SEVIMA Hadirkan Platform SaaS untuk Digitalisasi Perguruan Tinggi

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di tanah air telah mengalami transformasi luar biasa berkat teknologi. Saat kegiatan belajar offline beralih ke digital, muncul platform Software-as-a-Service (SaaS) sebagai solusi untuk sektor pendidikan.

Salah satu platform SaaS yang menghadirkan solusi terpadu adalah SEVIMA. Berdiri di 2003 dan berbasis di Surabaya, SEVIMA menyebut telah mengalami pertumbuhan positif dari proyek klien yang dikerjakan, terutama saat pandemi.

Kepada DailySocial.id, CMO SEVIMA Andry Huzain, mengungkap fitur dan layanan yang ditawarkan, klaim profitabilitas yang dicapai di 2019, dan rencana bisnis selanjutnya.

Platform SaaS untuk perguruan tinggi

Mengklaim sukses menggarap proyek sejumlah klien, SEVIMA melihat peluang dalam menyediakan solusi SaaS untuk perguruan tinggi yang kini berkembang menjadi Sistem Akademik berbasis SaaS atau “SEVIMA Platform”. Solusi ini disebut dapat merevolusi digitalisasi kampus dengan biaya terjangkau dan mengatasi berbagai masalah administrasi kampus.

Masalah tersebut di antaranya adalah proses penerimaan mahasiswa, pembayaran kuliah, pembelajaran online, akreditasi, penerbitan ijazah, hingga pelaporan data kampus kepada pemerintah, yang dulunya harus diinput satu per satu di sistem hingga dicetak.

Dengan SEVIMA Platform, semua aktivitas tersebut dapat diproses secara otomatis dan saling terintegrasi. Saat ini, SEVIMA menyebut sebagian besar kliennya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dari segmen menengah hingga ke atas. Selain itu, akselerasi teknologi akibat pandemi dinilai memengaruhi pertumbuhan bisnis SEVIMA. Memanfaatkan fitur seperti EdLink, mahasiswa dapat mengakses platform SEVIMA pada saat pandemi.

“Pandemi menjadi agen transformasi untuk semua orang dan mengakselerasi semua. Kami memiliki LMS yang bernama EdLink yang kami perkenalkan lebih jauh saat masa pandemi kepada mahasiswa,” kata Andry.

Capai profitabilitas

Berbeda dengan platform edcteh pada umumnya yang masih memperoleh pendanaan, SEVIMA telah mencapai profitabilitas dan menerapkan kegiatan kampanye pemasaran secara grassroots, word of mouth, dan community base.

“SEVIMA adalah tech company dan tidak pernah bakar uang, marketing cost bisa dibilang zero,” kata Andry.

Meski saat ini sudah ada beberapa platform lokal yang menawarkan layanan serupa, Andry menilai kondisi tersebut justru memvalidasi bisnis SEVIMA. Tercatat hingga saat ini ada sekitar 800 kampus dan 3 juta mahasiswa seluruh Indonesia yang telah menggunakan platform SEVIMA.

SEVIMA mengklaim lebih unggul dari platform sejenis karena menghadirkan rangkaian produk lengkap dan mendalam dari hulu hingga ke hilir, mulai dari calon mahasiswa memanfaatkan portal (MauKuliah) untuk mencari kampus ideal yang tepat hingga menjadi mahasiswa sampai yudisium hingga menjadi alumni.

Menurut Andry, kehadiran SEVIMA mampu mendemokratisasi digitalisasi dan integrasi business process pengelolaan kampus. Tidak harus lewat laptop, aksesnya dapat dilakukan dengan ponsel. Sebelumnya, digitalisasi dan kemudahan akses administrasi dianggap hanya menjadi privilege yang dinikmati kampus-kampus besar karena telah mapan secara finansial dan mampu membuat aplikasinya sendiri.

“Jadi kita fokus ke satu yaitu untuk menjadi operating system dari perguruan tinggi dengan menghadirkan banyak layanan yang relevan,” kata Andry.

Berlangganan dan agregator pembayaran

Sumber: SEVIMA

SEVIMA menawarkan model berlangganan, memungkinkan lembaga pendidikan untuk mengakses berbagai fitur dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Selain delapan opsi berlangganan, SEVIMA juga menyediakan paket gratis SEVIMA GoFeeder Community yang dapat digunakan perguruan tinggi yang akses internetnya terbatas dan tidak memiliki mahasiswa dalam jumlah yang besar.

SEVIMA juga memiliki layanan SevimaPay yang berfungsi untuk memfasilitasi kampus dan bank untuk menerima pembayaran biaya kuliah mahasiswa secara online lewat berbagai metode, termasuk ATM dan mobile banking. SevimaPay berupaya menyederhanakan dan menyelaraskan proses pembayaran sehingga lebih mudah, cepat, dan transparan. Adapun, SevimaPay berkontribusi besar terhadap total GMV perusahaan.

“Bagian dari ekosistem kami, SevimaPay adalah payment aggregator di 800 kampus untuk bisa membayar uang kuliah melalui minimarket. Tampaknya sederhana, tapi sangat berarti bagi mahasiswa yang sebelumnya harus bayar manual di kampus dan belum memiliki akses ke perbankan,” ungkap Andry.

Ekspansi

Tahun ini, perusahaan berencana menghadirkan inovasi yang relevan dengan pengembangan fitur, melakukan ekspansi pasar dan perekrutan, serta mengeksplorasi pengembangan AI. SEVIMA mengklaim tumbuh secara berkelanjutan sebesar 50% (YoY), dengan target addressable market domestik yang masih terbuka luas.

Disinggung tentang penggalangan dana, Andry menegaskan, jika ada investor yang menawarkan peluang untuk mendukung ekspansi regional SEVIMA, ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi perusahaan dan kerja sama yang strategis.

“Di Indonesia ada 4.500 kampus dan baru sekitar 800 kampus yang menggunakan SEVIMA. Komitmen kami sangat kuat untuk memperluas demokratisasi kampus, termasuk peluang untuk ekspansi ke luar negeri dalam tiga tahun ke depan.” Tutup Andry.

Aplikasi Job2Go Tawarkan Layanan Pencarian Kerja Berbasis On-demand

Industri startup di Indonesia kembali kedatangan pemain baru. Melalui PT Sinergi Performa Cipta, aplikasi pencarian lowongan kerja berbasis on-demand, Job2Go resmi diperkenalkan.

Dalam keterangan resmi kepada DailySocial, Co-founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso menyebutkan ada sejumlah faktor yang mendorong pengembangan layanan tersebut. Pertama, meningkatnya tren pekerja kekinian di Indonesia yang mengedepankan jam kerja dan lokasi fleksibel, serta mau mencoba berbagai pekerjaan baru.

Hal ini turut diperkuat oleh riset PersolKelly 2018 APAC Workforce Insight yang menunjukkan sebanyak 39 persen responden di Indonesia berminat mencari pekerjaan yang lebih fleksibel dari sisi kontrak kerja.

Selain itu, peningkatan tren ini juga dipicu oleh model bisnis gig-economy yang menekankan efisiensi dan efektivitas dengan teknologi. Istilah gig-economy merujuk pada ekosistem di mana seseorang melakukan pekerjaan on-demand atau jangka pendek.

Perkembangan teknologi mobile memicu semakin banyak yang ingin berpartisipasi di gig-economy. Hal ini mendorong perubahan perilaku konsumen yang menginginkan jasa atau produk yang serba instan dan customized, seperti di sektor e-commerce dan transportasi.

Menurutnya tren ini memberikan dampak positif yang menumbuhkan sektor ketenagakerjaan, mulai dari pekerja paruh waktu (freelance worker), pekerja mandiri (independent worker), dan staf yang direkrut untuk jangka pendek atau saat dibutuhkan (on-demand worker)

Di sisi lain, kita tidak dapat mengabaikan bahwa angka pengangguran semakin tinggi. Bagi mereka yang minim kemampuan kerja (low skill), pencarian kerja tentu menjadi masalah. “Maka itu, Job2Go membidik siapapun yang ingin cepat dapat pekerjaan yang menonjolkan pada pekerjaan sederhana dan tanpa keahlian khusus,” paparnya.

Dari sisi produk, aplikasi Job2Go dibekali teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mendapatkan kecocokan antara penawaran dan permintaan kerja. Selain itu juga menyediakan informasi lowongan pekerjaan on-demand dan pekerjaan lain yang tersedia di lokasi dekat para pencari kerja.

“Kami mengolah informasi dasar dari pekerja, seperti pendidikan dan keterampilan dipadukan dengan catatan performa pekerjaan sebelumnya,” ungkap Kurniawan.

Adapun Job2Go menawarkan berbagai pilihan jenis pekerjaan, mulai dari tenaga penjualan, merchandising, SPG, staf pemasaran, staf administrasi, staf magang, dan akan berkembang pada berbagai profesinya lainnya.

Kemudian, untuk memperkuat layanannya, Job2Go menyediakan sistem pembayaran pekerjaan yang terintegrasi di dalam saldo aplikasi.

Sebagai informasi, Job2Go dikembangkan oleh anak Indonesia yang telah mengantongi pengalaman di sejumlah perusahaan global. Kurniawan Santoso, misalnya, pernah bekerja di beberapa perusahaan Silicon Valley, seperti Google, Oracle, dan Facebook.

Kemudian, Co-founder & COO Saat Prihartono pernah berkarier di OVO dan perusahaan FMCG. Terakhir, Co-founder & CPO Andry Huzain sebelumnya adalah Co-founder TunaiKita dan pernah berkarier sebagai posisi senior di perusahaan digital.

Saat ini aplikasi Job2Go sudah tersedia di Google Play Store dan akan menyusul untuk versi iOS di App Store.

Application Information Will Show Up Here

Platform “Digital Tunai Kita” Segera Diakusisi Multifinance Danasupra

Perusahaan pembiayaan Danasupra Erapacific (Danapac) mengumumkan akuisisi startup p2p lending Digital Tunai Kita (DTK) guna mewujudkan ambisinya dalam menurunkan kredit macet dalam penyaluran pembiayaan lewat teknologi.

Presiden Direktur Danapac Odang Muchtar menuturkan, perusahaan tengah dalam proses due diligence atas kesepakatan jual beli saham DTK yang masih berjalan. Danatrac telah menandatangani dokumen Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (PJBSB) untuk membeli saham DTK dari Kresna Usaha Kreatif (KUK), anak usaha Kresna Graha Investama, dan JAS Kapital pada 6 Maret 2018. Diprediksi finalisasi transaksi bakal rampung pada Mei 2018.

“Sebagai listed company, perseroan akan selalu mematuhi seluruh peraturan dan perundangan yang berlaku dan menjunjung tinggi prinsip GCG, dan kehati-hatian guna menciptakan nilai tambah yang maksimal dan berkelanjutan tinggi bagi para pemangku kepentingan perseroan,” tuturnya seperti dikutip dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia,” Kamis (15/3).

Menurut Odang, rencana pemanfaatan teknologi terkini adalah salah satu strategi utama perseroan guna memantapkan posisinya sebagai perusahaan pembiayaan terkemuka. Terlebih, teknologi lending robot yang dimiliki DTK dinilai penting untuk membantu perseroan terutama dalam hal proses modernisasi proses credit underwriting dan manajemen kredit macet berdasarkan analisa kredit dari sisi perilaku pemohon kredit.

“Investasi di DTK merupakan salah satu langkah yang diambil perseroan untuk mempercepat adopsi teknologi dan selalu berada satu langkah di depan di antara para pesaingnya di pasar, tidak hanya dalam hal peningkatan kepuasan konsumen namun juga dalam memperkokoh sistem manajemen risiko perseroan,” sambungnya.

Akan tetapi saat dihubungi terpisah oleh DailySocial untuk dimintai komentarnya lebih lanjut, baik pihak Kresna Graha Investama maupun DTK menolak untuk memberikan pernyataannya. “Belum bisa komentar untuk yang ini [akuisisi DTK],” terang Managing Director Kresna Graha Investama Surjandy Jahja dan COO Andry Huzain, saling kompak.

Sebagai informasi, Kresna Graha terhubung dengan DTK maupun Danapac lewat kepemilikan saham yang ditanamkan di kedua perusahaan tersebut. Di dalam DTK, terdapat tiga pemegang saham, yakni KUK, JAS Kapital, dan WeCash, startup asal Tiongkok yang bergerak sebagai penyedia big data dan machine learning untuk evaluasi kredit konsumen dan co-underwrite.

Ketiga pemegang saham di atas memiliki afiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Kresna Graha. Kendati belum diketahui persentase saham yang dimiliki masing-masing perusahaan.

Tak hanya itu, per kuartal III/2017 Kresna Graha memiliki saham di Danapac sebesar 9,71%. Serta anak-anak usaha dari Kresna Graha seperti Asuransi Jiwa Kresna (11,33%) dan Asuransi Kresna Mitra (8,18%) juga merupakan shareholder Danapac. Sehingga Danapac terafiliasi dengan Grup Kresna.

Kinerja bisnis Digital Tunai Kita

DTK telah terdaftar di OJK sejak 24 Agustus 2017, merupakan startup yang bergerak di segmen p2p lending dengan memanfaatkan kombinasi antara prinsip finansial, teknologi mobile, big data, dan machine learning untuk menghasilkan lending robot. Bagi penyandang dana, teknologi tersebut dipakai untuk mengevaluasi kelayakan kredit konsumen, mencegah fraud, dan menyetujui pengajuan pinjaman.

Dalam model bisnisnya, DTK bekerja sama dengan multifinance dan perbankan untuk mempermudah akses konsumen mendapatkan kredit tanpa agunan, pembiayaan pembelian barang, serta menurunkan kredit macet secara signifikan.

Saat ini DTK menawarkan pinjaman cicilan tunai berkisar Rp4 juta sampai Rp20 juta yang dapat diangsur dengan tenor 3-6 bulan. Produk lainnya untuk pinjaman jangka pendek berkisar Rp1 juta sampai Rp5 juta dengan tenor fleksibel antara 10-30 hari.

Mencermati Tantangan dan Regulasi Layanan Fintech

Berangkat dari pengalamannya bekerja di Lazada, MNC Group, dan Detik, Andry Huzain menjadi salah satu Co-Founder TunaiKita. Layanan peer-to-peer (P2P) lending yang merupakan bagian Wecash Global ini memberikan pinjaman modal kepada calon peminjam, dengan dana berasal dari orang umum yang memiliki uang lebih untuk dipinjamkan.

Skema P2P lending, yang saat ini makin populer di ranah financial technology, merupakan industri yang paling populer sepanjang tahun 2017.

Market cap [Market capitalization] untuk layanan fintech sudah jelas angkanya dan dijamin akan menguntungkan. Berbeda dengan layanan e-commerce yang masih tidak pasti. Alasan tersebut yang kemudian menjadikan fintech [sebagai] industri paling favorit dengan potensi yang cerah di Indonesia,” kata Andry.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, Andry Huzain berbagi cerita dan pengalaman saat mulai membangun TunaiKita, layanan fintech yang memiliki prosedur dan peraturan yang cukup ketat. Dimonitor dan diatur OJK dan BI, layanan fintech cukup rumit dan sebaiknya dicermati calon pelaku startup yang ingin meluncurkan layanan fintech di Indonesia.

Terdapat empat tantangan yang kerap dihadapi oleh pelaku startup fintech di tanah air, dan berikut adalah rangkuman tersebut seperti yang disampaikan Andry.

Tidak ada pengguna yang loyal

Menurut survei yang telah dilakukan TunaiKita, kebanyakan pengguna layanan fintech adalah kalangan millennial. Dari hasil survei tersebut bisa disimpulkan, kebanyakan dari user tersebut tidak memiliki loyalitas terhadap brand dan cenderung untuk berpindah ke brand layanan fintech yang satu dan lainnya. Hal ini wajib dicermati calon pelaku startup.

“Hal lain yang juga wajib dicermati adalah kebanyakan pengguna kemudian mencoba untuk menggunakan layanan fintech yang dipilih, berasal dari rekomendasi teman, keluarga hingga kerabat terdekat. Menjadikan bisnis ini sarat dengan faktor kepercayaan dan tentunya ‘trust’,” kata Andry.

Tantangan verifikasi data

Faktor lain yang wajib dicermati calon pelaku startup jika ingin menghadirkan layana fintech adalah tidak adanya central database yang lengkap di Indonesia. Hal tersebut menyulitkan startup untuk melakukan verifikasi hingga konfirmasi data calon pengguna secara cepat. Hal tersebut juga berlaku kepada ketentuan virtual signature. Masih sulitnya startup melakukan verifikasi dengan memanfaatkan tanda tangan virtual diakui TunaiKita menjadi kendala tersendiri.

“Pastikan semua data center ada di Indonesia. Perhatikan juga soal sertifikasi ISO hingga SNI yang wajib diketahui dengan jelas oleh pelaku startup fintech,” kata Andry.

Payment gateway

Di Indonesia semua dana yang disalurkan, baik itu dari layanan e-commerce hingga P2P lending, harus diendapkan di akun escrow atau Virtual Account terlebih dahulu. Peraturan yang ditetapkan oleh regulator tersebut terkadang cukup menyulitkan penyaluran dana secara cepat kepada lender hingga borrower. Untuk itu pastikan dengan jelas batas waktu hingga ketentuan (limit date) untuk setiap transaksi yang diterapkan. Jangan sampai proses yang cukup memakan waktu tersebut merusak jalannya prosedur menjadi kacau hingga terhambat.

Pemilihan talenta yang tepat

Hal penting lainnya yang wajib dicermati oleh calon pelaku startup adalah pemilihan talenta yang cukup krusial. Andry menyebutkan terdapat empat skill yang wajib dimiliki pegawai startup. Mereka termasuk legal compliance, technical, business analyst, dan akuntansi perbankan.

“Idealnya lagi adalah rekrut pegawai yang memiliki dua kemampuan sekaligus. Dengan demikian Anda bisa mendapatkan talenta yang lengkap dan membantu startup menjalankan bisnis,” kata Andry.

Melalui Aplikasi Berbasis “Lending Robot”, TunaiKita Targetkan Transaksi 40 Miliar Rupiah di 2017

TunaiKita, sebagai startup digital bagian Wecash Global, mengumumkan peluncuran sebuah aplikasi berupa “lending robot” –sebuah istilah untuk sistem layanan investasi otomatis peminjaman peer-to-peer—untuk layanan pinjaman tanpa agunan. Di awal peluncurannya, layanan tersebut baru tersedia untuk pengguna di Jabodetabek. TunaiKita mengungkapkan secara bertahap pihaknya akan segera berekspansi ke wilayah lainnya.

Sebelumnya startup dengan nama legal PT Digital Tunai Kita tersebut telah merilis versi beta dari aplikasinya sejak bulan Mei 2017 lalu. Sampai saat ini lebih dari 30 ribu pengguna ponsel pintar telah mengunduh aplikasi tersebut. Salah satu keunggulan yang ingin dihadirkan aplikasi ini adalah proses pengajuan peminjaman yang ringkas dengan pengalaman pengguna yang sederhana.

Untuk melakukan pengajuan pinjaman, semua proses dilakukan menggunakan aplikasi. Dimulai dengan menentukan besaran pinjaman serta jangka waktu, kemudian melakukan scan, foto diri dan pelengkapan pemberkasan lainnya, hingga pada akhirnya proses analisis dan persetujuan peminjaman.

TunaiKita ingin mencapai target transaksi pinjaman hingga 40 miliar rupiah hingga akhir tahun 2017 ini. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengakselerasi pertumbuhan transaksi ialah dengan merilis aplikasi versi iOS TunaiKita yang tengah dalam proses pengembangan. Harapannya mereka dapat menjangkau lebih banyak segmentasi pasar pengguna ponsel pintar.

“Saya mendapat informasi bahwa credit gap di Indonesia cukup mencengangkan di angka $80 miliar per tahun, jadi rencana kami mencapai Rp 40 miliar pinjaman hanya akan menutupi 1/5000 [seperlima ribu] kekurangannya. Tetap kita harus memulai ini dari mana pun. Saya berharap untuk bekerja lebih erat dengan partner institusi keuangan untuk berbuat lebih banyak ke depannya,” ujar CEO TunaiKita James Chan.

Gerak cepat co-founder untuk memaksimalkan momentum

TunaiKita didirikan oleh dua orang Co-Founder, yakni James Chan dan Andry Huzain. James memiliki pengalaman karier di bidang modal ventura dan wirausaha. Secara paralel James saat ini juga menjabat sebagai CEO Wecash Asia Tenggara dan Chief Strategy Officer Wecash Group. Sementara rekannya Andry yang bertindak sebagai COO TunaiKita sebelumnya berpengalaman di beberapa perusahaan lokal, seperti MNC Group, Detikcom, dan Lazada. Jajaran komisaris diisi Managing Director PT Kresna Graha Investama dan Group CEO Wecash.

“Enam bulan terakhir merupakan masa-masa yang dinamis untuk menjawab semua tantangan. Mulai dari proses desain, pengembangan dan pengujian aplikasi Android, hingga pengembangan aplikasi Loan Management System dari nol, serta menyiapkan tim operasi hingga siap melayani pelanggan dalam waktu sekitar 13 minggu saja. James dan saya beruntung berkesempatan memimpin tim yang luar biasa,” ungkap COO TunaiKita Andry Huzain.

Tim TunaiKita saat ini terdiri dari 34 orang dengan basis kantor di kawasan Setiabudi Atrium. Untuk bergerak cepat, selain pengembangan aplikasi, saat ini TunaiKita mengaku tengah agresif mengembangkan tim di semua lini. Dari traksi yang ada sejak peluncuran beta, pertumbuhan per bulannya diklaim mencapai 30% dari sisi pelanggan. TunaiKita benar-benar ingin menjadi Wecash-nya Indonesia.

Wecash sendiri di Tiongkok menjadi salah satu lembaga keuangan digital yang mumpuni. Saat ini pihaknya mengklaim telah memiliki lebih dari 100 juta nasabah dan bekerja sama dengan 30 lembaga keuangan seperti bank, multi-finance dan peer-to-peer platform. Induk usaha TunaiKita ini didirikan sejak tiga tahun lalu, dan saat ini telah membukukan arus pinjaman $7 miliar. Sistem yang diadaptasi dalam TunaiKita sama dengan yang digunakan WeCash.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Fintech Tiongkok WeCash Masuki Pasar Indonesia

Layanan fintech Tiongkok WeCash, yang fokus mengembangkan produk evaluasi data kredit konsumen, pendeteksian fraud, dan pemberian pinjaman konsumsi, memasuki pasar Indonesia dengan menggandeng JAS Kapital dan Kresna Investments. Ini adalah langkah ekspansi WeCash kedua di Asia Tenggara setelah sebelumnya hadir di Singapura.

Perusahaan joint venture antara tiga pihak ini bernama PT Digital Tunai Kita (DTK) yang akan menggandeng bank dan perusahaan multifinance untuk memberikan pinjaman dengan jangkauan yang lebih luas. Secara model bisnis, DTK mirip dengan UangTeman karena sumber pendanaan pinjaman bukan berasal dari masyarakat umum.

“Kami senang dengan peluang berkontribusi di ekosistem fintech Indonesia dan bermitra dengan Kresna Investments dan JAS Kapital. Keduanya termasuk yang unggul di bidang perbankan, finansial, dan fintech,” ujar Chief Strategy Officer WeCash James Chan.

JAS Kapital adalah pengelola layanan e-money Mandiri E-Cash, sementara petualangan terbaru Kresna Investments adalah membantu grup pengelola Ranch Market (Supra Boga) mendirikan layanan online grocery KeSupermarket.

Dengan dukungan teknologi WeCash dan pengetahuan lokal JAS Kapital dan Kresna Investments diharapkan dapat mempercepat program inklusi keuangan yang digalakkan pemerintah dan menjangkau mereka yang selama ini sulit mendapatkan pinjaman langsung dari lembaga keuangan formal, seperti bank.

DTK akan dipimpin Direktur dan CEO James Chan dan COO Andry Huzain. Managing Director Kresna Investments Jahja Suryandy menjadi Presiden Komisaris DTK, sedangkan Co-Founder dan CEO WeCash George Zhi masuk di jajaran Komisaris.

Menurut Jahja, di tahun 2015 tingkat konsumsi finansial Indonesia mencapai $18.8 miliar (lebih dari 250 triliun Rupiah) dan menjadi $19.2 miliar di empat bulan pertama tahun 2016.

WeCash yang berdiri tahun 2014 telah memperoleh pendanaan total $26,51 juta (355 miliar Rupiah) dalam dua putaran.

“DTK akan membantu  kita membawa berbagai jenis layanan finansial dari mitra perbankan dan multifinance ke tangan puluhan juta masyarakat Indonesia,” tutup Co-Founder JAS Kapital Izak Jenie.

BrandOutlet Resmi Luncurkan Aplikasi Mobile

BrandOutlet, e-commerce pertama garapan MNC Group akhir pekan kemarin mengumumkan kehadiran mereka dalam bentuk aplikasi mobile. Aplikasi yang diperuntukkan untuk pengguna Android tersebut merupakan salah satu perwujudan BrandOutlet untuk memuaskan pengguna mereka.

Sama seperti konsep aplikasi mobile untuk toko online kebanyakan aplikasi dari BrandOutlet ini akan memberikan pengalaman pengguna yang sedikit berbeda. Untuk aplikasi ini BrandOutlet sendiri telah menyematkan beberapa fitur yang menjadi andalan untuk terus menjamin kepuasan pelanggan mereka yakni fitur White List, COD dan Free Delivery.

“Objektif kita adalah kepuasan pelanggan, dan mobile app adalah cara kita untuk memuaskan para pelanggan,” ujar Chief Operational Officer BrandOutlet Andry Huzain.

Untuk informasi, BrandOutlet adalah salah satu e-commerce dengan fokus pada fashion. Pada awal kemunculannya Februari silam pihak BrandOutlet mengungkapkan bahwa mereka akan fokus pada label-label mode dan kecantikan pilihan yang memiliki standar premium dengan persentase 60% untuk brand lokal dan 40% brand internasional.

Saat itu juga pihak BrandOutlet juga membocorkan rencana mereka untuk hadir semua platform. Baik itu dekstop, mobile web maupun aplikasi mobile untuk berbagai platform. Dan dengan diluncurkannya aplikasi Android ini, berkaca pada apa yang disampaikan Februari lalu kurang lebih dalam waktu dekat pihaknya juga akan hadir untuk platform iOS.

Tampilan BrandOutlet Aplikasi
Tampilan BrandOutlet Aplikasi
Tampilan BrandOutlet Aplikasi
Tampilan BrandOutlet Aplikasi
Tampilan BrandOutlet Aplikasi
Tampilan BrandOutlet Aplikasi

Sekilas mencoba aplikasi BrandOutlet

Sama seperti tema di website resminya aplikasi Brandoutlet didominasi warna hitam dan putih. Sebelum ke menu utama, tempat untuk mencari dan menampilkan barang-barang Anda akan dihadapkan dengan pilihan kategori brand, apakah brand reguler atau brand premium. Persis seperti di situs resminya. Setelah itu masih ada pilihan kategori seperti pakaian, aksesoris, dan lainnya sebelum benar-benar dihadapkan dengan feed produk yang ditawarkan.

Application Information Will Show Up Here

Baidu and Lazada Partners to Bring Indonesia’s E-Commerce Industry to the Top

Chinese internet giant Baidu has just made a partnership with Lazada Indonesia official yesterday (6/10). The partnership allows users of Baidu Browser access Lazada through a shortcut, which is in the form of Lazada’s icon on its home page. In return, Lazada provides a special page dedicated to Baidu users entitled the “Baidu Special”. The page displays special deals at special price that can only be accessed by the users of Baidu Browser all over Indonesia. Continue reading Baidu and Lazada Partners to Bring Indonesia’s E-Commerce Industry to the Top

Baidu dan Lazada Jalin Kerja Sama Mantapkan Industri E-Commerce Indonesia

Perusahaan internet raksasa asal Tiongkok Baidu kemarin (6/10) secara resmi mengumumkan kemitraan mereka dengan salah satu situs e-commerce Indonesia, Lazada. Kerja sama tersebut menyajikan pengalaman baru berbelanja online di situs Lazada untuk para pengguna setia Baidu Browser melalui jalan pintas, berupa ikon Lazada di halaman muka. Lazada juga menyediakan halaman “Baidu Special” khusus bagi pengguna Baidu Browser.

Continue reading Baidu dan Lazada Jalin Kerja Sama Mantapkan Industri E-Commerce Indonesia

Masuki Tahun Kedua, Lazada Indonesia Rekrut Tiga Petinggi Baru

Menjelang ulang tahunnya yang ke-2 yang jatuh pada 26 Maret, salah satu pemain besar e-commerce di Indonesia, Lazada Indonesia baru saja mengumumkan telah merekrut tiga praktisi sekaligus untuk memacu pertumbuhan bisnisnya di tahun 2014. Siapa saja sosok yang dipercaya mengisi posisi strategis tim internal Lazada Indonesia? Continue reading Masuki Tahun Kedua, Lazada Indonesia Rekrut Tiga Petinggi Baru