Swap Mendapat Pendanaan Seri A Rp341 Miliar dari Qiming, GGV, dan Ondine Capital

Pengembang layanan baterai listrik Swap Energi mendapatkan pendanaan seri A senilai $22 juta atau setara 341,4 miliar Rupiah. Menurut data regulator seperti dikutip dari Alternatives.pe, ada tiga investor berpartisipasi dalam putaran ini yakni Qiming Venture Partners, GGV Capital, dan Ondine Capital.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Swap Energi Irwan Tjahaja memberikan konfirmasi bahwa perusahaan baru menutup putaran pendanaan seri A. Kendati demikian ia tidak menyebutkan detailnya.

Sebelumnya pada April 2023 lalu, Swap mengumumkan pendanaan pra-seri A dari Ondine Capital dengan dukungan investor sebelumnya seperti Kejora-SBI Orbit, Baramulti Group, dan New Energy Nexus Indonesia. Sekurangnya dana $7,25 juta dibukukan dalam putaran tersebut untuk meningkatkan penetrasi dan kehadiran layanan infrastruktur dan penukaran baterai motor listrik di berbagai wilayah Indonesia.

Didirikan sejak tahun 2019 lalu, Swap Energi mencoba menjawab tantangan utama transisi dari motor bensin ke motor listrik, khususnya untuk pengguna dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Pengisian baterai yang memakan waktu berjam-jam dinilai menjadi kurang efektif untuk beberapa jenis penggunaan, seperti kebutuhan ojek online atau perjalanan jauh dengan sepeda motor, sehingga Swap hadir dengan solusi layanan penukaran baterai.

Menurut situsnya, saat ini sudah ada lebih dari 1300 pusat penukaran baterai yang tersebar di puluhan kota di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Perusahaan juga bekerja sama dengan ritel modern seperti Alfamart, Alfamidi, Shell, BP-AKR, dan Circle-K untuk penempatan infrastruktur penukaran baterai.

Ada tiga produk utama Swap Energi. Pertama, mereka menyediakan Swap Battery yang didesain dengan standardisasi ke berbagai jenis sepeda motor listrik. Kedua, Swap Stations untuk penukaran baterai listrik. Dan yang ketiga, Swap App sebagai aplikasi manajemen pengguna.

Saat ini Smoot dan Minerva adalah dua pabrikan motor listrik yang menjadi mitra resmi untuk penggunaan baterai listrik Swap.

Akselerasi bisnis Swap berada pada momentum yang tepat di saat pemerintah memiliki target ambisius untuk konversi listrik. Tahun 2023 diperkirakan sudah ada sekitar 75 ribu unit motor listrik di jalan. Pemerintah punya target melipatgandakan menjadi 13 juta unit di 2030 nanti.

Dalam kesempatan terpisah Irwan mengatakan bahwa fokus utama Swap adalah menjadi supporting system dalam hal penyediaan infrastruktur, guna memberikan pengalaman pengendara dan layanan purnajual kendaraan listrik yang lebih baik. Pengujian yang telah dilakukan bersama Smoot, motor listrik pertama dengan sistem tukar baterai Swap, diklaim sukses dan akan direplikasi ke merek-merek motor listrik lain di Indonesia.

Perusahaan teknologi yang terlibat dalam pasar kendaraan listrik di Indonesia mengadopsi dua pendekatan berbeda. Pendekatan pertama melibatkan produksi kendaraan listrik untuk konsumen dengan opsi pembelian atau langganan, dengan pemain seperti Charged, Alva One, ION Mobility, dan Electrum.

Di sisi lain, pendekatan kedua difokuskan pada pengembangan komponen kunci kendaraan listrik, terutama baterai, dengan perusahaan seperti Swap dan Gogoro. Gogoro sendiri mulai masuk Indonesia setelah mendapatkan dukungan pendanaan dari Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Laporan MPA: Vidio Miliki Lebih dari 4 Juta Pelanggan Berbayar, Jadi yang Terlaris di Indonesia

Laporan terbaru Media Partner Asia (MPA) bertajuk “Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024” menyoroti bahwa industri konten video di Asia Pasifik telah mencapai pendapatan $145 miliar di tahun ini dan diperkirakan akan terus bertumbuh sampai $165 miliar di tahun 2028. Industri video terus mengalami pergeseran signifikan dari TV ke platform online dalam hal konsumsi, keterlibatan, dan monetisasi.

Salah satu bisnis yang terdorong atas tren tersebut adalah SVOD (Subscription Video On-Demand). Dari laporan yang sama, per akhir 2023 ini sejumlah penyedia SVOD yang beroperasi di Indonesia telah mendapatkan jutaan pelanggan berbayar. Menurut MPA, saat ini Vidio memiliki jumlah pelanggan premium terbanyak di Indonesia melebihi 4 juta pengguna orang, disusul Viu, Disney+ Hotstar, dan Netflix.

“Setelah melemah pada Q2 2023, pasar SVOD Indonesia telah pulih dengan permintaan yang lebih berkelanjutan berkat konten olahraga, lokal, dan Korea. Konten olahraga dan lokal tetap menjadi mesin utama bagi Vidio yang telah memimpin pertumbuhan kategori pada Q4 tahun 2023 dan diperkirakan akan tumbuh dengan pesat pada tahun 2024 dengan keseluruhan kategori diperkirakan akan menambah 1,3 – 1,4 juta pelanggan baru pada tahun 2024,” ujar CEO Media Partners Asia Vivek Couto.

Sebelumnya MPA juga merilis laporan pada pertengahan tahun ini, mengindikasikan bahwa ada penurunan derastis pelanggan SVOD yang diakibatkan platform video pendek seperti Tiktok. Asia Tenggara hanya menambahkan 7.000 pelanggan baru SVOD pada paruh pertama 2023. Angka tersebut turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,7 juta pelanggan, adapun dibandingkan pada paruh kedua 2022, penurunannya jauh lebih tajam sebesar 7 juta pelanggan baru.

Proposisi nilai Vidio

Capaian Vidio ini menjadi preseden baik, pasalnya menjadi satu-satunya platform yang dikembangkan pelaku bisnis lokal (grup EMTEK) yang mampu bersaing di jajaran ranking atas bersama pemain regional dan global. Data MPA sekaligus memvalidasi, bahwa Vidio menjadi satu-satunya platform OTT lokal yang mematahkan dominasi pemain global dengan jumlah subcriber terbesar di seluruh negara Asia (di luar Tiongkok).

“Keberhasilan Vidio untuk dapat mengalahkan dominasi OTT global dan regional sebagai OTT dengan subscriber terbanyak di Indonesia, merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia mampu untuk bersaing dengan pemain kelas dunia, dengan teknologi yang dibangun di dalam negeri dan kemampuan menyajikan ragam konten yang memang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono.

Menurut pernyataan yang disampaikan ke DailySocial.id, saat ini demografi pelanggan Vidio terbilang cukup berimbang. Kekuatan konten olahraga banyak didominasi oleh penikmat dari pengguna laki-laki, sementara konten serial drama didominasi audiens perempuan. Sepanjang tahun 2023 ini, Vidio memproduksi 21 judul original series, menjadi yang terbanyak di antara semua pemain OTT yang ada di Indonesia.

Adapun gabungan dari audiens film seri Open BO, Pertaruhan The Series Season 2, dan Merajut Dendam  secara total telah ditonton lebih dari 43 juta kali.

“Vidio berkomitmen menjadi platform OTT yang mengalokasikan investasi terbesar dalam mengembangkan konten lokal sebagai tulang punggung pertumbuhan Vidio ke depan, dan konten lokal ini menjadi pendorong bagi pelanggan untuk terus datang ke platform Vidio. Komitmen ini kami harap bisa turut mendukung pertumbuhan industri konten Indonesia sehingga suatu saat akan mampu untuk menembus pasar internasional,” imbuh Sutanto.

Sebelumnya di awal tahun ini posisi Vidio sempat tertinggal dengan beberapa rivalnya. Mengutip laporan JustWatch, pada Q1 2023 marketshare pasar SVOD lokal dipimpin Netflix dan Disney+ Hotstar dengan masing-masing menggenggam 22%. Sementara Vidio hanya 10%, di bawah iflix+WeTV (16%), dan Viu (12%). Secara umum laporan JustWatch menampilkan lanskap layanan streaming, memeriksa kehadiran pasar, konten, dan keterlibatan pengguna dari berbagai penyedia SVOD.

Strategi mempertahankan pangsa pasar

Industri OTT masih menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Menurut MPA, total pelanggan berbayar OTT per Q3 2023 di Indonesia mencapai 21 juta orang, sementara di Asia Tenggara sebanyak 48 orang. Dengan penetrasi OTT berbayar yang masih di bawah 10% dari populasi, pasar lokal masih terbilang sangat menjanjikan untuk terus dieksplorasi. Sejumlah strategi pun telah direncanakan Vidio untuk mempertahankan pertumbuhan di tahun 2024 mendatang.

Disampaikan, ada dua strategi utama yang terus akan digenjot Vidio guna menghasilkan proposisi nilai yang kuat dalam industri, yakni sebagai berikut:

  • Mempertahankan positioning “home of local original” sebagai OTT di Indonesia yang merilis original series lokal terbanyak.
  • Mempertahankan positioning “home of sports dengan terus menyajikan pertandingan-pertandingan olahraga terbaik; baik lokal maupun internasional.

Tahun 2023 ini, berbagai ajang olahraga unggulan secara live juga ditayangkan oleh Vidio. Mulai pertandingan lokal seperti : BRI Liga 1, Proliga, dan Livoli; hingga ajang internasional seperti Premier League, NBA, UEFA Champions League, Serie A, La Liga, Olimpiade, FIFA World Cup Qatar 2022, dan FIFA U-17 World Cup.

Perusahaan juga terus mengeksplorasi kerja sama strategis bersama para  mitranya, termasuk Grab dan Sinarmas yang belum lama ini turut masuk ke putaran pendanaan senilai Rp633 miliar. Salah satu kerja sama yang sudah berjalan berupa paket bundling Vidio yang tersedia di layanan Grab + OVO dan jaringan grup Sinarmas (Smartfren, MyRepublic, dan Dana).

Application Information Will Show Up Here

Sofian Hadiwijaya Sampaikan Pandangan Ekonomi Digital Ganjar-Mahfud MD

Co-Founder Warung Pintar Sofian Hadiwijaya kini memilih terjun langsung dalam politik menjadi bagian dari Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Di tim tersebut, posisinya sebagai Direktur Eksekutif Teknologi. DailySocial.id berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Sofian untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang visi-misi ekonomi digital yang akan diupayakan oleh pasangan Capres-Cawapres yang ia dukung.

Memulai perbincangan, Sofian menuturkan bahwa ketertarikannya di dunia politik sebenarnya bukan hal yang mendadak. Sejak sekitar 9 tahun lalu, ia sudah aktif dalam perpolitikan, baik dengan mengawal di luar seperti menjadi bagian dari inisiatif #KawalPemilu dan #KawalPilkada; hingga terlibat di dalam saat mendirikan sebuah partai politik baru di Indonesia. Di sisi lain Sofian juga bercerita bahwa keluarganya yang banyak bekerja sebagai pejabat publik dan ASN juga telah menghubungkannya dengan dunia politik.

Lantas, keputusannya untuk mendukung pasangan Ganjar-Mahfud memiliki alasan yang cukup kuat. Pertama, dari pengalaman Sofian aktif di ekosistem startup ia melihat langsung sepak-terjang Ganjar Pranowo dalam mendukung para inovator di Jawa Tengah saat menjadi gubernur.

Sofian memberi contoh inisiatif Hetero Space yang merupakan creative hub sekaligus coworking space yang diusung Pemprov Jawa Tengah bersama Impala Network. Dukungan pemerintah daerah dalam aktivitas inovasi di sana dirasakan betul, sehingga koneksi antara komunitas dan regulator dapat terjalin baik. Hal ini dinilai juga menjadikan sosok Ganjar lebih berwawasan terkait industri digital, karena sering berjibaku langsung dengan para pemain di lapangan.

Dan pemahaman digital tersebut menurut Sofian diaplikasikan betul oleh Ganjar dalam sepak terjangnya ketika menjadi gubernur. Ditunjukkan dengan sejumlah inisiatif transformasi digital di tumbuh internal pemerintahan, termasuk pemanfaatan media sosial secara aktif guna berkomunikasi langsung dengan masyarakat.

“Kita butuh pemimpin yang melek digital. Selama ini ekonomi digital Indonesia tumbuh, namun kadang ada kebijakan yang kurang mendukung beberapa aspek dari industri digital itu sendiri di Indonesia,” ujar Sofian.

Gambaran industri digital Indonesia

Sejak tahun 2012, Sofian sudah aktif dalam industri digital di Indonesia sebagai talenta di bidang teknologi. Perjalanannya dalam ekosistem digital, termasuk pengalamannya mendirikan startup digital yang bernilai jutaan dolar, memberikan ia gambaran yang cukup jelas bagaimana perkembangan digitalisasi di Indonesia.

Sofian merasakan bahwa ekonomi digital telah mendemokratisasi berbagai sektor, sehingga membuat banyak orang mendapatkan keuntungan darinya. Ia mencontohkan tentang berbagai peluang usaha baru tercipta dalam ekonomi digital ini – termasuk bagi dirinya, yang ketika kecil mungkin tidak terpikirkan akan berkarier di bidang teknologi. Seiring makin masifnya penerapan teknologi, pekerja digital juga tidak lagi dipandang sebelah mata – justru kini banyak gaya yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerja digital (misalnya remote working).

“Ekonomi digital membantu banyak orang untuk bisa produktif menghasilkan uang dengan cara-cara baru. Ekonomi digital masih memiliki peluang yang besar, pun tantangannya pun juga masih besar di Indonesia,” tegasnya.

Terkait tantangan dalam menumbuhkan ekonomi digital Indonesia, Sofian menyoroti ada tiga aspek utama. Pertama terkait pemerataan akses internet yang berkualitas ke seluruh penjuru nusantara. Isu koneksi internet ini bukan hanya ia dengar dari orang lain, karena ketika pulang kampung di suatu desa di Palembang, Sofian juga merasakan langsung keterbatasan konektivitas tersebut.

“Ketika saya pulang kampung ke Palembang, koneksinya cuma EDGE […] padahal tanpa koneksi internet yang baik, akses ke ilmu pengetahuan dan peluang pasar digital menjadi terbatas,” ujar Sofian.

Kedua terkait akses ke ilmu digital –walaupun sudah banyak yang memulai inisiatif mengajarkan kompetensi digital, namun menurut Sofian perlu upaya untuk membuatnya lebih masif. Ini termasuk, misalnya, upaya mengajak pedagang di desa-desa kecil untuk mulai belajar berjualan di marketplace dan aktivitas lainnya untuk mendorong lebih banyak orang melek serta mendapatkan manfaat dari digitalisasi itu sendiri.

Berikutnya adalah pemerataan persebaran talenta digital. Ini juga bermula dari pengalamannya membangun komunitas startup di Palembang. Ketika ia berhasil mendatangkan pemodal ventura (VC), mereka masih enggan untuk berinvestasi dengan startup lokal di sana –padahal founder-nya bagus, solusi yang ditawarkan juga memiliki pasar. Ternyata salah satu alasannya VC meragukan startup tersebut bisa berkembang pesat lantaran tidak tersedianya talenta kompeten yang bisa mendukung.

“Di daerah talentanya tidak ada. Dan ini seperti chicken and egg, kalau kita mau melatih talentanya dulu, nanti belum ada startup yang menyerap. Begitu pula kalau mau bangun ekosistem startupnya dulu, talentanya belum banyak […] tapi agar ekonomi digital terakselerasi, tiga tantangan di atas harus mendapatkan solusi, terlebih agar mendistribusi talenta digital supaya tidak terpusat di Jawa saja,” ujar Sofian.

Visi ekonomi digital Ganjar-Mahfud MD

Sederhananya Ganjar-Mahfud MD akan membawa keberhasilan Hetero Space di Jawa Tengah ke tingkat nasional. Ini akan membentuk ekosistem yang terdistribusi di daerah-daerah, dan setiap  kepala daerah juga memberikan dukungan kontinu. Bagi Ganjar-Mahfud MD, penting untuk memberikan ruang dan dukungan bagi generasi muda, khususnya yang berkecimpung mengembangkan bisnis startup.

Selain itu dijelaskan Sofian, dalam visi-misi paslon nomor tiga ini, sejumlah program telah diterangkan. Untuk menjawab tantangan pertama, Ganjar-Mahfud MD jika terpilih akan menyediakan layanan internet gratis ke seluruh penjuru negeri. Mereka akan memastikan misi zero blank spot terealisasi dengan baik.

Kemudian, berkaitan dengan talenta Ganjar-Mahfud MD meyakini bahwa kedaulatan digital akan menjadi satu landasan dalam mengembangkan SDM lokal — sehingga selain bisa menyuplai kebutuhan di Indonesia, harapannya talenta ini bisa diserap juga oleh pasar internasional. Ini akan dimulai dengan memetakan persebaran talenta, kemudian melakukan program terpadu untuk melakukan pelatihan dan pembinaan.

“Digitalisasi juga tentang birokrasi. Pak Ganjar berkomitmen untuk membawa digitalisasi tersebut agar bisa lebih transparan dan merangkul lebih banyak kalangan. Karena diyakini kalau semua bisa didigitalkan, hidup akan menjadi lebih mudah, misal saat antre di RS tidak perlu lagi membuang waktu sia-sia karena pemesanan bisa dilakukan lewat aplikasi,” jelas Sofian.

Kedaulatan digital yang akan turut diupayakan adalah kemandirian digital. Dicontohkan jika suatu saat pemenuhan cloud server di Indonesia akan sepenuhnya disediakan provider lokal. Cara yang ditempuh adalah dengan melakukan transfer knowledge dengan pemain internasional yang saat ini ada di Indonesia – pemerintah akan memastikan proses tersebut terfasilitasi dengan baik.

Selain itu perlindungan hak digital juga menjadi sorotan di dalam visi-misi Ganjar-Mahfud MD, ini diejawantahkan dengan regulasi perlindungan data dan keamanan siber. Termasuk dengan merangkul para ahli di bidang keamanan dan forensik digital untuk bekerja sama lebih rekat dengan pemerintah untuk mengamankan ruang siber nasional.

“Banyak unicorn yang uangnya justru mengendap di Singapura, ini yang mau diubah, agar Indonesia lebih berdaulat secara digital. Hal ini hanya bisa didukung oleh regulasi yang apik dan iklim politik yang stabil, dan Ganjar-Mahfud MD sudah menyiapkan hal ini, salah satunya dengan rencana memberikan insentif fiskal dan mendorong lebih banyak perusahaan lokal [BUMN dan korporasi besar] agar aktif berinvestasi ke startup dan melibatkan startup ke banyak proyek strategis pemerintah,” jelas Sofian.

Selain itu dari sisi penerapan di masyarakat, salah satu yang ingin dikejar adalah lebih banyak mendorong pembayaran cashless. Ketika sistem ini teramplifikasi secara luas, maka akan terjadi percepatan transaksi dan ekonomi, mendorong orang untuk lebih kreatif menghasilkan produk, memperluas pangsa pasar, dan menjadi stepping stone yang menarik untuk Indonesia Emas 2045.

Membantu membuka pasar internasional

Ganjar-Mahfud MD melihat ekonomi digital lokal berpotensi lebih besar lagi, hal ini dinilai dari banyaknya potensi bisnis lokal yang bisa diekspansikan ke ranah regional dan global. Pemerintahan Ganjar-Mahfud MD nantinya ingin mendorong lebih banyak kerja sama internasional untuk membuka lebih luas peluang tersebut — misalnya mempererat kerja sama bilateral antarlembaga [keuangan, pertanian dll] agar inovasi dari Indonesia dapat dipasarkan di sana.

Sofian mencontohkan, kerja sama yang dibentuk bisa seperti kemitraan Indonesia-Singapura melalui Block71, di sana ada sharing pengetahuan, membuka pasar bersama, dan kolaborasi inovasi. Termasuk mengajak lebih banyak pengembang untuk unjuk gigi di berbagai ajang bergengsi internasional di bidang teknologi.

“Jadi membuka dan terhubung dengan ekosistem global, dengan tetap melindungi ekosistem yang ada di Indonesia. Kebijakan tidak akan terlalu mempersulit yang dari luar untuk masuk, namun memastikan yang di lokal bisa memiliki daya saing. Investasi pun juga akan terus diperdalam, dengan memberikan opsi pendanaan yang lebih beragam untuk pemain industri,” kata Sofian.

Sofian melanjutkan, “Pak Ganjar paham betul bahwa ekonomi digital tidak hanya yang berbentuk fisik, tapi juga nonfisik. Sehingga kita ingin menanamkan mindset bahwa solusi digital sejak awal didirikan harus bisa memiliki target untuk melayani pasar global.”

Disclosure: Artikel ini adalah bagian serial liputan Pilpres RI 2024 yang mencakup visi ekonomi digital setiap kandidat

Leontinus Alpha Edison Jabarkan Visi Ekonomi Digital Pasangan “AMIN”

DailySocial.id berkesempatan secara eksklusif mewawancara Co-Founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison yang saat ini juga menjadi Co-Captain dalam Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN).  Bahasan utama pada sesi ini membedah visi-misi tim AMIN dalam ekonomi digital Indonesia.

Mengawali perbincangan, Leon menjelaskan dua alasan mengapa ia akhirnya memutuskan gabung ke Timnas AMIN. Pertama, ia merasa sejalan dengan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dalam kaitannya dengan prinsip pemerataan, tentang menciptakan tatanan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur bagi semua kalangan.

“Ini sejalan dengan prinsip dan filosofi yang saya percayai saat membangun Tokopedia bareng William (Tanuwijaya). Kami ingin mengusahakan pemerataan di Tokopedia, hingga saat ini sudah berhasil meng-cover 99% kecamatan di seluruh Indonesia […] Bayangkan jika effort pemerataan ini tidak hanya dilakukan di perusahaan, tapi skalanya lebih besar di tingkat negara, saya yakin dampaknya akan menjadi lebih masif dan luas,” ujar Leon.

Kedua, prinsip kolaboratif yang selalu dijunjung tinggi. Kendati sangat filosofis, hal ini dinilai sejalan dengan apa yang dituangkan dalam Tokopedia, di mana semuanya bisa sebesar sekarang karena adanya kolaborasi. Ia mencontohkan, saat mendirikan Tokopedia ia berkolaborasi bersama William selaku co-founder, setelah Tokopedia jadi harus bermitra dengan merchant, lalu biar transaksi lancar harus bermitra dengan bank atau lembaga finansial lainnya, sampai berkolaborasi dengan regulator untuk mendorong lebih banyak UMKM go-digital.

Semangat kolaborasi ini dirasakan Leon saat bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, yang dipimpin Anies Baswedan. Melalui inisiatif Plus Jakarta yang diikuti, ia melihat betul bagaimana proses kolaborasi antarstakeholder dalam memajukan UMKM hingga berhasil terdigitalisasi dan melihat langsung dampak perkembangannya.

Pandangan tentang ekosistem digital

Leon melihat bahwa saat ini digitalisasi sudah mulai mengubah mindset, dari ekonomi yang tersentralisasi menjadi terdistribusi. Ia mencontohkan, saat ini banyak startup yang mengakomodasi berbagai keperluan di berbagai tingkatan masyarakat — bahkan tidak sedikit yang mendapatkan perkembangan signifikan dari situ, Tokopedia salah satunya.

“Kunci dari ekonomi digital itu semangat kolaborasi. Yang terjadi, banyak sekali masyarakat (pelaku UMKM) di kota kecil yang tidak memiliki waktu dan sumber daya sebesar korporasi, karena adanya digitalisasi dan kolaborasi kini bisnis mereka bisa menjangkau konsumen potensial yang sama tapi dengan sumber daya yang ada,” kata Leon.

Ekonomi digital juga menjadi semakin penting ketika sekarang Indonesia telah menjadi pasar utama dan tujuan investasi utama di Asia Tenggara. Terbukti dengan banyaknya use case digitalisasi yang dapat didukung dan mendapatkan antusias dari pasar, mulai dari bidang pemberdayaan UMKM, pertanian, perikanan, keuangan, dan sebagainya. Leon juga menilai kepercayaan investor makin besar, dilihat dari banyaknya yang mengeksplorasi dan memberikan pendanaan bagi para founders di Indonesia.

“Saya percaya, ekonomi digital di Indonesia akan membuka pemerataan ekonomi, terutama bagi masyarakat kecil. Cukup banyak teman-teman startup yang bertahan dan bersinar saat pandemi Covid-19 sekaligus mendukung banyak pelaku ekonomi untuk tetap bisa berjalan. Ketika Covid-19 mereda, startup ini juga tidak mundur, mereka mampu beradaptasi dan akhirnya tetap bisa jalan sampai sekarang […] Dengan segala up and down-nya, ekosistem digital Indonesia is still going strong,” ujar Leon.

Tantangan terbesar di ekonomi digital

Infrastruktur dinilai masih menjadi tantangan mendasar ketika Indonesia hendak meningkatkan ekonomi digitalnya. Permasalahan ini sekali lagi terletak pada pemerataan. Di kota besar, kualitas internet sudah sangat layak, sementara di area 3T konektivitas sulit dan mahal.

Tantangan kedua menurut Leon adalah ketersediaan talenta digital yang mumpuni. Upaya yang perlu dilakukan dengan mengarahkan dan mendukung minat di sisi STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) untuk melahirkan lebih banyak pakar di bidang teknologi digital. Dan ketersediaan talenta ini juga harus dipastikan tidak hanya terpusat di kota besar saja.

Terkait dengan pendidikan STEM, menurut tim AMIN upaya yang perlu diperbaiki dari hulu ke hilir. Maka peningkatan kualitas sistem pendidikan wajib menjadi perhatian, salah satu yang paling utama dilakukan saat ini adalah peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru. Pemerintah perlu mengakomodasi program upskilling bagi para pengajar, agar bisa menghasilkan lulusan terbaik di bidangnya.

“Berbicara tentang pendidikan, kita tahu Indonesia itu akademis banget. Maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan pendidikan karakter, salah satunya untuk mempersiapkan agar orang bisa lebih mandiri — seperti dengan menanamkan karakter long life learner, critical thinking, problem solving […] Dari sini selanjutnya mereka secara pribadi akan memiliki kemauan mengeksplorasi, karena karakternya sudah terbangun,” jelas Leon.

Soal talenta ini Leon juga mengatakan bahwa penguatan pendidikan vokasi yang mengarah ke STEM juga perlu ditingkatkan. Hasilnya dinilai akan banyak mengakselerasi digitalisasi di berbagai level.

Masalah ketiga yang disebutkan terkait keamanan siber (cybersecurity). Ini adalah tentang kebijakan dan kemampuan pemerintah dalam merumuskan beleid pengamanan data, perlindungan privasi, juga memastikan ekosistem digital menjadi tempat yang aman bagi semua kalangan masyarakat.

Dan permasalahan terakhir yang turut disinggung adalah dukungan dari pemerintah. Pemerintah dinilai harus lebih cepat dan sigap dengan tren terbaru, sehingga proses regulasi juga bisa secepat dan agile seperti para inovator. Dipahami bahwa pemerintah kadang tidak bisa langsung tahu semua isu yang ada di lapangan, sehingga tantangan ini hanya bisa dipecahkan dengan menggalang kolaborasi yang intens dengan berbagai pihak.

Ekonomi digital yang lebih inklusif

Selain penguatan infrastruktur, memastikan internet bisa diakses oleh semua kalangan dan dimanfaatkan dengan benar, yang ingin digalakkan oleh tim AMIN adalah transformasi digital. Transformasi ini akan dimulai dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya digitalisasi dari sisi internal pemerintah. Dimulai dari pelayanan publik yang bisa lebih di-monitor agar bisa selalu diawasi dan dapat ditingkatkan. Mindset transformasi digital ini akan ditanamkan di seluruh tubuh jajaran pemerintahan.

Kemudian pemerintah AMIN nantinya juga ingin mendorong transformasi digital secara menyeluruh di seluruh lapisan bisnis. Termasuk mendorong berbagai korporasi besar lokal agar tidak terlena dengan “business as usual”, melainkan harus peka terhadap dinamika yang ada di pasar. Termasuk untuk mendorong digitalisasi ke usaha mikro, seperti mengajarkan petani untuk memanfaatkan aplikasi cuaca agar bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.

“Supaya lebih inklusif, mantra pentingnya adalah kolaboratif. Saya belajar banyak dari tim AMIN, salah satu wejangan yang pernah saya dengar bahwa pemerintah juga berubah, ini terkait prinsip pemerintah dalam mengelola Indonesia. Dulu pemerintah kesannya seperti menjadi yang mendayung dan pemeran utama dalam sebuah perahu. Tapi seiring berjalan waktu pemerintah menjadi pengemudi, yang di belakang (stakeholder lain) yang mendayung. Pada dasarnya pasti ada effort dari pemerintah, tapi terbuka seluasnya untuk semua kalangan untuk turut andil berkolaborasi,” kata Leon.

Strategi taktis

Leon menyatakan bahwa jika AMIN dipercayakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden, mereka sadar kepemimpinan tidak berarti memiliki pengetahuan mutlak. Oleh karena itu, dalam merancang regulasi ke depan, mereka akan mengadopsi kebijakan berbasis prinsip (principle based policy) yang melibatkan para pemangku kepentingan, menghindari keputusan impulsif, dan mengurangi peraturan yang terlalu rinci sehingga tidak menghambat eksekusi. Meskipun terdengar sederhana, penerapannya membutuhkan komitmen untuk merubah mindset kita bersama.

Agar iklim investasi ke ekonomi digital juga terus mengalir, yang akan diupayakan AMIN adalah memastikan regulasinya mudah dan memberikan kepastian hukum. Ini pun harus ditunjang dengan ketersediaan sumber daya lokal yang memadai (termasuk talenta salah satunya), sehingga Indonesia dapat memberi nilai jual lebih kepada para investor tersebut.

“Kita harus terus mendorong founder startup yang lebih berkualitas. Bukan hanya sekadar menyontek dari luar, tapi juga benar-benar bisa memecahkan masalah […] Angan-angan saya lima tahun ke depan banyak founder yang berkembang dan makin banyak startup yang IPO. Bagi saya ini realistis untuk diwujudkan,” ujar Leon.

Disclosure: Artikel ini adalah bagian serial liputan Pilpres RI 2024 yang mencakup visi ekonomi digital setiap kandidat

Thrasio Kolaps, Resiliensi Startup Roll-up E-commerce Lokal Dipertanyakan

Pengembang layanan roll-up e-commerce atau brand aggregator Thrasio beberapa waktu terakhir menjadi perbincangan hangat di kalangan pegiat startup. Perusahaan yang telah mendapatkan $3,4 miliar funding dari 18 investor tersebut dikabarkan tengah melakukan restrukturisasi — bahkan pemberitaan WSJ, mengatakan mereka tengah bersiap untuk menyatakan kebangkrutan.

Isu utamanya karena masalah keuangan internal yang diakibatkan penurunan pesat penjualan pasca-pandemi.

Menjalankan model bisnis roll-up sejak 2018, Thrasio bekerja mengakuisisi brand dari bisnis pihak ketiga yang rata-rata sukses melakukan penjualan di Amazon. Saat ini ada sekitar 150 brand yang sudah diakuisisi dan diakselerasi oleh tim Thrasio. Dengan pendanaan terbarunya yang membawa perusahaan di valuasi lebih dari $5 miliar, mereka ingin menggandakan pendapatan tersebut 10x lipat.

Namun nasib kurang baik melanda startup yang didirikan Joshua Silberstein dan Carlos Cashman ini. Setelah krisis akibat Covid-19, terjadi penurunan pembelian online di platform Amazon. Di sisi lain, ada tren perubahan pola konsumen yang tadinya meningkatkan pembelanjaan online, lalu kembali ke mode offline seperti sebelum pandemi.

Efisiensi bisnis pun sempat dilakukan Thrasio, tahun lalu 20% tenaga kerja telah dirumahkan.

Performa penjualan Amazon sempat menurut setelah pandemi / FT
Performa penjualan Amazon sempat menurut setelah pandemi / FT

Sebenarnya ini bukan cerita kegagalan pertama dari platform roll-up e-commerce. Sebelumnya Benitago Group, agregator Amazon lainnya, mengajukan kebangkrutan dua tahun setelah mengumpulkan pendanaan sebesar $325 juta. Kondisi ini turut mempengaruhi iklim investasi di sektor ini mencapai 88% pada tahun 2022.

Pandangan pemain lokal

Bisnis roll-up e-commerce turut dikembangkan di Indonesia. Saat ini ada sejumlah pemain di vertikal ini, dua di antaranya adalah Hypefast dan Tjufoo. Keduanya berkembang cukup pesat dalam dua tahun terakhir dan mendapatkan dukungan dana ekuitas dari investor.

Untuk menggali pandangan para pelaku industri terkait fenomena yang terjadi dengan Thrasio, DailySocial.id berkesempatan untuk diskusi dengan Founder sekaligus CEO dari kedua startup tersebut, yakni Achmad Alkatiri (Mad) dan TJ Tham.

Mad berpendapat, berbagai platform roll-up e-commerce punya strategi masing-masing. Namun jika melihat apa yang terjadi dengan Thrasio, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran.

Pertama, akuisisi brand yang dilakukan terlalu  banyak dan terlalu cepat. Menurut Mad, ini mengakibatkan proses onboarding dari brand tersebut tidak begitu maksimal, karena untuk tak jarang tantangan yang cukup menantang muncul dalam pengelolaan portofolio, mengingat masing-masing brand kadang perlu perlakukan khusus. Pada akhirnya ini berdampak langsung pada growth yang kurang baik—karena tanpa sinergi dan optimasi biaya.

Founder & CEO Hypefast Achmad Alkatiri (Mad) / Hypefast
Founder & CEO Hypefast Achmad Alkatiri (Mad) / Hypefast

Faktor kedua, Thrasio dinilai lebih condong mengakuisisi “hero product“, bukan “hero brand“. Ini membuat tantangan yang semakin berat ketika ada pemain lain yang muncul menawarkan varian produk yang sama dan dihargai lebih murah, seperti Amazon Basics. Di sana tidak ada loyalitas, karean tidak ada proses “brand building“.

Faktor berikutnya terkait dengan keputusan founder menggalang terlalu banyak utang. Mad mengatakan, “Too much debt raised when the capital was cheap, and with that, paid too high multiples on brand acquistion because of assets competition on acquistion.”

Misalnya per tahun 2021, Thrasio telah mengumpulkan pendanaan debt senilai $650 juta. Dalihnya dengan dana utang tersebut, founder meyakini Thrasio akan memiliki fleksibilitas dan likuiditas tambahan seiring dengan targetnya mengakuisisi lebih banyak merek di lintas negara. Faktanya suku bunga yang terus naik tanpa diimbangi peningkatan penjualan membuat perusahaan kesulitan untuk melakukan pembayaran debt yang dimiliki.

Faktor terakhir, Thrasio terlalu fokus berjualan di Amazon—kontribusi penjualan di sana bisa sampai 95%. Dengan menempatkan revenue utamanya di satu keranjang, dinilai berpotensi mendapatkan turbulensi kencang ketika pemilik platform merilis kebijakan baru (misal terkait algoritma atau produk) yang berdampak langsung pada brand terkait.

Selain poin yang diungkapkan Mad di atas, TJ juga menambahkan “Brand aggregator atau D2C apa pun tidak hanya dapat dipertahankan tetapi juga berkembang jika ada fokus pada profitabilitas berkelanjutan, distribusi omnichannel, dan pengembangan ekuitas merek jangka panjang, bukan sekadar mengejar pendapatan.”

Yang membuat roll-up e-commerce lokal berbeda

Pemain lokal seperti Tjufoo dan Hypefast memiliki pendekatan berbeda dengan Thrasio. Dan menurut TJ, secara pasar juga memiliki karakteristik berbeda. Di Indonesia dan Asia Tenggara, ekosistem e-commerce terfragmentasi yang memaksa setiap brand untuk melakukan diversifikasi saluran penjualan. Belum lagi jika berbicara di Indonesia, ritel 90% lebih masih didominasi offline.

“Di sinilah Tjufoo sejak awal berdirinya memiliki pendekatan distribusi omnichannel, 70% penjualan dihasilkan secara offline,” ujar TJ.

Seperti baru-baru ini Dapur Coklat, salah satu portofolio Tjufoo, mengumumkan pembukaan outlet baru. Didirikan sejak 2001, kini Dapur Cokelat telah memiliki 32  gerai dan 56  titik pengiriman di sejumlah kota besar di Indonesia.

Co-Founder & CEO Tjufoo TJ Tham (tengah) bersama dua pendiri brand yang diakuisisi Heri Hertanto (ACMIC) dan Andre Susilo (Cypruz) / Tjufoo
Co-Founder & CEO Tjufoo TJ Tham (tengah) bersama dua pendiri brand yang diakuisisi Heri Hertanto (ACMIC) dan Andre Susilo (Cypruz) / Tjufoo

Untuk mendesain bisnis yang berkelanjutan, sejumlah strategi juga digencarkan oleh pemain lokal. TJ merangkum strategi tersebut ke dalam tiga poin utama. Pertama, fokus membangun merek dan menjual produk. Kedua, bermitra dengan para pendiri brand dan meningkatkan keterampilan mereka.

Dan yang ketiga, menyuplai dengan talenta berkualitas di berbagai lini operasional untuk mendorong lebih dalam penetrasi bisnis mereka.

Tjufoo sendiri mengklaim sudah profitabel sejak awal tahun 2023 ini dengan 5 merek dengan pengalaman gabungan lebih dari 46 tahun. Untuk mengakselerasi bisnisnya lebih lanjut, perusahaan juga tengah melakukan finalisasi ronde pendanaan berikutnya  — dikatakan penutupan pendanaan ini tidak akan lama lagi.

Pengelolaan terpadu

Sementara menurut yang keterangan Mad, Hypefast menghasilkan pendapatan bersih sebesar $43 juta pada 2022, hampir 2x lipat pendapatan mereka pada tahun 2021 ($22 juta), tanpa akuisisi merek baru dan murni dari pertumbuhan organik merek yang sudah ada. Hypefast juga sudah dalam kondisi profitabel.

Dalam wawancara sebelumnya Mad bercerita, meskipun Hypefast beroperasi dengan cara mengakuisisi merek, perusahaan tetap mempertahankan para pendiri merek dalam jajaran manajemen untuk mempertahankan relevansi yang kuat dengan pasar lokal.

Sedari awal, Hypefast didesain sebagai startup yang pengeluarannya selalu memerhatikan skalabilitas dan profitabilitas bisnis. Proses operasionalnya tersentralisasi dengan gudang, pengadaan, cross border facility, hingga pemasaran, dan mendapat tim terdedikasi Hypefast untuk memastikan bisnis dapat berjalan secara lebih efisien.

Cross border facility kita siapkan untuk brand agar dapat dipakai bersama-sama. Kita jadi satu karena semua operasional dilakukan bareng-bareng. Warehouse mereka akan dipindahkan ke Hypefast agar lebih efisien karena kapasitas kami lebih besar. Semua ini kami lakukan karena saat investasi ke brand, kami ini upgradingtheir business fundamental.”

Menurut Mad, kehadiran fasilitas cross border ini membuat pengalaman belanja online tetap terlokalisasi untuk konsumen di masing-masing merek tetap sama. Pengiriman dapat dilakukan dengan cepat, tanpa harus menunggu dikirim dari negara asal merek tersebut.

Kerja sama mendalam dengan e-commerce lokal juga dipertajam. Hypefast belum lama ini menandatangani kerja sama Joint Business Plan (JBP) bersama Lazada Indonesia. Kerja sama ini akan membantu brand portofolionya melalui berbagai kegiatan kolaboratif seperti exclusive launch products, joint event, marketing barter, training and development, hingga inovasi lainnya.

Pegipegi Resmi Tutup Layanannya

Setelah hampir 12 tahun beroperasi sebagai layanan Online Travel Agent (OTA) di Indonesia, Pegipegi per 11 Desember 2023 resmi menghentikan operasionalnya. Hal ini disampaikan perusahaan melalui situs resminya. Layanan Pegipegi di website dan aplikasi sudah tidak bisa digunakan.

Surat perpisahan Pegipegi di situs resminya

Pegipegi terakhir menerima pesanan pada tanggal 10 Desember 2023. Kendati tutup, perusahaan memastikan bahwa pelanggan yang melakukan pembelian sebelumnya tetap bisa memanfaatkan tiket atau voucher yang telah dibeli. CS Pegipegi via email juga masih diaktifkan jika dibutuhkan permintaan refund, reschedule, atau komplain.

DailySocial.id sudah mencoba menghubungi pihak Pegipegi untuk meminta keterangan lebih lanjut, namun belum mendapatkan respons.

Sejak 2018 bisnis Pegipegi telah diakuisisi oleh Traveloka. Menurut laporan yang diunggah ke regulator, seperti dikutip Alternatives.PE, nilai akuisisi mencapai $210 juta.

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 sempat memporak-porandakan bisnis OTA. Namun menurut para manajemen, termasuk dari Pegipegi, pada Q1 2021 bisnis mereka sudah mulai pulih. VP Commercial Pegipegi waktu itu menyampaikan, bahwa pada periode tersebut pemulihan secara gabungan di dua bisnis utamanya sebesar 51%.

Sinyal melemahnya bisnis Pegipegi juga sudah terendus sejak mundurnya Serlina Wijaya (CEO) pada awal tahun ini. Dibarengi dengan kuantitas kegiatan promosi yang berkurang signifikan tahun ini. Namun demikian perusahaan tidak menyampaikan secara eksplisit alasan kunci di balik keputusan penutupan ini.

Traveloka sendiri memang tengah merampingkan bisnisnya tahun ini. Mereka telah menutup sejumlah layanan sekunder di aplikasi, seperti pembayaran tagihan, logistik, pesan-antar, hingga grocery. Hal ini dilakukan agar perusahaan fokus ke bisnis inti dan bisa meningkatkan profitabilitas secara lebih baik.

Dengan undur dirinya Pegipegi, saat ini pasar OTA lokal didominasi pelayanannya oleh dua unicorn utama, yakni Traveloka dan Tiket.com.

Bisnis online travel sendiri menjadi salah satu penyumbang besar dalam ekonomi digital di Indonesia. Menurut laporan e-Conomy SEA 2023, tahun ini kontribusi sektor tersebut diproyeksikan mencapai $6 miliar, naik 68% yoy.

Startup Cleantech Neutura Umumkan Pendanaan Pra-Awal

Bersama dengan pagelaran COP 28 di Dubai, Neutura selaku startup di bidang carbon removal lokal, mengumumkan pendanaan angel round atau pra-awal dengan investor dan nilai yang tidak disebutkan. Investasi tersebut difokuskan untuk pengembangan proyek penyerapan karbon berbasis biochar, yang dinilai dapat menghadirkan loncatan besar dalam menghambat laju perubahan iklim.

Cara kerjanya dengan mengubah limbah pertanian menjadi biochar yang memiliki nilai tambah dan diklaim mampu mengunci karbon dalam tanah selama lebih dari 500 tahun.

Dalam waktu dekat Neutura bersiap meluncurkan dua proyek mercusuar pada tahun 2024 ini. Proyek yang akan diluncurkan berfokus pada pemanfaatan limbah tanaman dari industri pertanian untuk menyerap karbon dari atmosfer, dengan mengubah hasil limbah menjadi biochar dan cuka kayu.

Targetnya proyek ini akan dijalankan di Indonesia dan Eropa Selatan. Proyek di dua wilayah ini tidak hanya sekadar bertujuan untuk mengurangi emisi secara holistik, melainkan juga mengubah paradigma masyarakat terkait carbon removal dan manajemen limbah agrikultur yang bertanggung jawab.

Lokasi uji coba yang akan dikerjakan di Indonesia berkapasitas 30 ribu ton untuk limbah per tahunnya, dengan perkiraan karbon yang dihilangkan melalui Biochar Carbon Removal (BCR) sekitar 18 ribu ton per tahun.

Untuk lokasi uji coba kedua di Eropa Selatan, kapasitas potensial maksimumnya sekitar 12 ribu ton limbah yang akan diproses setiap tahunnya, perkiraan karbon yang dihilangkan melalui BCR akan sekitar 6 ribu ton per tahun.

“Kami melihat limbah pertanian bukan sebagai masalah tetapi sebagai solusi. Dengan mengubah limbah ini menjadi biochar, kami mengatasi beberapa tantangan sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan kesehatan tanah, dan menciptakan praktik pertanian yang berkelanjutan,” ujar Co-Founder Neutura Laksamana Sakti atau yang akrab dipanggil Alif.

Mengenal Biochar

Biochar merupakan hasil produk berbentuk arang yang dihasilkan oleh Neutura melalui proses pirolisis. Salah satu kemampuan utamanya untuk meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, biochar ini bisa dimanfaatkan sebagai material industri metalurgi dan semen rendah emisi.

“Material ini dapat meningkatkan retensi air dan struktur tanah, menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih sehat, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Produksi biochar dapat menjadi katalis perubahan yang cukup signifikan untuk memulai praktik pertanian berkelanjutan,” jelas Alif.

Secara bersamaan, cuka kayu produk sampingan dari proses ini, dapat berfungsi sebagai pestisida dan pupuk alami. Menurut Alif, cuka kayu adalah solusi organik untuk perawatan tanaman. Cara ini dinilai efektif, ramah lingkungan, dan sejalan sepenuhnya dengan visi masa depan pertanian yang berkelanjutan.

Proyek pilot yang dikerjakan Neutura menggunakan peralatan pirolisis khusus yang dirancang menggunakan energi yang efisien dan terintegrasi dengan pabrik. “Kami berinvestasi dalam teknologi yang tidak hanya mendukung berjalannya kegiatan operasional, tetapi juga menetapkan standar rendah emisi yang berkelas dunia,” ujar Alif.

Dengan menjual biochar dan kredit penyerapan karbon, Neutura ingin memastikan kelangsungan profitabilitas perusahaan sedari awal. “Model bisnis kami mencerminkan komitmen kami terhadap keberlanjutan dan profitabilitas,” kata Alif.

Selain Alif, startup ini turut didirikan oleh Glory Sihombing. Sebelumnya Alif dikenal sebagai Co-Founder Siklus, salah satu startup berdampak yang fokus pada layanan isi ulang aneka kebutuhan harian. Ia juga terlibat sebagai dewan direksi di proyek berdampak REDD+ dan ARR yang fokus ke solusi penanganan iklim. Alif juga menjadi salah satu delegasi Indonesia pada KTT Pemuda G20 2023 lalu.

Sementara Glori juga merupakan anggota Global Green Capital dan Carbon Offset AsiaCarbon. Dengan enam proyek penghapusan karbon yang sedang berjalan di seluruh Indonesia, pengalamannya dinilai akan signifikan dalam mengakselerasi Neutura.

Menilik Pendekatan SEEDS Capital Lakukan Co-Investasi ke Startup Berdampak

Laporan Intellecap bertajuk “Impact Investing in Southeast Asia 2020-2022” merangkum aktivitas investasi ke sektor berdampak di kawasan tersebut. Dari data yang dihimpun, nilai investasi yang berhasil dibukukan sebagai berikut:

Jenis Investor Nilai Investasi Jumlah Transaksi Jumlah Investor Aktif
Private Impact Investors (PII) $625 juta 226 66
Development Finance Institutions (DFI) $6,04 miliar 147 11
DFI x PII $197,5 juta 6 n/a

Untuk PII, nilai pendanaan terbesar diberikan kepada sektor keuangan, sementara transaksi terbanyak ada di sektor teknologi informasi. Lalu untuk DFI, mayoritas disalurkan ke sektor keuangan — termasuk beberapa di dalamnya fintech yang beroperasi di Indonesia.

Investasi berdampak ditujukan tidak hanya membantu suatu bisnis untuk terakselerasi, namun juga memberikan dampak sosial seluas-luasnya untuk segmen pasar yang ditargetkan.

Sejumlah startup di Indonesia telah menerima investasi ini –salah satunya dari lembaga seperti International Finance Corporation—memberikan dukungan pendanaan (dalam bentuk ekuitas dan debt) kepada GoTo (ride hailing dan e-commerce), Amartha (fintech lending), AnterAja (logistik), Evermos (social commerce), Kitabisa (crowdfunding), dan PasarPolis (insurtech).

Melihat dampak positif yang terus digapai, pendanaan di bisnis berdampak terus diperluas melalui unit investasi yang lebih beragam. Salah satunya SEEDS Capital, salah satu lengan ventura di bawah Enterprise Singapore (bagian dari inisiatif Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Singapura).

DailySocial.id berkesempatan berbincang secara virtual dengan General Manager SEEDS Capital Kaixin Tan, membahas bagaimana hipotesis yang mendasari para pemodal ventura di sektor berdampak.

Hipotesis investasi

General Manager SEEDS Capital Tan Kaixin / SEEDS
General Manager SEEDS Capital Tan Kaixin / SEEDS

Mengawali perbincangan, Tan mengatakan bahwa mandat SEEDS Capital adalah mendorong investasi cerdas ke dalam startup inovatif (berbasis) di Singapura yang memiliki konten intelektual kuat dan potensi menembus pasar global. Pendekatan utamanya  dengan melakukan co-investment dengan VC dan CVC di kawasan regional.

“Dengan memberikan leverage investasi dan mengambil risiko bersama private investor, kami menyediakan modal yang dibutuhkan startup untuk menutup putaran awal mereka dan melanjutkan pertumbuhan mereka. Kami cenderung berinvestasi lebih awal pada putaran seed sampai seri A, ketika startup masih melakukan penelitian dan pengembangan atau dalam tahap komersialisasi awal,” ujar Tan.

Berikut ini sejumlah startup portofolio SEEDS yang saat ini punya kehadiran di Indonesia dan/atau turut diinvestasi oleh pemodal ventura yang punya basis di Indonesia:

Startup Sektor Co-Investor (basis Indonesia)
6Estates AI GDP Venture
Aevice Health Healthtech East Ventures
AMILI Biotech East Ventures
CROWDO Fintech Gobi Partners
Ematic Solution Martech AC Ventures
ION Mobility Electric Vehicle GDP Venture
Mesh Bio Biotech East Ventures
Style Theory Fashion Alpha JWC Ventures
Workmate Job Marketplace AC Ventures
Zenyum Healthtech TNB Aura
ZUZU Hospitality Hospitality AC Ventures, Alpha JWC Ventures

Tan melanjutkan, “Kami exit bersama mitra investor ketika ada peluang yang sesuai. Namun, kami juga dapat bertindak sebagai pemodal yang lebih ‘sabar’ jika beberapa startup memerlukan periode pengembangan yang lebih lama untuk mengomersialkan teknologi tersebut,” ujar Tan.

Lebih dari 40 Mitra investasi

Saat ini SEEDS telah bekerja sama dengan lebih dari 40 mitra VC di seluruh vertikal bisnis yang menjadi domain investasi. Ada lebih dari 150 startup yang telah diinvestasi, yang telah melayani pasar di Singapura dan sejumlah negara Asia Tenggara lainnya. Beberapa startup seperti ION Mobility dan CROWDO memiliki fokus di pasar Indonesia dalam debutnya — kendati mereka memiliki kantor pusat di Singapura.

“Kami bekerja sama dengan mitra investasi yang kami yakini mampu menambah nilai strategis yang kuat bagi startup, tidak hanya dalam hal pendanaan, namun juga mampu membantu startup untuk berkembang dengan pengalaman, keahlian, dan jaringan mereka di pasar-pasar utama yang diminati,” imbuh Tan.

Ia mencontohkan, kemitraan SEEDS dengan Real Tech Holdings (RTH), sebuah VC deep tech asal Jepang, memungkinkan startup mereka memanfaatkan jaringan RTH yang luas di Negeri Sakura, termasuk melalui perusahaan dan LP mereka. Secara khusus, RTH membantu startup deep tech portofolio SEEDS mengakses pasar Jepang melalui kemitraan strategis atau proyek percontohan.

Di bidang perawatan kesehatan, SEEDS bermitra dengan Coronet Ventures, sebuah lengan investasi Cedars-Sinai Medical Centre, salah satu grup rumah sakit swasta terkemuka di Amerika Serikat. Kemitraan ini memungkinkan portofolio mereka memanfaatkan sumber daya klinis pusat medis tersebut. seperti paparan infrastruktur penelitian dan sumber daya uji klinis.

“Kemitraan ini juga akan memungkinkan para startup untuk mendapatkan manfaat dari peluang mentoring dari para dokter, peneliti, dan pengusaha layanan kesehatan global terkemuka lainnya,” kata Tan.

Porsi lebih untuk deep tech

Investasi ke sektor deep tech memang tengah menggeliat di dunia. Menurut laporan BCG, tahun ini sekitar 20% dana VC diinvestasikan ke sektor ini. Secara total, pada H1 2023 sekurangnya $40 miliar telah disalurkan ke startup deep tech global.

Dalam 5 tahun terakhir, SEEDS banyak berinvestasi ke startup deep tech khususnya bidang biotech, climate-tech, dan manufaktur tingkat lanjut. Menurut Tan, hal ini disebabkan oleh semakin matanya ekosistem deep tech di kawasan ini, termasuk dari sisi talenta, program akselerator, hingga investor yang masuk ke segmen ini. “Dan tentunya adanya peningkatan pengusaha ‘bilingual’ yang mampu memadukan kemampuan ilmiah yang kuat dengan pola pikir komersial dalam mendirikan usaha tersebut,” ujarnya.

Tan melanjutkan, “Yang lebih penting lagi, pendorong terbesarnya adalah permintaan akan solusi dan teknologi terobosan yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan Asia Tenggara dalam melayani kebutuhan penduduknya, seperti layanan kesehatan dan urbanisasi.”

Dicontohkan SEEDS telah berinvestasi ke AMILI, sebuah startup mikrobioma usus presisi, yang melakukan studi untuk memahami kekhususan mikrobioma usus Asia guna menemukan wawasan dan mengembangkan intervensi kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan populasi Asia. Tahun ini investor East Ventures turut mendanai startup tersebut.

Portofolio lainnya adalah Transcelestial, startup komunikasi laser nirkabel, bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi, ISP, dan mitra perusahaan untuk menerapkan sistem Centauri. Sistem tersebut menyediakan konektivitas 4G di rumah dan kantor secara lebih baik tanpa kabel bawah tanah atau perangkat berbasis frekuensi radio yang memerlukan investasi infrastruktur mahal.

Bawa startup go-global

Ketika berinvestasi, SEEDS juga melihat potensi calon portofolionya untuk bisa berkembang secara global. Tan mengatakan bahwa Asia Tenggara saat ini menjadi bagian penting dari rencana pertumbuhan banyak perusahaan dalam portofolio mereka, mengingat kelas menengah yang berkembang pesat dan permintaan solusi atau produk yang lebih efektif, terjangkau, atau berkelanjutan.

Selain ION Mobility di Indonesia, beberapa startup lain yang pesat di luar Singapura adalah layanan agritech Singrow di Malaysia dan Thailand.

Sebagai bagian dari agensi pemerintah dalam mendukung pengembangan usaha, SEEDS ingin membawa nilai tambah dari jaringan yang dimiliki Enterprise Singapore yang saat ini telah memiliki 37 kantor global termasuk di negara-negara besar di Asia Tenggara. Enterprise Singapore sendiri juga punya mandat untuk menjembatani antara startup dengan investor, mitra, dan pangsa pasar di jaringannya.

“Inisiatif kunci lainnya adalah program Global Innovation Alliance (GIA) yang dijalankan Enterprise Singapore di pusat-pusat inovasi kunci, termasuk 4 kota di Asia Tenggara. Program akselerator GIA bertujuan mempercepat masuknya startup ke pasar dengan bantuan mitra lokal seperti Plug and Play (Jakarta & Manila), Quest Ventures (Ho Chi Minh City), dan RISE (Bangkok),” jelas Tan.

Menutup perbincangan Tan menyampaikan, walaupun fokus utama SEEDS berinvestasi ke startup berbasis di Singapura dengan aktivitas inti di sana (kantor pusat, R&D, dan manufaktur), namun bisa dipastikan para pendiri datang dari berbagai negara dan latar belakang. “Kami menyambut startup dari Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk mendirikan basis di Singapura dan bekerja sama dengan kami,” tutupnya.

Framework Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia Menurut Capres-Cawapres RI 2024

Bagaimana pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia melihat pentingnya sektor ekonomi digital? Dalam acara “Indonesia Digital Summit 2023” yang diselenggarakan oleh APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) pada Selasa, 28 November 2023, tim sukses memaparkan visi-misi ekonomi digital masing-masing calon.

DailySocial.id mencoba merangkum hal-hal yang disampaikan secara lisan dan dalam presentasi secara verbatim untuk menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca sekalian.

Timses Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN)

Timses AMIN diwakili Wijayanto Samirin. Dalam pembukaannya, ia menjelaskan paradoks yang ada di Indonesia saat ini. Ia membawa sejumlah contoh, misalnya beda nasib antara siswa di Jakarta yang bisa mendapatkan konektivitas internet sampai 50Mbps dan siswa di Flores yang hanya bisa terlayani dengan koneksi 5Mbps.

Kemudian juga tentang seorang pedagang di Jakarta yang mampu meraup untung besar dengan memanfaatkan platform e-commerce, sementara ada pedagang lain di Jawa Tengah yang susahnya justru terpuruk akibat konsumennya beralih ke layanan e-commerce.

“Yang ketiga, saya ingin bercerita tentang Deri, seorang investor muda dan sukses karena berinvestasi itu gampang, memantaunya bisa kapan pun menggunakan fintech legal. Sementara di Jawa Barat belum lama ini banyak guru honorer terjerat pinjol ilegal yang membuat hidupnya justru makin merana,” ujar Wijayanto.

Disparitas ini, menurut Wijayanto, membuat ekonomi digital tidak bisa dirasakan menyeluruh oleh semua lapisan masyarakat. Berangkat dari semangat tersebut, AMIN meyakini bahwa Indonesia Emas 2045 tidak hanya tentang pencapaian GDP per kapita US$30 ribu, tapi tentang Indonesia yang satu kemakmuran.

“Bayangkan ketika kita mendarat di ujung Papua, di Kalimantan, Aceh, Jawa bisa merasakan bahwa kita sedang tinggal di Indonesia, karena infrastruktur sama, fasilitas kesehatan yang dirasakan juga sama,” imbuhnya.

Melihat ekonomi digital yang tidak bisa dihentikan perkembangannya, AMIN meyakini bahwa ekonomi digital perlu menjadi sebuah mindset yang harus hadir di semua kebijakan. Mereka tidak ingin menganggap ekonomi digital sebagai sektor belaka, namun sebagai sebuah mindset pembangunan, dan menjadikan kolaborasi sebagai landasan untuk menyiasatinya.

Strategi AMIN

Timses AMIN membagi agenda strategi menjadi dua jenis kebijakan, yakni kebijakan umum dan kebijakan per fokus sektor.

Terkait kebijakan umum, berikut 5 poin yang akan menjadi agenda utama AMIN dalam menyongsong kemajuan ekonomi digital:

  • Menghadirkan kepastian regulasi yang memfasilitasi inovasi. Salah satu upaya yang akan dilakukan ialah menindak dan memberikan sanksi tegas kepada pinjol Di sisi lain, regulasi juga akan didesain agar memberikan fasilitas atau koridor untuk para inovator. Kuncinya dengan mendengar mereka yang terlibat langsung di lapangan.
  • Memperbaiki suplai talenta digital dan literasi digital masyarakat. Literasi digital dianggap menjadi fondasi penting, agar masyarakat bisa melindungi dirinya terhadap risiko yang timbul akibat perkembangan ekonomi digital.
  • Mendorong korporasi/UKM Indonesia berdaya di dalam dan luar negeri. Ini arahnya pada kebijakan perlindungan yang memfasilitasi, pemerintah harus mampu mendukung pertumbuhan pemain lokal tanpa menyetop kompetisi yang hadir dari pemain global.
  • Memastikan pemerataan akses dan kualitas layanan digital di Indonesia. Memastikan layanan internet dan infrastruktur digitalisasi dapat diakses secara merata dengan harga yang sama.
  • Mendongkrak mindset digital di kalangan pemerintah, baik pusat dan daerah.

Berikut ini poin-poin agenda strategis yang akan dilakukan AMIN untuk meningkatkan ekonomi digital dari 5 sub-sektor utama, yakni on-demand, e-commerce, infrastruktur digital, fintech, dan media & entertainment.

Agenda Strategis Ekonomi Digital AMIN / APINDO

“Kita weekend asyik belanja di e-commerce, tapi yang di Papua mikir ongkos kirimnya mahal. Jadi kita harus mendorong equity dengan akses yang setara […] Banyak orang bertransaksi e-commerce tapi tidak punya catatan keuangan. Sebenarnya catatan dari e-commerce bisa digunakan sebagai tools untuk mengajukan kredit di perbankan,” ujar Wijayanto menjelaskan salah satu aspek di sektor e-commerce yang akan diupayakan AMIN.

Agenda Strategis Ekonomi Digital AMIN / APINDO

Timses Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka

Timses Prabowo-Gibran diwakili Budiman Sudjatmiko. Dalam presentasinya, ia memulai dengan bercerita tentang sebuah realitas yang belum lama ini terjadi dan menjadi cerminan umum masyarakat Indonesia terhadap digitalisasi.

“Seorang anak 10 tahun di Pekalongan bunuh diri karena ditegur orang tuanya, handphone-nya diminta […] Sebuah keluarga religius dan bukan keluarga miskin. Ini memperlihatkan bahwa kita masih banyak PR panjang untuk membangun mental manusia Indonesia hidup di era digital. Dan kita tahu perkembangan era digital eksponensial,” ujarnya.

Kemudian Budiman bercerita tentang dua negara yang saat ini superpower dalam ekonomi digital, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok. Peran teknologi dan digital penting dalam membawa kedua negara tersebut untuk maju. Di AS, jika tidak ada Silicon Valley di era manufaktur, kemungkinan besar AS kalah saing dengan Jerman atau Jepang yang manufakturnya lebih maju saat itu. Sementara di Tiongkok minat besarnya dalam mengembangkan teknologi nano, quantum, hingga biotech juga membawanya menjadi negara maju seperti saat ini.

Strategi Prabowo-Gibran

Budiman menjelaskan, salah satu kunci arsitektur ekonomi digital, yakni mengubah pola pikir dari sekadar mengutamakan “layanan” menjadi “pengalaman”. Menurutnya, jika hanya berfokus pada penciptaan layanan saja, adopsinya hanya terbatas ke 2-3 indra manusia. Sementara jika bisa menyentuh aspek pengalaman, maka bisa digitalisasi itu bisa berpengaruh langsung ke dalam otak pengguna ketika mereka berinteraksi dengan layanan digital itu sendiri.

“Dan kemenangan dalam race industri digital bergantung pada kecepatan kita memasukkan pengalaman tersebut ke dalam setiap aspek digitalisasi,” ujar Budiman.

Selain mencoba mengalihkan fokus ke pengalaman, ada hal yang juga ingin digeser pemahamannya. Disampaikan Budiman, selama ini kebanyakan dari kita menganggap dunia digital sebatas aplikasi — padahal untuk bisa benar-benar menguasai dunia tersebut, dibutuhkan penguasaan ke lapisan lainnya, termasuk perangkat keras dan jaringan. Optimalisasi antara aplikasi, jaringan, dan perangkat keras ini harus menjadi pertimbangan penting untuk strategi digitalisasi ke depan.

Adapun konkretnya, metodologi yang akan diaplikasikan adalah “community driven innovation”, yakni dengan mendorong semua stakeholder dalam ekosistem digital untuk bekerja sama dalam menciptakan iklim inovasi yang sehat. Jika nantinya menang, pemerintahan Prabowo-Gibran ingin mendorong inovasi bisnis sekaligus mengurasi kesenjangan pengetahuan. Kesenjangan pengetahuan ini ditekankan, mengingat menurut Budiman saat ini kita berada di dalam knowledge-based economy.

Stakeholder dalam ekonomi digital yang harus dioptimalkan / APINDO

“Ini juga menyangkut supply and demand. Di sisi supply kita bisa mencetak talenta digital (developer, AI engineer dll) ini semua masalah teknis. Tapi di sisi demand, kita harus bisa menciptakan pasar, dan ini soal politik,  bahkan geopolitik. Ini juga soal ekonomi, bahkan geoekonomi,” imbuh Budiman.

Secara khusus ada 5 tujuan dan sasaran utama timses Prabowo-Gibran dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi digital, yakni:

  • Penciptaan nilai tambah ekonomi.
  • Keamanan data.
  • Keadilan akses.
  • Peningkatan kecerdasan kolektif.
  • Peningkatan penguasaan teknologi.

Untuk mewujudkan misi tersebut, Prabowo-Gibran meyakini bahwa inisiatif pertama harus dimulai dengan membuat “wadah analog”. Hal ini akan didesain dengan penuh kehati-hatian, karena tanpa penanganan yang tepat dapat memberikan dampak sosial, ekonomi, politik yang kurang relevan bagi Indonesia sebagai bangsa. Oleh karenanya, pembentukan IKN (Ibu Kota Negara) menjadi penting sebagai wadah analog yang nantinya menjadi pusat dari ekosistem digital tersebut.

Nantinya akan dibangun 10 kota inovasi yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia – dengan masing-masing kota akan memiliki fokus mendalam pada penelitian dan pengembangan di bidang tertentu. Tidak hanya itu, 10 kota virtual (metaverse) juga direncanakan untuk mendukung masa depan ekonomi digital. Kota-kota tersebut dibaratkan menjadi planet yang akan berkeliling di tata surya, dengan IKN sebagai mataharinya.

Optimasi IKN sebagai wadah analog inovasi berbasis teknologi di Indonesia / APINDO

Budiman cukup yakin bahwa inisiatif ini bisa berjalan, karena ia melihat sumber daya manusianya pun sebenarnya sudah siap. Banyak lulusan luar negeri yang kurang terutilisasi ketika pulang ke Indonesia – nantinya mereka akan diarahkan untuk menjadi bagian dalam pengembangan ekosistem digital ini.

Untuk membuat kota-kota ini berkelanjutan, sejumlah model bisnis juga sudah dirancang. Beberapa di antaranya dalam bentuk bisnis berbasis lahan, aktivitas, inovasi, dan penyaluran. Total investasi untuk membangun ekosistem ini diproyeksikan mencapai Rp125 triliun atau setara $8,6 miliar dengan proyeksi ROI mencapai Rp230 triliun atau $15,9 miliar dalam 10 tahun. Dan inisiatif ini ditaksirkan akan menyerap lebih dari 2,8 juta tenaga kerja lokal.

Setiap kota diestimasi akan membutuhkan investasi hampir $1 miliar, dengan perincian $557 juta untuk pengembangan infrastruktur dan $460 juta untuk fasilitas pendukung. Nantinya ada 5 goals utama yang akan dicapai, guna memastikan Indonesia terdepan dalam bidang: semiconductor, energy storage, quantum AI, biotech, dan nanotech.

Untuk penyerapan pasarnya, optimasi pasar di kalangan desa (dengan dukungan dana desa), koperasi, dan 128 juta masyarakat di Indonesia diharapkan bisa menjadi eraly-adopter dari produk/layanan inovasi digital tersebut.

Soal pengembangan sumber daya manusia, beberapa isu yang ingin diselesaikan. Mulai dari kecakapan berbahasa Inggris, kepercayaan diri dan mentalitas, kemampuan komunikasi, dukungan perangkat, peran serta pemerintah, kultur, hingga kemampuan teknologi terbaru. Penanganan tantangan ini akan direalisasikan dalam 87 program, di antaranya program joint-degree kampus lokal dan internasional, program nutrisi ibu hamil, sekolah unggulan di setiap kabupaten, dan sebagainya.

Timses Ganjar Pranowo dan Mahfud MD

Mengawali presentasi berjudul “Ekonomi Digital sebagai Generator Pertumbuhan Menuju Indonesia Maju”, Renard Widarto yang mewakili timses Ganjar-Mahfud membahas potensi nilai ekonomi digital Indonesia yang begitu besar.

Mengutip data KemenkopUKM, nilai ekonomi digital negara kita pada tahun 2023 diproyeksikan mencapai Rp4.531 triliun. Divalidasi data Google, Temasek, Bain&Company, nilai ekonomi tersebut setara 40% dari total transaksi digital di Asia Tenggara. Sehingga potensi ini tidak bisa dipandang sebelah mata dan harus dioptimalkan sebagai kekuatan ekonomi baru yang mendorong perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Strategi Ganjar-Mahfud

Dibantu kalangan muda yang telah terjun ke dalam industri digital, tim pemenangan nasional Ganjar-Mahfud merumuskan terdapat 4 aspek yang akan menjadi landasan strategi dalam visi-misi mereka menggarap kekuatan ekonomi baru ini, sebagai berikut:

  1. Aspek Sumber Daya Manusia.

Renard menyampaikan, terkait SDM ada dua filosofi penting yang harus dicermati. Pertama terkait upaya mendorong literasi digital masyarakat. Menurutnya caranya hanya satu, yakni dengan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Tindakan afirmatif yang dilakukan harus bisa meningkatkan indeks capaian (misalnya skor PISA) – dan timses Ganjar-Mahfud telah merancang program untuk menggratiskan pendidikan dari PAUD s/d SMA, plus satu keluarga miskin satu sarjana.

Filosofi kedua fokus untuk mendorong dan memfasilitasi agar anak bangsa bisa memiliki penguasaan terhadap ilmu di bidang digital dan teknologi informasi. Tujuannya mencetak lebih banyak ahli di bidang kecerdasan buatan, keamanan digital, dll dengan kaliber global. Dalam mendorong inisiatif ini, Ganjar-Mahfud akan mengoptimalkan fungsi riset, dengan mengalokasikan anggaran untuk riset minimal 1% dari PDB.

“Hari ini kita boleh prihatin karena jumlah periset kita, dalam rasio satu juta penduduk, kurang lebih hanya 1/6 dari pada Malaysia. SDM cerdas dan ahli digital tidak bisa ditawar lagi, karena ini harus menjadi satu rangkaian dalam menyiapkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia agar optimal,” ujar Renard.

  1. Infrastruktur Digital

Dalam aspek ini Renard juga menerangkan ada dua hal penting yang menjadi perhatian. Pertama terkait dengan internet yang harus mudah, murah, dan cepat – ia mengatakan dengan tagline “SEMBAKO” (Semua Bisa Konek). Ditinjau dari kecepatan rata-rata, internet di Indonesia masih kalah jauh dibanding dengan sejumlah negara tetangga. Sehingga ini penting untuk menjadi perhatikan khusus pemerintah mendatang, tentang bagaimana mengoptimalkan layanan internet – yang mana menjadi kebutuhan mendasar dalam ekonomi digital.

Gambaran kondisi dan kebutuhan infrastruktur digital Indonesia / APINDO

Kedua adalah soal data center. Saat ini kapasitas yang dimiliki Indonesia baru bisa mengakomodasi 1/3 dari total kebutuhan di tahun 2029 nanti. Selain sebagai upaya mendorong industri teknologi agar lebih mandiri, sebenarnya pengembangan data center juga bisa menjadi solusi akan surplus listrik 44% di area Jawa-Bali yang saat ini dimiliki PLN. Tentunya Renard juga menggarisbawahi bahwa pengembangan infrastruktur pusat data seperti ini harus bisa didesain dengan prinsip energi hijau dengan energi terbarukan.

  1. Industrialisasi Digital

Industrialisasi digital dinilai penting karena ekonomi digital ini benar-benar harus bisa menciptakan kekuatan ekonomi baru bagi Indonesia. Jangan sampai digitalisasi hanya menjadi wujud dari transformasi atau perpindahan dari ekonomi konvensional ke digital. Untuk itu, pemerintah perlu turut andil memastikan bahwa dalam ekonomi digital ini harus ada peran anak bangsa, tidak hanya sebagai konsumen, tapi juga terlibat dalam setiap pertambahan nilai di dalam semua mata rantainya.

“Dengan industrialisasi digital ini boleh kita bermimpi, suatu saat kita punya hp atau laptop merek dalam negeri yang mampu disandingkan secara global. Dari yang low tech sampai high tech, industri hardware-nya dikerjakan di dalam negeri,” ujar Renard.

Guna mendorong industrialisasi ini, generasi muda kita harus didukung agar bisa menghasilkan kecerdasan buatan, aplikasi, dan produk digital lainnya yang berdaya saing dunia. Pemerintah harus hadir, salah satunya melalui kurikulum siap kerja dan permodalan.

Industrialisasi digital perlu menjadi agenda penting dalam ekonomi digital / APINDO
  1. Kedaulatan digital

Setelah ketiga aspek di atas terpenuhi, kemudian yang harus diupayakan adalah kedaulatan digital. Ini menjadi sebuah indikasi ekosistem yang berdikari dan mandiri. Pemerintah harus hadir untuk menjamin bahwa kedaulatan digital terus terjadi, dengan mengeluarkan regulasi yang tepat. Dan Ganjar-Mahfud akan menelurkan sejumlah kebijakan. Pertama, perlindungan terhadap intellectual property (IP) dan data pribadi. Kedua, mendorong semua transaksi digital yang berlangsung dalam bentuk Rupiah.

“Dari mulai proses investasi sampai transaksi mikro jual-beli terkecil, semua harus dalam bentuk Rupiah dan ditempatkan di bank dalam negeri. Kita harus bergeser paradigmanya, jangan sampai ada startup yang mendapatkan investasi besar tidak dalam nilai Rupiah dan dananya pun tidak disimpan di dalam negeri. Jadi ekonomi digital kita harus mampu mendorong penguatan nilai mata uang kita sendiri,” jelas Renard.

Dan yang ketiga, pemerintah akan membuat regulasi ekonomi digital yang adil, seperti melindungi masyarakat dari predatory pricing seperti yang dewasa ini sering terjadi.

Melalui 4 agenda strategis di atas, tim pemenangan nasional Ganjar-Mahfud percaya bahwa pertumbuhan ekonomi 7% tidak menjadi angan-angan belaka, tetapi menjadi sebuah keharusan yang bisa optimis tercapai dengan ekonomi digital sebagai salah satu generatornya.

Peluang TikTok Shop Kembali Berlayar dengan Kemitraan Lokal

Rumor TikTok Shop kembali ke pasar e-commerce Indonesia mencuat pekan lalu, tepatnya sejak MenkopUKM Teten Masduki mengungkapkan bahwa raksasa teknologi asal Tiongkok tersebut tengah bernegosiasi dengan pemain e-commerce lokal untuk konsolidasi. Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Lazada, dan Shopee adalah lima pemain yang dimaksud.

Ketika dikonfirmasi, perwakilan Tiktok maupun perusahaan e-commerce terkait memilih tidak memberikan komentar.

Di Indonesia, TikTok sebagai platftorm media sosial memiliki sekitar 125 juta pengguna. Data Compas Market Insight menyebutkan, di periode 1 September 2023 – 1 Oktober 2023 (sebelum ditutup), TikTok Shop mampu membukukan penjualan produk FMCG hingga Rp1,33 triliun. Diperkirakan platform tersebut telah berdampak kepada 7.000+ seller, 3900+ brand FMCG dan 118.000+ product listing pada kategori perawatan kecantikan, makanan minuman, ibu bayi, kesehatan, serta perlengkapan rumah.

Firma riset MomentumWorks dalam publikasinya menyebutkan, sampai tahun Oktober 2023 layanan TikTok Shop mampu mengakuisisi 13,2% dari total GMV e-commerce di Asia Tenggara. Ini menjadi terbesar ketiga setelah Shopee (46,5%), Lazada (17,7%), dan Tokopedia (13,9%).

Persentase GMV e-commerce Indonesia didasarkan pada sebaran pemain / MomentumWorks
Persentase GMV e-commerce Indonesia didasarkan pada sebaran pemain / MomentumWorks

Data tersebut menjadi indikasi capaian mengesankan, apalagi di Indonesia sendiri TikTok Shop baru beroperasi sejak Q2 2021. Upaya untuk kembali ke pasar ini jelas diperjuangkan. CEO TikTok Shou Zi Chew terus mengupayakan komunikasi intens dengan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemendag dan KemenkopUKM.

Apa yang membuat TikTok Shop unggul?

Pertumbuhan eksponensial TikTok Shop bukan sebuah keberuntungan belaka. Ada strategi matang yang telah diracik dan berhasil menyuguhkan proposisi nilai yang diapresiasi pasar. Strategi bisnis ritel mereka disebut “Infinite Loop“. Pendekatan ini berfokus untuk mempertemukan konsumen dengan berbagai tahap perjalanan/proses dalam belanja (online). Melalui kekuatan konten yang dipersonalisasi, mereka mendorong hubungan yang lebih bermakna antara brand dan konsumen.

Strategi menjadi platform infinity loop menjadikan TikTok Shop unggul / TikTok
Strategi menjadi platform infinity loop menjadikan TikTok Shop unggul / TikTok

Konsep tersebut membawa konsumen pada tiga tahapan penting, sebagai berikut:

  1. TikTok mempengaruhi setiap tahap perjalanan ritel—penemuan, pertimbangan, dan pembelian—lebih efektif.
  2. Pasca-pembelian, TikTok mempertahankan pengaruhnya melalui konten yang dihasilkan pengguna seperti video unboxing dan tutorial, yang mendorong loyalitas merek dan keterlibatan komunitas.
  3. TikTok menonjol dengan menciptakan pengalaman positif yang bergema dengan pengguna, mendorong mereka untuk mengaitkan kegembiraan dan euforia dengan pembelian mereka.

Hal ini didasari sebuah survei internal pada 2021 yang mengatakan bahwa 49% pengguna TikTok menggunakan media tersebut untuk menemukan hal baru, 35% untuk belajar hal baru, dan 29% mencari inspirasi. Menurut studi yang sama, pengguna TikTok memiliki kemungkinan 1,5x lebih besar untuk segera membeli sesuatu yang mereka temukan di platform tersebut dibandingkan dengan pengguna platform lain.

Hal ini hanya bisa dilakukan saat platform penjualan tersebut terintegrasi dengan layanan konten yang dimiliki TikTok – atau disebut sebagai social commerce. Menurut beleid terbaru yang diterbitkan di Indonesia, saat ini penyelenggara media sosial seperti TikTok ataupun Meta dilarang berjualan langsung menggunakan aplikasi yang sama – harus ada pemisahan antara aplikasi media sosial dengan layanan jual beli.

Studi lain menyebutkan, sejak diluncurkan tahun 2021, TikTok Shop telah merangkul 6 juta penjual di Indonesia. Tahun 2022 mereka menguasai sekitar 5% dari GMV e-commerce nasional yang mencapai $52 miliar.

Live commerce di pemain lokal

Menurut hasil penelitian SEA Ahead Wave 5, sebagian besar konsumen di Asia Tenggara mengakses live stream melalui platform media sosial (83%) seperti Facebook Live, Instagram Live, dan YouTube Live, platform e-commerce (64%) termasuk Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya, serta platform live stream atau aplikasi khusus untuk live streaming (11%) seperti Twitch dan Periscope.

Di pasar Indonesia, 78% konsumen telah mendengar dan mengetahui tentang alternatif belanja melalui live streaming, 71% di antaranya telah mengaksesnya, dan 56% mengakui telah membeli produk melalui live streaming selama pandemi.

Tren ini mendorong sejumlah platform untuk memantapkan fitur live commerce, dengan menonjolkan fitur tersebut di aplikasi e-commerce masing-masing. Di Tokopedia misalnya, di tampilan utama mereka “Feed” menjadi salah satu menu utama. Bahkan secara rutin mereka menghadirkan promo khusus melalui siaran live yang dilakukan oleh seller – juga dengan menggandeng selebriti nasional untuk turut tampil saat sesi jualan live.

Hal serupa juga dilakukan pemain lain seperti Shopee. Shopee dikabarkan sempat bertarung sengit dengan TikTok Shop untuk memimpin pasar live shopping di Indonesia. Sejumlah rekor pernah dipecahkan, misalnya saat Raffi Ahmad live di Shopee selama 12 jam berhasil meraup omzet penjualan Rp7 miliar.

Menu Feed di Tokopedia menyajikan fitur live shopping / Tokopedia
Menu Feed di Tokopedia menyajikan fitur live shopping / Tokopedia

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa konsep yang dimiliki TikTok Shop sebenarnya sudah mulai diadopsi para pemain e-commerce lokal. Lantas pertanyaannya, jika TikTok berhasil konsolidasi dengan pemain tertentu, seperti apa integrasi yang akan dilakukan?

Peluang konsolidasi TikTok

Untuk bisa kembali hadir ke pasar e-commerce lokal, ada dua pilihan yang bisa diambil Tiktok: (1) membuat aplikasi TikTok Shop secara terpisah; (2) berkolaborasi dengan pemain lain.

Dengan rumor penjajakan di atas, opsi kedua sepertinya akan dipilih TikTok. Ini pilihan yang cukup masuk akal, mengingat ketika berbicara tentang bisnis e-commerce, dependensinya bukan hanya soal platform penjualan saja, melainkan juga terkait infrastruktur pendukung seperti fulfillment, logistic, payment, affiliate, hingga customer services.

Tentu tantangan selanjutnya adalah bagaimana integrasi TikTok dengan calon mitranya bisa dilakukan sehingga strategi infinity loop tersebut tetap bisa dilakukan.

Kami beranggapan ada beberapa skenario yang bisa dilakukan, yaitu:

  1. Embedded E-commerce; memungkinkan keranjang belanja di TikTok kembali aktif, memungkinkan pengguna secara langsung (tanpa pindah aplikasi) untuk melakukan transaksi pembelian. Namun yang berperan melakukan transaksi (di backend) adalah layanan e-commerce yang menjadi mitra. Sistem e-commerce terhubung secara mulus ke dalam layanan TikTok melalui sambungan API khusus antarsistem.
  2. Integrated Affiliation; memungkinkan TikTok menjadi medium promosi yang lebih terintegrasi. Setiap produk yang memungkinkan untuk dibeli akan memiliki tautan penjualan ke toko tertentu. Dan ketika toko tersebut dikunjungi, secara otomatis akan mengalihkan pengguna ke layanan e-commerce tertentu untuk menyelesaikan transaksi.
  3. Acquisition; TikTok mengakuisisi unit e-commerce tertentu untuk menyulapnya menjadi TikTok Shop generasi berikutnya.

Sebagai catatan, skenario tersebut adalah perkiraan dari kami – tidak didasari oleh pernyataan resmi pihak terkait. Tiga skenario di atas (jika dilakukan) setidaknya sudah mematuhi regulasi yang diatur pemerintah. Pada dasarnya ada dua unit bisnis yang dijalankan dalam dua entitas yang berbeda, kendati memiliki keterhubungan yang dekat satu dengan lainnya.

Dampak untuk pasar e-commerce lokal

Laporan terbaru e-Conomy SEA 2023 memproyeksikan sektor e-commerce di Indonesia akan mencapai $62 miliar di tahun ini dan bertumbuh hingga senilai $82 miliar di tahun 2025. Jelas ini bukan nilai industri yang kecil, sehingga semua pemain industri terus berusaha untuk menjadi yang terdepan.

Keberhasilan TikTok melakukan konsolidasi dengan salah satu pemain e-commerce lokal berpotensi mengubah lanskap persaingan. Dengan basis pengguna besar yang sudah dimiliki, TikTok dapat mendorong keputusan pembelian ke suatu produk dengan lebih baik. Kebiasaan baru yang disuguhkan lewat TikTok Shop juga berpotensi dihidupkan kembali untuk mengalirkan keran-keran yang sebelumnya terhenti akibat penghentian operasional TikTok Shop.

Gegap-gempita penutupan TikTok Shop bulan lalu juga menunjukkan seberapa signifikannya pengaruh TikTok Shop untuk pasar jual-beli online di Indonesia. Awalnya TikTok Shop (dan platform social commerce lainnya) “dituduh” menjadi salah satu penyebab utama sektor ritel tradisional tertentu sepi dan membukakan pintu untuk produk impor (yang mana berpotensi membunuh UMKM lokal). Nyatanya pasca-penutupan, Tanah Abang masih saja sepi peminat.

Isu tersebut memang sensitif, sehingga saat nanti TikTok Shop come back –dengan skenario apapun—diharapkan membuktikan bahwa mereka justru berpihak dengan UMKM Indonesia.

Teknologi telah mendemokratisasi sektor ritel Indonesia. Secara bersamaan ia juga berhasil membuka berbagai peluang baru untuk mengangkat harkat perekonomian banyak orang di penjuru nusantara. Hadirnya layanan inovatif diharapkan dapat mengakselerasi perputaran ekonomi, sembari menghadirkan layanan inklusif agar bisa turut memeratakan kesejahteraan di seluruh penjuru negeri.