solve through this accelerator program.

Gojek’s SVP of Product Management, Dian Rosanti said, their team has done some mentoring and training to startups.  However, they believe it’s not enough to hold the accelerator program alone, therefore they have Digitaraya.

In this program, Gojek Xcelerate has set the curriculum with partners. It is said to include all subjects from growth hacking, machine learning, data science, the right business model for startup, and how to calculate business valuation.

Participants will get the opportunity for a consulting session with the experts in the global tech industry. Gojek also mentioned that startups with a related solution will have space in their ecosystem.

“Therefore, we provide opportunities for those in our program to create a solution for Gojek partners and consumers to step into the ecosystem,” Dian said.

Indonesia is said to have great potential for startup expansion. It was shown at Google and Temasek research that Indonesia’s projected to contribute at US$100 billion or Rp1,400 trillion in the SEA economy by 2025. There are 46 of the 847 registered startups have raised funding worth of Rp57 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Program Akselerator “Gojek Xcelerate” Diluncurkan, Sasar Startup Tahap Awal

Gojek bersama Digitaraya meluncurkan sebuah program akselerator yang diberi nama Gojek Xcelerate. Seperti namanya, program tersebut bertujuan membantu startup di Indonesia untuk membesarkan bisnisnya yang masih berusia dini.

Selain Digitaraya, Gojek juga mendapat dukungan dari Google Developers Launchpad, UBS, dan McKinsey & Company. Masing-masing perusahaan tersebut menyumbangkan keahliannya dalam program akselerasi ini.

Dalam jumpa pers yang digelar di Menara Digitaraya pada Selasa (10/9) siang tadi, program akselerator ini akan mencari 20 startup dalam 4 angkatan selama 6 bulan ke depan. Gelombang pertama program ini dijadwalkan berlangsung dari 10 September hingga 27 September.

Managing Director Digitaraya Nicole Yap menegaskan bahwa startup yang dicari dalam program ini harus yang bisnisnya sudah berjalan meskipun masih berskala kecil. “Fokus kita ke startup yang masih early stage,” kata Nicole.

Nicole juga menambahkan bahwa saat ini ada jarak antara jumlah startup yang makin banyak di Indonesia dengan aliran pendanaan yang hanya masuk segelintir startup. Jarak tersebut yang menurut Nicole diusahakan teratasi lewat program akselerator ini.

SVP of Product Management Gojek Dian Rosanti menyebut, pihaknya sejatinya punya riwayat mentoring dan pembinaan ke sejumlah startup. Namun ia mengakui pihaknya belum punya cukup pengalaman untuk menggelar program akselerasi sehingga menggandeng Digitaraya.

Dalam program ini Gojek Xcelerate menyusun kurikulum bersama mitra mereka. Kurikulum itu memuat sejumlah materi mulai dari growth hacking, penggunaan machine learning, data science, pengembangan model bisnis yang tepat untuk startup, serta cara mengukur valuasi perusahaan.

Peserta juga akan diberi kesempatan konsultasi tatap muka dengan mentor yang punya pengalaman industri teknologi global. Gojek bahkan menjanjikan startup yang memiliki solusi yang cocok diaplikasikan untuk mitra atau konsumen Gojek untuk masuk ke dalam platform mereka.

“Maka dari itu kita memberi kesempatan bagi peserta program kami yang bisa menemukan solusi bagi mitra atau konsumen Gojek untuk masuk dalam platform Gojek,” ucap Dian.

Indonesia masih dinilai sebagai negara dengan potensi yang besar bagi perkembangan startup. Riset Google dan Temasek memperlihatkan Indonesia diprediksi berkontribusi US$100 miliar atau Rp1.400 triliun dalam ekonomi Asia Tenggara pada 2025. Dari 847 startup terdaftar, 46 di antaranya tercatat meraup pendanaan sebesar Rp57 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Bisnis di Indonesia, OYO Siapkan Dana Investasi 4,2 Triliun Rupiah

OYO mengumumkan komitmen baru dalam investasi mereka di Indonesia menjadi US$300 juta atau setara 4,2 triliun Rupiah. Komitmen anyar ini diumumkan setelah keberhasilan perusahaan menembus 5 juta pelanggan sepanjang 2019 ini.

Pendiri dan CEO OYO Ritesh Agarwal menyampaikan langsung sejumlah pencapaian yang sudah mereka peroleh selama beroperasi di Indonesia. Ritesh mengatakan, saat ini OYO sudah menggandeng 1.000 hotel dan 27.000 kamar di 100 kota di Indonesia. Ia menyebut angka itu tercapai lebih cepat dari target mereka yakni satu tahun.

“Kami pernah menyampaikan bahwa kita akan berinvestasi US$100 juta pada tahun lalu. Sekarang kami akan memperbarui investasi itu menjadi US$300 juta berkaca dari kesuksesan kita di sini,” ucap Ritesh.

Country Head OYO Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, tambahan investasi US$200 juta itu dianggarkan untuk satu tahun ke depan. Menurutnya, dana itu akan digunakan utamanya untuk revitalisasi bangunan hotel dan pelatihan staf yang tersebar

Country Head of Business Development OYO Indonesia Agus Hartono Wijaya turut menambahkan, pengucuran investasi itu diputuskan karena mereka menyadari ada cukup banyak hotel di sejumlah kota yang kualitasnya di bawah standar. Renovasi jadi langkah prioritas mereka untuk menarik pelanggan.

Let’s say okupansi mereka di bawah 50 persen misalnya. Justru itu value OYO untuk meningkatkan okupansi mereka jadi di atas 50 persen. Bagaimana caranya ya dengan direnovasi dulu,” imbuh Agus.

Perbedaan akses dan infrastruktur suatu daerah turut berpengaruh pada kualitas hotel yang beragam. Disparitas kualitas hotel inilah yang hendak diselesaikan oleh OYO lewat tambahan investasi mereka.

Fokus di timur

Salah satu fokus ekspansi OYO di Indonesia berada di wilayah timur. Potensi wisata yang besar dan industri perhotelan yang masih berkembang di sana jadi alasan OYO membidik ke sana.

Kendati demikian, upaya ekspansi itu tak akan mudah karena gairah bisnis perhotelan di sana sedang lesu.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengutarakan, tingkat okupansi hotel di kawasan timur merosot 30 persen. Serupa dengan data PHRI, Badan Pusat Statistik pun mencatat penurunan tingkat hunian hotel berbintang pada Maret 2019 sebesar 4,21 poin menjadi 52,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Haryadi menyebut kenaikan harga tiket pesawat jadi penyebab utama hal itu terjadi.

Kendati demikian, Rishabh meyakini kenaikan harga tiket pesawat tak begitu berpengaruh pada industri perhotelan. Di samping upaya pemerintah Indonesia yang terus membenahi infrastruktur pariwasata, pihaknya juga terus berinvestasi untuk memperbaiki kualitas pelayanan hotel yang bekerja sama dengan OYO.

“Lagipula orang Indonesia tidak hanya berwisata melalui pesawat, banyak juga yang pakai infrastruktur darat seperti kalau ke Bandung atau Yogyakarta. Bagi OYO, okupansi hotel tidak terdampak oleh kenaikan tiket pesawat,” cetus Rishabh.

Program OPEN untuk pemilik aset

Pada saat yang sama, OYO juga meluncurkan OPEN yang ditujukan untuk mitra pemilik aset. Sederhananya, program ini merupakan wadah bagi para pemilik aset untuk bertukar ide, informasi, dan lainnya yang dapat menunjang bisnis.

Dalam program itu OYO berkomitmen untuk membagi hasil pendapatan tepat waktu, memberikan akses pembiayaan yang terjangkau, membantu pemasaran hotel, dan menyediakan teknologi sebagai solusi untuk pemilik hotel.