Pengembang Aplikasi Duwit Kantongi Lisensi E-money Bank Indonesia

Bank Indonesia kembali menerbitkan izin baru untuk penyelenggara layanan uang elektronik (e-money). Kali ini giliran PT Cakra Ultima Sejahtera (CUS), pengembang aplikasi Duwit.

Duwit adalah layanan uang elektronik yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan transaksi keuangan hanya dengan menggunakan aplikasi pada smartphone.

Dari situs resminya disebutkan, CUS merupakan perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi. Berdiri sejak tahun 2011, fokus bisnis mereka pada perdagangan, jasa, dan distribusi produk telekomunikasi.

Sejak didirikan, perusahaan memiliki visi menjadi salah satu pemain bisnis yang dapat melakukan konvergensi usaha di bidang infocom, finance, dan e-commerce dengan manajemen inovatif.

Saat ini perusahaan telah memiliki cabang operasional di Sumatera dan Jawa, serta tercatat telah memiliki outlet binaan (resellers) hingga 35 ribu orang.

Dengan didapatnya lisensi ini, artinya Duwit sudah bisa memutar dana float di aplikasi melebihi 1 miliar Rupiah. Dengan batas bulanan dana top-up mencapai 10 juta Rupiah dan transaksi mencapai 20 juta Rupiah untuk tiap penggunanya.

Produk KTA hingga top-up pulsa

Pasca mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia, Duwit kini bisa dinikmati oleh pengguna dengan ragam produk finansial yang ditawarkan. Di antaranya adalah pembelian e-voucher, billing payment, platform pembayaran untuk merchant online dan offline, pembayaran digital untuk berbagai jasa, cash in/out, balance transfer, kiosk/vending transaction dan virtual credit card.

Dari pantauan DailySocial, Duwit juga memiliki produk KTA online yang saat ini sudah bisa dimanfaatkan oleh pengguna. Salah satu bank swasta yang sudah menjalin kemitraan dengan Duwit adalah Bank DBS.

Application Information Will Show Up Here

Laporan Bain & Company: Indonesia dan Vietnam Makin Diminati Investor Startup

Dalam laporan yang dirilis Bain & Company tercatat pertumbuhan investasi startup di Asia Tenggara yang cukup masif. Di tahun 2017, investasi yang digelontorkan kepada startup sebanyak 524 transaksi. Sementara itu di tahun yang sama private equity (dana ekuitas swasta) nilainya mengalami peningkatan 75% hingga $15 miliar.

Salah satu alasan mengapa banyak investor asing dan lokal yang mulai aktif memberikan dana segar kepada startup di Asia Tenggara adalah stabilitas dan kelancaran dari venture capital dan private equity.

Banyak investor baru yang tertarik dengan fundamental ekonomi makro yang kuat. Selain itu mulai banyak kesempatan untuk berinvestasi di negara-negara berkembang dan pendalaman pasar sekunder untuk transaksi di semua ukuran bisnis.

Laporan riset juga mengemukakan bahwa ekosistem investasi di Asia Tenggara telah melewati masa kritis dan memasuki fase pertumbuhan. Diprediksikan nilai transaksi selama lima tahun ke depan akan mencapai $70 miliar, dua kali lipat dari lima tahun sebelumnya. Diharapkan bisa menghasilkan sedikitnya 10 unicorn baru pada tahun 2024.

Perusahaan teknologi hingga layanan kesehatan

Perusahaan rintisan yang berbasis teknologi memiliki daya tarik tersendiri bagi venture capital asing dan lokal. Jumlah investasi meningkat banyak sekitar 40% di tahun 2017, dibandingkan tahun 2014 yang hanya sekitar 20% saja. Asia Tenggara juga menjadi kawasan yang mampu melahirkan startup unicorn, yang telah menghasilkan valuasi startup hingga $1 miliar atau lebih.

Sejak tahun 2012, 10 unicorn termasuk Grab, Go-Jek, dan Traveloka telah menciptakan nilai pasar gabungan sebesar $34 miliar, peringkat Asia Tenggara saat ini berada di posisi ketiga di kawasan Asia-Pasifik, setelah Tiongkok dan India.

Salah satu kategori yang saat ini mulai marak hadir dan telah menjadi favorit adalah layanan kesehatan berbasis teknologi (healthtech). Fullerton Health, misalnya, sekarang telah mengoperasikan lebih dari 500 klinik di delapan negara Asia-Pasifik, setelah didirikan pada tahun 2011 dengan mengakuisisi dua perusahaan penyedia layanan kesehatan di Singapura.

BookDoc, anak perusahaan Malaysia berumur tiga tahun dengan pendanaan venture capital, menghubungkan pasien dengan penyedia layanan kesehatan dan telah membangun platform online yang mencakup di lima negara. Kelompok rumah sakit Indonesia, Siloam, adalah salah satu mitra strategisnya.

Kebangkitan startup Indonesia

Meskipun Singapura tetap menjadi pusat investasi di Asia Tenggara, ekosistem startup yang dinamis mulai bermunculan di seluruh wilayah. Jumlah perusahaan di Indonesia yang meningkatkan pendanaan tahap pertama pada tahun 2017 meningkat lebih dari 300% dari tahun 2012.

Indonesia dan Vietnam telah menghasilkan 20% dari nilai kesepakatan private equity dalam waktu lima tahun terakhir dan persentase tersebut kemungkinan akan mengalami pertumbuhan. Laporan juga mencatat, hampir 90% dari investor menyebutkan pasar Asia Tenggara menjadi yang ‘terpanas’ di luar Singapura. Dan di tahun 2019 mendatang, Indonesia dan Vietnam akan menjadi pilihan.

Meskipun saat ini Investasi di Asia Tenggara mulai menunjukkan peningkatan, di sisi lain tantangan baru mewajibkan para investor untuk melakukan navigasi dan melancarkan strategi dengan cerdas. Bagi bisnis regional, mengamankan talenta terbaik, meningkatkan keunggulan komersial, dan memanfaatkan teknologi digital akan menjadi strategi terbaik untuk menghasilkan keuntungan yang solid yang ingin dicapai.

Artificial Intelligence, Blockchain, dan Fintech Jadi Ujung Tombak Teknologi Line

Line hari ini menggelar Line Developer Day 2018 di Tokyo, Jepang. Diadakan sejak tahun 2015, Developer Day kali ini, yang diadakan di gedung pertemuan Happo-en yang menawan, mengusung tema “Next Line”, menekankan bahwa masa depan Line berada di tiga layanan teknologi unggulan, yaitu Artificial Intelligence (AI), blockchain, dan fintech. Tiga sektor tersebut memang sudah menjadi buzzword banyak perusahaan teknologi dalam beberapa tahun ke belakang, termasuk di Indonesia.

Line, yang selama ini kita kenal sebagai platform messaging dan hiburan, berusaha keep up dengan perkembangan teknologi di kawasan regional. Pihak Line kini menyebut dirinya sebagai perusahaan teknologi global yang berbasis Asia.

Dibuka CTO Line Euivin Park, tim Line memaparkan roadmap produk-produk Line dalam jangka waktu dua tahun mendatang.

Sayangnya, implementasi tersebut saat ini secara ekstensif baru bisa dinikmati pengembang dan konsumen yang berdomisili di Jepang. Terhadap hal ini, Park dalam wawancara di kesempatan terpisah menyebutkan, pihaknya selalu melihat penerimaan lokal (tentang suatu produk). Jika produk unggulannya tidak sesuai dengan regulasi setempat, mereka akan mencari jalan memasarkan produk lain (yang bersifat niche) yang berpotensi.

Di Indonesia, secara teknologi hanya chatbot, bagian dari AI, yang saat ini menjadi fokus. Line bakal masuk ke pasar fintech Indonesia di tahun 2019 pasca pengambilalihan 20% saham Bank KEB Hana Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Fintech Agregator Alami Segera Rambah Bisnis P2P Lending Syariah

Startup fintech agregator Alami segera rambah bisnis p2p lending syariah tahun depan. Potensi bisnis syariah yang masih luas menjadi alasan dibalik perluasan bisnis ini.

“Alami masih explore rencana bisnis [masuk ke p2p lending], kemungkinan dalam waktu dekat. Kami melihat potensi bisnis syariah itu cukup besar, lagipula startup p2p lending yang murni bergerak di syariah itu baru ada dua yang sudah tercatat di OJK,” kata Co-Founder dan CEO Alami Dima Djani, Rabu (21/11).

Dima juga menuturkan saat ini Alami masih dalam proses pendaftaran untuk masuk ke regulatory sandbox sebagai startup agregator, mengikuti aturan POJK Nomor 13 Tahun 2018. Apabila sudah mendapat kepastian dari OJK, maka perusahaan akan merealisasikan rencana tersebut.

Di samping itu, perusahaan juga siap mengembangkan cakupan layanan ke wilayah baru. Ada dua lokasi yang dibidik, yakni Jawa dan Sumatera. Alami juga bakal menambah mitra institusi keuangan agar peminjam bisa memperoleh banyak opsi sumber dana.

“Secara dokumen dan SOP semuanya sudah siap, tinggal tunggu kepastian dari OJK saja kami masuk ke regulatory sandbox atau tidak. Mereka [OJK] bilangnya akan diumumkan serentak bulan depan.”

Alami bergerak di bidang agregator untuk memudahkan UKM mendapatkan pinjaman dari institusi keuangan syariah. Ada lima mitra yang sudah bekerja sama, yakni Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Jamkrindo Syariah, dan Kapital Boost.

Dima menjelaskan Alami melakukan penyaringan calon penerima pembiayaan sebelum bertemu institusi keuangan. Dengan credit scoring yang sudah disusun sesuai standar berlaku, UKM cukup mengisi dokumen yang dibutuhkan. Mulai dari data detail perusahaan, NPWP, kepatuhan syariah, agunan (apabila ada), dan lainnya.

Besaran nominal yang bisa diajukan UKM mulai dari Rp200 juta sampai Rp30 miliar. Apabila data sudah terisi semua, Alami akan melakukan rating tingkat risiko mulai dari 1 (terbaik) sampai 6 (terburuk). Rating ini akan dipakai oleh mitra dalam menentukan kupon dan tenor yang sesuai dengan risiko.

“Setelah mitra melakukan penawaran, peminjam bisa membandingkan penawaran mana yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kalau tertarik, nanti mitra akan mendapat notifikasi yang berisi kontak detil peminjam untuk proses akhirnya.”

Diklaim dengan platform Alami, proses screening dapat selesai dalam waktu satu hari, dengan persentase keberhasilan diterima mitra sebesar 80%. Selanjutnya, mitra tersebut akan melakukan verifikasi data calon peminjam sesuai SOP sebelum proses pencairan dana.

Selama enam bulan terakhir, Alami telah membantu 10 UKM di Indonesia dengan total pembiayaan sebesar Rp20 miliar. Selain itu dari 80 UKM yang mendaftar, ada 50 UKM yang lolos screening awal dan berada di tahap analisis pihak mitra.

Umumnya, penerima pembiayaan berasal dari industri halal dengan bidang usaha manufaktur, industri kreatif, perdagangan, jasa kesehatan, dan pendidikan. Dima memastikan seluruh aktivitas usahanya memenuhi prinsip syariah dengan penerapan bisnis model bersifat sharia-driven, satu langkah lebih maju dari penerapan sharia-compliance.

Riset Google-Temasek: Indonesia Kuasai Pangsa Pasar Ekonomi Internet di Asia Tenggara

Kawasan Asia Tenggara (SEA) digadang-gadang sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi internet paling pesat. Dalam satu dekade terakhir, dinamika bisnis digital di berbagai lanskap memang cukup terasa — berupa kemunculan bisnis baru atau penguatan bisnis yang sudah ada dalam investasi besar-besaran. Untuk melihat kondisi terkini, Google dan Temasek kembali merilis laporan riset bertajuk e-Conomy SEA 2018.

e-Conomy mencakup kegiatan ekonomi yang disokong oleh internet dan pendekatan digital. Beberapa sektor yang diteliti termasuk online travel, online media, ride hailing dan e-commerce; karena dinilai sudah mencapai tahap matang di kawasan SEA. Sementara periset beranggapan sektor lain seperti pendidikan, finansial, kesehatan dan sosial masih berada di tahap awal. Riset ini  menjangkau Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Di SEA, ekonomi internet diprediksikan akan mencapai $240 miliar pada tahun 2025 mendatang, tahun ini sudah mencapai $72 miliar. Untuk mendukung pertumbuhan, bisnis akan membutuhkan investasi sampai $50 miliar. Saat ini riset turut memperkirakan konsumen internet di kawasan SEA sudah mencapai lebih dari 350 juta orang. Rata-rata mereka terhubung dengan pendekatan mobile, melalui perangkat ponsel pintar yang dimiliki.

Indonesia negara dengan pertumbuhan tercepat dan terbesar

Pada sektor yang diteliti, pasar paling besar dikuasai oleh bisnis online travel. Namun di tahun 2025, e-commerce akan menjadi yang terbesar. Nilai bisnis online travel tahun 2018 mencapai $30 miliar, e-commerce di angka $23 miliar. Kendati Grab dan Go-Jek menunjukkan putaran investasi besar tahun ini, ukuran pasar mereka masih di angka $8 miliar, bahkan di bawah online media yang nilainya berada di angka $11 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Ekonomi digital di SEA saat ini dan proyeksinya di tahun mendatang / Google-Temasek

Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan paling cepat dan ukuran pasar paling besar di SEA. Tahun 2018 angkanya mencapai $27 miliar, akan menyumbangkan $100 miliar di tahun 2025 mendatang. Pertumbuhannya ekonomi digital di Indonesia sangat pesat, pasalnya pada tahun 2015 lalu angkanya baru mencapai $8 miliar, artinya tahun ini berhasil tumbuh lebih dari 4x lipat. Untuk tahun ini, Thailand menjadi terbesar kedua di angka $12 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Indonesia memimpin pangsa pasar dengan putaran nilai bisnis tertinggi / Google-Temasek

Melihat lebih dekat masing-masing sektor

Sektor e-commerce menjadi yang paling dinamis dalam tiga tahun ke belakang. Dinamika tersebut disebabkan karena proses adaptasi yang dilakukan masif di kalangan konsumen. Tahun ini sektor e-commerce berhasil menyumbangkan nilai putaran bisnis mencapai $23 miliar, diprediksikan tahun 2025 mencapai $100 miliar. Para unicorn di SEA seperti Lazada, Shopee, dan Tokopedia dinilai Google dan Temasek akan berperan kritis dalam menumbuhkan bisnis ini.

Di sektor e-commerce, Indonesia tetap menjadi pemimpin pasar dengan nilai bisnis mencapai $12 miliar di tahun 2018. Sementara negara lain seperti Thailand dan Vietnam baru mencapai kurang lebih $3 miliar tahun ini.

Online travel jadi yang terbesar tahun ini. Dalam riset disebutkan bahwa lanskap ini mencakup tiga sub-sektor utama, yakni online vacation rental, online hotel, dan online flight. Bisnis penjualan tiket pesawat masih mendominasi tahun ini dengan perolehan mencapai $18,4 miliar, disusul reservasi hotel $10,7 miliar, dan sewa kendaraan $0,6 miliar. Total nilai yang mencapai hampir $30 miliar tersebut akan mencapai $78 miliar tahun 2015 mendatang, dengan porsi penjualan tiket pesawat mendominasi $40 miliar.

Tidak berbeda dengan e-commerce, di sektor online travel Indonesia juga memegang nilai pangsa pasar terbesar. Tahun ini Indonesia menyumbang $8,6 miliar, akan mencapai $25 miliar pada tahun 2025 mendatang. Indonesia juga memimpin pangsa pasar di sektor ini. Tahun ini angkanya $2,7 miliar, diproyeksikan akan bertumbuh 3x lipat di tahun 2025 mencapai $8 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Online travel tahun ini memiliki pangsa pasar terbesar, segera disusul e-commerce / Google-Temasek

Selanjutnya ada sektor online media, yang dibagi dalam tiga jenis layanan, mencakup subscription music and video, online gaming, dan online advertising. Tahun ini angkanya mencapai $11,4 miliar didominasi sub-sektor periklanan online $7,2 miliar. Sementara online gaming menyumbang $3,8 miliar tahun ini, dan layanan musik/video on-demand $0,4 miliar. Tahun 2025 diprediksikan sektor ini akan menyumbangkan angka $32 miliar di SEA, dengan persentase sub-sektor yang tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun ini.

Sektor terakhir yang diteliti oleh Google dan Temasek adalah ride hailing. Terdiri dari dua sub-sektor, yakni online food delivery dan online transport. Tahun 2018 angkanya mencapai $7,7 miliar, dengan pembagian $5,7 miliar didapat dari online transportation dan $2,0 miliar dari online food delivery. Tahun 2025 mendatang angkanya diprediksikan menjadi $28 miliar, dengan kepeimpinan sub-sektor online travel mencapai $20 miliar.

Indonesia tetap menjadi pangsa pasar terbesar dengan nilai tahun ini mencapai $3,7 miliar. Diproyeksikan tahun 2025 mendatang akan menyentuh angka $14 miliar. Turut disoroti juga pemain kunci di SEA untuk sektor ini, yakni Grab dan Go-Jek. Selain transportasi dan jasa antar makanan, keduanya terus mengembangkan solusi pembayaran digital dalam pengembangan bisnisnya.

CashCash Amankan Dana Baru, Belum Berizin di Indonesia

CashCash, sebuah layanan teknologi finansial yang beroperasi di Indonesia, baru saja mendapat pendanaan Seri A. Meskipun demikian, di waktu yang sama, izin beroperasi layanan yang berperan sebagai agregator layanan P2P lending ini belum keluar. Situsnya (Cashcash.id) diblokir Telkom dan Telkomsel dan aplikasinya tidak tersedia untuk regional Indonesia. CashCash bukanlah layanan P2P lending, melainkan agregator yang mengumpulkan produk pinjaman online dan menyediakan fitur diskusi bagi penggunanya.

Berdasarkan laporan Kr-Asia, CashCash berhasil mengamankan pendanaan Seri A dengan nominal mencapai jutaan yang didapat dari Zhen Fund, Zero2IPO, dan Rong360. CEO CashCash Lin Yi di laporan tersebut menerangkan bahwa CashCash cukup diterima baik di Indonesia, dengan memosisikan diri sebagai agregator atau penghubung pengguna dengan layanan peminjaman online lainnya. CashCash juga disebut mencoba menyajikan produk pinjaman terbaik dengan adanya fitur bagi komunitas pengguna untuk menilai, memberikan komentar dan perbandingan produk-produk keuangan yang ada.

Di Indonesia, CashCash yang dikembangkan Firestorm-sea masuk dalam daftar aplikasi atau layanan yang belum terdaftar atau tidak berizin OJK. Dari penelusuran DailySocial, ada dua situs terkait Cashcash. Pertama adalah Cashcash.id yang diblokir Telkom dan Telkomsel.

Kemudian ada pula aplikasi mobile yang belum tersedia untuk regional Indonesia. Aplikasi tersebut mengacu ke situs Cashcashpro.id yang dikelola PT Digital Kuantum Teknologi (DKT).

Tampilan laman GooglePlay Cashcashpro

Lin Yi di pemberitaan lanjutan menyebutkan, masuknya CashCash dalam daftar layanan teknologi finansial yang belum memiliki izin karena saat ini mereka dalam proses mengajukan permohonan lisensi untuk beroperasi di Indonesia.

Lin menegaskan bahwa CashCash bukanlah sebuah layanan P2P. Pihaknya hanya menyediakan daftar produk-produk pinjaman yang dikumpulkan dari lebih dari 60 penyedia pinjaman online pihak ketiga, lengkap dengan fitur komentar komunitas sehingga pengguna bisa berdiskusi terlebih dahulu.

P2P lending yang semakin diminati

Indonesia sempat gaduh dengan banyaknya layanan P2P lending dari Tiongkok yang masuk ke Indonesia. Pemerintah kemudian mengeluarkan daftar mereka yang belum berizin untuk menghindarkan masyarakat dari bunga yang besar dan mencekik.

Industri pinjaman online menjadi salah satu sektor teknologi finansial yang paling populer di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia, sebagai salah satu layanan perbankan terbesar di negeri ini, akan mengeluarkan layanan peminjaman online yang mengadopsi sistem P2P lending. Layanan tersebut dinamai Pinang dan dikelola BRI Agro.

Grab Segera Gulirkan Layanan Remitansi Pada Awal Tahun 2019

Grab, melalui unit Grab Financial, siap membawa layanan fintech terbaru bergerak di bidang pengiriman uang antar negara atau remitansi pada awal tahun depan. Produk ini diklaim pertama kalinya hadir di Asia Tenggara sebagai dompet pengiriman uang antar negara.

Dampak lainnya, secara signifikan mengurangi gesekan pembayaran tunai untuk perjalanan wisata dan bisnis antar negara di Asia Tenggara. Belanja di situs e-commerce pun akan semakin lintas batas.

“Kami percaya produk remitansi ini akan jadi game-changer untuk jutaan orang yang unbanked atau underserved di Asia Tenggara. Grab Financial berada di posisi yang unik untuk merampingkan proses pengiriman uang ke orang yang Anda cintai dan mempercepat inklusi keuangan di wilayah ini,” terang Managing Director Senior Grab Financial Reuben Lai dalam keterangan resmi.

Bicara potensi bisnis, pasar remitansi Asia Tenggara diperkirakan mencapai US$70 miliar pada tahun lalu. Pasar ini didominasi oleh MTO dan lembaga keuangan, namun banyak pekerja asing yang rentan secara ekonomi bergantung pada agen MTO yang tidak berlisensi.

Grab menilai industri ini masih menderita struktur harga yang buram, mahal, dan operasi pengiriman yang tidak efisien yang menghasilkan pengalaman konsumen kurang optimal dan potensi dana hilang yang tak terhitung jumlahnya.

Dari hasil tersebut, Reuben menyebut Grab ingin menyelesaikan isu tersebut, seperti mengeleminasi proses verifikasi cukup secara online, memastikan dana sampai di penerima yang bersangkutan, kepastian biaya transfer, dan dana bisa digunakan langsung digunakan tanpa harus dicairkan terlebih dahulu.

Pengguna dapat mengirim uang secara instan dan aman ke penerima di negara lain dengan e-wallet GrabPay. Opsi ini dinilai berbeda dengan selama ini yang ada di pasar.

Reuben menjelaskan penerima dapat memilih untuk mencairkan dana yang diterima melalui jaringan cash out point atau menggunakannya untuk transaksi sehari-hari, seperti pembayaran tagihan sampai isi pulsa langsung dalam aplikasi Grab.

Untuk biaya transfer, pengguna mendapat transparansi dan visibilitas yang lengkap terhadap seluruh biaya, termasuk biaya forex dan administasi sebelum transfer dana.

Grab menjamin penerima dana tidak akan dikenakan biaya tambahan apapun untuk setiap dana yang masuk ke akun GrabPay. Kelebihan ini dinilai tidak hadir dalam layanan remitansi yang ada sebelumnya (MTO/Money Transfer Operator).

Terkait kehadiran layanan ini di Indonesia, DailySocial mencoba untuk menghubungi perwakilan Grab. Juru bicara Grab menolak untuk memberikan pernyataan lebih jauh.

“Kami akan meluncurkan produk pengiriman uang pada awal 2019, dimulai dengan jalur transaksi pengiriman uang antar negara terbesar di Asia Tenggara, di mana terdapat jumlah besar pekerja yang rentan secara ekonomi. Kami akan menawarkan mereka cara yang transparan, aman, dan cepat untuk mengirimkan pendapatan mereka kepada keluarga mereka.”

Grab menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah di Asia Tenggara tentang inisiatif ini, yang tergabung dalam ASEAN Smart Cities Network (ASCN). Di Indonesia, kota yang tergabung sebagai anggota ASCN adalah DKI Jakarta, Banyuwangi, dan Makassar.

Saat ini Grab telah beroperasi di 8 negara di kawasan Asia Tenggara dengan total kehadiran di lebih dari 500 kota.

Application Information Will Show Up Here

Neo Cloud dari Biznet Gio Kini Dukung Fitur Multi-Region (UPDATED)

PT Biznet Gio Nusantara (Biznet Gio) meluncurkan fitur multi-region untuk layanan mereka Neo Cloud. Fitur baru ini memungkinkan layanan Neo Cloud beroperasi di atas dua atau lebih pusat data yang dimiliki Biznet Data Center yang saat ini berlokasi di Biznet Technovillage, Cimanggis, Jawa Barat dan Midplaza, Sudirman, Jakarta.

“Hari ini menjadi momentum bagi kami untuk kembali menegaskan komitmen Biznet dalam berinovasi, khususnya pada produk komputasi awan. Fitur terbaru ini hadir untuk memberikan keleluasaan serta membangun kepercayaan pelanggan dan kalangan industri dalam menggunakan layanan Biznet sebagai penyedia infrastruktur dan layanan teknologi terdepan di Indonesia,” terang Presiden Direktur Biznet Adi Kusuma.

Fitur multi-region yang ada di Neo Cloud adalah skema penanggulangan bencana (Disaster Recovery) yang bisa menjadi pilihan penting bagi pelaku industri yang membutuhkan tingkat ketersediaan layanan yang tinggi.  Fitur baru ini akan bekerja dengan mereplikaasi layanan atau aplikasi dalam dua mesin terpisah untuk meminimalkan dampak kerugian yang mungkin terjadi karena adanya kegagalan di salah satu region.

CEO Biznet Gio Cloud Dondy Bappedyanto menyebutkan bahwa hadirnya fitur multi-region pada Neo Cloud bisa menjadi langkah untuk meningkatkan standar penyedia layanan komputasi awan lokal untuk dapat meningkatkan daya saing dan tetap relevan dengan persaingan kelas dunia.

“Multi-region pada Neo Cloud merupakan fitur penting, terutama sebagai penyedia layanan komputasi awan untuk memberikan keamanan dan keandalan kepada pengguna di Indonesia. Saat ini pelanggan kami dapat secara komprehensif merancang kebutuhan infrastruktur di dua region yang berbeda, dan layanan tersebut dipastikan akan selalu tersedia. Hadirnya multi-region pada Neo Cloud turut meningkatkan standar penyedia layanan komputasi awan lokal untuk dapat meningkatkan daya saing, dan tetap relevan dengan persaingan kelas dunia, terlebih lagi karena data center-nya berada di Indonesia,” terang Dondy.

Pihak Biznet lebih jauh menjelaskan bahwa dengan arsitektur komputasi awan yang memiliki fitur multi-region pihaknya akan mampu memberikan dampak signifikan yang mendukung percepatan bisnis perusahaan. Fitur multi-region ini juga memungkinkan layanan yang didukung  Neo Cloud dapat tersedia secara konsisten (read and write access) dengan latensi yang sangat kecil, sesuatu yang membedakan dengan layanan yang tidak memiliki data center di Indonesia.

Sementara itu untuk rencana ke depan Dondy menyebutkan bahwa Biznet Gio Cloud akan terus berusaha memberikan value yang tidak kalah kompetitif dengan pemain luar. Mulai dari rencana instalasi data center ketiga di kuartal pertama 2019, peluncuran layanan Security Managed Service dan platform yang bisa mengakomodasi UKM seperti digital shop dan website-builder.

 

“Ketika sebuah perusahaan menargetkan ceruk pasar nasional, mempertimbangkan untuk memiliki layanan komputasi awan dengan arsitektur multi-region adalah keputusan positif. Demi keberlangsungan bisnis jangka panjang. Neo Cloud pun selalu hadir untuk terus mengiringi dan memberikan pengalaman terbaik menggunakan teknologi komputasi awan terkini. Layanan ini juga didukung oleh fasilitas jaringan broadband Biznet yang besar memberikan kenyamanan masalah latensi dan pelanggan tidak perlu memikirkan biaya soal interkoneksi,” tutup Dondy.

Update : Tambahan informasi mengenai rencana Biznet Gio Cloud ke depan.

Industri E-Commerce Keluar dari DNI di Paket Kebijakan Ekonomi Edisi XVI

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi tahap XVI pada minggu ketiga November 2018. Di dalamnya ada beberapa kebijakan yang berkaitan dengan industri digital dan teknologi, di antaranya adalah pemberian tax holiday untuk bidang usaha ekonomi digital dan penghapusan bidang usaha Perdagangan Eceran Melalui Pemesanan Pos dan Internet dari DNI (Daftar Negatif Investasi).

Di dalam paket kebijakan tersebut pemerintah mengeluarkan 54 bidang usaha dari DNI. Meskipun demikian, dari 54 bidang tersebut baru 28 bidang usaha yang sudah pasti, sisanya Kemenko masih menunggu konfirmasi dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Komunikasi dan informasi.

Konfirmasi yang dimaksud adalah terkait dengan KBLI (Klasifikasi Buku Lapangan Usaha Indonesia) dan persyaratan.

Keluarnya bidang usaha Perdagangan Eceran Melalui Pos dan Internet dari DNI memungkinkan bidang tersebut menerima PMA (Penanaman Modal Asing) hingga 100%.

Di tahun 2016 silam pemerintah mengeluarkan Perpres 44/2016 yang juga relaksasi dan keterbukaan bidang usaha yang diatur dalam DNI. Kebijakan tersebut akhirnya menghasilkan peningkatan minat investasi PMA sebesar 108% dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) meningkat 82,5% dalam 2 tahun.

Dalam dokumen paket kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian disebutkan bahwa kebijakan DNI 2018 dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik dan daya saing yang dapat menjadi selling point dalam memperluas sumber investasi baru dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat.

Di dalamnya termasuk mendorong penyebaran investasi melalui kawasan-kawasan ekonomi, menyederhanakan dan memperjelas ketentuan pelaksanaan DNI dan melakukan pengawalan pelaksanaan investasi. Perubahan DNI 2018 ini bertujuan untuk mempercepat peningkatan perluasan investasi langsung secara signifikan, meningkatkan kemampuan UMK, UMKM dan Koperasi, juga diharapkan bisa memproduksi produk baru yang memiliki jaringan pasar internasional.

Tax holiday untuk industri ekonomi digital

Paket Kebijakan Ekonomi tahap XVI juga berisi tentang pemberian tax holiday di dua sektor usaha, yakni sektor pengolahan berbasis hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan, dan sektor ekonomi digital.

Keduanya bergabung dengan belasan sektor lain yang sudah lebih dulu mendapat tax holiday di paket kebijakan ekonomi edisi sebelumnya. Berikut kutipan salah satu pokok kebijakan mengenai tax holiday di Paket Kebijakan Ekonomi tahap XVI.

Perluasan sektor usaha yang dapat diberikan fasilitas tax holiday meliputi:

  1. penambahan dua sektor usaha (yaitu sektor industri pengolahan berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan; serta sektor ekonomi digital); dan
  2. penggabungan dua sektor usaha dalam PMK Nomor 35/PMK.010/2018 (yaitu sektor komponen utama komputer dan sektor komponen utama smartphone menjadi sektor komponen utama peralatan elektronika/telematika). sehingga jumlah sektor usaha yang dapat diberikan tax holiday berubah dari 17 sektor usaha menjadi 18 sektor usaha.

Lamudi Terima Pendanaan dari Ringier AG dan Axel Springer SE

Startup penyedia properti listing Lamudi mengumumkan telah berhasil mendapatkan suntikan dana dari perusahaan media Swiss Ringier AG dan perusahan media Jerman Axel Springer SE. Tidak ada angka yang disebutkan dalam pengumumannya. Investasi dari keduanya akan dimanfaatkan oleh Lamudi untuk terus memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna untuk mencari properti, seperti menjembatani pencari properti dari online ke offline seperti yang ada di Indonesia.

“Kami sangat senang untuk menyertakan investor yang sangat berpengalaman di bidang media, teknologi digital dan antusias bersama-sama menciptakan gebrakan inovasi baru dalam industri properti di Indonesia. Investasi dari pemain global ke Lamudi Indonesia adalah sebuah berita bagus untuk perkembangan startup di Indonesia,” terang Managing Director Lamudi Indonesia Mart Polman.

Lebih lanjut Mart juga menjelaskan bahwa saat ini Lamudi telah menjadi platform terpercaya bagi konsumen dan pelaku industri untuk mencari dan memasarkan real estate. Pendanaan baru ini disebut akan membantu pihak Lamudi untuk bisa lebih signifikan memperluas upaya perusahaan untuk membantu masyarakat Indonesia menemukan rumah impian.

Lamudi sendiri pertama kali luncurkan pada akhir tahun 2013 oleh Rocket Internet. Dengan dukungan beberapa investor dan pertumbuhan yang cukup cepat, saat ini Lamudi sudah beroperasi di Indonesia, Filipina, Bangladesh, Sri Lanka, Meksiko, Kolombia, hingga Peru.

“Lamudi sangat sesuai dengan visi kami serta minat kami dalam hal model bisnis lokal. Kami sangat terkesan dengan kecanggihan operatif perusahaan, kemampuan tim manajemen global dan lokal, dan keinginan untuk menciptakan value. Kami percaya bahwa Lamudi akan mendorong perubahan signifikan dalam industri real estate di Asia Tenggara dan Meksiko,” terang Head of Marketplace Ringier AG Robin Lingg.

Sementara itu President Classifieds Media Axel Springer SE Andreas Wiele menyebutkan bahwa Lamudi memiliki perkembangan yang sangat cepat dan berada di pasar yang sangat menarik. Sebagai salah satu perusahaan yang terbesar di dalam industri pencarian real estate, pihak Axel Springer SE yakin bisa membantu pengembangan Lamudi lebih jauh dengan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki selama ini.

Dua investor baru Lamudi ini akan bergabung dengan investor-investor Lamudi terdahulu yang telah mendukung perkembangan Lamudi sejauh ini, seperti Asia Pacific Internet Group (APACIG), sebuah perusahaan joint venture Rocket Internet dan Ooredoo, serta Holtzbrinck Ventures dan Tengelmann Ventures.

Application Information Will Show Up Here