Jagofon Konfirmasi Perolehan Pendanaan dari Orbit Startups

Platform marketplace ponsel bekas Jagofon dilaporkan menerima pendanaan awal sebesar $150 ribu atau sekitar 2,3 miliar Rupiah dari Orbit Startups, program pengembangan startup tahap awal dari pemodal ventura AS, SOSV.

Dikabarkan pertama kali dalam rangkuman SEA Digest di laman DealStreetAsia beberapa waktu lalu, Jagofon tertulis menerima initial funding diikuti dengan program insentif untuk mendukung pertumbuhan dan penggalangan dana di luar kegiatan demo day.

Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart mengonfirmasi laporan ini, dan mengungkap bahwa perolehan pendanaan tersebut untuk mendorong pertumbuban bisnis dan memperkuat tim Jagofon, baik di sourcing dan operasional.

“Kami akan terus menambah produk kategori produk di luar smartphone, seperti tablet, PC, smartwatch, dan aksesoris produk terkait. Kami juga akan mempercepat SEO dan mendorong keberadaan Jagofon di berbagai channel, termasuk di media sosial, sembari enhance platform kami dengan berbagai fitur baru dan kapabilitas,” paparnya dihubungi oleh DailySocial.id.

Tahun lalu, Jagofon tercatat telah mengumpulkan pendanaan awal sebesar $549 ribu atau setara Rp8 miliar. Pendanaan ini dikucurkan oleh sejumlah investor individu di antaranya Antoine de Carbonnel (CMO Gojek), Gregoire Dumoulin (CEO Bak2 Group), dan Pascal Viguie. Sebelumnya, Jagofon telah memperoleh pendanaan pra-awal senilai $254 ribu.

Tingginya permintaan smartphone bekas di Indonesia mendorong Becquart untuk meluncurkan Jagofon pada 2020 lalu. Dalam pengembangannya, Jagofon mengaplikasikan teknologi machine learning dan AI untuk menghasilkan rekomendasi berbasis data dan prediksi penjualan ponsel bekas kepada para mitra.

Pasar ponsel bekas

Lembaga riset International Data Corporation (IDC) melaporkan penjualan ponsel bekas dan rekondisi global mencapai 282 juta unit di 2022 atau naik 11,5 persen dari tahun sebelumnya dengan total penjualan perangkat 253,4 juta unit.

Menurut Manajer riset IDC Anthony Scarsella, situasi ekonomi global mendorong mayoritas konsumen untuk menghemat pengeluaran. Ini membuat ponsel rekondisi masih diminati karena harganya lebih terjangkau. “Perangkat bekas lebih kuat menghadapi hambatan pasar dibanding ponsel baru karena di banyak wilayah selera konsumen tetap tinggi,” ujarnya dikutip dari Kompas.com.

Sebagai tambahan, baru-baru ini Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis survei penetrasi terbaru. Survei ini dilakukan pada periode 10 Januari-27 Januari 2023 yang mencakup 38 provinsi dengan total responden sebanyak 8.510 responden.

Disebutkan, penetrasi internet Indonesia kini menembus 78,19% di 2023 atau sebesar 215,6 juta dari total 275,7 juta jiwa. Survei juga menemukan tingkat penetrasi urban sebesar 77,36 persen dari jumlah populasi di daerah urban. Sementara, penetrasi internet di daerah rural mencapai 79,79 persen dari total jumlah penduduk di daerah rural.

“Peningkatan penetrasi sebesar 1,17% ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan internet, khususnya semenjak pandemi Covid-19 di 2020,” tutut Ketua Umum APJII Muhammad Arif, Rabu (8/3) lalu.

Misi Platform Edtech “Edukita” Dorong Pembelajaran Daring Interaktif

Edtech merupakan sektor yang berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Model pembelajaran daring memungkinkan orang untuk dapat belajar di mana dan kapan saja. Hal ini menjadi salah satu alasan edtech masih banyak diminati. 

Edukita, platform edtech yang berdiri sejak dua tahun terakhir ini, memiliki misi sederhana untuk memberikan pengalaman belajar internasional yang dapat dijangkau secara luas di Indonesia. Pihaknya menilai akses terhadap informasi, konten, dan pengetahuan sangat berkembang, tetapi tidak diikuti dengan motivasi belajar.

Maka itu, Edukita hadir sebagai platform pembelajaran daring yang interaktif dengan metode pengajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Platform ini mengklaim punya konsep kelas yang berbeda dari kelas pada umumnya. Kurikulumnya terbagi antara 80% praktik dan 20% teori, yang mana bertujuan untuk mengajarkan para siswa untuk berpikir kritis.

“Bukan dengan cara tradisional, seperti membaca jurnal riset, tetapi dengan kelas menyenangkan seperti ‘Detective Club’. Kami mengajak siswa mencari petunjuk, menyimpulkan, dan mempresentasikan kasus ini di kelas. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis hingga menyelesaikan masalah,” tutur Co-Founder & CEO Edukita Peter Gumulia dihubungi oleh DailySocial.id.

Peter berpendapat, kebanyakan pembelajaran daring saat ini cenderung membosankan. Hal ini membuat banyak siswa dan orang tua menganggap online learning tidak lebih efektif dari pembelajaran tatap muka. Padahal, salah satu fondasi penting dari online learning adalah peningkatan motivasi belajar anak.

“Kami percaya pentingnya mendorong motivasi belajar anak dari usia dini dengan mendesain program belajar yang menginspirasi siswa untuk cinta proses belajar, agar mereka bisa tumbuh menjadi lifelong learner. For us in Edukita, we aim to make learning fun,” tambahnya. 

Di era revolusi 4.0 yang serba digital ini, anak-anak Indonesia dinilai perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan global di masa depan. Kurikulum Edukita sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dengan mengedepankan relevansi dan lebih interaktif, yang melibatkan partisipasi aktif antara siswa dan guru.

Program Edukita

Berawal dari 5 siswa, berkembang menjadi 50 siswa dan ke 100 siswa, Edukita menyebut kini telah membantu ribuan keluarga di Indonesia. Adapun, program Edukita menerima murid dari usia 4 sampai dengan 18 tahun.

Saat ini, Edukita baru menawarkan program belajar Bahasa Inggris. Menurut Peter, materi bahasa Inggris adalah langkah awal dari Edukita. “Kami mulai dari bahasa Inggris karena kami percaya skill ini tak hanya penting, tapi wajib dimiliki oleh generasi penerus di Indonesia. Ke depannya, kami bertujuan untuk terus menyediakan produk pengembangan keterampilan holistik yang erat selaras dengan misi kami,” ujar Peter.

Edukita mendesain program belajar yang menginspirasi siswa untuk menyukai proses belajar. Tenaga pendidik dituntut fokus mengajarkan the ‘How’, tidak hanya the ‘What’. Di kelas, siswa tidak hanya menerima materi secara terus menerus, melainkan siswa didorong untuk menyampaikan pendapat dengan topik-topik pembicaraan yang relevan dengan keseharian.

Terdapat dua program utama untuk kelas bersama native speaker, program regular yang berisi 10-15 murid dan small group yang berisi 4-6 murid. Di samping itu ada juga program bridging dengan guru lokal yang berpengalaman dari tempat kursus ternama. Edukita juga menawarkan kelas gratis sebelum para murid mengambil program penuh.

Program utama di Edukita melatih keterampilan praktik verbal (conversation) dan menulis (writing), bukan hanya teori dan hafalan pada umumnya. Selain program tersebut, Edukita menyediakan program-program pilihan berbasis internasional lainnya seperti Public Speaking, Book Club, dan Debate.

Kurikulum di Edukita berbasis internasional: ACTFL dari Amerika Serikat dan CEFR dari Eropa. Materi kelas mencakup topik-topik menarik, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Metode pengajaran didesain untuk membangun kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kritis agar murid-murid siap untuk menghadapi tantangan di dunia modern.

Tenaga pendidik di Edukita sendiri sudah melalui proses kurasi yang ketat. Kunci Edukita dalam merekrut adalah keberagaman. “Guru-guru kami tinggal di berbagai belahan dunia, mayoritas berasal dari Amerika Serikat dan Inggris. Kami memiliki guru dengan pengalaman di special education, bahkan ada juga yang bekerja di Disneyland,” tambah Peter.

Sumber: DSResearch

Di Indonesia sendiri, sektor edtech masih terus berkembang meski beberapa pemain besar sempat diterpa badai layoff. Berdasarkan data dari laporan DSResearch bertajuk “Edtech Report 2020: Transforming Education” terdapat sekitar 50 pemain edtech yang dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori.

GoCement Ambil Langkah Disruptif Efisienkan Bisnis Konstruksi

Menurut riset GlobalData, ukuran pasar bisnis konstruksi di Indonesia telah mencapai $234,6 miliar atau setara Rp3,591 triliun pada tahun 2021 lalu. Diproyeksikan sektor ini akan mendapati average annual growth rate (AAGR) lebih dari 4% dalam periode 2023-2026 mendatang. Pertumbuhan ini berkorelasi langsung dengan sejumlah metriks perekonomian, termasuk PDB nasional yang pada tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31%.

Di samping itu, investasi ke bisnis konstruksi juga mengalami peningkatan. Tahun 2018 nilainya telah mencapai $72 miliar, mengindikasikan AAGR 5% sejak tahun 2010. Data BPS juga menyatakan, di tahun 2018 ada lebih dari 131 ribu perusahaan dari berbagai skala (kecil-menengah-besar) yang menggarap bisnis ini di Indonesia. Maka tidak diragukan lagi ini memang industri yang memiliki nilai dan peluang besar.

Namun demikian, industri ini masih dihadapkan pada sejumlah inefisiensi yang berdampak pada produktivitas di sektor ini. Di antara isu-isu yang ada, supply chain yang kurang optimal menjadi salah satu isu mendasar yang punya urgensi lebih untuk diselesaikan. Sebagian besar proses bisnis yang ada juga masih manual, mengandalkan cara kerja perusahaan tradisional yang sudah berkecimpung puluhan tahun.

Menurut data McKinsey, 20% proyek konstruksi selesai lebih lama dan 80% proyek mengalami pembekakan biaya. Dari sana mencuat gagasan, tentang upaya yang dapat membuat sistem kerja yang ada dalam konstruksi menjadi lebih efisien, sehingga berimplikasi pada proyek konstruksi yang lebih baik lagi — salah satunya lewat transformasi digital.

Upaya mendigitalkan sektor konstruksi

Melihat besarnya peluang digitalisasi di sektor konstruksi, Djonny Suwanto bersama dua co-founder lainnya Asanga Abhayawardhana dan Tarun Kakkar menginisiasi GoCement. Misinya menjadi one-stop platform untuk bahan dan alat konstruksi yang lebih murah, sekaligus meningkatkan efisiensi proses penyediaannya. Saat ini platform GoCement berbentuk B2B commerce, menjembatani kebutuhan pemasok dan kontraktor.

Djonny Suwanto bersama co-founder Asanga Abhayawardhana / GoCement

Dalam debutnya, sejumlah investor memberikan dukungan pendanaan, mulai dari BEENEXT, MDI Ventures (melalui dana kelolaan Arise), dan Ideosource. Dan kini perusahaan tengah melanjutkan tahapan pendanaan berikutnya (pra-seri A) melalui dukungan Foundamental, DS/X Ventures, dan sejumlah investor lainnya.

“Konstruksi termasuk sebagai industri yang paling akhir kena disrupsi. Dan saya pikir kami hadir di waktu yang tepat di tahun 2021. Kalau lebih awal 2-3 tahun, mungkin [red: investor dan pasar] belum bisa melihat (model bisnis) ini workable atau acceptable di tanah air,” ujar Djonny.

Di lanskap startup lokal, sejak tahun 2022 juga bermunculan solusi serupa GoCement. Beberapa pemain lain yang hadir termasuk BRIK (didukung pendanaan awal oleh AC Ventures dan sejumlah investor), JuraganMaterial, Proglix (didukung Y Combinator dan sejumlah angel investor), hingga BukaBangunan (unit bisnis dari Bukalapak). Masing-masing tengah menggodok strategi mencapai product-market fit dengan proposisi nilai unik yang dimiliki.

Tidak hanya itu, sejumlah investor lokal juga mengatakan mulai menggarap thesis investasi untuk construction-tech. Salah satunya Mandiri Capital Indonesia yang telah menyiapkan dana kelolaan khusus untuk masuk ke sektor baru tersebut.

Construction-tech ini juga makin tervalidasi dengan sejumlah startup yang menjadi unicorn, termasuk salah satunya Infra.Market dari India yang berhasil melambungkan valuasinya menjadi $2,5 juta setelah putaran seri D mereka di 2021. Bahkan di India, juga ada pemain lainnya yang sudah menjadi unicorn yakni Moglix dan Ofbusiness.

Hadir dengan model vertical marketplace

Djonny menyampaikan, di fase awalnya GoCement menghadirkan layanan vertical marketplace untuk melayani pasar di Jawa Timur. Konsep ini dinilai relevan untuk diaplikasikan di industri konstruksi, karena dalam proses bisnisnya mereka turut melakukan kurasi dan pengelolaan stok barang secara in-house. Di tingkat taktis, GoCement bahkan turut mendirikan infrastruktur (pergudangan, pemenuhan, dan logistik) untuk memastikan ketersediaan dan distribusi yang terjangkau.

“Sekarang ini semua lari dari horizontal marketplace [red: seperti Shopee, Tokopedia dll] menjadi vertical marketplace. Perbedaannya, model ini menyuguhkan kepada pelanggan sistem curated-managed marketplace. Proses seleksi dan kurasi ini menjadi penting bagi kami yang bermain di B2B, untuk memastikan pengalaman pengguna yang lebih baik,” jelas Djonny.

Lebih lanjut dijelaskan mengenai konsep vertical marketplace ini. Djonny bercerita, di awal kemunculan layanan marketplace seperti Tokopedia, kebanyakan merchant di dalamnya bersifat dropshipper — mereka berjualan tanpa harus memiliki stok barang tersebut secara fisik. Jika diaplikasikan ke B2B marketplace, hal seperti itu dinilai bisa menghasilkan user experiences yang buruk. Konsumen bisnis, dalam hal ini pengembang properti, mengemban proyek dengan perencanaan (termasuk biaya, timeline) yang sudah matang.

Proses pengelolaan dan kurasi tersebut memastikan bahwa selain ketepatan, para konsumen bisnis mendapatkan value lain dengan pemesanan secara digital. Value ini bisa berupa apa saja, termasuk salah satunya harga yang lebih terjangkau.

Tampilan aplikasi GoCement di platform Android / GoCement

Melalui situs dan aplikasinya, GoCement memudahkan pengelola proyek untuk berbelanja berbagai kebutuhan konstruksi dan penyewaan berbagai alat pendukung. GoCement juga memastikan kualitas produk yang dijual telah berstandar SNI, ISO, dan lulus uji produk; plus memberikan jaminan transparansi dan stabilitas harga.

Model pengelolaan pengantaran juga dinilai menyelesaikan masalah yang sering dihadapi pekerja bangunan. Seringkali untuk mendapatkan harga bersaing mereka harus membeli bahan tertentu dalam jumlah besar, sayangnya kadang tidak ada tempat untuk menaruh barang tersebut. GoCement bisa memudahkan dengan proses pengantaran yang terjadwal, sesuai kebutuhan di proyek tersebut. Di area operasionalnya juga ada jaminan pengantaran di hari yang sama saat pemesanan terselesaikan.

Memperkenalkan construction tech

Di awal berdiri, Djonny mengaku kesulitan untuk menemukan terminologi tepat untuk menjelaskan bisnisnya, terutama ke investor. “April 2021 saya bingung mau ngomong, kita ini e-commerce kah, marketplace kah […] akhirnya bilang sebagai supply chain dan logistic solution (untuk konstruksi), karena waktu itu last-mile logistic masih hot di industri. Hingga akhirnya bertemu seed investor kami, BEENEXT, yang memberikan pemahaman bahwa construction tech (contech) ini sudah ada di region lain dan banyak yang sudah menjadi unicorn.”

Bagai gayung bersambut, justru sejak dari titik itu minat terhadap model bisnis ini di Indonesia menjadi tinggi. Dan yang paling menarik, sejumlah VC strategis masuk ke jajaran investor GoCement, salah satunya Foundamental. Bagi Djonny, Foundamental menjadi mitra strategis, pasalnya pemodal ventura ini memiliki thesis dan pengalaman khusus di construction tech.

Foundamental juga berinvestasi ke startup contech lain, di antaranya Tül dan Infra.Market. Posisi Tül di pasar Kolombia juga menjadi menarik, startup tersebut berhasil mendapatkan pendanaan lanjutan $181 juta dengan valuasi $800 juta sejak 20 bulan mereka berdiri — menjadikan startup ini menjadi perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Latin.

Tül dan Infra.Market memiliki pendekatan yang berbeda. Di sisi segmen konsumen, Infra.Market fokus pada pengembang proyek konstruksi skala besar, sementara Tül fokus ke pemenuhan toko bangunan skala kecil-menengah.

Ini bukan tanpa alasan, kendati nilai pasar industri konstruksi di Amerika Latin bernilai lebih dari $120 miliar, struktur distribusinya masih berpangku pada toko bangunan (setidaknya 50% dari total penyaluran yang ada saat ini). Namun sebagian besar toko tersebut tidak memiliki supply chain yang efisien, karena sebagian dijalankan di level UMKM.

Sementara di India, pasar konstruksi saat ini banyak didorong proyek infrastruktur skala besar dan perumahan. Para kontraktor diharapkan dengan tantangan untuk menghadirkan bahan bangunan secara lebih efisien dan murah.

GoCement hadir dengan pendekatan yang lebih holistik, gabungan model bisnis yang dimiliki Tül dan Infra.Market. Hal ini dikarenakan secara pelayanan GoCemenet lebih menempatkan platformnya sebagai one-stop shop, menjajakan ribuan SKU produk di satu tempat. Divergensi tersebut juga dibungkus untuk melayani klien bisnis, peritel, dan konsumen akhir. Di sisi lain, GoCement turut menyediakan infrastruktur pemenuhan dan sistem operasi pendukungnya.

Model bisnis GoCement

GoCement melihat sejumlah paint points utama yang sering mengganggu kelancaran proyek konstruksi. Mulai dari ketersediaan stok material, pelayanan/pengantaran yang tidak terkontrol, dan sistem pembiayaan yang kurang menguntungkan (termasuk untuk pemilik toko material). Melalui platform yang dimiliki, perusahaan berupaya menyelesaikan masalah tersebut sembari mencoba mengaplikasikan sejumlah model bisnis.

“Hampir semua marketplace akan punya income generation salah satunya dari private label. Kemudian dengan infrastruktur yang dimiliki akan masuk juga ke 3PL & 4PL (logistik). Dan tentunya fintech. Fintech ini akan unlocking all the bottleneck, termasuk di konstruksi, di sini akan memudahkan kontraktor untuk melakukan financing. Terlepas dari itu, kami ada kearifan lokal dan pengalaman yang pernah kami kerjakan di industri ini,” ujar Djonny.

Pembuatan produk private label ini menjadi salah satu yang menarik. Mengingat GoCement punya legacy bisnis dan jaringan yang kuat dari pendirinya, mereka mengklaim memiliki rantai distribusi yang matang untuk bisa menghadirkan sejumlah produk materialnya sendiri. Selain agar menghasilkan net margin yang lebih menguntungkan di sisi bisnis, adanya “cloud manufacturing” yang tersebar di wilayah distribusi bisa membuat pemenuhan stok lebih efisien.

GoCement implementasikan multi-model bisnis, salah satunya dengan menghadirkan produk private label / GoCement

Di sisi transaksi, selain mendapatkan gross margin dari pembelian bahan material melalui B2B commerce yang dimiliki, GoCement juga memberikan layanan sewa berbagai alat konstruksi seperti molen, stamper, vibro, hingga loft cor. Sementara untuk financing, perusahaan juga masih terus memperluas kerja sama dengan sejumlah mitra, termasuk fintech dan perbankan.

“Yang jelas pasarnya sangat besar dan kami saat ini masih di Sidoarjo dan Surabaya, Jawa Timur. Tentunya kami akan segera melakukan ekspansi ke daerah lain seperti Jawa Tengah, namun yang harus dipastikan kami ingin membereskan sisi supply-nya dulu, baru mencari (atau membentuk) demand di pasar baru,” imbuh Djonny.

Sebagai tech-enabler, GoCement memiliki tiga pilar yang akan selalu dipastikan ada untuk menjadi proposisi nilai utama yang diberikan kepada para penggunanya, yakni convenience, reliability, dan fair pricing.

Fair pricing ini selalu kami tekankan. Kami gak pernah mengklaim memiliki harga yang paling murah, karena kita bermain dengan produk bulky item, kebanyakan low value. Jadi fair pricing ini lebih penting, karena semua punya banyak ketergantungan, misalnya karena faktor demand-supply dan lokasi geografi,” jelasnya.

Disrupsi bisnis konstruksi

Sebagai industri yang menymbangkan 11% total GDP nasional (urutan ke-4), konstruksi jelas berperan signifikan dalam perekonomian. Jika didalami, bisnis konstruksi juga punya turunan yang cukup banyak dilihat dari jenis/skala proyek yang dikerjakan. Adapun GoCement saat ini memilih untuk mengambil segmen kecil-menengah, memfasilitasi kebutuhan bahan/alat konstruksi pada proyek-proyek di daerah dengan ukuran yang kecil, namun memiliki kuantitas yang banyak.

“Bisnis konstruksi besar, seperti pembangunan gedung pencakar langit atau proyek strategis nasional, biasanya dilakukan oleh kontraktor kelas besar yang sudah memiliki jaringan dan distribusi yang matang karena berpengalaman puluhan tahun. Kami tidak bermain di sana, GoCement melayani small-medium construction. Yang besar ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk didisrupsi,  sedangkan yang kecil memiliki potensi yang lebih menarik,” ujarnya.

Djonny bercerita, salah satu mitra distribusi perusahaannya adalah Jawa Berkat yang telah melayani pembelian semen Gresik ke sekitar 2 ribu pelanggan. Diakui sulit untuk mendigitalkan perusahaan konstruksi dengan skala tersebut — walau di sisi lain, pihak seperti Semen Indonesia sebenarnya sudah mengembangkan sistem terintegrasi yang memudahkan toko melakukan pemesanan ke distributor. Selama berpuluh-puluh tahun alur supply-chain bisnis konstruksi adalah dari pabrik, ke distributor, ke toko grosir, ke toko kecil, lalu konsumen akhir.

“Jika melihat alur tersebut, adanya GoCement medisrupsi di sisi distribusinya. Namun yang perlu dicatat, tidak serta-merta peran distributor tersebut hilang, melainkan beralih fungsi, salah satunya sebagai stock point. Peran stock point tidak mungkin dihilangkan, apalagi melihat kondisi geografis di Indonesia. Kami melakukan ini dengan mendisrupsi diri kami sendiri (red: Djonny sebelumnya memiliki bisnis konstruksi konvensional),” cerita Djonny.

Sementara salah satu masalah paling mendasar dalam industri konstruksi, khususnya di skala kecil-menengah, berujung pada pembiayaan. “Game di level ini diadukan pada term of payment, ada yang 30 hari, 45 hari, bahkan sampai setengah tahun. Ada kejadian proyek rumah sudah jadi, namun penjual belum mendapatkan pembayaran atas bahan yang dibeli. Di luar itu memang tidak dimungkiri banyak kontraktor yang ‘ngemplang’ dan bayarnya telat.”

“GoCement tetap mengakomodasi ‘kultur’ tersebut, namun dengan memberikan additional value berupa transparansi, misalnya lewat fitur tracking dan jaminan delivery on-time. Dari sini kita mulai memberikan pemahaman tentang pentingnya decentralized procurement untuk konstruksi ini,” jelas Donny.

Dengan model bisnis yang solid dan pertumbuhan bisnis yang konsisten, GoCement telah cukup percaya diri untuk melangkah dan memperlebar sayapnya. Dari perjalanan yang ada, Djonny mengaku bahwa pasar ini masih memerlukan effort edukasi yang besar. Ada perbedaan proses adopsi antara pengguna di kota tier-1, 2, dan 3, yang membuat GoCement harus menyesuaikan kembali strategi untuk menembus tiap area pasar.

Tim GoCement / GoCement

“Di sisi pendanaan, kami masih tetap membuka putaran pra-seri A dengan fokus utama menemukan mitra strategis. Fokus utama perusahaan dalam satu-dua tahun ke depan adalah peningkatan growh dan operasional, penguatan tim, dan pengembangan produk,” tutup Djonny.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: DS/X Ventures (bagian dari DailySocial Group) merupakan salah satu investor GoCement

Shoppertainment Berpeluang Hasilkan Cuan Besar

Aplikasi pembelanjaan online kini semakin berkembang dengan konsep yang jauh lebih canggih. Beberapa tahun belakangan ini ada teknik pemasaran yang sedang viral, yaitu shoppertainment. Teknik ini digemari oleh generasi muda karena pada dasarnya kaum milenial gemar melihat barang-barang baru yang menarik perhatian untuk mencuci mata dan membelinya.

Apa itu shoppertainment?

Shoppertainment merupakan inovasi terbaru dalam berbelanja yang menggunakan berbagai interaksi seperti live streaming dan hiburan lainnya. Proses live streaming merupakan ikon dari strategi shoppertainment, sebab konsumen dapat langsung membeli barang ketika pedagang melakukan live streaming.

Kemunculan shoppertainment didasari atas perilaku konsumen yang dinilai mudah terdistraksi. Pembeli sering kali memenuhi keranjang belanjanya, lalu hal itu terhenti saat mereka melihat konten produk yang lebih menarik. Akhirnya, pembeli melupakan kegiatan belanja yang tadinya berjalan dan penjual hanya bisa berharap pembeli kembali teringat dan menyelesaikan kegiatannya dengan check out.

Menurut penelitian Boston Consulting Group, saat ini konsumen memiliki pilihan dan kontrol yang lebih besar pada kegiatan belanja mereka. Artinya, saat mereka merasa tak lagi tertarik, mereka akan meninggalkan kegiatan belanja tersebut.

Shoppertainment merupakan respons dan kesempatan besar terhadap perilaku konsumen yang berubah karena meningkatnya adopsi teknologi. Lantaran, konsumen dirasa mulai membutuhkan konten yang autentik dan interaktif, yang pada tingkat tertentu mampu menyentuh secara emosional, bukan hanya disodorkan melalui etalase barang atau iklan satu arah.

Pengaruh shoppertainment

Shoppertainment adalah masa depan e-commerce dan peluang pasarnya cukup besar di Asia Pasifik, dengan estimasi nilai sebesar $1 triliun pada tahun 2025 menurut Boston COnsulting dan TikTok. Di tahun 2022, angkanya sudah mencapai $500 miliar, jadi diperkirakan akan berlipat dalam tiga tahun ke depan.

Indonesia dapat disebut dengan start market, dengan kontribusi sebesar 26% dari jumlah total peluang pasarnya di Asia Pasifik. Di tahun 2022, nilainya berada di sekitar $6,5 miliar, dan dalam kurun waktu 3 tahun diperkirakan akan naik 62% menjadi sekitar $27 miliar.

Tips dan trik untuk yang ingin memakai strategi shoppertainment

1. Bentuk persona yang kuat saat live

Saat ini sudah ada banyak sekali yang live, sehingga kalau tidak punya ciri khas, akan sangat susah menarik perhatian orang.

2. Tunjukkan kegunaan produk secara langsung

Pernah melihat iklan-iklan produk luar negeri (biasanya dari Tiongkok) yang membuat kita berpikir, “Kalau beli ini pasti masalah saya selesai”? Kalau kita tinjau lebih jauh, alasan iklan itu menarik adalah karena kita ditunjukkan masalah spesifik yang bisa diatasi jika kita membeli produk tersebut.

3. Beri sentuhan edukasi dan hiburan

Namanya juga shoppertainment, jualan dan hiburan harus seimbang. Kalau jualannya terlalu hard selling, maka live di mana pun juga bakal tetap sepi.

Gambar header: Pixabay

Artikel ini ditulis oleh Ayu Roma Ainun Nisa, alumni program DNA #Cohort1 yang digagas oleh DailySocial.

Perusahaan Motor Listrik Charged Dikabarkan Terima Pendanaan Baru 49 Miliar Rupiah

Pengembang sepeda motor listrik Charged Indonesia dikabarkan meraih pendanaan baru senilai $3,2 juta atau lebih dari Rp49 miliar dari perusahaan kendaraan listrik global Vmoto Soco Group. Investasi ini sebagai bentuk kepercayaan Vmoto pada Charged setelah menjalin kerja sama dalam mengembangkan bisnis EVaaS (Electric Vehicle as a Service).

Dilansir dari Data Vantage, buah dari investasi tersebut adalah Vmoto mendapat 8% saham di Charged Indonesia. Sebelumnya, Charged sempat mengantongi pendanaan tahap awal dari DeClout Ventures senilai $4,5 juta.

Sejak berdiri, pengembangan produk motor listrik Charged didukung sebuah komplek industri zero energy (menggunakan sumber daya energi berkelanjutan) seluas 16.000 meter persegi di Jabodetabek. Nantinya lokasi tersebut akan digunakan untuk pusat penelitian dan pengembangan, experiential center, serta sebagai pusat produksi.

Di tahap awal, perusahaan merilis 3 model sepeda motor listrik yang praktis dan terjangkau yakni Rimau, Anoa, dan Maleo. Sebelumnya, motor listrik Charged tersedia dengan mekanisme berlangganan yang fleksibel dengan biaya Rp1,65 juta per bulan dan flat untuk semua jenis motor listriknya. Di tahun ini, Charged telah menambahkan opsi kepemilikan per 1 Januari 2023.

Motor listrik Charged ditawarkan dengan harga beragam sesuai dengan kapasitas dan kualitas di kelasnya. Seperti varian Rimau dibanderol dengan harga Rp48 juta, Anoa Rp46 juta, dan Maleo Rp38 juta. Perusahaan juga memberikan garansi baterai tiga tahun atau 1.500 siklus baterai tergantung mana yang tercapai terlebih dulu.

Charged memulai bisnis dengan tim kecil beranggotakan 5-6 orang saja. Hingga kini, perusahaan semakin mengembangkan bisnis dan telah mempekerjakan sekitar 100 orang pegawai. Pemain lain yang juga menawarkan produk serupa adalah Alva One yang belum lama ini juga memperoleh suntikan dana dari Standard Chartered Indonesia.

Dampak penggunaan kendaraan listrik

Proyek ambisius pemerintah untuk transisi ke kendaraan listrik (EV) mulai gencar dilakukan untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dunia pun sudah mulai menyadari potensi yang dimiliki oleh kendaraan listrik, baik sebagai solusi untuk keberlangsungan bumi maupun sebagai peluang untuk memajukan ekonomi.

Belum lama ini, pemerintah resmi menerbitkan aturan mengenai pemberian bantuan subsidi untuk pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yakni motor listrik dan mobil listrik, yang akan dimulai pada 20 Maret 2023.

Untuk usulan program 2023 ini, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan subsidi untuk pembelian motor listrik roda dua sebesar Rp7 juta per unit dan sudah diajukan sebanyak 200 ribu unit motor sampai pada Desember 2023.

Insentif itu dimaksudkan dalam rangka mempercepat industri KBLBB di Tanah Air. Adapun, percepatan ini dalam rangkak mendorong efisiensi dan ketahanan energi, serta terwujudnya kualitas udara bersih dan ramah lingkungan

Dalam keterangan resmi, Agus juga mengungkapkan beberapa manfaat pembelian dan penggunaan EV di Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki nikel dengan jumlah cadangan terbesar di dunia yang memungkinkan negara dapat mengembangkan baterai kendaraan listrik dengan nikel sebagai bahan bakunya.

Kedua, peningkatan kendaraan listrik dapat membantu negara secara fiskal karena akan mengurangi subsidi bahan bakar fosil. Ketiga, insentif ini akan ‘memaksa’ produsen mobil/motor listrik untuk mempercepat realisasi investasi di Indonesia. Lalu, sebagai bagian dari komunitas global, Indonesia dapat membuktikan komitmen kita dalam mengurangi emisi karbon.

Meskipun begitu, dibalik dampak positif yang disebutkan, masih ada beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan. Di satu sisi, industrialisasi baterai untuk kendaraan listrik dapat memperkuat ekonomi negara. Namun di sisi lain, penambangan secara masif dapat menimbulkan dampak permanen terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar.

Selain itu, pemberian insentif ini dapat dibilang sebagai salah satu strategi pemerintah dalam melancarkan penyebarluasan EV di Indonesia dengan menjadikannya affordable. Namun, apa jadinya ketika jumlah kendaraan pribadi di jalan akan semakin meningkat? Beberapa hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mempersiapkan solusi selanjutnya dalam industri terkait.

Perluasan Kemitraan, Wise Perkuat Layanan Remitansi di Indonesia

Layanan pengiriman uang antarnegara atau ramitansi merupakan aspek penting dari lanskap industri finansial, karena banyak warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dan mengirim uang ke tanah air untuk menghidupi keluarga mereka. Di Indonesia, ada beberapa layanan pengiriman uang yang tersedia, antara lain melalui bank, money transfer agent, dan platform online.

Sebagai salah satu perusahaan teknologi global yang menghadirkan layanan untuk mengirimkan dan mengelola uang, Wise melihat aliran remitansi ke Indonesia diperkirakan akan tumbuh sekitar 3% pada tahun 2022 menjadi $9,7 miliar, berdasarkan laporan yang dirilis oleh Bank Dunia. Kepada DailySocial.id, Country Manager Wise Indonesia Elian Ciptono mengungkapkan rencana bisnis mereka di Indonesia dan perluasan kemitraan strategis dengan bank dan non-bank.

Kemitraan dengan perbankan

Salah satu tantangan dalam menggunakan layanan pengiriman uang di Indonesia adalah tingginya biaya pengiriman uang. Menurut Bank Dunia, rata-rata biaya pengiriman uang ke Indonesia adalah sekitar 7% dari jumlah yang dikirim, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 6,5%. Namun, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi biaya layanan pengiriman uang dengan mendorong persaingan antar-penyedia layanan dan menerapkan kebijakan untuk merampingkan proses pengiriman uang.

Hingga saat ini Bank adalah penyedia layanan pengiriman uang yang paling umum di Indonesia. Banyak bank menawarkan layanan pengiriman uang yang memungkinkan pelanggan mentransfer uang ke bank lain di Indonesia atau di luar negeri. Biaya yang dikenakan oleh bank untuk layanan pengiriman uang bervariasi tergantung pada jumlah uang yang ditransfer, negara tujuan, dan kecepatan transfer.

Sejak diluncurkan pada tahun 2011, Wise terus mengembangkan Wise Platform, layanan infrastruktur transaksi pembayaran untuk bank dan non-bank. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 60 bank dan perusahaan besar di seluruh dunia yang telah mengintegrasikan Wise Platform ke dalam infrastruktur mereka.

Setelah meluncurkan layanan pengiriman uang berbiaya rendah dan cepat dari Indonesia pada tahun 2020, perusahaan ingin memperdalam komitmen mereka melalui Wise Platform ke Indonesia, dengan menggandeng Bank Mandiri. Bank Mandiri menjadi mitra pertama Wise di Indonesia yang mengintegrasikan Platform Wise ke aplikasinya, Livin’ by Mandiri. 

“Dengan mengintegrasikan Wise Platform, Bank Mandiri dapat menawarkan kepada 16 juta penggunanya kemampuan untuk mengirim uang dengan harga terjangkau ke 5 mata uang (USD, SGD, GBP, EUR, AUD). Selain itu, 52% transfer yang dikirim melalui Wise secara global diselesaikan secara instan (kurang dari 20 detik), sehingga memberikan kecepatan dan kenyamanan yang lebih baik bagi nasabah Bank Mandiri.”

Sebelumnya perusahaan juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Instamoney. Wise dapat melayani pelanggan di Indonesia yang ingin mengirim uang ke 80 negara, termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, United Kingdom, hingga Tiongkok (melalui Alipay).

“Saat pertama kali diluncurkan di Indonesia pada tahun 2020, kami bekerja sama dengan Instamoney sebagai mitra lokal. Saat ini kami telah mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia, dan terus menghadirkan cara yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih nyaman untuk mengirimkan uang dari Indonesia ke luar negeri,” kata Elian.

Tercatat secara global perusahaan telah meluncurkan 15 mitra baru di 4 pasar baru dan memberikan akses kepada 10 juta orang ke pembayaran internasional Wise yang cepat, murah, dan transparan secara langsung dari platform penyedia layanan yang sudah ada. Didirikan oleh Taavet Hinrikus dan Kristo Käärmann, Wise diluncurkan pada tahun 2011 dengan nama aslinya TransferWise.

Selain Wise saat ini platform yang menawarkan layanan remitansi di antaranya adalah, Flip, Instamoney, Oy!, Yourpay, Wallex dan Transfez.

Rencana dan target bisnis Wise di Indonesia

Indonesia adalah salah satu penerima remitansi terbesar di dunia, dengan jutaan orang Indonesia bekerja di luar negeri dan mengirim uang ke rumah untuk keluarga mereka. Menurut Bank Dunia, Indonesia menerima sekitar $10,5 miliar dalam bentuk pengiriman uang pada tahun 2020, menjadikannya penerima pengiriman uang ke-10 terbesar di dunia.

Platform pengiriman uang online juga semakin populer di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Platform seperti Wise menawarkan layanan pengiriman uang yang cepat dan terjangkau, dengan nilai tukar yang kompetitif dan biaya rendah. Platform ini sangat menarik bagi generasi muda Indonesia yang lebih nyaman dalam penggunaan online dan mobile banking.

Disinggung berapa jumlah pengguna Wise di Indonesia hingga saat ini, Elian enggan untuk mengungkapkan lebih lanjut. Namun secara global, ada sekitar 16 juta orang dan bisnis yang menggunakan Wise, memproses 9 miliar poundsterling dalam transaksi lintas negara setiap bulannya, sehingga mampu menghemat sekitar 1,5 miliar poundsterling per tahun.

“Sejak diluncurkan pada tahun 2011, kami terus fokus dan berinvestasi pada empat pilar misi kami, harga, kecepatan, kenyamanan, dan transparansi untuk membangun cara terbaik bagi orang dan bisnis untuk memindahkan dan mengelola uang mereka secara internasional,” kata Elian.

Tampilan Wise yang baru 2023 / Wise

Baru-baru ini Wise juga telah memperkenalkan tampilan baru mereka, yang diharapkan bisa digunakan oleh para pengguna yang terdiri dari orang-orang, bisnis, dan bank. Perubahan tampilan ini juga menyoroti komitmen Wise dalam membangun alternatif yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih transparan untuk mengelola uang dalam berbagai mata uang.

“Perjalanan kami di Indonesia masih sangat baru, namun kami melihat pertumbuhan yang berkelanjutan berkat investasi yang terus menerus dalam pengembangan produk maupun ekspansi. Satu hal yang jelas, kami tetap fokus untuk membuat Wise dapat diakses oleh semua orang, di mana saja, dan menghadirkan lebih banyak fitur bagi pelanggan kami di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Startup Fintech Nikel Resmi Diakuisisi

Startup pengembang layanan embedded finance untuk sistem pinjaman Nikel (sebelumnya bernama Impact Credit Solution) dikabarkan telah diakuisisi. Belum diketahui dengan pasti perusahaan mana yang mencaplok bisnis tersebut, namun menurut informasi yang dilaporkan ke regulator Felgo Capital Pte Ltd. menjadi entitas yang melakukan akuisisi. Dari sumber yang kami dapatkan, seluruh investor juga exit bersamaan dengan aksi korporasi ini.

Pada pertengahan tahun 2022 lalu, Nikel baru mengumumkan pendanaan seri A1 mereka. Dana senilai $2,5 juta berhasil dibukukan dari Vectr Fintech, Patamar Capital, Mitra M Venture, Looking Glass Ventures, dan alokasi dana pribadi dari founder. Di putaran sebelumnya, 500 Starups, BCA, Mitra Integra, dan sejumlah investor lain turut berpartisipasi dalam pendanaan.

Akhir 2021 lalu Nikel juga telah menjalin kerja sama strategis dengan BCA, menawarkan pembiayaan yang terjangkau untuk sektor kesehatan Indonesia selama pandemi. Investasi strategis dengan bank BCA memungkinkan mereka untuk memberikan likuiditas yang dibutuhkan di sektor kesehatan, untuk memastikan keluarga-keluarga di Indonesia menerima perawatan dan pasokan medis yang memadai selama pandemi ini.

Sajikan platform embedded finance

Didirikan oleh Reinier Musters (CEO) dan Mackenzie Tan (COO) di Singapura, Nikel resmi masuk ke Indonesia sejak 2021 dengan menunjuk Dewi Wiranti sebagai Country Head. Mereka membawa “Nikel Lend”, layanan API end-to-end yang memungkinkan bank atau fintech memberikan layanan pinjaman langsung ke UMKM dengan menyediakan sistem credit analytics, origination/underwriting, eKYC, eSignature, dan collateral tracking.

Selain itu Nikel juga menyediakan platform B2B marketplace yang menghubungkan bank dengan fintech. Juga Nikel Fund, untuk memungkinkan investor menciptakan dana kelolaan khusus untuk menjangkau sektor tertentu.

“ICS adalah perusahaan teknologi keuangan yang melayani pinjaman UMKM di Asia Tenggara. Kami membangun embedded lending solution yang dapat digunakan oleh perusahaan teknologi, P2P, atau bank mana pun untuk membuat produk pinjaman,” ujar Mackenzie kala itu kepada DailySocial.id.

Menurut penelitian Research and Markets, ukuran pasar layanan embedded finance di Asia Pasifik berhasil tumbuh 39,7% pada 2022 dengan nilai $108,5 miliar. Diproyeksikan akan tumbuh dengan CAGR 24,4% sampai 2029 dengan proyeksi nilai $357,9 miliar. Dorongan layanan inovasi digital di segmen keuangan menjadi salah satu pendorong utama dalam bisnis ini.

Di Indonesia sendiri, tren embedded finance turut mendapati sorotan dari inovator. Finfra menjadi salah satu startup lokal yang ada di area ini menawarkan layanan embedded lending, mempermudah klien meluncurkan produk berbasis pinjaman digital yang berlisensi OJK.

99 Group Tutup Pendanaan 169 Miliar Rupiah dari GAW Capital dan OCBC NISP Ventura

Startup proptech 99 Group mengumumkan pendanaan lanjutan sebesar $11 juta (lebih dari 169 miliar Rupiah) dari GAW Capital dan OCBC NISP Ventura. GAW Capital merupakan investor sebelumnya yang mendanai 99 Group pada Juli 2022 dalam putaran seri C senilai $52 juta.

Dalam keterangan yang disampaikan OCBC NISP Ventura, perusahaan menyambut 99 Group sebagai bagian dari keluarga besar. Investasi ini akan mendukung percepatan pertumbuhan, ekspansi, kemajuan teknologi, konsolidasi tim, serta pelaksanaan kemitraan strategis dan akuisisi 99 Group.

“Kami membayangkan 99 Group dapat terus melayani masyarakat Indonesia dengan paket lengkap platform transaksi real estat yang empati, cerdas, dan andal. Kami juga sangat senang untuk memulai kolaborasi yang bermanfaat dengan Darius Mahtani Cheung, Wasudewan, dan tim 99 Group,” tulis perusahaan, Selasa (14/3).

Sebagai catatan, 99 Group merupakan perusahaan holding yang fokus pada industri proptech dan mengkhususkan diri dalam periklanan properti digital. Berbasis di Singapura, perusahaan mengoperasikan tiga unit usaha di sana, yakni 99.co, SRX.com.sg, dan iProperty.com.sg, sementara di Indonesia, terdapat 99.co dan Rumah123.com.

Digitalisasi proptech

Kini inovasi di industri proptech tak hanya sebagai listing properti saja, solusinya lebih luas dan mendalam. Salah satunya adalah digitalisasi proses KPR atau pembiayaan kepemilikan rumah, mereka adalah IDEAL, Tanaku, Ringkas, dan Pinhome.

IDEAL misalnya, membantu pengguna menghitung biaya dan cicilan pembiayaan properti secara detail sesuai dengan kebutuhan dan preferensi yang dimiliki. Perusahaan turut menyediakan platform yang memungkinkan pengguna melakukan pengajuan pembiayaan di beberapa bank sekaligus.

Inovasi proptech mulai menyasar segmen-segmen yang belum terdigitalkan. Salah satu model bisnis yang juga bermunculan tahun ini adalah B2B Commerce yang mendigitalkan proses supply-chain bahan bangunan untuk pengembangan properti. Beberapa startup yang bermain di sini di antaranya Tokban, BRIK, dan GoCement.

Model lainnya, yakni membantu pemilik properti untuk mengelola aset yang dimiliki, baik yang berbentuk indekos maupun apartemen. Platform seperti Travelio, Mamikos (Singgahsini), atau Rukita bermain di area tersebut. Selain informasi berupa listing, mereka membantu menyajikan pengalaman transaksi sewa secara lebih efisien.

Sebagai sebuah kebutuhan primer, produk hunian memang menjadi salah satu yang paling banyak diburu. Hadirnya inovasi digital ini, diharapkan bisa membantu berbagai kalangan masyarakat untuk mengatasi isu yang selama ini ditemui untuk memenuhi kebutuhan akan hunian —dari proses pencarian sampai dengan pembelian secara lebih mudah dan transparan.

Application Information Will Show Up Here

Peran Startup Edutech dalam Mempersiapkan Persaingan di Dunia Kerja

Tidak dapat dimungkiri, saat ini ada banyak akses yang memudahkan orang untuk mencari jati diri dan mengembangkan diri, terutama bagi fresh graduate yang akan melanjutkan jenjangnya ke dunia kerja, namun masih dilanda dengan perasaan bingung, dan mulai kembali mencari minat dan kelebihannya.

Di era yang serba canggih ini, kemudahan mendapatkan informasi dari media sosial secara tidak langsung juga memberikan kemudahan untuk mempelajari hal baru. Sebagai lulusan yang sudah bergelar dan ingin mendapatkan peluang karier yang sesuai, maka belajar memperdalam skill dengan hasil yang bersertifikat adalah nilai plus.

Dengan keadaan seperti ini, tidak sedikit orang yang memanfaatkan momentum untuk membangun startup dengan penawaran dan harga yang sesuai, membuka usaha pelatihan atau kursus dengan beberapa bidang industri yang ditawarkan sesuai dengan dunia kerja yang diinginkan.

Jumlah pengangguran yang saat ini sudah mulai berkurang dapat dilihat dari banyaknya lapangan pekerjaan yang beragam dan peminat pada bidang industri yang saat ini terbuka lebar bagi fresh graduate. Dengan adanya pelatihan/course yang beragam dan penawaran langsung penyaluran kerja, banyak lulusan perguruan tinggi yang juga memilih untuk belajar terlebih dahulu sebelum memasuki dunia kerja.

Beberapa skill yang dapat didalami sebelum melamar pekerjaan dengan mengikuti bootcamp yang tersedia di antaranya adalah:

  1. Digital Marketing
  2. UI/UX Design
  3. Search Engine Optimization (SEO)
  4. Data Analytics
  5. Artificial Intelligence (AI)

Kehadiran bootcamp di Indonesia

Jumlah startup di bidang edukasi, utamanya bootcamp, relatif cukup banyak, dengan kisaran tarif dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah, dan dengan penawaran mulai dari sebatas sertifikat hingga yang langsung merekomendasikan peserta di pekerjaan yang diinginkan.

Bootcamp yang saat ini mulai bersaing pun terus mem-branding produknya untuk mendapatkan konsumen. Memang peluang untuk bekerja dengan memperdalam skill yang bersertifikat akan memberi kemudahan ketika melamar, namun tak jarang juga startup bootcamp memberikan kelas gratis yang bisa diakses oleh siapapun, meski biasanya hanya terbatas untuk satu kali pertemuan saja.

Adanya pembelajaran yang cukup intensif menawarkan banyak orang untuk bisa bergabung dan mencari pengalaman mengikuti kelas bootcamp yang bagus. Sekarang ini tidak sedikit lulusan kuliah bekerja sesuai jurusannya, mereka dengan berani switch karier pada bidang teknologi, seperti melamar pada posisi-posisi dengan skill yang mengarah pada teknologi.

Penyedia bootcamp juga sekarang banyak menawarkan pelatihan skill yang banyak dibutuhkan di dunia kerja, mulai dari coding, digital marketing, data analyst, UI/UX design, dan masih banyak lagi. Berikut startup bootcamp yang ada di Indonesia, di antaranya:

  1. Binar Academy
  2. RevoU
  3. Impact Byte
  4. MySkill
  5. Hactiv8
  6. Purwadhika
  7. Dibimbing
  8. Arkademy

Top 3 bootcamp dengan jumlah alumni terbanyak yang sudah bekerja di startup unicorn

Sumber: Edunakama

Kelebihan mengikuti bootcamp

Poin penting yang saat ini dilakukan oleh perusahaan edutech dengan menyediakan layanan pembelajaran gratis berbayar memang tidak salah. Orang-orang yang berminat untuk mengambil pembelajaran di pelatihan khusus sampai menabung dan ingin mendapatkan banyak ilmu dari para expert yang ternyata memiliki background dari startup terkenal. Hal ini pun mampu menarik perhatian kalangan muda untuk bisa mengambil banyak informasi melalui bootcamp.

Persaingan dunia kerja tidaklah mudah. Pengalaman yang banyak ketika kuliah belum tentu bisa menjadi tolok ukur dapat lolos pada profesi yang diinginkan, akan tetapi dengan mengambil kesempatan mengikuti pelatihan dari penyedia bootcamp yang bagus, peluang untuk diterima di tempat bekerja sedikit banyak akan meningkat.

Dengan mengikuti bootcamp, peserta akan mendapat banyak pengetahuan dan rekomendasi pekerjaan dan jenis perusahaan yang cocok untuk mereka. Saat ini sudah banyak bootcamp yang menawarkan benefit sertifikat dan rekomendasi pekerjaan untuk masyarakat dengan harga terjangkau dan pembayaran yang bisa dicicil juga.

Belajar hal baru memang merupakan sesuatu yang tidak mengenal usia dan waktu. Semua umur bisa belajar, bahkan setelah mendapat gelar sarjana pun tetap bisa belajar melalui pelatihan yang ditawarkan.

Gambar header: Pixabay

Artikel ini ditulis oleh Aidha Hikma Adilla, alumni program DNA #Cohort1 yang digagas oleh DailySocial.

Startup Penyedia Bahan Baku Manufaktur Bababos Raih Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Platform pengadaan bahan baku manufaktur, Bababos, hari ini (14/03) mengumumkan perolehan investasi tahap awal yang dipimpin East Ventures. Tanpa menyebutkan nominal, perusahaan berencana menggunakan dana segar tersebut untuk membangun platform yang seamless untuk menjembatani manufaktur industri kecil dan menengah (IKM) dengan bahan baku berkualitas dari pemasok terbaik.

Bababos didirikan oleh Fajar Adiwidodo (CEO), Sigit Aryo Tejo (COO), dan Hendrik Panca CFO) pada Q3 2022. Mereka melihat rantai pasok bahan baku yang masih sangat terfragmentasi, khususnya bagi para pelaku IKM. Manufaktur IKM seringkali menghadapi keterbatasan akses ke bahan baku berkualitas, harga yang kurang transparan, dan keterbatasan dukungan finansial untuk modal kerja.

Di sisi lain, para pemasok juga seringkali mengalami kesulitan dalam merencanakan persediaan inventaris karena permintaan yang tersebar. Bababos coba memecahkan masalah kompleks ini dengan menyediakan solusi rantai pasok end-to-end yang mampu dengan baik mengagregasi permintaan bahan baku dari para manufaktur IKM. Hal ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah signifikan bagi para manufaktur IKM dan juga pemasok bahan baku.

Co-Founder & CEO Bababos Fajar Adiwidodo mengungkapkan, “Bababos hadir untuk menjadi platform pengadaan terpadu (one-stop procurement), bekerja sama dengan para pemasok terpilih dan terbaik untuk memberikan dampak positif dan membawa kemajuan bagi industri manufaktur Indonesia. Kami yakin pendanaan ini akan semakin mendukung misi kami dalam menyediakan akses rantai pasokan yang adil bagi para manufaktur IKM.”

Bababos menerapkan model bisnis managed-marketplace di mana perusahaan berperan aktif dalam proses transaksi dari hulu ke hilir, dari pembelian bahan baku ke supplier hingga pengiriman barang ke customer. Perusahaan juga memanfaatkan teknologi digital dalam menunjang proses bisnis Bababos. Hal ini memungkinkan proses transaksi melalui web aplikasi Bababos terjadi dengan lebih efisien, cepat, dan akurat.

Terdapat tiga solusi utama yang ditawarkan, yaitu penyediaan bahan baku manufaktur, agregasi permintaan, dan fasilitas tempo. Perusahaan menawarkan efisiensi bagi para manufaktur IKM untuk harus mengelola berbagai pemasok melalui solusi belanja terpadu (one-stop-shop) dalam melakukan pengadaan berbagai bahan baku produksi, mulai dari baja dan berbagai logam lainnya, hingga polimer dan bahan kimia.

Dari segi monetisasi, Bababos mengaku menerapkan margin yang wajar, juga mengusahakan harga terbaik dengan mengumpulkan dan mengelompokkan permintaan bahan baku dari banyak pembeli. Fasilitas tempo sendiri merupakan pembayaran fleksibel untuk meringankan beban finansial dari para pelaku IKM manufaktur, sehingga pelaku IKM dapat fokus pada tujuan bisnis utama mereka yaitu memproduksi barang jadi berkualitas tinggi.

Sejak diluncurkan, Bababos telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa sejak diluncurkan, tercatat pertumbuhan pendapatan bulanan rata-rata yang melebihi 100%. Saat ini Bababos melayani lebih dari 50 manufaktur IKM, dengan beberapa di antaranya telah mengalami peningkatan bisnis 2-3 kali lipat setelah bermitra dengan Bababos.

Dalam keterangan resmi, Partner East Ventures Melisa Irene mengungkapkan, “Bababos adalah salah satu bukti nyata dari solusi berbasis teknologi untuk industri konvensional yang sangat terfragmentasi. Kami yakin Bababos dan solusinya membuka banyak peluang untuk para pelaku IKM, tulang punggung dari ekonomi negara, di industri yang memiliki potensi yang tinggi.”

Fokus pada manufaktur IKM

Perkembangan industri manufaktur menjadi satu hal yang sangat krusial terhadap kemajuan ekonomi Indonesia, saat ini Industri manufaktur menyumbang sekitar 20% dari GDP Indonesia. Di dalam industri manufaktur, IKM merupakan tulang punggung karena memiliki peran yang sangat penting dalam pemenuhan produksi barang jadi di Indonesia.

Akan tetapi, karena business size yang cenderung lebih kecil, IKM seringkali tidak mendapatkan fasilitas dan akses supply chain terbaik, terutama dalam pengadaan bahan baku. Masalah inilah yang kemudian menginspirasi para founder untuk mengembangkan Bababos, yang memiliki visi menjadi platform pemenuhan bahan baku terbaik bagi para IKM manufaktur di Indonesia.

Bababos mengintegrasikan pendekatan yang modern ke dalam industri tradisional dengan mendigitalisasi semua proses pengadaan dan memanfaatkan big data untuk mengelompokkan permintaan secara akurat berdasarkan kebutuhan bahan baku dan persebaran geografis. Hal ini memungkinkan pengiriman yang lebih cepat dan tepat waktu dari pemasok ke pelanggan, memberikan pengalaman yang seamless dan penghematan biaya.

Manufaktur IKM secara instan mendapatkan akses ke bahan baku berkualitas dengan harga yang kompetitif, sementara para pemasok mendapatkan akses ke permintaan agregat melalui platform Bababos. Hal ini dinilai akan berdampak positif terhadap perencanaan dan utilisasi produksi pemasok.

Dalam wawancara terpisah, Fajar juga mengungkapkan, “Ke depannya, Bababos berencana untuk terus mengembangkan sistem internal agar dapat menyediakan layanan yang semakin maksimal kepada para manufaktur IKM dan juga memberikan kemudahan bagi supplier sebagai partner Bababos. Saat ini, customer Bababos dapat bertransaksi dan memantau proses transaksi secara digital melalui situs Bababos.”

Hingga saat ini, Bababos hadir di Jabodetabek beserta Jawa Timur. Sesuai dengan misinya untuk membantu sebanyak mungkin manufaktur IKM dalam hal pemenuhan bahan baku, Bababos juga berharap dapat segera menjangkau lebih banyak manufaktur IKM seiring dengan pengembangan layanannya.

Selain Bababos, sudah ada beberapa pemain yang menyediakan solusi serupa pengadaan yang berfokus pada bahan bangunan termasuk Tokban, Proyekin, dan BukaBangunan.