Startup Pengembang Platform Kepegawaian Kerah Biru MyRobin Diakuisisi BetterPlace

Diluncurkan tahun 2020 lalu, platform yang menyediakan layanan job marketplace on-demand untuk pekerja kerah biru MyRobin secara resmi telah diakuisisi oleh BetterPlace.

BetterPlace berbasis di India dikenal sebagai platform SaaS  untuk penyediaan tenaga kerja frontline alias tenaga kerja kasar (kerah biru). Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi dari proses akuisisi ini yang dikeluarkan oleh BetterPlace. Akuisisi ini menempatkan BetterPlace sebagai pemilik saham mayoritas dari MyRobin.

Akuisisi ini merupakan bagian dari serangkaian investasi yang dilakukan oleh BetterPlace untuk berekspansi ke pasar Asia Tenggara. Dalam waktu dekat, perusahaan juga berencana melakukan ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan
Filipina melalui strategi organik dan anorganik. BetterPlace baru-baru ini
mengumpulkan $40 juta sebagai bagian dari putaran Seri C.

“Sebagai pemain terbesar di Asia saat ini, kami senang menyambut MyRobin ke keluarga BetterPlace dan memajukan visi kami menuju formalisasi tenaga kerja frontline secara global. Dengan teknologi kami dan keahlian MyRobin dalam beroperasi di Indonesia dapat kami perkenalkan kesempatan yang sama untuk segmen frontline,” kata Co-founder & Group CEO BetterPlace Pravin Agarwala.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CTO MyRobin Ardy Satria Hasanuddin mengungkapkan, penjajakan proses akuisisi ini sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir. Selanjutnya MyRobin tetap menjalankan bisnis secara independen dan tidak melakukan perubahan dalam manajemen.

Saat ini MyRobin telah memiliki sekitar 160 pegawai dan mengklaim telah memiliki sekitar 3 juta tenaga kerja di sekitar 270 kota di Indonesia. Perusahaan juga telah mencatatkan pertumbuhan 7x lipat di tahun 2022 dan berdampak langsung pada 44.000 keluarga dalam 2 tahun terakhir

“Sebagai bab berikutnya dari pertumbuhan kami, kami ingin mengambil visi dan keahlian ke lebih banyak wilayah geografis dan BetterPlace adalah mitra yang sempurna yang akan memungkinkan kita untuk mencapai tujuan ini. Kami senang dan bersemangat untuk menjadi bagian dari BetterPlace dan bercita-cita untuk menjadi alat dalam mencapai tujuan bersama kami menciptakan tempat yang lebih baik untuk perusahaan dan pekerja frontline di seluruh dunia,” kata Ardy.

Sebelumnya MyRobin telah menerima dana segar dari sejumlah investor, termasuk Antler, SOSV, Accion Venture Lab, dan Investible. Putaran pendanaan yang telah diperoleh selama ini menempatkan MyRobin dalam tahapan Pra-Seri A yang telah mereka dapatkan tahun 2021 lalu.

Pertumbuhan positif MyRobin

Meskipun merupakan wilayah dengan tingkat adopsi digital yang tinggi, tenaga kerja garis depan atau frontline di Asia Tenggara masih belum mengalami transformasi digital yang signifikan. Perusahaan masih banyak yang menggunakan solusi terfragmentasi dan memanfaatkan vendor untuk mengelola tenaga kerja kerah biru mereka, sehingga produktivitas tidak optimal.

Platform seperti MyRobin saat ini menjadi relevan dan dibutuhkan oleh pekerja kerah biru untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang tepat. Selain memberikan peluang kerja, platform tersebut juga memberikan edukasi dan pelatihan yang tepat kepada pengguna yang tergabung. MyRobin menyediakan on-demand, pre-screened untuk pekerja frontline secara jangka panjang dan pendek untuk perusahaan di Indonesia.

Selain itu, MyRobin juga menyediakan manajemen kehadiran dan performance management. Dan melalui produk mereka MyWarung, perusahaan juga menawarkan embedded financial services seperti upah dini dan BNPL, dan memiliki platform peningkatan keterampilan tenaga kerja bernama Akademi MyRobin.

Di Indonesia sendiri solusi yang mengakomodasi segmen serupa ada beberapa startup, di antaranya Staffinc, Weorkmate, Pintarnya, Byru.id, hingga Lumina.

KoinWorks Akuisisi BPR Asri Cikupa, Founder Kuasai Saham Mayoritas

Startup p2p lending KoinWorks mengumumkan akuisisi penuh terhadap Bank Perkreditan Rakyat (BPR) asal Banten, BPR Asri Cikupa Karya. Langkah tersebut dilakukan dalam rangka mengembangkan bisnis KoinWorks secara jangka panjang dan memperluas jangkauan pembiayaan ke segmen UMKM.

“Afiliasi antara unit BPR kami dengan KoinWorks akan sangat membantu dalam menciptakan inovasi bagi BPR sehingga mempunyai peluang untuk tumbuh melalui partisipasinya di ekonomi digital,” ujar Co-founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono dalam keterangan resmi, kemarin (26/1).

Mengutip dari data OJK per September 2022, KoinWorks, melalui dua co-founder-nya, Benedicto Haryono dan Willy Arifin, menggenggam penuh saham di BPR Asri Cikupa Karya, masing-masing sebesar 50,1% dan 49,9%. Pada kuartal sebelumnya, pemegang sahamnya dikuasai oleh Lydia Lukasanto (73%) dan Ang Kie Kwan (27%). Ang Kie Kwan akan tetap menjadi dewan komisaris bersama dengan Boedhi Surjono.

Ben, sapaan akrab Benedicto, melanjutkan perusahaan akan perlahan meningkatkan modal inti BPR sehingga dapat naik tingkat dari BPRKU 1 menjadi BPRKU 3. Dengan demikian, semakin banyak produk dan layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat.

Sebagai informasi, BPR berdasarkan Kegiatan Usaha (BPRKU) 1 ini memiliki modal inti kurang dari Rp15 miliar, BPRKU 2 (modal inti Rp15 miliar – Rp50 miliar), dan BPRKU 3 (modal inti lebih dari Rp50 miliar).

Menyediakan produk deposito

Sebagai langkah awal, afiliasi kedua perusahaan ini akan fokus menyediakan produk deposito. Masyarakat dapat melakukan pembukaan rekening deposito secara langsung di kantor BPR Asri Cikupa Karya yang berlokasi di Kabupaten Tangerang, Banten, atau melalui aplikasi KoinWorks yang telah mengantongi izin dari OJK sebagai funding agent.

Produk deposito ini dirancang dengan minimal penempatan dana mulai dari Rp10 juta hingga Rp2 miliar dengan pilihan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. Bunga yang ditawarkan sebesar 6,25% sesuai dengan besaran yang dijaminkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Angka tersebut bisa dikatakan kompetitif lebih tinggi dari yang ditawarkan bank umum untuk produk simpanan serupa.

Ben juga memaparkan rencana perusahaan untuk terus mendalami perilaku dan peran BPR beserta nasabahnya dalam lanskap keuangan yang terdigitalisasi dalam rangka inovasi digital di BPR. Hal tersebut akan sejalan dengan rencana perusahaan untuk digitalisasi produk deposito BPR melalui afiliasi dengan KoinWorks, kedua perusahaan ini akan melanjutkan pengembangan best practices dalam mengintegrasikan sistem banking dengan fintech.

“Di masa mendatang, akan tercipta peluang pertumbuhan bisnis bagi kedua pihak melalui partisipasi di ekonomi digital. BPR juga akan memperoleh manfaat dari prinsip-prinsip modern yang penting untuk perkembangannya,” pungkasnya.

Akuisisi BPR oleh startup

Langkah korporasi KoinWorks ini bukan barang pertama yang terjadi di lanskap startup fintech di Indonesia. Di antaranya, ALAMI Group akuisisi BPRS Cempaka Al Amin yang kini diubah menjadi jadi Hijra Bank, Xendit mengambil saham di BPR Arthakelola Cahayatama dan kini dikenal sebagai BPR Xen. Diikuti petinggi Fazz Financial Group yang mengambil kepemilikan saham di BPR Sentral Mandiri, dan Komunal yang resmi mengakuisisi BPR Prima Dadi Arta dari Kediri pada April 2022.

Perubahan pun perlahan-lahan dilakukan setelah mereka mengakuisisi BPR. Misalnya, Xendit yang merilis aplikasi aplikasi Nex sudah dirilis sejak 7 November 2022 setelah melewati fase uji coba internal. Aplikasi ini dikembangkan oleh PT Nex Teknologi Digital (NTD) yang bekerja sama dengan PT BPR Xen. Keduanya merupakan bagian dari Xendit Group. Produk perdananya adalah Rekening Tabungan Milenial dengan penawaran bunga tabungan 6% per tahun, yang dibayarkan setiap hari.

Dijelaskan lebih jauh oleh Director Xendit Group Rifai Taberi yang turut menjabat sebagai Direktur Utama PT Nex Teknologi Digital (NTD), semangat Xendit Group untuk membuat aplikasi bank digital untuk memenuhi ekosistem B2B yang sejatinya tidak hanya butuh kemudahan sistem pembayaran semata. Sebab, ada kalanya bisnis, terutama yang masih dalam skala UKM butuh aspek pembiayaan dan tabungan dalam mendukung perkembangan bisnis mereka.

Oleh karenanya, eksperimen Xendit melalui aplikasi Nex ini adalah dalam rangka mendigitalkan BPR agar produknya lebih mudah diakses. Proposisi ini bisa dianggap sebagai angin segar di dunia BPR. Menurut Rifai, secara tampilan luar produk, Nex memang diarahkan untuk konsumen akhir, tapi ternyata segmentasi target penggunanya justru buat pebisnis existing (merchant) Xendit.

Perlu diketahui, agar dapat bertahan pada era digital seperti sekarang, inovasi layanan dan teknologi menjadi hal wajib jika BPR tidak ingin tersingkir dari peta bisnis perbankan. Sayangnya, tak semua BPR memiliki infrastruktur digital yang memadai. Apalagi, banyak BPR bermodal cekak sehingga sulit untuk membangun infrastruktur digital yang relatif membutuhkan biaya tinggi.

Sudah harus bersaing di dunia digital, jalan yang ditapaki BPR pun kian hari kian sulit. Segmen mikro yang selama ini jadi lahan bisnis utama mereka terus tergerus dengan hadirnya berbagai pesaing dari dunia finansial. Kendati persaingan sangat ketat, bank-bank rural ini memiliki keunggulan lantaran karakteristik bisnisnya yang berbeda.

Kelokalan dan keeratan hubungan emosionalnya dengan para nasabah menjadi nilai lebih bagi BPR. Namun untuk mengatasi kelemahannya—sekaligus mengandalkan kelebihannya-—akan membuat daya tarik BPR akan makin kinclong. Dengan begitu, fungsi BPR untuk memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan makin besar.

Application Information Will Show Up Here

Haulio Ekspansi ke Indonesia dengan Akuisisi Startup Logistik Lokal “Logol”

Pengembang platform logistik asal Indonesia, Logol, resmi diakuisisi oleh perusahaan asal Singapura yang fokus pada layanan logistik first-mile, Haulio. Dilansir dari DealStreetAsia, nilai kesepakatan ini diperkirakan tidak lebih dari $10 juta atau 156 miliar Rupiah.

Aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi ekspansi layanan Haulio di Indonesia, sekaligus memperluas jangkauan solusi yang ditawarkan perusahaan. Logol sendiri merupakan platform yang memungkinkan manufaktur, distributor, UMKM, dan pelaku usaha lainnya memesan layanan pengiriman barang secara online melalui jalur darat dan laut.

Perusahaan juga membantu pengurusan dokumen ekspor-impor secara elektronik. Logol menghubungkan para pelaku di industri logistik, mulai dari pemilik truk, transporter, forwarder, lembaga pemerintahan, hingga pelaku usaha, untuk menciptakan ekosistem logistik yang lebih efisien dan transparan.

Mengingat banyaknya terminal dan depo peti kemas di wilayah ini yang masih mengandalkan uang tunai dan dokumen, Haulio ingin memanfaatkan teknologi Logol Indonesia dan meningkatkan digitalisasi sektor logistik. Hal ini sejalan dengan ambisi Logol untuk mengefisiensikan proses logistik melalui digitalisasi.

Pada bulan April, Logol sempat meluncurkan aplikasi digital “Logol PLB” yang bertujuan mendorong pengembangan dan optimalisasi fasilitas Pusat Logistik Berikat (PLB) di Jakarta. Peluncuran aplikasi digital ini nantinya diharapkan dapat mendorong berbagai kemudahan yang ditawarkan melalui PLB.

PLB saat ini gencar melakukan terobosan untuk memenuhi kebutuhan para pelaku usaha dan diharapkan dapat mengurangi biaya logistik dan transportasi, mendukung pertumbuhan industri–industri domestik, meningkatkan investasi asing dan lokal, serta membantu mewujudkan mimpi Indonesia menjadi hub logistik nasional dan di kawasan Asia Pasifik.

Co-Founder dan CEO Haulio Alvin Ea dalam keterangan resmi mengungkapkan, “Kami percaya dengan mengakuisisi Logol akan mempercepat pertumbuhan perusahaan serta meningkatkan jangkauan armada regional dengan 2.000 kendaraan first-mile lainnya. Begitu pula rekam jejak Haulio sebagai platform logistik terkemuka di Singapura dan Thailand akan membantu mendorong pertumbuhan dan pangsa pasar Logol di Indonesia.”

Di Indonesia sendiri, sektor logistik masih menjadi penopang perekonomian negara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Triwulan III-2021, Supply Chain Indonesia (SCI) memperkirakan sektor ini akan berkontribusi sebesar Rp699,1 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau tumbuh sebesar 1,08% (year-on-Year) di 2022.

Rencana ke depan

Didirikan pada tahun 2017, Haulio dimulai sebagai tim beranggotakan dua orang pada tahun 2017 dan telah berkembang menjadi tim dengan lebih dari 100 karyawan yang kuat di Asia Tenggara saat ini.

Haulio membantu menghubungkan pengangkut peti kemas first-mile dengan pengirim melalui platform digitalnya. Pada bulan Januari, mereka berhasil meraih US$7 juta atau 109 miliar Rupiah pada putaran pertama yang dipimpin oleh Temasek Heliconia Capital.

Haulio juga telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Center of Excellence in Modelling and Simulation for Next Generation Ports (C4NGP) yang merupakan bagian dari National University of Singapore College of Design and Engineering (NUS CDE) untuk mengembangkan Smart Haulage Scheduler (SHS), sebuah algoritma penjadwalan pengangkutan dinamis.

Bersamaan dengan ini, Haulio segera meluncurkan Portal Pembayaran Haulio (HPP), platform pembayaran tagihan elektronik terintegrasi yang berfungsi untuk menciptakan efisiensi pada keuangan logistik di sektor pengangkutan. Proses yang ada saat ini disebut masih sangat manual mulai dari pembuatan faktur, pelacakan, dan tindak lanjut tagihan.

Melalui HPP, pengangkut dapat melihat proses manajemen pengangkutan end-to-end, dan segera mendapatkan gambaran menyeluruh tentang faktur dengan berbagai status. Selain itu, untuk meningkatkan taraf pemilik usaha pengangkutan mikro ke kecil, HPP akan segera memungkinkan pembayaran lebih awal, memungkinkan pengangkut memiliki kontrol yang lebih baik dalam mengelola modal kerja mereka.

Seiring perkembangannya, Haulio berharap dapat meningkatkan teknologi regional dan jumlah karyawan tim produk mereka dua kali lipat dalam tiga tahun ke depan dan akan terus menciptakan peran pekerjaan bernilai tambah yang lebih tinggi di industri seperti rekayasa perangkat lunak, manajemen produk, dan ilmu data yang akan meningkatkan cara industri beroperasi.

Ke depannya, Haulio berharap dapat mengatasi masalah industri melalui implementasi teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) yang dapat diskalakan, ditambah dengan arsitektur Open API yang dapat diadopsi untuk proses yang sudah ada.

Flying Cape Akuisisi Kiddo untuk Melancarkan Ekspansi Regional

Platform edtech yang fokus menyediakan aktivitas belajar dan hiburan anak Kiddo mengumumkan telah diakuisisi Flying Cape untuk mendukung ekspansi regionalnya. Flying Cape adalah platform edtech yang menyediakan layanan pemesanan dan konsultasi  pendidikan, baik untuk kelas formal maupun nonformal. Layanan ini ditujukan bagi calon peserta didik usia dini hingga setara sekolah menengah atas.

Akuisisi ini ditempuh melalui penerbitan saham baru di Flying Cape kepada pemegang saham Kiddo, termasuk melibatkan OCBC NISP Ventura yang merupakan investor awal Kiddo. Komitmen ini menunjukkan bahwa setelah akuisisi ini, OCBC NISP Ventura dan pemegang saham lainnya akan terus mendukung Flying Cape Group dalam pertumbuhan bisnisnya.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Kiddo Analia Tan mengungkapkan, Flying Cape dam Kiddo memiliki visi yang sama untuk membangun ekosistem edukasi global. Dengan bersatu dirinya optimis  dapat merealisasikan visi tersebut secara lebih cepat.

Disampaikan juga, Kiddo tetap berjalan secara independen, namun akan banyak sinergi yang akan dilakukan bersama dengan Flying Cape.

“Bersama dengan Flying Cape, kami akan menjadi jembatan bagi mitra edukasi di negara masing-masing untuk saling terhubung dan berkolaborasi, sehingga mitra kami bisa menjajaki peluang bisnis ke wilayah pasar yang lebih besar. Di sisi lain, pelajar juga bisa memiliki akses edukasi yang lebih bervariasi, baik dari dalam  maupun luar negeri.”

Meluncur tahun 2018 lalu, Kiddo menyasar kalangan orang tua yang membutuhkan pilihan baru untuk menghabiskan waktu yang berkualitas bersama anak. Varian produk Kiddo dilengkapi dengan berbagai aktivitas seperti program belajar, paket liburan, hingga kelas pelatihan.

“Kami sangat senang menyambut Kiddo sebagai anggota baru grup perusahaan. Dengan lebih dari 60 juta siswa, Indonesia memiliki sistem pendidikan terbesar di Asia Tenggara dan terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Dengan kehadiran di Indonesia, kami ingin  menyediakan jaringan regional yang terintegrasi, memungkinkan pelajar dan penyelenggara pendidikan di Singapura dan Indonesia dapat terhubung  tanpa memandang lokasi geografis,” kata Founder & CEO Flying Cape Jamie Tan.

Pendanaan awal hingga kerja sama strategis

Sebelum diakuisisi Flying Cape, Kiddo termasuk startup edtech lokal yang cukup agresif menjalankan bisnisnya. Mereka telah mendapatkan pendanaan awal dari OCBC NISP Ventura.

Pada bulan Mei 2020 lalu, Kiddo juga telah menjalin kerja sama strategis dengan GogoKids dari Malaysia. Melalui kerja sama ini, pengguna dapat mengikuti kelas online yang berasal dari kedua negara. Penyedia layanan aktivitas anak asal Indonesia juga dapat memasarkan kelasnya lebih luas ke pelanggan di Malaysia.

Sementara itu tahun 2021 lalu, Kiddo juga menjalin kerja sama strategis dengan Kyna English yang merupakan penyedia layanan kursus berbahasa Inggris berstandar Cambridge asal Vietnam.

Kiddo juga telah meluncurkan fitur yang bernama “Milestone Tracker” yang memberikan kemudahan untuk orang tua dalam mengetahui potensi si kecil melalui tes tumbuh kembang dan potensi gratis dengan hasil real-time. Setelah mengetahui kecenderungan potensi anak, orang tua dapat mengakses ribuan panduan aktivitas yang sudah disesuaikan dengan hasil tes, untuk menstimulasi tumbuh kembang si kecil.

“Saat ini pengguna Kiddo tersebar di seluruh Indonesia dengan proporsi terbesar masih di Pulau Jawa. Kami juga mulai bekerja sama dengan sekolah dan perusahaan untuk menjangkau jutaan pelajar Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan konten edukasi yang berkualitas,” kata Analia.

Platform Manajemen Tenaga Kerja Harian “Workmate” Diakuisisi PERSOL Asia Pacific

Platform yang menghadirkan solusi manajemen staf dan tenaga kerja garis depan (frontline) Workmate secara resmi telah diakuisisi oleh PERSOL Asia Pacific.

Dengan akuisisi ini ke depannya Workmate bersama dengan PERSOL ingin mengakselerasi solusi tenaga kerja on-demand di Asia Pasifik. Meskipun telah diakuisisi, namun nantinya Workmate akan menjalankan bisnis secara independen.

PERSOL Asia Pasifik adalah bagian dari PERSOL Holdings, terdaftar di Bursa Efek Tokyo, Prime Market, dan salah satu perusahaan SDM terbesar di Jepang dengan penjualan 1,1 triliun Yen pada FY2021. PERSOL telah secara aktif berinvestasi di perusahaan teknologi SDM yang inovatif di Asia, termasuk Glints.

“Kami sangat senang bergabung dengan PERSOL pada tahap ini dalam perjalanan kami. Kami memiliki visi besar untuk mengubah cara pekerja kerah biru mencari pekerjaan. Menggabungkan teknologi Workmate dengan keahlian PERSOL dan infrastruktur regional menempatkan kami pada posisi yang lebih tinggi untuk bisa mewujudkan visi tersebut,” ujar Founder & CEO Workmate Mathew Ward.

Akuisisi ini akan memungkinkan Workmate untuk mempercepat investasinya ke teknologi dan penjualan serta mempercepat peluncuran mereka ke negara lainnya. Saat ini Workmate telah beroperasi di Thailand dan Indonesia, dan rencananya akan meluncur di Singapura bulan Oktober ini.

“Saya senang menyambut Workmate di PERSOL Group. Kami terkesan dengan nilai yang diberikan platform kepegawaian on-demand all-in-one Workmate kepada kandidat, pekerja, dan pemberi kerja dan sangat antusias untuk bermitra dengan mereka untuk mempercepat inovasi mereka dan memperluas layanan mereka ke pasar lain di Asia,” kata CEO PERSOL Asia Pacific Takayuki Yamazaki.

Hadirkan teknologi terkini

Pada tahun 2025, pasar rekrutmen tenaga kerja informal diprediksi meningkat 2x lipat. Namun, di balik potensi besar ini, metode pencarian tenaga kerja masih berkutat pada cara tradisional, seperti sosialisasi mulut ke mulut.

Secara khusus teknologi yang dihadirkan oleh Workmate adalah mendisrupsi agen kepegawaian tradisional untuk memungkinkan perusahaan dengan cepat mengakses para pekerja berkualitas tinggi yang telah diperiksa sebelumnya untuk pekerjaan kontrak jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam prosesnya platform ini memanfaatkan data yang dimiliki dalam algoritma penilaian kandidat yang didukung AI untuk meningkatkan kualitas pencocokan dan memberikan tingkat kehadiran, retensi pekerja, dan produktivitas yang lebih tinggi.

Didirikan pada tahun 2016, Workmate diluncurkan dengan tujuan untuk membantu bisnis menemukan dan mengelola staf frontline yang andal, dan bagi pekerja untuk mendapatkan pekerjaan yang konsisten di perusahaan terkemuka.

Tahun 2019 lalu perusahaan sebelumnya dikenal dengan Helpster berganti nama menjadi Workmate. Saat ini Workmate mengklaim telah membantu lebih dari 120 ribu pekerja frontline menemukan pekerjaan dan lebih dari 800 perusahaan telah menggunakan layanan dan teknologi dari Workmate.

Terakhir pada tahun 2019 Workmate telah membukukan pendanaan seri A senilai $5,2 juta yang dipimpin oleh Atlas Ventures dengan partisipasi Gobi Partners, Beacon Venture Capital, dan investor sebelumnya.

Di Indonesia sendiri, platform job marketplace yang mengkhususkan untuk pasar blue collar memang berkembang pesat. Baru-baru ini sejumlah startup debut dengan pendanaan awal, seperti Atma, Pintarnya, Lumina, dan beberapa lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Startup Insurtech Asal Singapura “Bolttech” Akuisisi Axle Asia, Perkuat Kehadiran di Indonesia

Startup insurtech asal Singapura Bolttech mengakuisisi kepemilikan saham mayoritas perusahaan broker asuransi Indonesia, yakni PT Axle Asia. Dengan aksi korporasi ini, Axle Asia resmi menjadi anak usaha dan selanjutnya akan melakukan rebranding.

Dalam keterangan resminya, akuisisi ini menjadi strategi untuk mengakselerasi distribusi kapabilitas Bolttech di Indonesia dalam menawarkan produk asuransi sekaligus melengkapi solusi bisnis existing.

Group CEO Bolttech Rob Schimek mengungkap, misi perusahaannya adalah membangun ekosistem perlindungan dan asuransi berbasis teknologi di dunia. “Angka pertumbuhan di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan ini membuka peluang bagi solusi-solusi insurtech dalam memenuhi kebutuhan konsumen lokal dan rekanan bisnis yang berubah secara dinamis,” ujarnya.

Diketahui, Bolttech tengah gencar mendorong ekspansi layanannya dengan mengakuisisi dua perusahaan di bidang asuransi selama hampir dua tahun terakhir. Bolttech mencaplok I-surance (Spanyol) di 2021 dan Ava Insurance Brokers (Singapura) di awal 2022.

Bolttech memperoleh status unicorn dalam kurun waktu 15 bulan sejak berdiri pada April 2020. Pendanaan Bolttech telah didukung oleh sejumlah investor, termasuk Alpha Leonis Partners, Dowling Capital Partners, B. Riley Venture Capital.

Sementara, Axle Asia adalah perusahaan broker asuransi berbasis di Jakarta yang berdiri di 2008. Axle Asia merupakan anak usaha dari aliansi strategis antara Axle Indonesia dan PT True Capital.

Komisaris Axle Asia Junaedy Ganie mengatakan, platform Bolttech saat ini memiliki posisi terdepan untuk membentuk masa depan distribusi asuransi. “Akuisisi ini akan memperkuat komitmen kedua perusahaan dalam menghasilkan inovasi dan menawarkan lebih banyak pilihan asuransi pada konsumen di Indonesia secara lebih cepat,” ungkapnya.

Adapun, pasca-akuisisi Axle Asia, Bolttech telah menunjuk Srinath Narasimhan sebagai General Manager untuk mengawasi pertumbuhan Bolttech di Indonesia.

Bolttech kini memiliki lebih dari 800 rekanan distribusi dan 200 perusahaan asuransi dalam jaringannya, serta resmi terdaftar pada 36 jurisdiksi internasional. Bolttech juga telah menawarkan premi asuransi bernilai lebih dari $50 miliar di seluruh dunia. Layanannya telah menjangkau 30 pasar di tiga benua, yakni Amerika Utara, Asia dan Eropa.

Pasar asuransi

Peluang untuk mendigitaliasi sektor asuransi masih sangat besar di Indonesia mengingat penetrasinya masih sangat rendah. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), tingkat penetrasi asuransi jiwa saja di Indonesia pada 2020 berkisar 1,2%, tertinggal dari Thailand (3,4%), Malaysia (4%), Jepang (5,8%), Singapura (7,6%), dan Hong Kong (19,2%).

Rendahnya penetrasi asuransi salah satunya dikarenakan tingkat literasi dan inklusi keuangan yang minim. Mengacu Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) di 2019, tingkat inklusi keuangan di Indonesia memang telah mencapai 76,19% dan tingkat literasi keuangan menyentuh 38,03%. Namun, tingkat inklusi asuransi baru sebesar 13,15% dan tingkat literasinya 19,4%.

Sejumlah startup insurtech berupaya mengambil kue dari peluang pasar dengan menawarkan nilai proposisi yang berbeda-beda. Salah satu pemain insurtech lama, Qoala memosisikan platformnya untuk segmen retail. Sementara, Aigis membidik segmen bisnis melalui layanan manajemen asuransi yang dipadukan dengan fitur wellness. 

Ada pula Rey Assurance yang mengklaim sebagai platform penyedia asuransi jiwa dan kesehatan pertama yang terintegrasi dengan ekosistem kesehatan dan wellness.

Gopay Akuisisi “Kripto Maksima Koin”, Strategi GoTo Financial Masuk ke Ekosistem Blockchain

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) mengakuisisi 100% saham milik PT Kripto Maksima Koin sebagai langkah untuk masuk ke dunia kripto. Perusahaan mengambil alih sebanyak 50.000 lembar saham, setara dengan 124,8 miliar Rupiah.

Berdasarkan keterangan resmi di Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas saham Kripto Maksima diambil alih oleh anak usaha PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay) sebesar 99,98%, sedangkan sisanya 0,02% oleh GoTo.

Akuisisi ini mengingatkan aksi korporasi yang dilakukan Gojek pada tahun 2016 lalu terhadap PT MV Commerce Indonesia. Kala itu akuisisi dilakukan untuk mendukung pengembangan platform e-money utama mereka, yakni Gopay, mengingat untuk mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia cukup rumit.

Perwakilan GoTo mengungkap bahwa aksi korporasi ini menjadi strategi perusahaan menjadi “money management hub” dengan produk beragam. “Kami meyakini bahwa teknologi blockchain bakal memiliki peran arus utama terhadap masa depan keuangan,” ungkap perwakilan GoTo.

Tidak dielaborasi lebih lanjut mengenai rencana pasca-akuisisi ini. Berdasarkan pantauan DailySocial.id, belum ada informasi apapun yang tersedia di situs resmi Kripto Maksima Koin.

Kripto Maksima sendiri telah terdaftar di Bappebti sejak Januari 2022 sebagai sebuah Calon Pedagang Fisik Aset Kripto. Adapun sejauh ini regulator telah memberikan izin ke 25 perusahaan, meliputi:

Entitas Perusahaan

Platform Terdaftar

PT TRINITI INVESTAMA BERKAT bitocto.com
PT UTAMA ASET DIGITAL INDONESIA bittime.com
PT COINBIT DIGITAL INDONESIA coinbit.id
PT INDONESIA DIGITAL EXCHANGE digitalexchange.id
PT GALAD KOIN INDONESIA galad.id
PT GUDANG KRIPTO INDONESIA gudangkripto.id
PT UPBIT EXCHANGE INDONESIA id.upbit.com and upbit.co.id
PT ASET DIGITAL INDONESIA incrypto.co.id
PT INDODAX NASIONAL INDONESIA indodax.com
PT CIPTA KOIN DIGITAL koinku.id
PT KRIPTO MAKSIMA KOIN kriptomaksima.com
PT MITRA KRIPTO SUKSES kriptosukses.com
PT LUNO INDONESIA LTD luno.com
PT TUMBUH BERSAMA NANO nanovest.io
PT PANTHERAS TEKNOLOGI INTERNASIONAL pantheras.com
PT PEDAGANG ASET KRIPTO pedagangasetkripto.com
PT PINTU KEMANA SAJA pintu.co.id
PT BUMI SANTOSA CEMERLANG pluang.com/produk/pluang-crypto
PT PLUTONEXT DIGITAL ASET plutonext.com
PT KAGUM TEKNOLOGI INDONESIA ptkagumteknologiindonesia.com
PT REKENINGKU DOTCOM INDONESIA rekeningku.com
PT ASET DIGITAL BERKAT tokocrypto.com
PT TIGA INTI UTAMA triv.co.id
PT VENTURA KOIN NUSANTARA vonix.id
PT ZIPMEX EXCHANGE INDONESIA zipmex.com

Moratorium penerbitan izin

Bappebti baru saja mengumumkan penghentian penerbitan izin pendaftaran calon pedagang fisik aset kripto yang berlaku per 15 Agustus 2022. Keputusan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 208/BAPPEBTI/SE/08/2022.  Adapun, penghentian ini berlaku bagi pelaku aset fisik kripto yang bermaksud mengajukan izin berupa tanda daftar sebagai calon pedagang fisik aset kripto.

Menurut Plt. Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko, langkah ini diambil untuk mewujudkan kegiatan perdagangan pasar fisik aset kripto yang transparan, efektif, dan efisien dalam suasana persaingan sehat guna melindungi kepentingan semua pihak.

“Serta, untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Bappebti kepada calon pedagang fisik aset kripto dalam melakukan kegiatan perdagangan pasar fisik aset kripto. Maka itu, perlu penghentian penerbitan tanda daftar sebagai calon pedagang fisik aset kripto,” ujarnya.

Tahun lalu, Bappebti menerbitkan Peraturan Bappebti Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik di Bursa Berjangka. Ada delapan syarat dalam beleid yang ditetapkan pada 29 Oktober 2021. Adapun, Kripto Maksima Koin termasuk ke dalam daftar 24 perusahaan yang telah memperoleh izin dari Bappebti pasca-beleid diterbitkan.

Per 22 Juli 2022, Bappebti mencatat jumlah transaksi kripto di Indonesia telah mencapai Rp232,45 triliun atau rata-rata Rp33,2 triliun per bulan. Sementara, total investor kripto di Indonesia mencapai 15,57 juta orang pada periode ini.

Adapun, volume transaksi aset kripto di Asia Tenggara mencapai lebih dari $57,7 miliar atau sekitar Rp859,4 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here

Nusatrip Diakuisisi Perusahaan Teknologi Asal Vietnam “Society Pass”

Society Pass Inc. (SoPa), perusahaan teknologi asal Vietnam, mengumumkan akuisisi atas NusaTrip, startup OTA yang bermarkas di Jakarta. Langkah strategis ini sekaligus menandakan masuknya SoPa ke pasar Indonesia, seperti yang dilakukan perusahaan di negara-negara ASEAN lainnya —dengan akuisisi perusahaan lokal.

NusaTrip adalah startup OTA yang berdiri sejak 2013. Startup ini mendapat akreditasi International Air Transport Association (IATA) dan pelopor penyedia layanan satu pintu untuk banyak pilihan maskapai dan hotel bagi pelanggan korporasi dan ritel di Indonesia. NusaTrip diklaim memiliki lebih dari 1,2 juta pengguna, 500 maskapai penerbangan, dan 200 hotel di seluruh dunia, menghubungkan dengan lebih dari 80 juta unique visitor di situsnya.

Platform Kunjungan Bulanan

(Periode Mei 2022-Juli 2022)
Unduhan App

(Google Playstore)
Traveloka.com ~13,8 juta+ ~50 juta+
Tiket.com ~8,4 juta+ ~10 juta+
Nusatrip.com ~2,5 juta+ ~500 ribu+
Pegipegi.com ~1,4 juta+ ~5 juta+

*Data SimilarWeb, diakses per 15 Agustus 2022 pukul 11.00 WIB

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (15/8), Founder, Chairman, dan CEO SoPa Dennis Nguyen mengatakan akuisisi NusaTrip merupakan bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan dengan melebarkan sayap ke pasar Asia Tenggara. SoPa menggabungkan teknologi mutakhir dan efisiensi operasional platform travel e-commerce NusaTrip dengan pengalamannya membangun brand.

“Dengan akuisisi ini, kini SoPa mengintegrasikan enam vertikal (loyalty, gaya hidup, mamin, telekomunikasi, media digital, travel) ke dalam satu platform loyalty dan e-commerce kohesif untuk memberikan produk dan layanan yang lebih baik bagi para konsumen dan merchant di pasar-pasar utama di Asia Tenggara,” kata Nguyen.

Dia melanjutkan, pada tahun ini diklaim SoPa tumbuh pesat dengan kemampuan menangkap peluang mengakuisisi perusahaan pemimpin pasar, serta berkolaborasi dengan mitra visioner, menggarisbawahi pendekatan unik sebagai agregator, yang akan langsung membuahkan hasil berupa optimasi biaya dan penambahan sumber pendapatan.

Country Manager Society Pass Indonesia Patrick Soetanto menambahkan, masuknya SoPa ke Indonesia membuka kesempatan bagi NusaTrip untuk membuka lebih banyak peluang bisnis di negara-negara di Asia Tenggara di mana SoPa beroperasi. Bentuknya bisa melalui integrasi produk travel yang lebih beragam dan membuat penawaran yang lebih kompetitif bagi lebih banyak pengguna regional dan internasional.

Industri pariwisata dalam momentum pertumbuhan

Saat ini, industri pariwisata sedang mempersiapkan momentum pertumbuhan dari perjalanan outbound dan inbound yang diprediksi akan terus meningkat, seiring ramainya konsumen bepergian pascapandemi. “Kenaikan ini didukung oleh inisiatif pemerintah dalam memajukan pariwisata, kebangkitan ekonomi kelas menengah, dan tingginya tingkat penetrasi internet, sehingga mempermudah orang-orang memesan tiket pesawat dan hotel melalui berbagai OTA.”

Pendiri NusaTrip Galumbang Menak turut menyampaikan pernyataannya. Dia bilang, rasa senangnya karena sudah menjadi bagian dari SoPa, sehingga memungkinkan perusahaan masuk ke dalam ekosistem SoPa yang luas di Asia Tenggara. “Kami bersemangat akan penggabungan kemampuan pemasaran ini,” ucapnya.

Dia melanjutkan, mengamati bangkitnya industri pariwisata di Asia Tenggara pada kuartal dua dan tiga tahun ini, perusahaan optimistis dapat menumbuhkan basis penggunanya lebih pesat. Juga, menawarkan kepada para pelaku perjalanan bisnis dan pelancong dengan harga pemesanan hotel dan tiket pesawat yang lebih kompetitif tanpa biaya tambahan, pilihan pembayaran yang leluasa, dan membuat rencana perjalanan yang lebih praktis.

Jika dibandingkan dengan layanan OTA lainnya, khususnya yang saat ini memimpin pasar Indonesia, layanan yang disuguhkan Nusatrip memang belum selengkap mereka. Di saat yang lain mencoba fokus menghadirkan pengalaman gaya hidup menyeluruh, Nustarip masih fokus menjadi OTA dengan produk utama Tiket Pesawat dan Hotel saja.

Pun dari sisi pengalaman menggunakan layanannya, tampilan situs yang ada masih terkesan dengan gaya yang populer sekitar 5 tahun yang lalu. Hal ini terlepas dari performa dan harga jual yang mereka tawarkan.

Tampilan situs Nusatrip

Untuk aplikasi NusaTrip sendiri, saat ini diperkirakan sudah diunduh hampir 1 juta pengguna. Menyiratkan bahwa sejak awal debutnya, fokus pelayanan pengguna menggunakan situs web. Mereka turut mengoptimasi versi mobile web untuk pengguna.

Mengenai SoPa

SoPa sendiri merupakan startup yang sudah melantai sejak November 2021 di NASDAQ dengan kode SOPA. Tercatat saat ini kapitalisasi pasar SoPa $51,86 juta (lebih dari 762 miliar Rupiah). Perusahaan beroperasi di Vietnam, Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand, dengan kantor cabang di Los Angeles, Bangkok, Hanoi, Ho Chi Minh City, Jakarta, Manila, Singapura.

SoPa memiliki model bisnis yang berfokus pada analisis data pengguna melalui platform loyalty, Society Pass, dan perputaran poin loyalty universal, Society Points. Platform Society Pass membantu para merchant untuk lebih meningkatkan akuisisi pengguna serta mempertahankan pelanggan setia.

Adapun kehadiran Society Points merupakan langkah perusahaan dalam menjaga retensi pelanggan dalam vertikal yang sangat kompetitif dan sekarang membutuhkan pengalaman yang saling berhubungan lebih dari sebelumnya. Saat ini, konsumen e-commerce menuntut banyak titik kontak untuk membeli barang dan jasa, mendapatkan poin loyalitas, dan merujuk teman dengan mudah.

Ekosistem multi-merek Society Pass memungkinkan konsumen untuk mendapatkan dan menukarkan poin di berbagai jenis peritel, sambil memfasilitasi pendekatan terpadu untuk penghargaan dan insentif pelanggan bagi pedagang.

Sejak didirikan di 2018, SoPa mengakumulasi lebih dari 3,3 juta pengguna terdaftar dan lebih dari 205.000 merchant/ brand terdaftar di platformnya. Perusahaan telah berinvestasi selama dua tahun lebih untuk membangun arsitektur TI berhak paten dengan komponen-komponen mutakhir untuk secara efektif mengembangkan skala serta mendukung para konsumen, merchant, dan langkah akuisisi.

Dalam memperluas jejak bisnisnya di ASEAN, sejak awal tahun ini SoPa aktif mengakuisisi berbagai startup lokal. Di antaranya, dua startup asal Filipina, yakni Mangan.ph, startup penyedia jasa pesan antar makanan dan Pushkart.ph, penyedia jasa antar kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya, masuk ke Thailand lewat akuisisi Thoughtful Media Group, sebuah social commerce yang menawarkan jaringan multiplatform video digital premium.

Kemudian pada Juni 2022, akuisisi Gorilla Networks, operator jaringan mobile blockchain berbasis web3 di Singapura, yang nantinya akan diintegrasikan dengan ekosistem loyalitas di SoPa. Perusahaan juga mengoperasikan bisnis lainnya, yakni Leflair.com, platform e-commerce gaya hidup kenamaan dan Handycart.vn, penyedia layanan pengiriman restoran daring, keduanya berasal dari Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

Carousell Caplok Laku6, Berambisi Pimpin Pasar “Recommerce” di Asia Tenggara

Startup classified marketplace Carousell mengakuisisi Laku6 senilai $25 juta atau Rp375 miliar. Akuisisi ini menjadi strategi Carousell untuk memimpin pasar recommerce (layanan tukar-tambah) di berbagai vertikal produk di Asia Tenggara.

Adapun, transaksi pembelian ini didukung oleh Heliconia Capital yang merupakan perusahaan investasi milik Temasek. Diketahui Heliconia telah menanamkan investasi pertamanya di Carousell pada Oktober 2021.

Dalam keterangan resminya, akuisisi ini menyusul aksi serupa Carousell terhadap marketplace untuk streetwear autentik Ox Street dan platform recommerce retailer Refash.

Co-founder dan CEO Carousell Quek Siu Rui mengatakan, pasar recommerce memiliki peluang win-win-win besar jika dilihat dari berbagai sisi. Pertama, menguntungkan bagi pengguna yang menginginkan like-new device dengan harga terjangkau. Kedua, bagi perbaikan lingkungan karena ponsel bekas dapat digunakan kembali.

Terakhir, menguntungkan bagi bisnis dengan potensi pertumbuhan di atas 2,5 kali lipat. Menurut laporan ReedSeer Strategy Consultant, pasar recommerce untuk elektronik saja di Asia Tenggara diprediksi mencapai $18,6 miliar di 2026.

“Kemitraan ini merupakan kombinasi kuat untuk memimpin pasar recommerce elektronik di Asia Tenggara. Kami didukung teknologi remote diagnonistic berbasis AI milik Laku6, basis pengguna sebesar 10 juta, dan perusahaan investasi terkemuka,” tutur Quek.

Dikatakan sebagai kombinasi kuat karena Laku6 disebut sebagai perusahaan recommerce elektronik yang mendapatkan pendanaan awal terbesar di Asia Tenggara hingga saat ini.

Sementara, Founder dan CEO Laku6 Alvin Yap menambahkan, “Kami memiliki komitmen mendalam untuk membuat produk bekas menjadi pilihan utama. Dengan skala pasar dan investasi Carousell, kami berada di posisi tepat untuk menciptakan formula sukses dan menawarkan solusi kami yang telah terbukti kepada end- user dan merchant,” tuturnya.

Berdiri sejak 2016, Laku6 merupakan platform e-commerce dan tukar-tambah ponsel bekas berbasis aplikasi yang mengandalkan teknologi untuk mengidentifikasi kondisi ponsel bekas dalam kurun waktu dua menit. Laku6 mengklaim telah mencatat transaksi penjualan dan tukar-tambah sebanyak 500 ribu ponsel bekas. Mereka juga sempat menjalin kerja sama strategis dengan Tokopedia untuk menghadirkan produk tukar-tambah di online marketplace tersebut.

Sementara, Carousell mencatat sekitar 2 juta listing baru di kategori elektronik setiap kuartalnya, mengklaim posisinya sebagai platform transaksi elektronik bekas terbesar di kawasan Asia Tenggara. Selain produk fesyen dan elektronik, Carousell juga masuk ke kategori penjualan mobil dan properti.

Pasar smartphone bekas

Menurut laporan IDC, pengiriman smartphone bekas di global diprediksi mencapai 351,6 juta unit dengan nilai mencapai $65 miliar di 2024. Analis menyebut pertumbuhan smartphone bekas didorong oleh pesatnya perkembangan teknologi. Ada dorongan bagi pengguna untuk meningkatkan performa dengan mengganti ke perangkat baru dengan teknologi mutakhir.

Selain itu, sejumlah vendor smartphone kini mulai menyediakan fasilitas tukar-tambah bagi pengguna yang ingin membeli produk keluaran terbaru dengan harga lebih murah. Misalnya, Apple, Samsung, dan Huawei.

Di Indonesia, jumlah perangkat seluler per Januari 2022 menyentuh 370,1 juta atau naik 3,6% dari periode sama tahun lalu. Sementara, penetrasi internet telah menembus 73,7% dari total populasi di periode yang sama.

Selain Laku6, ada pula startup yang bermain di model serupa, yakni Jagofon. Untuk memperkuat layanan e-commerce untuk smartphone bekas, Jagofon mengutamakan dua aspek utama untuk melakukan kontrol kualitas, yakni pemeriksaan IMEI dan fungsionalitas perangkat.

Doku Debut Ekspansi Regional Pertamanya Lewat Akuisisi senangPay

Bertujuan untuk menghadirkan sinergi antara pasar Malaysia dan Indonesia, DOKU penyedia solusi pembayaran berbasis teknologi, melakukan akuisisi kepada platform payment gateway asal Malaysia bernama senangPay.

Kepada DailySocial.id, COO DOKU Nabilah Alsagoff menegaskan, Malaysia menjadi negara pertama di Asia Tenggara untuk ekspansi. Selain adanya kesamaan pasar dan kultur, Malaysia juga menjadi pasar yang ideal bagi DOKU untuk melebarkan bisnis mereka di luar Indonesia.

“Kami melihat pasar Malaysia dalam hal kebiasaan pembayaran dan lainnya tidak berbeda dengan Indonesia namun tidak serumit pasar di Indonesia. Mereka lebih terbiasa dengan pembayaran dompet digital dan kartu kredit. Sementara di Indonesia hingga saat ini pembayaran melalui bank transfer masih lebih banyak digunakan,” kata Nabilah.

Ditambahkan olehnya, banyaknya pekerja migran dan pelajar  di Malaysia dari Indonesia turut menjadi alasan mengapa akuisisi ini dilakukan. Aksi korporasi ini dilakukan DOKU setelah menerima pendanaan dari Apis Growth Fund II tahun 2021 lalu.

Melalui akuisisi DOKU, senangPay berencana untuk memperkuat dan memperluas layanan di luar payment gateway online, mengadopsi layanan baru seperti e-wallet, remittance, dan pembayaran offline seperti Tap On Glass, M2M (mobile to mobile), dan lainnya.

Dengan penawaran baru ini, senangPay memungkinkan para merchant untuk melakukan transisi dari model toko fisik ke versi digital, sejalan dengan inisiatif “Malaysia Digital” yang dibentuk pemerintah setempat.

“Ketika kami mendirikan senangPay, kami berniat untuk membuat payment gateway alternatif untuk usaha kecil menengah terutama bagi pemilik bisnis yang tidak memiliki keterampilan teknis dan tidak terbiasa dengan digital tools.,” jelas CEO senangPay Mansor Abd Rahman.

Didirikan tahun 2015 lalu senangPay membantu para pebisnis Malaysia agar dapat menerima pembayaran dari pelanggan dengan mudah melalui berbagai metode, termasuk di antaranya melalui metode pembayaran kartu kredit, kartu debit, dan internet banking.

Menjalin kolaborasi dengan regulator

Salah satu kunci sukses DOKU menjalankan bisnis selama 14 tahun terakhir adalah pemahaman yang sangat mendalam tentang aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh regulator.

Sebagai perusahaan teknologi yang menyasar kepada solusi pembayaran secara digital, yang perlu diketahui adalah, sangat ketat aturan yang diberlakukan oleh pemerintah dan regulator untuk semua platform yang ada. Hal tersebut yang kemudian menjadikan mereka pemain yang mampu bertahan dan bersaing dengan pemain lainnya.

Berdiri sejak tahun 2007, DOKU menyediakan rangkaian produk pembayaran terluas, baik dari segi online maupun offline; dan memiliki pilihan pembayaran elektronik yang paling beragam, melayani lebih dari 150.000 merchant dari lintas industri. DOKU juga telah memiliki lima lisensi dari Bank Indonesia, yang memungkinkan mereka untuk memberikan layanan beragam, seperti payment gateway, transfer dana domestik, remitansi, PPOB, uang elektronik, dompet elektronik, serta QRIS.

Application Information Will Show Up Here