Lebih Dalam Mengenal Tren “Hybrid Advertising”

Untuk menciptakan sebuah inovasi, terkadang kita tak melulu harus mengandalkan teknologi. Kita dapat menggunakan produk existing untuk menghasilkan sebuah layanan yang lebih bermanfaat.

Seperti halnya layanan hybrid advertising, yang trennya masih terus berlanjut di Indonesia. Jika disadari, kita sebetulnya sudah pernah melihat iklan semacam ini di berbagai kendaraan di jalan.

Pada sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial kedatangan dua pembicara, yaitu Co-Founder StickEarn, Garry Limanata dan Sugito Alim.

StickEarn merupakan startup penyedia teknologi periklanan. Apabila kamu punya banyak pertanyaan mengenai hybrid advertising, simak empat hal penting yang disampaikan dua co-founder StickEarn berikut ini:

Transportasi sebagai medium

Berbeda dengan billboard atau jenis iklan above the line (ATL), iklan hybrid memanfaatan moda transportasi sebagai salah satu mediumnya. Di StickEarn sendiri, ada delapan moda transportasi yang digunakan, misalnya mobil, motor, dan sepeda.

Garry menyebutkan alat transportasi dipilih sebagai medium iklan karena lebih measurable. Selain itu, transportasi punya kelebihan tersendiri karena sifatnya dinamis atau selalu bergerak. Ini membuka peluang untuk menciptakan calon konsumen baru.

“Menghubungkan merek, pelanggan, dan pengendara dapat menciptakan sebuah iklan yang terukur dan punya impresi kuat,” tuturnya.

Peran teknologi pada iklan hybrid

Lalu di mana letak teknologinya? Dalam hal ini, teknologi hadir dalam wujud aplikasi dan dashboard. Dengan kata lain, meski dipasang secara offline, iklan tetap dapat diukur menggunakan teknologi.

Sugito menjelaskan bahwa dashboard berfungsi dalam mengukur dan mengkalkulasi impresi iklan. Bahkan, dashboard juga memiliki reporting system yang dapat dicek oleh klien. Sementara, aplikasi berfungsi untuk merekam jejak para pengendara.

“Di StickEarn, kami bangun infrastruktur [aplikasi dan dashboard], driver harus pakai aplikasi agar bisa di-track. Sedangkan dashboard ada untuk memonitor iklan. Dashboard dapat menghitung impresi, ini lebih efektif ketimbang billboard. Jadi, mereka tidak bisa berasumsi [untuk impresi iklan],” ungkap Garry.

Analisis kebutuhan klien

Sebagaimana bisnis periklanan pada umumnya, hybrid advertising tetap berpatokan pada kebutuhan dan kebijakan dari para mitranya. Setiap mitra memiliki kebutuhan dan kebijakan berbeda-beda.

Ambil contoh, kolaborasi eksklusif antara StickEarn dan Grab. Dalam kebijakan kerja samanya, para mitra tidak diperbolehkan untuk memasang iklan rokok dan bir di kendaraan.

“Kita tetap perlu mempelajari kebutuhan, tidak overpromise [kepada klien]. Setiap mitra juga ada policy sendiri. Tapi, tentu we are willing to expore [bentuk kerja sama],” ujar Sugito.

Teknologi mendorong kualitas hidup masyarakat

Tak hanya menyelesaikan sebuah masalah, teknologi hadir untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Demikian juga pada model bisnis yang diadopsi StickEarn. Karena memanfaatkan moda transportasi, kehadiran iklan hybrid dapat membantu para driver untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

“Bagaimanapun juga, teknologi harus kasih social impact kepada masyarakat. Dalam hal ini, tidak hanya para mitra, tetapi juga driver,” tutur Sugito.

Alpha JWC Ventures Leads Series A Funding for “Target Media Nusantara”

Target Media Nusantara (TMN), a digital advertising network company, announces Series A funding from Alpha JWC Ventures. The value wasn’t mentioned but this time, it’ll be fully used for operational and business development.

In term of business, TMN is a part of Focus Media Group, a China-based digital lifestyle media company. Its business includes LCD displays, poster frames, movie theater, and in-store advertising networks.

In Indonesia, TMN started working in mid-2018 bringing a vision to be the market leader for indoor digital advertising sector in Indonesia. TMN provides services in some commercial buildings, such as office buildings, apartments, and hotels. TMN, with 450 billboards attached to 104 buildings in Jabodetabek, has made a record as one of the indoor advertising alternatives in Indonesia. In an effort to maximize potential growth, TMN targets to install 900 screens in 200 Jabodetabek’s commercial buildings.

“In replicating Focus Media Group’s success in Indonesia, we’ll be focused on getting the premium audiences in the market by offering products with high-quality, effective, and capable to reach lots of people,” Thomas Chan, Target Media Nusantara’s CEO, explained.

He also mentioned according to their current vision, the funding obtained from Alpha JWC Ventures is to be used for operational and business development, including other media channels related to their vision.

“TMN has a vision to be the popular and leading media channel in Indonesia. Therefore, all investment, including Series A funding from Alpha JWC Ventures will be fully used for operational and business development at an early stage. In long term, we are to develop other media channel in synergy along with our vision,” he added.

In his statement, TMN did not place itself as a media provider, instead, they act as the communication partner with an understanding of audience behavior, business prospect, and communication market dynamic. TMN intends to provide effective communication solutions for their clients.

TMN is currently developing the latest screen with eyeball tracking analytics. It is capable to record how long a person watches certain parts of an advertisement and the data result will be used for the client’s communication strategy and evaluation.

In the meantime, Alpha JWC Ventures is showing their satisfaction in supporting TMN in Indonesia. Chandra Tjan, Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, said that he is proud to be the exclusive partner of Focus Media Group in its expansion to Indonesia.

“We’re thrilled to be the exclusive and trusted partner of Focus Media Group in its expansion to Indonesia. Thomas Chen has over 25 years of experience in digital advertising and an extensive client network worldwide. Financial and practical assistance from Alpha JWC Ventures, Chan’s experience, and support from Focus Media Group are very convincing for TMN to develop further and take over the Indonesian market,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Alpha JWC Ventures Beri Pendanaan Seri A untuk “Target Media Nusantara”

Target Media Nusantara (TMN), sebuah perusahaan jaringan periklanan digital, mengumumkan perolehan pendanaan Seri A dari Alpha JWC Ventures. Tidak disebutkan berapa jumlah yang didapat, hanya saja pendanaan kali ini disebut akan dimaksimalkan untuk pengembangan bisnis dan operasional.

Sebagai sebuah bisnis, TMN adalah bagian dari Focus Media Group, sebuah perusahaan media gaya hidup digital yang berasal dari Tiongkok. Bisnis Focus Media Group meliputi LCD display, poster frame, movie theater, dan in-store advertising network.

Di Indonesia, TMN mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2018 dengan mengusung visi menjadi market leader di sektor periklanan digital dalam ruangan di Indonesia. TMN sendiri menyediakan layanan periklanan di berbagai jenis bangunan komersial, seperti gedung perkantoran, apartemen, dan hotel. Dengan 450 layar iklan yang terpasang di 104 gedung di Jabodetabek, sejauh ini TMN telah berhasil membuat jejak sebagai salah satu alternatif periklanan dalam ruangan di Indonesia. Untuk memaksimalkan potensi pertumbuhannya, TMN memasang target pemasangan 900 layar di 200 gedung komersial Jabodetabek.

“Untuk mereplikasi sukses Focus Media Group di Indonesia, kami akan fokus untuk mendapatkan audience premium di pasaran dengan menyediakan produk yang berkualitas tinggi, efektif, dan mampu menjangkau banyak orang,” terang CEO Target Media Nusantara Thomas Chan.

Thomas juga menjelaskan bahwa sesuai dengan visi mereka saat ini, pendanaan yang didapat dari Alpha JWC Ventures akan diperuntukkan untuk memaksimalkan pengembangan bisnis dan operasional, termasuk mengembangkan kanal media lainnya yang sesuai dengan visi mereka.

“TMN memiliki visi untuk menjadi kanal media papan atas dan utama di Indonesia. Untuk itu, semua dana investasi termasuk pendanaan Seri A dari Alpha JWC Ventures ini akan kami maksimalkan untuk pengembangan bisnis dan operasional pada tahap awal. Dalam jangka panjang, kami juga akan mengembangkan kanal media lainnya yang bersinergi dengan visi kami,” lanjut Thomas.

Dari penjelasan Thomas, pihak TMN tidak menempatkan diri sebagai penyedia media tetapi sebagai rekanan komunikasi yang mengerti perilaku audience, prospek bisnis dan dinamika pasar komunikasi. TMN berniat menyediakan solusi komunikasi yang efektif bagi klien mereka.

Saat ini TMN sedang mengembangkan layar terbaru dengan fitur analisa pelacakan gerakan mata (eyeball trackig analytics) . Fitur ini dapat merekam berapa lama seseorang melihat bagian tertentu dari sebuah iklan dan nantinya data yang dihasilkan akan menjadi pertimbangan evaluasi dan strategi komunikasi klien.

Sementara itu pihak Alpha JWC Ventures menyatakan kebanggaan mereka dalam mendukung TMN di Indonesia. Co-founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan menyebutkan bahwa pihaknya bangga menjadi rekan ekslusif bagi Focus Media Group dalam ekspansinya ke Indonesia.

“Kami bangga menjadi rekan ekslusif dan terpercaya bagi Focus Media Group dalam ekspansinya ke Indonesia. Thomas Chen memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun dalam periklanan digital serta jaringan klien yang luas di seluruh dunia. Dengan dukungan finansial dan praktis dari Alpha JWC Ventures, pengalaman Thomas serta dukungan dari Focus Media Group kami yakin TMN bisa berkembang ke tingkatan selanjutnya dan memenangkan pasar Indonesia,” tutup Chandra.

Gandeng Telkom, Layanan Adtech Infomo Tawarkan Kegiatan Beriklan Alternatif

Facebook dan Google saat ini masih menjadi platform pilihan untuk brand, advertiser, dan publisher melancarkan kegiatan pemasaran. Selain sifatnya yang viral, kedua platform tersebut banyak digunakan masyarakat untuk melihat konten berita, video, dan media lainnya.

Besarnya peluang dan potensi tersebut dianggap tidak dibarengi dengan target pasar yang tepat hingga proses tracking yang akurat. Sifatnya yang memaksakan pengguna untuk melihat iklan juga dinilai kurang personal dan ‘mengganggu’ kegiatan browsing pengguna.

Melihat kekurangan tersebut, Infomo yang merupakan ekosistem iklan dan promosi mobile yang memanfaatkan kekuatan dan jangkauan jaringan seluler dengan komunitas pelanggan mereka, hadir dan siap membantu brand dan advertiser untuk melancarkan kegiatan pemasarannya.

Infomo hadir dengan sebuah ekosistem sebagai alternatif programmatic processes sebagai platform iklan dan promosi seluler berbasis reward yang dirancang khusus untuk operator jaringan seluler maupun mobile application publisher. Pengiriman iklan permission based atau non-intrusive dan sesuai permintaan dimana konten iklan sangat interaktif. Adapun kemunculan iklan dipancing panggilan telepon, SMS, notifikasi, lokasi maupun waktu, serta tidak membutuhkan koneksi internet.

“Kita ingin membantu perusahaan telekomunikasi memanfaatkan data yang mereka miliki sekaligus meningkatkan revenue yang saat ini sudah semakin sulit didapatkan, dengan adanya media sosial seperti Facebook dan Google untuk kegiatan beriklan,” kata Founder dan CEO Infomo Ananda Rao.

Menggandeng Telkom Indonesia, startup, dan media lokal

Untuk langkah awal, Infomo menjalin kolaborasi dengan Telkom Indonesia. Selain itu Infomo juga menggandeng partner lainnya, seperti Uzone.id dari PT Metranet Indonesia, dan Anterin, sebuah perusahaan ride hailing berbasis aplikasi.

Dengan teknologi yang dimiliki, Infomo mengklaim mampu menyediakan ekosistem iklan mobile yang jauh lebih simpel untuk pengiklan, operator, pengguna smartphone, bisa mengurangi biaya beriklan, meningkatkan transparansi, serta mengurangi terjadinya penipuan (fraud).

Infomo berharap dapat membantu operator meningkatkan pendapatannya serta mengoptimalisasi investasi aset infrastruktur mereka. Selain itu, Infomo juga memberikan hasil yang menarik dan menguntungkan bagi setiap pihak dalam value chain iklan digital.

“Infomo ingin mempermudah proses tersebut dengan fokus kepada brand dan agensi melalui publisher memasarkan iklan di aplikasi mobile atau situs langsung ke konsumen. Dengan proses ini diharapkan konsumen semakin tertarik untuk melihat iklan, dan dari sisi brand menjadi pendekatan menarik untuk kegiatan pemasaran,” kata Ananda.

AnyMind Group Obtains Series B Funding Worth of 204 Billion Rupiah

Been focusing on technology development, AnyMind Group announced Series B funding worth of $13,4 million (around 204 billion rupiah) from LINE Corporation and Mirai Creation Fund. The existing shareholders, including JAFCO Asia and Dream Incubator, also participated in this round.

AnyMind Group’s COO, Otohiko Kozutsumi, said to DailySocial, this round is to be used for platform development, market growth in the advertising industry, marketing promotion, member acquisitions, and strategic partnership.

“We’re still in discussion of what kind of strategic partnership suitable with LINE Corporation, as the communication platform provider and LINE Messenger app developer, and Mirai Creation Fund.”

Earlier this year, they extend into AnyMind Group leading three companies (AdAsia, TalentMind, and CastinggAsia). Previously in 2017, AdAsia Holdings receives Series A funding worth of $12 million and additional $2.5 million.

Focus on Indonesia’s market

AdAsia Holdings, under AnyMind Group, has been provided many offerings in advertising technology, including solutions such as AdAsia Digital Platform for publishers. They claim to raise more than 12 billion impressions monthly in 800 publishers in Asia through display, native, and video.

“Indonesia’s publishers and advertisers development is getting increased. It’s one of the reasons to be focused on the Asian market, Indonesia in particular,” Kozutsumi said.

Aside from AdAsia, another platform under AnyMind Group that’s available in Indonesia is TalentMind. It’s a human resource’s management platform applying adjustment with artificial intelligence (AI) technology, currently used by more than 150 business in Asia.

The TalentMind platform targeting B2B to facilitate companies in talent recruitment, make use of social media data, CV, and competency. The process, using natural language process (NLP), is claimed to make TalentMind capable to specify relevant candidates for the company.

CastingAsia, focused on micro-influencers, is also claimed to make a significant increase, both total influencers and companies intended to have marketing activities using micro-influencers registered in CastingAsia. In total, CastingAsia has more than 3 thousand influencers worldwide.

“We’ve experienced rapid growth in the past 2.5 years, and are now entering an advanced phase. Among those are to expand market geographically and industry we entered to,” Kosuke Sogo, AnyMind Group’s CEO, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AnyMind Group Kantongi Pendanaan Seri B Senilai 204 Miliar Rupiah

Fokus kepada pengembangan teknologi, AnyMind Group mengumumkan perolehan pendanaan Seri B senilai $13,4 juta (sekitar 204 miliar Rupiah) dari LINE Corporation dan Mirai Creation Fund. Pemegang saham yang ada, termasuk JAFCO Asia dan Dream Incubator, juga berpartisipasi dalam pendanaan kali ini.

Kepada DailySocial, COO AnyMind Group Otohiko Kozutsumi mengungkapkan, pendanaan kali ini akan dimanfaatkan untuk mengembangkan platform, menumbuhkan pangsa pasar dalam industri periklanan, kegiatan pemasaran, menambah anggota tim, dan melancarkan kerja sama strategis.

“Kami masih dalam tahap pembicaraan kerja sama strategis apa yang sesuai dengan LINE Corporation, sebagai penyedia platform komunikasi dan pengembangan aplikasi LINE Messenger, dan Mirai Creation Fund.”

Awal tahun ini perusahaan diperluas menjadi AnyMind Group yang saat ini membawahi tiga perusahaan (AdAsia, TalentMind dan CastingAsia). Sebelumnya pada tahun 2017, AdAsia Holdings mendapatkan pendanaan Seri A senilai $12 juta dan tambahan $2,5 juta.

Fokus pada pasar Indonesia

AdAsia Holding, yang berada dibawah AnyMind Group, telah menyediakan berbagai penawaran dalam teknologi periklanan, termasuk solusi seperti AdAsia Digital Platform untuk publisher. AdAsia Holding mengklaim telah menghasilkan lebih dari 12 miliar tayangan bulanan di 800 penerbit di Asia melalui display, native dan video.

“Pertumbuhan publisher dan advertiser di Indonesia sendiri sudah makin meningkat jumlahnya. Hal ini yang yang menjadi alasan bagi kami untuk fokus kepada pasar di Asia, salah satunya di Indonesia,” kata Otohiko.

Selain AdAsia, platform lain yang berada di bawah naungan AnyMind Group dan telah tersedia di Indonesia adalah TalentMind. Platform manajemen sumber daya manusia, yang menerapkan pencocokan dengan teknologi artificial intelligence (AI), saat ini telah digunakan lebih dari 150 bisnis di Asia.

Platform TalentMind yang menyasar B2B ini memberikan kemudahan kepada perusahaan untuk memudahkan pencarian kandidat pegawai, memanfaatkan data dari media sosial, CV, hingga kompetensi. Pengolahan yang memanfaatkan pemrosesan bahasa alami (NLP) diklaim membuat pencarian TalentMind bisa mengerucut kepada kandidat yang relevan untuk perusahaan.

Sementara itu, CastingAsia yang fokus kepada micro-influencers, diklaim juga mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari sisi jumlah influencer maupun perusahaan yang ingin melakukan kegiatan pemasaran memanfaatkan mikro influencer yang terdaftar di CastingAsia. Secara keseluruhan saat ini CastingAsia telah memiliki sekitar 3 ribu influencer di seluruh negara.

“Kami telah mengalami pertumbuhan besar dalam waktu 2,5 tahun terakhir, dan saat ini memasuki fase perkembangan ke tingkat berikutnya. Di antaranya memperluas pasar secara geografi dan industri yang kami masuki,” kata CEO AnyMind Group Kosuke Sogo.

StickEarn Perkenalkan StickAngkot, Layanan Beriklan di Angkot

StickEarn, startup yang bergerak di bidang car advertising, mengumumkan sebuah langkah melebarkan segmentasi layanan mereka. Berkat kerja sama dengan KODJARI (Koperasi Duta Jasa Angkutan Mandiri) Bogor, StickEarn memperkenalkan StickAngkot. Sebuah layanan yang memberikan kesempatan pengiklan untuk memasang iklan di angkutan kota (angkot) untuk menjangkau konsumen mereka.

StickAngkot diperkenalkan pada Pameran Angkot Modern KODJARI yang dibuka pada Minggu(9/9) di Lippo Mall Bogor. Dengan kerja sama ini, StickAngkot akan mencakup lebih dari 500 armada angkot di lebih dari 40 rute trayek yang melingkupi area kota hingga Kabupaten Bogor.

StickEarn disebut mulai bekerja sama dengan berbagai operator angkutan kota di kota-kota besar, seperti Bogor, Surabaya, Medan, dan Makassar untuk membantu brand mendekatkan diri ke konsumen melalui konten yang ditempel di angkot.

“StickEarn dengan bangga menghadirkan inovasi terbaru kami, StickAngkot, di Kota Bogor. Bekerja sama dengan KODJARI, StickAngkot mentransformasi angkot modern sebagai platform untuk beriklan di luar ruang yang unik, ekonomis dan terukur dengan memadukan kendaraan dan teknologi digital yang kami miliki. StickAngkot memanfaatkan media di dalam dan badan angkot modern untuk menjadi sarana beriklan yang unik dan efisien,” terang Co-Founder StickEarn Sugito Alim.

Menanggapi kerja sama ini, penggagas KODJARI Dewi Jani Tjandra menyampaikan kerja sama strategis dengan StickEarn melalui StickAngkot membantu pihaknya mewujudkan visi untuk memodernisasi angkot sesuai dengan program pemerintah daerah.

“Angkot modern yang kami pamerkan di sini tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah, karena itu tarifnya cukup tinggi, Rp7.000. Melalui kerja sama dengan StickAngkot, pelaku usaha angkot bisa mendapatkan suntikan dana yang digunakan untuk menekan tarif angkot menjadi Rp4.000 sehingga lebih ramah di kantong para penumpang,” terang Dewi.

Di kota Bogor, StickAngkot akan menggunakan angkot reguler dan angkot modern sekaligus. Untuk angkot reguler, StickAngkot akan membungkus badan angkot dengan stiker mobil. Sedangkan untuk angkot modern StickAngkot akan membungkus badan angkot dan memanfaatkan ruang di dalam angkot, termasuk LCD yang terpasang di dalamnya. Adanya perangkat GPS juga menjadi satu nilai lebih untuk memudahkan pengiklan memantau jalannya kampanye iklan luar ruang.

Application Information Will Show Up Here

Grab Introduces GrabAds, Enabling Brands to Advertise through Drivers

Grab announces new business unit called GrabAds. As its name indicates,
GrabAds will focus on advertising, giving opportunity for brands to
increase engagement through online-to-offline platform. The form consists of
three types; (1) Mobile Billboards, (2) In-Car Engagement, and (3) In-App
Engagement.

First, for Mobile Billboard, the concept is similar to other car advertising many have applied, such as Sticar, Ubiklan, and others. In this model, Indonesia’s GrabAds will be partnered with StickEarn and Karta in attaching ad/sticker contents in driver’s vehicles. StickEarn will focus on four-wheelers, while Karta is for two-wheelers.

The second is In-Car Engagement. Formed as a digital and non-digital content which will be presented through tables or product information on the Grab Car drivers. The concept is to change a car into a mini mobile pop-up store for consumers to learn, test, and buy products on the way. In Indonesia, the implementation will be with Interads as a digital car top platform provider.

Third, there’s In-App Engagement. Ads are displayed in an interactive widget (game, quiz, digital content, etc) in Grab app. Brands can display exclusive promos through the customer’s app. This feature has been launched in the app since November. With the newsfeed approach, the information is expected to be more relevant.

“Along with the increasing connection between online and offline segment, various brands are now focused on delivering an integrated experience. GrabAds will help brands making use of our drivers to reach a broader audience in Southeast Asia. Its objective is to increase awareness and delivering a more personal experience,” Nasheet Islam, Head of GrabAds, explained.

GrabAds also applies Grab’s big data, indulging brands with insights regarding the local market and O2O existence to create a more intense customer service with brands. The right customer segmentation can produce a more personal experience to increase traction in business.

GrabAds is a great way for driver and delivery partners to increase revenue. Grab is committed to consistently helping partners every month via GrabAds while supporting brands to gain exposure with customers,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Cara Memanfaatkan Strategi Omni Channel yang Efektif

Pengalaman konsumen yang seamless merupakan salah satu alasan mengapa kegiatan pemasaran omni channel saat ini sangat relevan dilakukan. Proses omni channel mulai dari penawaran iklan produk, proses pencarian informasi pelanggan di channel online dan offline, dan pada akhirnya keputusan pelanggan tersebut untuk membeli.

Skema online-to-offline (O2O) saat ini sudah banyak diterapkan marketplace, layanan e-commerce, atau startup adtech. Mengetahui dengan benar bagaimana perjalanan konsumen mendapatkan informasi hingga mendapatkan produk yang diinginkan menjadi proses yang penting.

Memahami cara kerja omni channel

Dalam definisinya, omni channel bisa diartikan sebagai proses atau pengalaman pelanggan yang bisa menggunakan lebih dari satu channel penjualan seperti toko fisik, e-commerce/internet, mobile (m-commerce), social commerce, dan lainnya untuk melakukan riset, membeli, mendapatkan, dan mengembalikan atau menukar barang yang dibeli. Kegiatan ini semakin banyak dilakukan saat ini, ketika penetrasi internet dan smartphone makin meningkat, ditambah dengan maraknya layanan e-commerce yang memberikan pilihan tersebut.

Menurut AVP O2O Business Bukalapak Rahmat Danu Andika, pemasaran omni channel yang efektif harus bisa memahami perilaku sosial konsumen dan menjawab kebutuhan dengan tepat.

“Banyaknya channel yang digunakan tidak serta merta membuat strategi omni channel efektif. Justru sebaliknya ketika kemudahan seringkali menjadi kunci sukses walaupun channel yang digunakan terbatas.”

Menciptakan pengalaman pelanggan secara efektif dan konsisten menjadi lebih penting dibandingkan memberikan banyak pilihan kepada pelanggan. Proses yang seamless sejak awal hingga transaksi harus selalu diperhatikan.

“Yang tidak kalah penting adalah bagaimana integrasi tersebut juga dibarengi dengan proses yang sangat mulus (seamless). Alih-alih terintegrasi namun justru menjadikannya lebih rumit,” kata Rahmat.

Hal senada diungkapkan CEO & Co-Founder SociaBuzz Rade Tampubolon. Ia menyebutkan, perlu diciptakan integrated & seamless customer experience. Oleh karena itu yang paling penting adalah pemahaman mendalam tentang target konsumen terlebih dahulu. Seperti apa perilaku mereka, ekspektasi dan lainnya. Lalu setelah itu bangun strategi pemasaran yang integrated di atas fondasi pemahaman konsumen tersebut.

Omni channel bukan berarti kita harus menggunakan semua channel pemasaran. Namun menggunakan channel yang relevan dengan consumer journey. Experience yang didapat konsumen harus sama, mulai dari looks, feels, tonality, promises, convenience,” kata Rade.

Rade menambahkan, jika bisnis tersebut mengalami keterbatasan sumber daya, tidak wajib menjalankan semua. Fokus satu channel saja namun dengan eksekusi yang tepat.

“Seperti misalnya banyak online shop saat ini yang fokus hanya menggunakan endorsement dari artis dan selebgram saja, tidak menggunakan channel lain, omsetnya bisa luar biasa. Understanding the customer is key, dan kedua fokus tapi all out.”

Di sisi lain, kunci pemasaran omni channel yang ideal adalah aksesibilitas. Hal tersebut, menurut CEO Pomona Benz Budiman, mengharuskan platform omni channel agar lebih kreatif untuk terus mengembangkan entry point dan berada di mana konsumen berada.

“Seperti saat ini, Pomona membuka akses untuk dapat diakses dari aplikasi, mobile browser, dan desktop browser. Jadi para konsumen yang ingin mendapatkan cashback tidak lagi harus memiliki aplikasi. Bisa juga diakses dari mobile browser langsung.”

Skema online to offline yang ideal

Meskipun saat ini sisi online mendominasi kegiatan pemasaran, penjualan, dan pembayaran namun pada akhirnya sisi online tidak akan menggantikan offline. Semua kegiatan pemasaran akan memberikan hasil yang baik jika bisa menggabungkan kemudahan yang ditawarkan secara online dengan proses direct yang ditawarkan secara offline. Penggabungan ini juga dikenal dengan istilah webrooming (online) dan showrooming (offline).

Menurut Marketeers, kedua skenario tersebut merupakan skenario pembelian di era digital pada umumnya. Keduanya menandakan bahwa customer path di era sekarang tidak lepas dari kanal offline dan online konsumen pindah dari satu kanal ke kanal yang lain, baik online maupun offline.

Online to offline akan memadukan pengalaman belanja offline dengan kemudahan yang dihadirkan teknologi. Sehingga, ya, online to offline akan menjadi sangat relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini,” kata Rahmat.

Pemasar sebaiknya tidak terlalu fokus ke berbagai channel yang harus ditawarkan kepada pelanggan. Lakukan pendekatan dengan cara yang berbeda dan mengedepankan demand dari konsumen.

“Skema O2O menjadi sangat relevan ketika konsumen sudah melihat [produk di toko offline], sudah mengetahui produknya seperti apa, bahannya seperti apa, namun belum ada keputusan membeli. Konsumen bisa melakukan pembelian melalui [segmen] online jika enggan kembali ke toko,” kata Head of Business Alfacart Viendra Primadia.

“Sebagai pemasar, kategori channel (offline/online) menurut saya tidak perlu menjadi fokus utama. Mata kita harus tetap tertuju ke konsumen, bukan ke channel. Karena kalau fokus ke channel, dan bukan ke konsumen, kita bisa kehilangan arah,” kata Rade.

Rade melanjutkan, channel pasti akan terus mengalami perubahan. Lakukan terus pendekatan kepada konsumen, cari tahu seperti apa perilaku dan ekspektasi mereka. Apakah mengalami perubahan, channel apa yang mereka suka, kemudian sesuaikan strategi pemasaran.

Cara tepat mengukur pemasaran omni channel

Tidak dapat dipungkiri salah satu kunci kesuksesan kegiatan pemasaran adalah dengan menerapkan strategi omni channel. Namun demikian cara untuk mengukur hasil tersebut harus disesuaikan dengan tujuan kegiatan pemasaran yang dilakukan, apakah untuk meningkatkan penjualan, brand awareness, akuisisi pengguna, dan lainnya.

“Selama masing-masing bisnis sudah menentukan north star metric mereka, hal selanjutnya yang bisa dilakukan, tinggal diukur pemasaran apa yang efektif untuk meningkatkan metric tersebut,” kata Rade.

Dalam hal ini, menurut Benz, measurability dan accessibility menjadi ukuran kesuksesan yang memungkinkan pemasaran apapun yang dilakukan jadi lebih terukur dan bisa dikorelasikan dengan ROI masing-masing perusahaan. Jika tahapannya masih membangun brand, awareness adalah metric yang diusahakan.

“Aksesibilitas juga menjadi konsentrasi utama strategi pemasaran omni channel. Semakin kita mempermudah konsumen untuk mengakses dan memakai produk kita, disanalah definisi sesungguhnya dari teknologi omni channel yang mempermudah hidup manusia.”

Sementara itu, menurut Rahmat, ketika kegiatan pemasaran sudah banyak diadopsi masyarakat, hal tersebut juga bisa menjadi pengukur kesuksesan kegiatan pemasaran memanfaatkan omni channel.

“Secara sederhana pertumbuhan transaksi yang terdigitalisasi Itu menunjukkan kemudahan yang dihadirkan pemasaran omni channel telah diadopsi lebih banyak masyarakat yang merasakan kemudahan dan pengalaman yang baik,” kata Rahmat.

Hal senada juga diungkapkan Viendra yang menyebutkan kesuksesan bisa dilihat dari kepuasan konsumen dalam memperoleh experience yang sama baik online maupun offline dan sebagai bisnis tentunya hal tersebut tercermin dengan peningkatan volume penjualan,

“Dengan omni channel, yang tidak terpenuhi di offline bisa dilakukan melalui online, begitupun sebaliknya. Hal tersebut mampu untuk mengurangi tingkat pembatalan pemesanan,” tutup Viendra.

Pomona Kini Jadi Layanan Adtech, Fokus Sasar Industri FMCG

Sempat fokus menjadi layanan loyalitas yang membantu toko ritel offline, Pomona resmi mengubah model bisnis mereka menjadi advertising technology (adtech) fokus pada sales conversion yang turut berperan dalam membantu memajukan dan mengembangkan industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia melalui inovasi teknologi.

CEO Pomona Benz Budiman mengungkapkan, keputusan ini sengaja diambil setelah melihat besarnya peluang dan demand dari industri FMCG untuk meningkatkan penjualan dan menjalin relasi dengan konsumen. Jika dulu Pomona menawarkan teknologi scan QR Code dan rewards, kini fitur tersebut tidak lagi tersedia. Mereka kini menghadirkan teknologi baru memanfaatkan teknologi Optical Character Recognition (OCR) dan Machine Learning serta mengimplementasikan Sales Call-to-Action tool pada platform omni-channel Pomona.

“Akhir tahun 2017 lalu kita mulai mengembangkan teknologi baru kemudian awal tahun 2018 mulai kita implementasikan, dua bulan lalu soft launching dan baru hari ini kita resmikan model bisnis baru Pomona,” kata Benz.

Teknologi OCR sendiri merupakan teknologi yang mengotomatisasi proses pembacaan struk menjadi lebih cepat, sedangkan machine learning dapat membantu menganalisa dan memverifikasi keakuratan dari data tersebut.

“Kedua teknologi ini adalah teknologi yang diimplementasikan dalam platform omni-channel Pomona. Omni-channel sendiri merupakan konsep yang diusung Pomona yang menitikberatkan pada pengalaman konsumen dalam berbelanja menggunakan berbagai saluran yang terintegrasi dan dapat memberikan kemudahan serta pengalaman bagi konsumen kapan dan dimanapun,” tambah Benz.

Pomona mengembangkan sendiri teknologi tersebut secara in-house. Memanfaatkan feedback dari mitra brand yang kebanyakan adalah FMCG, misi dari Pomona saat ini adalah ingin membantu brand meningkatkan penjualan.

Pemberian cashback untuk pengguna

Di samping manfaat yang Pomona tawarkan kepada para pelaku industri FMCG, Pomona juga hadir dengan membawa manfaat bagi para konsumen melalui cashback. Cashback bisa didapatkan dari setiap aktivitas belanja yang dilakukan. Hanya dengan mengunggah struk pembelian dari produk yang dibeli di berbagai ritel yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti Indomaret, Alfamart, Giant, Hypermart, Hero, Lawson, Lottemart, Circle K, Guardian, Watson, Century. Pomona mencatat hingga kini lebih dari 200 ribu orang telah menggunakan Pomona.

Konsumen bisa mendapatkan keuntungan berupa cashback mulai dari 20% dari harga produk  dan juga dapat diakumulasi dengan promosi lain yang sedang berlangsung,

“Selain cashback dapat dicairkan dengan melakukan transfer ke semua bank, cashback juga bisa ditukarkan dengan pembelian pulsa, langsung dari aplikasi atau mobile browser Pomona,” kata Benz.

Setiap transaksi yang dilakukan dan verifikasi menggunakan platform, Pomona mendapatkan komisi dari mitra brand FMCG dengan jumlah yang berbeda. Cashback untuk setiap produk diberikan langsung dari mitra FMCG, bukan Pomona. Sementara itu data yang dikumpulkan oleh Pomona, bisa dimanfaatkan oleh perusahaan riset pihak ketiga atau mitra FMCG yang ingin melihat consumer behavior.

“Kita sengaja tidak menjual data yang kita miliki, hal tersebut yang membedakan kami dengan layanan lainnya. Semua data dalam bentuk anonymous bisa didapatkan oleh mitra FMCG, namun selebihnya kita berikan kepada mitra third party research company,” kata Benz.

Dengan cara ini Pomona mengklaim bisa membantu pihak FMCG yang saat ini masih kesulitan untuk melakukan engagement dan meningkatkan penjualan. Perusahaan FMCG yang bergabung menjadi mitra Pomona di antaranya adalah Japfa, Sosro, Unilever, Mayora, Wings, dan Nestle.

Kantongi pendanaan Seri A

Awal tahun 2018 ini Pomona menyebutkan telah mendapatkan pendanaan Seri A. Namun demikian Benz enggan menyebutkan siapa investor yang terlibat dalam putaran kali ini dan berapa nilai investasi yang diberikan. Dari dana segar ini, Pomona berencana untuk mengembangkan teknologi, menambah talenta dan melakukan akuisisi pengguna.

Sebelumnya Pomona telah mendapatkan pendanaan awal, dengan jumlah tak disebutkan, dari Frontier Capital, Prasetia Dwidharma, dan sejumlah angel investor strategis.

“Untuk saat ini kita fokus kepada FMCG. Kita percaya FMCG memiliki potensi yang cerah saat ini dan ke depannya,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here