Asus ROG Strix Flare Adalah Keyboard Mekanis dengan Sejumlah Elemen Desain Cerdas

Sebelum Computex dihelat di pertengahan tahun nanti, Asus rupanya tidak mau melewatkan dan menyia-nyiakan ajang CES begitu saja. Dalam salah satu expo teknologi terbesar yang diadakan di Las Vegas itu, Asus mengumumkan sejumlah produk untuk kategori PC gaming.

Yang pertama dan yang paling menarik perhatian saya – karena saya setiap harinya selalu mengetik dan bermain game – adalah sebuah keyboard mekanis bernama ROG Strix Flare. Strix Flare bukanlah keyboard mekanis pertama Asus, tapi ia yang pertama berhasil mengundang ketertarikan lewat desainnya.

Bukan, bukan sistem pencahayaan RGB-nya yang tampak menggoda, melainkan sejumlah keputusan desain yang menurut saya sepele tapi berpengaruh signifikan. Ambil contoh peletakan tombol untuk mengontrol media. Di saat mayoritas pabrikan keyboard menempatkannya di sebelah kanan, Asus memindahnya ke sebelah kiri pada Strix Flare.

Menurut saya ini punya dampak yang cukup krusial. Pasalnya, mengatur volume di tengah-tengah sesi tembak-menembak CS:GO bisa dilakukan tanpa harus melepas mouse sama sekali, terkecuali Anda merupakan pengguna mouse kidal. Hal yang sama juga berlaku untuk mengontrol jalannya musik, menonaktifkan tombol Windows maupun menyetel tingkat kecerahan lampu RGB.

Asus ROG Strix Flare

Elemen desain cerdas yang kedua adalah cekungan kecil di bagian bawah keyboard yang bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan kabel headset (sayang tidak ada gambarnya), mencegah kabel yang tidak sengaja tertarik karena sedang asyik berkonsentrasi mencari headshot. Lebih lanjut, palm rest-nya tampak menipu karena dari depan kelihatan tidak ada celah di antaranya dan keyboard.

Selebihnya, Asus tentu saja tidak lupa akan performa keyboard itu sendiri. Masing-masing tombol Strix Flare mengemas switch Cherry MX RGB – bisa dalam varian Red yang linear, Brown yang tactile atau Blue yang clicky. Asus juga berencana menghadirkan varian MX Speed Silver ke depannya.

Lampu RGB yang ada di balik tiap-tiap tombol Strix Flare dapat dikontrol secara terpisah, atau dengan menerapkan satu dari 13 efek yang tersedia. Strix Flare juga menjadi keyboard pertama yang memanfaatkan software konfigurasi terbaru Asus, yang diklaim lebih optimal dan lebih komprehensif dalam mengakomodasi pengaturan profil, makro dan pencahayaan RGB itu tadi.

Asus menjadwalkan pemasaran ROG Strix Flare di kawasan Amerika Serikat mulai Februari mendatang seharga $180. Semoga saja mereka bisa dengan cepat membawanya ke tanah air.

Sumber: Asus.

Cuma $350, Monitor Gaming Terbaru Asus Andalkan Layar Curved dan Refresh Rate Tinggi

Asus bukanlah nama yang asing di ranah monitor gaming. Konsumen pun juga tahu kalau deretan monitor gaming besutan Asus kerap mengusung banderol harga yang cukup tinggi. Itulah mengapa sangat menarik ketika Asus memperkenalkan monitor gaming baru yang bisa menawarkan keseimbangan antara fitur, performa dan harga.

Pertama-tama, secara desain monitor bernama Asus ROG Strix XG27VQ ini sudah bisa diunggulkan karena mengusung layar yang curved alias melengkung, dengan kurvatur sebesar 1800R guna memberikan kesan yang lebih immersive. Layar curved dalam dimensi seringkas ini tergolong langka di pasaran.

Kedua, meskipun panel layar 27 incinya cuma mengemas resolusi 1920 x 1080 pixel, refresh rate maksimumnya bisa mencapai angka 144 Hz, dan ia pun telah mendukung teknologi FreeSync untuk mengakomodasi pengguna kartu grafis AMD serta dynamic refresh rate. Sebagai pemanis, Asus turut menyertakan fitur Extreme Low Motion Blur (ELMB) guna mempertajam tampilan aksi-aksi cepat.

Asus ROG Strix XG27VQ

Spesifikasi lainnya tergolong standar untuk kategori monitor gaming, meliputi tingkat kecerahan maksimum 300 nit, rasio kontras 3.000:1, viewing angle 178º dan response time 4 milidetik. Konektivitasnya bisa memanfaatkan HDMI 1.4, DIsplayPort 1.2 atau DVI-D.

Kembali lagi soal desain, dudukannya bisa diatur tinggi-rendahnya, dan layar juga bisa dibelokkan ke kiri atau kanan dengan mudah. Kalau itu belum cukup, monitor ini juga sanggup memproyeksikan logo ROG di bawah dudukannya, dan sistem pencahayaan RGB-nya pun kompatibel dengan sistem Aura besutan Asus.

Namun tetap saja bagian terbaik dari monitor ini adalah harganya. Dengan modal $350 saja, konsumen bisa mendapat monitor gaming berlayar curved dan yang memiliki refresh rate tinggi.

Sumber: AnandTech dan Asus.

Mouse Gaming Asus ROG Pugio Andalkan Tombol Samping dan Switch Modular

Mouse tipe ambidextrous adalah solusi pabrikan atas upayanya untuk tidak mendiskriminasikan pengguna kidal sekaligus tidak merugi akibat penjualan mouse kidal yang sedikit. Sayang tidak semua mouse ambidextrous nyaman digunakan, terutama akibat kehadiran tombol ekstra di kiri-kanan yang sering terklik tanpa sengaja.

Menurut Asus, mereka punya solusi yang lebih efektif dalam wujud mouse ambidextrous dengan tombol samping modular. Modular berarti bisa dilepas-pasang, dan mekanismenya sangat mudah karena mengandalkan magnet. Kalau Anda hanya perlu tombol di sebelah kiri, lepas saja tombol di samping kanan mouse bernama ROG Pugio ini, demikian pula sebaliknya untuk pengguna bertangan kidal.

Asus ROG Pugio

Asus memang bukan yang pertama menerapkan fitur semacam ini; Logitech G900 turut dibekali mekanisme lepas-pasang tombol samping yang serupa. Maka dari itu, Asus sudah menyiapkan fitur lain yang tak kalah menarik, yakni switch tombol yang juga bisa dilepas-pasang dengan mudah.

Mengganti switch milik mouse ini hanya memerlukan tiga langkah: 1) lepas keempat sekrup di bagian bawah mouse, 2) buka mouse dengan menarik penutupnya ke atas, 3) lalu tinggal lepas switch-nya satu per satu – memasangnya pun tidak lebih rumit dari melepasnya.

Asus ROG Pugio

Pugio datang dengan switch Omron D2FC-F-K (buatan Tiongkok) yang tahan sampai 50 juta klik, tapi Asus turut membekalinya dengan switch cadangan Omron D2F–01F (buatan Jepang) – plus Pugio juga kompatibel dengan sejumlah switch Omron model lainnya. Jadi selain bisa memperpanjang umur mouse dengan mengganti switch-nya, pengguna sejatinya juga bisa memilih switch dengan resistensi yang paling pas untuknya.

Soal performa, Asus ROG Pugio didukung oleh sensor optik beresolusi maksimum 7.200 DPI, dan sensitivitasnya dapat diganti menggunakan tombol di bawah scroll wheel. Tentu saja, mouse ini tak akan lengkap tanpa sistem pencahayaan RGB, dan yang tertarik sudah bisa meminangnya seharga $90.

Sumber: PC Gamer.

Nvidia Buka-Bukaan Mengenai Desain Max-Q yang Inovatif

Tak lama selepas notebook gaming diperkenalkan ke publik, perkembangan teknologinya melaju sangat pesat. Dahulu, mayoritas gamer akan memandangnya sebelah mata dan bilang, sulit bagi laptop untuk menyamai performa PC desktop. Prasangka ini pelan-pelan tersingkir setelah para produsen sukses menyematkan hardware kelas desktop ke komputer ‘mobile‘.

Dari sana, terobosan yang mereka lakukan tak sedikitpun melambat. GPU dan CPU generasi terbaru kini lebih bertenaga, efisien dalam pemakaian listrik, serta memakan lebih sedikit ruang. Dalam satu dua tahun ke belakang, kita terus kebanjiran notebook-notebook tipis bersetifikat VR ready. Dan sebuah inovasi baru diungkap oleh Nvidia di Computex 2017 kemarin: sebuah desain bernama Max- Q.

Nvidia Max-Q 6

Gagasan di belakang Max-Q terdengar sederhana, yakni memungkinkan kartu grafis high-end dimasukkan dalam sistem-sistem bertubuh tipis. GPU ‘high-end‘ tersebut bukan sekadar tipe VR ready, tapi model-model paling canggih saat ini seperti GTX 1070 dan GTX 1080. Berkatnya, laptop berketebalan (paling tipis) 18-milimeter dapat menyikat game-game blockbuster baru di setting grafis serta resolusi tinggi dan tetap menyuguhkan ratusan FPS.

Nvidia Max-Q 4

Janji ini tentu memunculkan banyak pertanyaan: bagaimana dengan panas yang dihasilkan hardware? Akan seperti apa suara kipasnya? Dapatkah Nvidia mempertanggungjawabkan klaim tersebut? Lalu apa dampak Max-Q terhadap komponen lain? Bermaksud untuk menjelaskan Max-Q lebih lengkap, perusahaan spesialis teknologi grafis asal Santa Clara itu mengundang media di kawasan Asia Pasifik untuk hadir di acara pers di Bangkok.

Nvidia Max-Q 3

Dalam presentasinya, Jeff Yen selaku director of tech marketing GeForce menjelaskan bahwa Max-Q merupakan langkah mereka dalam merealisasikan satu keinginan, yaitu menciptakan laptop yang tipis, sanggup menangani gaming di 4K, dan bisa bekerja dengan hening. Dilemanya, GTX 1080 – kartu grafis kelas konsumen yang bisa menjalankan game di UHD – butuh TDP 180W agar beroperasi optimal; namun laptop bertubuh tipis mungkin hanya menyajikan 90W.

Nvidia Max-Q 1

Setidaknya ada empat hal yang jadi pilar dari kecanggihan Max-Q: pemanfaatan kartu grafis berkinerja tinggi di tingkat paling efisien, penyajian game di setting optimal, penggunaan solusi pendingin canggih, serta pemakaian regulator yang efisien (atau voltage regulator module adalah converter pemasok tenaga, sehingga microprocessor memperoleh tenaga yang mecukupi).

Nvidia Max-Q 2

Jeff Yen menegaskan bahwa di unit proses grafis, efisiensi puncak berbeda dari performa tertinggi. Kekuatan hardware sangat memang memengaruhi kinerja grafis, tapi di satu titik, kenaikannya akan melandai – yaitu ketika kecepatan komponen tak lagi meningkatkan performa secara signifikan. Titik itulah target dari desain Nvidia Max-Q.

Nvidia Max-Q 12

Nvidia Max-Q 13

Dengan menemukan titik efisiensi tertinggi, laptop mampu menghidangkan keseimbangan sempurna antara performa, desain, hingga suara yang dihasilkan sistem pendingin. Dibanding perangkat gaming ber-chip Nvidia Kepler, laptop Max-Q jauh lebih tipis (18mm vs. 51mm), bobotnya setengah kali lebih ringan (2,3kg vs. 4,5kg), dengan performa 3,3 kali lebih tinggi (GTX 1080 vs. GTX 880M).

Nvidia Max-Q 14

Lalu bagaimana jika Max-Q dikomparasi dengan perangkat berarsitektur Nvidia Pascal? GTX 1060 adalah standar VR ready dan sudah lebih dari cukup untuk menangani game-game terbaru. Dengan menyematkan GTX 1080 di perangkat bervolume hampir serupa, Anda memperoleh lompatan kinerja 1,5 sampai 1,75 kali lipat di judul-judul blockbuster seperti The Division, Rise of the Tomb Raider, Hitman, Far Cry Primal, The Witcher 3, serta Crysis 3.

Nvidia Max-Q 15

Suaranya pun jauh lebih hening. Di kondisi full load, gaming laptop umumnya mengeluarkan suara 50dBA (desibel) lebih, terutama model-model ultrabook. Sementara notebook ber-GTX 1080 dan Max-Q hanya menghasilkan 40dBA.
Tentu saja laptop dengan GTX 1080 Max-Q tidak ‘setangguh’ sepupunya yang menyimpan GTX 1080 standar. Meski demikian, perbedaannya tidak begitu jauh hingga benar-benar berdampak pada kenyamanan ber-gaming. Berdasarkan keterangan Yen, selisihnya hanya 4 sampai 7 persen; mencapai 15 persen hanya di kondisi paling ekstrem.

Nvidia Max-Q 6

Nvidia Max-Q 7

Proses pengoptimalan desain Max-Q dilakukan pada hardware, khususnya pada rancangan silikon. Jeff Yen bilang pada saya mereka mengerjakannya secara kolaboratif bersama brand-brand terkenal seperti Asus dan MSI. Kerja sama tersebut sangat penting karena masing-masing nama punya arahan desain produk sendiri serta menggunakan sistem pendingin khusus. Satu contohnya ialah Asus ROG Zephyrus, ultrabook high-end ini mengusung rancangan yang cukup kontras dari laptop gaming lain.

Nvidia Max-Q 9

Jeff Yen juga menyampaikan, konsep Max-Q bertolak belakang dengan upaya meng-overclock hardware. Sasaran utama Max-Q adalah efisiensi dan optimalisasi, sedangkan overclock fokus pada mendongkrak kecepatan komponen setinggi-tingginya.

Nvidia Max-Q 10

Di sisi software, Nvidia memperkenalkan fitur bernama Whispermode, akan hadir via update GeForce Experience. Fungsinya sederhana tapi berpengaruh besar: mengoptimalkan setting grafis sehingga sistem tidak mengeluarkan suara bising, hemat pemakaian listrik, tapi tetap bisa menyuguhkan frame rate tinggi. Prinsipnya hampir menyerupai desain Max-Q, yakni menemukan titik paling efisien. Kabarnya, Nvidia sudah mem-profile lebih dari 400 judul permainan agar mendukung Whispermode.

Nvidia Max-Q 8

Beberapa brand gaming terkenal sudah mulai mengadopsi Nvidia Max-Q. Selain Asus dengan ROG Zephyrus, Clevo turut membenamkannya di laptop gaming P950, lalu Anda bisa menemukannya juga di MSI GS63VR Raider. Kabarnya, nama-nama lainnya akan segera menyusul.

Asus ROG Zephyrus Adalah Salah Satu Laptop Gaming Paling Perkasa Sekaligus Paling Tipis Saat Ini

Asus menggempur Computex 2017 dengan lima laptop baru, namun ternyata divisi gaming-nya juga punya persembahan yang tak kalah istimewa. Namanya Asus ROG Zephyrus (GX501), dan ia merupakan salah satu laptop gaming paling perkasa sekaligus paling tipis saat ini.

Tidak main-main, bodi Zephyrus hanya setebal 17,9 mm – bahkan lebih tipis lagi dari Acer Predator Triton 700, dengan bobot tidak lebih dari 2,24 kilogram. Pun begitu, Asus berhasil membenamkan salah satu kartu grafis tercepat dari Nvidia, yakni GeForce GTX 1080.

Asus ROG Zephyrus

GPU ini sama persis seperti milik Razer Blade Pro, padahal laptop besutan Razer itu punya bodi sedikit lebih tebal di angka 22 mm. Menemani GPU tersebut adalah prosesor quad-core Intel Core i7–7700HQ, RAM DDR4 24 GB, dan SSD tipe NVMe berkapasitas 1 TB pada konfigurasi tertingginya. VR gaming jelas bukan masalah bagi Zephyrus.

Rahasia di balik bodi super-tipis dan performa mutakhir ini adalah inisiatif Nvidia bernama Max-Q. Max-Q sejatinya merupakan standar desain baru yang ditetapkan Nvidia, yang mengedepankan aspek portabilitas tanpa mengorbankan performa sama sekali.

Asus ROG Zephyrus

Lalu yang mungkin menjadi pertanyaan adalah bagaimana sirkulasi udara dalam laptop setipis itu, apalagi mengingat spesifikasinya sudah sekelas PC desktop. Di sini Asus telah menerapkan sistem cerdas berupa engsel yang dapat mengangkat bodi dan membuka celah selebar 6 mm pada panel bawah laptop di belakang, meningkatkan total sirkulasi udara sebesar 30% dan sanggup menurunkan suhu hingga 10º C.

Selain ventilasi pintar tersebut, sistem pendinginnya juga melibatkan kipas berdesain baru yang sangat tipis dan terbuat dari bahan liquid-crystal polymer. Kombinasi ini tak hanya mencegah laptop kepanasan, tapi juga memastikan ia tetap hening selama sesi gaming, dengan tingkat kebisingan tak lebih dari 40 desibel.

Asus ROG Zephyrus

Keistimewaan Zephyrus rupanya belum berhenti, karena ia juga mengemas layar 15,6 inci 1080p dengan refresh rate 120 Hz dan dukungan G-Sync. Display dengan refresh rate tinggi merupakan salah satu syarat yang diutamakan gamer akhir-akhir ini, terutama untuk game yang sifatnya kompetitif.

Unik juga dari Zephyrus adalah trackpad yang diposisikan di sebelah kanan, sekali lagi mirip seperti Razer Blade Pro. Pun demikian, trackpad ini ternyata juga bisa merangkap tugas sebagai numpad saat dibutuhkan, dan tentu saja pencahayaan RGB telah Asus tambatkan pada keyboard-nya.

Asus ROG Zephyrus

Perihal konektivitas, bodi tipis rupanya tak bisa dijadikan alasan atas keterbatasan port – Apple, tolong ini dicatat baik-baik. Zephyrus membuktikannya dengan total empat port USB 3.1 tipe standar, satu port USB-C yang kompatibel dengan Thunderbolt 3 maupun DisplayPort, satu port HDMI 2.0, dan slot SD card.

Asus ROG Zephyrus rencananya akan dipasarkan mulai tanggal 27 Juni mendatang. Harganya masih belum diketahui, tapi saya kira ia bakal menjadi salah satu yang termahal dari semua lini ROG.

Sumber: Microsoft dan Asus.

Asus Perluas Portofolio ROG Strix dengan Gaming Desktop

Nama Asus dan ROG (Republic of Gamers) pastinya sudah tidak asing lagi di telinga komunitas gamer. Branding ROG Strix juga sudah merambah banyak kategori produk, mulai dari motherboard, kartu grafis, monitor, headset, mikrofon, mouse, dan tentu saja gaming laptop. Sekarang, Asus menambahkan gaming desktop ke keluarga ROG Strix.

Seperti lini laptop-nya, ROG Strix GD30 cukup mementingkan aspek desain. Di sini Asus mencoba untuk memanjakan para penggemar Star Wars lewat kombinasi warna putih dan hitam, dan dari depan GD30 sepintas memang kelihatan seperti Storm Trooper.

Uniknya, dua panel penutup bagian depannya ini bisa dilepas dan ditata ulang sehingga pengguna dapat mengombinasikan warnanya guna menciptakan enam gaya desain yang berbeda. Mengikuti tren, panel sampingnya mengadopsi gaya transparan supaya pengguna dapat memamerkan jeroan PC-nya.

Panel depannya dapat dilepas-pasang sehingga pengguna dapat menciptakan variasi warna yang berbeda / Asus
Panel depannya dapat dilepas-pasang sehingga pengguna dapat menciptakan variasi warna yang berbeda / Asus

Bicara soal jeroan, GD30 termasuk jagoan. Konfigurasi tertingginya mencakup prosesor Intel Core i7–7700, GPU Nvidia GeForce GTX 1080 8 GB, RAM 32 GB DDR4, plus opsi storage HDD, SSD maupun M.2 SSD yang paling ngebut kecepatan transfer datanya.

Sistem pencahayaan RGB turut disematkan supaya pengguna dapat bermain-main dengan lebih dari 8 juta warna dan beragam efek yang bisa dilihat dari bagian tengah motherboard. Dengan dimensi 230 x 550 x 540 mm dan bobot 17 kg, volume CPU-nya tergolong sangat lapang, sanggup menampung hingga 6 HDD, 2 SSD, 5 kipas dan sebuah sistem water cooling.

Sayangnya sejauh ini belum ada rincian harga untuk Asus ROG Strix GD30. Belum ada kepastian juga apakah Asus berniat memboyongnya ke pasar tanah air.

Sumber: Asus dan Digital Trends.

Asus Umumkan 6 Laptop ROG dengan Kartu Grafis GeForce GTX Seri 10

Setelah MSI dan EVGA, sekarang giliran Asus yang mengumumkan deretan laptop gaming terbarunya yang dipersenjatai kartu grafis GeForce GTX Seri 10. Total ada enam laptop sekaligus di bawah bendera ROG yang mengusung GPU berarsitektur Pascal ini.

ROG GX800

ROG GX800 dengan sistem liquid cooling eksternal / Asus
ROG GX800 dengan sistem liquid cooling eksternal / Asus

Varian teratas dari lini laptop gaming Asus ROG, GX800 meneruskan kiprah pendahulunya dengan sistem liquid cooling eksternal yang dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan overclocking. Yup, laptop ini dibekali prosesor Intel Core i7 6820HK, dimana label “K” di belakang mengindikasikan kapabilitas overclocking.

Layarnya sendiri merupakan panel 18 inci beresolusi 4K. Kinerja grafisnya dimotori oleh sepasang GPU GTX 1080 dalam konfigurasi SLI, plus RAM 64 GB DDR4 sebagai pendukung multitasking. GX800 juga menjadi salah satu dari lini laptop gaming ROG yang mengemas keyboard mekanik dengan sistem pencahayaan RGB.

ROG G800

ROG G800 / Asus
ROG G800 / Asus

Kalau dua GTX 1080 terkesan overkill buat Anda, maka G800 bisa menjadi alternatif. Model ini pada dasarnya merupakan GX800 tanpa sistem liquid cooling dan kartu grafis tunggal, yaitu GTX 1080. Selebihnya, spesifikasinya tidak jauh berbeda: layar 4K 18 inci, prosesor Intel Core i7 seri K, RAM 64 GB DDR4 dan keyboard mekanik.

ROG G752VS dan G752VM

ROG G752 / Asus
ROG G752 / Asus

Dua model di atas memang tergolong kelas berat. Untuk itu, G752 datang mengisi di sektor menengah ke atas. Model ini hadir dalam dua varian: G752VS dengan GPU GTX 1070, sedangkan G752VM dengan GTX 1060. Keduanya sama-sama dibekali layar 17 inci, prosesor Intel Core i7 dan RAM 64 GB DDR4 – khusus untuk G752VM, tersedia konfigurasi dengan layar 4K dan prosesor seri K yang bisa di-overclock.

ROG Strix GL502VS dan GL502VM

ROG Strix GL502 / Asus
ROG Strix GL502 / Asus

Dua yang terakhir ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara portabilitas dan performa. Dua-duanya sama-sama mengemas layar 15 inci 1080p dan prosesor Intel Core i7. Untuk model GL502VS, GPU yang dipakai adalah GTX 1070, sedangkan GL502VM ditenagai GTX 1060.

Berbeda dengan tahun lalu, kehadiran GeForce GTX seri 10 pada laptop ini benar-benar bisa membuat performa laptop gaming jadi hampir setara PC desktop. Di saat yang sama, efisiensi daya juga tidak dilupakan begitu saja – krusial mengingat yang menjadi topik pembicaraan adalah laptop.

Sejauh ini Asus masih belum mengumumkan banderol harga dari masing-masing laptop gaming terbarunya. Kita harus menanti kehadirannya di tanah air soal ini.

Sumber: Asus.

Asus Ungkap ROG Avalon, Konsep PC Modular Tanpa Kabel

Masih ingat dengan Project Christine, konsep PC modular rancangan Razer? Konsep tersebut memang masih belum terwujudkan hingga sekarang, dan Razer sendiri sepertinya merasa ragu untuk meneruskannya. Namun kita sebagai konsumen tidak perlu khawatir, karena Asus baru-baru ini juga mengumumkan konsep serupa.

Dipamerkan di ajang Computex 2016, perangkat bernama ROG Avalon ini bisa dibilang sebagai Project Christine dengan pendekatan yang lebih konvensional. Misinya sama, yakni mempermudah proses perakitan beragam komponen PC. Namun kalau Christine menempatkan semua komponen di luar, Avalon masih mengemas semua komponen yang dibutuhkan di dalamnya.

Lalu apa yang membuat Avalon lebih unik ketimbang casing PC pada umumnya? Yang paling utama, Anda tak akan menjumpai kabel-kabel yang mengular di dalamnya. Semua komponen tersambung ke motherboard lewat konektor khusus yang bisa dilepas-pasang dengan mudah – mungkin saja masih ada kabel di dalam Avalon, tapi nampaknya Asus berhasil menyembunyikan semuanya dengan baik.

Motherboard dijadikan satu bagian dengan casing dalam ROG Avalon / Asus
Motherboard dijadikan satu bagian dengan casing dalam ROG Avalon / Asus

Pada kenyataannya, rancangan seperti ini berhasil dicapai karena Asus merancang casing bersamaan dengan motherboard. Dengan kata lain, motherboard-nya merupakan satu bagian dengan casing. Hal ini pun membuat Asus bisa bereksperimen dengan rancangan modular secara lebih mudah.

Komponen seperti SSD atau HDD bisa diselipkan dengan mudah di sederet ‘laci’ yang ada pada bagian depan Avalon. Di bagian sisinya, terdapat ruang khusus untuk dihuni oleh kartu grafis. Penempatan seperti ini secara langsung berdampak pada aliran udara yang lebih lancar, yang berarti kartu grafis bisa bekerja dalam suhu yang lebih adem.

Terakhir, deretan port yang biasa kita jumpai di bagian belakang PC sangatlah berbeda di Avalon. Portport ini dikemas dalam satu modul yang bisa dilepas-pasang. Premisnya adalah, Anda bisa menggunakan modul I/O yang berbeda untuk kegiatan tertentu, seperti VR gaming atau mode home theater.

Modul I/O di bagian belakang ROG Avalon bisa diganti sesuai kebutuhan / Asus
Modul I/O di bagian belakang ROG Avalon bisa diganti sesuai kebutuhan / Asus

Secara keseluruhan, ROG Avalon mungkin terdengar kalah canggih dibanding Project Christine. Akan tetapi hal ini juga berarti kemungkinannya terealisasi lebih besar. Asus sendiri masih belum mengungkapkan kapan kira-kira Avalon bakal dirilis, namun sejauh ini mereka sudah punya prototipe yang fungsional – satu hal yang tak dimiliki Razer dengan Project Christine.

Tidak percaya? Simak video hands-on yang diunggah oleh akun 4Gamers TangBao di bawah ini.

Sumber: Asus.

Keyboard Gaming Terbaru Asus Berwajah Sangar, Berbodi Tangguh dan Berfitur Lengkap

Nama Asus ROG sudah begitu melekat dengan industri gaming berkat deretan laptop-nya yang gagah perkasa. Kendati demikian, namanya mungkin belum seharum Razer atau Steelseries kalau berbicara di ranah peripheral PC secara spesifik. Untuk itu, Asus masih harus membuktikan bahwa dirinya sanggup menyuguhkan peripheral unggulan yang bisa merebut perhatian banyak gamer.

Tanpa harus menunggu lama, Asus pun memperkenalkan keyboard gaming terbarunya, Horus GK2000. Dinamai berdasarkan dewa perang Mesir, Asus mengaku keyboard ini ditujukan buat para gamer yang mengutamakan kecepatan dan tingkat presisi guna memenangkan peperangan virtual-nya.

Keseluruhan sasisnya dibentuk dari lempeng aluminium setebal 3 mm. Ia tangguh, tapi di saat yang sama juga elegan berkat finish matte di sekujur tubuhnya. Penampilannya sendiri cukup unik, menyerupai seekor burung rajawali yang memang seringkali digunakan untuk melambangkan sang dewa Horus.

Asus ROG Horus GK2000

Setiap tombolnya dihuni oleh switch mekanik Cherry MX Red yang sudah sangat terbukti keandalannya. Di sebelah kiri, terdapat empat tombol macro yang bisa diprogram hingga tiga layer, memberikan kombinasi 12 fungsi ekstra tepat di ujung jari pengguna. Untuk berpindah dari satu layer ke yang lain, cukup tekan tombol “ML” di paling atas.

Sebuah keyboard gaming tak akan lengkap tanpa deretan tombol multimedia. Horus GK2000 turut mengemas sepasang kenop putar di sisi kanan untuk mengatur volume dan tingkat kecerahan lampu LED merahnya – sayang bukan RGB. LED ini bisa menyala dalam lima mode yang berbeda, atau pengguna juga bebas mengaturnya sesuka hati menggunakan software pendampingnya.

Asus ROG Horus GK2000

Di bagian bawah, Anda bisa melihat sebuah palm rest berukuran besar yang mudah dilepas-pasang. Tak cuma itu, Asus turut melengkapinya dengan aksesori lepas-pasang lain berupa sebuah dudukan untuk smartphone – atau bisa juga untuk menggantungkan headphone. Dudukan ini bebas ditempatkan di atas kanan maupun kiri.

Kehadiran dudukan smartphone ini akan terasa semakin efektif ketika mengetahui bahwa Horus GK2000 turut mengemas sepasang port USB serta sebuah jack headphone. Jadi Anda bisa menancapkan flashdisk di satu port, dan satu lagi bisa digunakan untuk mengisi ulang baterai smartphone.

Asus ROG Horus GK2000 tentunya berpotensi menjadi penantang tangguh di persaingan keyboard gaming yang makin memanas. Sayangnya Asus masih belum mengungkapkan jadwal pemasaran maupun banderol harganya.

Sumber: Asus.

Asus Rilis Dua Monitor G-Sync Baru, Pecahkan Rekor Refresh Rate Tertinggi

Sebagai penyaji konten visual, monitor tentu saja tak boleh disepelekan, khususnya dalam konteks gaming. Mengapa? Karena sekencang apapun kartu grafis yang PC Anda punyai, akan sia-sia ketika problem tearing muncul akibat refresh rate monitor yang tak cukup cepat untuk menampilkan konten dalam fps tinggi. Continue reading Asus Rilis Dua Monitor G-Sync Baru, Pecahkan Rekor Refresh Rate Tertinggi