KarirLab Kantongi Pendanaan Pra-Awal Dipimpin Alpha JWC Ventures dan M Venture Partners

KarirLab mengantongi pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan M Venture Partners, serta partisipasi dari angel investor, dengan nominal yang dirahasiakan. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan produk, memperkuat tim, serta menjalin kemitraan strategis dengan universitas dan perusahaan terkemuka.

Pendanaan ini juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan performa platform KarirLab demi pengalaman pengguna yang lebih seamless untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.

KarirLab adalah platform online penghubung antara mahasiswa dan perguruan tinggi dengan perusahaan. Platform ini didirikan oleh Tessa Saraswati, Stephanus Wicardo, dan William Surya Wijaya. Di paruh pertama 2023, KarirLab menyebut telah memiliki ratusan ribu pengguna dan memuat ribuan pekerjaan dari ratusan organisasi berbeda di seluruh Indonesia.

“Dengan pendanaan ini, KarirLab dapat memenuhi potensi kami untuk bermitra dengan perguruan tinggi dan perusahaan dalam skala besar. Kami cukup bersemangat untuk memberdayakan generasi kerja yang akan datang dan merevolusi layanan manajemen karir di Indonesia untuk mendorong bertambahnya lulusan dan peluang karir yang berkualitas,” kata Co-Founder dan CEO KarirLab Tessa Saraswati dalam keterangan resminya.

KarirLab menjembatani ekosistem pelajar, perguruan tinggi, dan perusahaan dengan menyediakan platform pengembangan dan manajemen karir yang komprehensif dan efisien. KarirLab menawarkan berbagai produk, seperti layanan evaluasi profil, pembuatan resume yang ramah ATS (Applicant Tracking System), portal lowongan pekerjaan yang terkurasi, dan layanan manajemen karir.

“Kami optimistis dengan investasi kami di babak pra-awal KarirLab. Mereka dapat mempercepat pengembangan produk, memperkuat tim mereka, dan menjalin kemitraan dengan partner-partner strategis. Dengan demikian, KarirLab akan membuka jalan bagi ekosistem SDM yang lebih komprehensif dan efisien di Indonesia,” tambah General Partner Alpha JWC Jefrey Joe.

“MVP bangga mendukung KarirLab, platform yang menghubungkan mahasiswa ke dunia kerja, yang bertujuan meningkatkan kelayakan kerja siswa dan memperbaiki proses perekrutan pemula karir bagi perusahaan,” ujar Founding Partner M Venture Partners (MVP) Mayank Parekh.

Sasar segmen B2B dan B2C

Di pasar kerja yang kompetitif saat ini, lulusan perguruan tinggi menghadapi tantangan untuk menemukan peluang kerja yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan tujuan karier mereka. Demikian juga perusahaan yang terkendala menemukan kandidat berbakat yang punya keterampilan, pengetahuan, dan antusiasme yang diperlukan pada organisasi mereka.

Maka itu, platform portal lowongan kerja dinilai telah menjadi sumber daya berharga yang memungkinkan perusahaan terhubung dengan sejumlah besar kandidat fresh graduate. KarirLab mengungkap, tujuannya menjadi platform layanan karir nomor satu untuk pemula kerja di Indonesia, mengincar jutaan mahasiswa aktif di universitas, politeknik, dan lembaga pendidikan tinggi lainnya serta lulusan baru.

Menyasar kepada segmen B2B dan B2C, KarirLab memiliki beberapa fitur unggulan yang bisa digunakan oleh perusahaan dan calon pencari kerja. Khusus untuk B2B di antaranya Career Management Platform, Career Fair Management Platform, dan Early Talent Platform. Sementara untuk B2C terdapat beberapa produk unggulan seperti, Power Resume Builder, Power Resume Evaluation, KarirClass, CompanyTalk dan Portal Lowongan Kerja.

Berkantor pusat di Jakarta, KarirLab saat ini telah tersebar di seluruh Indonesia dan berkembang dengan delapan juta mahasiswa aktif. KarirLab memiliki tujuan agar seluruh mahasiswa dari setiap latar belakang memiliki akses dan sumber daya untuk membantu mereka membangun fondasi yang kokoh dalam menjelajahi pasar dan dunia kerja.

KarirLab saat ini juga sedang aktif dalam mengintegrasikan inovasi berbasis AI terbaru dan menjalin kemitraan strategis untuk menghadirkan platform pengembangan karir yang lebih personal. Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah, Kinobi, TopKarir Indonesia, Ekrut.

Feedloop Perkenalkan Inovasi Berbasis AI untuk Efisiensi Proses Bisnis

Penyedia SaaS untuk digitalisasi bisnis Feedloop.io mengumumkan perubahan nama menjadi Feedloop.AI, menyusul kehadiran AI Co-Pilot untuk mendorong efisiensi proses bisnis.

Kepada DailySocial.id, CMO Feedloop.Ai Muhammad Ajie Santika mengungkap upayanya untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama di bidang AI termasuk proses penggalangan dana seri A tahun ini.

Rebranding dan penggalangan dana

Feedloop didirikan oleh Ahmad Rizqi Meydiarso, Muhammad Ajie Santika, dan Ronaldi Kurniawan Saphala pada 2019, yang fokus menghadirkan solusi Low-Code Platform bagi bisnis dan perusahaan melalui produk QORE untuk digitalisasi dan pembuatan aplikasi.

Feedloop.io memutuskan untuk rebranding menjadi platform Feedloop.AI, yang memungkinkan perusahaan untuk membuat AI Co-Pilot sendiri dalam mengefisienkan proses bisnis. Feedloop.AI yang didukung dengan OpenAI dari Microsoft Azure, menghadirkan fitur-fitur untuk kebutuhan internal perusahaan, di antaranya sebagai sumber pengetahuan, asisten personal virtual, hingga peningkatan produktivitas secara otomatis.

Sumber: Feedloop.AI

Feedloop.AI dapat diintegrasikan dengan database milik perusahaan, baik dalam format PDF, website, atau dokumen lain. Dengan begitu, hal ini dapat dimanfaatkan untuk membagikane product knowledge perusahaan ke karyawan internal maupun pelanggan.

Tak hanya itu, Feedloop.AI juga dapat dimanfaatkan sebagai asisten personal yang kemampuannya dapat dilatih serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Feedloop.AI mengklaim dapat digunakan dengan optimal dan aman sesuai data dan instruksi yang diberikan.

“Feedloop tidak hanya memberikan produk yang siap pakai, tetapi juga memberikan solusi yang dapat diadaptasi sesuai perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis klien. Tim ini akan bekerja sama dengan klien untuk memahami secara mendalam kebutuhan bisnis mereka dan tantangan yang dihadapi dan mengembangkan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut,” ujar Ajie.

Dari sisi fleksibilitas, Feedloop.AI menawarkan kemampuan kustomisasi yang didukung oleh tim Solution & Delivery untuk mengakomodasi pemilik bisnis punya kebutuhan unik dan terus berkembang.

Lebih lanjut, Feedloop.AI berencana menggalang pendanaan baru tahun ini. “Saat ini, Feedloop sedang dalam proses penggalangan dana untuk tahap seri A untuk memperkuat posisi kami sebagai pemain utama dalam industri AI,” kata Ajie.

Sebelumnya, Feedloop telah memperoleh pendanaan awal dari angel investor sebagai modal awal untuk memulai operasional. Di 2021, Feedloop mendapat pendanaan pra-seri A dari TMI, Aksara Ventures, dan East Ventures. Pendanaan ini memungkinkan Feedloop untuk mengembangkan produk dan layanan lebih lanjut, serta memperluas jangkauan bisnis.

Pengembangan tanpa coding rendah

Meskipun sudah populer di Amerika Serikat dan Eropa, pengembangan solusi dengan sedikit coding (low-code) dan tanpa coding (no-code) dinilai masih tahap pengenalan di Indonesia. Menurut Ajie, pemahaman dan kesadaran atas manfaat dan potensi ini perlu ditingkatkan.

“Banyak perusahaan dan software developer masih mengandalkan pendekatan tradisional dalam pengembangan aplikasi, yang memerlukan keahlian pemrograman yang mendalam dan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan produk yang kompleks,” tuturnya.

Feedloop.AI mengklaim sebagai pionir yang mengembangkan solusi dengan pendekatan low-code dan no-code di Indonesia. Dengan mengadopsi kemampuan ini, pihaknya dapat mengembangkan aplikasi dan solusi perangkat lunak lebih cepat dan efisien sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu pengembangan, meningkatkan fleksibilitas, dan mempercepat go-to-market produknya.

Secara khusus, Feedloop.AI berfokus membantu transformasi digital enterprise di Indonesia melalui low-code platform, customer experience platform, dan AI platform. Saat ini, Feedloop.AI telah menangani 41 klien mulai dari sektor perbankan dan keuangan, FMCG, hingga BUMN. Ke depannya, Feedloop.AI akan memperluas penggunaan produknya ke berbagai kategori bisnis, tak hanya segmen enterprise.

“Pengguna dapat berlangganan dan menggunakan platform Feedloop.AI dengan membayar biaya langganan sesuai dengan paket yang mereka pilih. Selain itu, Feedloop.AI juga menyediakan layanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan kustom dari klien. Layanan ini dapat mencakup fitur-fitur tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis individu.”

Mantan Eksekutif Fave Dirikan First Move, VC untuk Startup Pra-Awal

Berangkat dari pengalaman kedua pendirinya sebagai entrepreneur, First Move resmi didirikan sebagau pemodal ventura yang akan turut berinvestasi ke startup Asia Tenggara. Didukung oleh 500 Global dan Consumer Tech Angel Syndicate, First Move menyediakan pendanaan pra-awal dengan tiket hingga $100 ribu dan mentoring untuk para pendiri startup.

Beri dukungan pendanaan dan mentoring

Joel Neoh (mantan pendiri Fave) dan Audra Pakalnyte, keduanya bukan orang baru di industri startup. Berkat pengalamannya, mereka mengklaim memahami tantangan menjadi seorang pendiri, sehingga selain berinvestasi juga ingin memberikan mentorship dan dukungan lainnya untuk menyukseskan founder startup tahap awal.

“Setelah memulai perjalanan sebagai pengusaha, saya merasa sangat terbantu dengan dukungan dari ekosistem startup. Sekarang, dengan First Move, kami berkomitmen untuk memberikan dukungan yang sama kepada para founder di Asia Tenggara, sehingga First Move mampu menjadi rekan pendukung dalam perjalanan mereka, khususnya pada tahap awal yang krusial,” kata Joel.

Selain menyediakan pendanaan langsung kepada startup tahap awal, First Move menganut pendekatan kolaboratif dengan bermitra bersama perusahaan modal ventura lainnya. Salah satu kolaborator dan pendukung awal inisiatif ini adalah 500 Global. Saat ini, First Move sendiri memiliki tujuh portofolio perusahaan yang tersebar di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

“Asia Tenggara adalah pusat inovasi teknologi konsumen yang dinamis, serta memiliki ekosistem dan infrastruktur yang siap untuk bertumbuh. Maka dari itu, First Move sangat senang dapat bermitra dengan berbagai pengusaha yang baru memulai perjalanan mereka untuk mendorong terciptanya perusahaan teknologi konsumen masa depan,” kata Audra.

Terkait dengan timeline pendanaan yang akan diberikan, disebutkan First Move bergerak cukup cepat dalam melakukan investasi dan penyaluran dana. Hal tersebut dilakukan karena mereka ingin memastikan para pendiri fokus pada operasional bisnis daripada menghabiskan berbulan-bulan dalam penggalangan dana. Penandatanganan persyaratan dan penyaluran modal dilakukan dalam waktu beberapa hari saja.

Kategori bisnis startup pilihan

Sebagai salah satu negara yang menjadi fokus, FirstMove mengklaim ingin menghadirkan solusi yang relevan melalui startup asal Indonesia. Bukan hanya di Jakarta saja, mereka  juga ingin mengatasi kebutuhan konsumen di luar wilayah metropolitan, karena pasar tersebut masih kurang dilayani oleh sebagian besar bisnis.

Adapun fokus vertikal yang dilirik di antaranya health tech, femtech, sustainability, dan inclusive fintech.

First Move juga telah mendirikan Consumer Tech Angel Syndicate, sebuah komunitas yang terdiri dari para pendiri dan eksekutif berpengalaman di bidang konsumen. Anggota Angel Syndicate, di antaranya pendiri dan eksekutif senior dari D2C, e-commerce, mobilitas, dan teknologi finansial di seluruh Asia Tenggara, akan berinvestasi bersama di berbagai kesepakatan First Move.

Selain itu, para pemimpin berpengalaman ini akan memberikan dukungan dan nasihat langsung kepada para perusahaan rintisan tahap awal.

“Kami melihat dari pengalaman para pendiri, ukuran pasar dan peluang untuk mengatasinya, ekonomi unit yang berkelanjutan, jalur menuju profitabilitas, dan strategi pemasaran.”

SEVIMA Hadirkan Platform SaaS untuk Digitalisasi Perguruan Tinggi

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di tanah air telah mengalami transformasi luar biasa berkat teknologi. Saat kegiatan belajar offline beralih ke digital, muncul platform Software-as-a-Service (SaaS) sebagai solusi untuk sektor pendidikan.

Salah satu platform SaaS yang menghadirkan solusi terpadu adalah SEVIMA. Berdiri di 2003 dan berbasis di Surabaya, SEVIMA menyebut telah mengalami pertumbuhan positif dari proyek klien yang dikerjakan, terutama saat pandemi.

Kepada DailySocial.id, CMO SEVIMA Andry Huzain, mengungkap fitur dan layanan yang ditawarkan, klaim profitabilitas yang dicapai di 2019, dan rencana bisnis selanjutnya.

Platform SaaS untuk perguruan tinggi

Mengklaim sukses menggarap proyek sejumlah klien, SEVIMA melihat peluang dalam menyediakan solusi SaaS untuk perguruan tinggi yang kini berkembang menjadi Sistem Akademik berbasis SaaS atau “SEVIMA Platform”. Solusi ini disebut dapat merevolusi digitalisasi kampus dengan biaya terjangkau dan mengatasi berbagai masalah administrasi kampus.

Masalah tersebut di antaranya adalah proses penerimaan mahasiswa, pembayaran kuliah, pembelajaran online, akreditasi, penerbitan ijazah, hingga pelaporan data kampus kepada pemerintah, yang dulunya harus diinput satu per satu di sistem hingga dicetak.

Dengan SEVIMA Platform, semua aktivitas tersebut dapat diproses secara otomatis dan saling terintegrasi. Saat ini, SEVIMA menyebut sebagian besar kliennya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dari segmen menengah hingga ke atas. Selain itu, akselerasi teknologi akibat pandemi dinilai memengaruhi pertumbuhan bisnis SEVIMA. Memanfaatkan fitur seperti EdLink, mahasiswa dapat mengakses platform SEVIMA pada saat pandemi.

“Pandemi menjadi agen transformasi untuk semua orang dan mengakselerasi semua. Kami memiliki LMS yang bernama EdLink yang kami perkenalkan lebih jauh saat masa pandemi kepada mahasiswa,” kata Andry.

Capai profitabilitas

Berbeda dengan platform edcteh pada umumnya yang masih memperoleh pendanaan, SEVIMA telah mencapai profitabilitas dan menerapkan kegiatan kampanye pemasaran secara grassroots, word of mouth, dan community base.

“SEVIMA adalah tech company dan tidak pernah bakar uang, marketing cost bisa dibilang zero,” kata Andry.

Meski saat ini sudah ada beberapa platform lokal yang menawarkan layanan serupa, Andry menilai kondisi tersebut justru memvalidasi bisnis SEVIMA. Tercatat hingga saat ini ada sekitar 800 kampus dan 3 juta mahasiswa seluruh Indonesia yang telah menggunakan platform SEVIMA.

SEVIMA mengklaim lebih unggul dari platform sejenis karena menghadirkan rangkaian produk lengkap dan mendalam dari hulu hingga ke hilir, mulai dari calon mahasiswa memanfaatkan portal (MauKuliah) untuk mencari kampus ideal yang tepat hingga menjadi mahasiswa sampai yudisium hingga menjadi alumni.

Menurut Andry, kehadiran SEVIMA mampu mendemokratisasi digitalisasi dan integrasi business process pengelolaan kampus. Tidak harus lewat laptop, aksesnya dapat dilakukan dengan ponsel. Sebelumnya, digitalisasi dan kemudahan akses administrasi dianggap hanya menjadi privilege yang dinikmati kampus-kampus besar karena telah mapan secara finansial dan mampu membuat aplikasinya sendiri.

“Jadi kita fokus ke satu yaitu untuk menjadi operating system dari perguruan tinggi dengan menghadirkan banyak layanan yang relevan,” kata Andry.

Berlangganan dan agregator pembayaran

Sumber: SEVIMA

SEVIMA menawarkan model berlangganan, memungkinkan lembaga pendidikan untuk mengakses berbagai fitur dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Selain delapan opsi berlangganan, SEVIMA juga menyediakan paket gratis SEVIMA GoFeeder Community yang dapat digunakan perguruan tinggi yang akses internetnya terbatas dan tidak memiliki mahasiswa dalam jumlah yang besar.

SEVIMA juga memiliki layanan SevimaPay yang berfungsi untuk memfasilitasi kampus dan bank untuk menerima pembayaran biaya kuliah mahasiswa secara online lewat berbagai metode, termasuk ATM dan mobile banking. SevimaPay berupaya menyederhanakan dan menyelaraskan proses pembayaran sehingga lebih mudah, cepat, dan transparan. Adapun, SevimaPay berkontribusi besar terhadap total GMV perusahaan.

“Bagian dari ekosistem kami, SevimaPay adalah payment aggregator di 800 kampus untuk bisa membayar uang kuliah melalui minimarket. Tampaknya sederhana, tapi sangat berarti bagi mahasiswa yang sebelumnya harus bayar manual di kampus dan belum memiliki akses ke perbankan,” ungkap Andry.

Ekspansi

Tahun ini, perusahaan berencana menghadirkan inovasi yang relevan dengan pengembangan fitur, melakukan ekspansi pasar dan perekrutan, serta mengeksplorasi pengembangan AI. SEVIMA mengklaim tumbuh secara berkelanjutan sebesar 50% (YoY), dengan target addressable market domestik yang masih terbuka luas.

Disinggung tentang penggalangan dana, Andry menegaskan, jika ada investor yang menawarkan peluang untuk mendukung ekspansi regional SEVIMA, ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi perusahaan dan kerja sama yang strategis.

“Di Indonesia ada 4.500 kampus dan baru sekitar 800 kampus yang menggunakan SEVIMA. Komitmen kami sangat kuat untuk memperluas demokratisasi kampus, termasuk peluang untuk ekspansi ke luar negeri dalam tiga tahun ke depan.” Tutup Andry.

Pinhome Luncurkan Fitur Pengajuan KPR Berjenjang

Meluncurkan iVestment akhir tahun lalu untuk memfasilitasi penanaman modal bagi pengembang perumahan, Pinhome kini meluncurkan fitur pengajuan KPR berjenjang. Dengan fitur ini, calon pembeli properti akan mendapatkan informasi suku bunga terbaru di program KPR berjenjang di berbagai bank yang menawarkan program tersebut.

Kepada DailySocial, CMO Pinhome Fibriyani Elastria, menyampaikan rencana perusahaan melalui fitur KPR Berjenjang tahun ini.

Permudah pengajuan KPR ke mitra perbankan

Saat ini industri real estat terus merangkul inovasi teknologi. Dengan fitur ini, calon pembeli properti akan mendapatkan informasi suku bunga terbaru di program KPR berjenjang di berbagai bank yang menawarkan program tersebut. Calon pembeli properti bisa mengajukan pinjaman KPR secara digital ke tiga bank sekaligus.

“Dengan adanya KPR berjenjang, calon pembeli properti yang sulit mengantisipasi suku bunga floating jadi memiliki opsi pendanaan yang lebih pasti untuk jangka waktu yang lebih panjang,” ujar Fibriyani.

Fitur KPR Pinhome menawarkan simulasi program suku bunga yang selalu diperbarui setiap bulan mengikuti fluktuasi suku bunga di pasar serta kemudahan pengajuan program KPR secara daring. Sekarang fitur ini  menyertakan suku bunga berjenjang terbaru dari seluruh mitra perbankan konvensional dan syariah.

Mitra perbankan konvensional yang dirangkul di antaranya BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, Panin Bank dan OCBC. Khusus untuk bank syariah, Pinhome juga menyediakan program serupa dengan prinsip syariah dengan menggandeng Panin Syariah, BSI, OCBC Syariah, Muamalat, serta Permata Syariah.

“KPR berjenjang juga terintegrasi dengan iVestment. Calon pembeli properti iVestment dapat mengajukan KPR lewat Pinhome dan memilih program KPR berjenjang,” kata Fibriyani.

Perluas layanan dan inovasi

Pinhome juga mencoba membantu pencarian properti hingga perawatan rumah dalam satu situs dan aplikasi. Hingga saat ini perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 20 ribu agen untuk menyediakan lebih dari 700 ribu listing properti berbeda di 75% kota di Indonesia.

Selain itu, Pinhome juga mengembangkan fitur Estimasi Nilai Properti, di mana berdasarkan transaksi riil yang terjadi di satu lokasi, sistem kecerdasan buatan Pinhome dapat mengkalkulasi harga properti berdasarkan fasilitas sekitarnya, hingga detail properti seperti luas tanah/bangunan dan jumlah ruangan.

“Selain perluasan fitur pendanaan, Pinhome juga akan terus mengembangkan solusi pencarian dan perawatan rumah,” kata Fibriyani.

Application Information Will Show Up Here

Klaim Capai Profitabilitas, Tjufoo Akan Berinvestasi ke Tiga Brand Baru Tahun Ini

Startup brand aggregator membentuk kemitraan strategis dengan beberapa brand pilihan, dengan tujuan membangun hubungan yang kuat dan kolaboratif. Kemitraan ini turut memberikan dukungan permodalan, sumber daya, dan panduan tentang pemasaran dan operasional.

Salah satu brand aggregator yang meluncur saat pandemi dan mengklaim hingga saat ini terus mengalami pertumbuhan yang positif adalah Tjufoo. Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Tjufoo TJ Tham mengungkapkan rencana perusahaan melakukan penggalangan dana tahun ini dan menambah beberapa brand untuk didanai.

Klaim sudah profitable

Meluncur awal tahun 2022, startup yang didirikan oleh mantan pegawai Grab tersebut ingin menjadi brand aggregator dengan konsep “House of Brands”. Yakni membantu brand lokal meningkatkan performa melalui rangkaian teknologi digital, platform data, kecerdasan buatan, dan tim yang berpengalaman.

Dalam perjalanan bisnisnya yang baru berusia satu tahun, Tjufoo mengklaim telah mencapai profitabilitas dan telah berinvestasi kepada 6 brand. Di antaranya ACMIC, Granova, Cypruz, Dew It, Muscle First, dan Dapur Cokelat. Perusahaan juga berencana untuk menambah sekitar 2 sampai 3 brand baru untuk diinvestasikan dan bergabung ke dalam ekosistem Tjufoo tahun ini.

“Kami memilih untuk tidak memiliki jumlah brand yang terlalu banyak, dengan demikian kami bisa membantu mereka mengembangkan bisnis. Target Tjufoo adalah ingin terus mengembangkan brand yang saat ini sudah diinvestasikan,” kata Tham.

Tjufoo juga memiliki rencana untuk menambah jumlah gudang mereka, menyesuaikan kebutuhan. Selain di Jabodetabek, perusahaan juga ingin menambah di wilayah lain seperti Jawa Tengah dan lainnya. Perusahaan juga telah memiliki sekitar ratusan pegawai yang membantu mengembangkan bisnis Tjufoo.

Disinggung apakah perusahaan ingin melakukan penggalangan dana tahun ini, Tham menegaskan kegiatan penggalangan dana terus mereka lancarkan. Meskipun dirinya menyadari, saat ini semakin sulit bagi startup seperti Tjufoo untuk melakukan penggalangan dana.

Tahun 2022 lalu Tjufoo telah mengantongi pendanaan pra seri A dengan nominal dirahasiakan dari TNB Aura dan dan Venturra Discovery. Tahun ini perusahaan berencana untuk bisa mendapatkan dana segar tahap seri A.

Fokus pada brand lokal

Secara khusus brand aggregator bukan hanya menjadi fasilitator saja, namun mereka juga merupakan investor aktif dalam brand yang mereka investasikan. Hubungan yang saling menguntungkan ini memungkinkan brand untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai target pengguna yang lebih luas.

Tjufoo juga ingin menjadi mitra bagi brand, yang bukan hanya memberikan investasi saja sekitar 51%, namun juga ingin menjadi mitra yang membantu brand mengelola bisnis hingga membantu mereka merekrut talenta digital yang terbaik.

Selain mendapatkan pendanaan dari Tjufoo, tercatat kebanyakan brand lokal yang bersedia untuk menjadi bagian dari Tjufoo adalah agar mereka bisa mengembangkan bisnis mereka. Brand tersebut juga melihat kemitraan dengan Tjufoo bisa membantu mereka mengembangkan konsep omnichannel, yang ternyata menjadi fokus dari Tjufoo.

Operasional yang efisien dan logistik yang dapat diandalkan sangat penting untuk kesuksesan brand. Dalam hal ini, brand aggregator berinvestasi dalam mengoptimalkan rantai pasokan, sistem manajemen inventaris, dan proses pemenuhan untuk memastikan operasi yang lancar bagi merek mitra mereka. Dengan memberikan dukungan dalam bidang ini, aggregator memungkinkan brand untuk fokus pada kompetensi inti mereka, yang berujung pada peningkatan kepuasan pelanggan dan peningkatan penjualan.

“Dengan bergabung bersama kami, brand lokal potensial dapat fokus mengembangkan bisnis dari sisi produk, sementara kami membantu memberikan sudut pandang strategi bisnis dengan mempertimbangkan landscape nasional, regional, maupun global. Sinergi ini membuat brand lokal dapat lebih objektif dalam menyusun strategi, termasuk dengan mengoptimalkan strategi online-to-offline (O2O) di momen kebangkitan ritel demi menguatkan brand presence dan diversifikasi saluran penjualan,” ungkap Tham.

Rishabh Singhi Ungkap Alasan Kegagalan Mempertahankan DishServe

Dalam perjalanan kariernya, Rishabh Singhi sempat merasakan bekerja dan membangun startup sampai level yang cukup besar. Namun demikian sebagai pengusaha, ia memastikan tidak pernah kapok untuk mulai kembali membangun startup, meskipun pernah gagal.

Dalam diskusinya bersama Co-Founder & CEO KeTitik Bipin Mishra, Singhi mengungkapkan alasan startup yang ia bangun “DishServe” gagal untuk bertahan; serta bagaimana profitabilitas memainkan peranan kunci agar startup bisa bertahan.

Terlambat melakukan perubahan

Sebelum membangun DishServe, diketahui Singhi menjabat sebagai COO RedDoorz selama hampir 5 tahun. DishServe sendiri sebenarnya sudah mengantongi pendanaan sampai tahapan pra-seri A dari sejumlah investor. Beberapa penyuntik dananya termasuk Genting Group, Insignia Venture Partners, Stonewater Ventures, Ratio Ventures, Rutland Ventures, 300x Ventures, MyAsiaVC, dan beberapa angel investor.

Meskipun sempat melakukan pivot dan fokus kepada penyediaan solusi automasi operasional restoran, kafe, dan cloud kitchen, namun perusahaan gagal untuk bisa menjalankan bisnis karena mulai kehabisan “runway”. Miminmya cadangan dana operasional yang dimiliki, menyulitkan perusahaan untuk terus beroperasi, sementara perusahaan tidak mampu meyakini para investor bahwa bisnis ini dapat tumbuh positif dalam jangka panjang.

“Kondisi sudah mulai berubah, menyulitkan kami untuk melakukan penggalangan dana. Menjadi sulit bagi kami untuk scale-up tanpa adanya modal, padahal kami sudah mulai mendekati profitabilitas. Namun kami tidak bisa melakukan scale-up sebelum mencapai profitabilitas. Dilihat dari kondisi tersebut, kami kemudian memutuskan untuk menutup perusahaan di bulan Maret 2023,” kata Singhi.

Ditambahkan olehnya, terlambatnya keputusan perusahaan untuk melakukan pivot hingga meluncurkan private label brand juga menjadi salah satu penyebab perusahaan gagal untuk bertahan. Singhi menegaskan menjadi penting bagi bisnis untuk fokus kepada fundamental perusahaan dan segera melakukan perubahan, ketika perusahaan terkendala. Mereka yang tidak segera melakukan perubahan, bakal mengalami kesulitan yang bisa berakhir dengan kegagalan.

“Ekonomi makro juga menjadi salah satu penyebab mengapa penggalangan dana sulit dilakukan. Kondisi ini juga menyulitkan perusahaan untuk kembali pulih, kondisi yang terjadi saat ini mempengaruhi semua. Yang saya pelajari dari kegagalan ini adalah, perusahaan yang ingin bisa sukses 5-10 tahun lagi harus bisa mencapai profitabilitas,” kata Singhi.

Dalam dunia startup yang dinamis dan sangat kompetitif, mencapai profitabilitas merupakan tonggak fundamental untuk kesuksesan jangka panjang dan kelangsungan hidup. Meskipun startup seringkali fokus pada pertumbuhan, menarik investor, dan membangun customer base, profitabilitas harus tetap menjadi tujuan utama.

Dengan mencapai profitabilitas, startup dapat memposisikan diri mereka menjadi lebih kuat, berkembang, dan memiliki masa depan yang berkelanjutan dalam lanskap bisnis yang kompetitif.

Ingin membangun startup kembali

Setelah membangun DishServe, ke depannya Singhi masih ingin membangun kembali startup barunya. Namun demikian dirinya masih belum memiliki ide atau inspirasi, startup apa yang kemudian ingin ia bangun.

Salah satu alasan mengapa Singhi ingin kembali terjuan ke dunia startup adalah, dirinya melihat saat ini tidak ada pekerjaan yang ideal untuk dirinya. Ia juga tidak melihat ke depannya akan bekerja sebagai pegawai di perusahaan.

“Sampai saat ini belum ada rencana startup apa yang akan dibangun, saya masih melakukan evaluasi dan tidak memiliki ide yang tepat saat ini. Tidak menutup kemungkinan ide baru akan muncul beberapa minggu ke depan,” kata Singhi.

Disclosure: DailySocial.id merupakan print partner dari program “Startups Simplified, a Ketitik Podcast”

Upaya Virgo Hadirkan Proposisi Nilai di Tengah Persaingan Sengit Platform Pembayaran Digital

Industri pembayaran digital di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Salah satu layanan yang paling signifikan digunakan adalah, e-money (berbasis server), menyediakan alternatif bagi transaksi berbasis uang tunai tradisional, memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran dengan mudah dan aman melalui saluran digital.

Beberapa platform e-money telah muncul sebagai pemain utama di pasar Indonesia antara lain GoPay, OVO, ShopeePay, LinkAja, dan Dana — kendati masih ada puluhan platform lain yang juga beroperasi dan telah mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia. Platform-platform ini menawarkan berbagai layanan selain transaksi sederhana, termasuk pembayaran tagihan, pengisian pulsa, transfer antar pengguna, belanja online, dan bahkan opsi investasi.

Salah satu platform e-money yang ingin menghadirkan layanan terintegrasi adalah Virgo. Bermitra dengan Alfa Group, Virgo ingin menawarkan kemudahan pembayaran melalui aplikasi untuk semua pengguna.

Kepada DailySocial.id, CCO Virgo Viko Gara mengungkapkan rencana perusahaan tahun ini.

Fitur unggulan “Top Up Kembalian”

Virgo yang dikembangkan oleh PT Capital Net Indonesia, telah hadir sejak tahun 2021 lalu. Sejak kehadirannya, Virgo mengklaim telah menjembatani para pengguna uang tunai untuk beralih ke nontunai dengan fitur “Top Up Kembalian”.

Ide untuk meluncurkan fitur tersebut diawali fakta bahwa saat ini 90% transaksi ritel masih dilakukan secara tunai, bahkan setelah melewati masa pandemi. Padahal penetrasi smartphone di Indonesia sudah mencapai 89% dan transaksi digital sudah bertumbuh lebih dari 2x lipat selama pandemi, berdasarkan data dari Kementerian Kominfo tahun 2021.

“Berangkat dari sana, Virgo terinspirasi untuk menjadi jembatan para pelanggan pengguna uang tunai untuk beralih ke nontunai lewat fitur Top Up Kembalian yang bermitra dengan Alfa Group (Alfamart, Alfamidi, Dan+Dan, dan Lawson) dalam mewujudkan komitmennya menjadi bagian dari pelopor gerakan baru menuju cashless society di Indonesia,” kata Viko.

Virgo memungkinkan pelanggan Alfamart, Alfamidi, Dan+Dan, dan Lawson untuk melakukan pembayaran dengan uang tunai dan menerima kembalian dalam bentuk uang elektronik, dengan meminta kasir untuk memasukkan kembalian hasil belanjanya ke aplikasi Virgo. Uang kembalian tunai (maksimal Rp99.999) dapat diterima dalam bentuk saldo Virgo melalui Top Up Kembalian.

Bagi pengguna aplikasi Alfagift, dapat menghubungkan akun Virgo mereka ke akun Alfagift sebagai metode pembayaran. Dengan demikian, uang kembalian yang sudah terkumpul di dalam akun Virgo dapat digunakan kembali untuk berbelanja di aplikasi Alfagift.

Menyasar kota lapis 2

Disinggung apa yang membedakan Virgo dengan platform lainnya, Viko menegaskan, selain memiliki fitur unggulan tadi mereka juga memiliki keunikan dengan fokus menyasar kota-kota lapis kedua di Indonesia. Saat ini, transaksi Top Up Kembalian terbanyak di Indonesia berada di daerah seperti Rembang, Sidoarjo, Jember, Klaten, dan Bekasi.

Meskipun kota-kota besar di Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan dalam adopsi pembayaran digital, potensi solusi e-money di kota-kota lapis 2 dan tingkat 3 masih belum dimanfaatkan sepenuhnya. Kota-kota ini, dengan populasi yang terus bertambah dan ekonomi yang sedang berkembang, menyajikan peluang unik bagi platform e-money untuk mendorong inklusi keuangan, memacu pertumbuhan ekonomi, dan memberdayakan masyarakat lokal.

“Virgo juga dapat digunakan untuk melakukan pembayaran di berbagai gerai yang menerima pembayaran dengan metode QRIS. Saat ini Virgo telah mendapat izin dari Bank Indonesia serta terdaftar dalam anggota Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI),” kata Viko.

Target Virgo tahun 2023

Hingga akhir tahun 2023, target dari Virgo adalah bisa merangkul sekitar 1,5 juta pengguna aktif. Virgo juga ingin menjadi solusi bagi para pelaku industri layanan finansial lainnya untuk dapat menyasar kalangan unbanked/underbanked. Ke depannya Virgo juga ingin menjalin kolaborasi dengan pihak terkait, untuk terus berinovasi dalam memberikan layanan keuangan yang lebih luas seperti perbankan, investasi, asuransi, peminjaman modal dan lainnya.

“Dengan begitu Virgo dapat terus membantu para pengguna untuk sepenuhnya mengatur keuangan mereka secara digital dan turut ambil bagian dalam membangun inklusi keuangan di Indonesia,” kata Viko.

Salah satu keuntungan utama dari adopsi pembayaran nontunai adalah potensi untuk memberikan layanan keuangan kepada masyarakat yang tidak memiliki akses ke perbankan atau memiliki akses terbatas.

Dengan memanfaatkan teknologi seluler, dompet digital, dan solusi pembayaran inovatif, pembayaran nontunai dapat menjembatani kesenjangan antara sistem perbankan tradisional dan individu yang memiliki akses terbatas ke layanan keuangan. Inklusi ini dapat memberdayakan individu dan usaha kecil, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi lebih aktif dalam ekonomi formal.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Wafa Taftazani Mengembangkan Bisnis di Tiga Startup

Saat ini kehadiran usaha kreatif menjadi penting untuk mendorong inovasi, membentuk budaya, dan memajukan pertumbuhan ekonomi. Namun, tantangan yang masih mereka hadapi terkait dengan akses pembiayaan kerap menghambat upaya mereka untuk berkarya.

Ekonomi kreatif ini sering kali menghadapi tantangan unik dalam mendapatkan dukungan keuangan, sehingga penting untuk memahami secara mendalam kesulitan keuangan yang mereka hadapi dan mengeksplorasi solusi potensial.

Berangkat dari latar belakang yang dimiliki, Wafa Taftazani kemudian meluncurkan Upbanx, platform yang relevan untuk usaha kreatif mendapatkan akses pembiayaan bersama Co-founder lainnya yaitu Hendri Wijaya, dan Alif Jafar Fatkhurrohman.

Dalam diskusinya bersama Co-Founder & CEO KeTitik Bipin Mishra, Wafa mengungkapkan strategi membangun bisnis. Berikut rekaman diskusi tersebut selengkapnya:

 

Dukung konten kreator

Usaha kreatif dibangun berdasarkan aset yang tidak berwujud (intangible assets) seperti kekayaan intelektual, ekuitas merek, dan bakat kreatif. Menilai aset-aset yang tidak berwujud ini menjadi sangat sulit dilakukan, karena nilai tersebut kerap melebihi nilai pasar.

Institusi keuangan tradisional seperti bank akan kesulitan memahami atau menguantifikasi aset-aset yang tidak berwujud dari usaha kreatif, yang mengakibatkan penilaian potensi kesuksesan mereka yang rendah.

Upbanx hadir membantu usaha kreatif di Indonesia untuk mendapatkan akses pembiayaan. Saat ini platform tersebut sudah bekerja dengan berbagai konten kreator, mulai dari musisi, penerbit, hingga influencer yang memiliki akun media sosial di YouTube, Instagram, juga TikTok.

Memanfaatkan data dari akun media sosial konten kreator tersebut,  Upbanx mampu mengambil data untuk membuat credit profiling yang kemudian digabungkan dengan credit model yang sudah ada di mitra finansial Upbanx, seperti perbankan hingga multifinace.

Saat ini Upbank telah memiliki ratusan pegawai dengan 2 ribu pelanggan yang terdiri dari 60% brand adalah korporasi dan 40% adalah kreator.

“Karena secara tradisional usaha kreatif di Indonesia tidak dapat memperoleh akses ke pembiayaan, karena sifat bisnis ini kebanyakan adalah didorong oleh kepribadian secara individu atau personal dibandingkan dengan produk dan model bisnis,” kata Wafa.

Awal tahun 2022 lalu Upbanx telah mendapatkan pendanaan pra-pendanaan awal dengan nilai $5,2 juta atau sekitar 74 miliar Rupiah dengan klaim valuasi $120 juta (centaur) hanya dalam 6 bulan beroperasi atau 1 bulan berdiri resmi.

Bulan Mei 2022 lalu, Upbanx juga mulai membuka diri ke publik, setelah melewati stealth mode selama hampir satu tahun beroperasi. Perusahaan memanfaatkan lisensi p2p lending milik Modal Rakyat untuk mengembangkan platform perbankan digital buat kreator dan brand.

Fokus mengembangkan bisnis

Selain Upbanx, Wafa Taftazani juga memimpin beberapa perusahaan lainnya. Di antaranya adalah posisi dirinya sebagai Board Member di Modal Rakyat dan Co-founder VCGamers. Disinggung seperti apa rencana Wafa terkait dengan perusahaan yang ia pimpin saat ini, ditegaskan olehnya, fokus dirinya bersama dengan para pendiri lainnya adalah meningkatkan sustainability dan unit ekonomi di seluruh perusahaan.

Untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan, kegiatan penggalangan dana juga akan terus dilakukan. Kondisi saat ini menurut Wafa tidak menjadi alasan untuk menunda kegiatan tersebut. Langkah yang tepat saat ini adalah memastikan semua perusahaan bisa terus tumbuh walaupun tanpa kegiatan penggalangan dana.

Secara keseluruhan saat ini Wafa sudah memiliki sekitar 250 pegawai yang berasal dari gabungan perusahaan yangg ia pimpin. Tentunya didukung oleh pendiri yang saat ini berjumlah 12 orang di masing-masing perusahaan. Menurut Wafa kesuksesan seorang entrepreneur tidak bisa berjalan secara sendiri, harus didukung oleh mitra yang tepat dan tentunya pegawai.

“Saya percaya tidak ada entrepreneur yang sukses sendiri, dilihat dari para co-founder yang mendukung semua bisnis. Saya tidak percaya seorang Elon Musk bisa sukses sendiri, dia mungkin memiliki tim pendukung yang melakukan oprasional setiap harinya. Namun Elon Musk adalah figur yang menghubungkan semua,” kata Wafa.

Disclosure: DailySocial.id merupakan print partner dari program “Startups Simplified, a Ketitik Podcast”

Kunjungi Indonesia, Simak Paparan Sam Altman Soal Kecerdasan Buatan

Untuk memperluas pemahaman masyarakat di Indonesia mengenai kecerdasan buatan (AI), KORIKA bersama GDP Venture mengundang Co-Founder dan CEO OpenAI Sam Altman, pengembang aplikasi revolusioner ChatGPT di Jakarta, Rabu (14/6).

Dalam sesi bertajuk “Conversation with Sam Altman” dengan para profesional, praktisi, dan media selama satu jam penuh, ia menyampaikan rencana OpenAI untuk mengembangkan ChatGPT yang menghadirkan informasi hingga riset untuk semua pengguna.

Inspirasi dari Y Combinator

Didirikan pada 2015, OpenAI adalah lembaga nirlaba di bidang riset dan pengembangan AI. Misi OpenAI adalah memastikan manfaat AGI (kecerdasan artifisial umum) bagi umat manusia. Teknologinya meliputi sistem bahasa alami GPT-4 dan ChatGPT, sistem generasi gambar DALL·E, dan sistem pengenalan ucapan sumber terbuka mereka, Whisper.

Praktisnya, ChatGPT memiliki beragam kegunaan, yakni dapat digunakan untuk memecahkan masalah kompleks, memberikan informasi atas pertanyaan dan permintaan, menginspirasi gagasan baru di bidang kreatif, serta membantu memahami konsep kompleks dengan menjelaskannya dengan kata-kata lebih sederhana, memberikan definisi, atau memberikan contoh yang berguna.

Altman mengungkap, pengalaman yang ia dapat selama ini sebagai Presiden sekaligus investor di Y Combinator, telah membantunya membangun OpenAI dan mengembangkan teknologi ChatGPT. Kinerja startup yang dinamis di Silicon Valley memungkinkan inovasi untuk tumbuh meski berisiko gagal. Menurutnya, kegagalan dapat melahirkan ide dan inovasi baru yang bakal sukses.

“Yang saya pelajari dari Y Combinator adalah tidak masalah jika gagal. Perlu diperhatikan, nantinya bukan cuma akses kepada modal dan pekerjaan saja yang penting, tetapi produk yang diluncurkan bisa diterima baik oleh lingkungan terdekat, seperti teman dan keluarga,” kata Altman.

Keterlibatan Altman dengan Y Cominator dimulai di 2011 saat Loopt, startup yang ia dirikan, diakuisisi oleh Green Dot Corporation. Ia kemudian menjadi angel investor dan penasihat startup sebelum diangkat menjadi Presiden Y Combinator di 2014.

Di bawah kepemimpinan Altman, Y Combinator memperluas cakupan dan pengaruhnya dalam ekosistem startup, menyediakan pendanaan, bimbingan, dan sumber daya bagi banyak perusahaan sukses, termasuk Airbnb, Dropbox, dan Reddit. Altman mengundurkan diri sebagai presiden pada 2019, tetapi tetap menjabat sebagai Chairman Y Combinator.

Pada Juli 2019, OpenAI mengumumkan kemitraan dengan Microsoft di mana Microsoft menjadi penyedia cloud OpenAI. Kemitraan ini menyediakan OpenAI dengan sumber daya komputasi yang dibutuhkan untuk riset dan pengembangan teknologi AGI. Microsoft juga berinvestasi di OpenAI sebesar $1 miliar untuk mendukung riset dan pengembangannya.

“Ini adalah teknologi yang memiliki impact. Untuk itu, semakin banyak orang berpartisipasi mengakses teknologi ini, semakin baik teknologi ini akan bekerja. Secara fundamental OpenAI adalah perusahaan riset, dan menurut saya negara yang menyambut baik teknologi ini dan secara cepat akan memberikan masa depan yang baik bersama,” kata Altman.

Memahami risiko AGI

Meskipun OpenAI awalnya didirikan sebagai organisasi nirlaba, pada 2019, mereka berubah menjadi entitas dengan tujuan mencari keuntungan yang disebut OpenAI LP. Perubahan ini dilakukan untuk mendapatkan sumber daya dan pendanaan yang diperlukan guna mencapai tujuan dalam riset dan pengembangan AGI .

“Kami ingin melakukan hal tersebut sebagai perusahaan nirlaba. Kami tidak mau mengorbankan misi kita, seperti akses dan pengambilan keputusan. Jadi, kami buat strukturisasi baru di mana kami akan berdiri sebagai organisasi nirlaba, tetapi ada subsidiary capital profit. Jadi, kami bisa memanfaatkan kapital, memberikan investor dan pegawai fix return, tapi lebih dari itu excess return akan diberikan kepada nirlaba,” kata Altman.

OpenAI juga menekankan pentingnya keselamatan jangka panjang dalam pengembangan AGI dan perlunya mempromosikan distribusi manfaatnya secara luas. Perusahaan ini telah menerbitkan riset, berkontribusi pada komunitas kecerdasan buatan, dan secara aktif berkolaborasi dengan organisasi lain untuk memajukan bidang ini dengan cara yang bertanggung jawab dan bermanfaat.

“Terkait dengan risiko AGI, menurut saya long term dan short term risk menjadi penting. Misi kami sebagai perusahaan adalah AGI-focused. Saat ini sudah banyak perusahaan yang memikirkan short term risk, tetapi penting untuk melihat risiko tersebut dari berbagai tahap,” kata Altman.

Memahami risiko-risiko ini membutuhkan riset proaktif, pengembangan kebijakan, dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pengembang kecerdasan buatan (AI), pembuat kebijakan, ahli etika, dan masyarakat secara luas. Organisasi seperti OpenAI dan yang lainnya secara aktif terlibat dalam memahami dan mengurangi risiko-risiko tersebut untuk memastikan pengembangan AGI yang aman dan bermanfaat.

“Menurut saya GPT-4 adalah model paling sejalan yang kami buat dan tidak ada existential risk. Kami menghabiskan waktu sekitar delapan bulan melakukan pelatihan, sampai pada akhirnya kami meluncurkannya,” kata Altman.

Tingkat akurasi pertanyaan GPT-4 / OpenAI
Tingkat akurasi pertanyaan GPT-4 / Sumber: OpenAI

Disinggung peran OpenAI untuk edukasi, Altman menyebutkan, saat awal diluncurkan, banyak guru di Amerika Serikat melarang penggunaan ChatGPT untuk siswa mereka. Namun, saat ini sudah mulai banyak guru di sekolah yang menyambut baik teknologi ini untuk membantu siswa menyerap informasi.

Terkait dengan bias dalam model bahasa AI seperti ChatGPT, penting untuk diakui bahwa model-model tersebut dapat secara tidak sengaja mencerminkan bias yang ada dalam data yang digunakan untuk melatihnya. OpenAI berupaya secara aktif bekerja untuk mengatasi persoalan tersebut dengan meningkatkan proses pelatihan, meminimalkan bias, dan mencari masukan eksternal untuk audit dan evaluasi.

OpenAI juga mengundang kolaborasi strategis dengan berbagai negara termasuk Indonesia, untuk mencerdaskan teknologi yang mereka miliki dalam hal pemahaman bahasa hingga dialek secara khusus, agar bisa lebih mudah dan relevan digunakan oleh semua orang di berbagai negara.