Penyelenggara Fintech di Sistem Pembayaran Kini Wajib Terdaftar di Bank Indonesia

Bank Indonesia menerbitkan beleid yang mewajibkan penyelenggaran fintech (teknologi finansial/tekfin) di bidang sistem pembayaran untuk terdaftar di bank sentral. Kewajiban ini mulai berlaku pada 1 Januari 2018. Aturan ini tertuang dalam Peraturan BI (PBI) No.19/12/17 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial.

Bank sentral berharap melalui beleid ini, bisnis fintech tetap dapat berkembang dan berkontribusi demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan tetap mengedepankan aspek mitigasi risiko.

“BI melihat pertumbuhan fintech sangat bagus bisa dimanfaatkan untuk dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan inovasi, kegiatan inovasi bisa lebih baik. Tapi perlu diketahui bahwa fintech saking berkembangnya bisa timbulkan risiko. Aturan di BI ini adalah cara untuk menyeimbangkannya,” ucap Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng, Kamis (7/12).

Ruang lingkup PBI ini meliputi aturan pendaftaran, regulatory sandbox, perizinan dan persetujuan, dan pemantauan dan pengawasan.

Lebih lanjut, ada lima jenis penyelenggara fintech yang sudah diklasifikasikan BI untuk mendaftar. Yakni, sistem pembayaran, pendukung pasar, manajemen investasi dan risiko, pinjaman pembiayaan dan penyedia modal, dan jasa finansial lainnya.

Kriteria bisnis fintech pun diatur dalam lima indikator seperti, inovatif, dapat berdampak pada produk/layanan/teknologi, dan/atau model bisnis finansial yang telah eksis, memberikan manfaat bagi masyarakat, bisa digunakan secara luas, dan kriteria lainnya yang ditetapkan BI.

Sugeng mengatakan, kewajiban pendaftaran ini hanya diperuntukkan ke penyelenggara tekfin yang akan atau telah melakukan kegiatan yang memenuhi kriteria fintech dan berada di bawah kewenangan otoritas lain dan menyediakan tekfin di bidang sistem pembayaran.

Untuk perusahaan yang telah terdaftar dan mendapat izin dari otoritas lain, tidak perlu mendaftar ke BI. Akan tetapi, setidaknya memberikan informasi bisnisnya ke BI.

“Kecuali tekfin sistem pembayaran itu telah mendapatkan izin sebagai penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP) dari BI.”

Bersamaan dengan itu, bank sentral juga merilis dua aturan turunan dari PBI Fintech yaitu peraturan anggota dewan gubernur (PADG) No.19/14/PADG/2017 tentang ruang uji coba terbatas (regulatory sandbox) tekfin dan PADG No.19/15/PADG/2017 tentang cara pendaftaran, penyampaian informasi, dan pemantauan penyelenggaraan tekfin.

Plt Kepala Fintech Office BI Junanto Herdiawan menambahkan penyelenggara fintech yang telah terdaftar akan masuk ke regulatory sandbox untuk melihat sisi model bisnis dan risiko yang berpotensi bisa ditimbulkan. Kemungkinan perusahaan fintech akan masuk ke sana selama enam bulan dengan opsi perpanjangan satu kali.

“Nanti dari situ akan dilihat hasilnya apakah berhasil, tidak berhasil, atau status lainnya yang kami tetapkan,” kata Junanto, atau yang lebih akrab disapa Iwan.

Segera buat larangan lebih tegas mengenai bitcoin

Dalam PBI ini juga menetapkan kewajiban penyelenggara fintech untuk mengunakan Rupiah dalam setiap transaksinya. Ini berarti melarang penggunaan mata uang lain dalam bertransaksi, termasuk mata uang virtual seperti bitcoin.

Menurut Sugeng, pelarangan ini pada dasarnya disebabkan mata uang virtual memiliki tingkat volatilitasnya yang tinggi. Dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak yang negatif, sehingga ditetapkan bukan sebagai alat pembayaran yang sah.

Bank sentral pun saat ini terus mematangkan rencana pelarangan penggunaan mata uang virtual sebagai alat pembayaran dan instrumen investasi. Rencananya BI akan secara tegas melarang mata uang virtual tersebut dengan menerbitkan aturan baru pada Januari 2018.

Meskipun melarang penggunaan bitcoin, blockchain sebagai teknologi pendukungnya tidak dilarang. Malah BI sendiri menjajaki penerapan teknologi blockchain tahun depan.

“Teknologi blockchain sendiri tidak kami larang,” pungkas Iwan.

Lintasarta Umumkan 8 Startup Pemenang Appcelerate 2017

Perusahaan teknologi Lintasarta menuntaskan program Appcelerate 2017 dengan mengumumkan delapan startup sebagai pemenang dari tiap universitas mitra, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Appcelerate kali ini cukup berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya menggandeng ITB. Kali ini Appcelerate diselenggarakan lebih luas, menggandeng tiga universitas besar di Indonesia.

Appcelerate adalah program CSR yang diadakan Lintasarta sejak tahun lalu sebagai ajang pembuatan rencana bisnis dalam bentuk inovasi produk atau aplikasi digital. Produk yang dihasilkan harus memiliki nilai bisnis dan dapat diterapkan untuk mendukung berbagai sektor industri finansial, migas, plantation, manufaktur, kesehatan, logistik, transportasi, maritim, dan smart city.

“Kami akan terus lanjutkan [program Appcelerate] sebagai salah satu cara kami dalam membentuk ekosistem, termasuk bagian dari transformasi Lintasarta menjadi pemain ICT terkemuka di 2020,” ucap IT Services Director Lintasarta Arya N Soemali, Rabu (6/12).

Para pemenang startup dari UGM terdiri dari Pijar (psikologi online), Pasienia (komunitas pasien), dan Iwak (distribusi logistik perikanan). Sementara dari ITB ada Halofina (asisten keuangan pribadi dan SMW), Cityplan (platform untuk urban planning), dan Ready Doc (CRM untuk dokter dan klinik). Dari ITS ada Siguri (perangkat keamanan terintegrasi) dan Nelbi (perangkat listrik pintar).

Delapan startup ini terpilih setelah mengikuti masa inkubasi dan akselerasi selama tiga bulan (selama Agustus hingga Oktober 2017) di universitasnya masing-masing, bersama finalis lainnya. Selama masa inkubasi, para startup mendapat mentoring, bimbingan pengembangan produk dan bisnis melalui berbagai program yang melibatkan jajaran direksi Lintasarta.

Mereka mendapat penilaian terbaik dari dewan juri mengalahkan kandidat lainnya, dinilai memenuhi kategori problem solving, usefulness, memiliki nilai komersial, dan nilai bisnis. Dewan juri terdiri dari jajaran direksi, general manager Lintasarta, serta pimpinan inkubator bisnis dari tiga universitas.

Dari delapan startup, diambil tiga terbaik dari masing-masing universitas. Pijar, Halofina, dan Siguri akan mendapat dukungan pengembangan bisnis dan kerja sama dengan Lintasarta untuk masuk ke pasar B2B.

“Kita akan lihat nanti dalam titik tertentu bakal ada evaluasi karena mereka tidak bisa langsung mandiri. Kami akan terus bimbing mereka sampai nanti besar, baru nanti akan bicara dengan konteks komersial. Nanti akan ada bagi-bagi revenue.”

Untuk tahun depan, Arya menuturkan pihaknya akan terus mengundang lebih banyak universitas sebagaimana semangat perusahaan untuk memperluas kesempatan kepada anak muda.

Salah satu pemenang Appcelerator 2016 yang sudah menandatangani kerja sama B2B dengan Lintasarta adalah Kazee (sebelumnya bernama CHARM), sebuah platform untuk analisis berbagai media.

Harbolnas 2017 Siap Digelar, Bidik Total Transaksi Hampir Rp5 Triliun

Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) siap kembali digelar pada 12 Desember 2017 mendatang, diikuti oleh 254 layanan e-commerce dari seluruh Indonesia. Ditargetkan pada tahun ini transaksi dapat tembus hampir Rp5 triliun atau naik 50% dibandingkan tahun sebelumnya.

Ketua Panitia Harbolnas 2017 Achmad Alkatiri menuturkan, angka target ini ditetapkan karena pada tanggal tersebut adalah hari biasa, bukan hari libur panjang seperti tahun sebelumnya. Harbolnas 2016 digelar selama tiga hari tanggal 12 hingga 14 Desember 2016.

“Kalau sekarang harinya bagus, bukan long weekend seperti tahun lalu tapi hari biasa. Kalau long weekend agak tertantang karena masyarakat bisa jadi spend uangnya untuk rekreasi. Jadi kami optimis bisa targetkan transaksi naik hingga 50%,” terangnya, Rabu (6/12).

Pada tahun lalu, berdasarkan survey Nielsen, total transaksi selama Harbolnas mencapai Rp3,3 triliun (GMV) diikuti oleh 211 peserta e-commerce. Selama tiga hari tersebut rata-rata transaksi naik hingga 3,9 kali dibandingkan hari biasa.

Achmad melanjutkan, yang berbeda dengan tahun sebelumnya tema yang diangkat Harbolnas tahun ini adalah “Belanja Bersama” dengan fokus mengajak pelaku UKM untuk ikut terjun dan berpartisipasi dalam mengembangkan bisnisnya secara online.

Untuk pertama kalinya tim Harbolnas melakukan roadshow ke tiga kota, Surabaya, Makassar, dan Medan, bertemu 300 UKM dari berbagai industri. Dalam roadshow tersebut, diberikan sejumlah materi pelatihan mengenai manfaat dan kiat-kiat sukses untuk berjualan online dan bagaimana memanfaatkan momen Harbolnas untuk meningkatkan bisnis mereka.

“Tema sebelumnya adalah meningkatkan awareness konsumen, kalau sekarang ada ambisi besar untuk buat pelaku UKM yang ada di daerah untuk bisa go online. Dari partisipasi yang dilakukan pemerintah dari pembangunan infrastruktur, kami ingin buat e-commerce dapat menjangkau seluruh masyarakat sehingga memperkecil gap terhadap kebutuhan barang.”

Kali ini peserta Harbolnas 2017 terdiri dari beragam segmen usaha, mulai dari fesyen dan aksesoris, health and beauty, barang elektronik, travel, marketplace, dan lainnya.

Beberapa layanan e-commerce besar yang ikut berpartisipasi dalam program kali ini adalah Bhinneka, Bukalapak, Jakmall, Zalora, Blanja, Shopee, Blibli, JD.id, dan Lazada.

Akhirnya OnlinePajak Resmi Umumkan Pendanaan Seri A dari Alpha JWC Ventures dan Sequoia India

OnlinePajak hari ini (6/12) secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan seri A dengan nilai $3-5 juta atau minimal 40 miliar rupiah. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Alpha JWC Ventures, dan didukung oleh Sequoia India. Secara khusus dana segar yang didapat akan difokuskan untuk mengembangkan produk dan solusi yang inovatif untuk membantu UMKM, yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia dalam hal penerimaan pajak.

Setelah bermitra dengan Alpha JWC dan Sequoia India, kini OnlinePajak berharap memiliki dukungan untuk melahirkan produk inovatif bagi kepengurusan pajak, sumber daya manusia, dan akuntansi. Solusi ini terus dikembangkan sejalan dengan visi OnlinePajak, mengurangi beban adminstrasi perusahaan dan efisiensi pengumpulan pajak.

“Pemerintah bekerja keras untuk menggenjot penerimaan pajak demi pembangunan infrastruktur dan perkembangan ekonomi yang lebih baik. Layanan OnlinePajak yang didesain untuk memudahkan perusahaan dalam menunaikan kewajiban perpajakan mereka, juga memiliki tujuan membantu pemerintah meraih pencapaian tersebut. Tahun ini kami ingin kembali berkontribusi dengan menargetkan pengumpulan pajak sampai dengan Rp 30 triliun,” sambut Founder OnlinePajak Charles Guinot.

Terakhir debut yang dilakukan oleh OnlinePajak ialah membuka API untuk membangun kemitraan seluas-luasnya, baik bagi pengembang layanan SaaS dan juga e-commerce. Sleekr, Accurate, Talenta, dan Etobee merupakan beberapa mitra startup yang turut mengoptimalkan API tersebut untuk pemrosesan layanan pajak secara digital di aplikasinya.

“OnlinePajak kini telah menyediakan modul yang dapat digunakan HR untuk memudahkan pembayaran pajak karyawan, sementara tim accounting diberi kemudahan dalam menyetor pajak perusahaan, dan juga mengelola invoice mereka. Dalam waktu dekat, OnlinePajak juga akan merilis sebagai sebuah solusi yang akan membantu penggunanya untuk melakukan dan mengorganisir  pembayaran pajak mereka,” imbuh Charles.

OnlinePajak juga telah mengantongi ISO sistem manajemen keamanan informasi, membantu perusahaan untuk mempersiapkan, menyetor, dan melapor pajak melalui satu aplikasi terpadu, yang sepenuhnya terhubung dengan sistem Direktorat Jenderal Pajak.

Future Agro Challenge Tantang Startup Lokal di Bidang Pertanian

Future Agro Challenge (FAC) merupakan kompetisi global yang berfokus untuk startup yang bergerak di bidang agtech, pangan, dan pertanian. FAC setiap tahunnya memilih ide-ide dan startup inovatif dari penjuru dunia untuk bersaing dalam Global Championship guna merebut titel “Agripreneurs of the Year”. Startup yang terpilih juga berkesempatan untuk mendapatkan akses ke sumber daya, termasuk pendanaan, untuk meningkatkan bisnis dan dampaknya bagi lingkungan sosial.

Tahun ini, untuk pertama kalinya FAC datang ke Indonesia, didukung BLOCK71 Jakarta dan Angel Investment Network Indonesia (ANGIN). FAC mencari agripreneur dengan solusi revolusioner di Indonesia untuk menghadapi tantangan pertanian baik di tingkat lokal, regional, dan/atau global. Pemenang terpilih akan bersaing di “Global Championships” untuk babak final di Istanbul. Mereka akan bertemu dengan para agripreneur berbakat dari 60+ negara lainnya yang juga menawarkan berbagai inovasi untuk mengatasi tantangan pertanian global saat ini.

“Kami telah melihat banyak agripreneurs dan agri startups di Indonesia dengan solusi menarik. Namun banyak yang sering tidak terdengar. Kami membawa FAC ke Indonesia dengan tujuan untuk membekali mereka dengan dukungan yang dibutuhkan dan menerjunkan mereka kerumunan pemangku kepentingan yang jauh lebih besar di tingkat global, dari calon investor hingga mitra kerja. Kami berharap FAC bisa menjadi platform bagi para agripreneur untuk meningkatkan bisnis mereka dan menginspirasi para calon agripreneur yang tertarik untuk segera bergerak,” kata Valencia Dea, Principal di ANGIN.

FAC memiliki urgensi untuk diselenggarakan secara global. Berbagai kajian mengungkapkan bahwa ketahanan pangan global saat ini berada di tingkat kritis. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, produksi makanan perlu meningkat sebanyak 70 persen untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan 9 miliar penduduk dunia di tahun 2050. Para pakar juga melihat adanya beberapa akar permasalahan yang menyebabkan isu ketahanan pangan saat ini; mulai dari ledakan populasi, perubahan pola makan, perubahan iklim, kelangkaan air, sampai dengan penurunan jumlah petani.

Dengan 14 persen GDP berasal dari sektor pertanian, apakah berarti Indonesia aman dari kelangkaan pangan? Tidak juga. Saat ini 19,4 juta penduduk Indonesia masih mengalami kekurangan gizi. Dalam hal ketahanan pangan, The Global Food Security Index menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan 69 dari 113 negara. Selain mandeknya jumlah produksi beras dalam kurun tahun 10 terakhir ini, salah satu tantangan utama kita ada pada peningkatan kemakmuran petani. Sektor pertanian senilai 124 miliar dolar gagal untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani, sehingga 17 juta petani masih hidup di garis kemiskinan. Inilah penyebab kita kehilangan 500 ribu petani setiap tahunnya.

“Kami mengajak semua agripreneur Indonesia untuk mendaftar secara online sebelum tanggal 5 Desember melalui tautan ini: bit.ly/fac-id . Secara khusus, kami sangat menganjurkan startup agribisnis yang menargetkan ekspansi global untuk mendaftar. Global Championships adalah platform yang tepat bagi mereka untuk memamerkan solusi mereka dan mendapatkan eksposur global, baik dari investor maupun calon mitra,” kata Tinnike Lie, Community Manager BLOCK71 Jakarta.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Future Agro Challenge.

M Cash Buat Program Kemitraan UMKM Dorong Pemasaran Kios Digital

Perusahaan penyedia mesin kios digital, M Cash, memacu kinerja bisnisnya dengan meluncurkan Program Kemitraan M Cash yang menyasar pelaku UMKM untuk memasarkan mesin kios digital di lokasi usaha mereka.

Program kemitraan ini bertujuan untuk memperkaya ragam layanan dan produk yang ditawarkan pelaku UMKM, sehingga mereka dapat ikut menikmati pertumbuhan bisnis digital dan e-commerce yang sedang pesat di Indonesia.

Dengan program ini, mitra UMKM dapat memasarkan produk digital di lokasi usaha masing-masing dengan menawarkan voucher elektronik, PLN, multifinance, TV berbayar, tiket transportasi, e-voucher hiburan, wahana atraksi, permainan, hingga restoran.

Fitur unik yang dimiliki kios digital M Cash adalah kemampuan mengeluarkan kartu fisik, seperti kartu perdana telco (starter pack), kartu e-toll, dan gift card.

“Kami memandang program ini adalah salah satu bentuk inovasi yang dapat memperkuat daya saing pelaku UMKM agar dapat lebih berkembang dan terus relevan dengan perkembangan selera pasar,” ujar Direktur Utama M Cash Martin Suharlie, Selasa, (6/12).

Dalam implementasi program ini, M Cash menawarkan dua paket kemitraan yaitu “Paket Kios Mini” dan “Paket Kios Grosir”. Untuk Paket Kios Mini, dilengkapi 1 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu, ditawarkan dengan harga Rp30 juta. Sementara Paket Kios Grosir dilengkapi dengan 4 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu per slot ditawarkan dengan harga Rp75 juta.

Untuk pembiayaannya, M Cash menggandeng Bank Permata sebagai mitra perbankan. Dengan modal awal Rp2,5 juta, mitra UMKM bisa memulai bisnis kios digital. Tingkat bunga pinjaman sebesar 9,0 persen per tahun melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tenor hingga tiga tahun.

“Program ini sejalan dengan visi Bank Permata untuk menjadi pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif bagi masyarakat Indonesia. Kami akan terus jajaki semua potensi sinergi dengan banyak mitra untuk mengoptimalkan fungsi intermediari Bank Permata ke seluruh pelaku usaha,” terang Direktur Ritel Bank Permata Bianto Surodjo.

Selain menggandeng Bank Permata, M Cash juga mengumumkan kemitraan dengan Pos Indonesia untuk penyediaan layanan digital box/locker yang akan dimulai pada tahun depan. Direktur Informasi dan Teknologi Pos Indonesia Charles Sitorus menjelaskan lewat layanan ini, perseroan diharapkan mampu memberikan layanan pengiriman yang lebih cepat dan efisien.

Konsumen pun akan lebih dimudahkan. Pasalnya layanan digital box ini tidak hanya tersedia di kantor perseroan saja, namun juga di berbagai macam lokasi yang lebih dekat dan mudah ditemukan. Digital box tersebut juga memiliki fleksibilitas untuk dikembangkan menjadi tempat penitipan di berbagai tempat umum, seperti pusat perbelanjaan.

“Oleh karena itu, melihat besarnya potensi yang dimiliki, Pos Indonesia memandang layanan digital box ini sebagai salah satu bentuk inovasi strategis dalam mengadopsi perkembangan era digital di Indonesia dan memperkuat jaringan serta layanan perseroan ke depannya,” pungkas Charles.

Saat ini Pos Indonesia memiliki 58.700 titik layanan dan 4.700 kantor pos online tersebar di seluruh Indonesia.

Kejora Ventures dan InterVest Korea Selatan Siapkan Dana Awal 811 Miliar Rupiah untuk Membantu Startup Korea Berkembang di Asia Tenggara

Perusahaan investasi Indonesia Kejora Ventures dan mitranya, InterVest yang berasal dari Korea Selatan, mengumumkan pembentukan “InterVest Star Southeast Asia Growth Fund I” untuk membantu startup Korea Selatan berekspansi dipasar Asia Tenggara. Dengan target total dana hingga $100 juta (lebih dari 1,3 triliun Rupiah), mereka telah mengumpulkan $60 juta (lebih dari 811 miliar Rupiah) sebagai dana awal. Kebanyakan investor yang bergabung di dana ini berasal dari Korea Selatan.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Kepala bagian Asia Tenggara Korea Venture Investment, sebuah badan investasi yang mendukung dana ini, Kim Sang-Soo, menyebutkan Asia Tenggara sebagai pasar yang menjanjikan bagi ventura Korea.

“Dana ini akan menjembatani mereka [investor Korea] dengan mitra lokal, sehingga mereka bisa berkembang dan berekspansi di kawasan [Asia Tenggara].”

Founding Partner Kejora Ventures Andy Zain, di sumber yang sama, menyebutkan, “Bagian strategi kami adalah membawa pendiri-pendiri dan teknologi berpengalaman ke sini [Asia Tenggara] dan membantu mereka, dengan dana dan jaringan kami, untuk dengan cepat menjadi no. 1 di sektornya.”

Kejora sendiri, di luar core business awalnya di Indonesia, sudah berekspansi ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk membuka kantor di Thailand, Singapura, dan Filipina. Sebelumnya, awal tahun ini, mereka juga telah menyiapkan dana sebesar $80 juta (lebih dari 1 triliun Rupiah) untuk berinvestasi di startup Asia Tenggara.

Pegipegi Mulai Buka Opsi Pendanaan dari Pihak Luar

Perusahaan OTA Pegipegi mengungkapkan mulai membuka opsi pendanaan dari pihak luar untuk memperkuat eksistensinya di tengah persaingan yang ketat di pasar OTA di Indonesia. Saat ini disebutkan mereka masih dalam tahap awal sehingga belum ditetapkan siapa investornya.

“Kami mulai membuka opsi penerimaan investasi dari pihak luar, tapi baru sekadar ngobrol-ngobrol saja, sehingga kami masih belum bisa open iya atau tidaknya [menerima investasi] karena itu akan menentukan strategi kita ke depannya bagaimana,” terang Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja, Selasa (5/12).

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan induk usaha PegiPegi, Recruit Holdings, akan melepas sebagian kepemilikan sahamnya kepada investor baru. Meski membuka opsi, Ryan tidak menuturkan lebih detil kapan realisasi investasi mulai dilakukan.

Pernyataan Ryan ini, bergeser dari wawancara terdahulu dengan CEO Pegipegi Takeo Kojima. Takeo sebelumnya menuturkan Recruit Holdings berkomitmen penuh untuk terus menyuntukkan dana investasi. Karena ada komitmen tersebut, Pegipegi tidak membuka peluang untuk mengundang investor dari pihak luar.

Saat ini Pegipegi mengklaim telah tumbuh dua kali lipat secara keseluruhan dibandingkan tahun sebelumnya. Kontributor tertinggi berasal dari bisnis pemesanan tiket hotel, kemudian disusul tiket pesawat, dan kereta api. Transaksi sebagian besar dilakukan dari aplikasi PegiPegi dengan kontribusi sekitar 70%-80%.

Lima kota yang paling banyak dicari pengguna Pegipegi adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali dan Surabaya. Kelima kota tersebut berkontribusi hampir 50% dari seluruh bisnis PegiPegi.

Untuk tahun depan Pegipegi menargetkan pertumbuhan yang sama dengan tahun ini sebanyak dua kali lipat. Cara yang akan dilakukan salah satunya dengan meluncurkan tiket penerbangan untuk rute luar negeri, rebranding logo baru, dan menunjuk brand ambassador Pevita Pearce.

“Kami rebranding logo dan visi. Intinya ingin jadi fun traveling partner menyediakan informasi seputar destinasi menarik. Bedanya dengan pemain lainnya, kami ingin kasih info seputar traveling di Indonesia, tujuannya supaya para traveler dengan mudah dapat info. Selain itu, Pegipegi akan perkuat tim CS [Customer Service],” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here

Alibaba Jembatani Pematangan Ekosistem E-Commerce Indonesia Melalui Investasi di Tokopedia dan Lazada

Kucuran investasi yang diberikan Alibaba untuk Lazada dan Tokopedia menjadi kiprah awal perusahaan e-commerce nomor satu di Tiongkok memulai kiprahnya di Indonesia. Strategi Alibaba bukan mendirikan Alibaba baru di Indonesia, melainkan membangun ekosistem e-commerce yang menyeluruh dengan bantuan pemain lokal yang sudah masuk sebagai portofolio perusahaan.

“Pendekatannya lebih ke arah membangun ekosistem e-commerce yang menyeluruh di Indonesia, bagaimana pedagang UKM bisa saling terikat dengan pembeli dari negara lain. Kita tidak mau buat Alibaba baru di sini, untuk itu kita butuh pemain lokal yang paham dengan kondisi dan bisa memberikan solusi yang tepat,” terang Vice President Alibaba Group Brian Wong, Selasa, (5/12).

Menurut Brian, pertimbangan ini dilakukan salah satunya dikarenakan kondisi pasar Indonesia yang cukup unik dan tidak ada di negara lainnya, yaitu sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau. Isu logistik jadi tantangan utama yang perlu diselesaikan.

Di samping itu, isu pembayaran dan akses masyarakat untuk berbelanja di mall jadi tantangan yang harus diselesaikan. Menurutnya, hanya masyarakat yang tinggal di perkotaan memiliki akses ke tempat belanja dan sudah bisa menikmati pembayaran yang aman. Beda halnya dengan masyarakat di kota kecil.

Oleh karena itu, menurut Brian, isu-isu tersebut sebenarnya bisa diselesaikan lewat pemanfaatan teknologi digital. Juga dibutuhkan pemain lokal yang paham dengan kondisi di lapangan sehingga bisa memberikan solusi terbaik.

Upaya Alibaba membangun ekosistem e-commerce yang menyeluruh diharapkan dapat menjembatani para pelaku UKM untuk bergeser dari ekonomi tradisional menuju ekonomi digital.

“Pendekatannya sama dengan apa yang kami lakukan di Tiongkok. Bagaimana menggunakan teknologi untuk menghubungkan 660 juta masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dapat merasakan manfaat dari layanan e-commerce.”

Tak hanya Lazada dan Tokopedia, Alibaba juga memiliki portofolio bisnis lainnya di Indonesia, termasuk Taobao, Tmall Global, Alibaba.com, Fliggy, dan UC Web.

Salah satu kolaborasi yang sudah dilakukan Alibaba adalah menampilkan kanal khusus produk Taobao di dalam platform Lazada Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Taobao menyediakan produk fesyen, elektronik, aksesoris, peralatan olahraga, hingga home and living.

Gelar Global Course

Portofolio Alibaba di Indonesia / DailySocial
Portofolio Alibaba di Indonesia / DailySocial

Salah satu langkah nyata Alibaba dalam membentuk ekosistem adalah mengadakan Alibaba Global Course untuk pelaku UKM. Seminar singkat ini menghadirkan jajaran pembicara terbaik dari industri e-commerce dalam negeri. Mereka di antaranya adalah Co-Founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison yang berbagi wawasan mengenai cara UKM dapat meningkatkan pengalaman belanja konsumen melalui teknologi digital dan mengembangkan bisnis mereka.

Selain itu, CMO Lazada Indonesia Achmad Alkatiri menyampaikan rahasia kesuksesan penjual yang telah mampu memanfaatkan platform Lazada untuk meningkatkan bisnis mereka. Pembicara lainnya dari UCWeb, Alibaba.com, dan Taobao University mempresentasikan beragam topik, mulai dari tren terbaru memperkenalkan merek dan konten pemasaran, menciptakan lini produk dan strategi penetapan harga, hingga tips membangun kepercayaan dengan pembeli B2B dari seluruh dunia.

Sebelum sesi Indonesia. Alibaba Global Course telaj memberikan wawasan tentang tren e-commerce dan strategi global Alibaba ke pengusaha di Thailand, Malaysia, Australia, dan Jerman.

Google Kenalkan Google Go dan Files Go di Indonesia untuk Fasilitasi Pengguna Internet Baru

Google membuat gebrakan untuk membantu pengguna di negara berkembang, seperti Indonesia, dengan meluncurkan Google Go dan Files Go. Kedua aplikasi tersebut didesain berdasarkan hasil studi pengguna di Indonesia. Keduanya merupakan lanjutan rangkaian program Next Billion Users, setelah beberapa hari yang lalu meluncurkan Datally.

Google Go merupakan aplikasi penelusuran Google yang hemat kuota untuk perangkat mobile dengan internet atau Wi-Fi yang terbatas, sedangkan Files Go merupakan aplikasi untuk membantu pengguna mengirim dan menerima berkas (files) tanpa menggunakan internet dan membantu merapikan penyimpanan berkas untuk bisa diakses lebih cepat.

Google Go, dalam keterangan resmi yang kami terima, merupakan aplikasi yang didasarkan riset Google di 170 kota yang tersebar di Indonesia dan India. Kecenderungan pengguna internet baru menggunakan perangkat telepon sederhana dengan kapasitas memori antara 512 MB hingga 1 GB, termasuk juga dengan kualitas jaringan yang tidak stabil. Untuk itu Google Go dibuat agar bisa bekerja lebih cepat di perangkat ponsel dengan RAM rendah dan jaringan 2G.

Lebih detil, Google Go menawarkan antar muka untuk membantu memudahkan pengguna internet baru untuk melakukan pencarian, lengkap dengan banyak dukungan bahasa dan personalisasi di halaman depan untuk memudahkan pengguna melakukan penelusuran.

Dari segi kapasitas, Google Go terbilang irit. Disebut Google Go juga mampu bekerja dengan baik meski hanya memakan slot memori 5 MB. Hal ini berkat pengembangan teknologi inovasi Google untuk kompresi sehingga bisa memberikan akses cepat meski berada di jaringan 2G. Sesuatu yang bisa jadi solusi pengguna di Indonesia yang belum sepenuhnya dijangkau oleh internet cepat dan stabil.

Sementara itu Files Go didesain untuk membantu pengguna mengelola berkas di penyimpanan mereka. Fitur-fitur yang disematkan di dalamnya pun diklaim mampu membantu mengatur dan membersihkan slot penyimpanan sehingga performa perangkat bisa tetap nyaman digunakan.

Files Go juga bisa digunakan untuk mengirim file dari ponsel ke ponsel lainnya dam jarak dekat, seperti halnya AirDrop di perangkat iOS, dengan kecepatan mencapai 125Mbps tanpa memakan kuota internet. Fitur lain yang disematkan Google adalah fitur backup atau mencadangkan berkas di cloud.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here