Runtuhnya Era Retailer Tradisional

Kuartal lalu, Amazon baru saja membukukan kinerja terbaiknya yang tercatat menghasilkan $29,1 miliar, menandakan pertumbuhan year-on-year sebesar 28%, lebih besar dari proyeksi sebelumnya yaitu $27,99 miliar. Hasil ini menandakan kuartal keempat Amazon berhasil menghasilkan profit secara berturut-turut dan memberikan penghasilan bersih tertinggi di sejarah perusahaan tersebut sebesar $513 juta.

Hasilnya? Harga saham Amazon menembus rekor dengan harga $767,74 per lembar. Selama dua tahun terakhir, saham Amazon berhasil naik lebih dari dua kali lipat, sementara retailer tradisional seperti Macy mengalami stagnansi atau bahkan penurunan. Dan ini hanyalah awal dari keberhasilan Amazon dan runtuhnya model ritel tradisional.

Mengapa ada yang ingin berinvestasi di saham Amazon pada harga yang sedang mahal-mahalnya? Sederhana. Dominasi Amazon dan nilai sahamnya hanya akan terus meningkat dengan adanya pergeseran dari ritel offline menuju e-commerce dalam skala global. Penetrasi e-commerce di Amerika Serikat sendiri saat ini “hanya” 7,7%. Bayangkan berapa kenaikan harga saham Amazon jika jumlah ini menginjak 50%?

Performa saham Amazon selama 10 tahun terakhir dibanding sejumlah retailer besar
Performa saham Amazon selama 10 tahun terakhir dibanding sejumlah retailer besar. Investasi sebesar $1000 di saham Amazon tahun 2006 akan dihargai $26.993 saat ini (tidak disesuaikan dengan inflasi [Google Finance]

Metrik jangka-pendek tradisional menghambat visi strategis jangka panjang bagi retailer tradisional

Ketika berbicara dengan para peritel tradisional di Asia Tenggara tentang melakukan e-commerce, pertanyaan yang selalu muncul adalah “Berapa Biaya Penjualan (Cost of Sales, CoS) untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnis e-commerce saya?” Dalam e-commerce dan ruang teknologi, banyak dari kita yang sudah akrab dengan menggunakan metrik seperti biaya akuisisi pelanggan (customer acquisition cost, CAC), nilai pelanggan seumur hidup (customer lifetime value, CLV), dan laba atas investasi (returns of investment, ROI).

Namun, metrik yang paling umum bagi pelaku ritel offline adalah biaya penjualan yang merupakan investasi marketing dibagi dengan pendapatan. Ini adalah persentase dari penghasilan peritel tradisional yang dialokasikan untuk biaya marketing dalam anggaran tahunan mereka.

CoS untuk pengecer tradisional biasanya sekitar 5%, didorong oleh trafik warisan offline dan brand awareness. Bagi e-commerce, terutama untuk beberapa tahun pertama dan tergantung pada seberapa agresif bisnis mengakuisisi pelanggan untuk merebut pangsa pasar, jumlah ini bisa berada di antara 50-150%. Jelas, angka ini jauh lebih tinggi dari yang para peritel tradisional biasa keluarkan dan, sebagai hasilnya, merupakan alasan utama para pelaku bisnis offline batal pindah ke e-commerce.

Untungnya, CoS turun ketika jumlah SKU online mengalami kenaikan online, menghasilkan trafik online yang lebih banyak, ukuran keranjang belanja yang lebih besar, dan pembelian berulang lebih sering. Dalam jangka panjang, saat bisnis ecommerce bisa membangun database pelanggan mereka dan menemukan beberapa cara untuk memonetisasinya (lebih lanjut tentang ini nanti), CoS akan menurun dan berpotensi menjadi sebanding dengan nilai pada channel ritel offline. Data internal aCommerce menunjukkan contoh retailer online multi-kategori di Thailand memulai dengan sekitar 25% CoS dan kemudian turun ke 5-10% pada akhir tahun pertama dan 5-8% pada akhir tahun kedua.

Sayangnya, sebagian besar peritel tradisional di Asia Tenggara gagal untuk mengadopsi visi jangka panjang dan tidak pernah membuat lompatan awal ke ecommerce. Kurangnya bakat di wilayah ini juga memperburuk masalah karena banyaknya pengecer yang tidak punya pilihan selain untuk menempatkan orang ritel offline ke posisi ecommerce yang pola pikirnya tidak lebih dari musim liburan selanjutnya.

Di tahun pertama, Cost of Sales melonjak, tapi kemudian stabil di kisaran 15% saat mencapai akhir tahun kedua [Sumber: data internal aCommerce, Mei 2015]
Di tahun pertama, Cost of Sales melonjak, tapi kemudian stabil di kisaran 15% saat mencapai akhir tahun kedua [Sumber: data internal aCommerce, Mei 2015]

Mengontrol last-mile: Bukan tentang siapa yang menjual produk fisik lebih banyak, namun siapa yang memiliki pelanggan

Pengecer tradisional sering melihat ecommerce hanya sebagai cabang toko lainnya, hanya saja secara online. Pola pikir ini yang mencegah mereka melihat skema besar yang ada di dunia online.

Unilever tidak mengakuisisi Dollar Shave Club (DSC) sebesar $1 miliar untuk pisau cukur yang lebih baik, mereka membeli hubungan langsung yang dimiliki DSC dengan lebih dari tiga juta anggota (didominasi laki-laki) dan potensi untuk menjual kepada mereka produk dan jasa yang berkaitan. Daripada pergi melalui pengecer seperti Walmart, Unilever sekarang bisa menghampiri konsumen secara langsung dengan segala manfaatnya termasuk margin yang lebih tinggi dan wawasan pelanggan yang lebih dalam.

Alibaba tidak membeli Lazada sebagai saluran distribusi untuk produk buatan Cina, mereka membeli hubungan langsung dengan pelanggan dan kekuatan distribusi untuk membawa produk dengan margin yang lebih tinggi dan jasa lainnya seperti pembayaran dan asuransi.

Hanya masalah waktu sebelum Jack Ma membawa kuda trojannya dalam bentuk Ant Finance dan semua produk terkait seperti Alipay (platform pembayaran pihak-ketiga) dan Yu’e Bao (dana bersama online) ke Asia Tenggara. Sepak terjang Alibaba ke dalam asuransi melalui Zhongan dan kerjasama dengan AXA yang baru-baru ini diumumkan menunjukkan masa depan di mana Alibaba bisa meningkatkan pendapatan rata-rata per pengguna melalui menjual produk non-fisik secara online.

Xiaomi sebenernya hampir sama saja dengan memberikan smartphonenya secara gratis dengan menjualnya dengan harga yang sangat murah dan margin yang sangat tipis. Tujuan mereka adalah untuk mengumpulkan basis pengguna yang besar dan memonetisasikannya melalui penjualan produk mereka yang lainnya, mainan mewah, perangkat lunak, serta online dan mobile advertising. Dengan lebih dari 170 juta pengguna pada tahun 2016, Xiaomi memiliki pengguna lebih dari Snapchat (70+ juta) dan hampir menyusul LINE (220 juta).

Peritel internet murni akan membawa permainan mereka ke para peritel tradisional offline

Para peritel tradisional masih percaya bahwa mereka memiliki satu keuntungan yang unik lebih dari para pemain online: toko fisik mereka. Semua hype dan buzz tentang ritel omnichannel menjadi secercah harapan bagi para pemain seperti Macy’s dan Walmart. Bahkan saat Macy’s menutup toko fisiknya, mereka tetap berusaha menunjukkan permainan omnichannelnya dengan mengubah toko-toko yang masih hidup sebagai ruang pameran tempat fulfillment-center mini bagi in-store pickup untuk pesanan online.

Saat ini, perusahaan tidak lagi memisahkan penjualan online dalam pelaporan kepada investor, dengan alasan garisnya telah menjadi kabur antara website dan toko fisik. Walmart, setelah melewatkan perahu ecommerce, telah meningkatkan dua kali lipat usaha omnichannelnya, memperluas layanan beli online dan pick up di toko’ menjadi sekitar 30 pasar di AS.

Sayangnya, bahkan keuntungan tersebut perlahan terkikis oleh para pemain online yang secara cekatan bergerak ke offline, bukan untuk distribusi tetapi lebih sebagai perpanjangan dari merek online mereka.

“Dengan membuka toko fisik, brand meningkatkan kesadaran konsumen dan kemudian trafik situsnya. Para disruptor ini melihat internet sebagai cara untuk membangun bukti dari sebuah konsep dan akses ke modal murah sebelum kemudian melompat ke ritel ” – L2 Inc.

Warby Parker memiliki 12 lokasi ritel di seluruh AS dengan rencana untuk membuka tujuh lainnya. Hal yang sama berlaku untuk Birchbox, penyedia subskripsi online peritel kecantikan yang memiliki toko utama di SoHo, New York dan berencana untuk membuka setidaknya dua lainnya pada akhir 2016. Bahkan Amazon meluncurkan toko fisik pertamanya di Seattle pada akhir tahun 2015 dan toko kedua direncanakan akan dibangun di Southern California.

Bertentangan dengan strategi merchandise ritel tradisional, toko-toko ini biasanya berfokus untuk menampilkan sebanyak mungkin variasi produk mereka, termasuk SKU “long tail” mereka. Tujuannya bukan untuk menjual di toko; namun agar para pelanggan dapat merasakan brand dan produknya sehingga meningkatkan kemungkinan mereka untuk membeli online.

“Toko-toko ini membawa sedikit persediaan fisik dan dirancang untuk membantu pelanggan mencari ukuran yang ideal dan cocok untuk mereka. Pendekatan ini merupakan gema dari website mereka, memberikan setiap satu item kesempatan sendiri untuk bersinar” -Erin Ersenkal, Chief Revenue Officer Bonobos.com

Tidak sulit untuk membayangkan Alibaba dan Lazada membuka toko offline di seluruh Asia Tenggara sebagai channel marketing dan branding mereka. Dengan kurangnya saluran akuisisi pelanggan secara online dan offline dan meningkatkan biaya per klik di pasar negara berkembang di Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia, dan Vietnam, memiliki saluran eksklusif sendiri memberikan keunggulan kompetitif yang kuat lebih dari peritel tradisional maupun pemain online lainnya.

Pemain online yang mendirikan toko offline cenderung lebih sukses dibanding yang sebaliknya
Pemain online yang mendirikan toko offline cenderung lebih sukses dibanding yang sebaliknya [L2]

Peran e-commerce bagi pengecer tradisional

Pengecer offline tradisional tersisa dengan dua pilihan jika berbicara tentang adopsi ecommerce:

1. Ecommerce sebagai cabang toko lainnya
Perlakukan toko online seperti toko fisik lainnya dan ukur performanya dengan metrik penjualan yang sama (contoh: 5%), atau dalam istilah Jack Ma, “Ecommerce sebagai makanan penutup, bukan hidangan utama.” Jangan berharap pertumbuhan yang memuaskan dengan pendekatan ini karena metrik jangka pendek tidak bisa dibandingkan dengan investasi awal yang besar di awal. Ancaman jangka panjang di sini adalah bahwa brand yang dijual oleh peritel akan keluar dan pergi langsung ke konsumen untuk mendapatkan margin yang lebih tinggi, data pelanggan, dan transparansi. Langkah Unilever untuk membeli Dollar Shaving Club contohnya, dan pisau cukur hanya awalnya.

2. Ecommerce sebagai saluran untuk memiliki pelanggan
Gunakan ecommerce sebagai sebuah saluran yang scalable dan hemat biaya dalam jangka panjang untuk mendapatkan dan memiliki hubungan langsung dengan pelanggan sendiri. Kemudian, gunakan hubungan ini untuk menjual lebih banyak produk, baik fisik dan non-fisik, terutama produk ber-margin tinggi seperti jasa keuangan (asuransi, pinjaman) dan iklan. Dengan memiliki lebih banyak pelanggan, pengecer meningkatkan daya tawar brand mereka vis-à-vis yang semakin banyak mengambil pilihan untuk memotong pengecer dan pergi langsung.

Tidak semua pengecer di Asia Tenggara menggunakan e-commerce hanya sebagai sebuah cabang toko lain pada umumnya. MatahariMall milik Lippo Group adalah salah satu contohnya. Dengan dukungan yang kuat dan pandangan jangka panjang dari John Riady, pewaris kerajaan Lippo, MatahariMall.com dengan cepat menjadi pesaing nomor satu Lazada di Indonesia. Tidak saja bergerak di ritel, MatahariMall juga akan memberikan jasa pembayaran dan keuangan melalui kemitraan dengan Grab. Di Thailand, Central Group adalah meningkatkan permainan ecommerce dengan mengakuisisi Zalora Thailand dan Vietnam, dan Cdiscount Vietnam.

Ini adalah bukti bahwa untuk bertahan hidup, pengecer offline tradisional seperti Matahari, Central Group, atau The Mall Grup butuh secara sukses menemukan kembali diri mereka untuk mengantisipasi kedatangan para pemain internet lainnya seperti Lazada yang pindah ke wilayah mereka.

Peritel tradisional juga perlu khawatir tentang brand online yang bisa saja keluar dari rangkaiannya dan mengadopsi model langsung ke konsumen mereka, seperti yang sudah terlihat pada Nike. Namun, taruhan terbaik adalah bagi para peritel pintar yang bisa membangun ekosistem mereka sendiri, hubungan pelanggan sendiri (misalnya asuransi, iklan, jasa) yang sebagian besar semakin digital dan memonetisasinya melalui banyak cara serta tidak lagi menjajakan produk dengan margin yang rendah. Kemudian, dan hanya kemudianlah, baru para peritel tradisional sebagai distributor bisa bertahan dari disintermediasi yang dibawa kepada mereka berkat teknologi.

Jangan sampai bisnis Anda bernasib seperti Circuit City
Jangan sampai bisnis Anda bernasib seperti Circuit City


Disclosure: Tulisan ini dibuat oleh Sheji Ho dan disadur oleh Rara Kinasih setelah melalui penyuntingan. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan eCommerceIQ.

Bagaimana Founder Menyikapi Keragaman dalam Kultur Startup

Sebuah lembaga riset independen Lawless Research baru saja merilis sebuah laporan berjudul “Tech Startups: Diversity & Inclusion”. Melibatkan sekurangnya 700 founder startup sebagai responden, laporan ini banyak mengemukakan fakta unik seputar pendekatan kepemimpinan. Salah satu yang cukup disorot adalah kultur keragaman dalam sebuah habit kepemimpinan. Rata-rata para founder setuju bahwa keragaman penting ditumbuhkan dalam lingkungan tim.

Keragaman yang dimaksud di sini adalah keragaman dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, termasuk di dalamnya keragaman gender, keahlian, latar belakang hingga passion. Dalam ekonomi global yang kompetitif ini diyakini bahwa keragaman tersebut menjadi elemen kunci untuk menghasilkan berbagai macam terobosan baru. Riset ini akan turut mengemukakan bahwa keragaman yang semakin tinggi akan mengantarkan bisnis pada pendapatan yang lebih tinggi, termasuk pencapaian pangsa pasar yang lebih besar, dan yang paling penting retensi karyawan akan menjadi lebih baik.

Hasil penelitian terkait dengan kultur keragaman di startup / Lawless Research
Hasil penelitian terkait dengan kultur keragaman di startup / Lawless Research

Pertanyaan selanjutnya tentu mengerucut pada tujuan yang diharapkan dari keragaman tersebut. Dan masih tentang keyakinan mayoritas para founder yang menjadi responden dalam survei. Pada dasarnya sebagian besar meyakini bahwa keragaman di sebuah tim bisnis akan cenderung memberikan dampak positif ke dalam alur usaha. Namun secara lebih spesifik yang banyak diyakini dan diharapkan dari sebuah keragaman dalam tubuh bisnis adalah munculnya ide kreatif dan inovasi berkat pemikiran dan sudut pandang yang beragam. Millennials dihadapkan pada sebuah era disruption. Penemuan atau pendekatan baru banyak diupayakan untuk menggantikan model tradisional yang sudah berjalan mapan. Dan untuk mewujudkannya inovasi menjadi proses kunci di dalamnya.

Temuan menarik yang ada dalam riset justru hal yang kaitannya dengan peningkatan nilai finansial memiliki persentase yang cukup kecil. Sedangkan strategi penyelesaian masalah menjadi salah satu prioritas yang ingin dicapai. Ini turut mengindikasikan bagaimana pola pikir pemimpin di lanskap startup dalam mengalihkan prioritas. Bisa disimpulkan secara sederhana, kesempurnaan produk atau layanan menjadi fokus di ranking teratas.

Apa yang diharapkan dari sebuah keragaman dalam kultur startup / Lawless Research
Apa yang diharapkan dari sebuah keragaman dalam kultur startup / Lawless Research

Membahas tentang sumber daya manusia (SDM), laporan tersebut turut menyinggung tentang bagaimana seorang founder menghadapi “unconscious bias”, sebuah bias yang disebabkan karena seorang individu yang secara implisit banyak membawa dampak merugikan kepada anggota tim. Sebanyak 92 persen dari para responden mengaku akrab dengan keadaan itu, namun hanya 43 persen yang mengaku mengupayakan untuk mereduksi bias tersebut. Cara paling umum yang ditempuh untuk mengurangi bias adalah melakukan diskusi informal mengenai topik tersebut dan melakukan audit dalam kriteria dan proses perekrutan, termasuk beberapa melakukan training terpadu.

Upaya-upaya yang digalakkan untuk menelurkan keragaman kultur startup / Lawless Research
Upaya-upaya yang digalakkan untuk menelurkan keragaman kultur startup / Lawless Research

Beberapa founder juga melakukan tindakan strategis dari dini untuk membentuk sebuah keragaman di dalam kultur kerja startup masing-masing. Umumnya ada tiga hal yang ditekankan untuk meningkatkan keragaman tersebut, yakni melalui proses seleksi, proses pelatihan dan penawaran benefit bagi si pekerja. Startup yang memiliki keragaman lebih pada tim teknis lebih banyak membakukan policy proses perekrutan, termasuk wawancara.

Untuk membentuk keanekaragaman (terutama dari sisi kepemimpinan), umumnya diadakan pelatihan khusus pengembangan profesi dan juga program mentoring yang memfokuskan pada penanaman prinsip-prinsip kepemimpinan.

Peranan Big Data dalam Dunia Kesehatan

Jika membahas mengenai teknologi maka tak pernah luput untuk membahas di sektor apa saja teknologi tersebut bisa dimanfaatkan. Teknologi yang sedang banyak dibahas dan digandrungi salah satunya big data. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data menjadi peluang tersendiri untuk berbagai sektor, salah satunya kesehatan. Dampak yang paling diharapkan dari penerapan teknologi di big data adalah meminimalkan malapraktek.

Jika di sektor bisnis big data dimanfaatkan untuk keperluan personalisasi layanan demi meningkatkan pengalaman pengguna, di sektor kesehatan big data memegang peran lebih sentral. Fungsinya untuk membantu tenaga medis, seperti dokter atau perawat untuk mendapatkan data lebih mendalam dari pasien. Seperti rekam medis, daftar obat yang dikonsumsi, hingga daftar obat yang tidak boleh dikonsumsi. Data-data tersebut menjadi penting untuk meminimalkan malapraktek dan mendapatkan data pribadi pasien.

Selain itu big data bisa menjadi tulang punggung untuk teknologi kecerdasan buatan. Kombinasi keduanya bisa menghasilkan analisis yang akurat. Belum lagi jika dikombinasikan dengan teknologi cloud yang memungkinkan data bisa dibagi dengan mudah antar jaringan rumah sakit, sehingga di mana pun pasien berobat atau ditangani data rekam medis pasien sama.

Salah satu jenis malapraktek yang bisa ditekan adalah kesalahan pemberian obat. Para petugas medis bisa memanfaatkan data-data pasien untuk menentukan obat dan dosis yang tepat kepada pasien. Termasuk apakah pasien benar-benar perlu obat atau bahkan hanya perlu istirahat. Ini termasuk juga mengurangi ketergantungan terhadap obat.

Selain disiapkan untuk membantu pasien, big data juga bisa digunakan untuk mengembangkan diagnosa. Dengan dilengkapi teknologi-teknologi pendukung lainnya big data bisa menjadi penunjang utama untuk dunia kesehatan menciptakan sebuah alat diagnosis yang merekam banyak gejala dan jenis penyakit tiap tahunnya. Data ini bisa digunakan untuk mengantisipasi atau mencegah lebih dini sebelum sebuah penyakit mewabah.

Yang perlu menjadi perhatian adalah penerapan teknologi di kesehatan tidak bisa disamakan dengan sektor lain. Harus ada desain dan keamanan lebih. Mengingat ini berkaitan dengan data personal dan menyangkut kesehatan. Bisa menjadi hal berbahaya jika sampai bocor.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

5 Tren UX untuk Situs Startup dan UKM

Untuk sebagian orang awam, istilah desain UX mungkin masih terdengar sangat asing. Desain memang identik dengan seni, warna dan keindahan, namun jika kita gali lebih dalam lagi, pengertian desain secara umum dapat diartikan sebagai perancangan untuk membangun suatu obyek.

Bagaimana Dengan Desain UX?

Desain UX (User Experience) bukan hanya berbicara tentang desain dan keindahan. UX berbicara tentang bagaimana kita membuat suatu produk yang bermanfaat, mudah dan nyaman digunakan.

Dengan teknologi smartphone dan tablet yang sudah mendominasi eksistensi desktop, desain website dan UX pun juga harus mampu menyusul perkembangan tersebut. Mulai dari klik sebuah tombol, masuk ke dalam sebuah halaman sampai proses sebuah fungsi yang dibuat terasa flow-nya agar membuat user merasa terikat dengan produk kita.

Tren Desain UX

Apabila Anda memiliki website yang terintegrasi dengan UX yang baik, maka otomatis akan banyak pengunjung yang berpotensi menjadi pelanggan. Terlebih lagi jika pelanggan tersebut puas dengan produk atau jasa yang Anda tawarkan, besar kemungkinan mereka akan merekomendasikannya kepada orang banyak.

Hal ini tentunya sangat baik untuk impresi user saat menggunakan website dan keuntungan bisnis yang sedang Anda jalankan. Sebelum Anda mulai mendesain, sebagai designer ataupun pebisnis yang ingin memberikan pengalaman terbaik kepada pengunjung website, 5 trend desain UX berikut ini wajib untuk diketahui dan dijadikan referensi.

1. Infinite scrolling layout
Seperti yang sudah kita ketahui, generasi millennial sangat mendominasi angka pengguna internet, oleh karena itu kita juga harus mengetahui perilaku mereka saat mengunjungi sebuah website.

Mereka lebih suka mencari scrollbar yang biasa terdapat di sisi kanan layar dan tidak akan sungkan untuk tetap scrolling sampai halaman paling bawah hanya demi mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Dengan begitu pengunjung akan mendapatkan informasi lebih cepat dan secara tidak langsung Anda juga sudah mendapatkan engagement mereka.

Contoh desain bertipe infinite scrolling
Contoh desain bertipe infinite scrolling [speckyboy]
Website yang menggunakan tampilan infinite scrolling juga memiliki keuntungan teknis. User dapat dengan mudah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan tanpa harus berpindah-pindah halaman, yang biasanya memakan banyak waktu untuk loading.

Beberapa contoh website yang menggunakan infinite scrolling layout: tumblr, 9gag, flickr, dan behance.

2. Ubah tampilan slider/carousel menjadi hero shot
Pernah melihat gambar bergerak dan berubah-ubah seperti animasi atau flash saat mengunjungi sebuah website? Itulah slider/carousel. Meskipun terlihat bagus, menarik dan cool, studi dari ConversionXL menunjukkan bahwa fitur tersebut mengganggu kenyamanan pengunjung bahkan berdampak buruk untuk SEO.

Daripada memperberat loading website dengan slider, akan lebih baik jika Anda menggunakan hero shot. Mungkin banyak dari Anda yang belum familiar dengan istilah ini. Hero shot adalah sebuah gambar yang membantu pengunjung website untuk membayangkan hasil dari produk yang Anda tawarkan.

Seperti gambar wanita cantik dengan rambut indah dan bergelombang pada website Luxury Hair berikut.

Contoh tampilan hero shot
Contoh tampilan hero shot [Klientboost]
Secara otomatis pengunjung website tersebut bisa dengan mudah mengerti manfaat dari produk yang ditawarkan.

Sudah banyak website yang menggunakan tampilan ini karena terbukti tidak memperlambat browser seperti slider/carousel.

3. Jangan berfokus pada gambar wajah (lihat buktinya dengan studi eye-tracking)
Dalam mendesain UX, tentunya kita diharuskan untuk fokus dalam menganalisa apa yang ada di dalam pikiran pengguna agar menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Dengan begitu strategi dalam mendapatkan engagement dari mereka akan berjalan dengan mudah.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meminta live feedback dari pengguna website yang aktif melalui studi eye-tracking. Anda bisa menggunakan heat maps dengan SumoMe atau CrazyEgg untuk mengetahui di mana letak pengguna banyak menghabiskan waktunya di halaman website Anda.

Eye-tracking dapat menunjukkan kita seberapa efisien fitur dan konten yang di dalam sebuah website.

Sebagai gambaran, Anda bisa melihat studi kasus di bawah ini.

Bagaimana orang melihat suatu tampilan situs
Bagaimana orang melihat suatu tampilan situs [StartupBisnis]
Studi tersebut menunjukkan kepada kita bahwa pengguna website lebih suka melihat teks headline atau search bar dibandingkan gambar wajah yang mencolok.

Anda boleh saja menggunakan wajah seseorang untuk menarik perhatian user, namun yang terpenting adalah memiliki headline yang dapat memikat hati mereka untuk menggunakan produk atau jasa Anda.

4. Ask (and answer) questions
Mengerti maksud dari pengguna saat mengunjungi website Anda sangatlah penting ketika mendesain UX. Setelah mengetahui prospek-prospek apa saja yang membawa mereka mengunjungi website Anda, langkah selanjutnya adalah memberikan teks headline dalam bentuk pertanyaan (sekaligus jawabannya) pada homepage website, seperti yang dilakukan perusahaan agency Interactive Strategies ini:

Tampilan berbasis ide dan jawaban
Tampilan berbasis ide dan jawaban [Wordstream]
Dalam teks tersebut, agency Interactive Strategies paham betul pertanyaan paling umum yang dilontarkan para pengunjung websitenya, yakni “Apa yang membedakan agency ini dengan agency lainnya?”.  Itulah sebabnya mereka menanyakan hal tersebut di halaman homepage sekaligus memberikan jawaban yang terbaik.

Dengan mengetahui persoalan yang ada di dalam pikiran user, website Anda akan memiliki connection yang kuat dengan pengunjung sehingga potensi visitor to be customer pun akan terealisasi.

5. Implementasi AI (Artificial Intelligence)
Hidup pada era big data yang melaju pesat seperti sekarang ini sangat mempermudah kita untuk mengetahui behavior masing-masing pengunjung website. Jika Anda tidak mengambil data tersebut, Anda akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan engagement mereka.

Sebagai contoh, Anda bisa kunjungi website Netflix. Salah satu cara mereka mendapatkan engagement yang sangat baik kepada user adalah dengan mengoptimalkan sistem AI untuk mengumpulkan data mengenai masing-masing user.

Tiap kali user menonton sebuah film, otomatis film tersebut masuk ke dalam database dan film dengan judul terkait akan muncul pada halaman berikutnya.

Tampilan Netflix yang berbasiskan implementasi AI
Tampilan Netflix yang berbasiskan implementasi AI [filmtrooper]
Goals Netflix adalah memastikan user untuk selalu memiliki film-film yang cocok dengan interest mereka.

Kesimpulan

Jika Anda ingin tim lain ikut terlibat dalam project pembuatan desain website (copywriter dan marketer), pastikan terlebih dahulu desain yang akan dihasilkan sesuai dengan kesepakatan awal bersama designer dan ambilah data valid dari pengunjung serta user. Dengan begitu pembuatan desain website akan berjalan lancar dan Anda akan mendapatkan banyak happy clients.


Disclosure: Artikel tamu ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan Sribulancer

Anda bisa memanfaatkan agensi yang sudah berpengalaman atau jasa pembuatan website dan marketing online yang ditawarkan oleh ratusan freelancer profesional di Sribulancer.

Sisi Gelap Gelap Big Data dan Analisis Prediktif

Ada garis tipis nyata yang membatasi antara sisi terang dan gelap penggunaan big data. Di sisi terang, big data dan analisisnya menjadi senjata ampuh bagi bisnis maupun pemerintah untuk mendapatkan prediksi yang akurat mengenai banyak hal. Tergantung data yang didapat dan diolah. Di sisi lainnya, big data bisa menjadi sesuatu yang berbahaya. Tidak hanya berkenaan dengan privasi, tetapi juga masalah diskriminasi dan penyalahgunaan lainnya.

Sama seperti teknologi lainnya, big data juga bisa sangat baik jika berada di tangan yang tepat. Namun berlaku sebaliknya. Selama ini kita selalu membaca dan mendengar bahwa personalisasi adalah bentuk dari peningkatan pengalaman pengguna level selanjutnya. Data-data personal ini didapatkan dari bagaimana sistem menganalisis bagaimana kebiasaan pengguna. Kemudian sistem bisa memberikan rekomendasi apa yang cocok dan apa yang mungkin relevan dengan kebiasaan mereka saat ini.

Ini menjadi mengkhawatirkan jika analisis prediktif ini dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak baik. Misalnya analisis prediktif mengenai kegemaran, pola bepergian, penggunaan kartu kredit, transaksi, dan banyak hal dimiliki oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Bukan untuk menghakimi bahwa teknologi berbahaya, hanya mengingatkan ada sisi lain dari teknologi yang ternyata memang membahayakan.

Gedung Putih Mei silam mengeluarkan sebuah dokumen bertajuk “Big Data: A Report on Algorithmic Systems, Opportunity, and Civil Rights”. Dalam dokumen sebanyak 29 halam tersebut dijelaskan banyak hal mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi big data. Salah satu tantangan yang menjadi sorotan adalah kemungkinan big data disalahgunakan sebagai alat untuk diskriminasi.

Beberapa contoh kasus yang diambil adalah diskriminasi yang bisa didapatkan masyarakat untuk mendapatkan akses kredit, lowongan pekerjaan, pendidikan dan kejahatan kriminal. Jika big data dan analisis bisa mendapatkan analisis prediktif dari data yang ada menyebutkan orang-orang yang dinyatakan “tidak masuk kualifikasi” maka orang-orang tersebut benar-benar dipinggirkan. Bisa saja seseorang akan ditolak di mana pun karena data riwayatnya ternyata menghasilkan analisis prediktif yang buruk. Padahal belum tentu sumber data akurat, belum lagi analisis dilakukan dengan baik dan benar.

Big data dan analisisnya sama halnya mengkhawatirkan dengan peralatan yang dikendalikan dari jauh bila sama-sama di pegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dalam kasus big data risikonya bisa lebih ditekan dengan memastikan keakuratan data dan menjaga agar informasi personal lebih dulu mendapatkan izin dari pengguna. Selain itu diharapkan juga kebijakan yang lebih baik dari lembaga yang menggunakan analisis prediktif untuk menghindari diskriminasi.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Pebisnis, Jangan Sampai Mengabaikan 4 Hal Mendasar tentang Media Sosial Ini

Perlu diakui, zaman media sosial ini memudahkan manusia untuk mencari tahu akan banyak hal. Keran informasi terus mengucur di kanal-kanal media sosial yang ada, sehingga orang-orang kini tak perlu lagi memaksakan diri untuk menunggu newsflash di televisi bila ingin mengetahui tentang info yang sedang hangat.

Untungnya, media sosial bukan hanya untuk individu-individu yang hidup di zamannya saja. Semua bisnis juga bisa hidup dan menjadi sorotan di alam media sosial. Ya, semua. Termasuk perusahaan yang Anda kelola, entah itu besar atau kecil, rintisan atau mapan.

Yang disayangkan adalah para pebisnis seringkali terlalu terkonsentrasi pada sales dan marketing, sampai terlupa bahwa media sosial juga termasuk di dalam dua departemen itu. Anda juga termasuk pebisnis yang demikian?

Pekerjaan kantor dari berbagai divisi memang sudah cukup menyita pikiran Anda, sampai-sampai hal mendasar dari media sosial dikesampingkan. Tapi, jangan sampai bisnis Anda tidak terlihat gaungnya di media sosial!

Bagaimana caranya untuk bisa menjaga gaung di media sosial? Mari ikuti pembahasan berikut ini.

1. Konten

Content is king,” ujar Bapak Microsoft Bill Gates. Ungkapan itu mungkin klise dan berlebihan di telinga orang-orang, tapi jika Anda sudah menyikapi konten media sosial perusahaan, Anda akan tahu bahwa Bill Gates tidak sedang bercanda.

Strategi dan pemahaman karakter kanal media sosial yang Anda gunakan adalah langkah utama dalam mengemas konten. Pahami bahwa, misalnya konten Facebook sebaiknya memuat link di dalam tulisan dan gambar yang mobile-friendly, atau tulisan di Twitter yang sebaiknya berisi call-to-action dan menghindari penyingkatan kata.

2. Timing

Setelah punya strategi konten yang matang, timing yang tepat adalah hal selanjutnya yang harus Anda perhatikan. Timing ini berkaitan dengan waktu post dan tingkah laku audience.

Perusahaan Anda mungkin bekerja dari pukul 9 pagi sampai 5 sore. Tapi, akun media sosial harus tetap “hidup” melebihi rentang waktu itu, sebab audience Anda belum tentu aktif di media sosial pada jam kerja saja.

Untuk eksekusinya, Anda tidak perlu mengurangi jam tidur atau mengundur waktu berlibur. Cukup lakukan scheduling post yang sudah disesuaikan dengan perilaku audience dengan tools yang tepat, seperti ombaQ.

3. Engagement

Konten Anda boleh saja menarik dan sedap dilihat. Namun jika tidak bisa mengajak audience untuk terlibat dan menyelami brand Anda, buat apa?

Itulah pentingnya memahami poin nomor satu yang sebelumnya disebutkan. Karena, dengan menguasai konten sebaik mungkin, Anda telah membuka kemungkinan yang besar untuk konten Anda bisa meningkatkan engagement.

Setelah itu, like, retweet, dan comment mungkin akan mengalir deras. Dan itulah saatnya untuk Anda berinteraksi dengan audience. Untuk membuatnya lebih efisien, lakukan cross-channel engagement.

4. Statistik

Saatnya melihat hasil usaha Anda dalam mengembangkan sales dan marketing di media sosial. Anda harus membuka pandangan dan melihat bagaimana perusahaan Anda dipandang oleh mereka yang hidup di dunia media sosial.

Untuk yang satu ini, Anda lagi-lagi memerlukan tools semacam ombaQ yang efektif dalam melihat secara tepat apa yang terjadi di kanal media sosial Anda, dan juga yang memudahkan Anda untuk mempresentasikan statistik ke dewan direksi perusahaan dan rekan kerja.

Setidaknya, itulah empat hal yang terkesan sederhana tetapi penting untuk Anda perhatikan, agar bisnis Anda terus berkembang tidak hanya dalam meraup rupiah, tapi juga dikenal secara positif di media sosial. Empat hal ini adalah dasar, dan Anda bisa mengembangkan sendiri dasar ini agar perusahaan Anda memiliki taji di media sosial.

*) Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh ombaQ.

Kemunculan Chatbot: Membidik Tren Chat Commerce di Asia Tenggara

Uji coba sistem pembayaran melalui messenger yang dilakukan Facebook di Thailand menandakan semakin bertumbuhnya potensi social commerce di Asia Tenggara. Seiring dengan dominasi messaging sebagai bentuk interaksi sosial, tidak mengherankan apabila bisnis juga mulai beralih ke platform ini untuk memberi informasi, memahami, dan berjualan kepada pelanggan mereka. Tahap berikutnya dari revolusi teknologi ini jelas: robot otomatis yang bisa berinteraksi dengan pelanggan untuk mendorong dan memfasilitasi penjualan, menirukan percakapan manusia dan melakukan tugas berulang-ulang.

Butuh bantuan untuk menemukan sepatu yang cocok dengan sebuah pakaian? Bayangkan bisa mengetik “sepatu apa yang cocok dengan pakaian ini?” diikuti dengan foto pakaian yang Anda kenakan, dan hanya tinggal menunggu algoritma yang bisa langsung menganalisis dan memberikan tiga pilihan berbeda sesuai dengan kriteria Anda. Bayangkan bisa menyelesaikan pembelian Anda tanpa harus meninggalkan aplikasi messaging tersebut. Bisnis menyediakan pelanggan sebuah layanan yang nyaman, hemat waktu, dan mudah digunakan. Win win.

Di mana posisi chatbot saat ini?

Ada banyak tipe chatbot di lingkungan ecommerce saat ini yang dibuat untuk melayani kebutuhan yang berbeda seperti; menjawab pertanyaan pelanggan, menyediakan rekomendasi produk, dan menyederhanakan proses pembelian. Di bawah ini adalah beberapa contoh yang tersedia saat ini:

Facebook Messenger
Saat Facebook mengumumkan integrasi kemampuan ecommerce ke dalam aplikasi messenger populer mereka pada konferensi developer F8 di bulan April lalu, CEO Mark Zuckerberg mendemonstrasikan bagaimana mudah dan cepatnya proses mengirimkan bunga. Menggunakan 1-800-Flowers, pengguna diberikan saran memilih bunga untuk berbagai macam acara (“Terima Kasih”, “Ulang Tahun” dan “Cinta dan Romantis”), dan semua detail didapatkan langsung melalui tampilan chat.

Contoh tampilan bot Facebook
Contoh tampilan bot Facebook

Banyak bisnis sudah menginvestasikan nominal yang besar dari anggaran marketing mereka untuk memiliki halaman Facebook yang engaging dan personal untuk melengkapi brand mereka dan mendorong trafik ke website. Ini juga merupakan transisi yang logis bagi mereka bagi mereka untuk juga mengadopsi chatbot dalam aplikasi native messaging milik Facebook.

Kik
Kik adalah platform sosial media lainnya yang telah menjadi semakin populer di AS dengan lebih dari 270 juta pengguna. Layanan chatbot-nya telah menarik perhatian banyak perusahaan terkenal – salah satunya adalah makeup retailer, Sephora. Layanan chatbot mereka tidak saja menyediakan metode bagi pengguna untuk berbelanja produk, tetapi juga memungkinkan mereka untuk bertanya apapun tentang kecantikan, ulasan makeup, rekomendasi produk, dan tips. Interaksi ini juga dihiasi oleh emoji yang membuat balasan otomatisnya terlihat seperti dilakukan oleh perwakilan manusia sebuah brand.

Chatbot Sephora di Kik. [Sumber]
Chatbot Sephora di Kik. [Sumber]
WeChat
Dengan lebih dari 760 juta pengguna aktif bulanan, WeChat telah memposisikan dirinya sebagai aplikasi messaging yang dominan di Cina. Namun, fitur-fitur yang tersedia dalam WeChat telah jauh melampaui chatting. Tanpa harus meninggalkan aplikasi, beberapa hal yang bisa dilakukan pengguna adalah; memesan makanan, memesan taksi, membuat janji dengan dokter, mengikuti akun brand favorit mereka dan membayar tagihan. Melalui WeChat, Nike menciptakan chatbot yang menyediakan berita dan update perusahaan kepada penggemar, serta secara konsisten berkomunikasi dengan pengguna.

Chatbot Nike di WeChat [Sumber]
Chatbot Nike di WeChat [Sumber]

Mengapa chatbot? Mengapa sekarang?

Pertumbuhan Penetrasi Internet
Faktor utama yang mendorong ecommerce dan revolusi chatbot di Asia Tenggara adalah pertumbuhan jumlah orang yang menggunakan internet. Pengguna internet yang berjumlah 199 juta di tahun 2014 diprediksi akan meningkat menjadi 294 juta pengguna pada 2017. Dari 150 juta konsumen digital yang mencari produk secara online, dua pertiga dari mereka akan melanjutkan melakukan pembelian di sana.

Penetrasi pengguna internet di beberapa negara Asia Tenggara [Frost & Sullivan]
Penetrasi pengguna internet di beberapa negara Asia Tenggara [Frost & Sullivan]
Mobile adalah Raja
Bagi para pengguna, metode tradisional ecommerce – membuka browser, menavigasi melalui banyaknya halaman dan barang, dan memilih detail barang untuk check out – terasa membosankan dan tidak alami di mobile karena ukuran layarnya yang kecil dan kemampuan multitask yang terbatas. Bisnis perlu mencari solusi alternatif yang bisa memastikan bahwa proses pembelian bisa dilakukan sesederhana mungkin di perangkat seperti ini. Tampilan chatbot memanfaatkan prilaku pengguna yang telah mengadopsi telepon seluler: melakukan percakapan, di mana saja, kapan saja.

Penetrasi pengguna smartphone di beberapa negara Asia Tenggara [Frost & Sullivan]
Penetrasi pengguna smartphone di beberapa negara Asia Tenggara [Frost & Sullivan]
Pertempuran Aplikasi
Berkat pengenalan iPhone pada tahun 2007 lalu, aplikasi memainkan peran besar dalam membentuk teknologi serta berkontribusi terhadap ketergantungan kita pada ponsel. Yang kemudian menjadi masalah adalah konsumen tidak lagi ingin mencoba aplikasi baru dan menyadari bahwa mereka tidak memerlukan begitu banyak aplikasi.

Bukan saja memerlukan biaya yang mahal untuk membangunnya, memerlukan biaya mulai dari $50.000 sampai $1.000.000, namun juga diperlukan investasi untuk memasarkan aplikasi tersebut dan membuat pengguna mau mengunduh dan menggunakan aplikasi tersebut secara teratur. Dengan kejenuhan aplikasi baik pada iOS maupun Android serta terbatasnya aplikasi alat pencarian, semakin sulit pula bagi para pemain baru untuk muncul ke permukaan.

Pengguna smartphone menghabiskan kebanyakan waktunya di satu aplikasi, yang berarti, sebagai bisnis, di sanalah Anda harus berada.

Messaging: Sebuah platform baru
Membuat chatbot di dalam sebuah aplikasi messaging menjadi menarik karena sudah ada pihak lain yang melakukan sebagian besar dari kerja kerasnya untuk Anda. Di Asia Tenggara, ada lebih dari 73 juta orang yang menggunakan aplikasi LINE. Chatbot yang terintegrasi memberikan bisnis kesempatan untuk langsung menjangkau jumlah pengguna yang besar ini tanpa memaksa pelanggan potensial untuk mengunduh aplikasi lain lagi.

“Messaging apps are the platforms of the future, and bots will be how their users access all sorts of services.” — Peter Rojas, Entrepreneur in Residence at Betaworks

“Aplikasi messaging adalah platform yang akan digunakan di masa depan dan bot akan menjadi cara penggunanya mengakses semua layanan yang ada.” – Peter Rojas, Pengusaha di Betaworks

Lebih lanjut lagi, perusahaan-perusahaan ini juga menyediakan developer API sehingga lebih mudah bagi para perusahaan untuk membuat bot mereka sendiri karena kebanyakan tidak memiliki kemampuan teknis atau sumber daya yang dibutuhkan untuk membangun chatbot cerdas dari awal. Sebagai gantinya, platform ini dipenuhi dengan data pelanggan; mimpi bagi semua marketer.

Dengan keserbagunaan yang jelas terlihat melalui iklan Facebook yang memungkinkan perusahaan untuk menargetkan penerimanya berdasarkan apa pun, mulai dari lokasi hingga ke minat, bayangkan tingkat personalisasi dan segmentasi yang bisa dimungkinkan melalui ekstensi Messenger mereka.

Membangun masyarakat social commerce
Ekonomi Asia Tenggara sudah sangat terlibat dalam sosial commerce, marketplace yang dibangun dalam dinding-dinding media sosial. Menurut sebuah studi dari Bain & Company yang dirilis tahun ini, lebih dari 80% dari konsumen digital menggunakan media sosial atau aplikasi messaging untuk meneliti produk dan berhubungan dengan penjual. Selain itu, penjualan sosial menyumbang hingga 30% dari keseluruhan transaksi online.

Thailand memiliki pasar C2C terbesar di dunia dengan lebih dari 50% responden penelitian mengatakan bahwa mereka membeli barang-barang yang melalui jaringan sosial seperti Facebook dan Instagram.

Keajaiban chatbots adalah bahwa mereka mampu meniru esensi percakapan perdagangan. Diatur dalam tampilan yang sama, pengguna dapat berbicara dengan bot dengan cara yang sama dengan ketika mereka berbicara dengan penjual manusia melalui serangkaian pertanyaan dan jawaban. Dalam situasi seperti ini, algoritmanya bahkan bisa diciptakan untuk mensimulasi dialog tawar menawar yang terjadi dalam transaksi sehari-hari.

Jalan Masih Panjang

Melalui chatbots, bisnis memiliki kesempatan untuk memulai pembicaraan langsung dengan target konsumer mereka dengan sangat personal. Interaksi brand-to-customer adalah sesuatu yang belum pernah benar-benar scalable sampai sekarang. Meskipun chatbot tidak dapat menggantikan tampilan dengan beragam fitur seperti yang disediakan oleh sebuah situs web, mereka menjembatani kesenjangan antara fungsionalitas dan kenyamanan.

“Every brand is going to move into the mobile commerce space very quickly. In the next years, we will probably see 20-30% of the big brands having their own bots in chat apps, starting with Facebook’s messenger platform.” —  Pat Wattanavinit, Product Manager at aCommerce

“Setiap brand akan pindah ke ruang mobile commerce dalam waktu yang singkat. Kita akan melihat 20-30% brand besar akan memiliki bot-nya sendiri di berbagai aplikasi chat, di mulai dari platform Messenger milik Facebook.” – Pat Wattanavinit, Product Manager di aCommerce

Keadaan fungsi chatbot saat ini masih cukup linear dan kaku, terlalu dini bagi perusahaan untuk benar-benar menggantikan customer representatives mereka. Beberapa pengguna melaporkan bahwa percakapan yang terjadi saat ini memfrustasikan dan lambat karena pemahaman dan kemampuan bot yang terbatas, bayangkan ini seperti interaksi Anda dengan Siri.

Chatbot tidak akan benar-benar menjadi sangat berharga dan memuaskan sampai AI (artificial intelligence) mampu mencapai tingkat pemahaman manusia, namun hal itu adalah sebuah cerita yang berbeda.


Disclosure: Tulisan ini dibuat Shirley Liu & Alexandre Henry dan disadur oleh Rara Kinasih setelah melalui penyuntingan. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan eCommerceIQ.

Rincian Aturan TKDN Produk Seluler dan Komputasi Sejenisnya

Peraturan Kementerian Perindustrian tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) telah diresmikan. Aturan tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Telepon Seluler (Ponsel), Komputer Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet. Sejatinya peraturan ini telah digulirkan sejak akhir Juli 2016 lalu, tetapi berbagai poin di dalamnya masih terus berubah untuk mengimbangi kesiapan tenaga lokal dan tuntutan industri.

Dalam rilis akhir aturan TKDN, telah ditambahkan skema perhitungan berbasis software dan investasi. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, aturan baru ini akan mampu membuka pasar untuk software developer lokal. Adapun ruang lingkup yang dikelola dalam regulasi ini meliputi ketentuan penilaian TKDN, tata cara penilaian TKDN, surveyor dan pengawasan. Ketentuan penilaian TKDN dilakukan terhadap tiga aspek, yaitu manufaktur, pengembangan, dan aplikasi.

Aturan Perhitungan

Aspek Manufaktur

Pembobotan aspek manufaktur dikenakan untuk beberapa hal sebagai berikut:

  1. Material
  2. Tenaga kerja
  3. Mesin produksi

Untuk (1) material, komponen yang dihitung di antaranya:

  • Modul layar sentuh
  • Kamera
  • Papan sirkuit
  • Baterai
  • Aksesoris
  • Kemasan

Selanjutnya perhitungan (2) tenaga kerja dikenakan pada bidang:

  • Perakitan
  • Pengujian
  • Pengemasan

Sedangkan (3) mesin produksi meliputi:

  • Mesin perakitan
  • Mesin pengujian

Aspek Pengembangan

Pada aspek pengembangan, pembobotan dikenakan untuk beberapa hal berikut ini:

  1. lisensi atau hak kekayaan intelektual.
  2. perangkat tegar (firmware) atau disebut sebagai perangkat lunak yang tertanam pada perangkat keras.
  3. desain industri yang terkait dengan komposisi garis dan warna pada produk.
  4. desain tata letak sirkuit atau rancangan elemen.

Aspek Aplikasi

Sementara itu pada aspek aplikasi, pembobotan dikenakan untuk tahapan kegiatan dan komponen penghitungan. Tahapan kegiatan yang dimaksud meliputi:

  • Spesifikasi prasyarat (requirements).
  • Rancangan arsitektur.
  • Pemrograman.
  • Pengujian aplikasi.
  • Pengemasan aplikasi.

Sedangkan komponen penghitungannya meliputi:

  1. Rancang bangun.
  2. Hak kekayaan intelektual.
  3. Tenaga kerja.
  4. Sertifikat kompetensi.
  5. Alat kerja.

Dijelaskan pula, aspek aplikasi ini dirinci dengan syarat pemenuhan sebagai berikut:

  1. Nilai TKDN untuk pengembangan minimal 8 persen.
  2. Aplikasi embedded (sistem yang tertanam fungsi-fungsi tertentu) ke ponsel, komputer genggam, atau komputer tablet yang dihitung TKDN.
  3. Terdapat minimal 2 aplikasi lokal embedded atau 4 aplikasi lokal embedded yang merupakan games.
  4. Memiliki minimal 250.000 pengguna aktif aplikasi.
  5. Proses injeksi software di dalam negeri.
  6. Menggunakan server di dalam negeri.
  7. Memiliki toko aplikasi online lokal.

Skema Produk Tertentu

Skema kedua yang dijelaskan pada pasal 23 di regulasi tersebut menentukan penghitungan nilai TKDN untuk produk tertentu terhadap ponsel, komputer genggam, dan komputer tablet dengan aspek manufaktur dikenakan bobot 10 persen, pengembangan 20 persen, dan aplikasi 70 persen.

Perhitungan TKDN Produk Tertentu

Produk tertentu ini diwajibkan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

  • Nilai TKDN untuk pengembangan minimal 8 persen, aplikasi embedded ke ponsel, komputer genggam, atau komputer tablet yang dihitung TKDN.
  • Terdapat minimal 7 aplikasi lokal embeddedatau 14 aplikasi lokal embedded yang merupakan games.
  • Memiliki minimal 1.000.000 pengguna aktif untuk masing-masing aplikasi.
  • Proses injeksi software di dalam negeri
  • Menggunakan server di dalam negeri
  • Memiliki toko aplikasi onlinelokal

Skema Berbasis Investasi

Selanjutnya skema ketiga, di Pasal 25, menjelaskan penghitungan TKDN berbasis investasi. Ketentuannya yakni berlaku untuk investasi baru, dilaksanakan berdasarkan proposal investasi yang diajukan pemohon dan nilai TKDN dihitung berdasarkan total nilai investasi.

Perhitungan TKDN Investasi

Rincian nilai investasinya sebagai berikut:

  • Investasi senilai Rp 250-400 miliar mendapatkan nilai TKDN 20 persen.
  • Investasi senilai Rp 400-550 miliar mendapatkan nilai TKDN 25 persen.
  • Investasi senilai Rp 550-700 miliar mendapatkan nilai TKDN 30 persen.
  • Investasi senilai Rp 700 miliar – 1 triliun mendapatkan nilai TKDN 35 persen.
  • Investasi lebih dari Rp 1 triliun mendapatkan nilai TKDN 40 persen.

Control Your Ego!

Banyak orang yang berpikir bahwa membuat startup adalah sesuatu yang keren, dapat membuat mereka terlihat hebat, dan bahkan membuat mereka berani bermimpi untuk mengubah dunia termasuk dirinya sendiri. Harapan untuk memiliki hidup dan masa depan yang lebih baik pun muncul ketika mereka memulai berkiprah di dunia startup.

Banyak perusahaan startup bermula dari seseorang atau sekelompok orang yang visioner. Mereka mencoba untuk menciptakan solusi yang dirasa mampu untuk memenuhi permasalahan umum yang ada.  Beberapa ide memang sesuai dengan kebutuhan, ada yang cukup sesuai dan ada pula beberapa ide cukup bombastis tapi tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan. Tipe yang manakah kamu?

Singa ini mungkin tidak mengerti sedang diberi umpan hampa / Thinkfresh
Singa ini mungkin tidak mengerti sedang diberi umpan hampa / Thinkfresh

Seperti sektor usaha lainnya, beberapa perusahaan startup harus memiliki biaya operasional untuk menjalankan usahanya. Beberapa mendapatkannya dari investor, beberapa sudah memikirkan cara untuk mendapatkan uang ketika mereka memulai startup, dan beberapa mendapatkan rumus tepat untuk mendapatkan uang sambil menjalaninya.

Mendapatkan pengalaman saat ide diapresiasi dalam bentuk modal oleh investor merupakan hal yang menciptakan perasaan bahagia melebihi apapun. Di saat yang bersamaan, tubuh memproduksi hormon serotonin dan dopamine secara berkesinambungan. Hal tersebut, tanpa disadari akan meningkatkan ego seseorang. Hampir seluruh pendiri startup gagal karena mereka tidak menyadari ego mereka menjadi penghambat untuk kemajuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Beberapa orang yang kerapkali mendapatkan kesuksesan terus menerus akan memiliki ego syndrome. Mereka berpikir mereka adalah sosok yang terpintar, terhebat dan mampu melakukan apapun. Akibatnya mereka kerap kali mengacuhkan pendapat dari pegawainya yang justru memiliki kemampuan di sisi tersebut. Mereka menjadi sosok yang selalu benar dan menuding pihak lain salah ketika bertukar pikiran atau mengambil keputusan. Coba diingat, apakah kamu juga termasuk sosok seperti itu?

Sindrom ini dapat menjadi wabah yang menjangkitkan orang sekitar. Hal ini berpengaruh pada tingkat akurasi dan performa tim.

Seperti yang saya jabarkan di buku saya, don’t let your ego blind you. Kita harus lebih peka untuk menyadari fase jika ego mulai merasuki dan mengontrol diri. Kita dapat mencegah hal tersebut dengan cara selalu merefleksikan diri.

Memperhatikan apa saja tindakan kita, apa saja yang kita katakan dan bagaimana cara kita memperlakukan orang lain diberbagai kesempatan yang kita miliki. Kita harus berupaya untuk melakukannya. Memiliki pemahaman diri bahwa kita bukan sosok yang sempurna dan masih selalu membutuhkan sosok lain untuk menolong kita untuk mencapai sukses bersama merupakan hal yang penting.

Jangan sampai ego membutakanmu / Thinkfresh
Jangan sampai ego membutakanmu / Thinkfresh


Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Danny Oei Wirianto, CMO GDP Venture dan penulis buku Thinkfresh. 

DailySocial mendukung peluncuran Thinkfresh yang akan terbit tanggal 27 September 2016

About Thinkfresh book:

Daily inspiration and reminder for readers about what is important in life & career, and give a self-assurance toward themselves. Simple and easy to understand writing. And also full of wonderful illustrations!

http://thinkfresh.id

Daftar Startup Indonesia di Bidang Pertanian, Perikanan, dan Peternakan

Petikan lagu dari Koes Plus ini “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” rasanya sudah sangat cukup untuk menggambarkan betapa suburnya lahan di Indonesia. Ribuan hektar hutan dan pertanian menghiasi hijaunya pulau-pulau di Indonesia. Namun alangkah sia-sia jika anugerah tersebut tidak dapat memerikan penghidupan layak bagi bangsanya.

Berbagai pendidikan untuk ilmu pertanian, perikanan, dan peternakan terus diasah oleh putra-putri bangsa guna memastikan aset bangsa tersebut terkelola dengan baik. Tak berhenti di sana, di era modern ini, dengan pendekatan digital, para inovator muda pun tak mau kalah. Dengan berbagai jenis produk teknologi, mereka mencoba memberikan solusi terpadu untuk menguatkan sektor agro tersebut.

Di tengah hype startup teknologi yang umumnya menggarap sektor sosial, perdagangan, permainan dan hiburan, ternyata tak sedikit yang mau memfokuskan diri untuk mengembangkan sistem yang membantu tata kelola pertanian, perikanan dan perindustrian agro lainnya. Kali ini DailySocial mencoba mendaftar beberapa startup Indonesia yang telah sukses meluncurkan produk untuk suksesi di sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut ini daftarnya:

8villages

Mengadopsi pendekatan berbasis social platform, startup ini menawarkan sebuah forum interaktif yang menghubungkan antara para petani dengan konsumen. Petani umumnya tinggal di pedesaan, dengan infrastruktur jaringan yang terkadang hanya di batas “pas-pasan”, hal ini disiasati betul oleh 8Villages, karena untuk mengakses layanan tersebut tidak memerlukan konektivitas internet super-cepat, bahkan dapat diakses melalui SMS dan MMS yang tersedia di jaringan 2G/3G atau paket data apa pun.

Beberapa inovasi lain di bidang agrikultur hingga kini terus dilahirkan oleh 8Villages, baik secara mandiri maupun melalu kemitraan strategis yang dikembangkan. Salah satunya pengembangan aplikasi Urban Farming Indonesia, yang diinisiasi bersama East West Seed Indonesia untuk menyiasati menyusutnya lahan pertanian akibat meluasnya wilayah perkotaan. Aplikasi ini didesain untuk melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat perkotaan bahwa bercocok tanam dapat dilakukan di mana saja, termasuk di tengah hingar bingarnya kota besar.

Ada juga aplikasi Petani, yang memberikan kemudahan bagi petani untuk berkonsultasi langsung dengan para pakar pertanian. Melalui aplikasi Petani, para penggarap lahan bisa meminta bantuan untuk mengetahui kondisi tanaman atau keluhan hama dengan sangat interaktif dan observatif. Selain itu masih banyak lagi aplikasi yang dapat diunduh dari 8villages, seluruhnya dapat disimak dan diunduh di sini.

Application Information Will Show Up Here

Angon

Angon.id memulai debutnya sejak Oktober 2016. Menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech), perusahaan rintisan binaan Indigo ini mencoba memberikan layanan online untuk menghubungkan antara peternak rakyat dengan masyarakat urban.

Angon.id memungkinkan masyarakat umum untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Menggunakan layanan aplikasi Angon.id, pengguna cukup menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan untuk disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis Angon.id. Dari penjelasan tim Angon.id, rata-rata investor mendapatkan return of investment (ROI) sekitar 5-10 persen per tiga bulan.

Application Information Will Show Up Here

Blumbangreksa

BlumbangReksa adalah perangkat IoT (Internet of Things) yang dapat memantau kondisi air di tambak untuk berbagai jenis peternakan (seperti peternakan udang). Perangkat ini dapat memecahkan masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan menyajikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air. BlumbangReksa dirancang untuk membantu petani atau peternak untuk menjaga kualitas air dan mengurangi kesalahan prosedur yang terjadi akibat kecerobohan manusia.

BlumbangReksa dikembangkan oleh ATNIC yang berisi sekumpulan mahasiswa Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada dan didukung Indmira sebuah perusahaan berbasis riset dam teknologi di bidang pertanian, lingkungan dan energi terbarukan. Inovasi dari kota Yogyakarta itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam kompetisi para inovator teknologi ASME (American Society of Mechanical Engineers) IShow (Innovation Showcase) 2015.

Ci-Agriculture

Melalui pendekatan analisis big data, Ci-Agriculture (anak perusahaan Mediatrac) mengembangkan sebuah sistem manajemen pertanian yang mampu menghasilkan analisis komprehensif didasarkan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta pencitraan satelit dan drone yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Sistem yang dikembangkan tersebut dirangkai dalam tiga produk, yaitu Crop Accurate, Agritrack dan Crop Insurance.

Crop Accurate memanfaatkan sistem sensor, drone, dan remote sensing untuk mengumpulkan data yang akan digunakan oleh sistem smart farming. Sistem tersebut dapat memandu kegiatan bertani para petani binaan aggregator (komunitas binaan bank, microfinance, produsen makanan atau komunitas mandiri) sehingga kegiatan bertani dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Agritrack merupakan sistem informasi terintegrasi untuk supply chain komoditas pertanian. Sistem tersebut dirancang untuk menjembatani petani, distributor, pasar dan pembeli akhir komoditas dengan memanfaatkan mobile application untuk memasukkan data riil keadaan supply, demand, dan problem di lapangan pada setiap titik jalur supply. Sedangkan Insurance merupakan sebuah produk asuransi pertanian, mirip dengan yang sudah ada di dunia asuransi. Tetapi yang membuat produk ini menjadi berbeda adalah CI-Agriculture mendasarkan semua perhitungan dan skemanya pada teknologi smart farming, sistem sensor dan analisis potensi pertanian.

eFishery

eFishery menggunakan pendekatan IoT untuk memberikan solusi di sektor perikanan dan peternakan. Ini merupakan sebuah alat pemberi pakan ikan otomatis. Alat ini tidak hanya mengotomatisasi pemberian pakan secara terjadwal dengan dosis yang tepat, tetapi juga mencatat setiap pemberian pakan secara real-time. Pengguna dapat mengakses data pemberian pakan kapan pun dan di mana pun. Tidak ada lagi masalah over-feeding, pemberian pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan. Secara spesifik, eFishery berusaha membantu peternak ikan dan udang, karena biasanya pemberian makan ikan menguasai antara 50 hingga 80 persen biaya operasi peternakan ikan.

eFishery juga dikenal sebagai startup yang sering memenangkan berbagai kompetisi startup tingkat global. Model bisnis eFishery adalah menjual alat pemberi pakan pintar kepada peternak dan distributor. Lebih jauh, seperti halnya konsultan, mereka juga mendapatkan penghasilan dari biaya langganan pemakaian piranti lunak untuk memonitor dan menganalisis aktivitas pemberian pakan ikan secara real-time di smartphone atau tablet tiap bulannya. Mereka mengklaim secara rata-rata optimasi yang dilakukan mengurangi jumlah makanan yang digunakan hingga sebesar 21 persen.

Eragano

Eragano merupakan sebuah aplikasi mobile yang didesain untuk membantu petani mendapatkan informasi terkait cara bercocok tanam, membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro, dan membantu menjual produk pertanian tersebut dengan harga terbaik ke restoran dan hotel. Eragano mengklaim pihaknya ingin membantu petani kecil, yang saat ini secara total jumlahnya lebih dari 15% penduduk Indonesia, dengan solusi end-to-end yang bertujuan akhir meningkatkan taraf hidup petani dan kualitas hasil pertanian.

Eragano disebutkan berusaha melepaskan petani dari jeratan rentenir dan tengkulak yang selama ini menjadi momok. Pasca panen, Eragano melalui EraganoStore, sebuah layanan B2B, membantu menjual hasil panen tersebut ke restoran, hotel, dan katering dengan harga layak.

Application Information Will Show Up Here

Etanee

Etanee memiliki visi untuk memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan peternakan, baik dari sisi produsen sampai konsumen. Bukan hanya menjadi aplikasi digital berupa toko online bagi barang produksi pertanian dan peternakan, tetapi juga sebuah solusi digital menyeluruh yang mencoba menyelesaikan permasalahan industri pertunaian dan peternakan di Indonesia.

Etanee menggabungkan tiga rantai bisnis utama dari industri pertanian dan peternakan, yakni rantai pasokan di hulu meliputi digitalisasi kegiatan produksi peternakan dan pertanian, manajemen logistik selepas panen dan sistem distribusi hingga ke tangan konsumen, atau di bagian hilir. Semua itu diharapkan tidak hanya membantu para pembeli seperti ibu-ibu rumah tangga yang berbelanja tetapi juga menjaga proses produksi dan distribusi.

Application Information Will Show Up Here

iGrow

Gambaran paling mudah dari sistem iGrow adalah permainan Farmville. Ya, iGrow memiliki konsep yang sama dengan permainan tersebut. iGrow memungkinkan penggunanya untuk bercocok tanam secara digital. Pengguna mengelola dan berinvestasi lahan serta tanaman secara digital, mengelola secara digital, namun pertanian tersebut nyata adanya. Dasbor iGrow menjadi perantara antara pengguna dengan penggarap lahan. Konsep yang segar dan cukup menarik.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

Karsa

Karsa merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan sebagai platform all-in-one untuk semua para stakeholder di sektor pertanian. Karsa memberikan informasi-informasi penting bagi petani meliputi informasi cuaca, harga, berita mengenai pertanian, dan termasuk fitur untuk memesan peralatan untuk pertanian.

Selain untuk petani Karsa juga didesain dan disiapkan untuk berbagai pihak yang terlibat di sektor pertanian, seperti aparat pemerintahan, pemilik produk pertanian, produsen alat pertanian, dan pelaku agrikultur lainnya. Selain dalam bentuk aplikasi mobile Karsa juga disebut bisa diakses menggunakan desktop dalam bentuk aplikasi web.

Application Information Will Show Up Here

Kecipir

Kecipir (atau awalnya bernama LOFMart – Local Organic Fresh Mart) merupakan online marketplace produk sayur, buah, bumbu, ayam organik berkualitas, memotong mata rantai distribusi konvensional di pasar tradisional menjadi lebih ringkas. Melalui marketplace ini, diharapkan semua petani sayuran organik bisa menjual langsung produknya dengan harga yang bersaing dengan sayuran biasa.

Saat ini Kecipir mengklaim telah memiliki 45 host (agen) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, sementara jumlah anggota mendekati 1000 pelanggan yang telah melakukan pemesanan. Kecipir juga telah membuka layanan di wilayah Jakarta Barat dengan 5 host dan bulan Mei 2016 melayani Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan 10 host baru.

Dengan sistem marketplace yang diterapkan oleh Kecipir, hal ini seharusnya lebih menguntungkan bagi pihak petani yang bisa memperoleh harga jual lebih tinggi dari cara penjualan sebelumnya. Konsumen sendiri bisa mendapatkan harga yang nilainya bisa 50% lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di supermarket atau pasar swalayan pada umumnya.

Application Information Will Show Up Here

LimaKilo

LimaKilo memiliki visi untuk memotong rantai distribusi komoditas pertanian. Solusi ini memungkinkan petani untuk langsung menjual hasil panennya ke konsumen dengan harga yang kompetitif. Dua layanan utama LimaKilo yakni Pasar Petani dan Microfunding. Program Microfunding membuka peluang kepada siapa saja untuk patungan memberikan pinjaman modal kepada petani yang terdaftar dalam mitra LimaKilo dengan nominal 3-5 juta setiap orangnya.

Application Information Will Show Up Here

MyAgro

MyAgro yang didirikan Uray Tiar Fahrozi mempunyai konsep unik dan berbeda dari platform investasi bidang pertanian yang sudah ada sebelumnya, yakni mengedepankan pada konsep investasi syariah dan jaminan minim risiko. Dikonsep sejak awal tahun ini, menurut pemaparan sang Founder, pengembangan MyAgro didasari fakta kurangnya optimalisasi lahan.

Uray menuturkan ada masalah besar yang dialami Indonesia, yakni pengelolaan sumber daya alam yang tidak maksimal. Salah satunya berupa lahan tidur di Indonesia seluas lebih dari 14 juta hektar. Mirisnya lahan di Indonesia sebenarnya adalah lahan subur dan produktif, yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

Alasan kedua yang disampaikan Uray ialah pemberdayaan petani yang sangat minim seperti subsidi bibit, ketersediaan pupuk, serta harga beli dari tengkulak sangat rendah. Dari kegelisahan itulah, ia dan tim membuat MyAgro menjadi platform yang menghubungkan antara investor, konsumen, dan petani.

Pantau Harga

Sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk tempat tawar menawar, dan melakukan jual beli antara penyedia bahan baku dengan petani, dilengkapi dengan basis data harga yang menjadi acuan aplikasi ini diharapkan untuk memudahkan petani dalam transaksinya. Pantau Harga menargetkan empat pengguna sekaligus, yakni konsumen, petani, Kantor Unit Desa (KUD) dan pemerintah.

target-user

Application Information Will Show Up Here

TaniHub

TaniHub merupakan sebuah kanal e-commerce yang memudahkan peternak dan petani untuk menjual hasil langsung kepada masyarakat. Layanan ini dikembangkan sekaligus untuk memberikan harga jual yang kompetitif kepada konsumen. Strateginya dengan memotong rantai distribusi. Beberapa petani, di Bogor salah satunya, sudah menjadi pemasok barang di TaniHub. Ke depannya TaniHub terus mengupayakan dapat menggandeng banyak lagi petani dan peternak yang ada di Indonesia.

Kanal e-commerce TaniHub menyediakan sedikitnya enam kategori penjualan, yakni sayuran organik, sayuran non-organik, hasil ternak, buah non-organik, dan bahan pangan organik. Dengan menjual langsung kepada konsumen, selain dapat memberikan kualitas produk dan harga yang kompetitif dari sisi konsumen, harapannya petani dan peternak mendapatkan harga jual produk yang lebih wajar dan menguntungkan, sehingga dapat mengembangkan lahan secara signifikan.

Application Information Will Show Up Here