Akulaku Gandeng Alipay+ untuk Memperluas Layanan PayLater

Akulaku mengumumkan kemitraan bersama Alipay+ untuk memperluas penggunaan produk Paylater. Lewat kemitraan ini, konsumen dapat bertransaksi dengan metode pembayaran Akulaku Paylater di berbagai merchant global milik Alipay+.

Dalam keterangan resminya, kerja sama ini diharapkan dapat membuka akses layanan keuangan digital bagi segmen konsumen yang punya keterbatasan riwayat kredit maupun yang kurang terlayani oleh layanan keuangan formal. Adapun, kemitraan ini disebut sebagai produk kerja sama Buy Now Pay Later (BNPL) pertama bagi Alipay+ di Asia Tenggara.

“Secara konsisten, Akulaku PayLater terus mengekspansi penetrasi layanan melalui kerja sama strategis bersama platform dengan cakupan jaringan merchant luas. Kami harap metode pembayaran dalam Alipay+ dapat menambah use case solusi keuangan digital. Kemitraan ini merupakan komitmen kami menciptakan lanskap keuangan yang lebih maju dan nyaman bagi pengguna,” ungkap Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga.

Akulaku PayLater rata-rata mengantongi 8,6 juta transaksi per bulan dengan basis pengguna terbesar di Indonesia. Saat ini BNPL Akulaku telah terhubung ke berbagai jaringan merchant terkemuka, termasuk Shopee, Bukalapak, Tiket.com, hingga Alfamart. Pihaknya tengah melakukan penjajakan untuk memperluas cakupan transaksi di berbagai merchant Alipay+.

General Manager Global Partnerships Alipay+ Cheng Guoming menilai BNPL telah menjadi bagian penting dari ekosistem pembayaran digital. Maka itu, pihaknya antusias melalui kerja sama ini sehingga masyarakat Indonesia dan pasar potensial lainnya dapat menikmati layanan pembayaran lintas batas yang lancar dan nyaman.

Sebagai informasi, Alipay+ pertama kali meluncur pada 2020 yang memungkinkan pelaku bisnis global, terutama di segmen UKM untuk menerima metode pembayaran digital dari berbagai negara dan menjangkau ratusan juta konsumen regional dan global. Saat ini, Alipay+ telah terhubung ke satu juta merchant offline di Eropa dan Asia, termasuk platform global, seperti Apple, Google, Agoda, dan TikTok.

Alipay berupaya masuk ke Indonesia

Perjalanan Alipay untuk masuk ke Indonesia cukup berliku. Namun, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) memang telah berupaya mendorong Alipay dan WeChat Pay sejak 2018 untuk bermitra dengan bank lokal agar dapat beroeperasi di sini. 

Hal ini demikian mengingat WeChat dan Alipay merupakan dua layanan pembayaran digital yang banyak digunakan di Tiongkok. Otomatis ini menjadi potensi besar mengingat banyak turis asal Tiongkok yang familiar terhadap platform tersebut.

Untuk masuk ke Indonesia, Alipay diketahui telah beberapa kali menjajaki potensi kerja sama dengan sejumlah bank. Dalam catatan DailySocial.id, pengajuan izin kerja sama ini telah dilakukan di antaranya dengan Bank CIMB Niaga, Bank Mandiri, dan BCA.

Dalam hal ini, bank setempat akan menjadi fasilitas (acquiring), bukan penyelenggara fasilitas (issuing). Misalnya, BCA akan menyediakan mesin EDC di merchant yang dikunjungi turis asal Tiongkok, seperti kawasan wisata.

Sebelum pandemi Covid-19, jumlah turis asal Tiongkok di sepanjang 2019 dilaporkan mencapai 2 juta orang, turun 3,1% dibandingkan 2018 yang sekitar 2,1 juta orang.

Pasar paylater

PayLater menjadi salah satu inovasi untuk memperluas akses keuangan di Indonesia. Apalagi, penetrasi kartu kredit di Tanah Air hanya berkisar 6% dari total populasi. Selain Akulaku, beberapa platform paylater yang juga berebut di pasar Indonesia di antaranya adalah Kredivo, Home Credit, Gopaylater, hingga Atome.

Kredivo yang merupakan startup unicorn di bidang paylater pertama di Indonesia, menjadi salah satu pesaing kuat karena memiliki ratusan jaringan merchant online dan offline, termasuk marketplace besar, seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan Lazada.

Pendekatan pasar platform “paylater” di Indonesia / DSInnovate

Berdasarkan laporan DSInnovate tentang “Indonesia Paylater Ecosystem Report 2021“, paylater (72,5%) berada di posisi kedua dari total produk fintech yang paling banyak dipakai di Indonesia. Di urutan pertama adalah digital money (82,2%) dan investasi (57,3%). Adapun, pasar paylater diproyeksi mencapai Gross Merchandise Value (GMV) dari $889,7 juta di 2020 menjadi $8,5 miliar di 2028.

Application Information Will Show Up Here

Peluang OneAset sebagai Platform Investasi Satu Pintu Besutan Grup Akulaku

Akulaku Group resmi memperkenalkan layanan wealthtech terbaru “OneAset”, superapp khusus investasi. Aplikasi ini sejatinya mulai hadir sejak Februari 2022 untuk versi Android dan dilanjutkan versi iOS sebulan setelahnya. Ambisi yang ingin dicapai dari OneAset adalah memudahkan orang Indonesia untuk berinvestasi di satu tempat. Juga sebagai tempat edukasi literasi keuangan, manajemen keuangan, dan komunitas investasi.

Presiden Direktur OneAset Breggy Anderson mengatakan, ada berbagai macam aplikasi investasi di Indonesia saat ini, namun dari pengamatannya, masih banyak aplikasi yang hanya berfokus pada penjualan produk dan lebih menyasar pengguna yang sudah berpengalaman di dunia investasi.

“Di OneAset, kami ingin memenuhi kebutuhan investasi bagi kaum generasi muda dengan tampilan aplikasi yang bersahabat dan fun. Oleh karena itu, OneAset memberikan fitur Komunitas di mana para pengguna dan influencer keuangan bisa saling berinteraksi dan berbagi ilmu [..],” terang dia.

Melihat dari struktur manajemen di OneAset, diisi oleh orang-orang yang punya latar belakang kuat di dunia finansial. Breggy sebelumnya menjabat sebagai AVP of Investment Banking RHB Sekuritas and Vice President of Business Development Asetku. Berikutnya, terdapat Lisa Leonard yang menduduki posisi sebagai Business Solution Associate di KPMG Australia dan Assistant CEO di Asetku.

Di level komisaris, terdapat nama Masa Paskalis Lingga dengan pengalaman lama melintang di dunia perbankan dan fintech selama lebih dari 33 tahun. Posisi terakhir Masa sebelum bergabung di OneAset adalah Deputy CEO UangTeman dan Senior Advisor Financial Institution LinkAja. Lalu ada Gordon Wu yang sebelumnya menjabat sebagai CFO Asetku, bagian dari Akulaku Group.

Suguhkan produk asuransi, emas, dan NFT

Kini OneAsset telah melengkapi dirinya dengan kelas portofolio asuransi, emas, dan NFT. Dalam menyediakan produk tersebut, perusahaan bermitra dengan berbagai perusahaan berlisensi. Untuk asuransi, didukung oleh perusahaan broker PT Sinergi Adi Utama. Adapun kelas investasi emas, didukung oleh PT Indogold Solusi Gadai.

Breggy mengklaim, sejak produk investasi emas dirilis pertama kali, telah diperjual-belikan oleh lebih dari 500 ribu pengguna. Sementara untuk asuransi, tersedia produk mulai dari asuransi jiwa, kesehatan, kecelakaan, hingga asuransi unit link. Disebutkan ada lebih dari 150 ribu polis terjual dalam tiga bulan sejak diluncurkan, memberikan perlindungan pribadi kepada pengguna lebih dari Rp560 miliar.

“Pembeli juga bisa langsung berkomunikasi dan bertanya seputar pendaftaran asuransi online, penjaminan yang cerdas, pertanyaan polis dan edukasi yang bertujuan untuk menghadirkan penambahan nilai aset, perlindungan asuransi dan pelayanan kesehatan kepada para pengguna aplikasi.”

Adapun untuk NFT, OneAset mengambil model bisnis marketplace yang memungkinkan semua kreator melakukan minting ke dalam platform. Untuk transaksinya menggunakan fiat, dengan top up saldo melalui OneWallet. Sejumlah kreator disebutkan telah bergabung, salah satunya Edo Huang.

“Bersamaan dengan peluncuran NFT karya para pengguna OneAset, kami juga berpartisipasi meluncurkan karya NFT sendiri menggunakan maskot bernama Ruci. Ruci sendiri dihadirkan dengan tema-tema yang beragam dan terkini.”

Dalam penelusuran DailySocial.id, OneAset NFT memanfaatkan jaringan blockchain yang dikembangkan induknya, yakni Binance Smart Chain (BSC). Seperti diketahui, teknologi BSC menyediakan kemudahan dalam membuat smart contract dan aplikasi terdesentralisasi secara terstruktur.

Selain itu, setiap NFT terjual, seperti kebanyakan platform NFT Marketplace lainnya, kreator akan mendapat imbalan atas karya digitalnya. Kreator dibayar setiap kali karya NFT-nya ditransfer dari satu dompet ke dompet lainnya. Mereka dapat mengantongi hingga 10% royalti.

Ambil contoh, jika kreator menetapkan harga jual Rp1 juta dan royalti sebesar 10%. maka kreator akan menerima Rp1,095 juta dari penjualan, ditambah 1,5% biaya transaksi dan biaya listing Rp10 ribu.

Tantangan OneAset

Tampak dari luar, penawaran yang disajikan OneAset punya misi yang mulia, tak hanya permudah orang mengakses produk investasi dalam satu pintu, juga tak kalah penting adalah komunitas. Mengutip dari data OJK, saat ini terdapat 8,62 juta investor pasar modal di Indonesia. Angka tersebut naik 15,11% dari 28 April 2022.

Dari keseluruhan investor, didominasi oleh generasi usia kurang dari 30 tahun yang porsinya mencapai 60,29%. Kendati demikian, nilai aset dari kelompok usia ini tergolong rendah dibandingkan kelompok usia lainnya dengan total nilai Rp52,18 triliun. Sementara, nilai aset tertinggi berada pada kelompok jumlah investor paling sedikit, yaitu usia 60 tahun ke atas dengan nilai aset mencapai Rp566,04 triliun.

Kondisi ini mencerminkan bahwa kelompok usia termuda ini perlu dibimbing dalam perjalanan investasinya. Membuktikan adanya efek domino dari meningkatnya jumlah investor baru selama pandemi, yakni kebutuhan meng-upgrade diri dalam mengakses konten-konten finansial.

Sumber informasi tersebut dapat diperoleh dengan cara gratis dan juga berbayar. Akan tetapi, perjuangan untuk memperolehnya terpencar di berbagai sumber. Siapa sangka ternyata pengalaman berinvestasi itu ternyata sesunyi ini, terutama bagi investor pemula. Di sinilah fungsi komunitas dibutuhkan. Strategi ini sekaligus jadi bentuk antisipasi para pemain untuk retensi pengguna.

Berbagai platform investasi mulai membentuk komunitas, seperti Ajaib, Bareksa, Pluang, yang memanfaatkan kanal komunikasi, misalnya Telegram dan merangkul berbagai influencer finansial kenamaan.

Mengutip dari survei yang dilakukan Tokenomy dan Indodax di 2021, ditemukan bahwa kehadiran komunitas yang berisi kelompok investor tertentu penting karena membantu mereka memahami kelancaran teknis. Sebab, nantinya dapat membentuk cara mereka mengambil keputusan investasi dan membantu adopsi teknologi baru di masa depan.

Dalam survei juga ditemukan bahwa satu dari tiap tiga responden menyatakan tidak terbiasa dengan konsep di balik blockchain. Secara rata-rata para investor Indonesia adalah bagian dari satu hingga tiga komunitas online yang berbeda (Telegram, grup Facebook) — komunitas ini digunakan untuk kampanye pemasaran terpadu dan tujuan pendidikan.

Dari sisi kepatuhan regulasi, tampaknya OneAset juga perlu berhati-hati dalam memasarkan produknya. Lantaran, OJK telah menerbitkan surat larangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan terhadap produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas saham, reksa dana, obligasi, sukuk, exchange trade fund (ETF), derivatif, securities crowdfunding, peer to peer lending. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti, seperti perdagangan berjangka (trading valuta asing), kripto, dan emas.

Dibantu dengan anak-anak usaha Akulaku Group yang bergerak di dunia finansial, OneAset masih punya jalan panjang. Misalnya, terintegrasi dengan Asetku dan Bank Neo Commerce.

Application Information Will Show Up Here

Cara Memproses Pesanan di Akulaku

Akulaku menjadi pilihan banyak orang untuk menjual barang mereka, untuk menggaet lebih banyak pembeli dengan sedikit pesaing. Penjual di Akulaku memang tidak sebanyak marketplace sejenis lain, sehingga branding yang dilakukan tidak perlu terlalu keras untuk menjadikan produk berada di halaman atas.

Bagi penjual, sangat penting untuk mengetahui bagaimana caranya menerima dan memproses pesanan yang ada dari pembeli. Karena hal tersebut adalah hal paling esensial dalam proses sebuah bisnis online. Dailysocial akan menjelaskan bagaimana cara menerima dan memproses pesanan yang dilakukan di Akulaku.

Cara Menerima Pesanan

Dalam sistem terbarunya Akulaku, anda tidak perlu repot untuk urusan menerima pesanan. Karena sistem Akulaku akan langsung menghubungi anda jika ada pesanan yang dilakukan oleh pembeli. Sehingga tidak akan ada pesanan tertunda yang diterima oleh Anda sebagai merchant. Anda cukup memproses pesanan yang masuk ke toko anda.

Cara Memproses Pesanan

  • Klik menu pesanan yang berada di posisi tiga dari atas
  • Pilih nomor pesanan yang akan diproses
  • Klik kirim barang
  • Input jasa pengiriman dan no resi, ada dua metode yang disediakan oleh Akulaku

a) Pengiriman sendiri

Pengiriman sendiri di sini maksudnya adalah anda harus secara manual mengirimkan paket kepada perusahaan logistik setempat untuk mendapatkan nomor resi dan harus anda input secara manual ke sistem vendor Akulaku.

b) Lewat Akulaku

Anda tidak perlu menginput resi untuk pengiriman dengan menggunakan fitur ini, karena sistem akan otomatis memberitahu perusahaan kurir yang dipilih untuk mendapatkan no resi pengiriman yang sesuai, anda hanya perlu memilih perusahaan logistic mana yang akan dipilih untuk mengirimkan pesanan.

Merchant Akulaku Wajib Tahu: Cara Menarik Uang di Akulaku

Akulaku sebagai salah satu marketplace yang menjadi salah satu alternatif banyak orang untuk berjualan online. Akulaku ini bisa menjangkau lebih banyak online, karena di Akulaku ini semua produk bisa menggunakan sistem kredit yang disediakan langsung oleh Akulaku. Sehingga banyak orang yang memilih untuk membeli barang impiannya di Akulaku, karena dianggap lebih ringan dengan sistem angsuran.

Sebagai seorang seller atau penjual, berjualan di Akulaku memiliki potensi yang besar. Seperti pada platform lainnya, uang yang diberikan oleh konsumen akan ditahan terlebih dahulu oleh platform hingga konsumen menerima barangnya tanpa kurang satu apapun. Setelah konsumen menerima barangnya dengan aman anda bisa mengambil saldo penjualan Anda di Akulaku. Begini cara menarik saldo sebagai penjual di Platform Akulaku.

  • Klik Management Keuangan

Fitur ini bisa anda temukan di sisi kiri nomor ke tujuh dari atas, di bawah Pusat Ketentuan Merchant dan di atas menu store.

  • Hubungkan Rekening Bank

Hal ini dilakukan untuk anda yang baru akan menarik uang hasil penjualan barang Anda di Akulaku. Jika sudah pernah menghubungkan rekening bank ke akun Akulaku, Anda tidak perlu melakukannya lagi.

Sebelum menghubungkan akun rekening bank dengan akun Akulaku, akan ada verifikasi dengan mengirim kode OTP ke nomor yang didaftarkan di Akulaku. Kemudian Anda bisa memilih bank, nomor rekening, dan nama pemilik rekening.

  • Klik Tarik Tunai

Bagi anda yang sudah menghubungkan rekening bank dengan akun Akulaku Anda bisa langsung mengklik tarik tunai pada menu management keuangan.

  • Masukan Nominal dan Klik Konfirmasi

Anda akan diarahkan untuk mengisi nominal yang akan anda cairkan, anda bisa mencarikan seluruh saldo anda atau sebagian saja. Setelah nominal benar dan tidak melebihi saldo yang ada, anda tinggal klik tombol konfirmasi.

Panduan Jadi Merchant Akulaku, Mudah dan Semua Bisa Join

Akulaku adalah platform yang menyediakan kredit online bagi masyarakat. Layanan ini sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, karena dinilai memudahkan untuk membeli barang-barang impian.

Di Akulaku juga merupakan marketplace, di mana anda bisa membeli dan menjual barang secara kredit. Bagi anda yang tertarik menjual barang di Akulaku ini adalah cara menjadi merchant di Akulaku.

Buka link Seller Akulaku

Link tersebut akan langsung mengarahkan anda ke pendaftaran merchant untuk wilayah Indonesia.

Pilih Jenis Usaha Sesuai dengan Usaha Yang Akan Anda Jalankan

 

Jenis usaha ini disesuaikan dengan dokumen usaha yang anda miliki. Untuk anda yang akan baru memulai usaha, anda masih bisa menjadi merchant di Akulaku. Anda bisa memilih merchant perorangan lokal, yang hanya membutuhkan KTP saja.

Lengkapi Data Pendaftaran yang Diminta

Data yang minta berupa nama lengkap, nomor handphone, kode verifikasi, email, dan kata sandi. Anda juga diminta membaca dan menyetujui perjanjian Merchant platform yang diberikan oleh pihak Akulaku. Jika sudah selesai anda bisa klik daftar.

Lengkapi Semua Data Terkait Penjualan

Setelah akun anda berhasil dibuat, anda harus melengkapi data penjualan, yang terdiri dari lima jenis informasi, yaitu sebagai berikut.

Informasi Dasar

Dalam informasi dasar ini anda akan diminta untuk mengisi nama toko yang akan anda jalankan di Akulaku, kategori produk toko, wilayah penjualan toko, dan logo toko.

Informasi Penerimaan/Pengiriman Produk

Dalam bar informasi ini anda akan diminta untuk mengisi alamat gudang atau alamat pengirim, yang bisa anda isi dengan alamat rumah atau alamat supplier. Selain itu anda juga akan diminta alamat pengiriman, alamat ini adalah untuk pengembalian barang untuk retur yang diajukan oleh pembeli jika barang yang diterima tidak sesuai.

Informasi Identitas

Anda akan diminta untuk mengisi dokumen identitas anda dalam bar informasi ini, sebaiknya anda menyiapkan terlebih dahulu foto KTP, dan foto selfie anda dengan KTP. Anda juga akan diminta untk mengisi nama sesuai dengan dokumen identitas, tanggal lahir, dan nomor identitas.

NPWP/SIUP

 

Informasi ini tidak wajib diisi sehingga untuk anda yang masih dalam proses pembuatan dokumennya atau bahkan belum berencana membuat tetap bisa menjadi merchant Akulaku.

Informasi Platform Lainnya

Informasi ini diisi khusus bagi Anda yang sudah memiliki toko online di platform lain seperi Shopee, Tokopedia, Lazada, dll. Anda dapat mengisi akun platform lain itu di bagian informasi ini.

Cara menjadi Merchant di Akulaku cukup mudah bukan? Silakan dicoba untuk Anda yang tertarik berjualan secara online di platform Akulaku.

Perluas Channel Pemasaran Online dengan Berjualan di Akulaku

Akulaku pelan-pelan menjelma menjadi salah satu marketplace yang besar dengan memungkinkan semua pembelinya melakukan pembelian dengan cara kredit. Saingan online shop di marketplace ini pun lebih sedikit jika dibandingakan dengan marketplace yang sering digunakan.

Namun, jangan salah, pembeli di platform ini pun tidak kalah banyak terutama untuk orang yang memilih melakukan kredit setiap membeli barang. Makan untuk anda yang berencana membuka toko online Akulaku bisa menjadi pilihan. Begini cara berjualan di platform Akulaku.

Cara Upload Produk

Ketika Anda akan upload produk, harus dipastikan dulu bahwa semua informasi wajib sudah anda diisi. Karena kekurangan informasi bisa menyebabkan Anda tidak bisa mengunggah produk anda. Cara upload produk adalah sebagai berikut.

  • Klik pengaturan produk.
  • Klik daftar produk.
  • Klik tambahkan produk.

  • Isi judul produk (maksimal 120 karakter)
  • Pilih Kategori produk yang akan anda jual hingga level terakhir atau paling spesifik.
  • Klik tombol selanjutnya, dan terbitkan produk.

  • Isi semua informasi mengenai produk yang diminta, mulai dari informasi dasar, informasi penjualan, gambar dan kalimat deskripsi, hingga informasi pengiriman.
  • Pastikan semua data wajib sudah terisi dengan benar sesuai dengan kondisi produk yang akan dijual.
  • Klik kirim dan terbitkan.

Cara Desain Homepage di Akulaku

Platform Akulaku menyediakan fitur yang memungkinkan penjual atau merchant memiliki ciri khas tersendiri dengan fitur dekorasi homepage. Berikut adalah cara mendesain homepage di Akulaku.

  • Klik store di tampilan awal website seller/vendor Akulaku.
  • Klik dekorasi toko.

  • Klik buat beranda.
  • Masukkan nama halaman baru Anda, nama halaman tidak akan terlihat oleh pembeli.

  • – Klik tanda pensil untuk mengedit halaman

  • Atur setiap bagian homepage, homepage terdiri dari empat bagian yaitu a) logo, background, dan nama merchant, b) gambar slider, c) kategori, d) banner gabungan, d) slot produk.
  • Jika semua sudah dirasa cocok maka anda bisa mengklik tombol simpan.

Bank Neo Commerce: Babak Dua Transformasi Merekatkan “User Stickiness” 18 Juta Nasabah

Di tahun pertamanya beroperasi sebagai bank digital, PT Bank Neo Commerce Tbk (IDX: BBYB) telah mencatatkan milestone yang signifikan. Hingga semester I 2022, aplikasi BNC telah diunduh sebanyak 26 juta kali, nasabahnya menembus 18,5 juta dengan Monthly Active User (MAU) sekitar 3 juta.

Pencapaian ini tak lepas–salah satunya–dari strategi gamification di dalam aplikasi untuk memberikan daya tarik dan engagement lebih terhadap konsep ber-digital banking di Indonesia.

Jika tahun lalu Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan bicara top of mind, kali ini ia mengungkap sejumlah poin penting terkait upaya memperkuat fundamental bisnis, pengembangan fitur dan produk secara seamless, dan strateginya meningkatkan user stickiness.

Ceritakan kilas balik transformasi BNC dalam dua tahun terakhir?

Jawab: Pertama kali bergabung pada Maret 2020, saya dihadapkan pada tantangan combo. Covid-19 datang ke Indonesia. Memang pandemi mendorong akselerasi digital. Namun, di awal pandemi, banyak orang menarik dana dari bank kecil karena ingin mencari aman saat krisis terjadi. Sementara, saat itu Bank Yudha Bhakti (BYB) masih bank BUKU I. Kami sempat keliyengan karena likuiditas terbatas.

Namun, tanpa itu, sebetulnya tantangan saya sudah cukup berat. Founder Akulaku William Li meminta saya untuk mentransformasikan Bank Yudha Bhakti (BYB) menjadi bank digital terbesar di Asia dalam tiga tahun. Saat baru berpikir strateginya, datang lagi tantangan kedua, yakni OJK terbitkan aturan terkait modal inti minimum.

Apa yang kami lakukan dalam dua tahun terakhir? Kami fokus pada rencana, kami eksekusi dan deliver. Bagi saya, ideas is important, but what much more important is the execution. Saya turun ke lapangan, terlibat dalam detail, dan make sure eksekusi terjadi. Bagi neobanker (karyawan BNC), they haven’t seen what I see. Sebagai leader, saya harus bawa mereka menuju visi kami.

BYB sebelumnya adalah bank pensiunan. Transformasi kami bukan sekadar lompat, tapi quantum leap. Banyak step, tapi harus cepat. Jadi, mindset penting untuk deliver ke pasar. Perlu juga satu hal yang mengikat agar visi bisa berjalan, yakni culture. Kami ubah culture dari sebelumnnya gaya kerja BYB yang birokratif dan manual. Kami tanamkan nilai-nilai pada Neo Culture.

Selain itu, bagaimana mencari talent tepat di posisi tepat. Terkadang saya menemukan talent bagus, tapi belum ada posisinya. Kami masukkan, buat posisinya, karena ini untuk masa depan.

BNC mencatat milestone signifikan dalam dua tahun. Bagi bank, apakah pencapaian ini terlalu cepat?

J: Tergantung, apakah bank sudah mempersiapkan diri atau belum? Umpamanya begini, ada dua orang bertani di tempat yang jarang turun hujan. Keduanya sama-sama berdoa meminta hujan. Bedanya, petani A menyiapkan tanah, petani B tidak. Di saat hujan turun, siapa yang lebih siap? Nah, kami tidak hanya berharap, kami mempersiapkan diri sejak 2020. Pertumbuhan cepat akan berbahaya apabila tidak dibarengi dengan persiapan selanjutnya.

Tahun lalu, saya pimpin leaders meeting. Saya sampaikan saat itu, “we’ve been blessed with more than 14 million users. Sepertinya mindset kita harus balik ke titik zero. Don’t celebrate victory too early. It’s not there yet!“. Di 2022, we need something new. What are we gonna do? Saya dorong untuk switch ke mindset awal, seolah-olah kami belum punya pengguna. Work hard lagi, jadi tidak terlena. 18 juta pengguna BNC saat ini menjadi fuel kami.

Saya pikir 75% dari visi-misi kami sudah tereksekusi. Tidak terelakkan pasti ada evaluasi, tapi kami perbaiki terus. Nah, 25% ini mencakup apa saja? Saya sempat mendapat pertanyaan dari analis di perusahaan sekuritas terkemuka. Kapan BNC bisa untung? Saya tanya balik, apakah bank bertransformasi [hanya] mengejar profitabilitas?

Misi suci kami adalah menjangkau unbanked dan underserved. That’s why we become digital. Terbukti selama puluhan tahun di sektor bricks and mortar, bank yang mengandalkan kantor cabang tidak berhasil menjangkau unbanked dan underserved. Statistik berbicara. Indonesia negara kepulauan sehingga menggunakan gaya konvensional tidak efektif. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah smendorong pengembangan infrastruktur teknologi.

Kami bukan simply menjadi bank profitable saja. Kalau hanya kejar itu, kami tidak perlu bertransformasi. Lihat laporan keuangan di 2020, kami sudah profit. Mengejar profitabilitas tentu, tapi itu bukan nomor satu.

Apa hipotesis utama BNC mengadopsi model gamified banking?

J: Kami lakukan analisis, sebanyak 86% dari total pengguna kami adalah kaum milenial. Apa yang menarik bagi mereka? Mereka suka something fun, not boring. Dari sini, kami coba coba masuk dengan model gamification. Kalau kami jelaskan produk deposito dengan bunga 8%, respons mereka mungkin sebatas tertarik saja. Tapi ya sudah berhenti sampai di situ.

Kami pakai gamification untuk memperkenalkan produk-produk kami. Kami arahkan mereka menjajal fitur dengan melakukan sejumlah task. Misalnya, undang teman dapat koin. Jadi, lebih fun tanpa harus menggurui mereka. Alhasil, produk kami mulai dikenal, jumlah pengguna kami tumbuh, layanan deposito maupun saving naik. Kami juga create Neo World dan Neo Business di mana pengguna BNC bisa saling berinteraksi dan mempromosikan bisnis mereka. Kami coba connecting people.

Mengenai benchmark, kami terinspirasi dengan model gamification [bank] di Tiongkok. Banyak pengalaman atau user experience yang kami adopsi dan kemas sesuai dengan kultur Indonesia. Misal, Neo Angpau yang dikemas agar cocok dengan nuansa Lebaran.

Apa strategi Anda selanjutnya dengan milestone ini?

J: Seiring dengan bertumbuhnya pasar, bank digital atau bank yang punya digital arm dan digital channel akan menjadi pilihan. Kami memilih fokus pada milestone karena kami harus memberikan sesuatu yang fundamental, kembali pada basis pengguna kami.

Sejauh ini kami sudah meluncurkan produk Neo Loan, Neo Emas, dan Remittance. Untuk menghadirkan layanan remitansi, bank harus menjadi bank devisa. Kami pikir bagaimana close gap mengingat persyaratan menjadi bank devisa butuh waktu paling tidak 1,5 tahun-2 tahun. Kami pun bekerja sama dengan DigiAsia.

Kemudian, kami sedang menyiapkan fitur cash withdrawal tanpa kartu atau cardless. Kalau pakai kartu, kurang pas dengan spirit digitalisasi. Pengguna bisa tarik tunai di convenience store, seperti Indomaret atau Alfamart, dan ATM. Kami coba menyederhanakan caranya sehingga pengguna bisa tarik uang di mana dan kapan saja. Sekarang masih tahap pengembangan dan menunggu approval.

Kami akan terus menciptakan seamless experience. BNC termasuk bank digital yang sudah sepenuhnya e-KYC dan menggunakan biometric. Pembukaan rekening kami tidak pakai video call. Kami juga akan perluas kolaborasi menjadi open ecosystem. Mungkin ada bank digital yang hanya fokus pada ekosistem yang dimiliki grup. Kami terbuka dengan ekosistem lain. Kami percaya bahwa kunci digitalisasi untuk maju adalah kolaborasi, bukan berkompetisi.

Bagaimana Anda meningkatkan user stickiness pengguna dan MAU?

J: Kami memetakan user kami ke dalam empat kluster antara lain (1) kluster pengguna yang hobi mengumpulkan koin referral, (2) kluster pengguna produk tabungan dan deposito, (3) kluster pengguna transaksional, suka top up dan lakukan pembayaran, (4) kluster pengguna lending, dan (5) kluster investasi.

Demi meningkatkan user stickiness, kami meyakini kluster 3, 4, dan 5 akan menjadi motor penggerak BNC. Untuk kluster 3, kami sedang menyiapkan fitur QRIS yang akan meluncur sebentar lagi. Kluster ini akan menaikkan utilisasi pengguna sehingga semakin engage dengan aplikasi BNC. Pada kluster 4, kami akan menambah opsi investasi lain, seperti reksa dana, yang ditarget meluncur pada kuartal III 2022.

Saat ini, Neo Loan baru untuk segmen retail. Namun, kami berencana masuk ke UMKM juga. Di luar Neo Loan, kami sebetulnya sudah masuk ke UMKM lewat skema channeling dan approach langsung. Ini alasan kami menampilkan Neo Business untuk menghubungkan pengguna dengan pelaku usaha. Ekosistem kami masih clean, kami punya data untuk approach user yang tepat.

Sebetulnya teknologi kami sudah siap, tapi harus tunggu approval OJK untuk beberapa produk. Dengan strategi ini, kami targetkan jumlah pengguna BNC dapat mencapai 28-30 juta tahun ini.

Ada rencana penambahan modal tahun ini?

J: Saya harus luruskan terkait pemberitaan di media yang menyebut kami mencari investor baru. Lebih tepatnya, banyak investor approach yang tertarik dengan performance kami, baik investor dalam maupun luar negeri. Namun, ini masih undisclosed.

Begini, Indonesia merupakan pangsa pasar menarik dengan pertumbuhan digital paling pesat di Asia Tenggara. Ketika pandemi, tanpa sadar [perilaku] kita menjadi lebih digital. Ini yang membuat investor tertarik. Makanya jangan kaget apabila ada yang beli bank atau berinvestasi di bank.

Saya percaya dengan fundamental. Berinvestasi untuk jangka panjang apabila percaya dengan fundamental bisnis. Ini yang saya tawarkan ke investor. Kami showcase kinerja kami. Per Desember 2021, kami sudah salurkan kredit Rp4 triliun dan Net Interest Margin (NIM) mencapai 5,15%. Di semester I 2022, penyaluran pinjaman naik menjadi Rp7 triliun dan NIM mencapai 10,16%.

Memang kinerja kuartal I kurang bagus. Kami rugi Rp416 miliar. Biar adil saja, rugi kami turun 54% menjadi Rp194 miliar di kuartal II. Pendapatan kami naik, expense turun. Namun, kami harap bisa profitable dari month by month.

Akulaku sebagai controlling shareholder betul-betul work hand-in-hand dengan kami agar BNC menjadi bank terdepan di Indonesia dan diperhitungkan di Asia. Belum lama ini Akulaku juga menjadi unicorn dan ini membuka jalan kami lebih lebar.

Akulaku Ingin Tambah Kepemilikan di Bank Neo Commerce Hingga 40%

Akulaku berencana ingin meningkatkan kepemilikan saham di Bank Neo Commerce (BBYB) menjadi sekitar 40% atau lebih dari kepemilikannya saat ini sebesar 25,66%.

Mengutip dari DealStreetAsia, Founder dan CEO Akulaku William Li mengatakan, rencana tersebut terjadi karena Akulaku sedang mengumpulkan dana menjelang penawaran umum perdana (IPO) dan ingin mengonsolidasikan manajemen kekayaan dan bisnis asuransi sebelum pemisahan terpisah di Bursa Efek Indonesia.

Sementara itu, Bank Neo Commerce sendiri diperkirakan akan melakukan kembali rights issue pada kuartal III 2022 senilai Rp5 triliun untuk memenuhi persyaratan modal minimum yang ditentukan oleh OJK.

Sebelumnya, pada awal tahun ini, manajemen Bank Neo Commerce menjelaskan perseroan termasuk dalam kriteria yang diwajibkan untuk memenuhi modal inti Rp3 triliun paling lambat sampai tahun ini. Per tahun lalu, modal inti minimum Bank Neo Commerce telah memenuhi paling sedikit Rp2 triliun dengan melakukan dua kali aksi rights issue.

“Kami pasti ingin meningkatkan kepemilikan saham kami (di bank) dan kami akan berpartisipasi dalam rights issue berikutnya. Harganya saat ini bergejolak. Kami harus melihat harganya dan jika peraturan mengizinkan, kami ingin meningkatkan minat kami untuk lebih dari 40%,” kata Li.

Dalam dua kali rights issue di Bank Neo Commerce, Akulaku selalu berpartisipasi hingga kini menjadi pemegang saham pengendali yang menguasai 2,41 miliar lembar atau setara 25,66 per 24 Mei 2022.

Sejak masuk kedua entitas saling terintegrasi dari segi layanannya, salah satunya Bank Neo Commerce turut menjadi lender institusi di Akulaku. Lewat situ, Bank Neo Commerce mencatat telah menyalurkan pinjaman digital sebesar Rp2,2 triliun dengan tingkat outstanding Rp1,2 triliun.

Anak usaha di bawah Akulaku Group

Akulaku sendiri kini memperbesar cakupan bisnisnya di bidang finansial. Selain Bank Neo Commerce, awal bulan ini Akulaku melalui PT Pintar Belanja Indonesia (PBI) resmi menjadi pengendali baru di PT Inovasi Kredit Indonesia (iTruzz). Dalam pengumuman iTruzz seperti dikutip dari Bisnis.com, PBI telah mengambil alih saham sebanyak 60%.

Akulaku mencaplok iTruzz melalui dua mekanisme. Pertama, melakukan pembelian saham pemilik awal, kemudian melakukan injeksi modal melalui skema rights issue.

iTruzz merupakan startup pengembang solusi e-KYC untuk industri keuangan, sediakan teknologi pengenalan ID OCR, deteksi liveness, perbandingan wajah dan kemampuan lainnya, dan pengembalian hasil verifikasi penipuan identitas secara real-time. Kemampuan tersebut akan membantu perusahaan mengidentifikasi berbagai risiko kecurangan seperti simulator, kecurangan, multi-opening, dan rooting.

Akulaku Group juga membangun anak usaha baru yang bergerak di bidang wealthtech bernama OneAset (PT Pintar Platform Digital). OneAset merupakan superapp produk investasi, edukasi keuangan, dan komunitas.

Sejauh ini, OneAset membagi fiturnya menjadi dua jenis, yakni pembayaran tagihan dan produk finansial. Untuk produk finansial, menyajikan investasi reksa dana, SBN, dan emas. Besar kemungkinan, Asetku, anak usaha dari Akulaku Group, akan masuk ke OneAset untuk menambah misi OneAset sebagai platform satu pintu.

Menurut pemberitaan dari Bisnis.com, OneAset mengumumkan rencana akuisisi perusahaan manajer investasi PT Invesnow Principal Optima (Invesnow). Invesnow merupakan perusahaan manajer investasi yang memasarkan produk reksa dana dan memiliki izin terdaftar sejak Desember 2017.

Nama perusahaan Bidang usaha Skema
PT Akulaku Silvrr Indonesia E-commerce
PT Akulaku Finance Indonesia (Akulaku Paylater) Finansial Akuisisi dari PT Maxima Auto Finance
PT Pintar Inovasi Digital (Asetku) P2P lending
PT Bank Neo Commerce Perbankan Rights issue
PT Inovasi Kredit Indonesia (iTruzz) E-KYC Rights issue oleh PT Pintar Belanja Indonesia
PT Pintar Platform Digital (OneAset) Super-app investasi
PT Invesnow Principal Optima (Invesnow) Agen penjual reksa dana Rights issue oleh PT Pintar Platform Digital (OneAset)
Application Information Will Show Up Here

Startup Unicorn Akulaku Terus Perluas Cakupan Bisnis Finansial

Akulaku mengumumkan pendanaan $10 juta atau setara 143 miliar Rupiah dari Lend East. Investasi berbentuk debt funding tersebut akan dimanfaatkan Akulaku untuk meningkatkan portofolio kredit di pasar utama mereka, yakni Indonesia, Filipina, dan Thailand. Seperti diketahui, sejak didirikan tahun 2014 aplikasi Akulaku sendiri menawarkan produk paylater dan cashloan untuk para konsumennya.

Sebelumnya Akulaku baru menerima pendanaan ekuitas senilai  $100 juta atau lebih dari Rp1,4 triliun dari Siam Commercial Bank (SCB). Perolehan ini melanjutkan putaran investasi $125 juta di tahun sebelumnya yang dipimpin Silverhorn Group, yang sekaligus menjadi mitra pembiayaan (financing partner) sejak 2018. Secara total, saat ini valuasi Akulaku sudah menembus $1 miliar dan menjadikannya sebagai startup unicorn selanjutnya.

“Sejak tahun lalu Akulaku terus mengalami pertumbuhan dan dengan adanya pendanaan tambahan ini akan memungkinkan kami untuk terus memenuhi kebutuhan underbanked di seluruh Asia Tenggara,” ujar CEO Akulaku William Li.

Terus lakukan diversifikasi bisnis finansial

Pada 2021, Akulaku telah menyalurkan kredit lebih dari $ 2,2 miliar kepada lebih dari 10 juta pengguna. Selain layanan paylater, Akulaku menggabungkan platform wealth management, e-commerce, dan perbankan digital sehingga dapat meningkatkan total pendapatan perusahaan sebesar 120% menjadi $598 juta.

Untuk layanan bank digital, Akulaku memilih mengakuisisi 24,98% saham Bank Neo Commerce (mayoritas). Sejumlah rencana turut digencarkan dari kolaborasi tersebut, salah satunya lewat loan origination system, yakni sistem untuk memproses persetujuan kredit, khususnya untuk direct loan/online financing.

Selain itu, Akulaku juga mengembangkan serangkaian teknologi untuk meningkatkan kapabilitas perbankan memasuki era digital, beberapa produk yang disuguhkan di antaranya e-KYC, sistem verifikasi, sampai ke layanan pembayaran QR.

Sementara untuk layanan pinjaman, merekan mengandalkan platform fintech lending Asetku. Hingga saat ini total pinjaman yang sudah digulirkan mencapai 42 triliun Rupiah dengan total peminjam 13 ribu nasabah. Dan di platform wealth management, mereka mengembangkan OneAset, yakni aplikasi keuangan yang bisa dimanfaatkan pengguna untuk mengelola aset finansialnya, termasuk untuk berinvestasi ke reksa dana, surat berharga, hingga emas.

Kompetisi pasar

Di Indonesia, seluruh lini bisnis Akulaku harus bersaing dengan para pemain lain. Misalnya untuk payalter, saat ini ada Kredivo, Atome, hingga GopayLater yang menjadi penantang. Masing-masing juga memiliki dukungan besar dari induknya – termasuk untuk potensi menguasai pasar Asia Tenggara, seperti FinAccel, Advance Intelligence Group, dan GoTo.

Sementara di bank digital pun, saat ini persaingan juga terus diramaikan dengan inovasi produk dari pemain di ekosistem. Ada puluhan bank digital yang sudah mengudara dan siap meluncurkan debutnya. Dan untuk wealth management, puluhan aplikasi sejenis juga sudah dijajakan untuk investor ritel di Indonesia.

Terlepas dari diversifikasi produk finansial yang coba disuguhkan, pemain seperti Akulaku sebenarnya memiliki keunggulan strategis yang dapat dieksplorasi, yakni konektivitas di ekosistem digital yang dimiliki. Nyatanya pemain lain banyak bersinergi dengan pihak ketiga untuk menghadirkan kapabilitas tertentu – ambil contoh Bank Jago dengan Bibit/Stockbit untuk fitur investasi—yang mana hal ini bisa juga dilakukan oleh Neo Commerce dan OneAset; atau diaplikasikan untuk skenario model bisnis lain.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Obtains Strategic Investment of 1.4 Trillion Rupiah from Siam Commercial Bank

Akulaku to receive strategic investment of $100 million or over Rp1.4 trillion from Siam Commercial Bank (SCB), a leading commercial bank in Thailand. This agreement follows last year’s successful funding of $125 million led by Akulaku’s existing investor, Silverhorn Group, which also acts as a financing partner since 2018.

Akulaku’s subsidiary, Bank Neo Commerce (BNC), has finalized a public offering on the Indonesia Stock Exchange with a value around $175 million (over Rp2.5 trillion) in the fourth quarter of 2021. Reportedly, this is the closing of the pre-IPO fundraising series through the SPAC. According to reports on DealStreetAsia, Akulaku will be listed on the stock exchange in 2022.

In an official statement, Akulaku’s CEO, William Li said, the fresh money will be used to continue expanding the geographic coverage of its products and services throughout Southeast Asia and develop innovation. “We established Akulaku to fulfill the daily financial of underserved customers in emerging markets,” Li said, Tuesday (2/15.

Siam Commercial Bank’s President, Dr. Arak Sutivong said this investment marks SCB’s continued commitment and strong belief in Indonesia’s long-term prospects as one of the fastest growing digital economies in the region. The company considers Akulaku as having a dominant market position and well positioned with its innovative technology and superior product offerings.

“We are excited about investing in this company and look forward to leveraging our deep expertise in Thailand’s financial services sector to support its expansion. Investments in Akulaku fit within our regional theses to serve underserved markets using digital innovation. We look forward to partnering with Akulaku as the company grows,” Sutivong said.

Credit disbursement to 6 million users

Founded in 2016, Akulaku has grown into a Buy Now Pay Later (BNPL) and consumer finance platform in Indonesia, claiming to have disbursed more than $2.2 billion in credit to more than 6 million users by 2021. Akulaku’s coverage is not merely in Indonesia, but also in the Philippines, Vietnam, and Malaysia.

Building on this success, BNC launched its mobile digital banking service in March 2021, and is now the fastest growing digital bank in Indonesia with more than 13 million users to date. The company has another financial subsidiary group engaged in lending, Assetku, which operates in Indonesia, and a similar BNPL service that is present in Europe called Wisecart.

With more than 80% of consumers now participating in e-commerce, Southeast Asia’s digital retail market is growing exponentially. Akulaku’s digital credit service is poised to further accelerate the digital transformation of retail in Southeast Asia, providing new markets for consumers with access to flexible banking services.

Akulaku alone is said to have reached the unicorn status since 2019 with a valuation of more than $1.1 billion, according to a report compiled by Credit Suisse entitled “ASEAN Unicorn, Scaling the New Height”. The company is yet to disclose this status to the public.

BNPL to rise after pandemic

A special report on the paylater ecosystem in Indonesia released by DSInnovate stated that paylater became the second favorite service in 2020 (72.5%) or slightly below digital wallet platforms which had recognition of 82.2%.

On the other hand, the e-commerce’s positive trend which strongly accelerated by the pandemic has also triggered the high adaptation of paylater products in the community. In fact, ResearchAndMarkets has released a research at the end of 2020 stated that the Gross Merchandise Value (GMV) is predicted to grow at US$8.5 billion in 2028 and estimated to help boost paylater facilities by approximately 76.7% annually. .

Likewise, the latest research by Kredivo and the Katadata Insight Center entitled “Consumer Behavior of E-Commerce Indonesia 2021” also shows an increase in paylater users. There are 55% new users who use the Kredivo paylater feature.

The high number of paylater users also has a positive impact on the supply side, where this feature is able to help merchants increase AoV (average order value), increase sales by offering credit without a credit card, and also increase sales conversions by reducing friction during the shopping process.

While paylater has two classifications: paylater owned by digital startups (e-commerce, OTA, ride-hailing service, and others) and the paylater service owned by fintech startups. In Indonesia, there are many fintech companies that provide paylater services. The implementation is not limited, paylaters made by fintech generally become “online” credit platforms that can be used anywhere, from e-commerce to retail outlets.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian