Alfamart Luncurkan Toko Virtual Alfamind sebagai Strategi Franchise Online

Demi membidik rekanan toko untuk meningkatkan pilihan produk online yang lebih luas, Alfamart baru saja meluncurkan layanan barunya berupa toko virtual. Bernama Alfamind, toko virtual tersebut memungkinkan pengguna untuk memiliki sebuah kanal perbelanjaan di jaringan Alfamart. Bentukan dari Alfamind adalah aplikasi mobile 3D yang mengadopsi teknologi Augmented Reality dan Virtual Reality .

Dengan mengusung konsep online marketplace B2B, konten produk di Alfamind nantinya tidak hanya berasal dari Alfamart saja, melainkan juga akan merekrut toko-toko untuk menjadi mitra. Ke depan, sistem Alfamind akan terintegrasi dengan layanan e-commerce Alfacart yang sebelumnya sudah diluncurkan untuk kalangan konsumer.

“Jika sekarang ada franchise toko fisik, nantinya juga akan ada franchise toko virtual,” ujar Direktur Utama Alfamart Anggara Hans Prawira.

Saat ini para mitra sudah bisa mulai mendaftarkan diri ke Alfamind melalui aplikasi Android yang telah dirilis. Alfamind juga memiliki komitmen untuk memberdayakan UMKM, khususnya yang memproduksi kerajinan Indonesia untuk dapat menjual hasil karyanya melalui saluran distribusi virtual Alfamind.

E-commerce adalah sistem penjualan yang pasif. Alfamind dan mitra-mitranya akan mendorong aktivitas e-commerce Alfamart menjadi lebih aktif. Jadi, ini model bisnis baru, tokonya virtual dan model penjualannya direct selling,” ujar Hans.

Alfamart sendiri meyakini, bahwa ke depan bisnis ritel tidak bisa menjadi bagian yang dipisahkan lagi. Pendekatan digital tersebut mencakup banyak aspek, mulai dari sisi komunikasi internal, penjualan produk, penumbuhan hubungan dengan konsumen melalui alat-alat pemasaran digital hingga penyediaan tenaga kerja baru.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Sistem Aplikasi Perhotelan Caption Hospitality Jalin Kerja Sama dengan eRevMax Perluas Mitra Distribusi

Caption Hospitality sebuah startup pengembang sistem aplikasi perhotelan asal Yogyakarta dan Singapura baru saja meresmikan kerja samanya dengan eRevMax. Kerja sama ini  bertujuan untuk mengintegrasikan layanan end-to-end CRONO milik Caption dengan teknologi distribusi online perhotelan yang dimiliki eRevMax. Integrasi dua sistem ini menawarkan channel management dan pengaturan reservasi yang dapat diautomasi bagi properti independen di seluruh kawasan Asia Pasifik.

Integrasi ini memungkinkan para penyedia jasa akomodasi yang tergabung dalam Property Manegement System (PMS) milik Caption untuk mendistribusikan ketersediaan kamar dan harga properti mereka ke situs distribusi pihak ketiga secara langsung dari PMS mereka dan menerima pemesanan langsung dari RTConnect dan LIVE OS milik RateTiger. Harga online dan ketersediaan kamar akan diperbarui secara otomatis di semua saluran penjualan yang terhubung termasuk Sistem Distribusi Global, Online Travel Agent (OTA), Meta-search, dan situs e-commerce lainnya.

“Akomodasi dengan tingkat lebih rendah di negara berkembang saat ini sedang menghadapi tantangan untuk terus mempertahankan bisnisnya di dunia online. Melalui kerja sama ini, kami menyelesaikan masalah yang dihadapi properti dan pemilik hotel dengan teknologi yang simpel dan mudah untuk dioperasikan, hanya dengan panel kontrol tunggal pada CRONO milik Caption Hospitality, mereka akan terhubung dengan lebih dari 700 OTA dan 4 GDS (Global Distribution System) di seluruh dunia dengan bantuan eRevMax.” ujar Co-Founder Caption Hospitality Larry Chua.

CRONO sendiri merupakan ‘single software untuk hotel’ yang menyediakan layanan terskala dan dapat diandalkan untuk semua tipe dan ukuran hotel, terutama hotel independen dan butik. Kerja sama strategis antara kedua spesialis industri teknologi hospitalitas ini akan membantu hotel mengefektifkan penjualan mereka melalui satu aplikasi untuk semua manajemen pendapatan dan distribusi.

eRevMax terus mengembangkan jaringan mitranya untuk menawarkan solusi yang terhubung secara langsung dan real-time untuk pengalaman distribusi yang lancar dan tanpa gangguan. Ini termasuk solusi bagi pasar independen dan skala atas melalui perusahaan grup hotel. Ekosistem channel milik eRevMax memfasilitasi layanan konektivitas dan relationship management yang bersertifikat kualitas untuk menunjang strategi yang kompleks untuk meningkatkan pendapatan.

“Hubungan antara software kami dengan PMS milik Caption Hospitality menyediakan pilihan bagi hotel atau properti independen untuk mengelola saluran distribusi online dengan biaya yang efektif tanpa perlu khawatir untuk mengatur ketersediaan kamar secara manual di setiap website pemesanan. Lebih banyak hotel akan dapat menggunakan keuntungan dari ekosistem channel kami sembari menyederhanakan upaya distribusi mereka. Koneksi XML yang aman akan memastikan pembaruan harga dan ketersediaan secara langsung, dan juga pengambilan data booking, sehingga menjaga PMS milik hotel akan selalu diperbarui,” ujar SVP Project Management eRevMax Ashis Saha.

MNC Group Terlibat Pendanaan Baru untuk Migme

Platform social entertainment Migme mengumumkan raihan pendanaan yang disokong oleh beberapa investor dan membukukan investasi senilai AU$ 10.266 juta (atau lebih dari 103 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut dipimpin Meitu Investment Limited dan didukung sejumlah investor strategis yang terdiri dari MNC Group, Foxconn, Malcolm Steinberg, dan sejumlah investor lainnya.

“Dukungan yang kuat dari para investor menggambarkan bahwa mereka sangat antusias dengan angka pengguna (traksi) dan keuntungan yang kami laporkan pada kuartal Juni 2016, dan kami berharap untuk dapat bertumbuh di pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara,” sambut CEO Migme Steven Goh.

Startup yang bermarkas di Singapura, dulunya dikenal dengan Mig33, memang cukup gencar menggalang investasi untuk memperkuat nilainya di bursa saham Australian Securities Exchange (ASX).

MNC Group beberapa tahun terakhir cukup kencang disebut keterlibatannya dalam pendanaan startup. Selain Migme, ada beberapa startup lain, baik lokal di Indonesia maupun di kawasan Asia Tenggara, yang mendapatkan kucuran pendanaan. Sebut saja layanan media sosial untuk para pencari kerja KerjaDulu dan platform social dating Paktor.

Performa bisnis Migme dan langkah ke depan

Di akhir tahun 2015 lalu, Migme mengumumkan akuisisi terhadap dua layanan lokal di Indonesia, yakni portal pemberitaan kalangan muda Hipwee dan platform lifestyle e-commerce Shopdeca. Nilai akuisisi yang dikucurkan kala itu cukup besar, mencapai RP 27 miliar dalam bentuk uang tunai dan saham Migme. Akuisisi tersebut diklaim hanya sebagai perpindahan kepemilikan perusahaan saja, sementara operasional perusahaan dan bisnis di dalamnya tetap berjalan seperti sedia kala.

Nyatanya bisnis Hipwee dan Shopdeca merangkul segmentasi pasar yang sama dengan Migme. Bahkan Migme ingin membawa “hype” yang dibawakan startup tersebut untuk bisnisnya di India dan Filipina. Mengandalkan konten yang selaras, pada kuartal ini Migme telah mendapatkan peningkatan pengguna aktif bulanan sekitar 10,3 persen, atau senilai 43 juta pengguna aktif. Angka tersebut turut menyumbangkan persentase keuntungan perusahaan, dalam pembukuan keuangan tercatat 7 persen kenaikan yang diterima.

Kendati kas perusahaan terpantau menurun drastis untuk berbagai upaya tersebut, upaya Migme menggandeng dan mengakuisisi bisnis yang sangat relevan dengan pangsa pasar menjadi suatu langkah yang cukup cerdik. Goh mengatakan bahwa LINE yang baru saja IPO di bursa saham Tokyo dan New York memberikan bukti bahwa strategi bisnis yang sama, Migme menganggap dirinya memiliki strategi serupa LINE, bekerja baik di wilayah tersebut.

Untuk memperdalam geliat di segmentasi hiburan, Migme saat ini turut bekerja sama erat dengan beberapa perusahaan entertainment global, termasuk Meitu, Creative Artists Agency, Sony Music dan Universal Music. Aliansi terbaru dengan platform MOX (Mobile-Only Accelerator) turut ditargetkan memberikan Migme akses ke 135 juta pengguna di perangkat Android di pasar regional. Kerja sama tersebut akan membawakan Migme sebagai pre-installed app di beberapa distributor mitra pengembang manufaktur mobile, termasuk MoMagic, Smartfren, dan Trikomsel.

Application Information Will Show Up Here

TKDN dan Upaya Pemerintah Mengokohkan Karya Lokal

Aturan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) untuk perangkat ponsel, khususnya yang berkemampuan 4G/LTE, mulai menjadi perbincangan sejak 2015 lalu. Tujuannya menarik sumbangsih pengembang/ahli lokal untuk ambil bagian dalam penyajian perangkat tersebut di Indonesia. Sejak tahun itu pula berbagai skema terus digodok, untuk terciptanya keseimbangan, dari sisi industri sebagai pemilik manufaktur dan komponen lokal yang ingin dielaborasikan dalam proses produksi.

Secara definitif, TKDN merupakan suatu nilai atau persentase komponen produksi (hardware ataupun software) buatan Indonesia yang digunakan dalam sebuah produk ponsel 4G/LTE. Tujuannya untuk mengurangi defisit perdagangan yang diakibatkan banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia. Ini belajar dari era 3G sebelumnya, ponsel diimpor ke Indonesia tidak ada batasan regulasi khusus dan menggerus nilai yang luar biasa tanpa dampak yang berarti untuk perindustrian di Indonesia.

Inisiatif ini sudah sangat kokoh. Pemerintah tampaknya sangat percaya diri bahwa TKDN akan menjadi pendekatan yang pas untuk menjayakan industri IT dalam negeri. Tiga kementerian meliputi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian ambil bagian dalam perumusan TKDN. Kendati demikian beberapa pengembang ponsel 4G keberatan, dan mengendurkan diri untuk memasarkan produknya di Indonesia. Akan tetapi vendor lainnya masih tetap setia, pasalnya pasar Indonesia menjadi “taruhan” yang berarti.

Aturan TKDN yang telah disepakati

TKDN kini dilandaskan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet. Dalam aturan tersebut terdiri dari dua rincian pokok skema pemenuhan TKDN, yakni memberikan porsi lebih untuk aspek manufaktur (perangkat keras) atau memberikan porsi lebih untuk aspek aplikasi (perangkat lunak).

Berikut ini rangkuman detil untuk masing-masing aspek yang telah didefinisikan dalam beberapa pasal terkait dalam Permenperin No. 65 tersebut:

  • Jika perusahaan memilih aspek manufaktur

Kandungan dalam negeri 30 persen (untuk tahun ini) yang terdiri dari aspek manufaktur 70 persen, aspek riset dan pengembangan 20 persen dan aspek aplikasi 10 persen.

  • Jika perusahaan memilih aspek aplikasi

Kandungan dalam negeri 30 persen (untuk tahun ini) yang terdiri dari aspek manufaktur 10 persen, aspek riset dan pengembangan 20 persen dan aspek aplikasi 70 persen.

Aturan tersebut turut memberikan tantangan kepada para perusahaan untuk memiliki pre-load aplikasi dan game lokal di setiap ponsel terbitannya hingga mencapai pengguna aktif tertentu (untuk TKDN sisi manufaktur 250 ribu pengguna, sedangkan untuk TKDN sisi aplikasi 1 juta pengguna). Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk memiliki server di dalam negeri dan melakukan injeksi software di dalam negeri. Untuk menghimpun aplikasi dari pengembang lokal perusahaan juga diwajibkan memiliki marketstore aplikasi lokal.

Komitmen investasi turut menjadi bagian dari mekanisme TKDN yang harus dipenuhi perusahaan. Dimuat dalam peraturan yang sama di pasal 25, perhitungan TKDN berbasis nilai investasi hanya berlaku untuk investasi baru, dilaksanakan berdasarkan proposal investasi yang diajukan pemohon dan mendapatkan nilai TKDN sesuai total nilai investasi. Jangka investasi sendiri maksimal tiga tahun, dengan tahun pertama 40 persen dari nilai sudah harus direalisasikan.

Nilai investasi tersebut juga akan menjadi perhitungan TKDN, dengan rincian sebagai berikut:

  • Investasi senilai Rp 250 miliar – Rp 400 miliar setara dengan 20 persen TKDN.
  • Investasi Rp 400 miliar – Rp 550 miliar setara dengan 20 persen TKDN.
  • Investasi senilai Rp 550 – Rp 700 miliar setara dengan 30 persen TKDN
  • Investasi senilai lebih dari Rp 1 triliun setara dengan 40 persen TKDN.
  • Investasi tersebut juga memerlukan alokasi yang jelas dari perusahaan, termasuk tahapan penggelontoran nilainya.

Kesiapan industri menyambut TKDN

Saat ini aturan resmi TKDN belum diluncurkan, draft aturan masih disimpan oleh kementerian. Namun ketika aturan tersebut dirilis, maka pemberlakuannya akan sangat ketat. Produk yang tidak memenuhi TKDN akan dilarang dijual di Indonesia. Sebagai bagian untuk menciptakan keseimbangan industri, pemerintah juga mengusung skema penerapan bertahap untuk TKDN. Contohnya pada tahun ini ditargetkan industri ponsel 4G memenuhi 20 persen kandungan dalam negeri, dapat berupa perakitan di Indonesia atau memiliki kerja sama khusus dengan perusahaan lokal. Setelah itu akan ditingkatkan ke angka 30 persen tahun depan.

Beberapa perusahaan telah mengantisipasinya sejak sekarang, sebut saja Samsung, Lenovo, Advan dan juga Evercoss yang telah siap dengan berinvestasi pada pabrik perakitan ponsel di Indonesia. Beberapa di antaranya juga memproduksi komponen (kecil) di Indonesia, misalnya buku panduan, kardus kemasan, sekrup dan bagian lain yang tidak memiliki kerumitan berarti. ASUS dengan produk Zenfone yang cukup laris di Indonesia juga tengah mempersiapkannya. Saat ini DailySocial juga tengah mengonfirmasi langkah tersebut. Kabarnya ASUS akan banyak menyentuh kandungan di sisi perangkat lunak.

Peluang TKDN untuk akselerasi produk lokal

Sederhananya aplikasi lokal akan mendapatkan tempat yang lebih beragam untuk berkembang. Perangkat 4G/LTE memiliki kewajiban untuk menjadikan aplikasi dan game lokal sebagai pre-installed app, artinya sudah tertanam di ponsel sebelum ponsel sampai ke tangan konsumen. Namun demikian ini juga menjadi tantangan bagi pengembang aplikasi lokal, untuk menciptakan kreasi yang mampu mengimbangi kualitas produk tersebut. Terlebih akan ada marketstore yang mengakomodasi karya lokal. Tanpa konten yang berkualitas, tetap saja tidak akan mendapatkan traksi yang bagus, karena penentuan akhir sangar bergantung dengan ketertarikan konsumen.

TKDN dari sisi manufaktur yang mengisyaratkan pabrik perakitan di Indonesia sebenarnya juga sebagai strategi pemerintah untuk bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. Namun demikian sebenarnya ada hal fundamental yang tidak boleh terlupa, yaitu bagaimana mendorong individu-individu dan teknisi lokal untuk mampu mempelajari pengembangan arsitektur tersebut, sehingga tidak hanya mengerjakan aktivitas “buruh” saja, melainkan benar-benar mencetak ahli-ahli baru belajar dari proses yang ada di pabrik tersebut.

Caption Ingin Mudahkan Bisnis Perhotelan Digitalkan Proses Operasional dan Akomodasi

Startup digital memang identik dengan upayanya dalam memecahkan masalah dengan cara-cara yang efisien. Pun demikian dengan Caption (atau sering disebut dengan Caption Hospitality/Hotel), sebuah startup berbasis di Yogyakarta yang berinovasi mengembangkan solusi digital untuk bisnis perhotelan. Misi Caption adalah memudahkan hotel atau penginapan di berbagai kelas untuk memiliki pendekatan digital yang baik dengan investasi yang paling efisien.

Caption didirikan oleh dua orang Co-Founder lulusan Founder Institute, Larry Chua dan Budi Santoso. Keduanya dihubungkan oleh seorang Founding Partner dari Goldern Gate Ventures. Larry yang telah berpengalaman lebih dari satu dekade di industri travel memegang tanggung jawab untuk mengembangkan proses bisnis dari Caption. Sedangkan Budi lebih banyak mengakomodasi kebutuhan pengembangan teknologi.

Ide startup dimulai ketika menemukan keterbatasan dari target pasar

Pada awalnya Caption mencoba membangun sebuah OTA (Online Travel Agencies) di Asia Tenggara yang fokus pada hotel butik (hotel kecil dengan fasilitas mewah). Kala itu pengembangan pelanggan dan bisnis awal dilakukan di Singapura. Namun ketika tim menguji model bisnis tersebut di pasar negara berkembang, seperti Indonesia dan Thailand, mereka menemukan kendala di sisi pengelola hotel, yakni mereka (hotel butik) tidak memiliki teknologi yang memungkinkan untuk terintegrasi dengan layanan OTA.

Melihat fakta tersebut, yang cukup berat untuk melancarkan sebuah OTA dengan segmentasi spesifik di hotel butik, akhirnya Caption sempat melakukan pivot, yakni dengan beralih mengembangkan mesin Meta-Search yang berfokus di pasar Thailand. Sayangnya keterbatasan justru ada pada pemahaman bahasa dan karakter pengguna. Akhirnya Caption mencoba memikirkan tentang langkah terbaik untuk merangkul industri tersebut dengan cara lain. Caption ingin mencoba menyelesaikan akar permasalahannya untuk mendigitalkan kegiatan operasional di hotel-hotel tersebut.

“Sebenarnya ada banyak solusi yang mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi bisnis properti. Lalu mengapa tidak menggunakannya? Setelah menghabiskan waktu hampir 4 bulan untuk survei dan melakukan wawancara dengan beberapa properti, kami menyimpulkan beberapa hal, (1) karena solusi tersebut terlalu mahal, (2) hanya cocok digunakan untuk keadaan ideal dari sisi infrastruktur, (3) terlalu rumit untuk staf hotel dan (4) keterbatasan pemasaran online,” ujar tim Caption menjelaskan tentang hasil temuannya.

Dari temuan tersebut maka lahirlah sebuah solusi end-to-end bernama CRONO. Sebuah solusi yang siap mengakomodasi kebutuhan wisata yang tidak memerlukan modul-modul rumit, seperti kebutuhan operasional F&B, spa, bar dan lainnya. Selain solusi berupa perangkat lunak untuk membantu kegiatan operasional, Caption juga menyediakan layanan manajemen hotel online yang bekerja sebagai perpanjangan tangan pihak pengelola hotel.

Caption memberikan layanan pengelolaan SEO, SEM, media sosial, dan kampanye online lainnya untuk meningkatkan peminat layanan hotel tersebut. Dalam hal ini, Caption sangat percaya bahwa teknologi adalah satu-satunya kendaraan yang dapat mengakselerasi bisnis tersebut. Namun penggunaannya pun harus tepat untuk memberikan keuntungan yang optimal, sehingga Caption memilih mendampingi pelanggannya secara lebih intend guna mencapai target optimal tersebut.

“Kami telah melaksanakan pendekatan pasar dengan metode bottom up, kami menginvestasikan waktu dan sumber daya kami bagi umpan balik dan pengembangan konsumen secara terus-menerus, yang memungkinkan kami untuk merancang sebuah produk yang user-friendly yang benar-benar dapat membantu staf hotel untuk bekerja dengan cara yang efisien dalam melakukan pekerjaan inti mereka,” ungkap tim Caption.

Akomodasi tingkat rendah untuk wisatawan modern

Saat ini Caption sedang menguji coba secara intensif solusi yang ditawarkan di 5 bisnis properti di beberapa kota di Indonesia. Selain itu Caption juga telah berhasil menjalin kemitraan eksklusif dengan salah satu Channel Manager terbesar di dunia, yang memungkinkan setiap properti untuk dihubungkan ke 3.700 OTA di dunia. Caption juga dalam tahap akhir dari penandatanganan kontrak manajemen selama 5 tahun dengan beberapa properti di Indonesia.

“Sementara Oracle telah mendominasi pasar akomodasi tingkat atas, kami memiliki tujuan untuk menjadi sistem operasi pilihan utama untuk akomodasi wisata dengan tingkat yang lebih rendah, serta memungkinkan dan memberdayakan akomodasi dengan tingkat yang lebih rendah untuk siap melayani wisatawan modern,” pungkas tim Caption.

Caption sendiri saat ini telah menutup angel round pada awal tahun 2016, dan berencana untuk menggalang dana pada awal tahun 2017 untuk mengakselerasi bisnisnya.

Asia Open Data Hackathon Indonesia Hadirkan Inovasi Lokal di Bidang Seni dan Budaya

Asia Open Data Hackathon Indonesia baru saja bergulir. Setelah sebelumnya dimulai sejak awal Juli, saat ini tim terbaik dan juara telah berhasil terpilih. Hackathon pengembangan aplikasi web dan mobile ini dilaksanakan sebagai bentuk inisiatif digital humanities untuk konteks seni dan budaya, karena diyakini dengan pendekatan digital dan penerapan data terbuka, kelestarian seni budaya akan lebih terawat.

Inisiatif yang diusung oleh komunitas Data Science Indonesia ini berhasil mengumpulkan 33 tim terdaftar. Setelah tahapan seleksi, 5 tim terbaik memasuki babak final yang diselenggarakan pada 14 Agustus kemarin. Lima tim terbaik berasal dari beberapa kota, di antaranya Lampung, Jakarta, Bandung, Manado, dan Gorontalo. Acara Hackathon ini sendiri tidak hanya menantang para pengembang di Indonesia, karena juga diadakan untuk peserta dari negara Taiwan dan Thailand dengan tema dan tantangan yang berbeda untuk masing-masing negara.

Dari lima tim terbaik yang memasuki babak final, tim asal Bandung Radya Playground terpilih menjadi Juara 1 dengan kategori Invincible Hacker dan berhak membawa pulang hadiah senilai $850. Dan juara 2 sebagai Best Hacker diraih oleh Tim Hello World, mereka berhak membawa pulang hadiah senilai $550. Kedua tim tersebut juga akan diberangkatkan ke Thailand untuk mengikuti Asia Pacific Open Data Summit 2016.

Tim Radya Playground mengembangkan sebuah Smart Museum Management Platform bernama “MORESA”, yang dapat digunakan oleh Dinas Pariwisata & Budaya untuk mengelola aset dan penawaran terkait aktivitas museum. Sedangkan tim Hello World melombakan “SIBUDI”, sebuah sistem informasi berbasis incentive crowdsourcing yang mempermudah masyarakat untuk mengakses dan memasukkan data terkait dengan objek-objek seni budaya Indonesia.

Seni dan budaya Indonesia adalah aset Indonesia yang sangat berharga, namun manajemennya menjadi masalah sendiri bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Melimpahnya kekayaan seni budaya menjadi sangat rentan untuk diawasi dan dicuri negara lain. Keberagaman yang sangat besar justru dapat memicu keterbatasan dalam berekspresi di banyak daerah. Kebijakan pemerintah dan politik anggaran juga turut memberi pengaruh pada pengembangan seni dan budaya Indonesia.

Penerapan data terbuka memberi harapan bagi seni dan budaya Indonesia untuk tetap lestari, dilindungi, berkembang dan dapat bersaing di mancanegara. Melalui data terbuka, publik dapat memantau langsung, mengelola, mempelajari dan mengembangkan data yang sangat melimpah.

Disclaimer: DailySocial adalah media partner Asia Open Data Hackathon Indonesia

Rangkaian Facebook Developer Meetup Ditutup di Bandung

Selain di Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta, Facebook Developer Meetup juga diadakan di Bandung. Tepatnya pada tanggal 19 Agustus 2016 bertepat di Eduplex Bandung, Meetup ini memberikan pencerahan kepada para pengembang lokal di sana seputar berbagai dukungan pengembang yang diberikan Facebook. Berbagai pengembang dari lintas platform (umumnya pengembang Android dan web) turut tergabung dalam acara ini.

Pemaparan materi berlangsung santai dengan diskusi hangat yang membahas banyak aspek dalam tools pengembangan Facebook. Dipandu oleh pemateri dari Facebook, yakni Alice Wei dan Ziyad Bazed beserta tim dari DailySocial, yakni Rama Mamuaya dan Yosef Sugiharto. Para pemateri menyampaikan seputar fitur apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam Facebook Developer, contoh implementasinya, dan juga teknis pelaksanaan Facebook Hackathon (FBhacks) yang akan dilaksanakan 3-4 September mendatang di Jakarta.

Salah satu peserta yang turut hadir dalam Meetup adalah Arie Ridwansyah, seorang Android Developer dari sebuah startup di Bandung. Ia menyampaikan bahwa begitu antusias dengan bahasan yang disampaikan, terutama pada bagian pengembangan chatbot di Messenger. Selama ini tools Facebook yang ia gunakan untuk aplikasi yang dikembangkan adalah Facebook Login dan Facebook Share. Ke depan ia ingin mengintegrasikan dengan layanan Facebook Analytics (yang baru ia ketahui) untuk mendapatkan insight pengguna lebih mendalam.

Tak kalah antusias Alifa Nurani, seorang mahasiswi pasca sarjana ITB yang turut mengikuti rangkaian acara Meetup. Sebelumnya ia seriang melakukan pengembangan aplikasi web di tempat bekerja dan sebagai materi belajar. Banyak hal yang ternyata ia baru ketahui seputar tools pengembangan di Facebook. Alifa mengatakan bahwa ke depan ia ingin mengintegrasikan layanan yang lebih beragam pada web yang akan dikembangkan.

Acara diskusi pun berlangsung meriah. Hampir sama di kota-kota lain, Messenger Bot menjadi salah satu pembahasan yang paling diminati. Terlebih DailySocial juga turut mendemokan proyek Minerva yang sedang dikembangkan, sebuah Messenger Bot untuk asisten pembaca berita. Berbagai potensi pengembangan turut dibincangkan dalam diskusi, misalnya skema untuk monetisasi layanan melalui Facebook dan sebagainya.

Harapannya dengan membuka wawasan seputar developer tools yang dimiliki Facebook, para peserta memiliki inspirasi dan ide yang lebih beragam untuk disubmisikan dalam pagelaran Hackathon Facebook. Sehingga nantinya akan terlahir berbagai aplikasi dan layanan berbasis sosial yang di luar dugaan, memenuhi kebutuhan komputasi masyarakat modern.

Makna Semangat Kemerdekaan bagi Penggiat Startup Indonesia

Banyak hal yang dapat diupayakan sebagai langkah untuk mengisi kemerdekaan. Memajukan bangsa dengan semangat berkreasi dan berinovasi adalah salah satunya. Semangat tersebut juga yang ingin ditunjukkan oleh para pelaku di ekosistem startup Indonesia. Melalu kreasi digitalnya, mereka bersama-sama memantapkan ekonomi digital guna mengimbangi perkembangan dan persaingan global yang kian menantang.

Di hari peringatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 71 ini, tentu menjadi momen yang pas untuk terus meningkatkan semangat kebangsaan, semangat untuk turut serta memajukan kesejahteraan bangsa. Lalu seperti apa arti semangat kemerdekaan bagi para penggiat industri startup Indonesia?

“Merdeka itu bebas, bebas dalam berpikir dan berkarya. Anak muda harus berkarya dengan menciptakan solusi berbasis teknologi digital. Setelah merdeka 71 tahun, kita harus berhenti membahas potensi dan mimpi. Kini saatnya mencetak sejarah baru di era ekonomi digital. Indonesia harus jadi bangsa pemenang,” ujar Yansen Kamto selaku CEO Kibar sekaligus salah satu penggagas gerakan 1000 startup nasional.

Seperti yang telah kita ketahui dan rasakan, bahwa saat ini banyak hal sudah bergeser, dalam bentuk digitalisasi. Berbagai industri dan kegiatan ekonomi banyak ditopang penuh oleh peranan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai penggiat ekosistem digital, langkah nyata untuk menumbuhkan kekuatan digital nasional sangat diperlukan. Karena pilihannya hanya bekerja keras atau tergerus dinamika persaingan yang begitu kuat.

“Bagi saya arti kemerdekaan adalah kebebasan untuk mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan yang baik, kehidupan yang layak, serta kebebasan dalam memilih pasangan hidup tanpa melihat perbedaan suku dan ras tertentu. Generasi muda dapat mengisi kemerdekaan dengan kreativitas tanpa batas. Bagaimana kita sebagai penerus bangsa, dapat menghasilkan gagasan jitu dan memiliki nilai ekonomi,” ujar Founder dan CEO Bridestory Kevin Mintaraga.

Kevin menambahkan, bahwa di era seperti sekarang ini, platform digital mampu memberikan banyak hal, termasuk meningkatkan potensi ekonomi yang sudah ada. Ini tentang bagaimana kita mampu menciptakan berbagai kesempatan baru, termasuk lapangan kerja hingga memperluas cakupan pasar secara digital. Untuk itu bagi Kevin, akses internet yang merata menjadi salah satu faktor penting untuk kesejahteraan bangsa.

Ketuka ADITIF (Asosiasi Digital Kreatif) Saga Iqranegara turut menyampaikan pendapatnya seputar semangat kebangsaan. Baginya, momentum ini adalah saatnya berintrospeksi apakah kita sudah berdaulat secara digital. Nyatanya, masih banyak permasalahan bangsa ini yang bisa diselesaikan dengan pendekatan teknologi. Ini perlu uluran tangan pemuda Indonesia.

Berjuang untuk aspek teknologi dan digital secara tidak langsung juga memperjuangkan perbaikan aspek lain yang beririsan. Sebut saja pendidikan, kemiskinan, dan masalah lapangan pekerjaan. Semua masalah tersebut perlahan-lahan mulai disentuh dan diselesaikan dengan munculnya perusahaan rintisan yang industrinya terus tumbuh di Indonesia.

“Dengan peluang yang terbuka lebar di dunia digital, seharusnya tidak ada lagi yang namanya pengangguran terpelajar. Bukan masanya anak muda menyerah pada keadaan. Mereka bisa ambil bagian dalam gelombang kemajuan zaman ini. Mereka harus bisa menemukan peruntungannya sendiri dari dunia digital ini,” ungkap Saga.

Tak ada cara lain kecuali keberanian untuk memulai, kegigihan untuk selalu bangkit ketika gagal dan harapan, visi, misi dan mimpi yang realistis untuk menghasilkan karya yang membanggakan. Hal tersebut yang turut menjadi keyakinan William Tanuwijaya Co-Founder dan CEO Tokopedia dalam semangat untuk memberikan sumbangsih terbaik untuk bangsa.

“Kami di Tokopedia merasa bersyukur karena kami diberikan keberanian untuk memulai, kegigihan untuk bangkit dalam setiap kegagalan kami, karena kami selalu menjaga harapan untuk mimpi kami membangun Indonesia lebih baik lewat internet. Jadi bagi kami makna kemerdekaan itu, adalah ketika setiap individu di Indonesia bisa terus memiliki kebebasan untuk mengejar impian mereka, setinggi apa pun itu,” pungkas William.

Prayogo Ryza berkontribusi dalam penyusunan artikel ini.

Pergi.com Ingin Digitalkan Industri Travel di Indonesia

Ketika berbincang tentang sepak terjang Faustine Tan, maka di benak yang akan muncul adalah bisnis online travel, dan HotelQuickly. Statusnya memang adalah salah satu co-founder layanan last minute booking yang berbasis di Asia tersebut. Baru-baru ini Faustine melepas posisi Managing Director HotelQuickly untuk Indonesia dan Malaysia. Ia mencoba menghadirkan sebuah layanan baru, masih di kategori travel. Kali ini bersama Kenneth Tanoto (sebagai CEO), Faustine (sebagai CMO) mengembangkan platform Pergi.com.

Sekilas Pergi.com mirip dengan layanan yang disajikan oleh Traveloka ataupun Tiket.com, dua pemain yang tergolong solid di sektor online travel Indonesia. Pergi.com meluncur dan mendapat dukungan dari KLN (KapanLagi Network). Kerja sama tersebut diyakini bakal membantu Pergi.com untuk berkembang luas dari sisi pemasaran digital. Kepada DailySocial, Faustine mengatakan:

“Kami didukung oleh KLN. Online marketing/media iklan/media exposure (layanan KLN) menjadi salah satu expenses terbesar di dunia travel online. Dengan bermitra dengan KLN, mereka memberikan akses untuk semua media channel-nya menjadi salah satu strategi marketing kami.”

Selain itu Pergi.com terlahir dengan aset yang cukup kuat, terutama dari sisi komposisi tim. Di dalamnya terdapat banyak anggota yang telah berpengalaman di dunia travel. Passion di dunia travel yang dimiliki tim ini diyakini turut menjadi “bahan bakar” yang kuat untuk mendorong Pergi.com meroket di pangsa pasar travel Indonesia.

Pergi.com memang masih sangat baru. Saat ini tim di dalamnya masih terus menggali dan mengidentifikasi permasalahan apa saja yang ada di industri travel Indonesia. Pergi.com tak hanya ingin sekedar memberikan solusi  yang sudah umum di pasaran. Mereka ingin menghadirkan solusi yang lebih dari itu.

“Pengalaman saya, tim dan juga partner saya, kami sama-sama pernah terjun di industri travel offline dan online. Kami akan memberikan dan segera menawarkan produk dan solusi baru di dunia travel.”

Saat ini Faustine masih secara pasif sebagai Co-Founder di HotelQuickly. Ia mengaku, bersama HotelQuickly, banyak belajar mengembangkan sebuah produk untuk memberikan solusi kepada traveler yang membutuhkan kamar hotel dengan memberikan produk yang canggih, smooth, cepat dengan penawaran terbaik di wilayah Asia Pasifik. Pengalaman tersebut yang akan turut dituangkan bersama Pergi.com.

“Alasan kenapa saya memilih aktif dan akan mengembangkan Pergi.com, karena saya melihat potensi yang sangat besar di industri travel Indonesia, saya mau fokus di market ini, bukan hanya fokus di produk hotel, tapi di seluruh produk yang berkaitan dengan traveling/ travel journey.”

Pergi.com mencoba mengakomodir bisnis travel secara luas dan kompleks, tidak hanya hotel, karena bagi Faustine hotel hanyalah satu produk dari sekian banyak produk yang ada di dalam sebuah kata “travel”.

Faustine menambahkan travel sendiri artinya luas dan banyak proses di dalamnya untuk mendefinisikan proses traveling itu sendiri. Di sini Pergi.com memiliki visi untuk mendigitalkan industri travel di Indonesia, tidak sekedar penerbangan dan hotel, tapi seluruh aspek dari travel journey.

Otomontir Hadirkan Layanan Perawatan Kendaraan Berbasis Aplikasi

Layanan on-demand di bidang otomotif baru-baru ini banyak diperbincangkan, setelah Go-Auto dan Montir hadir untuk pengguna di Jakarta. Isu kemacetan lalu-lintas dan efisiensi dirasa menjadi sebuah kesempatan bagi layanan tersebut untuk memiliki pangsa pasar. Hal ini turut melandasi lahirnya Otomontir, sebuah startup pengembang jasa perawatan kendaraan berbasis aplikasi.

Di bawah naungan PT Otomontir Kreasi Indonesia, layanan Otomontir saat ini telah siap memberikan pelayanan bagi pengguna di ibukota. Otomontir menawarkan jasa layanan penggantian oli mesin, pemeriksaan pada sistem rem, kelistrikan, lampu kendaraan, pendinginan mesin, kondisi ban, hingga perbaikan saringan udara.

Bagi pengguna yang ingin melakukan perbaikan menggunakan jasa Otomontir bisa dilakukan di mana saja, baik di rumah, kantor ataupun kampus. Layanan yang menghindarkan konsumen dari antrian di bengkel ini resmi akan meluncur pada 17 Agustus 2016. Otomontir sendiri baru menyediakan layanan untuk pengguna Android, sedangkan aplikasi versi iOS masih dalam tahap pengembangan.

Menjembatani keterampilan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Salah satu hal unik yang ingin didayakan melalui Otomontir ialah para pekerja bengkel yang diadopsi dari lulusan SMK bidang otomotif yang telah terlatih dan terpilih. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meminimalkan pengangguran dari lulusan SMK. Benar saja, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lulusan SMK (terutama yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi) lebih rentan menjadi pengangguran.

Data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016,sebesar 9,84 persen, atau  mengalami kenaikan 0,79 persen di periode yang sama (Februari 2015). Hal ini disebabkan oleh daya saing dan kualitas lulusan yang masih rendah. Terdapat kesenjangan antara sistem belajar dan kerja praktik, dengan tantangan yang ada di dunia kerja nyata.

Melalui proses perekrutan dan pelatihan dasar otomotif, lulusan SMK tersebut diberi kesempatan untuk mencoba kemampuan mereka di dunia lapangan kerja sesungguhnya. Mereka yang lolos seleksi, akan menjadi mitra Otomontir dan memiliki kesempatan membuka jaringan untuk dirinya yang lebih luas.

Para lulusan SMK tersebut tidak saja memperoleh pendapatan berupa uang semata, tetapi mereka juga mendapat ilmu terapan baru, jaringan relasi dengan konsumen untuk membuka kesempatan dalam mengembangkan diri mereka.

Application Information Will Show Up Here