Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Startup Fintech

Fintech (financial technology) pada dasarnya merupakan layanan finansial yang mencoba memberikan nilai lebih dalam penyampaian layanannya melalui pendekatan berbasis teknologi. Dari perkembangan yang ada saat ini di Indonesia, hampir semua jenis layanan finansial telah coba didigitalkan oleh para inovator. Salah satu yang paling populer adalah layanan pinjaman, atau kini dikemas dalam bentuk peer-to-peer lending.

Di balik operasional layanan berbasis fintech, berbagai varian teknologi masa kini diterapkan, untuk menghadirkan otomatisasi layanan. Kami mencoba berbincang dengan CTO KoinWorks Willy Wirawan untuk mengetahui gambaran bagaimana teknologi berperan dalam sebuah bisnis keuangan. Mengawali perbincangan, Willy memaparkan bahwa di balik platform aplikasi KoinWorks ada algoritma kecerdasan buatan yang telah diterapkan saat ini, mengusung konsep Computer Vision, Natural Language Processing, dan Modelling.

Ketika pendekatan teknologi tersebut sebenarnya sudah diinisiasi di kancah ilmuwan sejak lama, namun penerapannya dalam algoritma yang dimanfaatkan di sektor riil baru mulai terasa akhir-akhir ini. Pada dasarnya Computer Vision mencoba mengoptimalkan kinerja mesin (dalam hal ini sistem aplikasi) untuk mampu mengekstraksi informasi sehingga dapat menyelesaikan tugas tertentu secara mandiri. Sedangkan Natural Language Processing merupakan sebuah ilmu komputer untuk mengondisikan mesin dapat berinteraksi secara alamiah dengan bahasa manusia.

Melihat perkembangannya, pemanfaatannya harus segera digulirkan, karena bisa jadi ditemukan mekanisme optimasi kecerdasan buatan untuk ekonomi Indonesia.

KoinWorks sendiri memanfaatkan konsep kecerdasan buatan untuk dua skenario, yakni Automation dan Prediction. Willy menceritakan, skenario Automation diterapkan untuk mengurangi proses bisnis manual sehingga bisa semi-otomatis menangani operasional khususnya yang berulang. Sedangkan skenario Prediction digunakan untuk menebak informasi dengan memahami pola perilaku data yang terekam sistem.

“Salah satu contoh pemanfaatannya, kami menggunakan teknologi tersebut untuk memprediksi nasabah yang baik berdasarkan psikometri dari digital footprint yang dimiliki,” ujar Willy.

Ia turut menjelaskan, bahwa industri finansial seperti payment, lending dan sebagainya merupakan bagian dari risk mitigation, sehingga dibutuhkan sentuhan teknologi untuk dapat mendeteksi dan memprediksi kemungkinan terjadinya risiko tadi secara lebih cepat dan akurat. Proses ini mutlak dibutuhkan oleh perusahaan seperti KoinWorks, karena turut membantu pemangku kepentingan membuat keputusan secara lebih cepat dan baik.

“Cukup optimis dengan efektivitas penerapan kecerdasan buatan. Optimisme ini berbanding lurus dengan growth company in terms of user dan transaction karena teknologi kecerdasan buatan is all about data points yang digunakan untuk melatih teknologi yang diterapkan itu sendiri,” terang Willy.

Fitur terbaru dari KoinWorks menerapkan algoritma Machine Learning untuk layanan RoboLending, yakni untuk memudahkan pelanggannya (kini sudah mencapai lebih dari 34 ribu) untuk menambah pilihan lender dalam berinvestasi melalui peer to peer lending. Hadirnya fitur RoboLending ini diharapkan mempermudah dan memaksimalkan return investasi sesuai jangka waktu yang dikehendaki. Tidak hanya itu, RoboLending pun memberikan potensi keuntungan yang sudah diestimasi lengkap dengan jangka waktunya sehingga lender dapat dengan mudah memilih untuk menginvestasikan dana hingga potensi keuntungan tersebut tercapai.

“Untuk ke depannya, kami tetap berinovasi dengan landasan teknologi yang disertai pengembangan financial inclusion sebagai tujuannya. Tidak hanya itu, kami akan mencoba menciptakan lebih banyak awereness dan meningkatkan produk kami untuk lebih baik bagi para user KoinWorks,” pungkas Willy.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Luncurkan “Warung Pintar”, Integrasikan Produk Teknologi Ritel Startup Mitra

East Ventures kembali mengumumkan proyek kedua mereka setelah sukses dengan co-working space EV Hive. Kali ini mereka mendirikan “Warung Pintar”, yakni sebuah warung yang didesain untuk memungkinkan digitalisasi menyasar tingkat masyarakat paling mendasar. Melalui pengelolaan data serta analisis, visinya berusaha membuka kesempatan baru dalam hal inklusi finansial, keamanan sosial, analisis perilaku, interaksi dengan komunitas serta pemantauan pengaruh sosial.

Upaya ini sendiri merupakan kelanjutan dari komitmen East Ventures untuk aktif dalam proyek teknologi untuk kepentingan umum, komitmen yang dimulai sejak pembentukan Unit Creating Shared Value (CSV). Dipilihnya konsep warung karena dinilai telah menjadi kultur kehidupan masyarakat di Indonesia. Warung Pintar ingin memberdayakan segmen masyarakat yang belum banyak terpapar dunia digital. Di fase awal ini, sudah ada 8 Warung Pintar yang tersebar di wilayah Jabodetabek.

“Warung, sebagai bentuk usaha mikro tradisional, telah hadir sejak abad ke-19 dan telah erat bersatu dengan budaya lokal. Dan dengan kenyataan bahwa teknologi seharusnya dapat diakses olah siapa saja, maka Warung menjadi wadah yang tepat bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mengambil peran dalam ekonomi digital,” sambut CEO Warung Pintar Agung Bezharie. Sebelumnya Agung menjabat sebagai Investment Associate di East Ventures.

c534ee38-fec0-48b8-a5f5-c868099906e1

Manfaatkan teknologi IoT, big data analytics dan blockchain

Implementasi teknologi untuk Warung Pintar hadir dalam 3 pilar, yakni IoT (Internet of Things), big data analytics dan blockchain . Penerapan IoT bertujuan untuk meningkatkan akurasi pemasukan data ritel. Big data analytics akan digunakan untuk memahami perilaku para pelanggan dengan lebih baik, serta blockchain untuk menciptakan transparansi dan kepercayaan kepada pemilik warung. Untuk memuluskan perkembangannya, dua orang ahli teknologi bisnis yakni Sofian Hadiwijaya dan Pandu Kartika Putra direkrut.

Sofian bertanggung jawab sebagai pemimpin untuk tim teknis. Pengalamannya sebagai pembina komunitas teknologi dan petinggi di Kudo, Pinjam.co.id dan Go-Jek dinilai akan memberikan dampak pertumbuhan bagi Warung Pintar. Sedangkan Pandu adalah Associate of Civic Project untuk East Ventures. Sebelumnya, ia menjadi spesialis teknologi untuk kepentingan umum dan pernah terlibat dalam beberapa kegiatan seperti Code for Bandung dan Code4Nation.

“Meskipun penerapan platform digital oleh konsumen dan pedagang memiliki momentum yang tinggi di Indonesia, kami menyadari adanya kelompok masyarakat yang tidak dapat menikmatinya dikarenakan kurangnya paparan mereka terhadap dunia digital secara keseluruhan. Warung Pintar mengambil pendekatan yang berbeda untuk melayani segmen tersebut dengan tidak hanya menyediakan platform digital, tetapi juga membangun platform fisik untuk mereka. Kami membangun solusi end-to-end mulai dari pencarian lahan, pendanaan, promosi, hingga pemasaran. Warung Pintar merupakan jawaban dari new retailer,” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Mekanisme kerja sama dan integrasi dengan mitra East Ventures

Dijelaskan Willson, Warung Pintar menawarkan bentuk kerja sama berupa kemitraan dengan pemilik warung. Pemilik warung hanya perlu memberikan komitmen, kejujuran serta waktu mereka untuk memperbaiki warung sewaktu-waktu dibutuhkan. Proyek ini sendiri bertolak belakangan dengan unit ekonomi e-commerce yang ada saat ini dengan rata-rata jumlah pembelian yang lebih kecil, pembeli non-repetitif dan keuntungan yang relatif lebih kecil. Kendati demikian, Warung Pintar merupakan lambang dari integrasi portofolio East Ventures, mengingat besarnya aplikasi solusi teknologi perusahaan hasil investasi East Ventures di proyek ini.

Kasir Warung Pintar menggunakan sistem MokaPOS. Pencatatan keuangan dan akuntansi menggunakan sistem Jurnal. Pelanggan juga dapat mengisi ulang pulsa serta membeli tiket dan barang-barang lainnya melalui layanan dari Kudo di sini. Pengadaan produk dan sistem distribusi last-mile disediakan oleh Do-cart. Sistem distribusi gudang yang dikelola oleh Waresix. Selain itu, seluruh warung juga selalu siap untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan EV Hive co-working space.

Datanest Hadirkan Platform Data-Science-as-a-Services

Mencoba menghadirkan layanan bisnis yang mengedepankan pendekatan berbasis data-drive, startup bernama Datanest dihadirkan. Di debut awalnya, startup ini melakukan proses bisnis melalui dua pendekatan, pengembangan produk dan menjual layanan berbasis data. Datanest ingin menjadikan dirinya sebagai platform Data-Science-as-a-Services yang dapat diterapkan bisnis untuk memberikan dampak pada penggunaan data. Solusi yang ditawarkan mencakup dari hulu ke hilir, mulai dari pengelolaan data hingga penyelarasan data untuk analisis prediktif.

Di awal debutnya, Datanest tengah mematangkan produk berbasis lending fintech agregator MisterPinjaman. Untuk merealisasikan sistem tersebut, pihaknya bersinergi dengan beberapa marketplace dan data partners untuk menjembatani merchant atau pengguna personal mendapatkan komparasi produk finansial berbasis pinjaman. Di MisterPinjaman, sistem mengolah dan menganalisis perilaku transaksi untuk menghasilkan merchant score, default prediction, dan business forecast. Tujuannya termasuk menghasilkan penilaian terhadap kemampuan peminjam untuk melunasi komitmen hutangnya.

Untuk layanan pengembangan Datanest menyediakan tiga opsi, yakni Data Acquisition, Data Visualization dan Audience Targeting. Layanan pertama ditujukan untuk membantu perusahaan dalam membangun jembatan dari sumber data yang dimiliki, termasuk mengupayakan data tersebut menjadi lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami. Layanan kedua mengupayakan teknik visualisasi, untuk mentransformasikan data sehingga menjadi informasi yang berguna untuk bisnis. Untuk layanan ketiga memfokuskan pada pemanfaatan data secara lebih riil, membantu bisnis menargetkan analisis target konsumen berdasarkan data karakteristik pengguna yang dimiliki.

Lahan bisnis startup berbasis data cerah

Banyak yang mengatakan bahwa “Data is the New Currency” atau “Today’s Gold is Data”, pun demikian transformasi digital yang banyak dilakukan oleh bisnis, salah satunya mengarahkan pada optimasi data untuk analisis yang lebih baik. Menurut Co-Founder dan CEO Datanes Manggala D. Ratulangie, proses tersebut belum sematang yang dibayangkan.

“Sebagian besar pelaku bisnis saat ini berlomba-lomba untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin. Tetapi, tidak banyak yang bisa memanfaatkan ataupun meramu data yang tepat untuk berbagai kebutuhannya. Kalau dianalogikan menambang emas, diperlukan keahlian khusus melalui berbagai proses pemurnian, sampai akhirnya bisa menjadi emas. Begitu pula yang terjadi dengan data,” ujar Manggala.

Manggala melanjutkan, “Dalam suatu bisnis, yang mengetahui data terbaik mana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan seseorang pastinya orang yang berpengalaman dalam bisnis tersebut. Sehingga kami percaya bahwa mengolah data bukan hanya ranah para Data Analyst/Scientist, tetapi pekerjaan semua orang yang terlibat di dalamnya.”

Datanes menyediakan custom solution bagi bisnis untuk memulai transformasi berbasis data. Manggala menceritakan dari proses yang pernah dijalani. Umumnya akan dimulai dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi dan hasil seperti apa yang diinginkan. Dari uraian tersebut, tim Datanest akan melakukan analisis kebutuhan dan mempersiapkan proses integrasi secara bisnis dan teknis.

Di proses integrasi, sebuah tunnel khusus akan dibuat dan disambungkan ke infrastruktur klien, hal ini dilakukan agar biaya integrasi dapat ditekan dan hampir tidak ada perubahan di sisi klien. Datanest Engine sendiri menggunakan teknologi cloud sehingga lebih fleksibel dan lebih fokus ke kebutuhan bisnis.

Setelah proses di atas berhasil dijalankan, tim Data Scientist Datanest akan mengembangkan pemodelan berbasis Machine Learning sesuai spesifikasi masalah yang dibutuhkan klien. Lalu penyajian data akan disiapkan melalui dasbor internal yang didesain khusus untuk klien dilengkapi dengan fitur berbasis Business Intelligence. Hasil data tersebut dapat dihubungkan ke aplikasi bisnis melalui API yang disediakan oleh Datanest.

Di sisi lain, solusi seperti ini rentan dengan keamanan data dan privasi. Manggala menangkap kekhawatiran tersebut. Ia menjelaskan, “Privasi data merupakan bagian terpenting yang menjadi perhatian kami. Untuk itu data yang masuk ke data pool kami sudah pasti dalam bentuk anonim dan terenkripsi, sehingga privasi dan kerahasiaan data klien akan terjamin. Sistem kami juga dapat diintegrasikan secara hybrid, data pool ini juga dapat diimplementasikan di internal sistem milik klien untuk meyakinkan bahwa akses terhadap data hanya berasal dari engine yang dimiliki Datanest.”

Fokus ke MasterPinjaman, memaksimalkan momentum fintech

Startup ini didirikan oleh dua orang Co-Founder, yakni Manggala dan rekannya Thibaud Plaquet (Chief Business Officer). Manggala sendiri sebelumnya seorang data analis profesional yang memfokuskan keahliannya dalam sistem ERP, Big Data dan analisis bisnis perusahaan. Sedangkan Thibaud merupakan mantan seorang engineer, sebelumnya menjalani karier profesional di beberapa perusahaan termasuk Philips Healthcare dan Sony Professional Solution.

Operasional Datanest saat ini didukung oleh suntikan data angel investor. Tahun ini pihaknya juga tengah mempersiapkan untuk seed funding melalui kegiatan akselerasi Plug and Play Indonesia. Rencananya pendanaan tersebut akan mendukung objektif binsis Datanest di tahun 2018, yakni meningkatkan kemampuan produk MasterPinjam dari sisi teknologi, model machine learning, dan targeting engine. Upaya ini turut memaksimalkan momentum fintech yang masih terus bertumbuh di Indonesia.

Singapore’s Property Site 99.co Acquires Urbanindo

Singapore’s property portal 99.co has acquired one of Indonesia’s local
property sites Urbanindo. By this means, 99.co will also take Urbanindo’s
staff to support team operational in Bandung, Surabaya, Jakarta and Singapore
region. The unity of product’s database into 99.co’s portal is included in
the post-acquisition plan. 99.co property portal just had an official
launching in Indonesia on the early 2017 by presenting sites and apps based
on agents.

“We are glad to welcome UrbanIndo team to join 99.co family, they have a
great team and created an essential leadership in product, listing and
consumer’s demand which going to lead us in targeting 10 times growth of
Indonesia’s population,” said Darius Cheung, 99.co’s CEO.

In Indonesia, 99.co is claimed to collect support from approximately 4000
property agents and strategic partners. This is an important marketplace,
because there is more than $150million transaction per year for property
business as predicted. The merger with UrbanIndo is expected to be a starting
point for dominating property business portal in Southeast Asia, hence
Indonesia and Singapore are the two biggest marketplace.

“By synergy of both team in two countries, we will create the finest product
to serve customer, agent and developer, with an objective to be a number one
property technology company in Southeast Asia,” said Petra Barus, UrbanIndo’s
CTO.

Seeing market segment for property sites in Indonesia, 99.co or UrbanIndo
surely not the only high levels. There are other platforms getting support
from the experts such as Rumah123 (supported by iProperty), Rumah.com and
RumahDijual (supported by PropertyGuru), Lamudi Indonesia (supported by
Lamudi) and some other players. UrbanIndo itself has planned a regional
expansion by creating new product variants.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Situs Properti Singapura 99.co Akuisisi Urbanindo

Portal properti asal Singapura 99.co telah berhasil mengakuisisi salah satu situs properti lokal Urbanindo. Dengan akuisisi ini, 99.co turut memboyong staf Urbanindo untuk memperkuat operasional tim di cakupan wilayah Singapura, Jakarta, Surabaya dan Bandung. Penyatuan basis data produk ke dalam portal 99.co termasuk yang direncanakan pasca akuisisi ini. Portal properti 99.co sendiri baru meresmikan kehadirannya di Indonesia pada awal 2017 silam, dengan menghadirkan situs dan aplikasi berbasis keagenan.

“Kami sangat senang menyambut tim UrbanIndo untuk bergabung dengan keluarga 99.co, mereka memiliki tim yang luar biasa dan telah membangun kepemimpinan penting dalam produk, daftar, dan permintaan konsumen yang akan membawa kita pada target pertumbuhan 10x lipat di Indonesia,” sambut CEO 99.co Darius Cheung.

Di Indonesia, 99.co mengklaim telah mengumpulkan dukungan dari sekitar 4000 agen properti dan mitra strategis. Pasar ini menjadi penting, karena ditaksirkan terdapat transaksi lebih dari $150 juta per tahun untuk bisnis properti. Penggabungan bisnis dengan Urbanindo diharapkan menjadi titik awal penguasaan bisnis portal properti di wilayah Asia Tenggara, mengingat Indonesia dan Singapura adalah pasar terbesar di wilayah tersebut.

“Dengan sinergi antara kedua tim di dua negara, kami akan memberikan produk baru yang menarik untuk melayani pembeli, agen dan pengembang, dan bertujuan untuk menjadi perusahaan teknologi properti terkemuka di Asia Tenggara,” sambut Petra Barus, CTO UrbanIndo.

Jika melihat pangsa pasar untuk situs properti di Indonesia, 99.co ataupun Urbanindo bukan satu-satunya pemain di tingkat atas. Ada juga platform lain yang turut mendapatkan dukungan dari pemain kawakan, seperti Rumah123 (didukung oleh iProperty), Rumah.com dan RumahDijual (didukung oleh PropertyGuru), Lamudi Indonesia (didukung oleh Lamudi), dan beberapa pemain lainnya. Urbanindo sendiri juga awalnya merencanakan ekspansi regional, termasuk dengan mengusung varian produk baru.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bhinneka’s Marketing Strategy in 2018

Welcoming 2018, Bhinneka e-commerce has prepared several programs related to their strategic vision. The programs are based on their performance review
back in 2017. The current strategy emphasizes on the shifting needs of
Indonesians as e-commerce’s consumers. Bhinneka will multiply product
choices of lifestyle devices and household needs next year.

“We are confident that 2018 will be a dynamic year for Bhinneka. Prepared
with business review internal in 2017, we already arranged some focuses
supposedly with maximum potential. We are wary of Indonesia’s retail
shifting, as well as the evolution of millennials’ lifestyles. In addition,
to other necessary factors by all means,” Brand Marketing Manager of
Bhinneka, Irina Marwan, said.

Further explained, the shifting affecting changes on spending patterns in
the country, will continue to expand. According to Bhinneka’s data
throughout 2017, it is projected that there will be first purchaser (the
first-time online shopper) growth around 10-20% next year. It shows the
growing number of people aware of electronic transactions.

“This trend is inseparable from millennials’ existence who has been exposed
as a potential new consumer having varied characteristics from their
previous generations, including in spending pattern,” said Marwan.

In consumer retail or individual consumption, Bhinneka still concentrates on
computer, communication, and electronic devices. Primarily on gadget and
household needs, in lifestyles category.

Irina states, the market absorption rate of gadget products is strongly
influenced by trends and producers’ acts. For instance, smartphone took its
high rate of market absorption in 2017 in various price ranges, from an
affordable one to a super-premium; started from a senior brand that
reappeared such as Motorola and Blackberry, to a smartphone brand with
special series features.

The names above with a number of premium flagship such as iPhone 7 and
iPhone 7 Plus which were just officially marketed in Indonesia in the first
quarter of 2017. There were also Samsung Galaxy S8, followed by Samsung
Galaxy Note 8. Thereon iPhone 8, iPhone 8 Plus, and iPhone X towards the end
of the year. All of them came with an improved camera technology, including
the front camera.

“It is most likely that the trend and enthusiasm in smartphone products will
continue next year, and it will not only happen in young consumer groups.
Thus, Bhinneka will further explore gadgets and consumer electronics in
lifestyles category. There are also household needs included in this
category such as food processor, mixer, coffee maker, to vacuum cleaner,”
she said.

Bhinneka also has the latest research results of GfK (Society for Consumer
Research, Germany) Indonesia about its market prediction in 2018. The
absorption growth in telecommunications occupies the second highest position
of 7.8% this year. Meanwhile, in small domestic appliances, it is predicted
to increase nearly 5%.

“Small domestic appliances are identical with efficiency and is categorized
as lifestyles. It is different from home appliances in general categorized
as household needs,” She continued.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gita Wirjawan Appointed as OnlinePajak’s Commissioner

PT Achilles Advanced Systems or well-known as OnlinePajak service bearer announces Gita Wirjawan appointment as commissioner. His involvement in OnlinePajak is expected to give strategic maneuver and direction for the company. Aside of the track record as former Head of Investment Coordinating Board and Minister of Trade, Wirjawan has been very experienced in investment industry.

In the release to DailySocial, he expressed his optimism with OnlinePajak. Therefore, to help the government achieve tax collection targets (to reach more than 1,423 trillion) in 2018, a good partnership among each parties is necessary, including government and app service provider as technology support in tax system. His vision is to help tax reformation through technology.

[Read also: OnlinePajak Officially Announces Series A Funding From Alpha JWC Ventures and Sequoia India]

Technology-based system for taxation or Automatic Exchange of Information (AEoI), for Wirjawan, will be very impactful in tax revenue. AEoI will make the process easier and more transparent, minimize tax avoidance and disintegration practices. Digitally managed data will make the tax information system stronger and measurable.

Charles Guinot as OnlinePajak’s Founder & CEO hopes that Gita Wirjawan’s involvement can spread positive vibe for the company. In 2017, OnlinePajak has set more than 40 trillion and optimist to increase by 2018.

Besides the new commissioner, the optimism is based on OnlinePajak’s achievement of ISO for information management system, helping company for tax preparation, deposit and report via integrated application, fully connected with Tax Directorate General system.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gita Wirjawan Jadi Komisaris OnlinePajak

PT Achilles Advanced Systems atau dikenal sebagai pengusung layanan OnlinePajak mengumumkan perekrutan Gita Wirjawan sebagai komisaris. Bergabungnya Gita ke OnlinePajak diharapkan dapat memberikan arahan dan nilai strategis bagi perusahaan untuk bermanuver. Selain memiliki track record di pemerintahan sebagai Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Menteri Perdagangan dan Menteri Perdagangan, Gita juga telah lama malang melintang di dunia industri investasi.

Dalam rilis yang kami terima, Gita menyampaikan rasa optimisnya bersama OnlinePajak. Pasalnya untuk membantu pemerintah mencapai target pengumpulan pajak (ditargetkan mencapai lebih dari 1.423 triliun) di tahun 2018, perlu kerja sama yang baik antara berbagai pihak, termasuk antara pemerintah dan penyedia jasa aplikasi sebagai penyokong teknologi di sistem perpajakan. Visi Gita membantu upaya reformasi pajak melalui teknologi.

[Baca juga: OnlinePajak Umumkan Pendanaan Seri A dari Alpha JWC Ventures dan Sequoia India]

Sistem berbasis teknologi untuk perpajakan atau Automatic Exchange of Information (AEoI), menurut Gita, akan sangat berpengaruh dalam penerimaan pajak. AEoI akan membuat prosesnya menjadi lebih mudah dan transparan, meminimalkan praktik penghindaran pajak dan erosi perpajakan. Data yang dikelola sepenuhnya secara digital akan menjadikan sistem informasi perpajakan menjadi lebih kuat dan terukur.

Charles Guinot selaku Founder & CEO OnlinePajak berharap dengan bergabungnya Gita Wirjawan dapat menularkan semangat positif bagi perusahaan. Tahun 2017, OnlinePajak berhasil membukukan pajak lebih dari 40 triliun rupiah, dan diyakini angka tersebut akan meningkat di tahun 2018.

Selain adanya komisaris baru, keyakinan tersebut juga dilandasi dengan diraihnya ISO oleh OnlinePajak untuk sistem manajemen keamanan informasi, membantu perusahaan untuk mempersiapkan, menyetor, dan melapor pajak melalui satu aplikasi terpadu, yang sepenuhnya terhubung dengan sistem Direktorat Jenderal Pajak.

I.saku Developer Gets E-Money License, Tighten Salim Group Position in Digital Business

Bank Indonesia (BI) site is recently released new name for e-money license. It is for PT Inti Dunia Sukses, effective per October 10th, 2017. The company is well-known as i.Saku e-money’s app developer, which now available in iOS and Android. PT Inti Dunia Sukses is also a part of Salim Group, precisely under Indoritel focusing on Indomaret and few other merchants.

I.Saku app can be used for various transaction including cash deposit, shopping or withdrawal by token. All transactions can be completed on every Indomaret merchants in Indonesia. Various loyalty programs and promos for customer is starting to merge in the app.

Salim Group is getting serious in digital industry

By getting the license, Salim Group shows the desire of being on top in digital industry. As previously informed, Salim Group have ambition in maximizing e-commerce potential. One of which is through the elevenia acquisition, which going to be pushed this year and have an opportunity to compete with players in the top industry.

[Read also: Menelusuri Arah Grup Salim Kuasai Dunia Digital]

In fintech region, Salim Group’s target is getting discovered, post-acquisition of Bank Ina Perdana in particular. They are ambitious in transforming cashless transaction by developing internet banking, mobile banking and e-money. Furthermore, they want to connect it with Indomaret network which now becoming digital transaction payment points.

The next stage of digital financial industry competition

Some players ever promised the license from BI (especially e-money-based e-commerce) have not getting any status update regarding the approval until the late 2017. While previous competition are mostly between on-demand players and telco, the range is getting broader after Lippo Group obtained the license through OVO.

It will comes in vary. While GO-PAY is trying to manouver with its services – rumored to be an agnostic payment system, along with T-CASH – other competitors has their own ways, as Salim Group by using its offline retail to penetrate users. Thus, the fast movement is very important for players in order to win the competition in this current “sexy” business line.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Mengawali Tahun 2018, IDEC Akan Selenggarakan “Expert Dating” dan Seminar tentang Blockchain

Setelah hadir selama 3 bulan di paruh akhir tahun 2017 dan mengadakan 15 kegiatan bertajuk seminar, IDEC (Indonesia Entrepreneur Center) kini tengah bersiap mengawali debut awalnya di tahun 2018. Kali ini program yang diusung bertajuk “Expert Dating”, yakni untuk memberikan kesempatan kepada wirausahawan bertemu dan berbincang dengan pakar dalam bidang bisnis dan industri dalam sebuah sesi santai nan akrab.

Untuk Expert Dating IDEC yang pertama sudah dilakukan pada 11 Januari 2018 lalu, menghadirkan CTO Kudo Sukan Makmuri. Dalam kegiatan ini jumlah peserta memang sangat terbatas, hanya 7 orang. Dan memfokuskan pada topik pembahasan seputar startup, mulai dari bagaimana menjalankan startup, mendapatkan investor, hingga exit strategy yang baik.

Antusias peserta terhadap acara Expert Dating IDEC yang pertama membuat Expert Dating akan kembali diadakan di awal tahun ini. Selanjutnya akan mengundang Direktur Founder Institute Richie Wirjan, yang akan memfokuskan pada pembahasan tentang tips membangun startup, termasuk bagaimana membentuk tim yang andal dan mengusung strategi brand yang baik.

Expert Dating kedua akan dilaksanakan tanggal 13 Januari 2018 mendatang, di Giyanti Coffee Roastery Jakarta. Acara ini juga akan dibatasi untuk 7 orang peserta saja, untuk memastikan ilmu yang didiskusikan dalam terserap dengan maksimal. Jika berminat dapat mendaftarkan diri dengan menghubungi nomor kontak 082113729124.

Selain Expert Dating, acara bertajuk seminar dari IDEC masih akan tetap dilaksanakan. Untuk acara pertama di tahun 2018 tema yang diusung adalah seputar blockchain. Dalam sesi tersebut akan dibahas seputar solusi yang dapat diberikan oleh blockchain untuk masa depan di bidang bisnis, pemerintahan, dan masyarakat secara umum. Pandu Sastrowardoyo selaku Ketua Dewan Direksi di Blockchain Zoo akan dihadirkan sebagai salah satu pemateri.

seminar idec

Acara seminar akan dilaksanakan di Cre8 di PIK Avenue pada 3 Februari 2018, gratis. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi tautan registrasinya di sini. Seluruh program IDEC diadakan dengan harapan dapat memberikan wadah bagi wirausahawan Indonesia untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta jaringan dan pada akhirnya membantu memperbaiki perekonomian di Indonesia.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia Entrepreneur Center