Singapore-based “People Analytics” Startup Developer EngageRocket Prepares for Expansion to Indonesia

In the mid-September of 2018, a Singapore-based platform developer startup for people analytics, EngageRocket received a funding worth of $1 million. This round was led by SeedPlus, supported by Found Ventures and angel investor Huang Shao-Ning. Aside from product maturity, EngageRocket will use the funding to develop markets, including Indonesia.

Leong CheeTung, EngageRocket’s Co-Founder & CEO, explained the business debut in Indonesia has started off with some clients, including Tokopedia, Bank Danamon, Shopback, and Mediacorp. The product applied is Engagement & Performance Management for HR system in a company.

“We’re adjusting contents with the local touch in-app to support Indonesia’s unique culture in work/organization. We also plan to develop the mobile app for Indonesian users,” CheeTung told DailySocial.

EngageRocket is aware of each region’s different culture in handling people. Indonesia, for example, CheeTung explained the need to overcome the conventional cult culture of some leaders by providing real-time, confidential, and sustainable feedback. The unique ways are necessary for business leaders to learn about their employees’ performance.

People analytics is a study using quantitative and qualitative data from employees to improve business performance. EngageRocket products aim to support leaders using data to make a better decision, including to boost team confidence or improve skills for innovations.

Using Employee Engagement Pulse module, users can now monitor employee experience, analyze trends and response on regulation and management transition. Later, with 360 Performance Feedback module, users can analyze the leadership performance and relate them to loyalty. Both modules are a package in the Software as a Services series.

CheeTung expressed the optimism towards the Indonesian market. With the amount of 250 million population and 127 million workers, the analytical technology app like this will be a great help for the rise of young leaders and managers in Indonesia. In addition, the public’s digital shifting is considered to be the right moment for the need of people analytics.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Kesehatan Medi-Call Kini Hadir di Enam Belas Kota

Sejak debut di tahun 2016, startup bidang kesehatan Medi-Call kini mengaku telah melayani lebih dari 5000 pasien di wilayah sebarannya. Peningkatan jumlah pengguna turut didukung adanya kerja sama dengan 387 dokter, 379 perawat, 480 bidan dan 30 fisioterapis. Untuk jaminan mutu, seluruh mitra tersebut telah dipastikan memiliki lisensi praktik dari lembaga terkait.

Di pertengahan tahun ini, Medi-Call telah meluas di 16 kota (sebelumnya hanya beroperasi di wilayah Bali saja), termasuk di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, hingga Balikpapan. Ekspansi ini tak terlepas dari dukungan mitra strategisnya, yakni Apotek K24. Layanan Medi-Call terintegrasi dengan situs online K24Klik untuk pemenuhan kebutuhan obat bagi pasien.

Untuk menguatkan bisnis, Medi-Call juga telah menerima pendanaan awal (seed funding) dari angel investor yang tidak diinformasikan detailnya. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk merealisasikan manuver bisnis ke depan, tak lain memperluas jangkauan operasional agar lebih banyak pasien yang dirangkul akses pelayanan kesehatan daring tersebut.

“Hingga saat ini, Medi-Call terus dikembangkan agar dapat menjadi aplikasi berbasis lokasi yang menghubungkan penyedia layanan kesehatan dengan pasien. Aplikasi ini dapat menjadi solusi tepat bagi mereka yang tidak ingin kesibukannya terganggu oleh penyakit yang tiba-tiba menyerang,” ujar Co-Founder & CEO Medi-Call, Budhi Riyanta, yang juga seorang dokter.

Dengan aplikasi Medi-Call, pengguna dapat memperoleh pelayanan kesehatan terdekat melalui aplikasi. Keunggulan yang coba ditawarkan memudahkan pasien tidak perlu lagi mengantre, karena tim kesehatan yang akan menyambangi rumah pasien sesuai dengan keluhannya — sehingga bisa saja ditangani dokter, perawat, bidan atau fisioterapis. Layaknya aplikasi on-demand lainnya, Medi-Call juga berusaha memberikan kepastian biaya terkait pelayanan kesehatan saat pengguna hendak melakukan pemesanan.

“Dokter yang datang ke rumah pasien dapat langsung meresepkan obat yang kemudian dapat dipesan melalui K24Klik. K24Klik menyediakan layanan One Hour Delivery yang memungkinkan pasien untuk segera menerima obatnya dalam kurun waktu 1 jam saja, sebab K24Klik sudah memiliki lebih dari 300 apotek mitra yang tersebar di seluruh Indonesia,” imbuh Budhi menerangkan tekis kerja samanya dengan Apotek K24.

Selain Budhi, startup healthtech ini juga didirikan oleh dua rekan lainnya yang juga seorang dokter, yakni Stephanie Patricia dan Candra Wijanadi. Fenomena urban yang menuntut berbagai aktivitas ingin dilakukan secara praktis memberikan mereka ide untuk menghadirkan layanan kesehatan on-demand berbasis mobile.

Application Information Will Show Up Here

Laporan DailySocial: Tren Pengguna Layanan Coworking Space di Indonesia 2018

Tren startup digital turut menghadirkan berbagai peluang bisnis baru. Salah satunya kehadiran coworking space, menjadi ruang kerja kekinian yang mengakomodasi kebutuhan pekerja yang fleksibel. Schraubenfabrik digadang-gadang sebagai pionir coworking space di dunia, ruang kerja wirausahawan di Austria tersebut menjadi yang pertama mengusung konsep coworking space.

Di Indonesia, coworking space pertama lahir di Bandung. Bernama Hackerspace diinisiasi oleh Forum web Anak Bandung (FOWAB) pada tahun 2010. Penerimaan baik terhadap layanan coworking space membuat perkembangannya begitu pesat, baik di dunia maupun di Indonesia. Hampir di setiap kota besar di Indonesia kini memiliki coworking space, mulai dari Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, Yogyakarta, hingga Padang.


Untuk mengetahui lebih dalam kesan pengguna layanan coworking space, DailySocial bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform untuk menggali fenomena ini. Dari survei yang dilakukan terhadap 1617 responden, ditemukan beberapa fakta menarik, di antaranya:

  • Sebanyak 67% responden cukup akrab dengan coworking space, mayoritas mendefinisikan sebagai sebuah tempat khusus untuk bekerja.
  • Mayoritas responden, atau tepatnya 90%, mengonfirmasi bahwa pekerjaannya bisa diselesaikan di coworking space (tidak harus di kantor).
  • Selain lokasi yang strategis (79%), fasilitas (67%) dan lingkungan (42%) menjadi faktor di balik pemilihan coworking space sebagai tempat untuk bekerja.

Masih banyak temuan lainnya dalam riset ini, termasuk soal preferensi biaya dan jenis pekerjaan pengguna coworking space. Laporan detailnya bisa diunduh secara gratis di “Coworking Space Awarenes in Indonesia 2018“.

Periksa.id Sajikan Produk SaaS Manajemen Layanan Kesehatan

Di tengah pesatnya digitalisasi layanan publik, Periksa.id hadir sebagai startup pengusung produk Software as a Services (SaaS) di bidang kesehatan. Menyasar segmen B2B, Periksa.id melayani klien dari kalangan Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), termasuk rumah sakit dan klinik kesehatan. Dengan sistem berbasis web, aplikasi Periksa.id dapat diakses dokter, perawat, petugas rekam medis, apoteker dan petugas lainnya guna mengelola manajemen pelayanan kesehatan.

Sejak berdiri pada November 2017, layanan teknologi kesehatan (healthtech) tersebut sudah melayani UPK di berbagai wilayah Jakarta. Saat ini startup masih berjalan dengan bootstrapping, mengandalkan pendapatan dari biaya berlangganan layanan. Visi utama Periksa.id adalah meningkatkan kapabilitas layanan kesehatan dengan data, didukung enam fitur utama yang saat ini ada di aplikasi.

Fitur Periksa.id
Fitur utama di aplikasi Periksa.id

“Periksa.id merupakan paket lengkap untuk mengelola kegiatan di UPK, mulai dari pemesanan dan pendaftaran pasien online, rekam medis digital, resep digital, inventory management, billing system, hingga modul lainnya seperti rawat inap dan laundry. Periksa.id dapat menerima customize form untuk unit pelayanan kesehatan untuk peningkatan akreditasi,” ujar Co-Founder & COO Periksa.id Indri Hardianti.

Periksa.id dijajakan dalam bentuk berlangganan. Mengingat masing-masing UPK memiliki kebutuhan spesifik, Periksa.id juga memberikan layanan kustomisasi fitur, migrasi data, serta dukungan teknis di implementasi awal. Yang terpenting, ada jaminan privasi data, mengingat data rekam medis tidak boleh digunakan dan diakses sembarangan.

“Ide awal bermula dari blessing in disguise dari proyek yang tidak dibayarkan. Karena punya tanggung jawab membayar tim, founder saat itu mencari celah. Ia melakukan survei sistem manajemen fasilitas kesehatan di daerah Jabodetabek. Hasilnya 9 dari 10 UPK masih memiliki hambatan untuk mengembangkan bisnisnya. Kemudian 2016 founder memutuskan mengembangkan lebih jauh aplikasi yang tidak dibayarkan tadi (mengemas menjadi Periksa.id ) dan menawarkan kepada rumah sakit dan klinik,” terang Indri menceritakan awal pendirian startup.

Aplikasi Periksa.id
Penerapan layanan Periksa.id dalam sebuah UPK di Jakarta / Periksa.id

Selain Indri, ada rekan co-founder lainnya yang juga menjadi CEO, yakni Sutan Imam Abu Hanifah. Tahun ini pihaknya mengharapkan dapat segera menemukan investor untuk mengakselerasi bisnis.

“Kami berharap dengan adanya funding, tim Periksa.id bisa dengan cepat memenuhi market demand. Karena saat ini kami masih kurang dalam pembiayaan operasional dan resources untuk hands-on klien. Kami membatasi gerak untuk memperluas pasar dengan cepat. Target selanjutnya adalah pengembangan mobile apps untuk memudahkan penggunaan,” lanjut Indri.

Tim Periksa.id juga cukup optimis terhadap pangsa pasar.  Menurutnya industri healthtech akan berkembang signifikan dalam beberapa waktu ke depan, tak heran jika startup dan investor juga banyak yang melirik lanskap ini. Dengan terus memfokuskan pada fitur dan layanan yang komprehensif, Periksa.id yakin dapat selalu terus dipercaya UPK untuk membantu dalam mengorganisir kebutuhan manajemennya.

Strategi Alibaba Cloud Raih Perhatian Global, Implementasikan Kecerdasan Buatan

Mari kita sedikit lakukan kilas balik di tiga atau empat tahun lalu untuk menjawab pertanyaan berikut: “Apa layanan komputasi awan (cloud computing) global yang Anda ketahui?”, secara umum jawaban akan mengacu pada opsi Amazon Web Services (AWS), Windows Azure, atau Google Cloud. Beberapa mungkin juga akrab dengan merek IBM Softlayer, VMware, dan Oracle.

Masih banyak penyedia lain yang tidak cukup akrab didengar pelanggan atau pengembang aplikasi di Indonesia. Salah satunya Alibaba Cloud (sempat memiliki julukan “Aliyun”). Mereka mulai beroperasi sejak September 2009. Tidak tanggung-tanggung, kala itu perusahaan di bawah kepemimpinan Jack Ma dan Simon Hu ini sudah membuka pusat riset pengembangan dan operasional di Hangzhou, Beijing, dan Silicon Valley.

September 2014 adalah momentum bersejarah bagi Alibaba Group, pasca bersandar di New York Stock Exchange (NYSE). Semua orang mulai mengetahui dan mengakui kapabilitas Alibaba sebagai perusahaan e-commerce. Keberhasilan IPO (Initial Public Offering) saham Alibaba (BABA) membawa perusahaan meraih investasi mencapai  US$21.8 miliar pada pembukaan awal. Seluruh unit bisnis Alibaba Group satu per satu meroket ke pasar global, tak terkecuali Alibaba Cloud.

Tahun 2015 akselerasi bisnis Alibaba Cloud ditingkatkan. Dimulai dari kucuran investasi $1 miliar dari perusahaan induk. Pusat data (data center) mulai diperluas, diawali dari Hong Kong, Singapura, dan Amerika Serikat. Peningkatan tersebut bukan tanpa prestasi, kemampuan yang makin mumpuni dibuktikan dengan dukungan layanan terhadap festival belanja online 11.11 tahun 2015. Kala itu berhasil melayani transaksi hingga $14,2 miliar dalam 24 jam.

Saat ini, Alibaba Cloud sudah memiliki pusat data yang tersebar di 18 wilayah. Terbaru pada Februari 2018, mereka membangun pusat data di Indonesia. Namun, sebaran pusat data tidak lantas otomatis membuat penyedia layanan menjadi pemimpin pasar, banyak upaya yang harus dilakukan untuk mencuri perhatian pasar global. Alibaba Cloud mengklaim memiliki cara tersendiri untuk terus bersaing di pangsa pasar.

Seperti layanan awan pada umumnya, layanan Alibaba Cloud saat ini sudah mencakup tiga varian fundamental, yakni Software as a Services (SaaS), Platform as a Serivices (PaaS), dan Infrastructure as a Services (IaaS). Terkait persaingan, Alibaba Cloud juga terus mengejar kepemimpinan pasar. Salah satu indikasinya ditunjukkan pada riset pasar Magic Quadrant di kuartal kedua tahun 2017 lalu.

Riset Gartner terkait kepemimpinan penyedia layanan komputasi awan

Di acara tahunan Alibaba Cloud bertajuk “The Computing Conference 2018” di Hangzhou, mereka mencoba menegaskan apa yang kini dilakukan untuk merebut kepemimpinan pasar. Rangkaian strategi yang disampaikan cukup menarik, yakni mendampingi sektor publik dengan transformasi digital berkelanjutan. Alibaba menjadikan Hangzhou (kota basis perusahaan) sebagai pusat percontohan implementasi teknologi digital terbarukan.

“It’s not technology that changed the world, but the dreams behind it,” Jack Ma.

Dampak langsung teknologi komputasi awan

Infrastruktur komputasi yang semakin canggih memungkinkan banyak hal dilakukan. Sebut saja pemrosesan seperti big data, machine learning, artificial intelligence hingga internet of things, semua dapat dilakukan dengan sangat efisien. Poin-poin tersebut kini juga telah menjadi salah satu yang coba ditonjolkan dalam ragam produk PaaS di Alibaba Cloud. Tidak hanya sekadar menjual “merek”, melalui Simon Hu, President Alibaba Cloud, mereka mencoba menampilkan sebuah visi dan studi kasus nyata.

Memasuki panggung konferensi, Simon mendemokan aplikasi Tmall bersama sajian teh di hadapannya. Melalui aplikasi Tmall, Simon memindai teh yang ada di meja dengan ponsel yang ia bawa untuk mengetahui detail informasi produk tersebut. Di ponselnya ditampilkan tentang jenis teh, asal teh, hingga informasi proses pengiriman. Setelah itu dia mengawali presentasi dengan memaparkan bagaimana kota Hangzhou berkembang selama 20 tahun dan terobosan baru yang Alibaba Cloud bawakan dengan teknologi.

Tmall App Demo
President Alibaba Cloud, Simon Hu, saat mendemokan aplikasi Tmall untuk sajian teh / Alibaba

ET Brain adalah nama produk AI Alibaba Cloud yang didesain untuk membantu mengatasi permasalahan urban dengan teknologi. Program tersebut dilandasi kapabilitas komputasi super tinggi “Aspara” dengan pemrosesan machine learning terintegrasi lengkap dengan analisis data dan visualisasinya. Implementasinya dapat di berbagai sub sektor, mulai dari ET City Brain, ET Indurstrial Brain, ET Medical Brain, hingga ET Aviation Brain.

Salah satu program yang didemokan adalah ET City Brain yang memberikan penjelasan bagaimana kota Hangzhou kini dapat dikontrol melalui sebuah dasbor terpusat di pemerintahan. Awal penerapannya tahun 2016 di distrik Xiaosan, permasalahan pertama yang diselesaikan adalah pengaturan trafik lalu-lintas untuk meminimalkan kemacetan. Teknologi AI dan machine learning mempelajari arus lalu-lintas melalui sensor IoT yang ditempatkan pada titik-titik tertentu. Hasil akhirnya, mereka melakukan pengaturan lampu lalu-lintas secara real-time berdasarkan kondisi dan proyeksi kepadatan jalan raya.

City Brain Alibaba
Contoh tampilan dasbor City Brain

Penerapannya terus berkembang hingga tahun ini. Salah satu yang paling menarik adalah bagaimana sistem City Brain dapat memberikan akses jalan khusus untuk situasi kritis, misalnya untuk perjalanan ambulans atau mobil pemadam kebakaran. Sistem akan melakukan kalkulasi tercepat pada GPS yang ditempatkan pada mobil ambulans/pemadam kebakaran. Dari jalur yang sudah ditetapkan GPS, lampu lalu-lintas yang dilewati akan dikondisikan berwarna hijau saat mobil tersebut melintas, sehingga akhirnya mobil dapat mencapai tujuan secara lebih cepat dan efisien.

Implementasi di sektor publik yang lebih luas

“Ni hao banma…” ucap seorang sopir untuk mengoperasikan sistem komputer yang terdapat dalam sebuah mobil. Selanjutnya orang tersebut, menggunakan bahasa Tiongkok, meminta sistem memutarkan sebuah musik untuk kami, para penumpangnya. Tidak hanya itu, ia dapat memerintahkan sistem dengan ucapan untuk melakukan serangkaian hal, termasuk membuka jendela pintu untuk penumpang.

Mobil tersebut sudah terpasang AliOS, sebuah sistem operasi yang diluncurkan Alibaba pada Juli 2017 lalu untuk mobil. AliOS mengkombinasikan sistem pengenal berbasis suara, wajah, dan gestur untuk memanjakan pengendara mobil dengan apa yang mereka sebut dengan “mobil internet”.

Di sudut lain gedung konferensi, kami juga disajikan dengan demo robot pintar yang digunakan divisi logistik Alibaba untuk mengatur logistik. Lengan robot yang sering disaksikan dalam film layar lebar tersebut kini terlihat begitu nyata, melakukan pengaturan untuk pengiriman logistik. Rangkaian sistem tersebut mencoba menghubungkan seluruh elemen logistik secara digital dan real-time.

Selain mengurus pergudangan secara otomatis, dalam pengembangannya Alibaba juga tengah mengaplikasikan sistem distribusi modern melalui kotak pintar dan mobil pintar yang terhubung dengan layanan e-commerce dan e-logistic Alibaba. Kapabilitas IoT menjadi kunci dalam penerapan rangkaian teknologi Cainiao, layanan smart logistics miliknya.

Cainiao Alibaba
Jaringan logistik pintar berbasis robot bernama Cainiao / Alibaba

Seusai konferensi, dalam perjalanan pulang, kami sempat mampir ke sebuah swalayan dan pusat perbelanjaan yang telah mengaplikasikan sistem modern. Tidak hanya sekadar menerima pembayaran dengan Alipay, ritel modern tersebut disebut memberikan pengalaman baru kepada setiap pengunjungnya. Kini pengunjung tidak hanya bisa melakukan pembayaran secara daring, karena setelah memilih barang belanjaan, mereka bisa meminta sistem untuk mengantarkan belanjaannya ke rumah. Hema adalah program inkubasi konsep ritel modern yang diusung Alibaba.

Di sisi konsumen, pengalaman belanja juga didukung dengan aplikasi Tmall. Untuk bahan segar seperti sayuran, mereka dapat mengidentifikasi secara langsung kapan sayuran ini dipetik dan sampai. Dalam mengatur sirkulasi produk, pihak pemilik perbelanjaan juga sudah dibekali sistem terintegrasi –dengan logistik—untuk memastikan barang sayuran atau buah-buahan sampai dalam kondisi segar optimal. Biasanya barang seperti itu dijual dalam periode satu hari saja. Jumlahnya sudah diproyeksikan –baik dalam stok gudang ataupun bungkusannya—sehingga kecil kemungkinan akan tersisa.

Teknologi kasir pintar ReX juga terapkan untuk membantu pemilik swalayan dalam mengidentifikasi kebutuhan pembeli dan memberikan layanan yang ditargetkan. Sehingga toko dapat memaksimalkan stok persediaan barang sesuai dengan proyeksi kebutuhan pelanggan. Saat ini sudah ada 65 toko Hema di berbagai wilayah. Dari pengakuan pemilik toko yang kami temui, peningkatan penjualan dapat mencapai 50% pasca implementasi teknologi tersebut. Penerapannya juga dinilai cukup mudah, karena toko tidak perlu menyediakan komputasi berspesifikasi besar, semua sudah diakomodasi dalam komputasi awan.

Cainiao Car
Mobil logistik Cainiao yang beroperasi secara otomatis / Alibaba

Kecerdasan buatan adalah masa depan

CTO Alibaba Group Jeff Zhang menyampaikan peta jalan untuk pengembangan teknologi komputasi awan modern. Salah satu yang ditekankan ialah melalui riset pengembangan komputasi kuantum dan AI Chips. Program tersebut akan dikelola melalui Alibaba DAMO Academy, yakni inisiatif di bidang riset global dalam pengembangan teknologi disruptif untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Teknologi tersebut dikembangkan untuk memperkuat komputasi awan dan IoT Alibaba Group, dan tidak menutup kemungkinan mendukung aplikasi komersial di berbagai industri.

DAMO Academy
Riset pengembangan dipusatkan melalui DAMO Academy / Alibaba

Sejak berdiri pada Oktober 2017, DAMO Academy telah melahirkan beberapa inovasi publik. Beberapa produk yang sempat kami coba di antaranya intelligent justice, yakni sebuah rangkaian solusi kecerdasan di bidang hukum untuk membantu proses pembuatan transkrip pengadilan persidangan, termasuk pemetaan untuk sengketa dan titik risiko. Ada juga robot pramuniaga untuk mendampingi penjual dalam berkomunikasi interaktif dengan calon pembeli. Robot tersebut dapat memformulasikan berbagai strategi tawar menawar yang alami. Yang ketiga adalah teknologi penerjemah ucapan secara langsung saat berkomunikasi secara tatap muka.

Alibaba juga memiliki A.I. Labs, yakni sebuah unit riset yang berfokus pada produk kecerdasan buatan untuk konsumen. Saat ini pusat riset tengah merampungkan pengembangan teknologi pintar untuk kendaraan logistik masa depan dan robot pelayan publik. Rangkaian riset ini tidak lain untuk mendukung misi Executive Chairman Alibaba Group, Jack Ma, dalam merealisasikan konsep “New Manufacturing”.

Menurut Jack, konsep konsep tersebut akan menjadi masa depan yang menjanjikan. New Manufacturing dinilai akan membawa perubahan besar untuk pabrik konvensional pada 10-15 tahun mendatang. Konsep ini berkaitan erat dengan strategi New Retail Alibaba, sebuah pendekatan ritel yang mengutamakan konsumen, serta mengintegrasikan offline dan online untuk menghadirkan pengalaman belanja yang prima.

“Kekuatan kompetitif perusahaan tidak akan bergantung pada kemampuan produksi pabriknya, tapi diukur dengan kemampuannya berpikir secara inovatif, caranya mengutamakan pengalaman pelanggan, serta tingkat pelayanannya,” ungkap Jack Ma.

Jack Ma 2018
Sambutan Jack Ma berfokus pemaparan visi New Manufacturing / Alibaba

Tak hanya di Hangzhou

Alibaba Cloud bersama Kementerian Pariwisata dan Margasatwa Republik Kenya telah menandatangani sebuah kerja sama strategis dalam mendukung proyek perlindungan satwa. Pada proyek ini, Alibaba Cloud akan menggunakan teknologi seperti sensor untuk melacak satwa, kamera dengan sensor inframerah, pos-pos perkiraan cuaca pintar, peralatan untuk para ranger, dan drone pemantau area luas rencananya akan diterapkan untuk mengumpulkan data real-time pergerakan dan kesehatan satwa secara umum.

Platform ini selanjutnya akan menganalisis data dan memprediksi perilaku serta rute jelajah, serta membantu pusat komando untuk berjaga-jaga akan potensi bahaya seperti penangkapan ilegal, konflik antara manusia dan satwa. Teknologi ini akan membantu pengaturan tim lapangan taman nasional menjadi lebih sigap dan lebih baik dalam mengelola taman nasional.

Alibaba Cloud Kenya
Persmian kerja sama bersama Sekretaris Utama Kementerian Pariwisata dan Margasatwa Republik Kenya, Margaret Mwakima / Alibaba

Sinergi kedua diresmikan bersama Olympic Broadcasting Services (OBS) untuk produk OBS Cloud, sebuah solusi penyiaran inovatif yang beroperasi sepenuhnya menggunakan teknologi komputasi awan untuk ajang Olimpiade Tokyo 2020. Teknologi ini akan menunjukkan cara baru dalam industri penyiaran, khususnya dalam pembuatan konten dan distribusi penyiaran. Komputasi awan dinilai dapat memenuhi persyaratan yang tinggi untuk akurasi volume, kecepatan, dan jarak waktu yang sangat krusial dalam penyiaran pertandingan olahraga untuk perhelatan besar.

Secara tradisional, penyiar olimpiade hanya dapat mengimplementasikan dan menguji alat mereka setelah tiba di International Broadcast Centre (IBC) di kota yang menjadi tuan rumah dan area yang disediakan untuk penyiar di lokasi sangat diminati dan terbatas.

OBS kini dapat menyediakan seluruh aset visual dan audio kepada Rights Holding Broadcasters (RHBs) secara efisien, efektif, dan aman. Penyiar juga dapat membuat, mengatur, dan mendistribusikan konten mereka menggunakan OBS Cloud, sebuah solusi yang telah dioptimalkan untuk menjawab kebutuhan distribusi cabang olahraga yang paling diminati.

Terobosan nyata yang paling menarik

Teknologi identitas tunggal Alibaba
Foto senyum bahagia seorang warga saat menerima penggantian berbagai sertifikat kependudukan dalam identitas tunggal

Di antara banyak teknologi yang dipamerkan, ada satu ide yang sangat menarik bagi saya. Dengan komputasi awan, Alibaba berhasil menyatukan berbagai surat/sertifikat kependudukan dalam satu genggaman. Memudahkan proses kepengurusan di satu pintu melalui teknologi yang saling terintegrasi. Karena saya sendiri merasakan, betapa rumitnya ketika harus berurusan dengan keperluan surat-menyurat dengan instansi pemerintahan. Semoga solusi ini dapat direplikasi di Indonesia.

Startup Pengembang “People Analytics” Singapura EngageRocket Matangkan Ekspansi di Indonesia

Pertengahan September 2018 lalu, EngageRocket, startup pengembang platform people analytics asal Singapura, mendapatkan pendanaan senilai $1 juta. Putaran pendanaan baru dipimpin oleh SeedPlus, didukung oleh Found Ventures dan angel investor Huang Shao-Ning. Selain untuk pematangan produk, pendanaan ini akan digunakan EngageRocket untuk mengembangkan pasar, tak terkecuali di Indonesia.

Menurut pemaparan Co-Founder & CEO EngageRocket Leong CheeTung, debut bisnis di Indonesia telah dimulai dengan beberapa klien, termasuk Tokopedia, Bank Danamon, Shopback, hingga Mediacorp. Produk yang diaplikasikan ialah Engagement & Performance Management untuk sistem SDM perusahaan. Untuk ekspansinya ke Indonesia, terdapat beberapa hal yang sudah disiapkan, termasuk melakukan translasi aplikasi ke Bahasa Indonesia.

“Kami juga tengah menyesuaikan konten dengan sentuhan lokal di aplikasi, untuk dapat lebih mendukung budaya unik dalam organisasi/kerja di Indonesia. Kami juga berencana untuk mengembangkan aplikasi seluler untuk pengguna di Indonesia,” ujar CheeTung kepada DailySocial.

Tim EngageRocket menyadari betul, setiap wilayah memiliki kultur berbeda dalam penanganan orang. Misalnya di Indonesia, CheeTung memaparkan ada kebutuhan mengatasi budaya “kultus” oleh beberapa pemimpin dengan memberikan umpan balik real-time, rahasia, dan berkelanjutan. Cara-cara yang unik juga dibutuhkan pemimpin bisnis untuk memahami staf pekerja mereka.

People analytics adalah sebuah ilmu yang menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dari karyawan untuk meningkatkan kinerja bisnis. Produk EngageRocket bertujuan membantu setiap pemimpin menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih baik, seperti meningkatkan kepercayaan dalam tim atau meningkatkan keterampilan dalam inovasi.

Dengan modul Employee Engagement Pulse, pengguna bisa memantau pengalaman karyawan (employee experience), menganalisis tren dan tanggapan terhadap peraturan dan perubahan manajemen. Lalu, dengan modul 360 Performance Feedback, pengguna bisa menganalisis kinerja keahlian kepemimpinan dan menghubungkannya dengan loyalitas. Kedua modul tersebut dikemas dalam rangkaian Software as a Services.

CheeTung mengungkapkan optimismenya terhadap pasar Indonesia. Dengan 250 juta populasi dan 127 juta angkatan kerja, penerapan teknologi analisis seperti ini akan sangat membantu para pemimpin dan manajer muda yang saat ini banyak bermunculan di Indonesia. Di samping itu, pergeseran masyarakat ke digital juga dinilai menjadi momentum pas untuk kebutuhan people analytics.

INDODAX dan Tokenomy Akan Selenggarakan Acara Komunitas Perdananya

Melihat ketertarikan masyarakat yang semakin tinggi dengan blockchain dan cryptocurrency, INDODAX dan Tokenomy akan mengadakan pertemuan komunitas perdananya. Bertajuk “Block Community”, acara ini akan mengumpulkan praktisi dan komunitas yang mengembangkan solusi berbasis blockchain di Indonesia. Nantinya di acara tersebut juga akan diadakan sesi keynote dari berbagai pemateri, memaparkan inovasi blockchain yang sudah berjalan sejauh ini di Indonesia.

Acara komunitas tersebut akan diadakan di The Kasablanka (Curacao Room), pada tanggal 22 September 2018 nanti. Dimulai dari pukul 09.00 WIB hingga selesai. Beberapa pemateri yang akan hadir termasuk Oscar Darmawan (CEO INDODAX), Christian Hsieh (CEO Tokenomy), Aria Rajasa (Product Head PlayGame.com), Regi Wahyu (CEO Hara) dan masih banyak lagi.

Selain itu dalam acara ini juga akan diselenggarakan diskusi panel dan sesi pitching untuk beberapa startup yang tengah melakukan ICO (Initial Coin Offering). Harapannya dengan menghadirkan sinergi bersama komunitas, perkembangan blockchain di Indonesia akan terus bertumbuh positif.

Saat ini pendaftaran ke acara masih dibuka. Informasi lebih lanjut dapat mengunjungi laman resminya melalui https://www.eventevent.com/event/2589.

Disclosure: DailySocial adalah media partner Block Community

Sembilan Startup Lokal Siap Bertarung Memperebutkan Tiket Seedstars Summit

Ajang kompetisi global untuk startup tahap awal Seedstars World kembali diadakan tahun ini di Jakarta. Pasca rangkaian seleksi, penyelenggara telah memilih 9 startup terbaik dari Indonesia yang akan bertarung memperebutkan tiket Seedstars Summit di Swiss. Startup tersebut berkesempatan memenangkan berbagai hadiah, termasuk investasi hingga $1 juta.

Acara final pitching 9 startup terpilih akan dilaksanakan pada 21 September 2018 di Jakarta. Adapun nama-nama startup yang terpilih yakni Bizhare (platform equity crowdfunding), Do-Cart (fulfillment), Pakaruto (layanan pencari kerja untuk buruh), Ammana (p2p lending), Expedito (cross-border shipping), Lacak (GPS untuk logistik), Aglonera (platform supply chain pertanian), Qiwii (sistem antrean), Varises Indonesia (layanan kesehatan untuk penyakit varises).

Syarat untuk mengikuti Seedstars World, startup berumur kurang dari 2 tahun dan telah mengumpulkan pendanaan tidak lebih ari $500 ribu. Tim juri juga menekankan pada kriteria produk yang dapat dipasarkan ke level regional dan global. Di Indonesia acara ini terselenggara atas dukungan Merck Accelerator dan Kibar.

“Di Seedstars kami percaya bakat dan ide bagus ada di mana-mana. Kami melihat diri kami sebagai platform yang menghubungkan investor dengan generasi pengusaha pemula di tempat-tempat di mana biasanya orang tidak akan berpikir ekosistem startup memiliki traksi, pertumbuhan, dan buzz seperti itu. Kami sangat senang berada di Indonesia dan terkesan dengan inovasi yang keluar dari ekosistem tahun ini,” sambut Rosie Keller selaku Regional Manager Asia Seedstars.

Program Seedstars memang fokus di negara berkembang. Saat ini ada sekurangnya 65 negara yang disinggahi. Dari lulusan di tahun sebelumnya, startup Seedstars telah mengumpulkan investasi kolektif mencapai $92 juta dan memperkerjakan lebih dari 2100 karyawan di seluruh dunia.

Acara pitching kali ini akan terbuka untuk umum. Sehingga dapat menginspirasi para inovator dan calon pendiri startup berikutnya. Informasi lebih lanjut tentang acara dapat disimak melalui tautan berikut ini: http://bit.ly/SSWJakarta18.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Seedstars World 2018

GO-JEK Acquires Promogo, Delivers GO-VEND and GO-ICE as New Feature

GO-JEK (9/17) announces an acquisition of vehicle advertisement startup Promogo. Both companies are committed for business integration post-acquisition to advertise using GO-CAR and GO-RIDE assets. They will launch GO-ICE and GO-VEND. GO-ICE is for entertainment-in-car products, and GO-VEND is an on-the-go retail service of premium product samples.

“Through Promogo, GO-JEK offers additional income for driver partners, and more comfortable travel experience for customers with the variant of entertainments and facilities by business players, also accommodates them to market their leading products,” Nila Marita, GO-JEK’s Chief Corporate Affairs, said.

Promogo was founded in early 2016 by Andrew Tanyono. It’s started as a car advertising service provider in a form of vehicle-wrap stickers. Tanyono said in a statement that through Promogo ads attached to a vehicle, customers can enjoy some on-the-go entertainment, such as movies, music, mobile charger, Wi-Fi, and news portal. In addition, business players can also provide free samples of brands advertising on Promogo assets for customers to enjoy.

“Innovation in driving experience often happened in the beginning and at the end of the trip. We listened to the customers demand to create more interesting travel experience. Through Promogo, we offer entertainment products in our vehicle, such as GO-ICE, on-the-go retail market GO-VEND, customers can purchase daily needs or get a free sample of popular brands in GO-CAR,” he said.

Aside from GO-ICE and GO-VEND, advertisement services offered include car-top (GO-CAR), rear LED (GO-CAR), car wrap (GO-CAR), hang media (GO-CAR), helmet wrap (GO-RIDE), and back billboard (GO-RIDE).

Kapil Baldey Mathrani, GO-JEK’s Head of Fleet Monetization, said, “In the current business industry era, the players are trying to reduce operational costs while maintaining the positive image and maximum service to all customers. Furthermore, through our expertise in data and analytics, Promogo can help business have an effective competition in the market.”

“To date, there are more than 50,000 partners in Jabodetabek experienced the positive collaboration. Moreover, in order to be more impactful for driver partners, Promogo will connect brands to more than one driver partners in all around Indonesia and build the positive brand exposure within broader coverage with moving-vehicle through digital or traditional branding,” he said.

Grab, Go-Jek closest competitor, recently released a similar service called GrabAds. Grab partners with StickEarn, Karta, and Interads to provide car advertising service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Akuisisi Promogo, Hadirkan GO-VEND dan GO-ICE

GO-JEK hari ini (17/9) mengumumkan akuisisinya terhadap startup pemasang iklan kendaraan Promogo. Pasca akuisisi ini, kedua perusahaan berkomitmen mengintegrasikan bisnis, memasang iklan di aset GO-CAR dan GO-RIDE. Salah satunya dengan meluncurkan layanan GO-ICE dan GO-VEND. GO-ICE adalah produk hiburan di dalam mobil, sedangkan GO-VEND adalah layanan ritel on-the-go berupa sampel produk premium.

“Melalui akuisisi Promogo, GO-JEK bisa menyediakan akses penghasilan tambahan bagi mitra, dan sisi pelanggan juga mendapatkan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman dengan beragam hiburan dan fasilitas yang disajikan oleh pelaku usaha, serta memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memasarkan produk unggulannya,” ujar Chief Corporate Affairs GO-JEK, Nila Marita.

Promogo didirikan pada awal tahun 2016 oleh Andrew Tanyono. Mereka mengawali debut sebagai penyedia layanan car advertising berupa stiker luar kendaraan. Dalam penjelasannya Andrew mengatakan bahwa melalui platform Promogo yang dipasang di kendaraan (mobil), pelanggan bisa menikmati berbagai hiburan on-the-go seperti film, musik, pengisi daya ponsel, Wi-Fi serta berita. Selain itu, pelaku usaha juga bisa menyediakan sampel gratis dari brand yang diiklankan di aset Promogo yang dapat dinikmati pengguna.

“Inovasi dalam pengalaman berkendara biasanya terjadi di awal dan di akhir perjalanan. Kami mendengarkan kebutuhan pelanggan kami untuk menjadikan pengalaman berkendara lebih menarik. Lewat Promogo, kami memiliki produk hiburan dalam mobil kami seperti GO-ICE, pasar ritel on-the-go yaitu GO-VEND, pelanggan dapat membeli kebutuhan sehari-hari atau mendapatkan sampel gratis dari produk ternama langsung di dalam GO-CAR,” ujar Andrew.

Selain GO-ICE dan GO-VEND, layanan iklan yang ditawarkan termasuk car top (GO-CAR), rear LED (GO-CAR), car wrap (GO-CAR), hang media (GO-CAR), iklan di helm (GO-RIDE), hingga back billboard (GO-RIDE).

Dalam sambutannya Head of Fleet Monetization GO-JEK, Kapil Baldev Mathrani, menjelaskan lebih lanjut terkait dengan dampak positif akuisisi GO-JEK dan Promogo terhadap industri iklan dalam kendaraan. “Di era industri bisnis saat ini, pelaku usaha berusaha mengurangi biaya operasional sambil tetap berupaya untuk mempertahankan citra positif dan memberikan pelayanan maksimal ke pelanggan. Lebih lanjut, lewat keahlian kami dalam data dan analitik, Promogo bisa membantu pelaku usaha untuk bersaing secara efektif di pasar.”

“Sampai dengan saat ini sudah lebih dari 50 ribu mitra driver di Jabodetabek yang merasakan dampak positif dari kolaborasi ini. Ke depannya, untuk memberikan dampak ke lebih banyak mitra driver, Promogo akan menghubungkan merek ke lebih dari satu juga mitra driver di seluruh Indonesia dan membangun brand exposure yang positif dengan jangkauan yang lebih luas lagi dengan kendaraan yang bergerak melalui branding secara digital ataupun tradisional,” tutup Kapil.

Sebagai informasi, belum lama ini Grab juga merilis layanan yang hampir serupa, yakni GrabAds. Grab menggandeng mitra lokal StickEarn, Karta, dan Interads untuk menghadirkan layanan car advertising.

Application Information Will Show Up Here