Pandemic Encourages SaaS Business Growth

The pandemic has changed the habits and behavior of people, including the way we work. The Software-as-a-Service (SaaS) platform is among those who get a positive impact when many workers no longer have to work in the same office space.

DailySocial observes the challenges and strategies in SaaS companies during the pandemic. Not only for large corporate clients but also in terms of SaaS services help SME business activities.

Pandemic triggers growth

One of the “winners” in this pandemic is cloud computing-based solutions. Most companies are now moving from physical offices to virtual offices.

“During this pandemic, we have really accelerated into what is always called the ‘future of workplace’. This is related to remote working, online collaboration. Moreover, SaaS is the most appropriate solution for businesses and companies to keep running effectively,” Mekari’s CEO. Suwandi Soh said.

During the pandemic, Mekari claims to have positive growth.

“We see an opportunity on how our products can be one of the company’s solutions to be more productive and we also see that technology is becoming an urgency in how to support work in terms of cost and time,” Suwandi added.

Regardless of the negative impact, Verihubs’ CEO, Williem said the pandemic is positive momentum for startups that present SaaS technology, not only in Indonesia but globally.

“Before the pandemic, many offline transactions [dominated] in Indonesia because there were costs to educate people to be digital. However, during the pandemic, people were forced to adopt daily activities to run businesses digitally. Thus, opening up opportunities for various SaaS players,” Williem said.

As some people have adapted to the digital lifestyle, the need for reliable user authentication is increasing. Verihubs, a platform that provides biometric facial verification, is a service that is considered relevant to help businesses.

A similar statement told by Aisensum’s Managing Director, Vivek Thomas, that the pandemic has created a significant change in behavior with the growth of online sellers to meet the high supply and demand in the market.

“We see the increasing competition triggers demand for increased efficiency and this is where we as a company have seen a rapid increase: a 7 times increase in client acquisitions in the 6 months of the pandemic. We see the same momentum continuing without lag,” Vivek said.

Meanwhile, Lintasarta’s VP Cloud Product Management, Reski Rukmantio said during the pandemic the company saw an increase in the number of opportunities and prospects, even though most opportunities were considered below average market prices compared to conditions before the pandemic occurred.

“To date, we have supported our corporate customer’s cloud infrastructure planning for 2021. We think this is a positive sign that cloud services will continue to improve both during and after the pandemic as large companies are adapting to new ways of working and cloud services are one of those. ”

As a cloud service provider and data center, Lintasarta has several targets to be achieved. One way is to create infrastructure services that are relatively easy to use for inexperienced users, while continuously meeting the complex needs of experienced users.

Challenges ahead

Although most platforms are targeting SMEs, only a few of them are willing to subscribe. Even though the technology offered is advanced, the financing factor is still an important issue.

The pandemic is one of the factors why some SMEs have been forced to stop their subscription to SaaS-based services.

“From a long-term point of view, this pandemic has actually created a learning curve for many businesses due to social distancing policies that require them to do many important things in virtual which can create momentum for SaaS startups to start focusing on building their business,” Kevin Wijaya from CyberAgent Capital said.

As the Director of GK Plug and Play Aaron Nio said, this fact does not only occur among SMEs. There are quite a few large companies willing to subscribe.

“Historically, they are more comfortable with one-off payments and additional payments when they want to upgrade/change their service/software. However, we’ve seen some changes with people’s mindset as they become more accustomed to this model. Some have been presented by Spotify and Netflix for B2C and Tableau/JIRA for B2B,” Aaron said.

Another challenge SaaS players often encounter is the issue of competition with foreign products. Similar services offered by Google, Alicloud, and other Hyperscalers entering Indonesia make it quite difficult for companies to run a business.

“Now that they are physically present in Indonesia, we have to plan other strategies to deal with them in the market, especially for industries that require to comply with data location policies and rely on local cloud providers for their services,” Reski mentioned.

Mekari also experienced competition issues with foreign platforms.

“Particularly in Indonesia, we can see unique things regarding difficulty to access or replicate by SaaS [services] from abroad. For example, purchasing raw materials may have been done by other SaaS solutions abroad. We can see what these things are. Another unique example is the simple use of Indonesian which is more understandable to our target market or our unique sales channel,” Suwandi added.

Verihubs also experienced challenges to convince clients. As a B2B SaaS player in Indonesia, they still encounter several clients who have different requirements for specific use cases.

“If we do case studies of successful SaaS products in Indonesia, the best strategy is to have a reseller or partner to increase sales. Thus, we can reduce the amount of internal sales resources, but we can still increase sales,” Williem said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pandemi Picu Pertumbuhan Bisnis Layanan SaaS

Pandemi telah mengubah kebiasaan dan rutinitas kita semua, termasuk cara bekerja. Platform Software-as-a- Service (SaaS) termasuk ke jajaran mereka yang mendapatkan sisi positif ketika banyak pekerja tidak lagi harus bekerja di ruang kantor yang sama.

DailySocial mencoba melihat seperti apa tantangan dan strategi SaaS semasa pandemi. Tak hanya untuk klien-klien perusahaan besar, tetapi juga bagaimana layanan SaaS membantu kegiatan bisnis UKM.

Pandemi pemicu pertumbuhan

Salah satu “pemenang” saat pandemi adalah solusi berbasis komputasi awan (cloud computing). Sebagian besar perusahaan kini beralih dari kantor fisik ke kantor virtual.

“Di masa pandemi ini, kita benar – benar diakselerasi masuk ke apa yang selalu disebut ‘future of workplace‘. Ini terkait remote working, online collaboration. Dan SaaS menjadi solusi paling tepat bagi bisnis dan perusahaan untuk tetap berjalan efektif,” kata CEO Mekari Suwandi Soh.

Selama pandemi, Mekari mengklaim memiliki pertumbuhan yang positif.

“Kami melihat peluang bagaimana produk-produk kami menjadi salah satu solusi perusahaan agar dapat lebih produktif dan kami juga melihat perlahan teknologi menjadi sebuah urgency bagaimana bisa mendukung pekerjaan dari segi biaya dan waktu,” kata Suwandi.

Terlepas dari sisi negatif yang dihadirkannya, menurut CEO Verihubs Williem, pandemi menjadi momentum positif bagi startup yang menghadirkan teknologi SaaS, tak hanya di Indonesia tetapi secara global.

“Sebelum pandemi, banyak transaksi offline [mendominasi] di Indonesia karena ada biaya untuk mengedukasi masyarakat agar menjadi digital. Namun, selama pandemi, masyarakat dipaksa mengadopsi kegiatan sehari-hari hingga menjalankan bisnis secara digital. Dengan demikian, membuka peluang bagi berbagai pemain SaaS,” kata Williem.

Karena sebagian masyarakat telah beradaptasi dengan gaya hidup digital, kebutuhan autentikasi pengguna yang andal makin meningkat. Verihubs, platform yang menyediakan verifikasi wajah biometrik, menjadi layanan yang dinilai relevan membantu bisnis.

Hal senada diungkapkan Managing Director Aisensum Vivek Thomas. Menurutnya pandemi telah menciptakan perubahan perilaku yang signifikan dengan pertumbuhan penjual online untuk memenuhi tingginya penyediaan dan permintaan di pasar.

“Kami melihat dengan meningkatnya persaingan, muncul kebutuhan untuk peningkatan efisiensi dan di sinilah kami sebagai perusahaan melihat peningkatan pesat: 7 kali lipat dalam akuisisi klien dalam 6 bulan selama pandemi. Kami melihat momentum yang sama berlanjut tanpa jeda,” kata Vivek.

Sementara VP Cloud Product Management Lintasarta Reski Rukmantio mengatakan, selama pandemi perusahaan melihat adanya peningkatan jumlah peluang dan prospek, meskipun sebagian besar peluang dianggap di bawah harga pasar rata-rata dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi terjadi.

“Hingga saat ini, kami telah mendukung perencanaan infrastruktur cloud pelanggan perusahaan kami untuk tahun 2021. Kami pikir ini adalah pertanda positif bahwa layanan cloud akan terus meningkat baik selama dan setelah pandemi karena perusahaan besar sedang beradaptasi dengan cara kerja baru dan layanan cloud adalah salah satunya.”

Sebagai penyedia layanan cloud dan data center, Lintasarta memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Salah satunya menciptakan layanan infrastruktur yang relatif mudah digunakan untuk pengguna yang belum berpengalaman, dengan terus memenuhi kebutuhan kompleks pengguna yang berpengalaman.

Masih ada tantangan

Meskipun sebagian besar platform menyasar kepada pelaku UKM, namun hingga saat ini masih sedikit di antara mereka yang bersedia berlangganan. Meskipun teknologi yang ditawarkan sudah advance, faktor pembiayaan masih menjadi isu penting.

Pandemi menjadi salah satu faktor mengapa beberapa UKM terpaksa menghentikan program berlangganan mereka ke layanan berbasis SaaS.

“Dari sudut pandang jangka panjang, pandemi ini sebenarnya telah menciptakan kurva pembelajaran bagi banyak bisnis karena kebijakan jarak sosial yang mengharuskan mereka melakukan banyak hal penting secara virtual yang pada akhirnya dapat menciptakan momentum bagi startup SaaS untuk mulai fokus membangun bisnis mereka,” kata Kevin Wijaya dari CyberAgent Capital.

Menurut Director of GK Plug and Play Aaron Nio, fakta tersebut tak hanya terjadi di kalangan UKM. Perusahaan besar juga masih sedikit yang bersedia berlangganan.

“Secara historis, mereka merasa lebih nyaman dengan pembayaran satu kali saja dan pembayaran tambahan saat mereka ingin meningkatkan / mengubah layanan / perangkat lunak mereka. Namun, kami melihat mulai ada perubahan dalam pola pikir ini karena orang-orang semakin terbiasa dengan model ini. Seperti yang sudah dihadirkan Spotify dan Netflix untuk B2C dan Tableau / JIRA untuk B2B,” kata Aaron.

Tantangan lain yang masih kerap ditemui pemain SaaS adalah persoalan kompetisi dengan produk asing. Layanan serupa yang ditawarkan Google, Alicloud, dan Hyperscalers lain yang memasuki Indonesia cukup menyulitkan perusahaan untuk menjalankan bisnis.

“Karena mereka sekarang sudah hadir secara fisik di Indonesia, kami harus merencanakan strategi lain untuk menghadapi mereka di pasar, terutama untuk industri yang perlu mematuhi kebijakan lokasi data dan mengandalkan penyedia cloud lokal untuk layanannya,” kata Reski.

Persoalan persaingan dengan platform asing juga dialami Mekari.

“Khusus untuk Indonesia, kita juga bisa melihat hal-hal unik yang sulit diakses atau direplikasi oleh [layanan] SaaS dari luar negeri. Misalnya, pembelian bahan baku tadi mungkin ada solusi SaaS lain yang sudah sama di luar negeri. Kita bisa melihat apa hal unik lain misalnya sesederhana penggunaan Bahasa Indonesia yang lebih bisa dipahami target market kita atau channel penjualan kita yang unik,” kata Suwandi.

Tantangan untuk meyakinkan klien juga dialami Verihubs. Sebagai pemain B2B SaaS di Indonesia, mereka masih menemukan beberapa klien yang memiliki berbagai persyaratan berbeda untuk kasus penggunaan tertentu.

“Jika kami melakukan studi kasus dari produk SaaS yang sukses di Indonesia, strategi terbaik adalah memiliki reseller atau partner untuk meningkatkan penjualan. Dengan demikian, kami dapat mengurangi jumlah sumber daya penjualan internal, tetapi kami tetap dapat meningkatkan penjualan,” kata Williem.

Lightspeed Venture Partners Ekspansi ke Asia Tenggara, Indonesia Jadi Target Utamanya


Dalam startup report yang dirilis oleh DailySocial awal tahun 2020 lalu terungkap, pada 2019 ada 113 pengumuman pendanaan startup. Dari 59 transaksi dengan nilai yang diungkapkan, dana yang terkumpul mencapai $2,9 miliar. Gojek mendominasi dengan investasi $ 2 miliar.

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah transaksi terpantau meningkat meski nilainya cukup dinamis.Tercatat sedikitnya terdapat 11 venture capital yang cukup aktif melakukan investasi. Mulai dari East Ventures, Alpha JWC Ventures, Skystar Capital, hingga Intudo Ventures.

Tahun 2020 lanskap startup di Indonesia juga diwarnai dengan berbagai pendanaan. Meskipun diganggu pandemi, namun tidak menyurutkan niat investor untuk memberikan dana segar kepada startup logistik, edutech, aquaculture, agriculture, hingga healthtech. Kondisi tersebut membuktikan adanya potensi besar di pasar Indonesia. Tak heran investor dari berbagai negara berbondong-bondong mencoba peruntungan di ekosistem ini.

Salah satu venture capital global yang berencana melakukan ekspansi di Asia Tenggara saat ini adalah Lightspeed Venture Partners. Indonesia menjadi pasar terbesar yang kemudian diincar oleh mereka.

“Indonesia, secara khusus, adalah populasi internet terbesar ke-4 di dunia dan merupakan pasar yang bagus untuk pendekatan investasi kami karena banyaknya perusahaan rintisan teknologi yang menarik. Wilayah ini memiliki populasi muda yang paham digital, ekosistem startup yang tumbuh cepat, serta kebijakan dan platform yang mengutamakan digital yang hanya akan mempercepat digitalisasi dan inovasi,” kata Partner & Regional Head Lightspeed Venture Partners Akshay Bhushan kepada DailySocial.

Kategori startup dan rencana ekspansi

Chilibeli salah satu portofolio milik Lightspeed
Chilibeli salah satu portofolio milik Lightspeed

Sebelumnya Lightspeed telah berinvestasi pada beberapa startup asal Indonesia, di antaranya startup penyedia platform social commerce Chilibeli, aplikasi B2B marketplace Ula, serta perusahaan penyedia solusi pemenuhan gudang dan pengiriman barang Shipper.

Perusahaan yang berkantor pusat di Silicon Valley ini juga telah menanamkan modalnya pada Grab dan penyedia software kecerdasan buatan bagi sektor enterprise NextBillion.ai.

Bersifat agnostik, Lightspeed ingin memberi dukungan kepada para founder yang bisa memecahkan persoalan unik di Asia. Mulai dari sektor transformatif seperti perdagangan, fintech, edtech, dan SaaS. Lightspeed telah menyiapkan dana sebesar $4 miliar yang baru saja diraih dari pendanaan global.

“Kami terus fokus pada misi inti kami dalam membantu wirausahawan yang berani membangun perusahaan yang mendistrupt masa depan. Melalui semua siklus, naik dan turun, kami tetap setia pada misi ini dan ini adalah fokus kami. Kami tidak berkomentar tentang penggalangan dana sebagai kebijakan kami,” kata Akshay.

Saat pandemi tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pendiri startup untuk tetap bisa bertahan menjalankan bisnisnya. Menurut Akshay belajar dari pengalamannya, idealnya semua startup harus kembali fokus kepada misi awal perusahaan. Kegiatan pivoting hingga diversifikasi lebih baik dihindari. Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak startup yang menghadirkan layanan baru hingga melakukan pivoting, agar tetap bisa bertahan menjalankan bisnis dan menjaga kesejahteraan pegawai.

“Selama periode ketidakpastian ini, bisnis perlu kembali ke dasar dalam hal kecintaan pelanggan dan pengelolaan arus kas. Perusahaan portofolio kami berfokus pada disiplin keuangan dan memperkuat bisnis inti mereka dan sebagai hasilnya, sebagian besar dari mereka menjadi lebih kuat. Byju adalah contoh bagus yang telah tumbuh secara signifikan selama beberapa bulan terakhir. Covid-19 telah mempercepat kebutuhan digitalisasi dan inovasi untuk memastikan kesinambungan bisnis, sehingga para pendiri harus bertujuan untuk beralih ke pergeseran digital di pasar mereka.” tutup Akshay.

Jenius Starts Targeting SMEs, Introducing Two New Services

Aiming to support new business owners, Jenius launched two new services, the Jenius business account, and the Bisniskit application. Rolled out for free, the application offers some features to new business owners or SME players.

“Through the spirit and process of co-creation, Jenius continues to get ideas, input, and insights from digital-savvy. From this process, we find that there is an aspiration to develop a bigger business. Jenius is here for business needs, therefore, those digital-savvy can easily manage their businesses.” Head of BTPN’s Digital Banking Business Product, Waasi Sumintardja said.

To date, Jenius has recorded a total of 90 thousand users. The Jenius business and Bisniskit accounts can only be used by small business owners. Companies or business owners who are classified as large and already have their own company accounts, cannot take advantage of both applications.

“Unlike the other POS platforms, our Jenius business and Bisniskit accounts are free of charge. In addition, all new users and those previously registered with Jenius can take advantage of this application for free for a lifetime,” Waasi said.

A complete integrated feature

The Jenius business account has several excellent features. First, a “Send It”, menu to make it easier to send money; second, an “In & Out” menu for transaction history; and the third, “mCard” virtual debit card for online transactions.

In addition, users also get $Cashtag and a new account number to send and receive money with Jenius Contacts, which functions to store phone numbers and e-mails for business purposes. Until now, the Jenius Bisnis application has been used by users for daily transactions around 2-3 times per day.

Meanwhile, the Bisniskit application from Jenius is presented to simplify business inquiries for users. Bisniskit has two main menus, shop and cashier.

Through the Shop menu, users can manage their business by using unique features, such as “Dashboard” which provides information and current business or store conditions, “Products” to record products and browse stocks, “Expenses” to record, schedule, and view expense history, “Customers” to store and view customer data, and “Shop Settings” to manage stores and provide access to employees.

“In this application, Bisniskit can be used by 10 people. It is expected that the new business owners can employ family or close relatives to facilitate their business going digital,” Waasi added.

Previously, Youtap has launched a similar service targeting SMEs who want to adopt the digital business. What makes Youtap different is the platform can use QR Code and provide SKU up to 2 thousand more to users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Shopee Offers Integrated Fulfillment Service for Shop Partners

Shopee e-commerce now offers a new feature to merchants. A similar concept with Tokopedia’s TokoCabang, Shopee launched its “Dikelola Shopee” service.

As an e-commerce service that is experiencing positive growth in Indonesia, Shopee is now organized its own warehouse to accelerate the packaging and delivery process of customer’s goods. Utilizing existing resources, these resources can now be utilized by merchants as business support services.

Shopee Indonesia’s Director Handhika Jahja revealed to DailySocial, Dikelola Shopee offers fast and reliable services with a 24-hour security system in the warehouse for Shopee Xpress brand partners and sellers. It is claimed that the average order is sent 2 hours after the user completes the transaction.

“With the current operational team working 24/7, we rely on this service as a form of maximizing the order process at Shopee,” Handhika said.

It was not mentioned how many warehouses Shopee currently has. However, managing this process in Shopee’s own warehouse certainly eases the process. JD.ID, Blibli, and Lazada have also worked on this method. Meanwhile, Tokopedia, through TokoCabang, chose to form a partnership with PT Bintang Digital Internasional under the brand Haistar.

Supporting sellers and brands

In addition, Shopee’s newest service is also provide options for reliable logistics options, enabling users to make efficient shipments. In a form of logistics marketplace, some other players have also indulged e-commerce merchants with similar features. For example, what Bukalapak did through BukaPengadaan. There are also startups that specifically target this segment, one of which is Shipper.

In addition to offering products and daily needs, electronics to groceries, Dikelola Shopee which can be accessed on a special channel also provides Shop Voucher category that sells various products from shoes, health, and beauty products.

“Currently, we cannot mention the number of registered merchants and partners. However, we can ensure that the leading feature Dikelola Shopee service is to optimize the potential of our partners’ products in order to achieve maximum sales results through our commitment in the form of this logistics service,” Handhika concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shopee Mulai Sediakan Layanan “Fulfillment” Terpadu untuk Mitra

Layanan e-commerce Shopee kembali menawarkan pilihan fitur baru kepada merchant. Serupa dengan yang disuguhkan oleh Tokopedia melalui TokoCabang, Shopee meluncurkan layanan “Dikelola Shopee”.

Sebagai layanan e-commerce yang mengalami pertumbuhan positif di Indonesia, Shopee saat ini telah memiliki dan mengelola gudang mereka sendiri untuk mempercepat proses pengemasan hingga pengiriman barang pelanggan. Memanfaatkan sumber daya yang ada, sumber daya tersebut kini dapat dimanfaatkan merchat sebagai layanan pendukung bisnis.

Kepada DailySocial, Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja mengungkapkan, Dikelola Shopee mengedepankan layanan cepat dan terpercaya dengan sistem keamanan 24 jam di gudang bagi mitra brand dan penjual Shopee Xpress. Diklaim rata-rata pesanan dikirim 2 jam setelah pengguna menyelesaikan transaksi.

“Dengan tim yang beroperasi selama 24 jam 7 hari, kami mengandalkan layanan ini sebagai bentuk memaksimalkan proses pemesanan yang ada di Shopee,” kata Handhika.

Tidak disebutkan lebih lanjut berapa jumlah gudang yang dimiliki Shopee saat ini. Namun dengan dikelolanya proses ini di gudang milik Shopee sendiri, tentunya memudahkan proses. Cara ini juga dilancarkan oleh JD.ID, Blibli, dan Lazada. Sementara Tokopedia melalui TokoCabang, memilih untuk menjalin kemitraan dengan PT Bintang Digital Internasional dengan nama brand Haistar.

Bantu penjual dan brand

Di samping itu, layanan terbaru Shopee tersebut juga dilengkapi oleh pilihan opsi logistik yang terpercaya, memungkinkan pengguna melakukan pengiriman secara lebih efisien. Berbentuk seperti marketplace logistik, beberapa pemain lain juga turut manjakan merchant e-commerce dengan fitur serupa. Misalnya yang dilakukan Bukalapak melalui BukaPengadaan. Ada juga startup yang khusus menyasar segmen ini, satu di antaranya Shipper.

Selain menawarkan produk dan barang kebutuhan sehari-hari, elektronik hingga groceries, Dikelola Shopee yang bisa diakses di kanal khusus juga menyediakan Voucher Toko yang menjual produk yang beragam. Mulai dari sepatu, produk kesehatan dan kecantikan.

“Untuk saat ini kami belum bisa memberikan jumlah merchant dan mitra yang bergabung. Namun dapat kami pastikan bahwa keunggulan dari layanan Dikelola Shopee merupakan layanan yang berfungsi untuk memaksimalkan potensi produk-produk yang dimiliki mitra kami untuk bisa mencapai hasil penjualan yang lebih maksimal lewat komitmen kami dalam bentuk layanan logistik ini,” tutup Handhika.

Application Information Will Show Up Here

Jenius Mulai Incar Pelaku UKM, Luncurkan Dua Layanan Baru

Bertujuan untuk membantu pemilik usaha baru, Jenius meluncurkan dua layanan baru yakni akun bisnis Jenius dan aplikasi Bisniskit. Digulirkan secara gratis, aplikasi tersebut menawarkan sejumlah kemudahan kepada pemilik usaha baru atau di tingkat UKM.

“Melalui semangat dan proses kokreasi, Jenius terus mendapatkan ide, masukan serta insight dari digital savvy. Dari proses tersebut, kami menemukan adanya aspirasi mengembangkan bisnis lebih besar lagi. Kini Jenius juga hadir untuk kebutuhan bisnis sehingga digital savvy dapat dengan mudah mengelola kebutuhan bisnisnya,” kata Digital Banking Business Product Head BTPN Waasi Sumintardja.

Secara keseluruhan saat ini Jenus sudah memiliki sekitar 90 ribu pengguna. Adapun akun Jenius bisnis dan Bisniskit hanya bisa digunakan oleh pemilik usaha kecil saja. Untuk perusahaan atau pemilik usaha yang tergolong besar dan sudah memiliki rekening perusahaan sendiri, tidak bisa memanfaatkan kedua aplikasi tersebut.

“Berbeda dengan platform POS lainnya, akun Jenius bisnis dan Bisniskit kami tidak dikenakan biaya. Jadi semua pengguna baru dan yang sebelumnya sudah terdaftar di Jenius bisa memanfaatkan aplikasi ini secara cuma-cuma untuk seterusnya,” kata Waasi.

Fitur lengkap terintegrasi

Akun bisnis Jenius memiliki beberapa fitur unggulan. Pertama ada “Send It”, memudahkan untuk kirim uang; kedua da “In & Out” untuk mencatat dan menelusuri histori transaksi; dan yang ketiga “m­Card” kartu debit virtual untuk transaksi online.

Selain itu para pengguna juga mendapatkan $Cashtag dan nomor rekening baru untuk kirim dan terima uang serta Jenius Contacts yang berfungsi untuk menyimpan nomor telepon dan email untuk keperluan bisnis. Jenius mencatat hingga saat ini untuk aplikasi Jenius Bisnis sudah digunakan oleh pengguna untuk transaksi harian sekitar 2-3 kali per harinya.

Sementara aplikasi Bisniskit dari Jenius dihadirkan agar membantu pengguna mengelola bisnis dengan lebih simpel. Bisniskit memiliki dua menu utama, yaitu Toko dan Kasir.

Melalui menu Toko, pengguna dapat mengelola bisnisnya dengan menggunakan fitur-­fitur unik, seperti “Dashboard” yang menyajikan informasi dan kondisi terkini bisnis atau toko, “Produk” untuk mencatat produk dan mengetahui stok yang dimiliki, “Pengeluaran” untuk mencatat, membuat jadwal, dan melihat histori pengeluaran, “Pelanggan” untuk menyimpan dan melihat data pelanggan, dan “Pengaturan Toko” untuk mengelola toko dan memberikan akses kepada karyawan.

“Dalam aplikasi tersebut Bisniskit bisa digunakan oleh 10 orang, harapannya bagi pemilik usaha baru bisa mempekerjakan famili atau kerabat dekat agar bisnis mereka lebih mudah dijalankan secara digital,” kata Waasi.

Sebelumnya Youtap juga telah meluncurkan layanan serupa yang juga menyasar pelaku UKM yang ingin mengadopsi bisnis mereka secara digital. Bedanya untuk layanan Youtap sudah bisa menggunakan QR Code dan menyediakan SKU hingga 2 ribu lebih kepada pengguna.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Introduces GoToko, to Help Small Shops Maintain Stock

In using a network of partners and merchants in the ecosystem, Gojek officially launched GoToko for shop owners or grocery stores to fulfill goods and product inventory. In accordance with the campaign launched, namely #MelajuBersamaGojek, it is hoped that GoToko can become a relevant platform for shop owners.

As prioritizing end-to-end services, Gojek strives to optimize the supply demand of goods by shop owners and grocery stores. Currently, GoToko is only available in South Tangerang. In the future, Gojek plans to gradually expand to other areas.

“The launch of GoToko strengthens Gojek’s mission to provide solutions faced by users and at the same time creates a social and economic impact for more stakeholders. In order to grow, these SMEs need to receive adequate service support, even though the location of the stalls is difficult to reach and small business-coverage,” GoToko’s CEO Gurnoor Singh Dhillon said.

GoToko is also equipped with features such as monitoring order history, tracking the delivery of ordered goods, inventory management, access to sales and financial data, and product recommendations according to market demands. Access to promotional and loyalty programs from product brands is increasingly open through the GoToko platform.

The concept that targets the B2B segment is not much different from that of Mitra Tokopedia and Mitra Bukalapak, which previously offered by the marketplace platform. Meanwhile, platforms such as IDmarco and Warung Pintar also offer similar services for shop owners and grocery stores in Indonesia.

Expand partnerships and optimize logistics

In addition to SME empowerment, GoToko is also open collaborations for consumer goods producers to jointly expand product reach, therefore the visibility of relevant products for grocery store consumers can increase. Next, those who join will get real-time market analysis access to the shop level that covers all product brands.

“GoToko’s services will support producers in increasing the effectiveness and efficiency of sales and marketing of newly launched products, opening up opportunities to utilize marketing channels and digital campaigns, becoming new market research channels; promotion and marketing in accordance with targets, and reduce costs and increase efficiency in the operation of the general trade channel. This end-to-end relationship is expected to increase industrial progress,” Gurnoor said.

GoToko offers various product categories, ranging from food, beverages, household needs, toiletries, beauty, and health, as well as baby needs from various manufacturers. With only a cellphone and minimum specifications as Android 6, grocery store entrepreneurs can access the GoToko application.

“Gojek’s reliable logistics services are here to ensure timely delivery. Through middle mile, warehousing, and last-mile solutions, the product will arrive at the grocery store a maximum of the next day with next day and same-day delivery services,” Gojek Group’s Head of Logistics Junaidi said .

Supported by the cash on delivery payment system from Gojek, shop owners can optimize operational costs. Not only saving costs, time, and complexity issues previously faced when shopping manually can be resolved through the GoToko platform.

Furthermore, GoToko will also enhance technological innovation to be able to increase the opportunities for additional income for shop owners and grocery stores by utilizing products, services, and other Gojek members.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Pinjaman Pendidikan Cicil Masih Andalkan Pendana Institusi

Memasuki HUT-nya yang keempat, platform P2P lending yang memberikan pembiayaan kuliah dan keperluan lainnya khusus untuk mahasiswa, Cicil, mengumumkan beberapa pencapaiannya. Telah terdaftar dan memiliki izin resmi dari OJK, tingkat keberhasilan 90 hari (TKB90) CICIL terjaga stabil pada posisi 97,22%.

Sejak tahun 2016, Cicil telah menyalurkan lebih dari 67 ribu pembiayaan senilai Rp171 miliar kepada mahasiswa dan institusi pendidikan, serta memperluas jangkauan layanan ke lebih dari 250 institusi pendidikan di 54 kota.

“Untuk lender sendiri kami sengaja hanya memfokuskan kepada semua industri hingga institusi keuangan yang tertarik untuk berinvestasi kepada para borrower Cicil, bukan kepada lender kalangan individu” kata Co-Founder & CEO Cicil Edward Widjonarko.

Saat ini Cicil memiliki empat produk utama, yaitu Cicil Uang Kuliah, Cicil Barang, Cicil Jobs dan pembiayaan untuk institusi pendidikan. Cicil Barang membantu mahasiswa untuk mencicil kebutuhan kuliah. Sebagai penyedia jasa micro lending, mahasiswa dapat mencicil barang yang harganya mulai dari Rp 250 ribu.

Cicil Jobs hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki pinjaman aktif dengan Cicil. Mereka dapat melamar kerja di Cicil Jobs dan kompensasinya dapat digunakan untuk membantu melunasi pinjaman pendidikan.

“Untuk strategi monetisasi yang kami kenakan tentunya sudah menyesuaikan dengan aturan yang ditetapkan kepada kami sebagai pemain p2p lending. Demikian juga dengan batasan pinjaman atau pembiayaan yang bisa diambil oleh pengguna, semua menuruti peraturan yang ditentukan,” kata Edward.

Di Edtech Report 2020 yang baru diterbitkan DSResearch juga disorot soal model bisnis pembiayaan pendidikan ini. Selain Cicil, di Indonesia sudah ada beberapa platform lainnya. Dua di antaranya adalah DANAdidik dan Pintek.

Kurasi ketat peminjam saat pandemi

 

Meskipun mengklaim berhasil untuk menekan terjadinya gagal bayar dari para borrower, saat pandemi Cicil tetap melakukan kurasi ketat untuk peminjam yang telah mendaftarkan diri mereka dalam platform. Dengan persyaratan yang yang diberlakukan, tim Cicil juga melakukan credit scoring hingga pengecekan yang ketat, untuk memastikan para borrower sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

“Tentu saja tanggung jawab kami sepenuhnya adalah kepada para lender, untuk itu saat pandemi ini kami mulai melakukan kurasi yang ketat hingga pembatasan jumlah borrower yang disetujui oleh Cicil,” kata Edward.

Tercatat saat ini terdapat 67 ribu jumlah akumulasi pinjaman degan 14 ribu jumlah peminjam aktif yang telah terdaftar di Cicil di sekitar 257 kampus. Selain itu Cicil juga telah memiliki sekitar 2291 ambasador yang bertugas untuk mempromosikan dan memberikan edukasi kepada mahasiswa melalui kegiatan online dan offline ke kampus.

“Saat pandemi ini kegiatan offline tersebut terpaksa kami hentikan dan kemudian mulai shifting kepada kegiatan online seperti webinar dan lainnya. Dengan demikian tetap menjaga kegiatan pemasaran kami memanfaatkan komunitas mahasiswa,” kata Edward.

Saat pandemi Cicil juga telah meluncurkan fitur pembelian Pulsa Paylater. Bagi mahasiswa yang ingin membeli pulsa, bisa melakukan pembelian dengan konsep pembayaran paylater. Perusahaan mencatat, fitur ini menjadi pilihan yang paling digemari oleh pengguna saat ini.

Terkait dengan penggalangan dana, Edward menegaskan perusahaan selalu terbuka untuk berkolaborasi dengan investor strategis dan tentunya lender yang tertarik bersama mengembangkan sektor pendidikan.

Tahun ini masih banyak rencana yang ingin dilancarkan oleh Cicil, di antaranya ekspansi ke kota-kota besar lainnya di Indonesia hingga menambah kemitraan dengan segmen B2B. Terutama bagi para institusi pendidikan yang ingin bergabung dengan Cicil menawarkan pilihan pembiayaan.

“Besarnya kepercayaan mahasiswa dan institusi pendidikan yang telah bergabung menjadi motivasi bagi Cicil untuk lebih mengembangkan layanan kami agar dapat menciptakan dampak sosial dan berkelanjutan pada mahasiswa, institusi pendidikan, mitra, dan investor,” tutup Edward.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Luncurkan Aplikasi GoToko, Bantu Warung Penuhi Kebutuhan Barang Dagangan

Memanfaatkan jaringan mitra dan merchant dalam ekosistem, Gojek secara resmi meluncurkan GoToko yang bisa dimanfaatkan oleh pemilik warung atau toko kelontong untuk memenuhi barang dan produk penjualan. Sesuai dengan kampanye yang dilancarkan yaitu #MelajuBersamaGojek, diharapkan GoToko bisa menjadi platform yang relevan untuk pemilik warung.

Dengan mengedepankan layanan hulu ke hilir, Gojek berupaya untuk memaksimalkan persediaan barang yang dibutuhkan oleh pemilik warung dan toko kelontong. Saat ini GoToko baru tersedia di kawasan Tangerang Selatan saja. Ke depannya Gojek berencana untuk memperluas daerah lainnya secara bertahap.

“Peluncuran GoToko memperkuat misi Gojek untuk memberikan solusi atas masalah yang dihadapi pengguna dan di saat yang sama menciptakan dampak sosial dan ekonomi bagi lebih banyak pemangku kepentingan. Agar dapat berkembang, para pelaku UKM ini perlu mendapat dukungan layanan yang memadai, meskipun lokasi warung sulit dijangkau dan cakupan usaha kecil,” kata CEO GoToko Gurnoor Singh Dhillon.

GoToko juga dilengkapi dengan fitur-fitur seperti pemantauan riwayat pesanan, pelacakan pengiriman barang pesanan, inventory management, akses data penjualan dan keuangan, serta rekomendasi produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Akses ke program promosi dan loyalty dari merek produk pun semakin terbuka melalui platform GoToko.

Konsep yang menyasar segmen B2B tidak jauh berbeda dengan Mitra Tokopedia dan Mitra Bukalapak, yang sebelumnya sudah ditawarkan oleh platform marketplace tersebut. Sementara platform seperti IDmarco dan Warung Pintar juga menawarkan layanan serupa untuk pemilik warung dan toko kelontong di tanah air.

Perluasan kemitraan dan maksimalkan logistik

Selain mendukung pertumbuhan pelaku UKM, GoToko juga bakal membuka kolaborasi para produsen barang konsumsi untuk bersama-sama memperluas jangkauan produk agar visibilitas produk yang relevan bagi konsumen warung kelontong dapat semakin meningkat. Nantinya produsen yang bergabung akan memperoleh akses analis pasar secara real time hingga ke tingkat warung yang mencakup seluruh merek produk.

“Layanan GoToko akan mendukung para produsen dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi penjualan dan pemasaran produk yang baru diluncurkan, membuka peluang dalam memanfaatkan saluran pemasaran dan kampanye digital, menjadi saluran riset pasar baru; promosi dan pemasaran yang sesuai dengan sasaran, dan mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian saluran general trade. Hubungan hulu ke hilir ini diharapkan dapat meningkatkan kemajuan industri,” kata Gurnoor.

GoToko menawarkan berbagai macam kategori produk, mulai dari makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, perlengkapan mandi, kecantikan dan kesehatan, serta kebutuhan bayi dari berbagai produsen. Hanya menggunakan ponsel dengan spesifikasi minimum seperti Android 6, pelaku usaha warung kelontong dapat mengakses aplikasi GoToko.

“Layanan logistik Gojek yang andal hadir untuk memastikan pengiriman secara tepat waktu. Melalui solusi middle mile, pergudangan, dan last mile, produk akan sampai di warung kelontong maksimal satu hari berikutnya dengan layanan pengiriman next day dan same day,” kata Head of Logistics Gojek Group Junaidi.

Didukung oleh sistem pembayaran cash on delivery dari Gojek, pelaku usaha warung dapat mengoptimalkan biaya operasional. Bukan hanya menghemat biaya, persoalan waktu dan kerumitan yang sebelumnya dihadapi saat berbelanja secara manual bisa teratasi melalui platform GoToko.

Ke depannya, GoToko juga akan menyempurnakan inovasi teknologi untuk dapat meningkatkan peluang pendapatan tambahan pemilik warung dan toko kelontong dengan memanfaatkan produk, layanan, dan anggota Gojek lainnya.

Application Information Will Show Up Here