Gojek Buka Opsi Pembayaran Lewat Saldo E-wallet “DBS PayLah!”

Gojek dan DBS Bank perdalam kemitraan dengan mengumumkan dibukanya opsi pembayaran transaksi ke aplikasi on-demand dengan saldo DBS PayLah!. Layanan ini bakal diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang, sementara baru bisa dipakai untuk pengguna Gojek di Singapura.

General Manager Gojek Singapura Lien Choong Luen menyebutkan, dengan terintegrasinya DBS PayLah! dalam aplikasi Gojek, memungkinkan para pengguna lebih fleksibel dalam memilih metode pembayaran. Menurutnya, saat ini transaksi ride hailing Gojek sebanyak 35% dilakukan dengan pembayaran tunai.

Kehadiran DBS PayLah! menjadi opsi tambahan untuk mereka yang tidak memiliki kartu kredit dan debit. Apabila pengguna sudah memiliki akun DBS PayLah!, cukup melakukan selangkah otorisasi saja.

DBS PayLah! adalah aplikasi pembayaran sekaligus e-money yang dikeluarkan DBS Bank. Aplikasi ini dapat dipakai untuk membayar semua jenis transaksi di berbagai merchant online dan offline, mengirim uang, bayar tagihan, dan sebagainya.

“Sehingga pengguna dapat memiliki pengalaman yang lebih seamless setiap kali menggunakan layanan Gojek,” katanya seperti dikutip dari The Business Times.

Dia juga menuturkan kemitraan ini akan terus diperdalam kedua perusahaan demi meningkatkan pengalaman konsumen. Indonesia akan jadi negara berikutnya yang disasar sebagai bagian dari kemitraan regional. Terlebih bagi DBS, Indonesia adalah pasar pertumbuhan utama. Data terkini menyebut ada lebih dari 460 ribu nasabah Digibank.

Country Head DBS Singapura Shee Tse Koon menambahkan, “Menyusul keberhasilan kemitraan DBS dan Gojek di Singapura, di mana Gojek baru-baru ini merayakan tonggak perjalanan 10 juta perjalanan mereka, kami juga telah memasuki fase berikutnya dari kemitraan kami di Indonesia.”

DBS merupakan mitra pertama saat Gojek melakukan debut di Singapura pada November 2018. Pada awal kehadiran, perusahaan memberikan penawaran khusus kepada nasabah DBS untuk mencobanya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gandeng WeWork dan Softbank Telecom China, Alibaba Cloud Siap Bantu Bisnis Ekspansi ke Tiongkok

Berangkat dari kolaborasi yang telah terjalin sebelumnya, Alibaba Cloud, WeWork dan Softbank Telecom China, menjalin kemitraan strategis untuk membantu lebih banyak perusahaan hingga startup dari berbagai negara melebarkan bisnisnya di Tiongkok. Program ini menjadi penyempurnaan inisiatif “China Gateway” yang sebelumnya digagas Alibaba Cloud.

Dengan diresmikannya kerja sama strategis tersebut, baik WeWork, Alibaba Cloud dan juga Softbank, bisa membantu bisnis mulai dari UKM hingga korporasi dengan memanfaatkan infrastruktur dan teknologi dari Alicloud, ruangan kerja dan komunitas jaringan WeWork hingga konsultasi informasi bisnis dengan Softbank Telecom China.

Dalam acara Alibaba Cloud Summit di Singapura beberapa waktu yang lalu, Vice President Alibaba Group dan General Manager of Strategy & Marketing Alibaba Cloud Intelligence Lancelot Guo menegaskan, program ini bertujuan untuk memberdayakan perusahaan global  dalam menciptakan dan memperluas kesempatan berbisnis di tengah-tengah pasar Tiongkok yang terus tumbuh.

“Ini adalah pertama kalinya tersedia kesempatan bagi para pebisnis yang fokus pada pasar Tiongkok untuk memanfaatkan keahlian lokal, pengalaman vertikal dan inovasi dari tiga perusahaan paling visioner di dunia dalam satu atap paket. Bersama-sama kami berkomitmen untuk mendukung perusahaan-perusahaan global untuk terhubung dengan pelanggan di Tiongkok,” kata Lancelot.

Bagi pemilik usaha yang berminat bisa mendaftarkan diri di situs khusus dan melakukan konsultasi terlebih dahulu secara online. Jika memang sudah siap dan memiliki produk hingga target pelanggan yang relevan, tahap selanjutnya bisa dilakukan langsung di Tiongkok.

Selain dapat serangkaian penawaran reguler, mereka yang mengikuti program ini juga bisa menikmati penawaran istimewa lainnya, seperti pelatihan teknologi, pemasaran, potongan harga untuk produk Alibaba Cloud dan jasa termasuk pendaftaran bisnis, pemesanan perjalanan bisnis pada WeWork Service Store.

Bantu semua bisnis dan perusahaan asing

Disinggung perusahaan atau startup seperti apa yang ideal untuk bisa menarik perhatian masyarakat Tiongkok, Lancelot menegaskan tidak ada kategori khusus bagi yang ingin memanfaatkan fasilitas dari program ini. Semua bisnis yang memang telah siap dan memiliki kepercayaan diri untuk bisa memperluas usaha mereka ke Tiongkok, disambut dengan baik oleh mereka.

Dipilihnya WeWork sebagai salah satu partner dari Alibaba Cloud, dinilai menjadi keuntungan lebih yang bisa dimanfaatkan oleh startup hingga perusahaan. WeWork sendiri telah hadir di Tiongkok sejak tahun 2016 lalu, dan saat ini telah memiliki beberapa cabang di berbagai wilayah di Tiongkok. WeWork juga mengklaim telah memahami benar cara kerja hingga pendekatan yang baiknya dilakukan, jika ingin membangun bisnis di Tiongkok.

“Kerja sama ini sangat signifikan bagi WeWork karena kami sendiri telah melalui perjalanan dalam membangun dan meningkatkan skala bisnis kami di Tiongkok. Ketika kami memulai perjalanan kami di Tiongkok pada tahun 2016, kami harus mengadopsi pendekatan yang sangat lokal untuk menjalankan bisnis di lingkungan bisnis yang sangat unik ini,” kata Vice Chairman WeWork Asia Christian Lee.

Persoalan regulasi serta relasi yang terjalin dengan regulator juga merupakan poin penting yang wajib diperhatikan oleh bisnis yang ingin melebarkan usaha di Tiongkok. Untuk itu jika dibutuhkan, Alicloud juga bisa memberikan konsultasi hingga penjelasan secara menyeluruh soal hukum hingga aturan yang baiknya dipatuhi, ketika ingin membangun bisnis di Tiongkok.

“Dengan teknologi inovatif yang dimiliki Alibaba Cloud dan dukungan ekosistem Alibaba, kami berharap untuk dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh perusahaan multinasional untuk masuk dan berkembang di Tiongkok, mendorong mereka untuk mampu mendalami berbagai kesempatan di pasar dan tetap kompetitif,” tutup Lancelot.

Pengembang Platform Biometrik Element Inc Debut di Indonesia

Element Inc jalin kerja sama dengan BCA untuk debutnya di Indonesia. Dalam rilisnya, startup pengembang platform biometrik berbasis pusat di New York tersebut menuliskan, BCA akan menerapkan solusi autentikasi menggunakan facial recognition. Selain di Jakarta, Element Inc juga sudah memiliki basis operasi di Singapura, Manila, Nairobi dan Lagos.

Penerapan teknologi biometrik berbasis perangkat lunak mobile dari Element Inc diharapkan bisa memicu pertumbuhan layanan perbankan, membuka kunci untuk seluruh inovasi digital banking dan memberikan keamanan yang lebih baik. Termasuk meningkatkan akuisisi pelanggan BCA dengan menawarkan sebuah pengalaman yang nyaman dan aman melalui autentikasi biometrik. Sesuai dengan fokus BCA dalam inovasinya di bidang teknologi.

“Reputasi dan kesuksesan BCA sebagai salah satu bank swasta terbesar di Asia Tenggara mencerminkan kepemimpinan inovasi teknologinya, memberikan pelanggan mereka produk dan layanan berkualitas tinggi dalam perbankan digital,” ujar Head of Indonesia Element Inc Rizki Suluh Adi.

“Pada tahun 2025, diproyeksikan 284 juta orang Indonesia diperkirakan memiliki 410 juta koneksi ponsel cerdas, memungkinkan mobile banking untuk membuka terobosan berikutnya dalam layanan keuangan digital. Kami bangga dapat bermitra dengan BCA untuk memajukan inisiatif digitalnya dan melangkah selangkah lebih dekat untuk membangun frictionless future,” imbuhnya.

Indonesia dan target di tahun 2019

Element Inc sejauh ini didukung oleh sederet investor seperti GDP Venture, PTB Ventures, Central Capital Ventura, MDI Venture, hingga unit investasi BRI. Teknologi kecerdasan buatan dan solusi biometrik Element Inc menjanjikan solusi pengenalan wajah, sidik jari, hingga telapak tangan yang dikemas dengan kemudahan dan aman.

Strategi yang diusung Element Inc untuk pasar-pasar baru, termasuk Indonesia adalah dengan penyesuaian dan kerja sama. Mulai dari perusahaan skala nasional untuk penyedia jasa finansial, kesehatan dan komunikasi hingga perusahaan inovasi yang bertumbuh dengan pesat di pasar.

Fokus mereka di Indonesia dimulai dengan menyediakan layanan perangkat lunak berkualitas tinggi, streamlined dan scalable yang bisa dimanfaatkan oleh mitra-mitra, termasuk dengan pemenuhan persyaratan dan kebutuhan pasar. Pihak Element percaya bahwa KPI mereka tentang pertumbuhan pengguna dan juga pendapatan akan didapatkan setelah metrik keberhasilan para mitra tercapai.

Tahun Ini Alibaba eFounder Fellowship Diikuti 16 Pendiri Startup Indonesia

Setelah tahun 2018 diwakilkan oleh 4 startup terpilih asal Indonesia, eFounder Fellowship kembali mengundang startup asal Indonesia. Acara ini merupakan program kerja sama The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan Alibaba Business School

Program yang dibentuk dalam kerangka “Agenda 2030 untuk Pembangunan yang Berkelanjutan” ini bertujuan untuk memastikan tidak ada negara yang tertinggal di era ekonomi digital dengan cara menjembatani kesenjangan digital yang dihadapi berbagai perusahaan di negara berkembang.

Program ini juga menjadi salah satu bentuk komitmen Jack Ma, Executive Chairman dan pendiri Alibaba Group serta penasihat khusus untuk UNCTAD, untuk membina 1000 pengusaha dari berbagai negara berkembang selama lima tahun mendatang. Program eFounders Fellowship merefleksikan misi Alibaba untuk mengembangkan pengusaha kecil dan menengah agar dapat bersaing di kancah internasional.

Dari proses kurasi yang dilakukan, 16 startup asal Indonesia berhasil masuk menjadi peserta, mewakili berbagai industri termasuk e-commerce, logistik, teknologi finansial, pariwisata, dan big data. Setelah lulus, mereka akan menjadi anggota eFounders Fellows, sebuah komunitas pengusaha muda eksklusif yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital di negara mereka.

Ke-16 pengusaha asal Indonesia yang terpilih di antaranya Aditya Minarto dari Ralali.com, Casper Sermsuksan dari Kulina.id, Chrisanti Indiana dari Sociolla.com, Frans Yuwono dari Asiacommerce.id, Satria Chandra dari PlazaKamera.com, Jeff Budiman dari The FIT Company, Johannes Ardianto dari Lemonilo, Ananto Wibisono dari Alterra, Suwandi Soh dari Mejari, Vikra Iljas dari Kitabisa, Andree Susanto dari Waresix, Archie Carlson dari Stickearn, Benz Budiman dari Pomona, Irzan Raditya dari Kata.ai, Winzendy Tedja dari Yuna & Co dan Ali Sadikin dari Marlin Booking.

Mereka telah mengikuti program intensif tanggal 2 – 12 Juni 2019 untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman langsung seputar e-commerce serta inovasi lain dari Tiongkok dan berbagai negara dunia.

Secara keseluruhan sejak program ini dihadirkan, terdapat 28 pengusaha asal Indonesia yang telah mengikuti program eFounders ini, di antaranya Agung Bezharie dari Warung Pintar, Amanda Cole dari Sayur Box, Aswin Andrison dari STOQO, Budi Handoko dari Shipper, Fandy Santoso dari Hadiah, Gitta Amelia dari Everhaus Capital, Jowan Kosasih dari Simply Dots, Mario Ronaldo Andrew Mawikere dari Bizzy Indonesia, Rade Tampubolon dari Sociobuzz.com, Wenyu Tan dari Taralite, Windy Natriavi dari Awan Tunai, dan Yoshua Norza dari Pickpack.

Gojek Akuisisi AirCTO, Pengembang Platform Perekrutan Asal India

Gojek mengakuisisi startup asal Bengaluru, India bernama AirCTO. Pasca akuisisi ini seluruh tim AirCTO akan bergabung dengan Gojek. Startup tersebut dikenal sebagai pengembang platform perekrutan yang memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk mendapatkan talenta berkualitas.

“Menyesuaikan dengan fokus Gojek untuk mempekerjakan talenta premium untuk mendukung pengembangan Super App,” terang juru bicara Gojek seperti dikutip dari YourStory.

“AirCTO memiliki tim yang hebat dan solusi rekrutmen yang mengotomatisasi pencarian talenta engineer terbaik. Tim akan fokus pada inovasi di proses rekrutmen kami, terutama untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi teknologi yang merampingkan seluruh proses rekrutmen,” terang Managing Director Gojek India Sidu Ponnappa.

Sementara itu Founder AirCTO Atif Haider menjelaskan bahwa ia menemukan kecocokan dengan Gojek dan berkomitmen untuk ikut berkontribusi dan pada pertumbuhan perusahaan di Asia Tenggara.

Sejauh ini Gojek merupakan salah satu startup asal Indonesia dengan pertumbuhan sangat pesat. Tak hanya di negara asalnya, kini Gojek juga mencoba peruntungan di regional Asia Tenggara, seperti di Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina.

Dalam perjalanannya Gojek sudah beberapa kali melakukan strategi akuisisi untuk memperkuat bisnisnya. Baik untuk memperluas segmen layanannya maupun mendapatkan talenta. Beberapa startup yang sudah diakusisi Gojek antara lain adalah Coin.ph, Midtrans, Kartuku, Mapan, dan Promogo. Sedangkan untuk India, Gojek sebelumnya juga telah mengakusisi startup kesehatan Pianta dan konsultan pengembang aplikasi mobile LeftShift.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Resmikan Fitur Xperience, Hadirkan Produk Wisata dan Aktivitas Hiburan Terkurasi

Setelah sebelumnya dikenal dengan fitur Aktivitas dan Rekreasi, kini Traveloka meresmikan fitur terbaru yang diklaim merupakan sub brand dari Traveloka yaitu Xperience. Fitur lengkap yang mencakup layanan pencarian dan pemesanan beragam kategori aktivitas liburan dan gaya hidup. Mulai dari tiket pertunjukan, tur, taman bermain anak, kecantikan, bioskop, karaoke hingga kelas olahraga.

Fitur tersebut mulai diperkenalkan oleh Traveloka sejak awal tahun 2019. Sebagai upaya Traveloka melebarkan sayapnya dengan melengkapi produk dan layanan untuk kebutuhan hiburan dan gaya hidup yang terintegrasi dalam satu aplikasi.

Head of Experience Product Marketing Traveloka Terry Santoso mengungkapkan, Traveloka Xperience hadir dengan warna coral cerah dan tampilan berbeda untuk pengguna setia. Selain fitur pencarian khusus, Traveloka Xperience yang tersedia di aplikasi Traveloka, juga bisa dimanfaatkan dengan menempatkan posisi “Nearby” dalam peta Traveloka yang sudah terintegrasi dengan Google Maps.

“Saat ini kita memiliki sekitar 15 ribu produk dan 10 sub kategori yang dibuat secara khusus dan dikurasi dengan ketat oleh tim Traveloka. Demi memberikan kemudahan dan pilihan yang beragam untuk pengguna,” kata Terry.

Disinggung apakah pada akhirnya fitur Xperience ini akan melakukan spin off dan keluar dari ekosistem di dalam aplikasi Traveloka, Terry menegaskan tidak akan terjadi. Aplikasi Traveloka sendiri saat ini sudah diunduh lebih dari 40 juta kali dengan 35 juta pengguna aktif setiap bulannya dan telah tersedia di 7 negara. Australia menjadi negara terbaru yang kini sudah menjadi bagian dari Traveloka sejak bulan Febuari 2019.

“Fokus kita selain Indonesia tentunya ingin memberikan layanan dan produk secara khusus kepada pengguna di Asia Tenggara. Bukan hanya membantu pemilik usaha mempromosikan kepada negara lain, namun juga bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna lokal untuk mengakses informasi hingga layanan yang mereka berikan,” kata terry.

Didukung teknologi dan layanan pelanggan

Salah satu fitur yang saat ini tengah dikembangkan oleh Traveloka Xperience adalah penggunaan QR Code untuk akses masuk ke tempat hiburan. Dengan cara ini diharapkan, pengguna Traveloka Xperience bisa lebih mudah masuk dengan akses yang cepat memanfaatkan smartphone.

Traveloka juga menyediakan akses masuk yang cepat, bekerja sama dengan beberapa tempat hiburan. Untuk mempercepat proses transaksi, Traveloka mengklaim proses pembayaran bisa dilakukan secara cepat hanya dalam waktu 5 detik saja, hingga email notifikasi dan bukti pembayaran diterima oleh pengguna.

“Ke depannya kita juga akan menghadirkan teknologi yang lebih cepat dan tentunya berguna untuk pengguna juga pemilik bisnis. Bukan hanya membantu pemilik usaha mempromosikan, tapi jika bergabung dengan Xperience, kami bisa membantu mereka meningkatkan usaha,” kata terry.

Saat ini Traveloka Xperience fokus kepada layanan dan produk yang menyasar konsumen (B2C). Terkait dengan produk bisnis yang menyasar B2B seperti MICE (meetings, incentives, conferencing, exhibitions), Terry menyebutkan belum berencana untuk menyasar segmen tersebut.

Memanfaatkan data analytics yang terkumpul, Xperience juga bisa memberikan rekomendasi yang relevan kepada pemilik usaha, sekaligus membantu mereka menyiapkan produk atau paket wisata yang menarik dan dibutuhkan oleh pengguna.

“Pada akhirnya kita ingin menjadi platform end-to-end bagi pengguna atau traveler yang mencari rekomendasi, informasi dan akomodasi wisata yang menarik sesuai dengan kebutuhan,” kata Terry.

Application Information Will Show Up Here

Komputasi Awan Bantu Perusahaan Percepat Proses dan Memangkas Pengeluaran

Dalam gelaran Alibaba Cloud APAC Summit di Singapura beberapa waktu lalu, turut hadir mitra dari Indonesia di antaranya Tokopedia, MNC dan Adira Finance. Ketiga mitra tersebut selama ini telah memanfaatkan layanan dan teknologi komputasi awan milik Alibaba Cloud. Dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh perwakilan dari Alibaba, mereka menyampaikan pengalaman hingga harapan terkait kebutuhan layanan komputasi awan.

Mempercepat proses dan memangkas pengeluaran

Vice President of Engineering Tokopedia Herman Widjaja menyebutkan, selama ini teknologi komputasi awan mampu mempercepat proses layanan. Tokopedia sendiri saat ini semakin gencar melancarkan Same Day Delivery, yang diklaim sebanyak 30-40% mampu dilakukan dengan proses yang cepat. Tokopedia menargetkan jumlah tersebut bisa bertambah hingga 80% success rate.

“Dengan kolaborasi yang dilakukan bersama Alibaba Cloud, kami berharap bisa mempercepat proses dan tentunya melakukan scale up. Ke depannya kami berharap bisa menangani 200 transaksi per detik,” kata Herman.

Saat ini Tokopedia telah memiliki sekitar 90 juta pengguna aktif dan lebih dari 5,5 juta merchant. Sebagai marketplace yang memiliki sejumlah kategori dan bukan sekedar jual-beli biasa, Tokopedia berencana untuk mendirikan smart fulfilment center, yang didukung dengan teknologi terkini.

Pemanfaatan layanan komputasi awan diklaim mampu memangkas biaya pemeliharaan server dan teknologi internal. Hal tersebut diungkapkan oleh Deputy Director IT Adira Finance Dodi Soewandi. Ia menceritakan, setelah menggunakan teknologi komputasi awan, perusahaannya mampu memangkas pengeluaran hingga 10-15%.

Belum berniat membangun data center baru

Dodi Soewandi (Adira Finance) dan Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial
Dodi Soewandi (Adira Finance) dan Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial

Dalam kesempatan tersebut turut hadir General Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen. Disinggung apakah ada rencana bagi Alibaba Cloud untuk membangun data center ketiga di Indonesia, Leon menegaskan saat ini belum memiliki rencana tersebut. Masih fokus menambah jumlah klien hingga menghadirkan inovasi teknologi terkini, Alibaba Cloud ingin memperkuat kehadirannya di Indonesia.

“Kita sangat antusias dengan semangat dan apresiasi yang diberikan oleh perusahaan di Indonesia untuk mengadopsi teknologi kami. Jika nantinya akan lebih banyak permintaan yang masuk untuk kami membangun data center ketiga di Indonesia, tentunya rencana tersebut akan kami bicarakan lebih lanjut secara internal,” kata Leon.

Saat ini Indonesia merupakan key market bagi Alibaba Cloud. Bukan hanya sambutan yang baik dari startup hingga korporasi untuk memanfaatkan teknologi Alibaba Cloud, namun Leon menyebutkan, dengan berbagai teknologi yang dimiliki, banyak klien dan mitra Alicloud yang mulai terbiasa mengadopsi teknologi, bahkan menunggu inovasi dari Alicloud selanjutnya.

“Salah satunya yang akan kami sediakan untuk klien dan mitra kami di Indonesia adalah, 10 fitur terbaru Alibaba Cloud yang bisa dipastikan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis mereka memanfaatkan teknologi kami,” kata Leon.

Startup Insurtech PasarPolis Ekspansi ke Thailand dan Vietnam

Startup insurtech PasarPolis mengumumkan ambisi ekspansinya ke pasar regional, dimulai dari Thailand dan Vietnam. Perluasan cakupan bisnis ini merupakan tindak lanjut pasca perusahaan mendapatkan pendanaan seri A dari Gojek, Tokopedia dan Traveloka pada akhir 2018 lalu. Sektor yang ingin disasar dengan produk asuransi digital mereka meliputi e-commerce, pariwisata, ride-hailing, hingga layanan logistik.

“Dengan menghubungkan PasarPolis dengan platform yang dimiliki mitra, kami dapat menawarkan berbagai produk asuransi dari banyak perusahaan kepada konsumen mereka. Verifikasi dokumen yang dilakukan secara digital menawarkan proses klaim yang cepat untuk konsumen, prosesnya dapat diselesaikan dalam tiga menit,” ujar Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing.

Ia turut memaparkan, bahwa teknologi yang terintegrasi menjadi kekuatan utama PasarPolis. Saat ini tim pengembang telah didukung lebih dari 30 engineer yang berasal dari Indonesia dan India.

Di sektor pariwisata, produk asuransi yang ditawarkan PasarPolis seperti asuransi perjalanan dan penundaan penerbangan. Sementara untuk e-commerce produk yang ditawarkan mencakup penanggungan kerusakan produk saat proses pengiriman.

Sejak diluncurkan awal tahun ini di Thailand, pihaknya juga sudah mengintegrasikan sistemnya dengan aplikasi GET untuk menyajikan asuransi keselamatan kepada pengguna layanan ride-hailing tersebut. Seperti diketahui, GET adalah brand hasil ekspansi Gojek di wilayah tersebut.

“Baru-baru ini kami memberikan polis asuransi untuk aplikasi GET, meliputi layanan tumpangan motor, pengiriman makanan, dan jasa antar barang. Sekitar 10 perusahaan asuransi terlibat sebagai mitra bisnis kami, jumlahnya akan terus ditambah,” lanjut Randing.

Sementara itu ekspansinya di Vietnam –juga di awal tahun ini—telah menghasilkan kerja sama strategis dengan Atadi, Sendo dan Go-Viet. Baik di Thailand dan Vietnam, PasarPolis telah menunjuk Country Manager untuk memimpin bisnis di masing-masing wilayah.

Memetik Tiga Pelajaran dari Ekspansi Lalamove untuk Kuasai Logistik di Asia Tenggara

Industri e-commerce di Asia Tenggara telah tumbuh begitu pesat dengan tingkat transaksi yang selalu berlipat ganda tiap tahunnya. Inovasi di berbagai sisi dilakukan demi meningkatkan kepuasan konsumen, sekaligus untuk efisiensi.

Di satu sisi, inovasi yang dilakukan industri logistik belum bisa menyamai. Padahal industri ini adalah salah satu ekosistem pendukung e-commerce dengan peran yang vital karena berkaitan penuh dengan unsur efisiensi.

Lalamove mengambil peluang tersebut dengan menjadikan diri sebagai on demand logistik, mengangkat teknologi sebagai DNA. Alhasil, memosisikan Lalamove untuk mitra perusahaan yang ingin mengedepankan kecepatan layanan kepada konsumen tanpa harus berinvestasi di segmen yang mereka kurang mengerti.

Dalam diskusi singkat di Echelon Asia Summit 2019 pada akhir bulan lalu, Managing Director of International Lalamove Blake Larson memaparkan berbagai hal yang bisa dipetik lewat ekspansinya di Asia Tenggara. Bagaimana perusahaan menjembatani semua kebutuhan yang terfragmentasi di tiap negara.

“Kami sangat ingin memberdayakan usaha lokal yang sudah mereka kuasai. Lalamove menjadi mitra saat mereka ingin mengembangkan bisnisnya. Jadi saat musim puncak, mitra tidak ada armada yang mencukupi, kami bisa bantu,” terang Larson.

Lalamove memiliki armada terlatih yang bisa membantu mitra mengatur dan melakukan pengiriman sesuai kebutuhan dengan berbagai moda. Larson menyebut perusahaan sudah berdiri sejak 2013 di Hong Kong. Lalu ekspansi ke berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Cebu, India, dan Tiongkok.

Di Indonesia, Lalamove baru meresmikan kehadirannya pada akhir tahun lalu. Secara total Lalamove hadir di lebih dari 150 kota di Asia Pasifik, dengan total armada lebih dari 2 juta dan 15 juta konsumen terdaftar. Perusahaan telah menyandang status unicorn berkat pendanaan yang diterima Seri D senilai US$300 juta pada awal tahun ini.

Teknologi sebagai DNA perusahaan

Lalamove membedakan diri dengan perusahaan logistik pada umumnya karena sepenuhnya menggunakan teknologi. Larson menjelaskan sebagai perusahaan dengan pertumbuhan yang pesat, salah satu tantangan yang dihadapi adalah memastikan sisi permintaan armada selalu terpenuhi seiring bertambahnya jumlah konsumen.

Di saat yang sama, juga memastikan bagaimana Lalamove bisa tetap memberikan pengalaman terbaik untuk para pengguna dan pengemudinya. Oleh karena itu, perusahaan sangat bergantung pada data untuk mengintegrasikannya melalui API.

Dia mencontohkan, berdasarkan variasi rute perjalanan yang diambil pengemudi, perusahaan bisa memberikan rekomendasi rute terbaik untuk pengiriman tercepat. Atau merekomendasikan pengemudi yang tepat apabila ada kebutuhan khusus dari mitra.

“Teknologi memungkinkan kita untuk memberikan pengalaman seamless dan serba otomatis, pengguna dan pengemudi dapat mengirim dan menerima permintaan pengiriman yang nyaman, tahu persis berapa biayanya dan membayarnya melalui berbagai opsi pembayaran.”

Isu ini terjadi di India. Saat melakukan riset di lapangan, ternyata kompetisi logistik di sana begitu tinggi karena tidak ada pengemudi yang secara khusus melayani suatu perusahaan. Mereka berkumpul dan menunggu pesanan datang. Apabila hanya ada satu, bisa saling berebut. Sehingga bisa jadi seorang pengemudi tidak mendapat pesanan sama sekali sampai berhari-hari.

Sentuhan manusia selalu dibutuhkan dan paling utama

Larson menekankan perusahaan selalu membutuhkan sentuhan manusia, meski DNA perusahaan berbasis teknologi. Sentuhan manusia ini berdampak penuh pada retensi pengguna dan pengemudi itu sendiri.

“Meskipun teknologi membantu kami meningkatkan efisiensi operasional dan bisnis, sentuhan manusia masih penting ketika berbicara cara meningkatkan pengalaman pengguna.”

Pengalaman online baik melalui API, aplikasi atau lainnya hanya memiliki porsi 10%. Sementara 90% sisanya secara offline terletak di sisi pengemudi dan pengguna. Hal ini mengakibatkan dari sisi inovasi cukup kontras, perusahaan lebih banyak menggunakan pendekatan branding dengan menempelkan banyak stiker di armada mereka.

Strategi ini dianggap lebih jitu karena bisa menangkap konsumen yang dibidik, daripada beriklan di situs online. Strategi tersebut dilakukan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya di Tiongkok. Disebutkan ada lebih dari 400 ribu armada yang memasang stiker Lalamove.

Penyesalan memilih Singapura daripada Indonesia

Larson ditanya mengenai penyesalan apa saja yang dia harapkan bisa diperbaiki untuk Lalamove, menariknya dia menjawab bahwa dirinya menyesal lebih memilih Singapura daripada Indonesia sebagai negara kedua ekspansinya.

Pada awal berdiri, perusahaan berupaya untuk ekspansi dengan cepat. Namun pemilihan negara lebih dikarenakan kompetitor dengan model bisnis yang sama menyasar negara-negara tersebut.

“Kami masuk ke Singapura sebagai negara kedua. Saya berharap [seharusnya] ke Indonesia lima tahun lalu, bukan Singapura karena di sini tidak ada [masalah] apa-apa. Ini seperti negara dengan pangsa pasar terbesar melawan yang kecil.”

Meskipun demikian, dari seluruh negara yang kini sudah dimasuki Lalamove, Manila menjadi kota yang paling menguntungkan. Pertumbuhan di sana berkali-kali lipat lebih cepat dari kota lainnya, malah diklaim perusahaan sudah meraup untung daripada di Singapura.

Pencapaian lainnya, seperti di Bangkok, Lalamove menjadi pemain terdepan untuk pengiriman kurir makanan. Dari pencapaian tersebut, perusahaan banyak memiliki mitra restoran yang mengandalkan armada Lalamove untuk mengirim pesanan ke konsumen.

Sebagai unicorn, Lalamove tentunya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk monopoli pasar Asia Tenggara. Namun Larson lebih memilih untuk memberikan lebih banyak pilihan untuk konsumen. Kunci memenangkan pasar di sini bukan perang harga memberikan harga termurah, tapi dengan memberikan kualitas.

“Kuncinya adalah memberikan harga yang kompetitif dan menambahkan banyak value. Bagi pemilik bisnis, bukan hanya soal dapat diandalkan, transparan, dan aman. Kami memberikan tim yang khusus didedikasikan untuk mereka.”

Terlebih, dalam industri logistik ada banyak jenis pengiriman tersedia dan kompleks. Yang mana tidak semua jenis tersebut harus dikuasai oleh Lalamove. Seperti pengiriman makanan saja, penanganannya beda dengan mengirim furnitur. Monopoli menurutnya membuat pasar jadi tidak sehat karena konsumen tidak memiliki banyak pilihan untuk membandingkan.

Fokus Alibaba Cloud Hadirkan Teknologi Baru dan Berinvestasi di Asia

Sebagai salah satu penyedia layanan komputasi awan terbesar di Asia, Alibaba Cloud menegaskan komitmennya untuk fokus pada pasar Asia. Berdiri pada tahun 2019, Alibaba Cloud kini telah mendirikan data center di 14 region di Asia Pasifik, termasuk di dalamnya dua data center di Indonesia. Komitmen Alibaba Cloud yang diusung dengan tagline “In Asia For Asia” ditegaskan oleh President Alibaba Cloud Intelligence International Selina Yuan saat acara Alibaba Cloud Summit di Singapura akhir bulan Mei 2019 lalu.

Selain ingin berinvestasi lebih banyak di Aisa, Alibaba Cloud juga berharap bisa memperluas kolaborasi dengan mitra hingga menambah jumlah pelanggan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meluncurkan kampanye dukungan layanan yang lebih baik, yang didesain untuk UKM. Keuntungan utama dari layanan dan dukungan yang lebih baik ini meliputi konsultasi pra penjualan langsung dan personal, 24/7 layanan teknis, tambahan layanan teknis secara gratis dan bantuan purna jual yang lebih cepat.

“Sebagai penyedia teknologi awan publik terbesar di Asia Pasifik, Alibaba Cloud kini mempercepat transformasi digital di kawasan ini dengan membangun infrastruktur komputasi awan kelas dunia dan berada di baris terdepan dalam pengembangan data intelijen. Kami berkomitmen penuh untuk memberikan kawasan Asia Pasifik ini layanan komputasi awan yang akan mendorong ekosistem teknologi yang terintegrasi dan berkelas dunia,” kata Selina.

Mendukung layanan e-commerce dan ritel

Salah satu prestasi yang diklaim perusahaan ialah mampu mendongkrak penjualan layanan e-commerce, di antaranya direalisasikan dalam kegiatan 11.11 dan 12.12 Shopping Festival. Dalam hal ini Alibaba Cloud mendukung 1,3 miliar kunjungan yang berpengaruh kepada penjualan. Dengan mengedepankan teknologi artificial intelligence (AI) pihaknya mengklaim mampu mendukung 350 juta percakapan, 1 miliar terjemahan bahasa dan 45,3 miliar rekomendasi produk dalam waktu 24 jam saat shopping festival berlangsung di November 2018 lalu.

Alibaba Cloud secara khusus menyediakan komputasi awan dan data intelijen mulai dari layanan e-commerce, logistik, pembayaran hingga hiburan dan perjalanan wisata untuk semua unit bisnis memanfaatkan ekosistem yang tersedia di Alibaba.

Teknologi dan inovasi lainnya yang juga dihadirkan oleh Alibaba Cloud adalah konsep Shoppertainment yang sebelumnya telah diaplikasikan oleh Lazada Indonesia, dengan memadukan hiburan yang ditayangkan secara LIVE melalui televisi. Lazada mengembangkan konsep Shoppertaiment yang menggabungkan shopping dan hiburan secara bersamaan melalui kemampuan live streaming di dalam aplikasi (in-app). Konsep ini sudah dipakai Alibaba melalui Tmall saat acara Single’s Day di 2016 dan Taobao.

Selain Shoppertainment, Lazada juga telah meluncurkan fitur Image Search hingga personalisasi untuk pengguna yang semua teknologinya dilakukan secara real-time. Konsepnya serupa dengan skenario “matchmaking” dalam waktu singkat, Lazada bisa memberikan rekomendasi produk berdasarkan pilihan dari pengguna. Untuk fitur Image Search sendiri sengaja dihadirkan oleh Lazada, setelah melakukan survei. Dari hasil tersebut terungkap, saat ini mulai banyak pengguna yang mencari rekomendasi berdasarkan gambar atau foto dibandingkan harus mengetik keyword melalui aplikasi.

Meluncurkan 10 produk dan fitur baru

Salah satu fitur baru Alibaba Cloud SaaS Accelerator / DailySocial
Salah satu fitur baru Alibaba Cloud SaaS Accelerator / DailySocial

Untuk memberikan kemudahan kepada klien, Alibaba Cloud meluncurkan lebih dari 10 produk dan fitur baru pada Alibaba Cloud Summit di Singapura. Produk dan fitur terbaru ini sebelumnya telah tersedia di Tiongkok dan untuk pertama kalinya dapat diakses para pebisnis di Asia Pasifik yang ingin menerapkan strategi “All in Cloud”. Meskipun sudah tersedia di semua negara, namun secara khusus pihak Alibaba Cloud menegaskan, fitur baru tersebut hanya akan diimplementasikan, jika klien atau pengguna membutuhkannya. Secara bertahap, semua fitur tersebut bakal tersedia di semua wilayah di Asia, termasuk tentunya Indonesia.

Beberapa fitur baru tersebut di antaranya adalah, PolarDB, Alibaba Log Service (SLS),Dukungan “Bring Your Own Key” (BYOK), Software Smart Access Gateway (SAG), Container Registry (ACR) Enterprise Edition, Container Service for Kubernetes (ACK) dan SaaS Accelerator. Untuk SaaS Accelerator merupakan program akselerator baru yang menghubungkan para mitra teknologi dengan ekosistem Alibaba.

Konsepnya adalah sebuah platform yang memungkinkan para mitra teknologi dapat dengan mudah membangun dan meluncurkan aplikasi SaaS dan meningkatkan cara bagaimana mengoperasikan bisnis dan teknologi yang sudah teruji di Alibaba.

Akselerator ini juga membantu penyedia SaaS untuk secara cepat menyebarkan dan menguji aplikasi mereka pada awan, memperpendek implementasi lifecycle, dan mengakselerasi time-to-market. Teknologi ini juga memungkinkan mitra ekosistem seperti perusahaan e-commerce, penginapan, dan industri perjalanan, untuk secara cepat menjangkau pelanggan mereka dalam platform Alibaba. Teknologi ini juga menegaskan tiga pusat ekosistem SaaS pusat komersial, pusat kapabilitas, dan pusat teknologi.

“Alibaba Cloud tidak hanya menyediakan infrastruktur yang menjadi tulang punggung keseluruhan perekonomian Alibaba dari e-commerce, pembayaran, logistik dan manajemen rantai pasokan adalah misi kami untuk memastikan inklusivitas, sehingga teknologi komputasi awan kami bisa diakses oleh perusahaan dari berbagai skala,” kata Selina.