Paper.id, BRI, dan Visa Berkolaborasi Luncurkan Kartu Kredit Bisnis

Setelah sebelumnya meresmikan kerja sama strategis dengan Visa Indonesia sebagai mitra penyedia pembayaran bisnis, Paper.id kini menggandeng BRI untuk menghadirkan kartu kredit inovatif “PAPERCARD”. Produk ini dirancang untuk memudahkan nasabah, terutama pebisnis di Indonesia dalam melakukan digitalisasi pembayaran.

Dalam pernyataan resmi, Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengungkapkan, penerbitan kartu kredit co-branding ini merupakan dukungan berkelanjutan BRI dan Paper.id terhadap visi pemerintah meningkatkan inklusi keuangan. “Salah satunya melalui transaksi nontunai, mendukung pelaku UMKM melakukan transformasi digital,” ungkapnya.

Melalui PAPERCARD, pebisnis diharapkan bisa bertransaksi dan mengelola finansial dengan lebih mudah di platform Paper.id. Produk ini menawarkan dua jenis keuntungan. Pertama SPACECARD, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar pebisnis secara real-time. Selain itu ada UNIVERSECARD yang mencakup semua fitur SPACECARD, dilengkapi dengan akses premium, seperti airport lounge dan konversi ke airline mileage.

PAPERCARD memungkinkan pemilik kartu untuk mengelola bisnis dan personal dalam satu kartu. Selain itu, akses kontrol terhadap informasi transaksi juga real-time dan akurat. Adapun pengajuan hingga akses informasi dan mutasi transaksi dapat dilakukan melalui platform web Paper.id.

Co-Founder & CEO Paper.id Yosia Sugialam mengungkapkan, kehadiran kartu kredit bisnis ini diyakini mampu memberikan dampak positif bagi pengguna Paper.id agar bisa merasakan inovasi pembayaran digital sekaligus juga bisa menikmati promo dan nilai personal untuk pemiliknya.

“Paper.id telah menjadi pionir sejak 2017 di bidang invoice & pembayaran bisnis. Hingga kini, lebih dari 450 ribu pebisnis sudah merasakan kemudahan dalam penagihan dan pembayaran bisnis lewat Paper.id,” ungkapnya.

Kehadiran PAPERCARD tidak lepas dari dukungan jaringan Visa yang memungkinkan kartu tersebut digunakan secara global, serta ragam promosi khusus yang ditawarkan. Kartu ini juga dapat digunakan untuk pembayaran operasional bisnis lainnya, seperti iklan jasa digital (Meta, Google & Tiktok), kebutuhan belanja aset dan inventaris kantor, perjalanan bisnis, dan lainnya.

Kerja sama strategis ini menjadi langkah ekspansif Paper.id setelah membukukan pendanaan seri B hingga $12 juta pada akhir 2022 lalu. Pendanaan tersebut dipimpin ARGOR (dulu Go-Ventures) dengan dukungan BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam Internasional, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Hingga 2022, Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama saat pandemi dimulai. Capaian ini menjadikan Paper.id munai profitabilitas dalam bisnis. ​

Co-branding kartu kredit BRI dan perusahaan teknologi

Berdasarkan data yang dipaparkan, pertumbuhan bisnis kartu kredit BRI dalam beberapa tahun terakhir terus menunjukkan tren yang positif. Secara year-on-year, volume transaksi tumbuh di atas 40%. BRI optimis untuk bisa tumbuh lebih besar. Salah satu strateginya adalah dengan menerbitkan kartu kredit premium untuk memenuhi kebutuhan pemilik bisnis.

Salah satu proyek pertama co-branding BRI dengan perusahaan teknologi tanah air adalah produk PayLater Card bersama Traveloka pada 2019 lalu. Kehadiran PayLater Card menawarkan skema baru pembayaran dan pengalaman unik kepada para pengguna semakin melengkapi layanan perbankan BRI. Selain dapat meningkatkan customer base dan penetrasi pasar di segmen milenial, PayLater Card juga menandai era baru bisnis kartu kredit di Indonesia.

Setelah itu, BRI juga turut menggandeng aplikasi dompet digital OVO untuk menghadirkan kartu kredit co-branding OVO U Card. Kartu kredit ini menyasar generasi muda dan digital natives untuk memperoleh kemudahan akses bertransaksi secara digital.

OVO U Card dirancang sebagai produk yang mudah diakses dan dikelola, untuk mengatur jadwal cicilan, menelusuri program yang tersedia dari BRI maupun ekosistem OVO dan Grab, dan melihat sejarah transaksi. Pemilik kartu juga dapat menikmati tambahan rewards dan benefit dari dua ekosistem tersebut. Bersama Tokopedia, BRI juga melakukan inisiatif serupa.

Berdasarkan statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI) nilai transaksi kartu kredit pada April 2023 naik 20,27 persen secara YoY dibandingkan nilai transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp25,6 triliun. Begitu pula jumlah transaksi tumbuh 14,16 persen YoY pada April 2023 menjadi sebesar 30,46 juta transaksi. Per April 2023, jumlah kartu kredit yang beredar naik 5,19 persen YoY menjadi 17,42 juta unit.

Application Information Will Show Up Here

Jagofon Raih Pendanaan Tambahan 3,3 Miliar Rupiah

Setelah mengumumkan perolehan pendanaan awal sebesar $150 ribu (2,3 miliar Rupiah) pada Maret lalu, platform marketplace ponsel bekas Jagofon kembali memperoleh pendanaan tambahan senilai USD$223 ribu atau lebih dari Rp3,3 miliar.

Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart menuliskan di unggahan LinkedIn-nya bahwa pendanaan ini berasal dari investor baru dan yang terdahulu. Tidak dijelaskan secara rinci siapa saja investor baru yang terlibat dalam pendanaan terbaru ini.

“Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan inisiatif pertumbuhan bbaru dan memperluas kemitraan strategis, serta memperkuat tim operasional Jagofon saat ini,” ungkap Stéphane kepada tim DailySocial.id.

Pendanaan terakhir mereka diperoleh dari Orbit Startups dan program pengembangan startup tahap awal dari pemodal ventura AS, SOSV.

Jagofon sendiri diklaim sebagai platform marketplace pertama di Indonesia yang berfokus pada smartphone bekas. Perusahaan memiliki misi untuk membangun kembali kepercayaan di pasar smartphone bekas (preloved), menyediakan ponsel berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id tahun lalu, Stéphane juga mengungkapkan akan terus menambah kategori produk di luar smartphone, seperti tablet, PC, smartwatch, dan aksesorisnya. “Kami juga akan mempercepat SEO dan mendorong keberadaan Jagofon di berbagai channel, termasuk di media sosial, sembari enhance platform kami dengan berbagai fitur baru dan kapabilitas,” tegasnya.

Marketplace ponsel bekas di Indonesia

Pada tahun 2022 lalu, Ken Research mengeluarkan laporan terkait pasar smartphone bekas di Indonesia yang disebut bertumbuh pada CAGR 8% dalam periode 2016-2021. Hal ini didorong oleh meningkatnya harga smartphone baru dan pola pembelian konsumen.

Dalam laporan ini juga disebutkan bahwa pasar smartphone Indonesia terbilang masih sangat terfragmentasi dengan banyaknya pemain offline. Namun, selama pandemi COVID terdapat penurunan angka penjualan karena masyarakat enggan keluar rumah dan semua toko offline tutup. Selama periode itu, banyak orang yang melakukan pembelian smartphone bekas melalui platform online.

Platform online ini mengadopsi model penyimpanan inventaris atau model berbasis konsinyasi. Para pemain bersaing satu sama lain berdasarkan model bisnis, layanan bernilai tambah, dan nilai merek. Sementara itu, pemain offline semakin memperkuat kehadiran di media sosial, terutama di Facebook dan Instagram.

Pasca COVID, peningkatan jumlah transaksi melalui platform online telah terlihat. Kemudahan mendapatkan smartphone bekas di depan pintu dari penjual bersertifikat dan marketplace terpercaya, telah menghasilkan peningkatan pangsa platform online dalam ukuran pasar industri smartphone bekas di Indonesia.

Menurut laporan Ken Research, pasar smarphone bekas Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada CAGR 9% antara tahun 2022-2026. Pasar online (daring) mendominasi pasar ini dengan pangsa pasar yang besar. Perusahaan yang memiliki kehadiran offline yang kuat, melakukan pemasaran mereka melalui platform media sosial atau situs web mereka sendiri.

Selain Jagofon, beberapa pemain e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Bukalapak juga memfasilitasi penjualan ponsel bekas di platform mereka. Untuk pemain luring (offline). seperti erafone, Point 2000, dan Sentra Ponsel juga sudah memiliki pasar sendiri, dan semakin memperkuat kehadiran di ranah online.

Mengenal Fitur GrabFood Dine-In, Strategi Omnichannel bagi Mitra Merchant

Situasi tech winter membuat para investor mengencangkan ikat pinggang dan sangat selektif dalam menyuntik pendanaan. Banyak startup, utamanya yang berstatus unicorn, didorong untuk segera menuai keuntungan. Hal ini membuat perusahaan berpikir keras dalam mencari strategi untuk bisa meyakinkan investor dan memperpanjang runway.

Strategi bakar uang untuk menggaet pengguna pun dirasa sudah cukup dan kini saatnya beralih ke era path to profitability. Hal ini mendorong banyak perusahaan mulai mengurangi promo dan semakin menaikkan biaya layanan. Salah satunya, layanan GrabFood yang mulai memperbanyak pilihan biaya langganan daripada promo potongan harga.

Perubahan strategi sempat mengakibatkan penurunan jumlah transaksi bruto alias gross merchandise volume (GMV) pada layanan pengiriman, termasuk GrabExpress dan GrabFood. Dikutip dari Katadata, Grab mencatatkan GMV layanan pengiriman termasuk GrabExpress dan GrabFood turun 9% yoy menjadi US$2,34 miliar.

Pada akhir 2022 lalu, Grab Indonesia juga telah menutup GrabKitchen, layanan pesan-antar makanan berbasis komputasi awan atau sering disebut cloud kitchen. Alasan utama perusahaan menutup layanan yang telah dirilis sejak 2018 ini adalah karena tidak sesuai dengan rencana kerja yang diharapkan.

GrabFood Dine-in

Menyusul penutupan GrabKitchen, perusahaan telah menyiapkan fitur baru yang diharapkan bisa lebih mendukung para merchant. Berbanding terbalik dengan GrabKitchen, fitur Dine-in memungkinkan pengguna menemukan restoran terbaik atau terdekat, serta memberikan voucher sehingga bisa makan di tempat dengan harga lebih murah.

Dalam keterangan resmi, pihaknya menyampaikan fakta bahwa semakin banyak orang yang kembali makan di luar menjadi alasan kuat untuk meluncurkan GrabFood Dine-in. “Ini tidak hanya membantu pengguna kami menemukan restoran untuk dikunjungi, tetapi juga membuat makan di luar lebih terjangkau karena beberapa mitra pedagang menawarkan voucher makan malam yang menarik yang dapat dibeli melalui aplikasi,” tulisnya.

GrabFood Dine-in merupakan wujud Grab dalam mempertajam komitmen untuk memberikan hal-hal yang lebih terjangkau kepada pengguna dengan promo menarik, yang merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi pemilihan restoran oleh konsumen. Sebagai permulaan, terdapat lebih dari 100 outlet yang berpartisipasi menawarkan voucher dengan diskon hingga 30% dari menu dine-in mereka.

Selain itu, layanan ini juga disebut berpotensi untuk meningkatkan pemasaran dengan memberikan informasi penting tentang sebuah restoran di halaman profil mereka. Pengguna juga dapat melihat menu restoran dan melihat rekomendasi hidangan yang dipersonalisasi berdasarkan pesanan pengiriman GrabFood sebelumnya.

Jam buka dan alamat restoran disediakan, dan pengguna dapat memesan perjalanan Grab ke restoran langsung dari halaman profil merchant. Ulasan konsumen saat ini tersedia untuk mitra terbatas, karena lebih dari 70% pengguna Grab mengatakan, mereka mengandalkan ulasan dari platform digital dan dari mulut ke mulut saat memutuskan tempat makan berikutnya.

Fitur ini juga menawarkan merchant cara lain untuk melayani basis pengguna Grab yang besar dan berpotensi mengembangkan bisnis dine-in mereka. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan makan di tempat, pengiriman, dan self pick-up pada satu platform memudahkan merchant untuk menambah sumber pendapatan mereka.

Pengesahan RUU Kesehatan Dukung Inisiatif Startup Bioteknologi di Indonesia

Pemerintah bersama DPR RI baru saja mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan menjadi Undang-Undang (UU) Kesehatan dalam rapat paripurna DPR RI yang dilaksanakan pada hari Selasa (11/7). Salah satu aspek yang dibahas adalah pemanfaatan teknologi dalam industri kesehatan, termasuk pemanfaatan bioteknologi.

Pemerintah sepakat dengan DPR akan perlunya akselerasi pemanfaatan teknologi biomedis untuk pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kedokteran presisi. Pengesahan RUU Kesehatan ini merupakan salah satu langkah dari transformasi kesehatan untuk membangun arsitektur kesehatan Indonesia yang tangguh, mandiri, dan inklusif.

Dilansir dari Katadata, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono sempat mengatakan, ada dua subsektor kesehatan yang menarik tahun ini, yaitu data kesehatan dan biomedikal. Sementara regulasi terkait teknologi kesehatan juga diatur dalam BAB X yang terdiri dari 10 pasal, yakni 334 – 344.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan inovasi teknologi kesehatan diatur dalam bunyi pasal 337 ayat 3. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi biomedis yang mencakup teknologi (1) Genomik (2) Transcriptomic (3) Proteomik, dan (4) Metabolomik terkait organisme, jaringan, sel, biomolekul, dan teknologi biomedis lain.

Pemanfaatan teknologi biomedis yang dimaksud dapat dilaksanakan mulai dari:

  • Pengambilan
  • Penyimpanan jangka panjang
  • Pengelolaan dan pemanfaatan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data terkait.

Sementara pasal 339 ayat 1 menyebutkan, penyimpanan dan pengelolaan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data untuk jangka panjang harus dilakukan oleh biobank dan/atau biorepositori yang

Penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori harus mendapatkan penetapan dari pemerintah pusat dan diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, dan/atau lembaga penelitian dan pengembangan kesehatan, baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun swasta.

Dalam pasal 339 ayat 4 ditegaskan bahwa penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori wajib menerapkan beberapa prinsip berikut: (1) Keselamatan hayati dan keamanan hayati, (2)  Kerahasiaan atau privasi, (3) Akuntabilitas, (4) Kemanfaatan, (5) Kepentingan umum, (6) Penghormatan terhadap hak asasi manusia, (7) Etika, hukum, dan medikolegal, dan (8) Sosial budaya.

Pemerintah juga mewajibkan penyelenggara biobank dan/atau biorepositori untuk menyimpan spesimen dan data di dalam negeri. Selain itu, data dan informasi harus terintegrasi ke dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional.

“Pengalihan dan penggunaan material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan/atau data ke luar wilayah Indonesia dilakukan dengan memperhatikan prinsip pemeliharaan kekayaan sumber daya hayati dan genetika Indonesia,” demikian bunyi pasal 340 ayat 1.

Startup bioteknologi di Indonesia

Menurut Global Biotechnology Innovation Scorecard 2021, Indonesia menempati peringkat ke-52 dari 54 negara dalam pengembangan bioteknologi. Indonesia juga masih mengandalkan bahan baku obat impor, dan sektor bioteknologi dalam negeri masih dalam tahap awal.

Meskipun masih terbilang prematur, sudah banyak inisiatif terkait sektor bioteknologi yang diluncurkan di Indonesia. Salah satunya adalah Etana, perusahaan bioteknologi asal indonesia yang menggunakan teknologi mRNA dan platform berbasis viral peptides untuk produksi vaksin. Perusahaan punya misi menyediakan produk bio-farmasi berkualitas tinggi, terjangkau dan inovatif.

Teranyar, Asa Ren yang mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang fokus mengelola data DNA. Saat ini, perusahaan menyediakan aksesibilitas tes DNA langsung pada konsumen dengan menawarkan lebih dari 360 laporan — termasuk risiko kesehatan (predisposed risk), informasi keturunan (ancestry), dan laporan lainnya untuk orang dewasa hingga anak-anak.

Dari sisi pendanaan, para investor mulai melirik keberadaan startup biotech di Indonesia. Ketika investasi di sektor ini masih relatif baru, East Ventures telah menunjukkan kepercayaannya sejak 2018 lewat portofolio di bidang genome sequencing, yakni Nalagenetics dan Nusantics.

Tidak berhenti di situ, East Ventures juga meluncurkan sebuah white paper bertajuk “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future” bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Redseer Strategy Consultant. Laporan ini memaparkan pemahaman komprehensif tentang peran genomik dalam memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

Di samping itu, Corporate Venture Capital (CVC) milik Telkom, MDI Ventures dan Bio Farma juga telah membentuk dana kelolaan “Bio Health Fund” sebesar $20 juta atau sekitar Rp292 miliar. Dana kelolaan ini membidik investasi startup early dan growth stage yang berfokus pada bidang biotech dan layanan kesehatan di Indonesia.

Lapakgaming Pertajam Fokus di Industri Hiburan Digital

Platform top-up game dan produk digital besutan Bukalapak, Lapakgaming, mengumumkan rebranding bisnis. Hal ini disebut sebagai upaya mempertegas posisi sebagai salah satu penyedia layanan top-up game dan produk digital terkemuka di Indonesia.

Mengusung tagline “Dijamin Aman, Garansi 10x Lipat,” rebranding ini juga ditandai dengan peluncuran logo baru dan tampilan situs yang lebih segar. Hal ini diharapkan bisa menjadi wajah dan simbol transformasi Lapakgaming ke depannya.

AVP Gaming Bukalapak Hendi Huang dalam keterangan resmi, Senin (10/7), menyebutkan, “rebranding ini kami rancang sesuai dengan semangat para gamer. Mereka cenderung identik dengan passion and full energy, jadi kami ingin mewakilkan semangat mereka lewat rebranding Lapakgaming ini.”

Lapakgaming diluncurkan secara resmi pada Juni 2020. Selain memberi kemudahan bagi para gamer untuk top-up atau membeli keperluan in-game item dengan mudah dan murah, Lapakgaming juga menjamin keamanan produk dengan menawarkan garansi 10x lipat jika terjadi kendala dalam proses pembelian.

Selama tiga tahun beroperasi, platform ini mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan. Sepanjang 2022 saja, Lapakgaming berhasil mencatatkan pertumbuhan trafik hingga lebih dari 200 persen. Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah transaksi dan pendapatan perusahaan yang mencapai lebih dari 100 persen.

Pertumbuhan bisnis ini juga didukung berbagai keunggulan yang disuguhkan platform ini, seperti jaminan produk dengan harga termurah, sistem keamanan transaksi yang sudah terjamin, metode pembayaran yang beragam, serta jumlah kategori game yang terus bertambah. Tersedia berbagai jenis game populer, mulai dari Mobile Legends, Free Fire, PUBG Mobile, Genshin Impact, dan lainnya.

Marketplace produk gaming 

Industri game di Indonesia disebut telah bertumbuh pesat dan konsisten sejak beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat jelas dari makin banyaknya jumlah gamer yang kini tidak hanya dinikmati oleh para amatir saja, tetapi juga para profesional yang menjadikannya sebagai mata pencarian utama.

Menurut laporan data.ai, Indonesia mencatatkan jumlah unduhan game mobile sebanyak 3,45 miliar sepanjang 2022. Dari segi transaksi, terjadi peningkatan yang juga cukup signifikan. Tercatat para gamer Indonesia menghabiskan sekitar $370 juta untuk game mobile saja, angka ini bertambah sekitar $50 juta dari tahun sebelumnya.

Sejalan dengan jumlah gamer yang meningkat, jumlah transaksi pembelian produk-produk terkait juga meningkat. Hal ini juga sudah dilirik oleh pemain e-commerce tanah air, seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak yang telah resmi mengakuisisi platform online marketplace itemku pada 2021.

itemku sendiri merupakan bagian dari Five Jack, didirikan pada 2014. Selain 500 Startups, mereka juga mendapatkan dukungan pendanaan dari Bon Angels Venture Partners. Platform ini menyediakan layanan marketplace yang memungkinkan pengguna untuk melakukan jual-beli aset permainan digital. Mereka juga menjual berbagai voucher untuk akses premium ke sebuah game.

Di samping itu, ada juga situs pembelian item dan voucher game Codashop yang sudah hadir secara global di 30 negara, tersebar di Afrika, Amerika, Asia, hingga Rusia, dan Mongolia. Codashop menyediakan ragam metode pembayaran, mencakup potong pulsa (direct carrier billing/DCB) dan gerai offline (Alfamart, Indomaret, dan agen TrueMoney).

Seiring pertumbuhan industri gaming yang belum akan redup dalam waktu dekat, marketplace untuk produk gaming dan hiburan digital diproyeksi akan semakin banyak. Beberapa nama pemain lainnya yang juga menawarkan layanan serupa untuk para konsumen gamers adalah UniPlay, Dunia Games, Garuda Voucher Indonesia, UniPin, JuraganCash, UPoint.ID.

Nusa Finance Rilis NFT Marketplace, Perkuat Ekosistem Web3 Di Satu Platform

Ekosistem blockchain dan kripto terus berkembang dari tahun ke tahun, ditandai oleh kemunculan platform maupun proyek di Indonesia. Salah satunya, Nusa Finance, platform Web3 dan Decentralized Finance (DeFi) yang sebelumnya bernama Tadpole Finance.

Nusa Finance didirikan oleh William Sutanto dan Oscar Darmawan yang juga petinggi platform investasi kripto ternama Indodax. Namun, untuk operasionalnya, Nusa Finance dinakhodai oleh Wildan Ramadhan (CEO) dan Ifan Wijaya (CTO). Adapun, Nusa Finance memiliki kemitraan strategis dengan Indodax dan Tokenomy.

Dalam keterangan resmi, CEO Nusa Finance Wildan Ramadhan mengungkapkan, “perkembangan teknologi blockchain turut melahirkan beberapa inovasi seperti aset NFT. Bagi para kreator, NFT dapat dimanfaatkan sebagai aset dengan sebuah hak kepemilikan atau proof of ownership yang jelas dan eksklusif. Peluang inilah yang coba kami tangkap melalui fitur NFT Marketplace di platform Nusa Finance.”

Sejak diluncurkan pada Oktober 2022, Nusa Finance menawarkan beberapa fitur unggulan, seperti Decentralized Finance (DeFi)layanan investasi berbasis token NUSA (governance), dan pasar terbuka untuk non-fungible token (NFT marketplace).

Selain itu, Nusa juga menawarkan layanan keuangan berbasis blockchain secara menyeluruh yang dapat beroperasi tanpa otoritas pusat, dengan beberapa fitur turunan seperti Lending, Staking, Swap, dan Liquidity.

“Lending Market Nusa ingin menciptakan sistem deposito di dalam blockchain yang memungkinkan orang meminjam dan menjaminkan kriptonya. Ini dapat dimanfaatkan sebagai tool untuk para trader,” kata Wildan ditemui di acara Media Luncheon, Kamis (6/7).

Nusa juga memfasilitasi Staking, mekanisme di mana pengguna dapat memperoleh passive income dalam bentuk bunga dengan mengunci aset kripto untuk jangka waktu tertentu. Selanjutnya, Farming, program Nusa untuk mempertemukan token project bagi pengguna yang ingin staking.

Nusa Finance menargetkan perilisan aplikasi mobile di kuartal ketiga 2023 untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Perusahaan juga tengah mengupayakan semua fitur bisa terintegrasi dalam satu aplikasi. Belum satu tahun beroperasi, Nusa Finance mengklaim telah mencatatkan 20 token dan nilai transaksi aset kripto sebesar Rp600 juta dalam sehari.

Wildan menambahkan, perkembangan Web3 di Indonesia masih relatif baru dan masih berada pada tahap awal adaptasi. “Nusa Finance diciptakan dengan tujuan untuk menghadirkan platform Web3 yang sederhana, informatif, dapat diakses oleh siapa saja, dan menciptakan ekosistem insentif yang sehat bagi para pendukungnya.” tegasnya.

NFT Marketplace

Sebagian besar pasar NFT saat ini berpusat pada barang koleksi, seperti karya seni digital (ilustrasi, foto, musik, video), item dalam game, kartu olahraga, tiket acara, nama domain. Dengan teknologi blockchain yang dimiliki, setiap karya digital yang dijadikan NFT ini diberi kode pengenal yang unik, sehingga tidak dapat direplikasi maupun diduplikasi.

Dalam hal ini, Nusa Finance baru saja meluncurkan fitur NFT Marketplace, pasar terbuka untuk aktivitas aset non-fungible token (NFT)Pengguna dapat menciptakan, menyimpan, dan menjual aset NFT dalam platfrom NUSA. Fitur ini ditujukan bagi para kreator NFT yang ingin memperkenalkan karya-karyanya dengan mudah dalam sebuah platform yang sudah terjamin keamanannya. Fitur NFT Marketplace dapat diakses secara langsung melalui website resmi Nusa Finance.

Wildan menjelaskan proposisi nilai yang ditawarkan pasar NFT milik Nusa adalah memfasilitasi konsultasi blockchain untuk perusahaan konvensional yang ingin memasuki Web3. “Kita bisa memberikan konsultasi blockchain untuk perusahaan sesuai dengan model bisnis mereka. Misalnya kita membuat NFT untuk perusahaan ticketing,” jelasnya.

Hal ini sejalan dengan potensi NFT yang sedang berkembang dalam negeri, di mana Indonesia tercatat sebagai negara dengan pengguna NFT terbanyak di dunia. Mengutip laporan dari Statista Digital Economy Compass 2022, Indonesia berada pada urutan ke-8 dengan 1,25 juta pengguna.

Di Indonesia sudah ada beberapa marketplace NFT yang sudah lebih dulu beroperasi, seperti TokoMall, bagian dari ekosistem blockchain milik Tokocrypto yang belum lama ini telah diakuisisi Binance. Selain itu juga ada Kolektibel yang berdiri di atas jaringan public blockchain Vexanium untuk pencatatan kepemilikan NFT.

Shopingku Ramaikan Pasar Social Commerce di Indonesia

Tahun 2021 menjadi tahun yang berat bagi industri startup Indonesia. Beberapa perusahaan gulung tikar, banyak yang melakukan efisiensi, termasuk PHMomen ini menginspirasi bagi Harry Yohanes Karundeng untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara yang lebih sederhana melalui Shopingku.

Shopingku adalah platform marketplace yang menggunakan konsep social commerce, menghubungkan pemilik usaha dengan pembeli dan agen-agen penjual dalam satu ekosistem. Platform ini menyediakan fitur-fitur yang komprehensif, unik, dan lengkap untuk mendukung ekosistem dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan lebih.

Platform ini juga menggabungkan konsep penjualan baik secara konvensional maupun digital dengan memanfaatkan e-commerce, social media, dan sistem afiliasi, ditambah opsi penjualan tunai dan non-tunai, sehingga potensi pasar retail dapat bangkit selaras dengan perkembangan industri teknologi dan internet.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Founder dan CEO Shopingku Harry Karundeng mengungkapkan, “cita-cita saya, Shopingku bisa jadi satu ekosistem di mana orang-orang bisa bekerja dengan berjualan di Shopingku, lalu mendapat komisi, dan bisa kembali berbelanja di platform ini.”

Shopingku memiliki beberapa fungsi, yakni (1) sebagai katalog online yang dapat digunakan seluruh agen dalam proses berjualan dan (2) model afiliasi yang memungkinkan merchant memasarkan produknya secara luas dengan jaringan penjualan lewat agen.

Selanjutnya, Shopingku menerapkan konsep social commerce yang memungkinkan para agen memanfaatkan platform media sosial mereka untuk mendapatkan penghasilan. Sebagai marketplace, Shopingku memungkinkan masyarakat untuk membuka toko online tanpa modal.

Para merchant dan agen dapat memaksimalkan keuntungan dengan menggunakan fitur “create content” untuk membantu menarik pembeli dengan cara kreatif mereka yang menonjolkan keunggulan produk mereka. Konten tersebut juga bisa dibagikan ke media sosial favorit mereka sehingga dapat menaikkan performa penjualan mereka.

Harry telah memiliki pengalaman kerja lebih dari 25 tahun di industri IT, retail, dan perbankan, serta lebih dari 15 tahun memimpin di perusahaan terkemuka di Indonesia. Sebelumnya, Harry juga memiliki pengalaman dalam membangun situs jual beli online Mise.id.

Segera resmikan kehadiran, Shopingku sudah memiliki lebih dari 1000 agen yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan terus bertambah secara signifikan. Selain online, para agen juga melakukan penjualan secara konvensional dan door-to-door sehingga dapat menjangkau masyarakat yang minim akses internet.

Hingga saat ini, terdapat sekitar 5000+ SKU produk yang disediakan oleh ragam merchant di platform Shopingku. Untuk sistem pembayaran, platform juga menyediakan ragam opsi pembayaran, seperti OVO, DANA, QRIS, VA, dan rencananya akan segera menyediakan opsi paylater.

Target ke depan

Selama satu dekade terakhir e-commerce telah berhasil menjadi lokomotif yang mendorong inovasi digital di berbagai sektor. Namun, masih ada gap khususnya pemerataan jangkauan layanan. Gap tersebut dipicu berbagai faktor, misalnya terkait distribusi layanan di kota tier 3 atau 4 sampai literasi digital masyarakat rural yang belum maksimal.

Salah satu tantangan yang masih ditemui oleh platform social commerce saat ini adalah bagaimana meyakinkan produsen dan prinsipal untuk memberikan layanan ke luar kota tier 1. “Ke depannya, kita berharap bisa menjalin kerja sama dengan beberapa institusi seperti perbankan, untuk menyalurkan kredit bagi para agen,” ungkap Harry.

Harry menargetkan dapat mengumpulkan sekitar 15.000 agen hingga akhir 2023. “Kita juga menargetkan ekspansi ke luar Jawa. Kami harap bisa mendapat agen yang secara demografis tidak hanya terkumpul di pulau Jawa, tetapi bisa sampai Indonesia Timur. Dengan begitu kita juga bisa membantu pemerintah untuk pengembangan daerah timur,” ungkapnya.

Shopingku berupaya menciptakan ekosistem untuk menyejahterakan para agen, merchant, dan pemangku kepentingan lain. Shopingku memiliki misi untuk menjadi ekosistem baru yang bisa memajukan perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan laporan “Social Commerce 2022” oleh DSInnovate, pasar social commerce Indonesia pada 2022 ditaksir mencapai US$8,6 miliar, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 55 persen, dan diperkirakan terus tumbuh hingga mencapai US$86.7 miliar pada 2028.

Di Indonesia sudah ada beberapa pemain yang menyasar pasar serupa. Sebut saja Evermos, yang belum lama ini merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta, Dagangan, Woobiz, dan juga Mapan yang belum lama ini mengklaim telah mencetak 3x lipat pertumbuhan di 2022.

Dorongan Pendiri Brick Berpindah Profesi dari Bidang Legal ke Teknologi Finansial

Berawal dari mengembangkan layanan pengelolaan data kesehatan finansial berbasis API (Application Programming Interface), Brick kini telah berkembang menjadi sebuah layanan treasury tool yang dapat digunakan untuk semua aspek bisnis.

Dalam kanal podcast bertajuk “Startup Simplified, a Ketitik Podcast”, Co-Founder & CEO Brick Gavin Tan mengungkap perjalanan kariernya dengan latar belakang pendidikan di bidang hukum, hingga akhirnya memutuskan terjun ke dunia fintech. 

Gavin mengakui punya ketertarikan kuat dengan angka dan hal-hal yang berbau finansial. Beranjak dewasa, ia mulai diharuskan fokus pada hal yang akan menjadi pilihan karirnya. Sempat mempertimbangkan beberapa hal, ia akhirnya memutuskan untuk fokus masuk ke jurusan hukum.

Setelah lulus kuliah, Gavin sempat menjalani karier sebagai pengacara yang fokus pada kasus kriminal, kepentingan publik, juga untuk pemerintahan Singapura selama sekitar dua tahun.

“Saya melihat yang dilakukan pengacara itu baik, memutuskan ini sebagai pilihan karier. Ilmu ini tidak hanya tentang berpikir logis, tetapi juga ada unsur humanity yang mengharuskan kita untuk bisa memproses banyak hal dalam waktu singkat,” jelasnya Gavin kepada Co-Founder & CEO KeTitik Bipin Mishra yang menjadi pembawa acara dalam podcast.

Lalu, di satu waktu ia kembali teringat masa kecilnya yang diisi oleh angka dan ketertarikan di industri finansial.

Ia berpikir keras dan akhirnya berbicara pada dirinya sendiri, “Jika aku terus menggeluti bidang hukum, maka akan sangat mudah untuk terjebak di sini.” Sementara cinta pertamanya masih pada financial markets, ia terus berpikir keras bagaimana bisa mengawinkan keduanya. Ketika itu, fintech belum jadi apa-apa, bahkan tidak dianggap pekerjaan.

Dari situ, ia mulai mengikuti komunitas terkait fintech, wealthtech, dan menghadiri berbagai acara. Sampai pada akhirnya ia menerima tawaran untuk bekerja pada sebuah perusahaan e-money asal Kuala Lumpur yang beroperasi di Myanmar. Ia mulai kembali membangun mimpinya di industri finansial bersama platform fintech Aspire.

Gavin menghabiskan 8 tahun terakhir untuk membantu mengembangkan platform fintech di Asia Tenggara. Di Aspire, timnya berhasil melakukan ekspansi ke tiga negara hanya dalam waktu 6 bulan. Ia melihat banyak tantangan ketika bekerja di Aspire, salah satu yang utama adalah infrastruktur yang masih kurang di pasar yang tengah berkembang.

“Hal ini sebenarnya yang menginspirasi saya untuk mengembangkan Brcik,” ungkapnya.

Mengembangkan Brick

Gavin belajar banyak hal dan mendapat mentor yang luar biasa selama di Aspire. Salah satu pelajaran terbaik yang ia dapatkan adalah “momentum is the lifeblood of startups“, bahwa momentum itu sangat penting. Ketika kamu sudah mengetahui arahnya, kamu harus bergerak, cepat.

Hal ini juga yang meyakinkan Gavin untuk memulai Brick. Ia mengaku bahwa motivasi awalnya adalah rasa takut akan melewatkan kesempatan yang baik. Sementara ia tidak merasa sebagai seorang pengusaha “by nature“, bahkan tidak pernah terpikir menjadi salah satunya. Namun ia bekerja di antara pemilik bisnis dan “got hit by entrepreneurship bug“.

Memulai bisnis sama sekali tidak mudah, ada banyak hal yang harus bisa dipersatukan. “Tidak cukup hanya dengan mendapatkan ide yang cemerlang, kamu juga harus mencintai ide itu. Dari situ, ide harus bisa dieksekusi menjadi bisnis yang profitable. Waktu juga sangat krusial. Ketika sudah banyak sekali kompetitor di pasar, akan lebih sulit melakukan penetrasi,” jelasnya.

Selain itu, ia juga mengaku bahwa memiliki co-founder dengan value yang sama adalah esensial. Ia bertemu dengan Deepak Malhotra yang juga Co-Founder dan CTO Brick ketika mereka dijadikan satu tim di Antler. Mereka berinteraksi secara sosial melalui akselerator ini dan menemukan bahwa keduanya memiliki ketertarikan yang kuat di satu subjek yang sama, fintech.

Mereka memulai Brick sebagai pengembang layanan pengelolaan data kesehatan finansial berbasis API (Application Programming Interface), kapabilitasnya memungkinkan pelaku fintech atau perusahaan teknologi untuk mendapatkan insight lebih dalam terkait kesehatan keuangan para penggunanya. Tujuannya untuk membawa aplikasi finansial yang lebih personal dan inklusif.

Ketika menginisiasi platform ini, Gavin sadar bahwa suatu saat mereka akan semakin berkembang dan masuk ke ranah money movement. Dengan klien yang kebanyakan datang dari industri fintech, bookeeping, maka semakin banyak permintaan akan layanan yang semakin menyeluruh. Dari situ, mereka akhirnya masuk ke ranah transaksi.

“Saat ini, aku memosisikan Brick sebagai treasury tool yang membantu para pemilik bisnis, juga divisi finansial untuk bisa meningkatkan fungsi finansial di perusaaan dengan pembayaran pintar, automasi pekerjaan, dan menentukan kesepakatan finansial secara cepat. Kami telah berkembang sangat pesat dari hanya sebuah platform open finance

Rencana ke depan

Belum genap tiga tahun beroperasi, Brick sudah mengumpulkan total pendanaan lebih dari $8 juta dalam 2 kali putaran pendanaan. Dalam perjalanannya, Gavin juga mengaku bahwa tidak mudah menjalani bisnis di tengah gempuran pandemi. Perusahaan sempat menganut nilai “grow at any cost“, namun pada akhirnya harus mulai bergeser menjadi “revenue oriented”.

Satu hal yang ia bangga adalah, sejauh ini perusahaan masih bisa mempertahankan healthy runway yang membuat mereka bisa dengan mudah melakukan pivot atau mengganti fokus. Sebagai perusahaan, bahkan di saat genting Brick masih bisa bertahan. Hal itu tidak terlepas dari orang-orang yang ada di dalam perusaaan.

“Sebagai founder, saya sendiri harus bisa mengelola pengeluaran dengan baik sembari memastikan bahwa kita tetap bisa melakukan eksperimen. Saya melihat di beberapa negara Eropa, iklim investasi sudah mulai membaik. Harapannya adalah hal itu akan terjadi di Indonesia,” ujarnya.

Terkait rencana ke depan, Gavin menegaskan bahwa saat ini mereka tengah fokus untuk bisa doubling down for being a treasury tool. Pergerakan uang sangat esensial, hal ini menyentuh seluruh aspek dalam bisnis.

“Yang kami lakukan sekarang adalah melihat celah use case yang besar dan masih belum bisa terselesaikan, lalu datang sebagai solusi. Harapannya, tidak hanya terkait dengan dunia pembayaran, tetapi juga dalam hal automasi,” jelasnya.

Untuk platform real-time financial data, Gavin juga mengungkapkan bahwa mereka telah span off menjadi Boiva, sistem autentikasi yang memudahkan konsumen untuk login tanpa proses onboarding yang panjang dan berulang.

“The vision for Brick from day one was always to make financial services to be more accessible, across SEA. Indonesia is just the first stop. We also plans to expand to the second and third markets in the next one to two years. However, right now we are still focusing on the Indonesian market before we get out to other markets,” tutup Gavin.

Disclosure: DailySocial.id merupakan print partner dari program “Startups Simplified, a Ketitik Podcast”

BRI Ventures Jaring Bisnis D2C Melalui Program Akselerator Kiqani Labs

BRI Ventures melalui dana kelolaannya Sembrani Kiqani, meluncurkan Kiqani Labs, sebuah program akselerator yang fokus menjaring bisnis D2C (direct to consumer). Program ini diharapkan bisa menjaring merek bisnis dari berbagai segmen, seperti fashion, produk kecantikan, dan F&B di Indonesia.

Untuk mengikuti program ini, calon partisipan diharapkan sudah memiliki bisnis yang telah tervalidasi di pasarDalam program yang akan diadakan selama 2 bulan ini, BRI Ventures menawarkan insights yang lebih luas terkait industri ini, juga kunjungan ke lokasi partner strategis perusahaan, serta jaringan luas dan mentor yang dapat diandalkan.

Pihaknya menegaskan bahwa BRI Ventures tidak menjanjikan investasi secara langsung, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kolaborasi ke depannya. Saat ini, Kiqani Labs juga masih membuka kesempatan bagi pebisnis yang ingin mendaftarkan mereknya di program akselerator ini.

Pertama kali diumumkan ke publik pada akhir tahun 2021, dana kelolaan Sembrani Kiqani memang memiliki fokus untuk consumer brands menyasar sektor direct-to-consumer (D2C). Ketika itu, Nicko Widjaja, CEO BRI Ventures meyakini bahwa sektor ini mampi menjadi penggerak industri terutama di tengah pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

Sebelumnya, BRI Ventures juga sempat menggandeng Tokocrypto dalam menjalankan program Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). Inisiatif ini berupaya menyediakan modul ekstensif khusus dirancang demi membawa proyek dan startup blockchain untuk muncul ke panggung dunia.

Pasar D2C di Indonesia

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Ken Research, Indonesia diproyeksikan akan mengalami peningkatan persaingan di pasar D2C di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari kebangkitan industri 4.0. Tumbuhnya industrialisasi di Indonesia membantu mendorong industri D2C ke tingkat perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Laporan yang sama menyebutkan bahwa ukuran pasar D2C di Indonesia saat ini tidak lebih dari 1% total pasar e-commerce. Namun, angka ini dipercaya akan bertumbuh secara signifikan, didorong oleh target pasar yang besar, meningkatnya pembelian daring, pendapatan per kapita yang tinggi, dan dukungan modal ventura terhadap startup D2C di tanah air.

Sumber: Ken Research

Berdasarkan infografis yang dibuat oleh Ken Research di atas, dapat dilihat bahwa GMV e-commerce di Indonesia memiliki potensi pasar hingga USD$120 miliar. Fashion dan Apparel menjadi segmen utama yang juga menyumbang pendapatan terbesar pada pasar D2C di Indonesia.

Dari sisi persaingan, industri ini masuh terbilang sangat terfragmentasi. Semakin banyak merek yang mengadopsi strategi distribusi omnichan nel pasca-COVID untuk mendapatkan pijakan di pasar karena pelanggan ragu untuk mengunjungi toko offline. Salah satunya adalah Hypefast, yang belum lama ini memaparkan survey terkait tren merek lokal di Indonesia.

Banyak investor yang sudah mulai melirik pasar ini. Beberapa program akselerator juga sudah dilancarkan untuk bisa mendorong pertumbuhan pasar D2C di Indonesia. Selain Kiqani Labs, ada Gojek Xcelerate yang lebih dulu hadir untuk menjaring UMKM ritel. Teranyar, ada program akselerator D2C dari Kino Indonesia yang baru saja menyelesaikan program bootcamp intensif Maret lalu.

Honest Dapat Investasi Strategis dari Perusahaan Pembiayaan Jepang “Orico”

Honest Financial Technologies International (Honest Bank) mendapat investasi strategis dari Orico, perusahaan pembiayaan konsumen asal Jepang, dilansir dari Nikkei Asia. Melalui investasi ini, Orico akan memulai debutnya di Indonesia dengan meluncurkan kartu kredit virtual. Berdasarkan data yang dilaporkan ke Venture Cap, nominal yang disuntik senilai USD$2 juta atau Rp30 miliar.

Dikenal sebagai Orient Corp., Orico adalah grup perusahaan yang memiliki rekam jejak pada layanan keuangan koperasi. Pertama kali diluncurkan di Hiroshima pada 1954. Adapun, produk kartu kredit virtual Orico dan Honest ditargetkan meluncur pada tahun ini.

Operasionalnya akan melibatkan kecerdasan buatan untuk melakukan pemeriksaan kredit, mengonfirmasi identitas pemegang kartu dengan video chat, dan mencegah penipuan. Pengguna bisa mendapatkan kartu dalam waktu tiga menit, tanpa harus membayar biaya tahunan. Selain itu, akan segera hadir layanan pembayaran kode QR yang ditautkan pada kartu.

Sebagai informasi, Honest Bank adalah startup digital dan open banking asal Singapura yang didirikan oleh Peter Panas dan Will Ongkowidjaja (Founding Partner Alpha JWC Ventures) pada 2019. Honest Bank telah mendapat investasi dari sejumlah investor, termasuk XYZ Capital, Village Global ,Insignia, Global Founder Capital (GFC), Alpha JWC Ventures, Digital Horizon, hingga Alumni Ventures.

Untuk debut di pasar Indonesia, Honest Bank mengakuisisi mayoritas saham PT Sahabat Finansial Keluarga (SFK), perusahaan pembiayaan milik PermataBank, dan rebranding menjadi PT Honest Financial Technologies. Pada Maret 2023, PT Honest Financial Technologies memperkenalkan kartu kredit tanpa nomor (numberless) yang dapat digunakan melalui smartphone.

Di Indonesia, Honest beroperasi dengan dua lisensi usaha, yakni sebagai penyelenggara jasa pembayaran dari Bank Indonesia (BI) dan perusahaan pembiayaan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial.id, Direktur Utama Honest Dharu Estiningrum mengungkap kartu kredit menjadi entry point yang tepat karena melayani dua aspek penting dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai instrumen pembayaran dan pinjaman. Di samping itu, kartu kredit juga menawarkan fleksibilitas penuh kepada konsumen dalam pembayaran tagihan.

“Kalau hanya pembayaran, kami tidak dapat membantu konsumen [membangun] credit history. Kami membangun disiplin pada pengguna kami supaya mereka bisa siap dengan produk pinjaman selanjutnya. Untuk bisa naik ke jenjang kehidupan yang lebih baik, mereka membutuhkan financial services dari lembaga jasa keuangan formal. Maka itu, pendekatan kami berbeda,” kata Dharu.

Pasar kartu kredit

Di Indonesia, tren penggunaan kartu kredit disebut mengalami fluktuasi dalam  beberapa tahun terakhir. Penetrasi pengguna kartu kredit di Indonesia hanya 6%, terendah dibandingkan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Bank Indonesia (BI) mencatat, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mencapai 16,58 juta unit pada Juni 2022.

Transaksi kartu kredit selama masa Covid-19 juga berkurang, tetapi nilai transaksinya terpantau meningkat. BI mencatat nilai transaksi kartu kredit di Indonesia sebesar Rp34,37 triliun pada Maret 2023. Jumlahnya naik 10,18% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month) yang sebesar Rp31,20 triliun.

Dalam meningkatkan transaksi melalui kartu kredit, BI telah menerbitkan beberapa kebijakan. Pertama, mengurangi batas maksimum suku bunga kartu kredit dari 2% menjadi 1,75% per bulan, berlaku mulai Juli 2021. Kemudian, memperpanjang masa berlaku kebijakan nilai denda keterlambatan pembayaran kartu kredit sebesar 1% atau maksimal Rp100.000,00 dari semula 31 Desember 2022 menjadi 30 Juni 2023.

Sebagian besar pemegang kartu kredit Indonesia disebut memiliki pendapatan tahunan melebihi 500 juta, yang dianggap berpenghasilan tinggi. Sementara kelas menengah yang memiliki akses yang lebih sedikit untuk kartu kredit, pembayaran kode QR telah menjadi alternatif yang populer. Konsep berbelanja menggunakan paylater juga tengah naik daun.