Berkolaborasi, Microsoft dan Amazon Sepakat Duetkan Alexa dan Cortana

Ranah asisten digital pintar dihuni oleh beberapa nama, antara lain Cortana, Google Assistant, Siri, Bixby, dan Alexa. Masing-masing nama telah memiliki ekosistemnya masing-masing, tapi rupanya masih saja ada celah untuk melakukan terobosan, atau paling tidak rekonsiliasi untuk terhubung satu sama lain.

Hal itu yang tampaknya sedang dimatangkan oleh Microsoft dan Amazon untuk memadukan asisten virtual pintar masing-masing, Cortana dan Alexa. Kedua perusahaan bahkan menunjuk pimpinan tertinggi masing-masing untuk tergabung dalam proyek barunya.

Rupanya jauh sebelum pengumuman yang dirilis hari Rabu kemarin, kedua perusahaan telah sejak lama berkoordinasi di belakang layar untuk memungkinkan Cortana dan Alexa saling berbicara satu sama lain. Kolaborasi tersebut nantinya memungkinkan orang untuk mengoperasikan Cortana menggunakan Alexa dan sebaliknya. Proyek ini dijadwalkan rampung sebelum akhir tahun 2017 ini.

Manuver yang tak biasa dilakukan oleh perusahaan besar ini tentu saja menjadi bukti bahwa pesaing terberat pun tak selamanya menghambat pertumbuhan perusahaan. Dalam situasi tertentu, masing-masing perusahaan dapat memperoleh benefit dari apa yang dipunyai perusahaan lain yang notabene tidak mereka kuasai.

Kembali ke soal integrasi Alexa dan Cortana, bahwa nantinya perangkat seperti Amazon Echo bisa menjalankan Cortana dengan mengucapkan perintah “Alexa, open Cortana,” dan pengguna Microsoft harus mengucapkan “Cortana, open Alexa.”

Kerjasama ini memberikan akses kepada Microsoft ke pasar speaker pintar yang mulai secara serius digarap oleh Amazon dalam beberapa tahun terakhir. Celah ini rupanya dianggap sebagai solusi cepat bagi Microsoft yang ngotot memperluas ekosistem Cortana selain di ranah PC. Di sisi lain, mereka juga memperoleh benefit dari kemampuan yang dipunyai Alexa seperti mengendalikan perangkat rumah pintar dan memutar berbagai layanan streaming musik dan film.

Sumber berita Ubergizmo, Recode dan gambar header Technobuffalo.

Menyimpulkan Kondisi Bisnis E-Commerce Indonesia di Paruh Pertama 2017

Bisnis e-commerce mulai memuncak di lanskap digital Indonesia setidaknya sejak tahun 2014 lalu. Nama seperti Bhinneka, Lazada, Tokopedia, Blibli, dan Bukalapak makin santer didengar, senada dengan pemasaran masif melalui berbagai saluran, seperti televisi, untuk menyentuh berbagai kalangan masyarakat. Faktor eksternal, seperti logistik dan regulasi, juga mendukung terciptanya bisnis e-commerce yang lebih kondusif.

Dinamika antar pemain bisnis terjadi tatkala investasi besar mengucur, akuisisi pelanggan gencar dilakukan dengan beragam cara. Sebut saja Shopee, online marketplace besutan Sea (dulu bernama Garena) yang berambisi menjadi C2C marketplace terbesar di Indonesia. Sebelumnya sudah ada SaleStock yang mengusung konsep sejenis. Gencar melakukan akuisisi pelanggan, insentif seperti gratis ongkos kirim dan publikasi besar-besaran dilakukan Shopee yang dinahkodai Chris Feng, berbekal pengalamannya di Zalora dan Lazada.

[Baca juga: GDP Venture Berpartisipasi dalam Pendanaan Baru untuk Induk Shopee Senilai 7 Triliun Rupiah]

Akuisisi Lazada oleh Alibaba turut menghadirkan tremor untuk pemain lokal. Kendati eksistensi Alibaba sebagai raksasa e-commerce belum tampak hadir di Indonesia, namun secara bisnis Lazada di Indonesia tumbuh dengan pesat. Berdasarkan data SimilarWeb, Lazada masih menjadi yang tertinggi dalam kaitannya dengan kunjungan web, yakni mencapai 58,3 juta pada kuartal pertama tahun 2017 ini. Masih di atas Tokopedia sebagai pemain lokal yang digadang-gadang sebagai jawara dalam negeri dengan jumlah kunjungan mencapai 50,6 juta.

Akuisisi pengguna menjadi segalanya, ketika kini setiap platform telah menawarkan berbagai keunggulan layanan dan produk yang nyaris sama.

Penguasa bisnis e-commerce dunia

Memboyong penemunya menjadi jajaran orang terkaya di dunia, meski hanya dalam beberapa saat, tak salah jika Amazon ditempatkan di level puncak pemain e-commerce dunia, kendati lini bisnisnya pada akhirnya berkembang ke berbagai arah. Pola yang sama dilakukan raksasa Tiongkok Alibaba, mengawali debutnya dari IPO dengan layanan e-commerce kini penguasaan bisnis dilakukan di beragam lini bisnis, mulai dari logistik hingga penyediaan layanan komputasi awan. Keduanya bersiap hadir dan menguasai pasar di Asia Tenggara.

JD.com tak tinggal diam, dirumorkan “berebut” dengan Alibaba, akhirnya JD.com dikabarkan berhasil memboyong Tokopedia. Tak lain tujuannya adalah pasar Indonesia. Jika melihat hasil riset Google dan Temasek, potensi e-commerce di Asia Tenggara akan bertumbuh hingga $87,8 miliar di 2025. Proyeksi pertumbuhan tercatat sekitar 3,8 juta pengguna baru per bulan. Indonesia akan menyumbangkan separuh dari total nilai tersebut, menjadi sebuah kesempatan sekaligus tantangan yang sangat fantastis.

[Baca juga: Tujuh Poin Utama yang Tersusun dalam Roadmap E-Commerce]

Kondisi bisnis e-commerce dalam negeri

Di Indonesia sendiri, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 74/2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Roadmap E-Commerce) Tahun 2017-2019. Di dalamnya berisi 26 program yang harus direalisasikan pemerintah terkait dengan bisnis digital, termasuk aturan tentang pendanaan, perpajakan dan lainnya. Indonesia menargetkan sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 dengan nilai US$130 miliar.

Menurut Menkominfo Rudiantara, Perpres tersebut adalah cara baru pemerintah dalam membuat kejelasan arah aturan.

Menurut riset yang dilakukan iPrice tentang perbandingan pemain e-commerce yang ada di Indonesia, Tokopedia selalu berada di posisi jajaran teratas dari berbagai parameter Peta E-Commerce Indonesia, yaitu pengunjung per bulan, instalasi aplikasi, aktivitas Twitter, ativitas Facebook dan juga karyawan.

Analisis peringkat e-commerce di Indonesia / iPrice
Analisis peringkat e-commerce di Indonesia / iPrice

Tren menarik yang ada, pemain e-commerce –khususnya online marketplace—berusaha menghadirkan layanan all-in-one pada layanannya. Model dompet digital juga menjadi salah satu inovasi masif yang banyak dikembangkan. Dapat ditarik sebuah benang merah arah inovasinya, yakni membuat pengguna betah memenuhi seluruh kebutuhan di satu tempat dengan mengakomodasi perputaran uang di platform yang sama.

Pembayaran, logistik dan segmentasi menjadi hal yang coba dioptimalkan penyedia layanan e-commerce di Indonesia untuk menjadi pemenang di negeri sendiri. Konsolidasi dan akuisisi diperkirakan bakal terus santer terdengar hingga akhir tahun. Setelah Alfacart dan Cipika, siapa lagi pemain yang bakal mengibarkan bendera putih tahun ini?

Hadirnya Amazon di Pasar Asia Tenggara

Kabar tentang rencana ekspansi Amazon ke Asia Tenggara sudah mulai terdengar sejak tahun lalu. Rencana tersebut menguat pasca Alibaba secara resmi mengakuisisi Lazada. Dari rencana awal yang sempat terendus, Amazon memang menargetkan untuk melakukan proses ekspansi Asia Tenggara secara berangsur, dengan estimasi dua tahun. Memulai di Singapura, lalu ke negara lainnya.

Rencana tersebut kini makin gamblang, Amazon dikabarkan akan membuka layanannya di Singapura tidak lama lagi. Seperti yang diinformasikan TechCrunch, beberapa layanan yang akan diboyong pada fase awal ekspansi ini adalah layanan e-commerce Amazon, Amazon Prime dan Amazon Prime Now. Realisasi ini mundur dari rencana awal yang menyatakan Amazon akan hadir di Asia Tenggara pada kuartal pertama tahun 2017.

Desas-desus investasi besar Alibaba ke Tokopedia menjadi kode

Belum lama ini media bisnis teknologi juga santer mengabarkan tentang negosiasi antara Alibaba Group dengan Tokopedia. Dikabarkan raksasa e-commerce Tiongkok tersebut berminat untuk mengucurkan pendanaan baru untuk Tokopdia. Angkanya ditaksirkan mencapai Rp6,66 triliun. Hal ini tentu membuat persaingan e-commerce memanas, pasalnya beberapa bulan sebelumnya JD.com juga dikabarkan berminat untuk berinvestasi di Tokopedia.

Tentu Alibaba dan JD.com tidak mau menyia-nyiakan momentum pertumbuhan pasar e-commerce di Asia Tenggara saat ini, terlebih jika debutnya terlampaui oleh pemain yang notabenenya bukan berasal dari Asia. Jika melihat hasil riset Google dan Temasek, potensi e-commerce di Asia Tenggara akan bertumbuh hingga $87,8 miliar di 2025. Proyeksi pertumbuhan tercatat sekitar 3,8 juta pengguna baru per bulan.

Indonesia sendiri akan menyumbangkan separuh dari persentase tersebut. Hal tersebut berarti jika mampu menguasai pasar lokal, dapat menjadi modal kuat untuk meletakkan akar bisnis e-commerce di wilayah Asia Tenggara.

Menetapnya Amazon di Asia Tenggara menjadi babak baru

Mudah diprediksikan bahwa hadirnya Amazon dengan basis di wilayah Asia Tenggara akan membawakan dampak besar pada persaingan e-commerce. Selain sudah memiliki “nama besar”, bisnis yang dimotori Jeff Bezos tersebut tergolong ke dalam perusahaan yang paling inovatif. Apa yang dilakukan tidak hanya mengerucut pada komponen sistem e-commerce yang dimiliki, melainkan menggarap kebutuhan dukungannya, sebut saja layanan komputasi awan dan logistik. Hal serupa yang juga kini diaplikasikan oleh Alibaba.

Sementara itu di dalam negeri kini batasan menjadi sangat tipis antara pemain e-commerce dan online marketplace, setelah sebelumnya memiliki peranan yang cukup berbeda. Sistem bisnis di dalamnya digarap sedemikian rupa, tidak hanya lagi bergantung pada penyediaan platform jual beli, namun merambah ke yang lain. Paling dominan saat ini ialah layanan digital payment yang memudahkan layanan e-commerce mendulang dana publik.

Strategi HappyFresh di Asia Tenggara Pasca Akuisisi Whole Foods oleh Amazon

Beberapa waktu yang lalu Amazon mengumumkan berita yang cukup mengejutkan, yaitu membeli jaringan gerai makanan dan minuman Whole Foods senilai $13,7 miliar atau sekitar Rp182,19 triliun. Keputusan Amazon sebagai pemain e-commerce terbesar di Amerika Serikat melakukan akuisisi tersebut, memberikan validasi bahwa industri makanan dan minuman memiliki potensi yang cerah dan tentunya patut untuk dikembangkan.

Selama ini Whole Foods yang telah memiliki jaringan toko sebanyak 410 gerai di Amerika Serikat dan telah berdiri sejak tahun 1980, merupakan jaringan toko makanan dan minuman terbesar di Amerika Serikat. Dengan diakuisisinya Whole Foods, membuka peluang Amazon untuk melancarkan layanan pembelian hingga pengantaran bahan makanan dan minuman segar (Amazon Fresh) secara terpadu, dengan menggabungkan model bisnis offline dan online.

Menanggapi hal tersebut, beberapa startup di Silicon Valley yang selama ini dikenal telah menyediakan layanan jasa antar bahan makan dan minuman seperti Blue Apron, Instacart dan lainnya menilai akan semakin berat persaingan dengan akuisisi menyeluruh yang dilakukan oleh Amazon. Di sisi lain akuisisi ini membuktikan bahwa saat ini dan  ke depannya, layanan pesan antar bahan makanan dan minuman on demand makin populer dan akan terbiasa digunakan oleh konsumen.

HappyFresh dan strateginya di Asia Tenggara

Meskipun Amazon belum “resmi” melebarkan bisnisnya di Indonesia, pembelian Whole Foods yang dilakukan oleh Amazon juga turut menjadi perhatian oleh salah satu pemain online grocery di Indonesia yaitu HappyFresh. Kepada media CEO HappyFresh Guillem Segarra mengungkapkan, akuisisi yang dilakukan oleh Amazon kepada Whole Foods membuktikan bahwa model bisnis yang menggabungkan offline dengan online merupakan integrasi yang efektif. Selain di Indonesia, HappyFresh juga beroperasi di Malaysia dan Thailand.

“Di Asia Tenggara saat ini grocery merupakan pembelian yang paling banyak dilakukan. Makin meningkatnya kalangan menengah memanfaatkan online groceries saat ini merupakan bukti nyata bahwa adopsi teknologi telah dilakukan dengan baik. Dengan demikian menurut saya akuisisi tersebut merupakan perubahan terbaik untuk region ini. Untuk itu menjadi hal yang penting untuk semua pemilik bisnis offline di Asia Tenggara untuk kemudian memanfaatkan teknologi agar bisa bertahan menjalankan bisnis,” kata Guillem.

HappyFresh yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 2015, saat ini telah menggandeng Transmart Carrefour. Transmart Carrefour adalah pemain besar, bahkan terbesar di industri grocery Indonesia, dan kemitraan ini dirasa penting ini meningkatkan kredibilitas HappyFresh.

Awalnya HappyFresh menjalin kemitraan dengan 2 gerai di Jakarta dan rencananya terus mengembangkannya untuk menjangkau lebih banyak gerai di Jabodetabek.

Kepada DailySocial Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini menegaskan, kawasan Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya tetap menjadi fokus HappyFresh tahun ini dan mereka belum berencana menambah kota-kota baru. Ekspansi bakal diutamakan untuk menambah gerai dan kemitraan dengan ritel di kota-kota tersebut sehingga area cakupannya menjadi semakin luas.

“Relasi HappyFresh yang telah dibina dengan baik kepada grocery retailers di Asia Tenggara memberikan kesempatan untuk kami memahami dan melakukan  evaluasi terhadap tantangan yang dihadapi oleh pemilik toko saat ini. Kami melihat meskipun saat ini sudah banyak pemilik toko yang mulai memanfaatkan teknologi namun kebanyakan masih kurang mengerti dengan cara kerja dan bagaimana menjalankan bisnis yang baik secara online,” tutup Guillem.

Application Information Will Show Up Here

OnePlus 5 Hampir Pasti Punya RAM 8GB

Sekitar dua minggu dari sekarang kita akan melihat rupa asli dari smartphone papan atas OnePlus 5 yang bakal menghuni satu spot di barisan ponsel pintar flagship tepat di samping Galaxy S8. OnePlus sendiri sudah mengonfirmasi beberapa informasi penting perangkat, seperti chipset Snapdragon 835, kamera ganda dan juga tanggal peluncuran yang akan dihelat pada tanggal 20 Juni (di India 22 Juni).

Dan hari ini muncul lagi satu bocoran berharga yang datang dari Amazon India, salah satu retailer yang akan membantu OnePlus menjajakan penggawanya itu di India. Menurut Amazon India, OnePlus 5 akan mengemas RAM sebesar 8GB. Tapi besar kemungkinan informasi ini keluar tanpa disengaja, pasalnya akun Twitter Evan Blass yang membeberkan informasi ini mengklaim memperolehnya dari source code laman yang dibuat oleh Amazon.

Amazon sendiri bukan rekanan baru bagi OnePlus, khususnya ketika berkenaan dengan penjualan perangkat-perangkat sang pabrikan di India. Jadi, cukup wajar jika raksasa retailer tersebut juga ikut menggulirkan teaser ponsel pintar bersangkutan. Hanya saja memang, informasi perihal RAM di OnePlus 5 seharusnya jadi salah satu kejutan di hari lahirnya 20 Juni nanti. Rumor soal penggunaan RAM 8GB sendiri sebenarnya bukan kali pertama berhembus. Hanya saja, ini adalah rincian resmi yang baru pertama kali terendus dari perusahaan sebesar Amazon.

oneplus 5 teaser

Penggunaan RAM 8GB juga semestinya bukan sebuah kejutan besar, mengingat di masa lampau perangkat-perangkat keluaran OnePlus kerap menonjolkan kapasitas jeroan yang dominan. OnePlus 2 misalnya, menjadi smartphone pertama yang mengemas RAM 4GB. Kemudian OnPlus 3 menjadi salah satu perangkat pertama yang menawarkan RAM sebesar 6GB. Jadi, cukup masuk akal jika OnePlus ingin satu langkah lebih jauh dengan mengadopsi RAM 8GB.

Sumber berita GizmoChina.

Tablet Amazon Fire 7 Terbaru Tampil Lebih Ramping dan Bening

Amazon kembali melakukan penyegaran untuk jajaran tablet Fire 7 dan Fire HD 8. Kedua tablet memperoleh sejumlah peningkatan dari sisi fitur dan juga desain. Kini, keduanya sudah bisa dipesan melalui situs resmi Amazon dan akan mulai dikirimkan pada bulan Juni.

Amazon Fire 7 menawarkan peningkatan desain yang cukup menggembirakan, di mana body perangkat kini lebih ramping dan juga ringan,dari 10,6 mm menjadi 9,6mm dan bobot turun dari 11 ons ke 10,4 ons. Daya tahan baterai juga diklaim lebih lama satu jam dari generasi sebelumnya.

Amazon Fire 7

Di sisi fitur, Amazon memberikan konektivitas WiFi yang lebih fleksibel dengan menambahkan dukungan dual-band, kendati standar yang digunakan masih 802.11ac. Namun dengan kontras yang lebih tinggi, tablet menyuguhkan media baca yang lebih tajam, mempermudah pengguna menikmati ebook-ebook pilihan kendati resolusi yang dihadirkan tetap di 1024 x 600 piksel.

Selebihnya, Amazon Fire 7 masih dibalut material plastik dan dapur pacu yang sama dengan versi sebelumnya. RAM tercatat sebesar 1GB, namun dengan peningkatan kecil yang dijabarkan di atas, pembeli tablet akan cukup senang mengingat harga tablet masih di kisaran $50.

Geser ke perangkat yang lain, Fire HD 8 selain lebih murah $10, ia tampak tak menawarkan banyak perubahan dari generasi sebelumnya. Tapi yap, Amazon menawarkan beberapa warna baru dan daya lahap microSD yang lebih luas. Dibandingkan seri Fire 7, tablet menawarkan peningkatan layar menjadi 8 inci yang memancarkan tatap muka dengan kejernihan 1280 x 800 piksel. RAM sebesar 1,5GB membantu perangkat melahap berbagai aplikasi dan game dengan optimal kendati terbatas pada game-game kelas menengah.

amazon fire HD 8

Berbekal baterai yang lebih baik, Fire HD 8 mampu bertahan selama 12 jam. Kapasitas memori yang ditawarkan juga dua kali lebih luas dibandingkan varian Fire 7, yakni mulai 16GB hingga 32GB dengan banderol termurah seharga $80.

Yang tak boleh dilupakan, Amazon mulai menjejalkan asisten digital pintar Alexa di kedua model. Ini merupakan langkah lanjutan dari upaya Amazon yang berambisi membenamkan dukungan Alexa ke setiap produk. Sebelumnya, Amazon juga melakukan langkah serupa ke termostat Ecobee dan Westinghouse 4K TV.

Sumber berita TheGuardian, Amazon 1 dan 2.

Amazon Echo Show Padukan Kepintaran Alexa dengan Layar Sentuh Interaktif

Baru saja memperkenalkan Echo Look, Amazon sudah tancap gas dan mengumumkan perangkat baru lagi dari lini tersebut. Bernama Echo Show, Amazon sejatinya mempertahankan segala kelebihan lini Echo beserta Alexa selama ini, lalu menambahkan sebuah layar sentuh interaktif kepadanya.

Layar sentuh 7 inci ini membuka bentuk interaksi baru antara pengguna dan sang asisten virtual. Saat Anda menanyakan tentang hasil pertandingan tim basket favorit Anda misalnya, Alexa tak hanya bilang kalau tim Anda menang, tapi juga menampilkan skor pertandingannya pada layar.

Karena dibekali layar, Echo Show bisa menampilkan live feed dari kamera pengawas / Amazon
Karena dibekali layar, Echo Show bisa menampilkan live feed dari kamera pengawas / Amazon

Kehadiran layar sentuh juga berujung pada integrasi dengan perangkat smart home yang lebih mendalam. Contoh yang paling gampang, Anda sekarang bisa meminta Alexa menampilkan live feed dari kamera pengawas yang terpasang di depan garasi. Contoh lain, Anda bisa lebih leluasa menyesuaikan warna lampu Philips Hue melalui slider yang muncul di layar.

Buat yang selama ini sering menanyakan resep ke Alexa, Anda sekarang bisa melihat video tutorialnya langsung di layar Echo Show. Mengingat perangkat ini juga dibekali kamera depan, Anda pun bisa melakukan panggilan video maupun audio ke siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa.

Echo Show juga dapat digunakan untuk video chat dengan siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa / Amazon
Echo Show juga dapat digunakan untuk video chat dengan siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa / Amazon

Secara teknis, Amazon telah membekali Echo Show dengan 8 buah mikrofon, plus teknologi beam forming dan noise cancellation supaya Alexa bisa mendengar Anda dengan jelas, bahkan ketika musik sedang diputar. Perannya sebagai speaker sendiri didukung oleh sepasang driver stereo berteknologi Dolby.

Amazon Echo Show rencananya bakal dipasarkan mulai 28 Juni mendatang seharga $230, cuma $30 lebih mahal dari Echo Look. Dalam kesempatan yang sama, Amazon juga memangkas harga Echo standar dari $180 menjadi $150.

Sumber: Wired dan Amazon.

Berkat Amazon Echo Look, Alexa Siap Menjadi Konsultan Busana Pribadi Anda

Keluarga speaker pintar Amazon Echo resmi kedatangan anggota baru, Echo Look. Berkat Echo Look, asisten virtual Alexa pun ikut bertambah pintar; ia sekarang tak hanya bisa mendengar Anda saja, tapi juga melihat dan menilai penampilan Anda.

Keunggulan utama Echo Look terletak pada kamera depth-sensing miliknya. Dibantu oleh sederet LED flash, kamera ini siap mengambil foto Anda secara menyeluruh sehingga koleksi selfie Anda tidak lagi berisikan wajah, wajah dan wajah saja. Video pendek pun juga bisa diambil, semuanya hanya dengan mengucapkan ‘mantra’ “Alexa, take a picture” atau “take a video.

Akan tetapi bagian yang paling mencuri perhatian adalah fitur bernama Style Check. Berkat fitur ini, Echo Look beserta Alexa pada dasarnya bisa beralih peran menjadi konsultan busana pribadi Anda. Caranya, cukup dengan mengambil dua foto dengan busana yang berbeda.

Berkat Echo Look, koleksi selfie Anda tidak lagi berisi wajah melulu / Amazon
Berkat Echo Look, koleksi selfie Anda tidak lagi berisi wajah melulu / Amazon

Dari situ, algoritma machine learning beserta input dari para ahli fashion akan mencoba menilai gaya penampilan mana yang paling cocok buat Anda berdasarkan sejumlah faktor, seperti misalnya warna, ukuran, model maupun tren terkini.

Sebelum Anda khawatir perihal privasi, Amazon telah membekali Echo Look dengan tombol untuk menonaktifkan mikrofon sekaligus kameranya. Selebihnya, fungsi Echo Look kurang lebih sama seperti kedua saudaranya, dimana Anda dapat mengakses berbagai informasi menggunakan perintah suara.

Untuk sekarang, Amazon Echo Look baru tersedia secara terbatas untuk konsumen yang telah mendapatkan undangan saja. Banderol harganya sendiri dipatok di angka $200, lebih mahal $20 dari Echo standar.

Sumber: TechCrunch.

Bidik Skype, Amazon Rilis Aplikasi Conference Tandingan

Amazon sepertinya cukup serius menggarap sektor piranti lunak, terbukti meski sudah nyaman di industri ecommerce, mereka baru saja meluncurkan aplikasi baru yaitu sebuah aplikasi percakapan dan conference.

Dinamai Amazon Chime, aplikasi menawarkan kualitas panggilan jempolan dengan teknologi noise-cancelling an juga on-click dialing yang memberi banyak kemudahan ketika memulai konferensi, dan yang terpenting Chime dapat digunakan di berbagai platform mulai Android, iOS hingga Windows.

Saat sudah terpasang di semua perangkat dalam sebuah tim, Amazon Chime akan memanggil semua partisipan ketika meeting dimulai, dan memberikan cara praktis bagi pengguna lain untuk bergabung dengan satu sentuhan tombol. Cara ini lebih ringkas dan cepat ketimbang menggunakan PIN atau semacamnya.

amazon chime_1

Kemudian bagi pengguna yang berhalangan atau terlambat karena suatu hal, mereka dapat menekan tombol “running late” untuk secara otomatis memberitahu semua peserta meeting yang menurut Amazon bisa menampung lebih dari 18 desktop dan 6 pengguna mobile. Jumlah ini terbilang minimalis jika Amazon bermaksud memposisikan Chime sebagai kompetitor bagi Skype for Business, WebEx dan GoToMeeting. Tapi permulaan yang cukup baik untuk layanan baru.

Di Chime pengguna juga dapat berbagi konten dan layar, tersinkron antar desktop, iOS dan Android dengan kualitas tinggi dan mulus.

amazon chime_2

Chime sendiri sebenarnya dirilis oleh Amazon Web Services (AWS), di mana infrastrukturnya dipusatkan di Amerika Serkiat. Tapi, Gene Farell wakil presiden AWS mengatakan layanan barunya ini bisa diakses dari manapun di seluruh dunia. Dan karena berbasis di AWS, maka sudah dipastikan Amazon Chime juga aman dengan perlindungan enkripsi 256-bit.

Amazon Chime merupakan layanan gratis dengan beberapa keterbatasan. Dan untuk memperoleh benefit lainnya, khusus untuk pengguna korporat Amazon menawarkan dua paket premium.

  • Amazon Chime Plus ditawarkan seharga $2.50 per bulan dengan paket penyimpanan seluas 1GB, serta dukungan berbagi layar dan mengontrol perangkat.
  • Amazon Chime Pro, ditawarkan seharga $15 per bulan yang meliputi beberapa fitur, antara lain fitur jadwal, host dan merekam meeting, URL yang dapat ditentukan, dukungan jaringan ponsel, dan fitur ekstra yang tidak dijumpai di plan Basic dan Plus.
Application Information Will Show Up Here

 

Sumber berita PhoneArena dan Amazon.

 

Amazon, Apple, Google, Facebook, IBM dan Microsoft Bekerja Sama dalam Penelitian Pengembangan AI

Alexa, Siri, Google Assistant dan Cortana terus bersaing memperebutkan gelar asisten virtual terbaik buat konsumen. Namun terlepas dari persaingan tersebut, ternyata perusahaan-perusahaan pengembangnya malah bekerja sama untuk melakukan penelitian mendalam di bidang yang menjadi kunci dari ini semua, yaitu kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Pada bulan September tahun kemarin, dibentuk sebuah tim peneliti gabungan bernama Partnership on AI. Anggotanya tidak main-main, mencakup para ahli dari Amazon, Apple, Google, Facebook, IBM dan Microsoft. Tujuannya tidak lain dari memformulasikan praktek-praktek terbaik di bidang pengembangan AI sekaligus menjadi platform diskusi dan keterlibatan yang terbuka.

Sepintas terdengar aneh kalau Apple mau menjadi bagian dari platform terbuka seperti ini, sebab perusahaan pimpinan Tim Cook tersebut dikenal sangat tertutup. Namun mengingat AI tergolong masih baru dan Apple tidak bisa merekrut semua ahli di bidang ini, mau tidak mau mereka harus membuka pintunya dan terlibat dalam kolaborasi besar semacam ini.

Siri sendiri bisa dibilang sedikit tertinggal jika dibandingkan dengan Google Assistant misalnya. Itulah mengapa Apple telah melakukan upaya-upaya khusus untuk meningkatkan kualitas Siri, salah satu yang paling menonjol adalah ketika mereka merekrut ahli AI asal Carnegie Mellon University, Professor Russ Salakhutdinov.

Apple perlahan juga membuka dirinya di bidang pengembangan AI ini dengan mempersilakan sang profesor untuk memublikasikan hasil studinya. Apple sendiri ternyata juga merupakan salah satu anggota pendiri Partnership on AI, dan telah terlibat sejak sebelum tim gabungan tersebut dibentuk – hanya saja statusnya sebagai anggota baru diumumkan secara resmi belum lama ini.

Sumber: Bloomberg dan Partnership on AI.