Go-Ventures Reportedly Invests in Online Media Company Kumparan

Nadiem Makarim, in the late August, has confirmed the establishment of Go-Ventures, Go-Jek’s investment arm targeting SEA startups. The next day, we reported Kumparan is collaborating as an in-app news experiment in Go-Jek app. Today, Budiono Darsono, Kumparan’s President Commissioner, announces Andre Soelistyo (Go-Jek’s President) to join Kumparan’s board of commissioners per September through his Facebook status.

kumparan1

Per our source, Go-Jek enters Kumparan through Go-Ventures. There hasn’t any further detail on the investment value and why Go-Ventures invests in Kumparan. We haven’t received an official release regarding this issue.

Providing news content in app is a common way to be a super app. It’s considered to be able to increase the time spent by consumers. The same step is taken by its competitor, Grab, with Grab Daily.

Kumparan, led by CEO Hugo Diba, was founded in early 2017 by Detikcom’s co-founders and former employees. It has received funding from GDP Ventures’ investment unit last year. Moreover, in late 2017, Net Mediatama Television’s Founder and CEO Wishnutama also joined Kumparan’s board of Commissioners.


Disclosure: Kumparan, DailySocial, and GDP Ventures are under the same investor.
Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Go-Ventures Dikabarkan Berinvestasi di Media Online Kumparan

Akhir Agustus lalu CEO Go-Jek Nadiem Makarim mengonfirmasi kehadiran Go-Ventures, perusahaan investasi Go-Jek yang menyasar startup-startup Asia Tenggara. Keesokan harinya, kami memberitakan tentang kehadiran Kumparan sebagai eksperimen in-app news di aplikasi Go-Jek. Hari ini Preskom Kumparan Budiono Darsono mengumumkan masuknya President Go-Jek Andre Soelistyo di jajaran Komisaris Kumparan per bulan September ini melalui status Facebook-nya.

Menurut kabar yang kami peroleh, Go-Jek masuk ke Kumparan melalui Go-Ventures. Belum ada informasi lebih lanjut tentang berapa jumlah investasi yang diberikan dan mengapa Go-Ventures berinvestasi ke Kumparan. Kami belum memperoleh pernyataan resmi terkait hal ini.

Hadirnya konten berita ke dalam aplikasi Go-Jek merupakan salah satu cara umum untuk menjadi super app. Kehadiran konten berita dianggap bisa meningkatkan waktu yang dihabiskan konsumen di dalam aplikasi. Langkah yang sama juga diambil pesaingnya, Grab, melalui Grab Daily.

Kumparan, yang didirikan di awal tahun 2017 oleh para mantan punggawa Detikcom yang dipimpin CEO Hugo Diba, telah mendapatkan pendanaan dari unit investasi GDP Venture tahun lalu. Selain itu, di akhir tahun 2017, Founder dan CEO NET Mediatama Televisi Wishnutama juga masuk menjadi Komisaris Kumparan.


Disclosure: Kumparan, DailySocial, dan GDP Venture berada di bawah naungan investor yang sama

Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Partners with Findaya, Dana Cita, and Aktivaku

GO-JEK (8/31) announced a strategic partnership with three fintech lending companies, Findaya, Dana Cita, and Aktivaku. It aims to add up financial service options in GO-JEK ecosystem for merchants, drivers, and users. In fact, Dana Cita is a p2p lending service focused on academic purposes.

Findaya is a financial product of PT Mapan Global Reksa focused on lending for GO-JEK and GO- LIFE teams. Aktivaku, on the other hand, is a p2p lending platform focused on property products.

“Our enthusiasm in GO-JEK ecosystem is the partnership with financial technology providers for bridging consumers and partners, particularly those having difficulty to access formal financial services. We rely on the solid partnership between financial service providers with technology companies can reach broader public haven’t had an access to banking services,” Andre Soelistyo, GO-JEK’s President said.

Moreover, Susli Lie, Dana Cita’s Co-Founder, explained, “We believe our platform can help GO-JEK ecosystem to access financial services, particularly those related to academic financial. Our vision is to widen academic access for all students by reducing financial constraints.”

Ricky Gandawijaya, Aktivaku’s Co-Founder, through this partnership, optimistic that GO-JEK ecosystem can get a safe and transparent financial service. “We can provide housing financial service options for GO-JEK ecosystem in need. Aktivaku also supports the ecosystem development through an easy capital access for SMEs,” he added.

The official launching is attended by OJK representatives. Hendrikus Passagi, OJK’s Fintech Regulation, Licensing, and Supervision Director, said in his speech that this synergy could increase financial inclusion in Indonesia. He also emphasized that OJK will continue to boost the existence of digital economy ecosystem in Indonesia to improve public welfare.

This is not GO-JEK’s first partnership to advance its financial service. Previously, in late 2017, GO-JEK has made some acquisition over three fintech startups at a time, Midtrans, Kartuku, and Mapan. Nevertheless, it was issued by authority related to the procedure, Bank Indonesia in this case. BTN, BNI, Bank Permata Syariah, Allianz, and BPJS Ketenagakerjaan was previously engaged in a strategic partnership with the first local unicorn.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Jalin Kerja Sama dengan Findaya, Dana Cita, dan Aktivaku

GO-JEK hari ini (31/8) mengumumkan kerja sama strategis dengan tiga perusahaan fintech lending, yakni Findaya, Dana Cita dan Aktivaku. Kerja sama tersebut ditujukan untuk memperkuat pilihan layanan pembiayaan yang ada di ekosistem GO-JEK, baik bagi mitra, merchant, maupun pengguna. Sebagai informasi, Dana Cita merupakan layanan p2p lending yang fokus memberikan pinjaman untuk kebutuhan pendidikan.

Findaya merupakan produk finansial berbasis p2p lending di bawah naungan PT Mapan Global Reksa yang berfokus memberikan pinjaman modal untuk mitra GO-JEK dan GO-LIFE. Saat ini CEO mereka, Aldi Haryopratomo, juga merupakan CEO dari GO-PAY. Sedangkan Aktivaku merupakan platform p2p lending yang memfokuskan pada pendanaan produk properti.

“Semangat kami di ekosistem GO-JEK adalah berkolaborasi dengan penyedia jasa keuangan untuk menjadi jembatan kepada konsumen dan mitra, terutama bagi mereka yang kesulitan mengakses layanan keuangan formal. Kami percaya kolaborasi yang kuat antara penyedia jasa keuangan dengan perusahaan teknologi bisa menjangkau lebih luas masyarakat yang belum mengakses layanan perbankan,” sambut President GO-JEK, Andre Soelistyo.

Sementara itu, Susli Lie, Co-Founder Dana Cita memaparkan, “Kami yakin platform kami dapat memudahkan anggota ekosistem GO-JEK mengakses layanan keuangan terutama yang terkait dengan pembiayaan pendidikan. Visi kami adalah memperluas akses pendidikan bagi semua pelajar dengan menurunkan kendala keuangan.”

Ricky Gandawijaya, Co-Founder Aktivaku yakin melalui kerja sama ini anggota ekosistem GO-JEK bisa mendapatkan layanan pembiayaan yang aman dan transparan. “Kami bisa memberikan pilihan layanan pembiayaan perumahan bagi anggota ekosistem GO-JEK yang membutuhkan. Aktivaku juga mendukung pengembangan anggota ekosistem melalui kemudahan akses permodalan bagi usaha kecil dan menengah,” ujarnya.

Peresmian kerja sama ini juga dihadiri perwakilan dari OJK. Dalam sambutannya Hendrikus Passagi selaku Direktur Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK mengatakan bahwa sinergi ini dapat meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa OJK akan terus mendorong lahir dan hadirnya ekosistem ekonomi digital di tanah air supaya bisa membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ini adalah kemitraan kesekian kalinya yang digenjot GO-JEK untuk memperkuat layanan finansial miliknya. Sebelumnya pada akhir 2017 lalu GO-JEK melakukan akuisisi kepada tiga startup fintech sekaligus, yakni Midtrans, Kartuku, dan Mapan. Kendati demikian proses tersebut sempat diisukan oleh otoritas terkait prosedur yang dijalankan, dalam hal ini Bank Indonesia. BTN, BNI, Bank Permata Syariah, Allianz dan BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya juga telah bermitra strategis dengan unicorn lokal pertama tersebut.

Application Information Will Show Up Here

PT MRT Jakarta and Go-Jek to Develop Non-Ticket and Mobile Payment

In an objective to provide payment options without ticketing (non-farebox business) and mobile payment for Jakarta MRT, PT MRT Jakarta partners with Go-Jek Indonesia. Establishing the partnership, William P. Sabandar, President Director of PT. MRT Jakarta, with Andre Soelistyo, President of Go-Jek, have signed the MoU.

Not only providing payment options for MRT passengers, this development will be available in the station and MRT sites include some related buildings inside and around the area.

Amidst the approach, the agreement between Go-Jek and PT MRT Jakarta covers two things. It includes management concept preparing the implementation-based non-farebox business and mobile payment development study in the stations and Jakarta MRT sites area. Another thing is an arrangement study for the proof of mobile payment integration concept, and create a panel discussion with product knowledge updates.

Later, when the process has been finalized, users making a transaction using mobile payment will no longer need physical tickets. The cost will be included in the package, completed with other transportation models without having to pay separately.

The realization is set to be next year. By April 30, 2018, the whole Jakarta MRT progress has reached 93,33% for flyover (90,45%) and underpass (90,23%) construction.

Go-Jek has already have its own Go-Pay (mobile payment) with more than 10 million users. They are now preparing for payment outside Go-Jek platform after obtaining QR Code license for payment in various merchants.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Announces $500 Million Regional Expansion

Today, Go-Jek announces its expansion to four Southeast Asian countries. It’s planning to be available in Vietnam, Singapore, Thailand, and the Philippines within the next few months. The company has prepared $500 million (around 7,1 trillion Rupiah) budget for this expansion.

The plan has been reported since the end of last year, when Ajay Gore, Go-Jek’s CTO, interviewed about the possibility of the Philippines expansion, and it’s getting traction when Uber’s operation in Southeast Asia is acquired by Grab. Uber’s departure from the market is considered as the perfect moment for Go-Jek’s expansion. There’s no further explanation of the targeted segment in those countries but on-demand transportation still the main priority.

In Indonesia, Go-Jek has dominated the on-demand service with various treats, including food and package delivery, house cleaning, and beauty service. In addition, Go-Jek is leading with Go-Pay (payment service) that has begun to escalate outside Go-Jek ecosystem after obtaining QR Code license for cashless payment.

Nadiem Makarim, Co-Founder and CEO of Go-Jek, in the release said, “Consumers are most satisfied and happy when they have more options. Currently, the population of Vietnam, Thailand, Singapore, and the Philippines feel that they don’t have enough options for ride-hailing transportation services. We expect Go-Jek’s expansion to those countries can bring a healthy business competition in need for market growth.”

“Our objective is to collaborate with those countries and their government, so the technology that we bring may have broad impact for all. [..] We [Go-Jek] believe, the best way for international expansion is to partner with talented locals, share our vision, and understand how to serve the best for their nations. The role of Go-Jek is to advise, share operational experience and business development. Therefore, they [partners and locals] can create the positive impact brought by Go-Jek in the best ways possible according to the characters and needs of their country,” he added.

The bottom line is Go-Jek will engage local partners for expansion. According to our sources, a joint venture in Vietnam will be called Go-Viet. A similar step will be performed in other countries. In the bigger picture, there are several Indonesian startups going regional besides Go-Jek. Traveloka is the most significant with operational service (and local teams) almost in all SEA countries.

Andre Soelistyo, Go-Jek’s President, added, “We’ve been considering the international expansion for a long time. We want to make sure to perform the plan at the right moment with our strongest position. In our last investment round, there are many strategic investors joined, national and global. It brings up our confidence and believes that we have enough support to be the inspiring story of startup development, from Indonesia to be a regional phenomenon.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Siapkan Tujuh Triliun Rupiah, Go-Jek Umumkan Rencana Ekspansi ke Empat Negara Asia Tenggara

Go-Jek hari ini mengumumkan kepastian ekspansinya ke empat negara Asia Tenggara. Mereka adalah Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina yang akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang. Perusahaan menyiapkan dana $500 juta (sekitar 7,1 triliun Rupiah) untuk keperluan ekspansi ini.

Rencana ekspansi ini sudah menggaung sejak akhir tahun lalu, ketika CTO Ajay Gore menyebutkan rencana ekspansi ke Filipina, dan semakin kuat pasca akuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara oleh Grab. Hengkangnya Uber dari pasar Asia Tenggara dianggap sebagai momen yang pas bagi Go-Jek untuk memperluas pasar. Tidak dijelaskan sektor apa saja yang bakal disasar oleh Go-Jek di negara-negara tersebut, tetapi layanan transportasi on-demand tetap menjadi ujung tombak.

Di Indonesia Go-Jek telah menjadi raja layanan on-demand dengan berbagai suguhan layanan, termasuk pengantaran makanan, pengantaran paket, jasa pembersihan rumah, dan jasa kecantikan. Selain itu Go-Jek juga menjadi primadona dengan layanan pembayaran Go-Pay yang sudah mulai merambah sektor-sektor di luar ekosistem Go-Jek setelah mendapatkan izin penggunaan QR Code sebagai cara pembayaran.

Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam pernyatannya mengatakan, “Konsumen paling puas dan senang saat mereka punya lebih banyak pilihan. Saat ini, masyarakat di Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup pilihan atas layanan transportasi ride-hailing. Kami berharap dengan hadirnya Go-Jek di negara-negara tersebut, kami bisa menjadi aplikasi gaya hidup utama, pilihan masyarakat. Itu aspirasi kami. Di saat yang sama, kami harap kehadiran kami dapat menciptakan persaingan usaha sehat yang dibutuhkan supaya pasar di masing-masing negara terus bertumbuh.”

“Tujuan kami adalah berkolaborasi dengan negara-negara tersebut dan pemerintahnya, supaya manfaat teknologi kami bisa memberikan dampak luas bagi semua kalangan. [..] Kami di Go-Jek percaya, cara terbaik dalam melakukan ekspansi internasional adalah bermitra dengan tim lokal yang bertalenta, punya visi yang sama dengan kami, serta memahami cara terbaik untuk melayani kebutuhan negara mereka. Peranan Go-Jek adalah sebagai penasihat, berbagi pengalaman kami dalam hal operasional serta pengembangan bisnis. Sehingga, mereka [para mitra dan tim lokal] dapat menciptakan dampak positif yang Go-Jek ciptakan, dengan cara-cara terbaik dan sesuai dengan karakter dan kebutuhan negara mereka,” lanjutnya.

Faktor yang perlu ditekankan di sini adalah Go-Jek akan menggandeng mitra lokal untuk langkah ekspansinya. Menurut sumber kami, di Vietnam joint venture yang dibentuk akan bernama Go-Viet. Langkah serupa tampaknya akan dilancarkan di negara-negara lainnya. Selain Go-Jek sudah ada beberapa startup Indonesia yang going regional. Yang paling signifikan adalah Traveloka yang memiliki layanan operasional (dan tim lokal) di hampir semua negara Asia Tenggara.

President Go-Jek Andre Soelistyo menambahkan, “Kami telah mempertimbangkan rencana ekspansi internasional ini sejak lama. Kami ingin memastikan kami dapat menjalankan rencana tersebut di saat yang tepat dan dalam posisi kami yang kuat.Pada seri penggalangan investasi kami yang terakhir, banyak investor strategis besar global dan nasional yang bergabung. Inilah yang membuat kami percaya diri dan yakin, bahwa kami punya dukungan yang diperlukan untuk menjadi salah satu kisah pertumbuhan yang menginspirasi, dari menjadi fenomena Indonesia ke fenomena regional.”

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Confirms Investment and Collaboration with Global Digital Niaga

Go-Jek declares partnership and undisclosed investment from Global Digital
Nusantara (GDN), a part of GDP Ventures. It is expected to spread the use of Go-Pay, Go-Send, and others, as well as helping SMEs partners.

There will be collaboration and partnership through Blibli in developing ideal formulas and ideas. Go-Jek previously announced  $150 million investment from Astra.

Blibli and Go-Jek’s extensive collaboration

Nadiem Makarim, Go-Jek’s CEO, said to the media, the collaboration and fundraising process with GDN has been running for 1.5 years. The long discussion ended with a collaboration and some fresh fund to be integrated gradually, following Go-Jek and Blibli partnership’s needs and development.

“I see that GDN has created many job opportunities and empowered Indonesia’s
SMEs. It matches Go-Jek’s vision and mission.”

In this occasion, Tiket.com’s CEO George Hendrata and Blibli’s CEO Kusumo Martanto, avoid mentioning the investment value.

“It’s not only about [cash] money, we will collaborate with Go-Jek to support Indonesia’s SMEs. On the other hand, we also want to use Go-Jek’s current technology,” Martanto said.

Hendrata added that there will be a continuous synergy between all Blibli’s
services and features with Go-Jek.

“This investment is not only given once, there are others in need along with the access and so on. This is only the first step.”

Go-Jek’s plan for Go-Pay in 2018

Makarim reiterates on this occasion regarding Go-Pay’s position that remains a part of Go-Jek. It is Go-Jek’s long-term plan to complete the payment platform and make it accessible to the public.

“I just want to straighten out media perception that said Go-Pay will be going independent, [going] out of Go-Jek’s ecosystem. It’s not true. Go-Pay will always be a part of Go-Jek,” he said clearly.

He also added that Go-Pay has helped many people getting access to cashless
transaction along with Go-Jek’s mission is to build cashless society in
Indonesia.

“Since the very beginning, we introduce Go-Pay to help people on doing cashless transaction. Furthermore, we’ll always help our partners getting more benefits from Go-Pay,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Konfirmasi Perolehan Investasi dan Kolaborasi dengan Global Digital Niaga (GDN)

Hari ini Go-Jek meresmikan kemitraan serta investasi yang tidak disebutkan jumlahnya dari Global Digital Nusantara (GDN) yang merupakan bagian dari GDP Ventures. Bentuk kerja sama ini nantinya diharapkan bisa memperluas penggunaan Go-Pay, Go-Send dan lainnya, sekaligus menyejahterakan mitra UKM.

Melalui Blibli nantinya akan dihadirkan kolaborasi hingga kerja sama yang saat ini masih dalam pengembangan baik ide dan formula yang ideal. Turut hadir dalam acara peresmian tersebut, Menkominfo Rudiantara. Sebelumnya Go-Jek juga telah mengumumkan investasi sebesar US$150 juta (2 triliun Rupiah) dari Grup Astra.

Kolaborasi menyeluruh antara Go-Jek dan Blibli

Kepada media, CEO Go-Jek Nadiem Makarim menyebutkan, proses kerja sama dan fundraising dengan GDN telah berjalan selama 1,5 tahun. Diskusi panjang yang berakhir dengan bentuk kolaborasi dan sejumlah dana segar nantinya akan terintegrasi secara bertahap, melihat perkembangan dan kebutuhan mitra Go-Jek dan Blibli.

“Saya melihat selama ini GDN sudah menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak serta melakukan pemberdayaan kepada UKM di Indonesia. Visi dan misi tersebut, sejalan dengan kami dari Go-Jek.”

Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan dari GDN, CEO Tiket.com George Hendrata dan CEO Blibli Kusumo Martanto. Disinggung berapa jumlah investasi yang digelontorkan kepada Go-Jek, baik George dan Kusumo enggan mengungkapkannya.

“Bukan hanya investasi dalam bentuk uang saja, bersama dengan Go-Jek nantinya juga akan kami lakukan kolaborasi, untuk mendukung UKM di Indonesia. Di sisi lain kami juga ingin memanfaatkan teknologi yang saat ini dimiliki oleh tim dari Go-Jek,” kata Kusumo.

George menambahkan, nantinya akan ada sinergi yang berkesinambungan, antara semua layanan dan fitur di Blibli dengan Go-Jek.

“Investasi ini tidak hanya kami berikan satu kali, dalam beberapa kesempatan jika dibutuhkan akan kami berikan juga berupa akses dan lainnya. Investasi kali ini merupakan tahap yang pertama.”

Rencana Go-Jek terhadap Go-Pay di tahun 2018

Dalam kesempatan tersebut, Nadiem kembali menegaskan posisi Go-Pay yang tetap menjadi bagian dari Go-Jek. Hal tersebut merupakan rencana jangka panjang Go-Jek, untuk menjadikan platform pembayaran tersebut semakin lengkap dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

“Saya hanya ingin meluruskan adanya persepsi dari media selama ini yang menyebutkan bahwa Go-Pay akan berdiri sendiri dan keluar dari ekosistem Go-Jek. Hal tersebut saya tegaskan tidak benar. Go-Pay akan terus menjadi bagian dari Go-Jek,” kata Nadiem.

Nadiem menambahkan, selama ini Go-Pay sudah membantu banyak orang mendapatkan akses transaksi tanpa uang tunai yang sejalan dengan misi awal Go-Jek, yaitu membangun cashless society di Indonesia.

“Sejak awal Go-Pay kami hadirkan ingin membantu orang yang tidak memiliki uang tunai untuk melakukan transaksi dengan mudah melalui Go-Pay. Selanjutnya kami akan terus membantu mitra kami untuk mendapatkan manfaat lebih dari Go-Pay,” kata Nadiem.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Konfirmasi Akuisisi Terhadap Midtrans, Kartuku, dan Mapan

Hari ini GO-JEK memfinalisasi akuisisi tidak hanya satu, tidak juga dua, tetapi tiga startup fintech sekaligus. Mereka adalah Midtrans, Kartuku, dan Mapan dengan nilai yang tak disebutkan. Pasca akuisisi, ketiga perusahaan akan secara independen dikonsolidasi di bawah GO-JEK Group. Setiap CEO perusahaan akan melanjutkan peranannya sekarang, tetapi juga akan memegang posisi manajemen senior di GO-JEK Group. Secara garis besar, langkah ini akan membantu GO-JEK menyediakan ekosistem pembayaran inklusif untuk institusi finansial, korporasi, UKM, dan juga masyarakat yang sudah mengenal jasa perbankan atau belum.

Rumor tentang cerita akuisisi ini telah terdengar setidaknya selama tiga bulan terakhir. Sebelumnya saya berargumen akuisisi untuk Midtrans dan Kartuku bakal membantu GO-PAY, sistem pembayaran GO-JEK, untuk memiliki dukungan kuat dari payment gateway online dan offline. Penambahan Mapan, sebelumnya kita kenal dengan nama Ruma, bakal membantu GO-JEK untuk visi dealnya, mendorong inklusi finansial ke masyarakat yang lebih luas di Indonesia.

Secara bersama-sama, perusahaan-perusahaan ini telah memproses transaksi finansial sebesar 67,5 triliun Rupiah (sekitar $5 miliar) per tahunnya, melalui kartu kredit, debit, maupun dompet elektronik.

“Kini, saatnya GO-JEK melangkah maju memasuki babak baru. Melalui akuisisi ini, GO-JEK akan berkolaborasi dengan tiga perusahaan fintech nasional terdepan di Indonesia yang memiliki visi dan etos kerja yang sama dengan kami. Inisiatif ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat pondasi dan langkah kami di industri fintech Indonesia,” ujar Founder dan CEO GOJEK-Group Nadiem Makarim dalam pernyataannya.

Ia melanjutkan, “Kami sangat antusias menyambut Kartuku, Midtrans, dan Mapan ke dalam keluarga besar GO-JEK. Kami sudah bekerjasama dan mengikuti perkembangan mereka selama beberapa tahun terakhir dan sangat menantikan kolaborasi lebih lanjut untuk mewujudkan misi yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui semangat inklusi keuangan. Hal ini sejalan dengan aspirasi Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara di tahun 2020.”

CEO Mapan Aldi Haryopratomo akan memegang posisi baru di dalam GO-JEK Group untuk memimpin GO-PAY, CEO Midtrans Ryu Suliawan akan memimpin platform merchant Group, sedangkan CEO Kartuku Thomas Husted akan menjadi Group CFO yang baru.

Inklusi finansial sebagai pendorong

Sistem pembayaran memegang peranan penting bagi perusahaan digital saat ini untuk menambah konsumen baru, apalagi dengan kenyataan bahwa kepemilikan kartu kredit hanya kurang dari 4% dari total populasi. GO-PAY bukanlah satu-satunya pemain di segmen ini, tetapi ia merupakan salah satu metode pembayaran terpopuler di antara konsumen digital karena kemudahan yang ditawarkan untuk pembayaran non-tunai di sarana transportasi, pengantaran makanan, pengantaran paket, dan segmen lainnya di bawah kelolaan GO-JEK.

Presiden GO-JEK Group Andre Soelistyo mengatakan, “Tahun 2018 akan menjadi tahun di mana GO-PAY akan berkembang di luar ekosistem GO-JEK, menyediakan layanan pembayaran yang aman, nyaman, mudah, dan terpercaya baik secara offline maupun online.”

“Akuisisi ini akan mengakselerasi penetrasi dan jangkauan GO-PAY ke ranah pembayaran offline melalui Kartuku, ranah pembayaran online melalui Midtrans, serta meningkatkan inklusi finansial bagi masyarakat unbanked melalui Mapan. Kolaborasi antara perusahaan fintech nasional di dalam GO- JEK Group ini akan mendorong percepatan inklusi finansial untuk jutaan orang Indonesia serta meningkatkan produktivitas ekonomi di seluruh penjuru negeri.”

“Setelah akuisisi ini, tim manajemen dan seluruh karyawan dari masing-masing perusahaan akan beroperasi sebagaimana sebelumnya, namun dapat mengambil manfaat sinergi sebagai bagian dari GO-JEK Group,” ujarnya.

Akhir bulan lalu GO-JEK baru saja meluncurkan GO-BILLS. Konsumen bisa menggunakan GO-PAY untuk membayar tagihan, awalnya untuk tagihan listrik dan BPJS Kesehatan.

Di bulan Agustus, GO-JEK juga telah mengakuisisi Loket, sebuah platform analitik dan manajemen event, yang kini mengelola GO-TIX, platform tiket dan hiburan GO-JEK. Langkah strategis ini membantu Loket berinovasi secara agresif di segmen event.

GO-JEK mengungkapkan saat ini pihaknya melayani 15 juta pengguna aktif mingguan dengan 900 ribu pengemudi di seluruh Indonesia, lebih dari 125 ribu merchant, dan lebih dari 100 juta transaksi yang diproses di dalam platform per bulannya.

GO-JEK disebutkan tahun depan akan berekspansi ke Filipina.

Secara independen mengejar visi

Walaupun sekarang berada di bawah GO-JEK Group, Ryu dan Aldi mengkonfirmasi kepada DailySocial bahwa setiap perusahaan akan terus mengejar visinya secara independen. Go-Pay, menurut mereka, akan membantu mereka untuk melayani konsumennya secara lebih baik dan mengakselerasi setiap misi mereka.

Ryu juga mengatakan bahwa Prism, dan juga produk lain yang berada di bawah kelolaan Midtrans, akan terus melayani pasar e-commerce. “Kami tetap berkomitmen membantu mengakselerasi e-commerce di Indonesia,” ungkapnya.

Aldi menambahkan, Mapan akan terus dikembangkan untuk membantu lebih banyak keluarga Indonesia mendapatkan peluang menikmati layanan finansial berbasis komunitas. Sebagai bagian GO-JEK Group, Mapan dapat mengakselerasi inklusi finansial ke masyarakat unbanked, terutama mereka yang hidup di daerah-daerah pedesaan yang GO-JEK sendiri belum sepenuhnya tersedia.

GO-PAY akan memiliki peranan penting pasca akuisisi, tetapi metode pembayaran lainnya akan tetap didukung oleh Mapan dan Midtrans. Hal ini akan membantu masyarakat untuk tetap memiliki berbagai pilihan pembayaran yang mudah dan nyaman.

“Sebagai negara mobile first, kami percaya pembayaran digital akan semakin banyak masyarakat yang dapat dijangkau, baik di kota maupun yang ada di pelosok desa. Ini adalah upaya GO-JEK Group untuk mendukung dan mengakselerasi program pemerintah terkait inklusi keuangan dan juga ekonomi digital.”

Application Information Will Show Up Here