Kiat Menghadapi Perubahan Pola Masyarakat di Tengah Perkembangan Fintech

Salah satu transformasi yang cukup terasa di era digital adalah berubahnya cara orang menggunakan uang. Di kawasan kota, masyarakat Indonesia mulai terbiasa bertransaksi, baik itu berbelanja, makan, atau membayar tagihan, melalui ponsel mereka.

Tanpa mengecilkan fungsinya, uang tunai mulai tergantikan oleh dompet digital. Bahkan kini sebagian besar masyarakat urban tak lagi membayar transportasi online dengan uang tunai. Segala aktivitas dapat dilakukan secara seamless asal terhubung dengan internet.

Di balik kemudahan di atas, tentu ada sebuah proses terjadi. Ada tantangan sulit yang dihadapi sejumlah pelaku bisnis dalam mengubah kebiasaan pengguna memakai layanan keuangan digital. Hal ini karena Indonesia memiliki karakter konsumen yang sudah terbiasa bertransaksi dengan uang fisik.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial kedatangan CEO Sprint Asia Technology, Setyo Harsono, yang mengulas tentang bagaimana upaya untuk tetap inovatif di tengah persaingan industri fintech, termasuk mengedukasi pasar.

Tetap inovatif dengan tiga hal utama

Tak dapat dimungkiri, industri fintech Indonesia kini semakin bertumbuh dengan semakin bertambahnya pemain. Persaingan semakin kuat, pelaku bisnis berlomba-lomba menawarkan layanan terbaiknya.

Agar dapat bersaing, Setyo mengungkapkan tiga hal utama yang sekiranya dapat menjadi guidance untuk masuk ke industri fintech. Pertama, pastikan bahwa kita memiliki expertise di bidang yang ingin dimasuki. Jangan sampai masuk ke bisnis ini apabila tidak berpengalaman di bidangnya.

Kedua, jangan sampai pelaku bisnis terlalu habis-habisan dalam memanfaatkan teknologi sehingga melampaui batas. “Teknologi itu menjadi guardian, kita bisa (kembangkan layanan) dari ujung ke ujung, tetapi kita masih punya etika untuk tidak melakukannya,” ungkap Setyo.

Terakhir, pelaku bisnis perlu menghargai nilai dari sebuah joint-effort karena dalam industri ini pesaing bisnis bisa saja menjadi mitra kolaborasi di masa depan.

Mengubah kebiasaan adalah tantangan, perlu edukasi bersama

Bagi Setyo, tantangan terbesar dalam mengembangkan layanan keuangan digital adalah mengubah kebiasaan konsumen. Transisi dari penggunaan uang tunai ke digital akan terasa sulit bagi pasar di Indonesia, mengingat pasar kita terbiasa dilayani.

“Mengubah kebiasaan adalah sesuatu yang sulit di Indonesia karena kita tidak terbiasa dengan budaya self-service. Konsumen Indonesia terbiasa dilayani. Artinya, sesuatu yang baru pasti tantangannya terletak pada habit,” tuturnya.

Dalam kasus ini, ia menilai perlunya edukasi berkelanjutan secara bersama-sama oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) agar adopsinya menjadi lebih cepat.

Ia mencontohkan saat ATM pertama kali keluar, tak banyak penggunanya karena satu pemain saja yang menyediakan. Apabila semua bank termasuk pemerintah ikut mengedukasi bersama-sama, adopsinya akan lebih mudah.

“Mengubah kebiasaan menggunakan uang tunai berarti menghadirkan kebiasaan baru. Para pemangku kepentingan harus mengadopsi bisnis model baru, selain terlalu memanjakan konsumen.”

Sprint Asia merupakan perusahaan yang menawarkan solusi perbankan berbasis TIK. Hingga tahun 2012, barulah perusahaan masuk ke bisnis payment gateway, salah satunya lewat produk Bayarind. Sejak dua tahun lalu, Bayarind masih menanti lisensi e-wallet dari Bank Indonesia.

Cara Grab dan Go-Jek Mendapatkan Talenta Engineer Terbaik

Grab dan Go-Jek saat ini tengah dalam upaya untuk menjadi super app. Keduanya mulai melengkapi aplikasi dengan berbagai layanan untuk keperluan sehari-hari. Di balik itu semua, tentu ada tim engineer solid dan berkualitas. Lebih jelasnya, kami telah merangkum kiat mereka dalam menemukan talenta engineer berkualitas untuk mendukung pengembangan produk.

Kemampuan teknis

Go-Jek dan Grab sama-sama tergolong sebagai startup ternama. Keduanya bisa menghasilkan jutaan permintaan per harinya. Dibutuhkan tim dengan kemampuan teknis mumpuni untuk menangani hal tersebut. Demikian pula para kandidat yang ingin bergabung dengan Grab dan Go-Jek. Sama-sama harus memiliki kualitas teknis yang baik.

Dalam sebuah tulisan di sebuah blog resmi Grab disebutkan bahwa mereka mencari talenta yang sesuai dengan standar teknis yang cukup tinggi. Beberapa standar yang mereka terapkan antara lain: kemampuan untuk menghasilkan kode yang berkualitas, bersih, mudah di baca dan debuggable.

Selain itu untuk tim engineer Grab juga fokus mencari talenta tidak terlalu over analysis dan mudah terjebak sebuah permasalahan. Termasuk juga kemampuan untuk membuat kode bisa dikembangkan dari waktu ke waktu dengan mudah dan terukur.

Sementara Go-Jek menempatkan tiga buah “seleksi teknikal” dalam prosesnya, yakni assignment review, code pairing, dan technical interview. Ketiganya dilakukan bertahap secara runut untuk mengetahui dengan pasti kemampuan teknis setiap kandidat dan kemampuan mereka bisa menyatu dalam tim.

Tahapan code pairing adalah tahapan yang menghasilkan banyak insight. Selain melihat bagaimana kandidat menyelesaikan masalah, melalui tahapan ini kandidat juga akan dilihat mengenai cara mereka menulis kode (coding style) dan pendekatan kandidat dan sebuah masalah (problem solving). Kemudian semuanya akan diperjelas di tahapan technical interview.

Menyesuaikan kultur

Kemampuan kandidat untuk bisa menyesuaikan dengan kultur perusahaan sangat penting. Hal tersebut wajib dimiliki oleh semua kandidat, Grab dan Go-Jek memiliki pertimbangan spesial bagi mereka yang sesuai dengan kultur perusahaan.

Di Go-Jek misalnya, mereka menyebutkan setiap kandidat engineer harus berbicara dengan jajaran petinggi Go-Jek, salah satunya Ajey Gore.

“Percakapan akan berkisar pada aspirasi dan harapan Anda dari Go-Jek, serta harapan kami [Go-Jek] dari Anda,” tulis Go-Jek.

Hal senada juga dilakukan oleh Grab. Bahkan Grab membagikan pola dasar mereka dalam merekrut engineer terbaik. Pertama soal technical fit dan cultural fit, yang kedua pencarian engineer “paling cerdas” (mengacu pada kemampuan belajar dan menyelesaikan masalah) dan “Knowing-Asking-Learning” engineer.

Dengan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Go-Jek dan Grab sama-sama tidak hanya mencari mereka yang mampu secara teknis, tetapi mereka yang bisa menyesuaikan dengan budaya bisnis dan yang paling penting, keduanya mencari engineer yang bisa berkembang dan menyelesaikan masalah rumit dengan cara yang sederhana.

Sumber : Engineering Grab dan Engineering Go-Jek

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tips Mencari Engineer untuk Startup Tahap Awal

Tim engineer yang solid dan berkualitas adalah salah satu kunci utama perusahaan teknologi. Tanpa mengurangi peran penting tim di bagian lain, tim engineer merupakan nafas penting perusahaan teknologi. Nama-nama seperti Go-Jek, Grab, Tokopedia, Bukalapak dan startup populer lainnya di Indonesia pasti memiliki tim yang solid. Mereka dibangun dan dikembangkan dengan kultur masing-masing untuk membawa pertumbuhan dan inovasi.

Membangun tim engineer bukanlah perkara mudah. Terlebih jika startup masih dalam tahap awal dan membutuhkan banyak usaha. Merekrut developer merupakan tindakan krusial. Satu kesalahan bisa mendorong “kapal” karam lebih cepat, bahkan sebelum berlayar.

Berikut ini adalah persiapan-persiapan dalam merekrut engineer atau developer. Tidak hanya untuk mendapatkan yang terbaik, tetapi mendapatkan yang sesuai dengan kebutuhan.

Mencari sambil melihat ke dalam

Sudah menjadi rahasia umum banyak perusahaan yang mengeluhkan kualitas developer atau engineer di Indonesia. Alasan yang sering dimunculkan adalah kurikulum pendidikan tinggi yang masih belum sesuai dengan kebutuhan industri. Sebagai perusahaan baru, mencari engineer dengan kualitas mumpuni adalah soal memenuhi kebutuhan perusahaan. Tidak hanya soal gaji, tetapi juga mengenai tim.

Jadi sebelum mencari dan memfilter kualitas kandidat yang ada, alangkah baiknya untuk menengok ke dalam. Bagaimana nanti bisnis mampu mengelola talenta ini dengan baik. Sudahkan bisnis memiliki kultur yang baik untuk belajar dan berkembang. Jangan sampai ketika berhasil mendapat kandidat terbaik mereka malah merasa sia-sia karena karier mereka tidak berkembang. Apa saja yang bisa ditawarkan perusahaan untuk mendapatkan talenta yang berkompeten.

Kanal lowongan kerja

Sekarang ada banyak kanal lowongan pekerjaan yang bisa digunakan untuk mencari talenta. Namun untuk kasus startup baru ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan. Salah satu caranya adalah melalui komunitas.

Di Indonesia komunitas developer, programmer atau engineer sudah banyak berkembang. Banyak acara meetup, gathering atau talkshow yang diselenggarakan oleh dan untuk para developer. Forum atau grup di media sosial juga menjadi salah satu kanal paling banyak digunakan komunitas untuk berkomunikasi.

Founder atau co-founder yang memiliki latar belakang teknis bisa langsung masuk dan bergabung dengan komunitas. Di komunitas ini founder bisa mencari kandidat engineer atau developer. Jadi tidak hanya soal skill, founder bisa langsung menyaksikan bagaimana kepribadian kandidat.

Cara lain yang banyak dianjurkan adalah menyembunyikan lowongan pekerjaan di tempat yang hanya mungkin dilihat oleh mereka yang benar-benar teknis. Misalnya menyembunyikan lowongan pekerjaan di custom HTTP header atau menuliskannya di log console javascript. Cara ini biasanya akan menyaring mereka yang menggunakan produk sekaligus mereka yang memperhatikan secara teknis bagaimana produk dibangun.

Menulis kode

Untuk menjamin kualitas engineer dari mana pun ia mengajukan pendaftaran mengujinya dengan menulis kode adalah kewajiban. Beri mereka permasalahan dan biarkan mereka menyelesaikannya dalam waktu satu hingga dua jam.

Selain memberikan kasus untuk diselesaikan, menguji calon developer bisa dilakukan dengan cara code pairing atau mensimulasikan kerja dengan tim engineer yang ada. Selain mengetahui sejauh mana skill kandidat tersebut, code pairing juga memiliki fungsi untuk mengetahui style atau bagaimana cara kandidat menggunakan tools yang ada.


Sumber: Inc, Blog Engineer Go-Jek

INDODAX dan Tokenomy Akan Selenggarakan Acara Komunitas Perdananya

Melihat ketertarikan masyarakat yang semakin tinggi dengan blockchain dan cryptocurrency, INDODAX dan Tokenomy akan mengadakan pertemuan komunitas perdananya. Bertajuk “Block Community”, acara ini akan mengumpulkan praktisi dan komunitas yang mengembangkan solusi berbasis blockchain di Indonesia. Nantinya di acara tersebut juga akan diadakan sesi keynote dari berbagai pemateri, memaparkan inovasi blockchain yang sudah berjalan sejauh ini di Indonesia.

Acara komunitas tersebut akan diadakan di The Kasablanka (Curacao Room), pada tanggal 22 September 2018 nanti. Dimulai dari pukul 09.00 WIB hingga selesai. Beberapa pemateri yang akan hadir termasuk Oscar Darmawan (CEO INDODAX), Christian Hsieh (CEO Tokenomy), Aria Rajasa (Product Head PlayGame.com), Regi Wahyu (CEO Hara) dan masih banyak lagi.

Selain itu dalam acara ini juga akan diselenggarakan diskusi panel dan sesi pitching untuk beberapa startup yang tengah melakukan ICO (Initial Coin Offering). Harapannya dengan menghadirkan sinergi bersama komunitas, perkembangan blockchain di Indonesia akan terus bertumbuh positif.

Saat ini pendaftaran ke acara masih dibuka. Informasi lebih lanjut dapat mengunjungi laman resminya melalui https://www.eventevent.com/event/2589.

Disclosure: DailySocial adalah media partner Block Community

Tindak Lanjut Startup Setelah Meluncurkan Produk Pertama

Peluncuran produk pertama bukanlah sebuah akhir. Jika semua tim bisa bernafas lega setelah persiapan yang menguras tenaga, justru mereka dihadapkan dalam permasalahan yang lebih kompleks. Memastikan produk bekerja dan diterima masyarakat. Post launch bukan hanya soal feedback, tapi bagaimana produk tetap di dalam track dan tetap “meluncur”.

Memulai iterasi dari feedback

Setelah peluncuran, penting untuk tetap menjaga semangat dan ritme kerja tim. Dengan diperkenalkan secara umum tim produk dan pengembangan bisa lebih banyak mendapat masukan dari pengguna yang mencoba ada yang mulai penggunakan produk atau layanannya.

Iterasi bisa dimulai dari sini, setelah MVP pengembangan fitur-fitur yang sangat mungkin didasarkan dari permintaan pengguna. Baik itu perbaikan fitur hingga penambahan fitur lain yang dibutuhkan.

Email, media sosial, atau kanal-kanal lain yang disiapkan untuk menampung keluhan dan kritikan pengguna harus mulai dipantau. Dari kanal-kanal tersebut bisa didapatkan wawasan yang bisa dikonversi menjadi fitur selanjutnya untuk semakin melengkapi produk.

Selain kanal pelaporan kritik atau saran perhatian juga harus diberikan pada analisis. Soal jumlah unduhan, pengguna terdaftar hingga turn back pengguna bisa menjadi bahan penting evaluasi untuk kampanye-kampanye pemasaran di kemudian hari.

Di tahap ini pengembangan tetap harus dilakukan. Harus sudah ada target yang ingin dicapai dan sudah ada timeline apa saja yang akan ditambahkan atau dihapus di rilis atau update selanjutnya.

Memastikan pengguna mendapatkan yang dijanjikan

Melunasi janji. Ini yang harus dilakukan tepat setelah peluncuran. Jika memutuskan untuk menggunakan penawaran atau diskon untuk mendongkrak pengguna awal pastikan mereka mendapatkan diskon mereka. Jika menjanjikan kemudahan fitur maka pastikan juga mereka mendapatkan kemudahan itu.

Intinya ada pada sinkoronisasi apa yang dijanjikan pada saat kampanye pemasaran dengan kenyataannya. Memenuhi ekspektasi pengguna ketika pertama kali memutuskan untuk menggunakan produk atau layanan baru. Hal ini penting tidak hanya untuk kepuasan pelanggan tetapi juga citra baik perusahaan soal konsistensi dan komitmen. Bisa jadi faktor ini bisa berpengaruh pada keberlangsungan bisnis secara menyeluruh.

Ada banyak untuk mengetahui hal ini. Bisa memanfaatkan kanal pelaporan seperti media sosial atau bahkan bisa “menjemput bola” dengan mengirimkan email marketing yang dikirim ke semua pengguna baru untuk meminta tanggapan soal kepuasandan kelengkapan fitur. Sederhana tetapi penting.

Pemantauan dan dukungan

Monitoring atau pemantauan adalah hal wajib yang dilakukan setelah peluncuran. Melihat bagaiman pengguna menggunakan produk yang diluncurkan, bagaimana kebiasaan mereka, kapan waktu paling sering mereka menggunakan produk dan variabel-variabel penting lainnya.

Di samping itu, sebagai tindak lanjut dari peluncuran di laman resmi bisa ditambahkan FAQ (Frequently Asked Question) untuk informasi pengguna-pengguna yang kebingungan dengan fitur, fungsi atau istilah yang ada di layanan atau aplikasi.

Mempersiapkan Peluncuran Produk Pertama

Bagi startup, setiap produk pertama itu penting. Nama-nama seperti Go-Jek, Tokopedia dan Bukalapak pasti pernah berada di fase di mana mereka meluncurkan aplikasi atau layanan mereka.

Setiap peluncuran produk pertama adalah awal yang mendebarkan bagi setiap founder dan seluruh anggota tim. Optimisme jelas ada, tapi hasil usaha merupakan dampak proses persiapan. Kadang produk pertama berhasil dan memacu untuk menyempurnakan dengan fitur-fitur lanjutan atau kebalikannya sama sekali tidak bekerja atau gagal.

Persiapan yang matang adalah kunci. Apa saja yang dipersiapkan adalah hal yang paling utama. Terlalu fokus ke bentuk pemasaran tidaklah baik, pun dengan terlalu fokus pada produk. Harus berimbang. Membagi porsi apa saja yang perlu dipersiapkan di masing-masing nilai dengan skala prioritas.

Produk dan desain

Menyiapkan produk sebelum meluncurkannya adalah sebuah keharusan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan produk harus dipersiapkan, seperti:

  • Memahami solusi yang dibawa produk, lengkap dengan permasalahan yang disasar. Ini adalah bagian memahami produk secara utuh sehingga bisa memberikan value yang sesuai ke khalayak ramai.
  • Memahami mekanisme pembayaran. Ini tentang merencanakan bagaimana pelanggan membayar untuk sebuah produk atau layanan. Tentang bagaimana mereka tertarik dan faktor apa saja yang membuat mereka yakin mengeluarkan uang untuk membayar.
  • Menyiapkan dokumen persetujuan dan mekanisme keamanan identitas. Bagi sebagian orang produk baru dari startup baru belum tentu bisa dipercaya, apalagi jika data-data pribadi yang diminta untuk keperluan pendaftaran. Untuk meningkatkan kepercayaan pengguna ada banyak cara, salah satunya adalah menyiapkan dokumen persetujuan pengguna yang menjelaskan data apa saja yang diambil dan akan digunakan untuk apa. Termasuk di dalamnya adalah membangun sistem keamanan yang baik.
  • Membuka periode uji coba. Cara terbaik untuk bisa meningkatkan kepercayaan adalah memberikan kesempatan pengguna menggunakan akun demo, atau membuka periode uji coba yang menampilkan fitur-fitur apa yang nantinya ada ketika produk tersebut dirilis.
  • Mengetahui peta persaingan dan posisi di pasar. Sebagai startup baru dengan produk baru, penting untuk paham “kondisi sekitar” seperti siapa pimpinan pasar, siapa yang menjadi persaingan terdekat, hingga apa yang membedakan dengan produk sejenis.

Sama seperti produk, perkara desain juga harus disiapkan, meliputi logo, warna hingga UI/UX. Jangan sampai banyak pengguna pergi bahkan sebelum mencoba fitur karena tombol yang tidak berfungsi atau tampilan yang kurang menarik.

Acara peluncuran dan pemasaran

Acara rilis dan kampanye pemasaran juga memegang peran penting atas kesuksesan peluncuran produk pertama. Bagaimana masyarakat bisa tertarik jika informasi mengenai rilis produk minim. Berikut daftar persiapan terkait acara rilis dan pemasaran yang bisa disiapkan sebelum meluncurkan produk untuk pertama kali.

  • Acara peluncuran atau launching. Meski statusnya startup baru acara peluncuran setidaknya harus diadakan atau minimal dikabarkan ke publik. Tujuannya untuk memberitahukan bahwa ada produk baru yang dihasilkan dan mengajak orang-orang untuk mencoba. Tetapkan tanggal dan momen yang tepat.
  • Jika memang ada acara peluncuran buat daftar undangan. Mulai dari jurnalis hingga komunitas bisa menjadi undangan yang diperhitungkan.
  • Rilis pers. Setelah mengadakan acara peluncuran, tindak lanjutnya adalah dengan membuat press release, bisa disebar ke rekan media atau blogger, atau bisa disematkan di laman resmi.
  • Membuat kanal komunikasi dua arah untuk keluhan, umpan balik atau kritik tentang produk. Media sosial bisa sangat berguna untuk hal satu ini, tapi akan lebih lengkap jika ditambah dengan nomor telpon kantor atau customer service.


Sumber: EntrepeneurForbes

Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 1: Persiapan

Mengikuti program inkubator atau akselerator menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan startup untuk memantapkan bisnisnya. Program inkubator umumnya diikuti oleh startup di tahap awal (early-stage). Biasanya mereka masih butuh memvalidasi relevansi ide/produk dengan pangsa pasar. Sedangkan program akselerator diikuti oleh startup yang beranjak ke tahap lanjut (growth). Di tahap ini yang mereka lakukan ialah mengembangkan proses bisnis –melalui monetisasi atau pendanaan lanjutan.

Di Indonesia sudah cukup banyak program inkubator atau akselerator yang diselenggarakan untuk startup. Kebanyakan program tersebut terafiliasi langsung dengan pemodal ventura, sebagai unit yang membantu startup dalam urusan pendanaan. Masing-masing program juga biasanya memiliki spesialisasi sendiri, terkait dengan lanskap bisnis atau tahapan startup yang dibina. Masing-masing program juga memiliki program unggulan dan penawaran khusus kepada startup yang tergabung di dalamnya.

Namun sebelum memutuskan untuk mengikuti dan memilih program inkubator atau akselerator, ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh founder.

Siapkan mentalitas belajar

Founder startup tahap awal lahir dengan idealismenya. Membawa asumsi tentang kesempurnaan ide bisnis yang dibawa. Isunya di program inkubator ide tersebut akan diuji ulang dengan berbagai metodologi untuk memastikan ketika dijalankan ada konsumen yang tertarik menggunakan. Pemikiran terbuka (open-minded) perlu menjadi bekal seorang founder ketika menginjak pintu inkubasi.  Di program inkubasi atau akselerasi, biasanya dihadirkan mentor dari kalangan pakar, komunitas, hingga investor.

Fokuskan pikiran untuk belajar dari mereka, bersama-sama mereka melakukan validasi dan pematangan konsep produk/model bisnis. Di program ini bahkan founder perlu meluangkan waktu penuh untuk belajar. Karena selain belajar, dalam keigiatan inkubasi biasanya founder juga diberi kesempatan untuk mebangun mitra stratgeis dan orang-orang yang akan mendukung bisnis secara langsung, misalnya untuk menjadi advisor.

Sempurnakan pitch deck startup

Banyak program inkubator dan akselerator melakukan seleksi awal startup berdasarkan kecakapan pitch deck yang dibuat. Tujuan utama dari sebuah pitch-deck ialah memberikan gambaran besar tentang startup, produk, dan model bisnis yang dikembangkan. Di tahap selanjutnya, pitch-deck harus dipresentasikan, menjelaskan lebih detail tentang poin-poin yang ingin dicapai oleh founder. Tidak ada cara lain untuk menyempurnakan pitch-deck dan cara penyampaiannya selain berlatih.

pitch-deck startup
Poin-poin dalam sebuah pitch-deck

Saat membuat pitch-deck, founder perlu menanamkan pola pikir bahwa dirinya sedang meyakinkan orang lain tentang konsep bisnis yang akan benar-benar memberikan keuntungan besar. Saat presentasi, founder harus memberikan energi optimis tentang visi keberhasilan bisnis. Tunjukan bahwa dengan startup berafiliasi dengan program inkubator/akselerator akan mempercepat mencapai garis sukses tersebut.

Temukan kecocokan program

Sebelum menentukan untuk mengikuti program inkubator/akselerator yang mana, founder harus terlebih dulu melakukan riset. Ada beberapa hal yang wajib dipertimbangkan. Selain pertimbangan teknis terkait bidang startup yang dibina, terdapat pertimbangan lain cukup normatif, misalnya dengan melihat benefit apa yang mereka tawarkan? Siapa saja startup sukses yang berhasil dibina? Adakah startup yang gagal, dan apa yang terjadi dengan mereka? Informasi ini tidak bisa hanya ditemukan melalui laman web, melainkan harus berinteraksi langsung dengan penyelenggara program ataupun startup yang pernah terlibat.

Tunjukkan komitmen

Penyelenggara program inkubator atau akselerator berinvestasi pada founder/tim startup, berterima kasihlah dengan menunjukkan komitmen untuk fokus pada hasil keberhasilan. Komitmen tersebut dapat ditunjukkan oleh founder dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada tim untuk dapat bekerja lebih maksimal. Karena dedikasi orang-orang di dalam tim startup tersebut yang akan berkorelasi langsung pada kesuksesan startup.


Tulisan ini diambil dari beberapa nasihat founder startup yang pernah mengikuti program inkubator/akselerator.

Bagaimana Layanan Fintech Membangun Kepercayaan Konsumen

Layanan fintech adalah bisnis kepercayaan karena ada dana konsumen yang dipercayakan untuk dikelola/disimpan dalam sebuah platform digital. Dengan semakin banyaknya layanan yang hadir di Indonesia, semuanya berlomba-lomba menarik pengguna baru. Lalu bagaimana sebenarnya cara sebuah perusahaan berlomba menarik kepercayaan konsumen?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, #SelasaStartup edisi awal September 2018 menghadirkan CEO DANA Vincent H Iswaratioso. DANA merupakan bagian Emtek Group yang fokus ke platform pembayaran, menghadirkan solusi digital wallet.

DANA kini menyediakan berbagai channel sumber dana untuk membayar segala transaksi. Sumber dana tersebut berasal dari kartu debit, kartu kredit, virtual account, direct, OTC (over the counter), P2P (transfer antar pengguna), kupon, gift card, dan voucher.

Layanan yang komprehensif ini membutuhkan kepercayaan konsumen. Bagaimana DANA membangun kepercayaan konsumen agar mau memakai layanannya? Berikut rangkumannya:

1. Bangun integritas

Vincent menekankan bahwa sebelum membuat produk berbasis fintech, butuh integritas tinggi yang dimulai dari internal perusahaan di segala level. Integritas akan membuahkan ke hasil akhir produk dan merambat ke pengguna.

“Integritas itu membuat orang jadi lebih bertanggung jawab, bahwa data konsumen itu harus dijaga tidak boleh bocor. Integritas itu harus datang dari semua internal perusahaan, enggak buat level manajerial saja,” katanya.

2. Patuh regulasi

Sebelum DANA beroperasi secara penuh, sambungnya, hal pertama yang dilakukan olehnya adalah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan regulator. Misalnya, sudah memenuhi ketentuan untuk lisensi e-money yang dikeluarkan BI, memakai data center lokal, dan sebagainya.

“Kita cukup beruntung untuk scalability karena di belakang kami banyak expert yang memberikan masukan agar tetap comply dengan regulasi. Ini tentunya sangat menunjang DANA dalam eskalasi bisnis lebih cepat.”

3. Pertebal sistem keamanan

Karena DANA menghubungkan berbagai channel sumber dana, makanya sistem keamanan harus dipertebal demi menunjang kepercayaan konsumen. Untuk itu, DANA menerapkan zero data sharing policy sehingga tidak ada data pribadi konsumen yang dipakai untuk kebutuhan tertentu, seperti 16 digit kartu kredit, CCV, dan sebagainya.

DANA hanya menyimpan ID transaksi dengan tanpa nama lengkap konsumen. Setiap data yang masuk ke platform DANA secara otomatis terenkripsi dan disimpan dalam server. Data hanya dipakai oleh perusahaan untuk memeriksa bagaimana retention rate, apakah ada drof off atau tidak, atau kebutuhan lainnya yang sebatas melihat kinerja saja.

“Kita cuma platform, tapi data itu milik merchant dan konsumen. Data security ini hal yang paling kita jaga sekali, makanya ada zero data sharing policy.”

Di balik sistem keamanan yang tebal, DANA juga memanfaatkan teknologi terkini dengan smart authentication untuk permudah proses otentikasi konsumen dalam mengakses DANA. Sebagai contoh, DANA tidak selalu meminta kode OTP, atau memasukkan password buat memastikan orang yang bertransaksi adalah pemilik akun yang sah.

DANA memverifikasi pengguna dengan memeriksa kebiasaan bertransaksi, dengan demikian konsumen tidak harus diribetkan dengan berulang-ulang memasukkan password. Pengalaman akan jauh lebih seamless dan menyenangkan.

“Karena dikhawatirkan ketika consumer journey yang terlalu panjang, harus sign up sana sini untuk memakai channel pembayaran tertentu akan berdampak pada tingkat drop off yang tinggi. Belum lagi kalau salah memasukkan password lebih dari 3 kali akhirnya di-block.”

Tips Memahami Risiko Berinvestasi di Proyek Blockhain

Blockchain mulai memiliki panggung di Indonesia, meski implementasinya masih berada di tahap awal. Di satu sisi, kehadiran startup berbasis blockchain memberikan alternatif investasi jenis terbaru yang bisa dipilih para investor, yakni Initial Coin Offering (ICO). Namun seperti umumnya, risiko berinvestasi tetap mengintai pada proyek blockchain, sehingga perlu memahami sebelum turut terlibat.

ICO adalah inisiasi pendanaan proyek menggunakan metode pembagian kepemilikan koin kripto (sama seperti IPO untuk perusahaan terbuka di bursa efek). Koin kripto disediakan dengan jumlah terbatas, sehingga diharapkan nilainya akan naik seiring kematangan dan popularitas produk yang diusung. Kenaikan nilai tersebut sebagai keuntungan untuk investor.

Isu ini dibahas hangat sesi diskusi panel yang diadakan Jakarta Blockchain Meetup, Senin (27/8). Diskusi tersebut menghadirkan pelaku industri blockchain dan non-blockchain, yakni Jordan Kang (Tomochain), Pang Xue Jie (Whaleblocks), dan Rama Mamuaya (DailySocial).

Pada dasarnya berinvestasi di ICO punya kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya, dari sisi perusahaan dapat mengeksekusi proyek dengan lebih cepat agar hasilnya bisa terlihat apakah sukses atau tidak. Serta mendorong perkembangan teknologi melalui ide-ide yang terlahir dari startup baru.

Namun kekurangannya, tidak ada badan atau organisasi yang spesifik meregulasi. Jadi apabila ada proyek yang didukung tidak sukses, bisa dipastikan token yang sudah dibeli jadi tidak bernilai. Ditambah potensi scam/fraud, karena ada risiko keterlibatan pihak tidak bertanggung jawab yang sekadar ingin memanfaatkan fenomena ICO.

Untuk itu, setidaknya ada dua tips utama yang perlu diperhatikan para investor sebelum berinvestasi di ICO.

Lakukan riset mengenai proyek tersebut

Jordan menerangkan para calon investor harus lebih jeli sebelum membeli token. Perhatikan bagaimana produknya, lihat bentuk praktiknya di lapangan seperti apa, dan tinjau apakah sudah ada contoh studi kasusnya.

“Yang terpenting lainnya adalah harus mudah untuk diinvestasikan, sehingga orang-orang jadi lebih tertarik untuk berpartisipasi,” katanya.

Lihat pula siapa orang-orang yang ada di dalam proyek tersebut. Sebagai investor juga perlu mencari latar belakang dari setiap individu yang tergabung dalam proyek blockchain tersebut. Ini dimaksudkan agar investor bisa lebih mantap dalam mempertimbangkan apakah ICO tersebut punya tim yang solid atau tidak.

Cek validasi ide

Ada banyak sekali proyek blockchain yang bermunculan di dunia maya, berlomba-lomba menarik investor untuk menggalangkan dananya di proyek mereka melalui ICO. Berhubung proyek seperti ini belum memiliki perlindungan hukum yang jelas, apalagi di Indonesia, ada baiknya untuk tetap berhati-hati.

Menurut Rama, karena ICO tergolong investasi yang high risk and high return, maka investor harus cek validasi ide proyek tersebut demi meminimalisir risiko. Bisa jadi, ide yang ditawarkan perusahaan tersebut tidak perlu dilakukan dalam bentuk token.

“Tidak semua proyek itu harus di-tokenize. Intinya harus cek kembali apakah proyek tersebut bisa menyelesaikan masalah yang ada atau tidak. Soalnya bisa saja diselesaikan dengan cara konvensional,” ujar Rama.

Ia mencontohkan salah satu proyek blockchain yang memiliki reputasi baik adalah HARA. HARA adalah perusahaan blockhain yang fokus awalnya ingin menyelesaikan masalah efisiensi produksi petani. Untuk pendanaan proyeknya, perusahaan menggelar ICO dengan token ERC20.

“Investor itu mau ke proyek blockchain karena ada unsur percaya terhadap proyek itu sendiri. Tapi sekarang ada ingin dapat quick money dari ICO karena beredarnya spekulasi yang berhembus sehingga orang jadi kurang berhati-hati,” pungkas Rama.

Peranan Tim SDM Tingkatkan Kemampuan dan Loyalitas Pegawai

Rendahnya kemampuan dan kualitas pendidikan tenaga kerja di Indonesia menjadi salah satu tantangan saat ini, ketika perusahaan teknologi dan startup semakin membutuhkan talenta baru untuk mengisi posisi penting di perusahaan.

Menurut Co-Founder Qareer Group Asia yang juga merupakan Founding Partner Kejora Ventures Sebastian Togelang di sesi #SelasaStartup, peranan HR (SDM) atau personalia bisa membantu meningkatkan kualitas tenaga kerja, dengan memberikan pelatihan hingga edukasi yang tepat.

“Perusahaan konvensional juga harus sudah mulai mengadopsi teknologi dan menerapkannya bukan hanya kepada bisnis tapi juga pegawai. Teknologi pun tidak harus yang canggih, pastikan mudah untuk digunakan.”

Untuk bisa menarik talenta yang tepat, perusahaan harus bisa melakukan branding agar bisa menarik perhatian tenaga kerja yang saat ini mulai didominasi oleh kalangan milenial. Dengan demikian bukan hanya perusahaan popular saja yang dicari talenta baru, namun perusahaan konvensional dan perusahaan baru, jika dipromosikan secara tepat.

Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah working population tertinggi secara global. Makin banyak working age yang bermunculan dan membutuhkan pelatihan yang tepat dari perusahaan.

“Dibandingkan dengan negara tetangga, masih banyak tenaga kerja Indonesia yang memiliki kualitas dan kemampuan kurang. Itulah tantangan yang ada saat ini,” kata Sebastian.

Meningkatkan kemampuan

Agar bisa bersaing dengan tenaga kerja lainnya, penting bagi masing-masing individu untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman bekerja. Semua bisa didapatkan dengan cara sendiri, hingga memanfaatkan pengalaman bekerja sejak awal di perusahaan saat ini. Gali terus kemampuan dan perluas wawasan, dengan demikian peningkatan skill di karir akan semakin meningkat dan secara langsung mempengaruhi gaji yang akan didapat.

“Orang Indonesia saat ini memang masih salary oriented. Namun demikian semua itu akan dapat diraih, jika kemampuan dan edukasi yang dimiliki semakin bertambah,” kata Sebastian.

Kultur perusahaan

Salah satu cara yang juga bisa diterapkan perusahaan adalah menerapkan kultur perusahaan yang ideal. Semua tentu bisa disesuaikan dengan kondisi di perusahaan masing-masing. Melihat tren yang ada, ketika fleksibilitas, keterbukaan dan transparansi makin banyak dicari oleh kalangan milenial, ada baiknya bagi perusahan untuk mulai mengadopsi cara-cara baru tersebut.

“Dia ntaranya adalah dengan menerapkan kerja remote yang saat ini makin banyak dicari oleh kalangan milenial saat mencari pekerjaan. Kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh coworking space hingga coffee shop menjadikan suasana kerja lebih menyenangkan dan dinamis,” kata Sebastian.

Bukan hanya teknologi yang harus diadopsi, perusahaan juga harus mulai menerapkan peraturan yang lebih fleksibel yang bertujuan untuk menjaga work balance pegawai perusahaan.

Loyalitas pegawai

Ketika makin banyak startup yang bermunculan menawarkan posisi dengan gaji yang beragam, banyak pegawai yang tergoda dan memutuskan untuk meninggalkan posisi bekerja di perusahaan saat ini. Untuk bisa terhindar dari pegawai yang kurang loyal, penting bagi perusahaan untuk bisa menerapkan suasana bekerja yang menyenangkan. Pastikan semua pekerjaan, visi perusahaan, hingga target yang ingin dicapai disampaikan sejak awal kepada pegawai.

Dengan demikian pegawai tersebut bisa melihat, masa depan dan arah yang akan diambil perusahaan. Sesuaikan ekspektasi dan fakta yang bakal didapatkan pegawai, jika bekerja di perusahaan tersebut.

“Dari sini biasanya akan terlihat pegawai yang bakal loyal, dilihat dari passion mereka dan motivasi memilih untuk bekerja di perusahaan,” kata Sebastian.

Cara lain yang bisa dilakukan perusahaan agar pegawai bisa loyal adalah memberikan pelatihan, training, hingga mendukung pertumbuhan karier pegawai selama bekerja di perusahaan. Pada akhirnya, perusahaan yang dinilai berhasil adalah jika memiliki lingkungan kerja yang positif, standarisasi gaji yang sesuai, dan pegawai yang loyal.