Fear Effect Sedna Meluncur di Kickstarter, Ini Dia Informasi yang Perlu Anda Ketahui

Minggu lalu, muncul kejutan gembira bagi fans seri permaianan yang keberadaannya terkatung-katung belasan tahun. Melalui Eurogamer, satu studio kecil dikabarkan mencoba menggarap penerus franchise Fear Effect. Menariknya, mereka memilih jalur independen. Sang pemilik IP, Square Enix, ternyata tidak keberatan. Publisher Jepang itu malah mendukungnya.

Sesuai informasi, tim developer Sushee pimpinan Benjamin Anseaume memulai kampanye penggalangan dana di Kickstarter. Fear Effect Sedna merupakan bagian dari program Square Enix Collective, sebuah platform pengembangan game indie. Melalui langkah ini, detail-detail lebih lanjut mengenai Sedna mulai terungkap. Anda mungkin sudah tahu, Fear Effect Sedna mengusung arahan gameplay yang berbeda dari dua permainan terdahulu.

Gameplay petualangan dengan kontrol ala tank kini digantikan oleh formula tactical action real-time, di mana Anda akan mengendalikan lima jagoan utama (termasuk Hana dan Rain) dalam perspektif isometrik – lebih mirip permainan strategi. Sedna mengajak Anda bertualang ke berbagai belahan dunia, dari mulai Hong Kong sampai Greenland. Kali ini, game dibumbui legenda dan mitos suku Inuit.

Fear Effect Sedna Kickstarter 02
Dari kiri ke kanan: Axel (tokoh baru), Rain, Hana, Glas dan Deke.

Sekedar penyegar ingatan: Fear Effect 2: Retro Helix ialah prekuel dari Fear Effect pertama, dan kini Sedna meneruskan ceritanya – di-setting empat tahun setelah kejadian Fear Effect. Hana, kini bebas dari cengkeraman Triad, tinggal bersama Rain di Hong Kong. Mereka berdua bekerja sebagai tentara bayaran. Sementara itu, Deke perlahan-lahan menjauh semenjak Glas pulang ke Amerika.

Sushee menjanjikan jalan cerita dan narasi ‘dewasa’, fokus pada misteri ‘dimensi arwah’. Namun selain berupaya memuaskan gamer veteran, Sushee juga ingin agar game ini menjadi sebuah introduksi buat para pemain baru ke franchise Fear Effect.

Fear Effect Sedna mengombinasi elemen taktik, puzzle serta stealth – terinspirasi dari permainan sebelumnya, lalu level stres dan ketakutan setiap karakter kembali memengaruhi game. Tiap tokoh mempunyai kemampuan berbeda, dan Anda ditantang untuk memandu mereka layaknya satu tim profesional yang efektif.

Fear Effect Sedna Kickstarter 03
Glas dan Rain di dalam game.

Fear Effect selalu dikenang sebagai salah satu permainan pertama yang memanfaatkan grafis cel-shaded – penampilan 3D-nya flat sehingga menyerupai komik. Fear Effect Sedna mewariskan teknik penyuguhan grafis tersebut. Berdasarkan sejumlah screenshot, game memadukan objek 3D dan latar belakang dua dimensi (mirip Transistor atau Pillars of Eternity).

Buat merampungkan Fear Effect Sedna, Sushee membutuhkan modal sebesar € 100.000. Untuk sementara, game baru akan diluncurkan ke platform PC dan Mac, rencananya pada bulan Mei 2017 jika kampanye crowdfunding sukses.

Sumber: Kickstarter.

Mouse Asus ROG Spatha Diramu Untuk Bantu Anda Taklukkan Game MMO

Di CES 2016 bulan Januari lalu, Asus melengkapi deretan gaming gear mereka dengan memperkenalkan sejumlah periferal baru. Mereka meliputi keyboard Republic of Gamers Claymore, mouse ROG Spatha, serta headphone ROG 7.1. Saat itu detail mengenai produk tersebut masih terbilang minim, dan memang belum lama Asus menyingkap informasinya lebih lengkap.

Di artikel ini, kita akan mengulik ROG Spatha, mouse gaming yang Asus sengaja ramu untuk menjadi periferal spesialis permainan massively multiplayer online, biasa disingkat MMO. Ia merupakan salah satu gear high-end produsen asal Taiwan itu. Asus tak menganggapnya sebagai mouse biasa, melainkan ‘simbol status bahwa Anda serius’, dirancang agar segala fungsi game berada di genggaman Anda.

ROG Spatha 2
Tampilan atas ROG Spatha.

Asus ROG Spatha mengusung arahan desain ergonomis, bukan ambidextrous, sehingga ia kurang cocok digunakan gamer kidal – terutama bagi mereka yang memakai mouse di tangan kiri. Namun bagi mayoritas, Spatha berpeluang besar untuk jadi periferal favorit. Chassis-mya terbuat dari logam magnesium, sisi-sisinya dipisahkan garis tebal, dan ada tiga zona lampu LED terpisah.

Desain tersebut bukan sekedar pemanis penampilan. Tombol sebelah kanan lebih panjang karena umumnya ukuran jari tengah kita lebih panjang dari telunjuk, lalu pola ‘kuil suku Maya’ di sisi samping dibubuhkan di sana demi menjaga cengkeraman tetap mantap meski Anda memiliki telapak tangan yang besar. Spatha juga cocok untuk dua tipe pemakaian mouse, yaitu palm atau claw grip.

Switch Omron di dalam memastikan ROG Spatha tetap berfungsi normal hingga 20 juta kali klik. Ia menyuguhkan total 12 tombol yang bisa dikustomisasi, termasuk enam thumb button. Soket switch-nya upgradable sehingga Anda dimudahkan mengkustomisasi ‘feel‘ dari mouse tersebut. Spatha dapat dipakai sebagai mouse wired ataupun wireless, menyuguhkan sensor laser 8.200dpi, mampu mendeteksi kecepatan 150-inci per detik dan akselerasi 30g.

ROG Spatha
Bundel pembelian ROG Spatha.

Ada sedikit perbedaan polling rate antara mode kabel (via iUSB 2.0) dan wireless, masing di 2.000Hz dan 1.000Hz. Asus ROG Spatha mengusung koneksi berkecepatan 2,4GHz untuk berkomunikasi dengan PC, sehingga level latency-nya minimal. Mouse dibundel bersama dua tipe kabel – kabel karet 1-meter serta braided sepanjang 2-meter. Warna dan pola lampu LED, serta fungsi tombol dapat Anda konfigurasi melalui software ROG Armory, tersedia berupa download.

Menarik bukan? Sayangnya meskipun Asus telah memublikasikan press release di awal minggu ini, mereka belum memberi tahu harga serta kapan ROG Spatha tersedia di Indonesia.

Sumber: Asus.com.

A Blind Legend Ialah Game Untuk Tunanetra, Disajikan Sepenuhnya Lewat Suara

Hingga sekarang, game masih menjadi jenis hiburan ‘mewah’ yang hanya bisa diakses oleh orang normal. Saya ingat ucapan Stevie Wonder setelah tampil di acara VGA beberapa tahun silam. Di sana sang penyanyi legendaris itu menyampaikan harapannya: seandainya saja permainan juga bisa dinikmati para penderita kebutaan atau gangguan penglihatan pada umumnya.

Kabar gembira, keinginan Stevie Wonder (dan jutaan orang lain) itu terkabul. Developer Dowino menyingkap kreasi unik mereka, A Blind Legend, yaitu permainan pertama yang dirancang khusus bagi tunanetra. Mengusung genre action-adventure dengan pertempuran berformula hack-and-slash tanpa output video, A Blind Legend disuguhkan sepenuhnya lewat suara.

Dunia game tersusun seluruhnya dari audio, oleh karena itu developer menyarankan Anda untuk menggunakan headphone yang cukup mumpuni. Pemain disajikan suara-suara seperti derap langkah, percakapan, kereta kuda, bunyi hantaman palu pandai besi, dan lain-lain. Suara berubah mengikuti arah karakter Anda berjalan. Layaknya permainan action, gerakan dan pertempuran dikendalikan menggunkan controller atau keyboard.

Tak hanya komponen in-game, opsi menu dan instruksi disampaikan lewat suara. A Blind Legend memberi tahu Anda saat sedang loading serta ketika ‘cutscene‘ berjalan – semua tanpa grafis. Sebagai notifikasi, permainan akan mengeluarkan dua dentingan berbeda untuk menandai apakah mereka hanya diminta mendengar atau sudah bisa mengambil alih kendali.

A Blind Legend 01
Logo A Blind Legend, dengan huruf Braille.

A Blind Legend mengambil latar belakang fantasi Zaman Pertengahan. Anda berperan sebagai Edward Blake, seorang kesatria buta dalam petualangan menyelamatkan sang istri yang diculik gerombolan penjahat. Blake tidak menempuh perjalanan itu sendirian, ia ditemani putrinya Louise. Dengan mendengarkan langkah kakinya, Louise memandu Anda ke mana harus berjalan. Ia juga akan membantu lewat instruksi, seperti “Belok kiri!” atau “Sudah dekat!”

Dowino bahkan tak lupa menyertakan elemen penting permainan actionhealth bar, ditunjukkan melalui suara detak jantung sewaktu Blake bertarung. Jika Anda terkena serangan lawan, temponya jadi lebih cepat. Anda ditantang mempelajari ritme serta arah serangan musuh, dan kapan tepatnya Blake harus mengangkat perisai atau mengayunkan senjata.

Menariknya lagi, A Blind Legend tak hanya bisa dinikmati oleh pengidap gangguan penglihatan. Developer menjelaskan bahwa permainan ini cocok bagi gamer yang menginginkan pengalaman sensoris orisinil. Game juga dimaksudkan buat membantu meningkatkan kesadaran khalayak terhadap disabilitas yang diderita 280 juta jiwa ini.

A Blind Legend tersedia untuk platform PC di Steam, Android serta iOS.

Sumber: ABlindLegend.com.

Fitur Notifikasi di Google Maps Permudah Anda Hindari Kemacetan

Fitur Traffic di Google Maps adalah sebuah berkah bagi para penghuni kota-kota besar yang padat. Kondisi lalu lintas di tempat ini sukar diprediksi, dapat berubah tiba-tiba dalam hitungan menit. Tak aneh jika perjalanan berjarak pendek ternyata menghabiskan waktu beberapa jam. Untung saja berkat app seperti Google Maps, kita punya alat untuk mengindari skenario terparah.

Anda yang sehari-hari dituntut berkutat di jalan tentu sudah tidak asing dengan Maps. Aplikasi ini tersedia di mayoritas handset Android. Selain dapat memandu perjalanan, Anda bisa melihat keadaan lalu-lintas, ditunjukkan oleh warna-warni berbeda (semakin merah, macet semakin parah). Dan via update, Google menghadirkan fitur notifikasi di sana, sehingga informasi tersaji lebih cepat dan ringkas.

Cara kerjanya simpel, Anda cukup gunakan Maps seperti biasa, muncul otomatis setelah masuk ke mode navigasi. Ketika sistem mendeteksi kemacetan, notifikasi langsung muncul di area bawah layar smartphone. App juga tidak lupa memberikan Anda rute alternatif serta penjelasan mengapa Maps merekomendasikannya. Ia memberi tahu seandainya ada kecelakaan di depan serta memperkirakan waktu yang akan Anda habiskan versus waktu lewat rute lain.

Via press release, product manager Google Maps Nikhil Vaishnavi menyampaikan, “Tak ada yang suka terjebak macet, jadi kami berharap fitur terbaru ini akan membantu Anda sampai ketujuan dengan lebih cepat dan bebas hambatan.”

Notifikasi bukan satu-satunya fitur yang bisa mempermudah para pengemudi di Indonesia, terutama di ibukota Jakarta. September lalu, update di Google Maps memungkinkan kita mendapatkan informasi arah berdasarkan lokasi-lokasi landmark, sangat berguna jika Anda bepergian dengan menggunakan taksi. Seperti kapabilitas landmark, notifikasi tersuguh untuk device Android maupun iOS.

Berkaitan dengan kondisi jalanan Jakarta dan uji coba penghapusan 3-in-1, di awal minggu ini Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat menyarankan pengendara untuk memakai app Waze supaya mereka bisa ‘mencari jalan sendiri’.

Dibanding Maps, UI Waze memang lebih bersahabat dan intuitif, lalu update tersuguh lebih cepat berkat informasi crowdsource dari sesama user. Meski demikian, Google Maps pelan-pelan menyusul dan menyajikan kemampuan hampir serupa. Kapabilitasnya lebih fleksibel, sangat bermanfaat seandainya Anda biasa gonta-ganti metode transportasi: membawa kendaraan bermotor, naik angkutan umum, serta jalan kaki.

Toyota Singkap uBox, Kendaraan Konsep Customizable Untuk ‘Generasi Penerus’

Melihat berbagai kendaraan konsep yang diungkap produsen otomotif, visi mereka terhadap alat transportasi masa depan berbeda-beda. Konsumen kini disuguhkan gagasan-gagasan mengenai potensi mobil pintar serta driverless car. Bagi kita, ide-ide futuristis ini sangat mengagumkan, tapi penasarankah Anda akan seperti apa kendaraan buat generasi penerus?

Toyota ternyata telah memikirkannya. Raksasa otomotif asal Jepang itu menggandeng tim mahasiswa dari International Center for Automotive Research di Clemson University, dan memperkenalkan mobil konsep bernama uBox. Ia adalah sebuah van unik, didesain untuk Generasi Z, yaitu konsumen yang terlahir antara pertengahan 1990- sampai 2010-an. Mayoritas berada di akhir masa remaja, mereka inilah para calon pembeli dan pemilik mobil masa depan.

Toyota uBox 02

Tim mengerjakan uBox selama dua tahun. Dalam menentukan desainnya, Toyota dan Clemson membayangkan cara favorit muda-mudi masa kini buat berpindah dari satu tempat ke tempat lain bersama kawan-kawannya. Ternyata mereka menyukai rancangan tajam dan mengotak, pintu depan dan belakang yang terbuka ke arah berlawanan (suicide doors), rangkaian LED, dan kabin yang dikelilingi kaca.

Toyota uBox pada dasarnya merupakan kendaraan utility untuk lima penumpang, dengan komponen yang bisa dikustomisasi. Anda dipersilakan memilih sendiri warna ventilasi udara, kabin, dan trim; desain baru dapat diunduh dan dicetak sendiri via 3D printer. Bangku-bangku gampang dilepas buat memberikan ruang tambahan. Gagasannya memang cukup liar, namun pendekatan tersebut membebaskan pengemudi mengekspresikan karakter mereka, serta menjaga agar penampilan mobil tetap up-to-date hingga ke tahun-tahun berikutnya.

Toyota uBox 03

Manusia modern (dan kemungkinan besar para penerus kita) hampir tak bisa hidup tanpa gadget pintar, dan Toyota mengerti hal ini. Untuk memaastikan Anda memperoleh akses ke sumber listrik, uBox dibekali outlet power 110-volt, diambil dari powertrain. Sayangnya info mengenai bagian ini masih terbilang minim. Toyota hanya bilang bahwa uBox memanfaatkan motor full-elektrik.

Untuk menyangga atap kaca, Toyota memanfaatkan struktur dari kombinasi material komposit serat karbon serta aluminium, dan versi konsep ini dibuat dengan tangan. uBox merupakan bagian proyek Deep Orange Toyota, dimaksudkan sebagai wadah agar mahasiswa dapat mendalami bidang pengembangan otomotif – dari mulai riset pasar dan desain, hingga proses engineering dan produksi.

Toyota uBox 04

Toyota menjelaskan, target uBox ialah para wiraswastawan muda yang membutuhkan kendaraan serbaguna, mampu menunjang kerja, gaya hidup serta rekreasi.

Via Top Gear. Sumber: Toyota.

Jumlah Pengapalan PC Menurun, Gaming PC Malah Naik?

Anda mungkin sudah familier dengan kabar penurunan jumlah shipment PC, biasanya dikaitkan ke minat konsumen. Beberapa kali, analis menyebutkan bahwa ini ialah akhir era komputer personal, dan laporan Gartner serta IDC yang belum lama diungkap kembali memperkuat kabar buruk tersebut. Tapi Anda tak perlu cemas, informasi itu ternyata tidak mewakilkan industri hardware gaming.

Di awal minggu, IDC mengungkap bahwa angka pengapalan PC di triwulan pertama 2016 terus berkurang seperti yang diperkirakan, totalnya ada 60,6 juta unit. Informasi dari Gartner juga cukup senada, mereka menghitung ada 64,8 juta unit, turun 9,6 persen dari kuartal pertama 2015. Gartner berpendapat, salah satu penyebab hal ini adalah merosotnya nilai mata uang lokal terhadap dolar Amerika.

Research manager IDC Jay Chou menyampaikan bahwa pasar PC harus berjuang untuk mendongrak animo konsumen. Meski demikian, IDC memproyeksikan bisnis PC secara keseluruhan tetap berkembang dibanding tahun lalu, turut terbantu berkat Windows 10. Untuk sekarang, permintaan akan PC di negara besar seperti Amerika masih rendah, namun periode pembelian baru dimulai di triwulan kedua, khususnya oleh ranah edukasi dan korporat.

Tapi perlu Anda ketahui, IDC tidak menyertakan PC handheld, tablet ber-OS Windows, serta perangkat yang mempunyai keyboard detachable ke variabel mereka. Kemudian pengertian IDC dan Gartner terhadap istilah ‘shipment‘ juga dipertanyakan (Anda bisa membaca lebih lengkapnya di artikel Moor Insight & Strategy). Lalu yang terpenting, angka di atas hanya mewakilkan produk-produk low-end – garapan Lenovo, HP, Dell dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjabaran Jon Peddie Research, penjualan hardware PC akan meningkat stabil setelah penurunan kecil di 2015. Potensi keuntungan dari upgrade komponen saja bisa mencapai miliaran dolar hingga tahun-tahun berikutnya. Monitor seluas 27-inci serta panel-panel UHD akan jadi incaran konsumen, belum lagi mereka memerlukan sistem berperforma tinggi buat menjalankan permainan-permainan blockbuster. 60 frame rate per detik ialah standar gaming di PC, dan kita tahu virtual reality juga sedang naik daun.

Gaming notebook serta PC kelas low-end diestimasi akan menghadapi tantangan cukup berat karena di tingkat ini khalayak lebih memilih tablet atau console. Namun produsen-produsen semisal Alienware, iBuyPower dan kawan-kawan berpeluang mengubah tren tersebut dengan menyediakan PC yang dioptimalkan buat ruang keluarga. Hal ini didukung lagi oleh permintaan terhadap gaming gear – misalnya mouse, keyboard dan headset.

Dihitung dari hardware, angkanya diprediksi menunjukkan peningkatan: US$ 26,118 miliar di 2016, US$ 28,253 miliar di 2017, dan US$ 30,092 miliar di 2018.

Sumber: PC Gamer & Jon Peddie.

Dibundel Gratis Bersama GTA V, GTA Online Hasilkan Pemasukan $ 500 Juta Untuk Rockstar

Digarap bersamaan dengan Grand Theft Auto V, GTA Online sengaja Rockstar ramu untuk menawarkan pengalaman berbeda dalam permainan open world mereka. Ia berperan sebagai mode multiplayer GTAV, bisa diakses oleh semua pemilik game tanpa perlu mengeluarkan uang lagi. Hampir tiga tahun setelah diluncurkan, jutaan gamer masih setia menikmati GTA Online.

Meski gratis, developer Rockstar North turut membenamkan elemen microtransaction bagi pemain yang ingin mempercepat perkembangan karakter, tapi tetap diseimbangkan supaya tidak merusak gameplay. Sistem ini ternyata sangat populer. Dahulu perusahaan induk Rockstar Games, Take-Two Interactive, pernah menyampaikan bahwa micropayment memberikan kontribusi terbesar bagi perusahaan. Dan belum lama, nilainya diketahui mencapai ratusan juta dolar.

Informasi tersebut terungkap berkaitan dengan gugatan mantan presiden Rockstar North Leslie Benzies kepada Take-Two. Ia menuntut royalti yang belum dibayarkan senilai US$ 150 juta. Dari sana diketahui, in-app purchase GTA Online menyumbangkan pemasukan setidaknya sebesar US$ 500 juta bagi developer. Jumlah ini sangat banyak, buat perbandingan, microtransaction Halo 5 hanya menghasilkan US$ 1,5 juta.

Berdasarkan gugatan tersebut, GTA Online mempunyai potensi membuahkan keuntungan paling besar dibanding permainan lain di seri Grand Theft Auto. Hal ini dikarenakan margin profit di sistem microplayment-nya hampir menyentuh 100 persen, di luar biaya pengembangan. Di akhir tahun lalu, CEO Take-Two Strauss Zelnick mengungkapkan bahwa ada delapan juta gamer memainkan GTA Online tiap minggunya.

Dari data terakhir, Grand Theft Auto V telah dikapalkan sebanyak 60 juta kopi untuk seluruh platform (PC, Xbox One dan PlayStation 4, termasuk console last-gen). Pihak penggugat memperkirakan, keuntungan penjualan game berada di kisaran US$ 3 miliar. Beberapa media memprediksi, karena profit besar inilah Rockstar mengalihkan perhatian mereka sepenuhnya pada GTA Online dan menunda perilisan DLC singleplayer.

Pada tanggal 12 April lalu, Rockstar merilis update berisi mode Inch By Inch untuk GTA Online. Mode kompetitif itu memisahkan gamer menjadi dua tim: satu grup ditugaskan mengirimkan paket ke sebuah zona buat mencetak skor, dan tim lawan harus menggagalkannya. Pemain yang membawa paket tidak bisa menggunakan senjata, jadi kawan-kawannya harus sigap menjaganya.

Untuk merayakannya, Rockstar menggandakan poin GTA$ dan RP, serta menyajikan mobil baru: Vapid Minivan, tersedia di Benny’s Original Motor Works.

Sumber: Gamespot. Sumber tambahan: Polygon & Rockstar News Wire.

Intel Compute Stick Bertenaga Skylake Akan Tersedia Sebentar Lagi

Compute Stick ialah upaya Intel menciptakan PC yang lebih kecil dari desktop maupun small-form-factor tanpa mengorbankan performa terlalu jauh. Dengan memanfaatkan SoC Atom, Compute Stick mampu menangani fungsi hiburan di rumah serta mendukung aktivitas produktif ringan. Dan mungkin Anda sudah tahu, Intel memutuskan buat menyematkan Skylake dalam tipe terbarunya.

Varian anyar Compute Stick tersebut diumumkan pada CES 2016 bulan Januari lalu. Mereka ditenagai Intel Core M3 dan M5. Meskipun Core M memang tidak semumpuni seri Core i, tentu saja Skylake memberikan dongkrakan performa, apalagi dikomparasi dengan model Bay Trail. Ada kabar baik bagi Anda yang sedang menantinya, Compute Stick Skylake akan mulai didistribusikan pada tanggal 29 April 2016 besok.

Intel Compute Stick pada dasarnya merupakan PC desktop ber-platform Windows 10 yang dimampatkan jadi sebesar dongle HDMI – hampir seukuran flash drive USB. Keunggulan dibanding sepupu besarnya (desktop atau mini PC) adalah ia tidak memakan banyak tempat, dapat dimanfaatkan sebagai solusi jika Anda berniat menciptakan PC home theater (HTPC). Dengan mencolokkannya ke port HDMI, Anda bisa mengubah HDTV biasa menjadi smart TV.

Intel Compute Stick Skylake

Potensi Compute Stick memang menarik, namun banyak orang masih ragu terhadap penggunaan praktisnya. Selain skenario di atas, Compute Stick bisa mudah diselipkan ke kantong celana dan secara teori Anda dapat men-setup PC di manapun berada – misalnya disambungkan ke TV di kamar hotel. Tapi keterbatasan port, memori dan ruang penyimpanan bisa jadi kendala; ditambah lagi Anda tetap membutuhkan set keyboard dan mouse.

Ada tiga Compute Stick baru yang sebentar lagi meluncur, yaitu STK2m364CC (US$ 300), STK2m3W64CC (US$ 395), dan STK2mv64CC (US$ 485). STK2m364CC mengusung prosesor Core M3-6Y30 berkecepatan 2.2GHz, tapi tidak dibundel bersama sistem operasi. STK2m3W64CC sendiri telah dilengkapi Windows 10, juga dipersenjatai chip serupa.

Intel Compute Stick Skylake 02

Compute Stick STK2mv64CC merupakan varian paling high-end. Di dalamnya tersimpan prosesor Core M5-6Y57 dengan kecepatan mencapai 2,8GHz. Seperti STK2m364CC, ia tidak disertai OS. Device turut didukung Intel vPro, yaitu tool pengelolaan dan keamanan yang memungkinkan administrator memandu user menangani masalah, menghapus data, serta mematikan PC dari jauh. Sebuah petunjuk bahwa STK2mv64CC disiapkan untuk enterprise.

Spesifikasi lain ketiga perangkat cukup mirip: RAM LPDDR3-1866 4GB, GPU integrated Intel HD Graphics 515, storage 64GB, dibekali tiga buah port USB 3.0, card reader MicroSDXC, Wi-Fi 802.11ac, dan Bluetooth 4.2.

Sumber: PC World.

Surround 360 Ialah Kamera 360 Berwujud Seperti Piring Terbang Ciptaan Facebook

Disebut-sebut sebagai tahunnya virtual reality, 2016 membawa sejumlah tantangan nyata bagi para produsen perangkat VR: memenuhi ekspektasi konsumen terutama dari sisi teknis serta ketersediaan konten. Dengan memiliki Oculus VR, Facebook menjadi salah satu pemain besar di ranah itu. Dan kini sang raksasa sosial media ingin memastikan investasi mereka tidak sia-sia.

Dalam konferensi developer tahunan F8 di kota San Francisco, Facebook memperkenalkan Facebook Surround 360, sebuah kamera untuk merekam video 360 derajat berkemampuan me-render otomatis. Melaluinya, Facebook mengikuti jejak Google (Odyssey) dan Samsung (Gear 360). Namun langkah mereka tak sekedar ikut-ikutan, Surround 360 katanya memberikan solusi atas kendala teknis yang ada di device sejenis.

Facebook Surround 360 02

Surround 360 berpenampilan seperti piring terbang. Ia memiliki 17 buah kamera – 14 mengelilingi sisi sampingnya, satu fish-eye di atas dan sepasang lagi di bawah. Desain tersebut tentu saja ada maksudnya: dengan penempatan kamera seperti ini, Surround 360 dapat mengabadikan video secara utuh, tanpa memperlihatkan tiang/mount. Tiap kamera dibekali shutter global sehingga objek-objek cepat tidak menimbulkan efek artefak.

Kamera ini diramu agar tangguh serta kuat, dan produsen juga menemukan cara supaya Surround 360 tidak overheat dalam penggunaan di waktu lama. Rangkaian kamera itu dipasangkan ke chassis aluminium secara kokoh, sehingga rig dan unit kamera tidak bergerak saat dipakai. Di bagian luarnya, Facebook memanfaatkan shell dari baja power-coated untuk memproteksi komponen internal.

Facebook Surround 360 03

Facebook Surround mampu menyajikan output video 4K, 6K, sampai 8K. Khususnya buat 6K dan 8K, produsen menggunakan codec Dynamic Streaming, hasilnya bisa dilihat dari Oculus Rift serta Gear VR. Menariknya, output tersebut tidak eksklusif cuma untuk headset virtual reality saja. Rekaman dapat di-share ke News Feed Facebook (monoscopic), dan teman-teman Anda dipersilakan mengunduh video stereonya.

Device turut ditopang software stitching jempolan supaya bekerja selaras dengan hardware. Exposure, shutter speed, dan sensor, semuanya diatur di sana. Buat mengendalikan kamera-kameranya, Facebook memilih PC berbasis Linux agar sistem mudah dimodifikasi.

Facebook Surround 360 04

Facebook tidak berniat mengerjakannya sendiri. Mereka berencana buat merilis Surround 360 sebagai proyek open-source (baik unit kamera serta software) di GitHub pada pertengahan tahun ini. Developer bisa mengutak-atik desain dan kodenya, sedangkan pencipta konten dapat memakainya untuk produksi video 360. Versi awal Surround 360 tersusun atas komponen-komponen kustom, membutuhkan modal yang sangat banyak: US$ 30.000.

Via The Verge. Sumber: Facebook.

Cardboard Terlalu Mainstream tapi Oculus Rift Kelewat Mahal? Pockulus Chip Solusinya

Kita sudah sering mendengar bermacam-macam kecanggihan headset virtual reality, namun untuk sekarang, belum ada suatu keharusan bagi konsumen untuk memilikinya. Itu mengapa produk sekelas Google Cardboard mempunyai andil penting dalam membawa pengalaman VR ke kalangan awam, sembari memperkenalkan potensi produk yang lebih high-end.

Cardboard merupakan berita lama. Menariknya, ia mendorong banyak produsen untuk menciptakan alternatif murah perangkat virtual reality. Salah satu jelmaannya adalah Pockulus Chip. Meski namanya terdengar seperti parodi Oculus Rift, produk ini menyimpan kapabilitas unik. Developer Next Thing Co. mendeskripsikannya sebagai console game VR portable, karena ia tidak membutuhkan smartphone supaya bisa bekerja.

Layaknya device sejenis, Pockulus Chip didesain untuk dikenakan di wajah. Dari penampilannya, ia memang tidak seringkas atau sesimpel Cardboard. Itu karena Pockulus memanfaatkan komputer bernama Chip untuk menggantikan peran smartphone. Chip ialah sebuah circuit-board murah yang mudah diutak-utik, dijual seharga US$ 9. Ia menyimpan prosesor ARM v7 1GHz, RAM 512MB, dan penyimpanan 4GB.

Pockulus Chip

Pockulus awalnya dibuat untuk merayakan April Mop. Dave Rauchwerk yang turut bertanggung jawab meramu Chip bilang, akan sangat lucu seandainya orang-orang memasangkan perangkat ini ke wajah, apalagi banyak produsen kini berupaya membuat headset VR mereka sendiri. Tapi pada akhirnya, Next Thing Co. malah menciptakan head-mounted display virtual reality standalone paling murah.

Sebelum Anda buru-buru memesan Pockulus Chip, satu hal perlu diketahui: Chip harus dirakit terlebih dulu agar bisa digunakan. Boks packaging hanya berisi perangkat handheld yang wujud dan ukurannya menyerupai Gameboy. Sisanya, Anda perlu mencetak 3D tiap bagian Pockulus. Walaupun sedikit merepotkan, pilihan warna dapat Anda tentukan sendiri, dan Next Thing Co. juga sudah menyiapkan instruksi lengkapnya.

Board Chip menyajikan keyboard QWERTY lengkap, telah dilengkapi modul Wi-Fi, Bluetooth dan baterai build-in. Komputer tersebut berjalan di OS Linux, mempunyai word processor, program-program untuk membuat musik, serta dilengkapi game yang bisa langsung Anda mainkan. Komponen headset dirancang pemasangannya tidak memerlukan lem atau baut.

Buat menghidangkan konten, produsen menggunakan layar sentuh resistif seluas 4,3-inci dengan resolusi 460×272-pixel. Memang tidak istimewa, namun lebih dari cukup untuk menangani game-game kecil yang telah dibundel bersama Pockulus.

Pockulus Chip bisa Anda beli di website resminya, dijajakan hanya seharga US$ 50.

Via Wired. Sumber: GetChip.