Accelerating Asia Kembali Umumkan Startup Binaan, HealthPro Peserta Terpilih dari Indonesia

Accelerating Asia, pemodal ventura sekaligus program akselerator startup tahap awal kembali mengumumkan 10 startup terpilih untuk Cohort 7. Para peserta berasal dari berbagai negara, mulai dari Asia Selatan (Bangladesh, Pakistan), Asia Tenggara (Filipina, Myanmar, Singapura, Malaysia, Indonesia dan Thailand), hingga Asia Timur (Korea).

Program ini bersifat sektor agnostik, dapat diikuti oleh startup dari berbagai lanskap industri. Para startup terpilih di Cohort 7 ini adalah Cocotel, Hishabee, K-Link, Kooky.io, Safe Truck, Shoplinks, Easy Rice Digital Technology, BizB, Ulisse, dan terakhir HealthPro dari Indonesia.

Dalam rilis resminya General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo mengungkapkan, investasi baru tersebut membawa portofolio Accelerating Asia menjadi 60 startup dan telah mengumpulkan total investasi lebih dari $50 juta. Untuk peserta di Cohort 7 sendiri telah mengumpulkan $5,2 juta, sebelum bergabung dengan program akselerator.

Investasi baru di Cohort 7 juga diklaim memiliki daya tarik pasar dan pertumbuhan pendapatan dengan nilai rata-rata GMV lebih dari $46.000 per bulan dan rata-rata pendapatan bulanan lebih dari $13.000.

“Apa yang kami lihat di Cohort 7 adalah semacam inflasi kesuksesan. Sepuluh startup yang kami investasikan memiliki pencapaian yang lebih signifikan dalam pendapatan, akuisisi pengguna, dan metrik lainnya yang biasanya diasosiasikan dengan startup tahap awal.”

Para startup yang lolos dalam Cohort teranyar ini sebelumnya telah melalui proses kurasi ketat. Tercatat ada sekitar 600 startup yang mendaftarkan dalam program.  Jumlah tersebut meningkat hingga 232% sejak batch pertama hingga saat ini.

Sejak tahun 2019, Accelerating Asia telah berinvestasi pada 100 lebih pendiri dari 60 startup, menjadikan mereka sebagai salah satu investor paling aktif di startup tahapan pra-seri A di Asia Tenggara dan Selatan.

Fokus kepada profitabilitas

Menurut Co-founder dan General Partner Craig Bristol Dixon, Accelerating Asia selalu berinvestasi kepada bisnis yang dapat menghasilkan uang secara langsung dan difokuskan kepada rencana keuangan yang cerdas dan pendiri yang dapat memonetisasi celah di pasar dalam jangka pendek.

“Dalam hal investasi kami mengikuti strategi sederhana, yang pertama kami kembali kepada organisasi yang dapat menghasilkan uang dalam iklim ekonomi apa pun, kedua pendiri yang dapat bernavigasi dalam kondisi pasar apapun,” kata Dixon.

Accelerating Asia meluncurkan Fund II pada tahun 2021, Cohort 7 adalah investasi gelombang ketiga untuk Fund II yang akan memberikan modal di seluruh startup pra-seri A di kawasan Asia Tenggara dan Selatan.

“Ketika kami mulai beroperasi beberapa tahun lalu, ide Accelerating Asia masih kepada visi ke depan untuk Asia Pasifik. Sekarang saya senang melihat bahwa itu berjalan dengan baik, lebih banyak startup melakukan scale-up secara cepat. Sebagian besar berkat sistem dukungan yang dapat mereka gunakan,
yang mencakup semuanya, mulai dari acara dan konferensi hingga sindikasi angel investor,” kata Naidoo.

Sejak meluncurkan program mereka sudah banyak startup asal Indonesia yang mengalami pertumbuhan positif. Mulai dari TransTRACK.ID dan Tokban yang merupakan peserta dalam Cohort 6; hingga Karyakarsa yang telah mengumpulkan pendanaan putaran awal senilai $498.000 dari Accelerating Asia, Sketchnote Partners, serta angel investor ternama.

Ruangguru Lakukan Efisiensi Bisnis, Fokus Perdalam Model “Hybrid Learning”

Ruangguru telah melakukan layoff terhadap ratusan karyawannya. Tanpa menyebut angka pasti, pihak perusahaan telah mengonfirmasi kabar ini pada akhir pekan lalu. Tentu ini menambah daftar panjang startup teknologi lokal yang melakukan PHK dengan dalih efisiensi bisnis (menuju profitabilitas).

Sebagai platform edtech dengan layanan terlengkap, Ruangguru menjadi startup yang cukup disorot selama pandemi. Layanannya dinilai efektif untuk pembelajaran daring, terbukti mereka berhasil membukukan 22 juta pengguna pada tahun 2020 lalu.

Perusahaan juga mengatakan, tahun 2021 mereka mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produk dan pertumbuhan pendapatan berlipat ganda, menandai tahun pertamanya di titik profitabilitas. Anak usaha Ruangguru, yakni Skill Academy juga menjadi platform yang paling laris memfasilitasi program peningkatan kompetensi dari pemerintah dalam Kartu Pra-Kerja.

Dari tren pertumbuhan tersebut, akhirnya Ruangguru melakukan perekrutan besar-besaran, dengan harapan tetap bisa mempertahankan dan meningkatkan growth. Namun kondisi sosial dan ekonomi yang sangat dinamis pasca-pandemi, justru memberikan dampak yang kurang baik untuk “kesehatan” perusahaan.

Dua co-founder Ruangguru (Belva dan Iman) dalam keterangan resminya mengatakan:

“Di awal pandemi, layanan Ruangguru mengalami peningkatan permintaan yang besar yang berujung pada rekrutmen yang terlalu banyak dan terlalu cepat dalam dua tahun terakhir. Ditambah lagi, situasi ekonomi global belakangan ini memburuk secara drastis dan berada pada titik terendah dalam puluhan tahun terakhir, terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga yang membuat iklim investasi dunia memburuk secara signifikan. Hal ini berdampak luas kepada komunitas startup teknologi global, termasuk kami di Ruangguru.”

“Teman-teman yang terdampak memperoleh pesangon, penghargaan masa kerja dan penggantian hak sesuai UU, perpanjangan asuransi dan gaji bulan terakhir bekerja dibayarkan penuh. Kami pun mengalokasikan tim rekruter Ruangguru khusus untuk memberikan dukungan pencarian perkerjaan, konsultasi psikologis, dan akses kelas pengembangan karier jika dibutuhkan.”

Baru peroleh pendanaan 800 miliar Rupiah

Menyusul pertumbuhan positif yang didapat satu tahun sebelumnya, pada pertengahan tahun 2021 lalu Ruangguru mengantongi pendanaan senilai $55 juta (lebih dari 800 miliar Rupiah) dipimpin Tiger Global Management. Putaran ini adalah lanjutan dari seri C yang diumumkan pada 2019 lalu, dipimpin oleh General Atlantic dan GGV Capital.

Secara valuasi, menurut sumber data yang kami dapat, saat ini kisarannya sudah mendekati status “unicorn”. Menjadikan Ruangguru startup pendidikan paling bernilai di negara ini.

Disampaikan lebih jauh dalam rilis pendanaan yang kami terima, dengan dengan peningkatan adopsi pembelajaran online yang dipercepat oleh pandemi Covid-19 global, Ruangguru telah mendorong pertumbuhan volume pengguna yang signifikan sepanjang tahun 2020.

Gerak lincah Ruangguru juga dimaksimalkan dengan ekspansi. Mereka masuk ke Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya.

Sesuaikan layanan

Turut disampaikan, langkah selanjutnya yang akan dilakukan Ruangguru adalah menggencarkan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen pasca-pandemi. Salah satunya dengan fokus menyajikan hybrid learning memanfaatkan layanan aplikasi dan ruang belajar offline di Ruangguru Learning Centers. Saat ini tempat pembelajaran tersebut sudah memiliki 100+ cabang d berbagai kota.

Strategi serupa juga diterapkan rival Ruangguru, yakni Zenius. Setelah sempat melakukan layoff yang cukup masih pada Mei 2022 lalu, perusahaan mengatakan komitmennya untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih sesuai dengan tren masyarakat saat ini. Salah satunya dengan mengoptimalkan jaringan Primagama yang tersebar di berbagai lapis kota.

Edtech memang cukup terakselerasi akibat pandemi. Namun adaptasi cepat yang dilakukan masyarakat kadang masih bersifat “prematur”. Transformasi yang harusnya dilakukan secara bertahap, dipaksa untuk diadopsi secara penuh. Akibatnya ada pengalaman belajar yang dirasa kurang, akibat gap yang belum bisa dijembatani — misalnya terkait kebiasaan belajar sampai terkait hal-hal teknis.

Di titik ini bukan berarti edtech dianggap tidak relevan lagi, melainkan harus mencari cara baru untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Persis apa yang diyakini Belva dan Iman:

“Kami tetap sangat optimis dengan prospek dan posisi unik yang dimiliki oleh Ruangguru di sektor teknologi pendidikan di Indonesia […] Kami yakin dengan terus bekerja secara efektif dan efisien, kita akan keluar dari tantangan ekonomi global ini lebih kuat dan tangguh dari sebelumnya.”

Platform Rentalworks Meluncur di Indonesia, Sajikan Layanan Penyewaan dan Manajemen Perangkat IT Bisnis

Aset teknologi merupakan salah satu yang penting dalam operasional bisnis. Ini termasuk perangkat seperti laptop yang biasa digunakan para karyawan untuk menunjang produktivitasnya. Namun pada kenyataannya, pengelolaan perangkat kantor ini kadang memiliki tantangan tersendiri, misalnya terkait dengan penyegaran perangkat yang performanya sudah tidak bagus lagi.

Melihat pain points ini, Rentalworks hadir dengan layanan on-demand untuk penyewaan dan manajemen perangkat IT untuk bisnis. Startup asal Malaysia ini baru saja meresmikan debutnya di Indonesia, setelah sebelumnya terlebih dulu menjajaki pasar Singapura.

Kepada DailySocial.id, Country Manager Rentalworks Indonesia Primawan Badri mengungkapkan rencana dan target perusahaan untuk menghadirkan layanan kepada korporasi hingga UMKM di Indonesia.

Berfungsi sebagai “Device as a Service”

Rentalworks Indonesia meresmikan cabang pertamanya pada 12 Oktober 2022 lalu. Secara khusus mereka membantu perusahaan menavigasi lifecycle aset TI mulai dari proses akuisisi, pemeliharaan, hingga penyegaran perangkat melalui solusi leasing terpadu. Adapun target utama mereka cukup beragam, mulai dari usaha berukuran UMKM hingga perusahaan besar.

“Kami menggabungkan layanan keuangan teknologi dan asset end-of-life management. Kami menyediakan manajemen berbagai aset ICT yang seamless dan terintegrasi, sehingga perusahaan dapat fokus pada pengembangan bisnis mereka,” ujar Primawan.

Selain untuk memperlancar cash flow bisnis, menyewa juga merupakan sarana yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sirkular (circular economy). Sebagai provider penyewaan & manajemen aset IT, Rentalworks ingin berkontribusi pada hal tersebut dengan memungkinkan para pelanggan untuk mendapatkan perangkat IT yang mereka butuhkan tanpa harus membeli.

“Ke depannya kami melihat bawah akan semakin banyak orang yang beralih dari pembelian ke penyewaan & manajemen aset teknologi, kami sebut sebagai Device as a Service. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu alasan utamanya adalah perusahaan tidak perlu lagi repot-repot melakukan pengadaan, pembaruan, dan pemeliharaan berkala.”

Strategi monetisasi yang dilancarkan oleh Rentalworks adalah, untuk sewa cukup dengan berlangganan, dengan pilihan pembayaran bulanan atau dalam waktu 3 bulan, baik untuk sewa jangka pendek maupun jangka panjang. Termasuk di dalamnya layanan dan perangkat lunak yang dibutuhkan oleh pelanggan.

“Bahkan di tahap awal kami sudah menerapkan monetisasi sejak hari pertama. Selanjutnya kami akan menambahkan lebih banyak metode dengan menggabungkan, menawarkan solusi khusus dengan lebih banyak komponen bernilai tambah, dan menjual lebih banyak layanan,” kata Primawan.

Menyasar bisnis UMKM

Melalui layanan penyewaan dan manajemen aset IT kami, Rentalworks Indonesia ingin membantu digitalisasi dari 62 juta UMKM di Indonesia, sehingga mereka dapat bersaing dengan lebih baik lagi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara pesat.

“Kami menyediakan layanan untuk semua ukuran bisnis di Indonesia, dari yang kecil hingga besar. Namun salah satu target utama kami adalah bisnis UMKM, dan bisnis dengan jumlah karyawan kurang dari 500.”

Disinggung apa yang membedakan Rentalworks dengan platform serupa lainnya, secara khusus mereka menggabungkan bagian layanan TI dan pembiayaan teknologi di bawah satu atap. Sementara layanan yang lain kebanyakan hanya memiliki layanan TI dan perlu mencari pembiayaan dari pihak lain.

“Untuk persaingan, sebenarnya banyak yang menawarkan jasa rental/sewa aset IT, namun mayoritas adalah untuk jangka pendek (event harian/mingguan). Yang menawarkan penyewaan dan manajemen aset IT dalam timeline yang berkepanjangan seperti Rentalworks masih jauh lebih sedikit.”

Untuk bisa terus menjangkau lebih banyak klien, perusahaan melancarkan strategi dengan menciptakan kesadaran dan memberikan benefit layanan  kepada pelanggan. Rentalworks juga terus memperluas jaringan pelanggan secara langsung hingga memanfaatkan mitra. Tercatat perusahaan seperti HP, Dell, Lenovo dan Acer sudah menjadi mitra dari Rentalworks.

“Tahun depan kami berharap dapat memperluas basis pelanggan kami secara nasional, melayani lebih banyak segmen dan vertikal, dan memperluas cakupan layanan kami, menawarkan lebih banyak solusi kepada pelanggan kami.”

B Capital Ungkapkan Potensi B2B Commerce di Indonesia

B2B commerce merupakan salah satu bisnis turunan dari e-commerce, yang menargetkan pebisnis (UMKM ataupun korporasi) sebagai pangsa pasarnya. Berbeda dengan e-commerce yang umum digunakan konsumen akhir, model B2B memiliki kapabilitas yang unik, disesuaikan kebutuhan pelaku bisnis dalam melakukan pengadaan barang ataupun pembiayaan.

B Capital adalah salah satu pemodal ventura global yang juga memiliki porsi untuk startup Indonesia. Salah satu hipotesis investasinya ada di area B2B Commerce. Mereka menyebut, momentum digitalisasi UMKM menjadi titik kunci yang membuka potensi besar pengembangan B2B Commerce di Indonesia dan Asia Tenggara.

Selain itu, faktor lain yang juga disoroti adalah pentingnya pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan relasi, memastikan kesesuaian antara produk dan pasar, serta future-proofing untuk memberikan pemain B2B visibilitas yang lebih luas di seluruh rantai nilai.

Untuk membicarakannya lebih detail, VP Strategy & Operation B Capital Karl Noronha, menyampaikan sejumlah strategi yang bisa diterapkan oleh startup di Indonesia yang ingin menyasar segmen B2B.

Unit ekonomi B2B commerce

Terkait hipotesis B Capital tentang potensi B2B commerce di Indonesia, Noronha menegaskan bahwa model bisnis tersebut telah menjadi salah satu vertikal utama firmanya. Ada beberapa alasan yang melandasi, di antaranya adalah pasar B2B yang terus tumbuh di kalangan menegah hingga meningkatnya adopsi digital di seluruh rantai pasokan (first mile/last mile, pergudangan, manajemen transaksi, dan pemasaran).

Sementara itu founder dan founding team yang kuat dengan pengetahuan industri yang mendalam dan pengalaman eksekusi terkait dengan lanskap B2B/ritel, juga menjadi alasan besarnya peluang B2B commerce saat ini di Indonesia.

Mereka juga melihat adanya pergeseran fokus di sektor B2B commerce, yang awalnya pengadaan untuk korporasi, sekarang kebanyakan bermain dalam rantai pasokan untuk UMKM. Menurut Noronha, secara unit ekonomi apakah langkah tersebut menjadi lebih profitable atau tidak, semua tergantung kepada margin value chain. Namun sebagai aturan umum, pemain B2B commerce dapat meningkatkan ekonomi unit mereka dan mencapai EBITDA+.

Hal itu bisa terjadi jika startup terkait mampu mengembangkan hubungan di sisi prinsipal/permintaan yang kuat. Kemudian memiliki kontrak penawaran eksklusif/jangka panjang. Juga membangun hubungan dengan toko/kontraktor ritel yang kurang terlayani yang bersedia membayar lebih untuk distribusi yang bisa diandalkan.

“Kami biasanya melihat pemain B2B commerce memulai dengan mendistribusikan produk komoditas dengan margin rendah, untuk mengembangkan jaringan distribusi/kontrak mereka. Seiring berjalannya waktu, mereka akan mencoba bertransisi untuk menjual barang bernilai lebih tinggi, membangun hubungan prinsipal langsung atau mengembangkan produk private label mereka sendiri untuk meningkatkan margin mereka dan menjadi mitra yang lebih bernilai bagi pengecer/pelanggan akhir.”

Perkembangan B2B commerce juga cukup signifikan, tren teranyar juga terjadi di ranah material/konstruksi. Melihat tren tersebut Noronha mengungkapkan, potensi sektor material/konstruksi B2B memiliki Serviceable Available Market (SAM) yang besar. Secara internal, B Capital memperkirakan mencapai $33 miliar. Namun demikian itu bisa sangat konservatif, mengingat pemerintah telah mengumumkan lebih dari $460 miliar proyek infrastruktur yang akan diselesaikan pada tahun 2026.

“Pasar konstruksi/material Indonesia sangat terfragmentasi dalam hal inovasi produk, pengadaan, dan digitalisasi. Perusahaan konstruksi skala kecil hingga menengah biasanya mengambil bahan dari basis pemasok UMKM yang tidak terorganisir yang memiliki rangkaian produk terbatas dan kontrol kualitas serta ketertelusuran sehubungan dengan pengiriman.”

Strategi mengakuisisi “warung”

Layanan B2B commcere juga mulai banyak yang memfokuskan untuk mengakomodasi kebutuhan pengadaan di warung. Bagi startup yang saat ini mengincar warung sebagai target pasar mereka, ada beberapa strategi yang dibagikan oleh Noronha untuk bisa bersaing secara positif, yaitu fokus kepada dua acquisition channel.

Yang pertama adalah dengan melancarkan pendekatan secara langsung. Idealnya memiliki tenaga penjualan khusus yang bertanggung jawab untuk orientasi pelanggan, membantu memenuhi pesanan, mendorong kampanye penjualan dan pemasaran (untuk pemasok) dan memberikan dukungan pelanggan secara umum.

“Dengan memiliki agen yang langsung turun ke lapangan, bisa membangun hubungan dengan masyarakat dan pemilik warung. Ke depannya, tim penjualan tersebut dapat melatih pemilik/operator warung untuk memesan ulang dan mengelola dukungan pelanggan langsung melalui aplikasi mereka.”

Strategi lainnya yang juga bisa diterapkan adalah fokus kepada pendekatan digital. Apakah itu melalui media sosial seperti Facebook atau lainnya, beberapa perusahaan B2B telah mengadopsi pendekatan digital untuk mengakuisisi warung. Pendekatan ini telah berhasil dilakukan di antara penjual komunitas (seperti Teman Ula) yang paham digital dan melakukan agregasi permintaan melalui WhatsApp dan melakukan pemesanan gabungan pada aplikasi seperti Ula.

Mengunjungi “JID LaunchPad”, Pusat Inovasi Teknologi Berkelanjutan di Singapura

Salah satu lokasi yang saat ini menjadi tempat berkumpulnya komunitas startup dan entrepreneur di Singapura adalah LaunchPad yang terletak di Jurong Innovation District (JID). Lokasi yang sengaja dibangun untuk menjadi area uji coba hingga kolaborasi pembelajaran ini dilengkapi dengan fasilitas hingga peralatan pendukung, untuk mengembangkan starup agritech, deep tech, IoT, dan lainnya.

Fokus kepada teknologi berkelanjutan

Microfactory (mFac) adalah salah satu “studio” di area tersebut yang telah membawa banyak ide startup ke prototipe, kemudian ke produk kerja yang layak. mFac difungsikan sebagai pusat komunitas, memungkinkan para pemula dapat saling belajar, bertukar pengetahuan, dan berkolaborasi dalam proyek tertentu.

Tempat ini juga menawarkan lingkungan yang kondusif bagi para pemula untuk menguji coba dan menyempurnakan solusi mereka. Ruang kerja tersebut dilengkapi dengan mesin 3D scanner, 3D printer, mesin CNC, dan alat teknik lainnya.

Mesin 3D Printer

Dalam situs resminya Managing Director of Mistletoe Singapore Atsushi Taira mengungkapkan, “Tantangan kami selanjutnya adalah memberdayakan masyarakat dengan alat produksi. Kami melakukan ini dengan membuat pabrik mikro di setiap komunitas, memberi orang alat dan perlengkapan untuk membangun apa yang mereka inginkan.”

Selanjutnya ada Mistletoe, sebuah ruang kolektif yang berfokus pada “proyek berdampak” untuk mengatasi tantangan besar yang memengaruhi masyarakat. Didirikan di Jepang dan berkantor pusat di Singapura, Mistletoe memiliki portofolio lebih dari 200 startup berdampak.

Pada bulan September 2019, Mistletoe bermitra dengan Singapura JTC untuk memulai Audacity, taman bermain komunitas untuk inovator. Misi Audacity adalah memberdayakan generasi berikutnya untuk mengembangkan teknologi ground-up baru untuk membuat prototipe kota masa depan.

Fokus kepada teknologi yang berkelanjutan menjadi salah satu misi dari pemerintah Singapura. Dengan mengedepankan teknologi, komunitas startup setempat diberikan platform yang lengkap untuk mengembangkan inovasi yang relevan dan selaras dengan rencana dari pemerintah.

Komunitas “green startup” di LaunchPad JID

Meskipun memiliki beragam kategori startup, namun green startup atau startup yang fokus kepada lingkungan terlihat cukup signifikan di LaunchPad. Ekosistem startup di LaunchPad sendiri telah terkurasi untuk memastikan memiliki akses ke sumber daya yang mereka butuhkan. Lebih dari 40 inkubator, akselerator, dan enabler menjalankan program di LaunchPad.

Salah satu startup asal Singapura yang telah bergabung dalam komunitas tersebut di antaranya adalah Soil Social. Startup yang fokus kepada waste management ini, berfokus kepada pengembangan dan pembaruan tanah berkualitas tinggi untuk menumbuhkan tanaman. Gerakan yang mereka lancarkan adalah, melakukan kompos sampah sendiri di rumah. Setelah diolah nantinya kompos tersebut bisa digunakan untuk menanam tanaman. Soil Social didirikan oleh Jayden dan Ee Peng.

Startup lainnya yang juga terlibat dalam komunitas tersebut adalah Insect Feed Technologies. Dalam hal ini pendiri Sean Tan menyadari potensi Black Soldier Flies (BSF) sebagai alternatif pakan tradisional dan pupuk yang digunakan dalam pertanian.

Startup lainnya yang juga masuk dalam ekosistem LauncPad JID adalah Xinterra. Didukung oleh para pendirinya yang sudah sangat berpengalaman dan pakar dibidangnya, Xinterra menggabungkan artificial intelligence dengan eksperimen untuk mendorong batas-batas inovasi ilmu material. Xinterra menciptakan bahan terobosan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dan lebih terjangkau.

Ketiga startup tersebut secara khusus menghadirkan solusi berkelanjutan yang akan mendukung sektor pertanian dan aquaculture.

Kategori yang memang menjadi fokus dari LauncPad JID. Selain startup yang bisa bergabung dalam komunitas LaunchPad JID, inkubator hingga perusahaan komersial berupa venture capital yang mendukung ekosistem startup juga bisa bergabung dalam komunitas LaunchPad JID Singapura.

Transformasi Wifkain Menghubungkan Pebisnis Fashion dan Manufaktur, Siap Ekspansi ke Uni Emirat Arab

Berawal sebagai marketplace untuk produk tekstil, kini Wifkain bertransformasi menjadi platform Manufacturing-as-a-Service (MaaS), layanan multifungsi yang memungkinkan pemilik bisnis fashion mendapatkan sumber bahan baku dan semua kebutuhan produksi bisnis secara lebih praktis.

Kepada DailySocial.id, Co-founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan menyampaikan rencana Wifkain untuk menambah jumlah brand hingga melakukan ekspansi ke Uni Emirat Arab.

Menjembatani pembeli dan manufaktur

Salah satu industri yang belum tersentuh teknologi, seperti proses dan otomasi, adalah fashion. Rumitnya proses hingga sulitnya pencarian atau discovery yang harus dilakukan oleh pebisnis fashion dari awal hingga akhir, menjadi salah satu alasan Wifkain berdiri.

Pandemi yang sempat mengganggu industri fashion pada dua tahun lalu, menjadi momen tepat bagi Wifkain untuk membantu pembeli dan brand di segmen menengah ke atas hingga UMKM dalam menemukan manufaktur yang relevan untuk melancarkan bisnis mereka. Saat ini, kondisi industri fashion mulai memulih.

Menurut Sara, ada perubahan yang cukup signifikan terjadi saat pandemi. Jika dulu banyak pemain mengandalkan produk impor dari negara lain, seperti Tiongkok, kini mereka mengandalkan tenaga dan tim lokal di dalam ekosistemnya.

“Saat pasar sudah mulai pulih kembali setelah first wave pandemi, kami melihat ini sebagai kesempatan untuk Wifkain. Kami melihat akan banyak lokalisasi manufacturing bukan hanya di Indonesia, tetapi juga negara lainnya,” kata Sara.

Berdiri sejak 2020, Wifkain adalah platform penyedia layanan manufaktur yang dapat memenuhi segala kebutuhan produksi bisnis fashion secara lebih praktis. Memosisikan diri sebagai pionir, Wifkain membidik sebagai platform berbasis teknologi pertama untuk memenuhi kebutuhan rantai pasok (supply chain) tekstil bagi fashion brand di Indonesia.

Layanan MaaS dari Wifkain akan memudahkan pengusaha untuk mendapatkan desain atau pola jahit yang sesuai dengan keinginan, serta mempermudah dan mempercepat proses textile procurement, manufacturing, quality assurance, dan penyediaan logistik.

“Proses supply chain yang terjadi di Indonesia saat ini masih long tail. Semakin downstream, semakin fragmented prosesnya. Wifkain hadir untuk mengotomasi proses tersebut,” kata Sara.

Saat ini, Wifkain memiliki sekitar 200 mitra, terdiri dari 60 pabrik dan sisanya adalah trader, distributor, dan penjahit. Semua mitra telah melalui proses kurasi yang ketat sebelum bergabung ke ekosistem Wifkain. Hal tersebut dilakukan guna memberikan kepastian dan jaminan kepada brand. Strategi monetisasi yang dilancarkan oleh Wifkain adalah langsung kepada mitra mereka.

Ekspansi ke Uni Emirat Arab

Didukung oleh teknologi, Wifkain ingin menghadirkan sebuah fitur yang bisa digunakan oleh pembeli untuk memonitor pembuatan atau proses produk yang mereka pesan. Fitur ini bisa meminimalisasi terjadinya pengiriman yang terlambat dan masalah lainnya.

Untuk mitra, teknologi tersebut diharapakan dapat memonitor kinerja pekerja mereka agar lebih transparan. Praktik ini sebelumnya sudah dilancarkan oleh industri fashion di Tiongkok. Saat ini, khususnya di Indonesia, semua proses tersebut masih banyak dilakukan secara konvensional.

Roadmap perusahaan ke depan adalah menciptakan tech-enabled tracking di garmen untuk menyediakan buyers daily output berupa monitoring process. Dari sisi pabrik, mereka bisa memonitor working flow labour menjadi lebih transparan,” ucap Sara.

Tahun depan perusahaan juga akan melancarkan ekspansi ke Uni Emirat Arab. Masih dalam proses penjajakan, adanya kesamaan iklim hingga besarnya potensi fashion muslim di Indonesia, menjadikan rencana ekspansi tersebut tepat dan relevan.

Sebagai informasi, Wifkain telah mengantongi pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan nominal yang dirahasiakan. Sejumlah angel investor terkemuka ikut berpartisipasi pada putaran ini, termasuk CEO Atome Financial Indonesia Wawan Salum.

Bersama dengan Co-founder lainnya, yakni Rudy Setyo Hartono dan Chindera Soewandy, dana segar tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Wifkain memperluas jangkauan bisnisnya ke UMKM dan pemilik fashion brand, meningkatkan jumlah merchant, dan membangun tim.

Kemitraan strategis dengan KoinWorks

Untuk memperkuat komitmen, Wifkain menggandeng KoinWorks sebagai mitra strategis untuk menyediakan supply chain financing bagi mitra pabrik dan fashion brand yang menjadi partner dan kliennya.

Masih banyak perbankan hingga institusi finansial yang belum menjangkau para pebisnis fashion dalam melancarkan bisnis mereka. Ini menjadi alasan kuat Wifkain dan KoinWorks untuk memfasilitasi supply chain financing. Solusi ini dilihat sangat tepat untuk membantu pebisnis fashion, bukan hanya dukungan dalam pemenuhan bahan.

“Solusi pendanaan ini memberikan jaminan pembayaran menjadi lebih baik. KoinWorks menjadi mitra yang tepat bagi kami untuk menawarkan pembiayaan kepada para buyer. Dari sisi fund flow, kami pastikan pendanaan ini digunakan untuk working capital sehingga tidak disalahgunakan untuk penggunaan yang tidak tepat,” tuturnya.

Industri fashion tercatat sebagai salah satu industri dengan kontribusi terbesar dalam perekonomian Indonesia. Menurut laporan Euromonitor International, bisnis fashion berkontribusi sebesar 18,01% dari Gross Domestic Product (GDP) di Indonesia dengan CAGR sebesar 9%-10% untuk kategori womenswear, menswear, dan childrenswear. Selain itu, tekstil dan manufacturing menempati peringkat ke-12 di Asia Tenggara dengan pertumbuhan CAGR sebesar 5%.

Melihat besarnya peran industri fashion, Wifkain dan KoinWorks berharap kolaborasi ini dapat mendukung lebih banyak lagi UMKM sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri fashion lebih pesat.

GoTo akan PHK 10% Karyawan Demi Kejar Profitabilitas

GoTo Group akan melakukan PHK sebanyak 10% karyawan atau setara dengan pemangkasan lebih dari 1.000 pekerjaan dalam waktu dekat. Dilaporkan Bloomberg, perusahaan tengah membatasi biaya sebagai upaya untuk mengejar profitabilitas.

Menurut sumber, pemangkasan sebanyak 10% karyawan GoTo akan berdampak terhadap seluruh divisi perusahaan. Beroperasi di Indonesia, Singapura, dan Vietnam, GoTo telah memiliki 9.630 pegawai tetap per akhir Juni 2022. GoTo dikabarkan memiliki sekitar 455 pegawai tidak tetap pada akhir tahun 2021.

Rencana PHK yang akan dilakukan oleh GoTo menambah daftar perusahaan teknologi yang juga telah melakukan kegiatan serupa tahun ini. Mulai dari Meta yangg dikabarkan melakukan PHK terhadap pegawai, hingga Twitter dan Apple Inc.

DailySocial mencatat sepanjang 2022, sejumlah startup melakukan PHK. Di antaranya, Carsome dikabarkan PHK 10% karyawan regional, Koinworks merumahkan sebanyak 70 orang atau 8% dari total karyawannya, Xendit melakukan rightsizing tim sebanyak 5% di Indonesia dan Filipina, hingga Tokocrypto sebanyak 45 pegawai dari total 227 karyawan.

Sebelumnya, induk perusahaan marketplace Shopee, Sea Ltd juga telah merumahkan sekitar 3% dari karyawannya di Indonesia sebagai bagian dari efisiensi perusahaan secara regional untuk memangkas kerugian dan memperbaiki reputasi di mata investor.

Fokus kepada profitabilitas

Dalam laporan keuangan GoTo H1 2022 tercatat bisnis Gojek dan Tokopedia berjalan cukup bagus sepanjang tahun ini. GoTo membukukan pendapatan bersih sebesar Rp3,38 triliun, naik 73,32% (YoY) dari Rp1,96 triliun di kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Rinciannya, penghasilan dari imbalan jasa melesat 102,93% secara tahunan menjadi Rp7,99 triliun. Kemudian, imbalan iklan naik 417,77% menjadi Rp1,16 triliun, jasa pengiriman naik 24,33% menjadi Rp907,71 miliar. Imbalan transaksi dan pembayaran kini tercatat Rp424,39 miliar.

Dalam menuju posisi profitabilitas, sebagai konsekuensinya perseroan harus mengucurkan banyak investasi di awal. Menurut laporan keuangan yang dipaparkan per semester I 2022, perseroan mengalami rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp13,64 triliun, naik 117,28% (YoY). Adapun pada semester I 2022, perseroan mengalami rugi bersih Rp6,28 triliun.

Dalam artikel Bloomberg juga disebutkan, pada bulan Agustus, GoTo melaporkan kerugian penyesuaian kuartal kedua sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi melebar menjadi Rp4,14 triliun ($264 juta) dari Rp3,9 triliun tahun sebelumnya.

Sejak IPO pada April lalu, saham GoTo turun hingga 40%. GoTo mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan pemiliknya untuk penjualan terkontrol saham mereka, berusaha menghindari potensi penurunan saham ketika penguncian kepemilikan mereka berakhir pada 30 November mendatang.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pinhome Luncurkan iVestment, Permodalan untuk Pengembang Properti

Setelah sebelumnya merilis program cicil rumah, platform marketplace jual-beli-sewa properti Pinhome meluncurkan “iVestment”. Ini adalah sebuah program untuk memfasilitasi penanaman modal bagi pengembang perumahan. Selain modal usaha, developer akan mendapatkan dukungan pemasaran melalui aplikasi Pinhome, serta dukungan teknologi untuk mendukung pelaku usaha properti mengembangkan proyek perumahan mulai dari tahap mana pun.

Menggunakan modal dari Pinhome

Terkait dukungan teknologi, iVestment Pinhome akan membantu proses penjualan rumah, transaksi, biaya booking fee, dan lainnya. Selain itu, Pinhome telah bekerja sama dengan 15.000+ agen properti, agensi properti, mitra perbankan, dan tim pemasaran yang berpengalaman untuk memberikan dukungan penuh kepada proyek perumahan yang terdaftar di iVestment.

Perwakilan perusahaan mengungkapkan, untuk modal pembiayaan tersebut saat ini sepenuhnya datang dari Pinhome. Dengan memastikan prosesnya sesesuai dengan regulasi yang ada.

Pinhome mencatat tantangan yang ditemukan di lapangan saat ini. Salah satunya terkait tren kenaikan harga bahan bangunan dan tuntutan pembeli properti yang menginginkan rumahnya sudah siap huni/fully furnished. Dari sana banyak pengembang properti membutuhkan tambahan dana untuk mengakselerasi pembangunan proyeknya.

“Dukungan modal akan membuka potensi proyek-proyek untuk dikembangkan, di mana pengembang dapat berbagi risiko dengan Pinhome sebagai investor. Selain berbagi risiko, dukungan investasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pengembang, serta meningkatkan atau memperbaiki kualitas proyek-proyek hunian di Indonesia,” kata Head of Business Development Investment Pinhome Alfian Renata.

Hingga saat ini, Pinhome sudah menawarkan lebih dari 600 ribu pilihan properti dengan sekitar 25 ribu penyedia jasa yang tersebar di 100 kota. Selain itu, perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 20 bank dan multifinance di Indonesia untuk memberikan ragam penawaran dan pembiayaan bagi calon pembeli.

Dalam kurun waktu dua tahun, Pinhome mengklaim berhasil mencetak nilai transaksi triliunan Rupiah, sepertiga dari transaksi properti ini paling banyak berada di bawah 300 juta Rupiah.

Luncurkan layanan baru di Pinhome Home Service

Dikarenakan tingginya permintaan pasar terhadap jasa deep cleaning dan hair & nail care, Pinhome secara resmi meluncurkan kedua jasa tersebut kepada masyarakat, melalui salah satu sub-bisnis miliknya Pinhome Home Service (PHS). Untuk sementara, dua jasa tersebut baru tersedia untuk wilayah DKI Jakarta, kecuali kabupaten administrasi Kepulauan Seribu.

Harga yang dikenakan kepada pelanggan, untuk jasa deep cleaning mulai dari
Rp50 ribu dan untuk jasa hair & nail care mulai dari Rp85 ribu. Hingga kini, PHS telah memiliki delapan jasa unggulan yakni home cleaning, cuci mobil, cuci AC, perbaikan AC, massage, hingga disinfektan fogging. PHS sendiri telah melayani pelanggan di lebih dari 34 kota di Indonesia dan akan terus memperluas area cakupannya.

Didirikan oleh Dayu Dara Permata yang dulu sempat mengembangkan layanan spin-off dari Gojek yaitu Go-Life, sebelumnya Pinhome juga telah menyematkan layanan jasa mereka di aplikasi Gojek. Namun saat ini perusahaan mulai mengembangkan layanan tersebut didalam platform.

“Visi kami di Pinhome Home Service adalah untuk menjadi one-stop shop untuk segala kebutuhan dan kenyamanan yang dibutuhkan di rumah setiap penduduk Indonesia. Dengan meluncurnya dua layanan terbaru ini, saya berharap semakin banyak lagi orang yang mencoba mempermudah hidup mereka dengan layanan Home Service dari Pinhome,” terang Sugih.

Application Information Will Show Up Here

Kopital Network Hadir sebagai Wadah Bagi Angel Investor untuk Founder Potensial

Berawal dari visi dan misi yang selaras untuk membantu para pendiri startup tahap awal, Kopital Network resmi diluncurkan. Kepada DailySocial.id perwakilan dari Kopital Network yang juga terlibat di Kenangan Kapital Fandy Cendrajaya mengungkapkan, ini merupakan jaringan angel investor yang mempertemukan investor individu dengan founder potensial.

Saat ini anggota Kopital Network terdiri dari sejumlah founder startup ternama yang juga aktif menjadi angel di sejumlah putaran pendanaan startup. Mereka adalah James Prananto (Co-founder Kopi Kenangan), Agung Nugroho (ex. Co-Founder Kudo, ex. eksekutif Grab), Hendra Kwik (Group CEO FAZZ Financial Group), Rohit Gulati (Managing director & Partner BCG Singapore), Jakob Rost (Co-founder & CEO AyoConnect).

Dengan pengalaman dan jaringan strategis yang dimiliki oleh masing-masing anggota angel investor, memberikan kesempatan lebih bagi pendiri startup Indonesia yang saat ini masih dalam tahap awal untuk mendapatkan perluasan jaringan, bimbingan, dan investasi tahap lanjutan.

Fokus kepada pendiri startup

Meskipun sudah banyak venture capital yang memberikan pendanaan kepada startup saat ini, namun dinilai belum banyak wadah yang solid untuk menampung investor individu. Kebanyakan dari mereka memberikan investasi secara personal dengan akses terbatas.

Melihat peluang tersebut, Kopital Network ingin menjadi wadah bagi pendiri startup tahap awal guna mendapatkan dana segar sekaligus jaringan strategis dari masing-masing angel investor. Faktanya, menurut data Startup Report 2021 ada sekitar 51 transaksi pendanaan sepanjang tahun lalu yang melibatkan lebih dari 100 investor individual — sebagian besar adalah founder startup tahap berkembang.

Selain dana segar, Kopital Network juga menawarkan mentorship dari para angel investor yang terlibat dengan berbagai topik. Mulai dari kiat mengembangkan bisnis hingga bagaimana cara yang tepat untuk bisa menuju ke profitabilitas.  Pendiri startup juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan akses ke ekosistem startup yang dimiliki para angel, berpotensi membantu pengembangan produk, kemitraan komersial, penggalangan dana di masa depan, manajemen tim, dan personal growth.

Fandy sendiri akan bertindak sebagai gatekeeper untuk Kopital Network. Nantinya bagi pendiri startup yang memiliki ide bisnis dan unit ekonomi yang relevan, bisa menawarkan kepada angel investor di jaringan tersebut.

“Fokus kita lebih kepada founder oriented dan tentunya startup yang masih dalam tahap awal. Saya percaya early stage investment bukan hanya kepada perusahaan saja tapi juga founder dan tim yang dimiliki.”

Memilih untuk sektor agnostik, Kopital Network tidak memiliki kategori khusus untuk startup yang ingin didanai. Secara ticket size, pendanaan yang mereka tawarkan secara kelompok adalah mulai dari $100 ribu – $1 juta. Semua tergantung dari skala perusahaan atau startup yang akan diinvestasikan. Anggota dari Kopital Network akan memberikan investasi secara individual.

Tahun depan Kopital Network memiliki target untuk terus memberikan investasi sekaligus memberikan impact kepada ekosistem startup di Indonesia. Mereka juga ingin menghubungkan startup yang relevan kepada jaringan angel investor yang telah bergabung dalam Kopital Network.

Sebelumnya Kopital Network bersama dengan Kenangan Kapital dan Trihill Capital juga telah terlibat dalam pendanaan awal untuk startup agritech Eratani. Sejumlah founder startup yang juga mulai menjadi angel investor juga ikut menyuntik investasi ke Eratani. Di antaranya adalah Co-founder & CEO Koinworks Benedicto Haryono, Co-founder & CEO Sociolla John Marco Rasjid, Founder & CEO Gaji Gesa Vidit Agrawal, dan beberapa angel investor lainnya.

Enterprise Singapore dan Dukungannya untuk Startup di Asia Tenggara

Singapura selama ini dijadikan hub untuk ekosistem startup regional. Untuk memberikan kontribusi dan dukungan lebih kepada ekosistem startup, Enterprise Singapore menggelar SWITCH 2022. Yakni sebuah rangkaian acara pameran, konferensi, hingga networking antar penggiat startup dan stakeholder pendukungnya. Enterprise Singapore adalah agensi dari pemerintah Singapura yang didanai oleh Kementerian Perdagangan dan Industri setempat.

Rangkaian acara SWITCH tersebut  ditutup dengan SLINGSHOT, merupakan kompetisi pitching yang memberi startup platform internasional untuk memperkenalkan dirinya kepada perusahaan, veteran industri, dan investor; dengan harapan terbentuknya kolaborasi mutual.

Perluas ekosistem startup

Tugas utama Enterprise Singapore pada dasarnya menjadi enabler ekosistem startup dengan memastikan bisa melahirkan generasi founder baru dengan lancar sampai melakukan proses scale-up. Selain melayani pasar global, para startup tersebut diharapkan bisa go-global.

“Berbeda dengan kegiatan serupa lainnya, SWITCH bertindak seperti umbrella brand. Dan SLINGSHOT menjadi crown jewel yang merupakan global startup pitching competition,” kata Assistant CEO Enterprise Singapore Edwin Chow.

Terdapat sekitar peserta dari 90 negara yang bergabung dalam gelaran acara SWITCH 2022. Acara ini juga menampilkan lebih dari 350 pembicara dan lebih dari 300 peserta pameran dari penelitian global, investor, dan komunitas startup. Untuk komunitas startup Indonesia sendiri turut bergabung dalam kegiatan tersebut East Ventures yang memperkenalkan beberapa portofolio mereka.

Value proposition yang kami tawarkan adalah di Singapura semua startup dari berbagai negara bisa bertemu dan menemukan partner, investor, bahkan talenta,” kata Edwin.

Untuk pertama kalinya, SWITCH 2022 menampilkan tujuh mitra teknologi regional untuk membangun sinergi di seluruh ekosistem inovasi. Tema yang dibahas dalam acara ini di antaranya adalah inovasi keberlanjutan dan pembangunan perkotaan, teknologi ritel, dan kepercayaan digital.

Disinggung seperti apa potensi startup Indonesia di mata Enterprise Singapore, Edwin mengungkapkan dirinya sangat tertarik dengan apa yang ditawarkan oleh startup asal Indonesia. Dirinya telah bertemu dengan beberapa pendiri startup yang memiliki potensi untuk tumbuh secara positif, salah satunya adalah pendiri lulusan dari ITB.

“Yang mengejutkan bagi kami adalah mereka yaitu pendiri startup asal Indonesia sudah mengetahui Enterprise Singapore dan apa yang sudah kami lakukan selama ini,” kata Edwin.

Indonesia pasar terbesar di Asia Tenggara

Dalam kesempatan tersebut Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Gan Kim Yong turut menyampaikan apreasiasinya kepada komunitas startup dan pihak pendukung lainnya yang telah hadir dalam gelaran acara SWITCH 2022. Menurutnya akan menjadi lebih baik lagi bagi ekosistem startup Singapura jika memiliki kerja sama strategis dengan pihak terkait.

Sebagai negara yang memiliki pendidikan berkualitas, sumber daya bahkan peluang untuk membangun bisnis secara global, Singapura dinilai menjadi tempat yang tepat bagi komunitas startup di Asia Tenggara untuk berkumpul dan melakukan kolaborasi bersama.

“Dalam waktu dua tahun terakhir penuh tantangan dan sekarang sudah mulai banyak negara yang membuka diri dan kegiatan dan traveling sudah kembali normal. Singapura pun ingin melakukan engagement dengan negara lainnya untuk bisa membuat ekonomi berkembang. Industri startup menjadi hal yang penting, terutama dalam area digital ekonomi, kami ingin mencari inovasi dan solusi baru untuk memecahkan semua tantangan.”

Ditambahkan olehnya acara SWITCH 2022 menjadi platform yang baik untuk kalangan korporasi dan bisnis datang bersama melakukan kolaborasi untuk mengembangkan peluang baru, bukan hanya di Singapura tapi juga di regional. Tujuannya adalah untuk menciptakan inovasi baru dan solusi digital.

Indonesia sebagai negara yang menjadi target pasar bagi startup asing untuk melancarkan bisnisnya termasuk Singapura, selama ini sudah dikenal sebagai pasar yang bisa membuktikan, apakah model bisnis dan layanan yang ditawarkan oleh startup dari berbagai negara bisa berjalan sukses atau tidak.

Menurut Gan Kim Yong, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sangat besar di Asia Tenggara. Jika startup bisa sukses di Indonesia, dipastikan akan bisa melancarkan bisnis di negara lainnya termasuk Singapura. Namun demikian dirinya menegaskan, semua tentunya tergantung dari bisnis yang ditawarkan. Beberapa bisnis mungkin lebih mudah untuk tumbuh secara positif di negara lain, di pasar yang lebih kecil atau pasar yang memang sudah ditargetkan.

“Menurut saya ada cara berbeda yang bisa dilihat, bagi startup biasanya untuk pilot project lebih mudah untuk di eksekusi, di jalankan dan di akses. Khusus untuk Indonesia saya melihat potensi besar ada di green energy, termasuk di dalamnya renewable energy, solar, hydro dan lainnya.”

Untuk mempererat kerja sama antara Indonesia dan Singapura, telah dibangun data center di Nongsa Digital Park Batam. Dilansir dari Kompas.id, perusahaan asal Singapura, Data Center First, membangun pusat data berkapasitas 30 megawatt di Kawasan Ekonomi Khusus Nongsa, Batam, Kepulauan Riau. Investasi tahap pertama proyek yang diberi nama Nongsa One itu bernilai $40 juta atau sekitar Rp560 miliar. Hal itu diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan mempercepat transformasi digital Indonesia.

Data center tersebut kami lancarkan untuk membangun kerja sama strategis antara Singapura dengan Indonesia. Harapannya dapat membantu kami untuk mengembangkan bisnis demikian juga untuk Indonesia, jadi win win solution.”