Startup Pengelola Pekerja Staffinc Dikabarkan Galang Pendanaan Seri B [UPDATED]

Startup penyedia platform pengelola pekerja Staffinc dikabarkan galang pendanaan seri B sebesar $3,9 juta (lebih dari Rp59,4 miliar). Berdasarkan regulatory filings seperti dikutip dari Venture Cap, Altara Ventures menjadi lead investor, dengan partisipasi dari Antler, Access Ventures, K9 Industries, dan Pacific Trustees.

Kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Staffinc Wisnu Nugrahadi menyampaikan belum bisa berkomentar lebih lanjut terkait kabar pendanaan ini.

“Untuk saat ini, kami belum bisa menyampaikan apapun terkait pendanaan. Kami saat ini sedang fokus untuk mengembangkan teknologi untuk mempermudah proses ketenagakerjaan dari perusahaan skala besar,” kata dia.

Altara adalah investor lama yang sebelumnya memimpin dalam putaran seri A pada 2021 senilai $5 juta. Diikuti jajaran investor lainnya, yakni Access Ventures, XA Network, iSeed SEA, serta dua investor di putaran sebelumnya yakni Golden Gate Ventures dan Antler.

Didirikan pada 2018, Staffinc mengawali bisnisnya sebagai Sampingan (brand sebelumnya), sebuah platform yang menghubungkan pekerja kerah biru pada beragam pekerjaan. Dalam data terakhir yang diungkap, hingga saat ini Staffinc memiliki lebih dari 1,7 juta pekerja di lebih dari 180 kota di Indonesia. Layanannya telah digunakan oleh lebih dari 310 perusahaan.

Setelah rebranding dengan nama baru, Staffinc memastikan bahwa kini perusahaan tidak hanya fokus pada pekerja kerah biru untuk posisi part time saja, namun juga full time, dan potensi-potensi lainnya.

Solusi Staffinc memungkinkan para klien perusahaan untuk menyederhanakan proses rekrutmen, dengan mencocokkan persyaratan spesifik setiap proyek dengan kandidat pekerja yang paling sesuai secara otomatis. Solusi tersebut memastikan mereka dapat menerima tenaga kerja berkualifikasi dengan keahlian dan pengalaman yang diperlukan agar untuk berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.

Selain itu, platform tenaga kerja Staffinc Suite juga dapat dimanfaatkan untuk memudahkan proses administrasi seperti absensi, penjadwalan kerja, penugasan serta penggajian secara otomatis, sehingga memungkinkan klien untuk fokus memberikan layanan yang optimal.

Melalui beberapa program Staffinc juga menawarkan benefit kepada pekerja. Di antaranya, pelatihan yang lebih ke arah upskill dari pekerja tersebut, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Yang kedua adalah akses finansial bagi mereka yang telah terkurasi oleh Staffinc dalam bentuk Earned Wage Access (EWA).

Layanan tersebut dihadirkan setelah menerima feedback dari para pekerja yang kerap kesulitan untuk bekerja karena berbagai alasan, mulai dari tidak ada biaya untuk membeli bahan bakar dan lainnya.

 

*) Kami menambahkan tanggapan resmi dari Staffinc

Application Information Will Show Up Here

Startup E-commerce Enabler “Plugo” Raih Pendanaan 140 Miliar Rupiah Dipimpin Alto Ventures [UPDATED]

Startup e-commerce enabler Plugo mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $9 juta atau sekitar 140 miliar Rupiah jelang peluncuran ke publik pada awal tahun depan. Putaran ini dipimpin oleh Altos Ventures, dan partisipasi dari investor lain termasuk BonAngels Venture Partners, Access Ventures, Mahanusa Capital, Prodigy Investment, dan Pearl Abyss Capital.

Plugo akan memanfaatkan dana segar untuk mengembangkan produk, merekrut tim di berbagai divisi, dan memperluas cakupan operasionalnya.

“Kami bangga mengumumkan perolehan dana segar ini, yang merupakan bukti nyata dari kepercayaan para investor terhadap bisnis kami,” ucap Founder dan CEO Plugo Kyungmin Bang dalam keterangan resmi.

Lebih dari sebulan kemudian, tepatnya tanggal 1 Februari 2023, perusahaan meresmikan kehadirannya secara publik. Bang menuturkan, momentum kehadirannya ini bertepatan dengan tren bermigrasinya para brand dari marketplace ke platform direct-to-consumer (D2C) seperti Plugo.

Potensi bisnis e-commerce enabler terbilang menggiurkan, apalagi di Indonesia. Sektor e-commerce Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Ekonomi digitalnya bernilai sekitar $77 miliar pada tahun ini menurut laporan e-Conomy 2022, dan diprediksi mencapai $130 miliar pada 2025 dengan dominasi dari sektor e-commerce.

“Tidak hanya nilainya yang besar dan signifikan, tetapi di sana masih banyak peluang tak terhingga. Terlebih lagi, bisnis lokal telah mengadopsi teknologi digital dengan sangat cepat karena inovasi ekosistem e-commerce yang terus berkembang dan juga perubahan perilaku konsumen yang dinamis,” ujar Bang.

Partner Altos Ventures Moon-suk Oh menambahkan, “Misi Plugo sejalan dengan misi kami untuk menciptakan nilai ekonomi yang signifikan seraya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Kami sangat senang bermitra dengan Plugo untuk mendukung visi serta pertumbuhan bisnis mereka.”

Solusi Plugo

Dengan Plugo, merchant bisa mengelola berbagai tokonya di marketplace dalam satu dasbor dan juga menjalankan iklan online.

Plugo merupakan platform e-commerce all-in-one yang membantu siapa saja yang ingin memulai bisnis online. Plugo memberi kendali lebih besar kepada para penggunanya, brand identity yang lebih kuat, serta kemampuan untuk mengatur harga jual barang yang lebih bersaing sekaligus scalable atau terukur.

Fitur-fiturnya diperkaya demi memberikan kebebasan kepada para pengguna, mulai dari personalisasi toko online dengan beragam template website, integrasi dengan metode pembayaran dan kurir, omnichannel, SEO, dan perangkat marketing. Plugo memanfaatkan cloud dan hosted, memungkinkan penggunanya untuk mengakses dan mengelola bisnis mereka dari mana saja dan kapan saja.

Selain dapat menyambungkan toko online-nya dengan platform marketplace, Plugo juga menyediakan integrasi dengan TikTok Shop, Facebook Catalog, dan Instagram Shop. Tidak hanya itu, merchant pun dapat menjalankan iklan di platform social commerce tersebut langsung dari dasbor Plugo.

Bang melanjutkan, “Selama dekade terakhir, tren pasar selalu didominasi oleh business-to-consumer [B2C] atau marketplace. Platform direct-to-consumer [D2C] seperti Plugo baru-baru ini menjadi tren untuk bisnis yang lebih transparan dan efisien. Namun, kami percaya Plugo memiliki potensi besar karena masih banyak ruang untuk tumbuh dan celah besar di pasar, khususnya UMKM.”

Beberapa tahun ke belakang, ekosistem e-commerce dirancang sedemikian rupa yang membuat pendirian toko menjadi tantangan sulit, dan berjualan bahkan lebih sulit lagi. Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang mana ukuran, pengalaman, dan ketersediaan dana menjadi halangan bagi sebagian besar merchant baru.

Selain itu, merchant yang memulai usaha juga memiliki kekhawatiran dalam membangun branding untuk jangka panjang. Hal ini terutama lebih penting di masa sekarang, di mana bisnis baru bermunculan di mana saja setiap saatnya.

“Platform kami dirancang untuk menghilangkan rintangan tersebut. Kami ingin mendemokratisasi e-commerce dan mempermudah merchant kami untuk meraih kebebasan.”

Startup ini didirikan di Singapura pada tahun ini, dengan kantor di Jakarta dan Seoul. Saat ini statusnya masih closed beta. Adapun peluncuran penuhnya bakal dilakukan pada awal 2023, menyasar calon pengguna di Indonesia. Di Indonesia, solusi yang ditawarkan Plugo bukan barang baru. Sebelumnya, diramaikan oleh Sirclo, Jet Commerce, aCommerce, AturToko, hingga Ginee.

Salah satu pengguna awalnya, brand fesyen lokal Gonegani, menyampaikan banyak pebisnis yang merasa betapa pentingnya branding dikala persaingan yang sangat ketat di marketplace. Platform e-commerce seperti Plugo dirasa cocok karena tidak hanya menyediakan akses untuk transaksi pelanggan, tetapi juga untuk mengembangkan brand identity.

Menurut Khairul Gani, pemilik Gonegani, bahkan ada banyak pelanggan yang tidak menyadari bahwa ketika mereka berbelanja produknya di marketplace, mereka sebenarnya membeli dari Gonegani, bukan dari marketplace itu sendiri. Ketidakmampuan pelanggan untuk membedakan keduanya membuat brand kesulitan untuk membangun channel penjualan tersebut sebagai 100% milik sendiri. Brand akan selamanya menjadi perpanjangan tangan dari marketplace.

Dengan solusi Plugo, brand seperti Gonegani dapat memegang kendali penuh dari toko online mereka. Mulai dari pilihan layout, logo, warna, hingga font. Homepage mereka juga tidak akan sumpek oleh produk dari kompetitor, melainkan hanya memamerkan penawaran khusus dan produk unggulan yang ingin mereka tampilkan. Dengan kemampuan untuk mengedit hampir semua aspek di toko online mereka, brand jadi dapat mengekspresikan kepribadian mereka dengan leluasa.

*) Kami menambahkan informasi tambahan tentang peresmian kehadiran Plugo dan pernyataan dari salah satu brand pengguna Plugo

Sampingan Announces Series A Funding of 71 Billion Rupiah

Sampingan announces the closing of $5 million Series A funding or equivalent to 71 billion Rupiah. This round was led by Altara Ventures, with the participation of Access Ventures, XA Network, iSeed SEA, and two investors in the previous round, Golden Gate Ventures and Antler. Currently, the startup founded by Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, and Dimas Pramudya has managed to raise up to $7.1 million in funds.

Fresh funds will be focused on strengthening the technology, product, and sales teams. Since their launch in 2019, they have served around 150 corporate clients with 850 thousand workers. Its services allow business partners to connect with blue-collar workers to perform various types of work, such as making sales, creating product reviews, conducting surveys, installing applications, etc.

In Indonesia, there are several platforms that specifically target blue-collar workers (informal workers). In general, it consists of two forms. First, there is a job marketplace that allows companies to recruit prospective workers with a more formal recruitment process. While agency services usually provide certain jobs on the platform, registered workers can take on and do the task directly, and get a commission after successful submission.

Platform Pekerja Kerah Biru di Indonesia

The presence of these services is based on a fairly large niche market. Based on BPS data in 2019, these workers dominate the informal sector with a rate of 57.27%. Sampingan’s internal data also recorded an increase during the pandemic. From March to December 2020, the number of Sampingan applications downloads exceeding 1 million, increased by 4 times. The number of partners also increased significantly during this period, without announcing a detailed number.

Previously, in an interview with DailySocial, the founders said that Sampingan was inspired by an outsourcing business model that applies daily or monthly targets to workers. In the process, Sampingan uses a similar approach to that model, providing pay based on performance results (pay per performance).

Sampingan was started as Antler startup generator’s first batch program in Singapore. In 2020, the program finally arrived in Indonesia to provide mentorship and investment programs to prospective founders. Apart from Sampingan, there are also local startups generated from this program, including Bubays and Cooklab.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sampingan Umumkan Pendanaan Seri A 71 Miliar Rupiah

Sampingan mengumumkan telah menutup pendanaan seri A senilai $5 juta atau setara 71 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Altara Ventures, dengan partisipasi Access Ventures, XA Network, iSeed SEA, serta dua investor di putaran sebelumnya yakni Golden Gate Ventures dan Antler. Sejauh ini, startup yang didirikan Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya ini berhasil mengumpulkan dana hingga $7,1 juta.

Dana segar akan difokuskan untuk penguatan tim teknologi, produk, dan penjualan. Sejak diluncurkan pada 2019, mereka telah melayani sekitar 150 klien perusahaan dengan 850 ribu pekerja. Layanannya memungkinkan mitra bisnis terhubung dengan pekerja “blue collar” untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan, seperti melakukan penjualan, membuat ulasan produk, melakukan survei, pemasangan aplikasi, dll.

Di Indonesia, saat ini sudah ada beberapa platform yang khusus menyasar pekerja kerah biru (pekerja informal). Secara umum terdiri dari dua bentuk, pertama ada job marketplace memungkinkan perusahaan untuk memperoleh calon pekerja dengan proses perekrutan yang lebih formal. Sementara layanan keagenan bisanya menyuguhkan pekerjaan tertentu di platform, lalu pekerja terdaftar dapat mengambil dan mengerjakan tugas tersebut secara langsung, dan mendapatkan komisi setelah berhasil melakukan submisi.

Platform Pekerja Kerah Biru di Indonesia

Hadirnya layanan tersebut didasari adanya ceruk pasar yang cukup besar. Berdasarkan data BPS, per tahun 2019 kalangan pekerja tersebut mendominasi sektor informal dengan angka 57,27%. Data internal Sampingan bahkan mencatat adanya kenaikan di masa pandemi. Selama Maret s/d Desember 2020, jumlah unduhan aplikasi Sampingan naik 4x lipat, melebihi 1 juta unduhan. Jumlah mitra pun juga bertambah cukup signifikan di masa tersebut kendati tidak disebutkan angkanya.

Sebelumnya dalam wawancara bersama DailySocial, para founder mengatakan pengembangan Sampingan terinspirasi dari model bisnis outsourcing yang mengenakan target harian atau bulanan ke pekerja. Dalam proses kerjanya, Sampingan menggunakan pendekatan mirip dengan model tersebut, memberikan bayaran berdasarkan hasil kinerja (pay per performance).

Sampingan lahir dari program startup generator Antler batch pertama di Singapura. Tahun 2020 lalu, program tersebut akhirnya bersinggah di Indonesia untuk memberikan program mentorship dan investasi ke calon founder. Selain Sampingan, ada startup lokal yang lahir berkat program tersebut, di antaranya Bubays dan Cooklab.

Application Information Will Show Up Here

Access Ventures Shares the Big Picture After Closing Its Second Fund

Hong Kong-based venture capital firm Access Ventures has completed a second fundraising campaign in early December worth of $30 million. Next year they plan to continue fundraising targeting around $50 million.

Charles Rim, General & Founding Partner of Access Ventures, told DailySocial, the company expects to launch some additional plans, especially after securing funding from Korea Venture Investment Corp. As the situation may improve and make it possible, it is expected that the plan will be finalized by the next quarter.

“We have invested in two startups in Indonesia this year (one of those is Andalin), and we’re so close to finalizing the ongoing fundraising process,” said Charles.

Aside from Vietnam, Indonesia is one of Southeast Asia’s countries Access Ventures focuses on. It is a venture capital company focusing on early-stage startup funding. Apart from Andalin, they also invested in Akseleran, Kata.ai, RevivalTV, and Volantis.

Pandemic and Indonesia’s startup ecosystem

About the pandemic effect on the growth of Access Ventures’ startup portfolio business, Charles said, many startups are having problems running their business, not only those listed in the Access Ventures portfolio. On the other hand, he sees that this pandemic has created an acceleration in digitization which followed by good investment opportunities.

“Indeed, our portfolios will also benefit from this situation, and we have seen that. Investments in online education, esports, digital logistics, and lending are just a few examples,” said Charles.

As the investor’s most preferred Southeast Asia country, Indonesia has its own advantages. From the investor’s perspective, Charles said the government has put bigger efforts and support by providing clarity of regulations to support the ecosystem. This has certainly had delivered quite a few bigger startups.

“However, the negative fact is that it has created competition and a ring for digital talent, this will result in the lack of talent that is necessary for most startups. It would be wise for the government and the education sector to promote studies in engineering and science,” Charles said.

 


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Rencana Access Ventures di Indonesia Setelah Rampungkan Pendanaan Kedua

Perusahaan modal ventura asal Hong Kong Access Ventures telah merampungkan penggalangan dana kedua awal bulan Desember lalu senilai $30 juta. Tahun depan mereka masih memiliki rencana untuk melanjutkan kegiatan penggalangan dana dengan target bisa mengantongi sekitar $50 juta.

Kepada DailySocial, General & Founding Partner Access Ventures Charles Rim mengungkapkan, ada beberapa rencana tambahan yang ingin dilancarkan perusahaan, terutama setelah mendapatkan pendanaan dari Korea Venture Investment Corp. Jika kondisi membaik dan memungkinkan, diharapkan rencana tersebut bisa segera final di kuartal mendatang.

“Kami telah memberikan investasi kepada dua startup di Indonesia tahun ini (salah satunya Andalin), dan dalam waktu dekat kami akan merampungkan proses penggalangan dana yang saat ini masih dieksekusi,” kata Charles.

Selain Vietnam, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang menjadi fokus dari Access Ventures. Mereka merupakan perusahaan modal ventura yang selama ini fokus kepada pendanaan startup tahap awal. Selain Andalin, mereka juga berinvestasi ke Akseleran, Kata.ai, RevivalTV, dan Volantis.

Pandemi dan ekosistem startup Indonesia

Disinggung seberapa besar pandemi mempengaruhi pertumbuhan bisnis portofolio startup dari Access Ventures, Charles menyebutkan, banyak startup yang mengalami kendala menjalankan bisnis, bukan hanya mereka yang masuk dalam portofolio Access Ventures. Namun di sisi lain dirinya melihat hal tersebut telah menciptakan percepatan digitalisasi yang akan menciptakan peluang investasi yang baik.

“Tentunya perusahaan yang masuk dalam portofolio kami akan mendapatkan manfaat dari kondisi ini, dan kami telah melihat hal tersebut. Investasi dalam pendidikan online, esports, logistik digital, dan peminjaman adalah beberapa contohnya,” kata Charles.

Sebagai negara yang menjadi pilihan kebanyakan investor asing di Asia Tenggara, Indonesia memiliki keuntungan tersendiri. Menurut Charles, dari sisi investor upaya dan dukungan dari pemerintah juga makin besar dengan menyediakan kejelasan peraturan untuk mendukung ekosistem. Hal tersebut tentunya telah melahirkan beberapa startup yang cukup besar jumlahnya.

“Tetapi fakta negatifnya adalah bahwa hal itu telah menciptakan persaingan dan perebutan talenta digital, hal ini akan berimbas kepada masih kurangnya talenta tersebut yang dibutuhkan oleh kebanyakan startup. Akan menjadi bijaksana bagi pemerintah dan sektor pendidikan untuk mempromosikan studi di bidang teknik dan sains,” kata Charles.

Andalin Secures New Funding, Local Logistics are Getting the Highlight

The smart logistic platform developer Andalin posted new funding led by BEENEXT. Access Ventures and ATM Capital took part in this round. There was no further details regarding the nominal, but Andalin is said to have raised $1.5 million, equivalent to 22 billion Rupiah.

The additional capital will be focused on expanding the team and strengthening services, the target is to acquire more clients from manufacturing companies and distributors. The service expansion throughout Indonesia will be their next target.

Was founded in 2016 by Rifki Pratomo, Andalin helps many businesses to perform export-import shipments. Including having a B2B model to help shipping companies in Indonesia find affordable cargo transportation – using aircraft (Air Cargo & Air Courier) or ships (Full Container Load & Low Container Load).

In addition, Andalin also has a supply chain service. This includes consulting services, customs management for import-export, and cargo insurance. They have also become Alibaba’s official partner in Indonesia, bridging the needs of local entrepreneurs to embrace the international market through the Alibaba platform.

“Our mission is to simplify and optimize international trade for businesses in Indonesia, starting with cross-border logistics,” Rifki said.

He also believes that Indonesia is experiencing a manufacturing boom, as happened in China three decades ago. This trend was accelerated by the US-China trade war which resulted in companies relocating manufacturing from China to countries in Southeast Asia, including Indonesia.

“By building a delivery company with modern technology, Andalin has the ability to dynamically simplify international supply chain solutions for our clients,” he added.

In Indonesia, the logistics business is quite developed, driven by many factors. Apart from manufacturing developments, the e-commerce business growth trend is also predicted to be a supporting factor. Moreover, there are many services from home and abroad that reach the international market. In the export-import segment, Andalin is not alone, there are several other players in the area include Expedito, Tera Logitic, and Janio.

Ekosistem bisnis logistik di Indonesia data iInfografik per Maret 2019)
Logistis business ecosystem in Indonesia, Infographic per March 2019

Logistics startup funding

The pandemic has become a momentum for logistics startups to maximize business. Evidently, this year there have been several startups in related fields that have received funding. The most significant was obtained by Waresix through the series B round if in total the company had raised $ 100 million worth of funding or the equivalent of 1.5 trillion Rupiah.

Startup Stage Nominal Investor
Andalin Seed BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Waresix Series B EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Webtrace Seed Corin Capital, Prasetia Dwidharma, Astra Ventures
Shipper Series A $20 million Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,4 million Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31 million Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,5 million EV Growth, Jungle Ventures

Compared to last year, the trend is increasing, both in terms of quantity and nominal volume. From DailySocial’s records, there were 6 startups in the logistics sector that received funding from investors throughout 2019, as follows:

Startup Stage Nominal Investor
Kargo Technologies Seed $7,6 million Sequoia India, 10100 Fund, Agaeti Ventures, Northstar Group, Intudo Ventures, Zhenfund, ATM Capital, Innoven Capital
Triplogic Seed East Ventures
Ritase Series A $8,5 million Golden Gate Ventures, Jafco Asia, ZWC Partners, Insignia Ventures, Beenext, Skystar Capital, Mitsubishi Corporation
Waresix Series A $14,5 million EV Growth, Sinarmas Digital Ventures, Jungle Ventures
Shipper Seed $5 million Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, Y Combinator
Finfleet Seri A $3,5 juta Kejora Ventures, XL Axiata, Gobi Ventures, Skystar Ventures, Asian Trust Capital


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Andalin Dapat Pendanaan Baru, Startup Logistik Lokal Makin Diperhitungkan Investor

Pengembang platform smart logistic Andalin membukukan pendanaan baru yang dipimpin oleh BEENEXT. Access Ventures dan ATM Capital turut andil dalam putaran ini. Tidak disebutkan detail nominal pendanaan yang diberikan, namun disampaikan Andalin telah mengumpulkan total pendanaan $1,5 juta setara 22 miliar Rupiah.

Modal tambahan akan difokuskan untuk memperluas tim dan memperkuat layanan, targetnya dapat mengakuisisi lebih banyak klien dari perusahaan manufaktur dan distributor. Perluasan layanan di seluruh Indonesia juga akan jadi target selanjutnya.

Didirikan sejak tahun 2016 oleh Rifki Pratomo, Andalin banyak membantu bisnis untuk melakukan pengiriman ekspor-impor. Termasuk memiliki model B2B untuk membantu perusahaan pengiriman di Indonesia menemukan angkutan kargo yang terjangkau — menggunakan pesawat (Air Cargo & Air Courier) atau kapal laut (Full Container Load & Low Container Load).

Selain itu Andalin juga memiliki layanan supply chain. Di dalamnya termasuk jasa konsultan, kepengurusan bea cukai untuk ekspor-impor, dan asuransi kargo. Mereka juga sudah menjadi mitra resmi Alibaba di Indonesia, menjembatani kebutuhan pengusaha lokal untuk merangkul pasar internasional lewat platform Alibaba.

“Misi kami adalah merampingkan dan terus mengoptimalkan perdagangan internasional untuk bisnis di Indonesia, dimulai dengan logistik lintas batas,” kata Rifki.

Ia juga meyakini, bahwa di Indonesia sedang mengalami booming manufaktur, seperti yang terjadi di Tiongkok tiga dekade lalu. Tren ini dipercepat oleh perang dagang AS-Tiongkok yang mengakibatkan perusahaan merelokasi manufaktur dari Tiongkok ke negara-negara di Asia Tenggara, tak terkecuali Indonesia.

“Dengan membangun perusahaan pengiriman dengan teknologi modern, Andalin memiliki kemampuan untuk secara dinamis merampingkan solusi rantai pasokan internasional untuk klien kami,” imbuhnya.

Di Indonesia sendiri bisnis logistik cukup berkembang, didorong oleh banyak faktor. Selain perkembangan manufaktur, tren pertumbuhan bisnis e-commerce juga digadang-gadang menjadi faktor penyokong. Terlebih, banyak layanan dari dalam dan luar negeri yang menjamah pasar internasional. Di segmen ekspor-impor sendiri, Andalin tidak sendirian, beberapa pemain lain di area tersebut antara lain Expedito, Tera Logitic, dan Janio.

Ekosistem bisnis logistik di Indonesia data iInfografik per Maret 2019)
Ekosistem bisnis logistik di Indonesia data iInfografik per Maret 2019)

Pendanaan startup logistik

Pandemi justru seperti menjadi momentum bagi para startup logistik untuk memaksimalkan bisnis. Terbukti, sepanjang tahun ini sudah ada beberapa startup di bidang terkait yang mendapatkan pendanaan. Paling signifikan didapatkan Waresix melalui putaran seri B, jika ditotal secara keseluruhan perusahaan telah mengumpulkan pendanaan senilai $100 juta atau setara dengan 1,5 triliun Rupiah.

Startup Tahapan Nilai Investor
Andalin Seed BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Waresix Series B EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Webtrace Seed Corin Capital, Prasetia Dwidharma, Astra Ventures
Shipper Series A $20 juta Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,4 juta Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31 juta Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,5 juta EV Growth, Jungle Ventures

Dibanding tahun lalu trennya meningkat, dari sisi kuantitas maupun nominal yang dibukukan. Dari catatan DailySocial, sepanjang 2019 ada 6 startup di bidang logistik yang mendapatkan pendanaan dari investor, sebagai berikut:

Startup Tahapan Nilai Investor
Kargo Technologies Seed $7,6 juta Sequoia India, 10100 Fund, Agaeti Ventures, Northstar Group, Intudo Ventures, Zhenfund, ATM Capital, Innoven Capital
Triplogic Seed East Ventures
Ritase Series A $8,5 juta Golden Gate Ventures, Jafco Asia, ZWC Partners, Insignia Ventures, Beenext, Skystar Capital, Mitsubishi Corporation
Waresix Series A $14,5 juta EV Growth, Sinarmas Digital Ventures, Jungle Ventures
Shipper Seed $5 juta Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, Y Combinator
Finfleet Seri A $3,5 juta Kejora Ventures, XL Axiata, Gobi Ventures, Skystar Ventures, Asian Trust Capital

Akseleran Dikabarkan Galang Pendanaan Seri A Hampir 120 Miliar Rupiah

Startup p2p lending Akseleran dikabarkan menggalang pendanaan sebesar $8,5 juta (hampir 120 miliar Rupiah) dari sejumlah investor, salah satunya adalah Access Ventures.

Kabar ini pertama kali diberitakan oleh DealStreetAsia (23/9) dan dikonfirmasi langsung oleh Co-Founder & CEO Akseleran Ivan Tambunan saat ditemui di sela-sela Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta di hari yang sama.

Ivan belum mau berkomentar banyak terkait informasi ini, dia malah berencana untuk membuat kabar resmi pada November 2019 mendatang. Dia beralasan pihaknya masih menunggu persetujuan dari OJK. Namun Ivan mengonfirmasi nominalnya memang benar $8,5 juta.

“Kita decline [beri] komentar, November baru bisa kasih komentar. Dari jumlah [investasi] itu benar, tapi kita belum bisa kasih komentar karena harus menunggu persetujuan dari OJK, itu adalah syarat yang harus kita penuhi,” ujar Ivan.

Kabar ini sebelumnya sudah lama digaungkan oleh Akseleran, bahkan sejak tahun lalu. Ivan menyebut perusahaan sedang mencari pendanaan seri A sebesar $7,5 juta (sekitar 105 miliar Rupiah).

Pada Februari 2019, perusahaan baru mengumumkan pendanaan sebesar $2,5 miliar (sekitar 35 miliar Rupiah) sebagai bagian dari putaran seri A ini. Konfirmasi dari Ivan secara langsung menguatkan bahwa terjadi oversubscribed dalam putaran ini.

Kinerja Akseleran

Ivan menerangkan saat ini perusahaan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp690 miliar secara akumulatif dari pencapaian di tahun lalu. Secara target, perusahaan bidik total penyaluran tembus di angka Rp1,1 triliun. Per bulannya, Ivan menyebut Akseleran telah menyalurkan sekitar Rp70 miliar.

“Kalau tahun ini saja, kita targetkan penyaluran Rp900 miliar, tahun lalu itu Rp260 miliar. Jadi bila ditotal secara akumulatif, kita ingin tembus Rp1,1 triliun.”

Bila dijabarkan lebih dalam, produk yang paling banyak dimanfaatkan oleh borrower adalah invoice dan pre-invoice. Komposisi keduanya adalah 90% dari nominal penyaluran. Namun yang ingin didorong Akseleran pada akhir tahun ini adalah supply chain financing yang ditargetkan kontribusinya tembus 10%-15%.

Dia menjelaskan produk ini punya sisi positif semua pihak. Akseleran bisa mengamankan jaminan pembayaran jadi jauh lebih terjamin. Dari segi proses penilaian juga jauh lebih cepat, pasalnya perusahaan tidak perlu menilai risiko dari borrower saja, tapi cukup dari pembayar saja. Alhasil, besaran bunga yang dibebankan pun jauh lebih murah.

“Proses jauh lebih cepat karena kita cukup assess payer-nya saja, borrower enggak perlu lagi. Tapi Akseleran harus kerja sama dengan payer-nya dulu. Jadinya lebih efisien buat akuisisi borrower karena kita bisa partner-an sama satu partner tapi bisa dapat banyak borrower dari vendor supplier-nya.”

Para lender yang tergabung di Akseleran saat ini masih didominasi oleh perorangan (90%), mayoritas berlokasi di Jabodetabek, sisanya tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, bahkan Nusa Tenggara Timur.

Ivan berencana untuk menambah porsi peminjam dari institusi, target porsinya 20%-30%. Beberapa nama yang sudah bekerja sama adalah perusahaan multifinance, seperti Mandiri Tunas Finance dan Ciptadana Multifinance.

“Ada beberapa tambahan dari leasing, nanti mau juga ada dari bank besar. Sebenarnya sudah ada MoU dengan BPR, tapi baru MoU. Kita terbuka dengan semua pihak,” pungkas Ivan.

Application Information Will Show Up Here