Qualcomm Ungkap aptX Lossless, Hadirkan Lossless Audio 16-bit 44.1kHz Berkualitas CD untuk Headphone Nirkabel

Qualcomm telah mengungkap teknologi aptX Lossless baru yang merupakan bagian dari program Snapdragon Sound sebagai solusi baru untuk memenuhi permintaan streaming lossless audio yang terus meningkat. Teknologi ini dirancang untuk membawa peningkatan dalam menghadirkan lossless audio 16-bit 44.1kHz berkualitas CD melalui konektivitas nirkabel Bluetooth untuk earbud dan headphone nirkabel.

Dengan Snapdragon Sound, OEM akan dapat mendukung berbagai format audio termasuk lossless CD, HD 24-bit 48kHz dan resolusi tinggi 24-bit 96kHz. Perangkat pertama yang menampilkan teknologi baru ini diharapkan akan hadir pada awal 2022. Snapdragon Sound bersandar pada keseluruhan rantai perangkat keras untuk kinerja yang optimal, sehingga smartphone Android dan earbud atau headphone juga perlu mendukungnya.

Dengan Snapdragon Sound, kami mengambil pendekatan tingkat sistem baru, melihat rangkaian audio yang lengkap dari ponsel hingga earbud dan memperkenalkan cara baru menghasilkan kualitas suara. Teknologi ini dirancang untuk beradaptasi secara dinamis dengan penggunaan dan lingkungan eksternal, dan memberi pelanggan kami cara baru untuk menghadirkan audio berkualitas tinggi, termasuk kualitas CD Lossless yang tepat di tiap bit-nya,” ujar James Chapman, Vice President and General Manager, Voice, Music and Wearables, Qualcomm Technologies International, Ltd.

Qualcomm mengatakan Snapdragon Sound akan secara otomatis mendeteksi sumber audio lossless dan dapat memutarnya pada kecepatan data yang jauh lebih tinggi daripada sebelumnya dengan aptX HD. Qualcomm berhasil mengalahkan LDAC Sony dalam hal bandwidth, di mana aptX Lossless dapat mencapai hingga 1Mbps dibandingkan dengan plafon LDAC sebesar 990kbps.

Masih ada beberapa kompresi yang diterapkan, musik berkualitas CD biasanya memiliki laju bit sampel 1,4Mbps. Tetapi Qualcomm menggunakan kompresi lossless untuk menghasilkan reproduksi audio bit-for-bit yang tepat secara matematis. Di lingkungan dengan banyak kemacetan nirkabel, kecepatan bit akan diturunkan secara dinamis hingga serendah 140kbps untuk mempertahankan performa audio terbaik berdasarkan kualitas koneksi.

Dinamika State of Sound

Qualcomm Technologies juga merilis laporan riset konsumen tahunannya, The State of Sound, sebuah penelitian global terhadap 6.000 konsumen. Tahun ini, Covid-19 dan semua aktivitas di rumah yang terkait dengannya mendorong perubahan dalam pembelian dan penggunaan produk karena permintaan dalam perangkat audio nirkabel berkembang dengan cepat.

Penelitian ini melihat adanya peningkatan kesadaran dan minat konsumen terhadap fitur-fitur termasuk kualitas musik yang lebih baik dan bagus, latensi rendah untuk bermain game, kualitas panggilan suara yang lebih baik, peredam kebisingan, dan suara bebas gangguan. Laporan riset juga menunjukkan adanya perubahan perilaku dalam mendengar terkait Covid 19, termasuk 65% responden yang mulai mendengarkan musik untuk kenyamanan, 57% melakukan lebih banyak panggilan video untuk kerja, dan 57% menyatakan kebiasaan mendengarkan audio mereka akan terus berubah sampai pasca pandemi.

Dalam bermain game, saat latensi audio berpengaruh dalam menentukan siapa yang menang atau kalah, 68% responden yang menggunakan perangkat seluler setidaknya bermain game dua kali dalam satu minggu dan 46% melakukannya setiap hari. Hasil laporan riset melihat bahwa pengguna menghabiskan rata-rata 1,9 jam waktunya untuk bermain game di ponsel. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa audio nirkabel menjadi lebih penting dalam pengalaman menggunakan ponsel dengan 70% responden mengatakan suara yang bagus dalam perangkat audio nirkabel mereka dapat menciptakan pengalaman terbaik ketika menggunakan perangkat seluler.

Survei ini menyoroti peluang luar biasa untuk pelanggan kami saat ini, dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap latensi yang lebih rendah, audio berkualitas tinggi, dan perubahan cara kita dalam bekerja, hidup, dan bersantai dengan penggunaan kasus baru dan menarik. Teknologi Snapdragon Sound kami dan berbagai portofolio teknologi yang ada pada perangkat seluler, audio, perangkat lainnya akan membantu konsumen kami dalam menciptakan era baru audio,” tutup Chapman.

Bose QuietComfort 45 Disingkap, Kini dengan ANC yang Lebih Efektif Mengeliminasi Suara Obrolan

Bose punya headphone nirkabel baru. Namanya QuietComfort 45, dan ia merupakan penerus langsung dari salah satu headphone nirkabel terpopuler Bose, QuietComfort 35 II. Apa saja pembaruan yang dihadirkan? Kalau cuma melihat kulit luarnya, kita rupanya tidak akan menjumpai begitu banyak perubahan.

Secara keseluruhan, desain Bose QC45 tampak sangat mirip dengan pendahulunya. Konstruksinya masih mengandalkan bahan plastik, tapi itu berarti bobotnya tetap enteng di angka 238 gram. Juga tidak berubah adalah mekanisme lipat pada earcup-nya, sangat memudahkan untuk disimpan dan dibawa-bawa.

Masih soal desainnya, Bose bilang bahwa mereka telah menyingkirkan jahitan dan lipatan-lipatan kecil pada bagian yang terbuat dari material lembut, serta mengganti celah-celah di antara berbagai komponen dengan transisi yang lembut. Desain QC45 lebih refined, mungkin begitu maksud yang hendak disampaikan Bose.

Beralih ke kinerja audio, Bose sama sekali tidak menyinggung adanya perubahan, sehingga bisa kita asumsikan kualitas suara QC45 sama baiknya seperti QC35 II. Yang disempurnakan justru adalah kinerja fitur active noise cancelling-nya (ANC).

Bose memang tidak menjelaskan secara mendetail apa saja yang diubah dari sistem ANC-nya, tapi yang pasti QC45 mampu mengeliminasi suara di frekuensi menengah (mid-range) secara lebih efektif. Di frekuensi ini, suara yang paling umum adalah suara obrolan manusia. Artinya, QC45 lebih bisa diandalkan di tempat-tempat seperti kereta komuter, kantor, maupun kafe.

Tidak seperti Bose Noise Cancelling Headphones 700, intensitas ANC di QC45 tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan. Pengguna QC45 hanya bisa memilih antara mode Quiet dan Aware, yang cara kerjanya bertolak belakang: Quiet akan mengeliminasi suara di sekitar pengguna, sedangkan Aware justru membiarkan suara-suara dari luar masuk. Di headphone lain, mode Aware ini biasa dikenal dengan istilah transparency atau ambient mode.

Selain kinerja ANC, penyempurnaan lain yang QC45 bawa mencakup mic yang lebih andal, Bluetooth 5.1 dengan dukungan multipoint pairing (bisa dihubungkan ke dua perangkat secara bersamaan), dan port USB-C untuk charging.

Dalam sekali pengisian, QC45 diklaim mampu bertahan sampai 24 jam pemakaian. Cukup lumayan meski masih kalah dari Sony WH-1000XM4 (30 jam). Untuk mengisi baterainya sampai penuh, pengguna QC45 butuh meluangkan waktu sekitar dua jam. Namun seandainya terburu-buru, charging selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3 jam.

Di Amerika Serikat, Bose QuietComfort 45 saat ini telah dipasarkan seharga $330. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan putih, semuanya dengan finish matte.

Sumber: CNET dan Bose.

Panasonic SoundSlayer WIGSS Adalah Wearable Speaker untuk Gamer yang Benci Headset

Juli lalu, Sony meluncurkan speaker unik yang dapat dikenakan seperti kalung. Sony melihat form factor semacam itu sebagai alternatif yang lebih nyaman dari TWS untuk WFH. Lain halnya buat Panasonic. Bagi mereka, bentuk speaker wearable seperti ini juga cocok untuk mendampingi sesi gaming.

Ketimbang sekadar berteori, Panasonic ingin langsung membuktikannya lewat perangkat bernama SoundSlayer Wearable Immersive Gaming Speaker System. Namanya tentu terlalu panjang untuk disebut berulang kali, jadi lebih baik kita singkat saja menjadi SoundSlayer WIGSS. Supaya lebih tepat sasaran, Panasonic mengumumkannya bertepatan dengan perhelatan ajang Gamescom 2021.

Untuk ukuran periferal gaming, desain SoundSlayer WIGSS terbilang cukup simpel. Sebagian besar sisi atasnya dihuni oleh grille speaker, sementara sisi bawahnya mengemas empat tonjolan berlapis karet yang akan bersandar langsung pada pundak dan dada pengguna. Bobotnya berada di kisaran 244 gram.

Desain seperti ini memungkinkan perangkat untuk menyalurkan suara langsung ke arah telinga. Lalu karena tidak ada satu pun bagian dari perangkat yang menjepit kepala ataupun menyumbat telinga, pengguna semestinya bakal tetap merasa nyaman meski sudah mengenakannya selama berjam-jam. Buat yang benci menggunakan headset, perangkat semacam ini semestinya cocok buat Anda.

Di dalamnya, pengguna bisa menemukan empat buah full-range driver dengan dukungan suara surround, lengkap beserta sepasang mikrofon berteknologi noise dan echo-cancelling. Karakter suara yang dihasilkan dapat diubah-ubah berdasarkan tiga mode yang berbeda: RPG, FPS, dan Voice.

Sesuai namanya, mode RPG dirancang untuk mengoptimalkan audio saat sedang bermain game di genre ini. Prioritas mode RPG adalah memberikan kesan yang lebih nyata dan lebih intens. Mode FPS di sisi lain bakal menyajikan penempatan suara yang akurat, membantu pemain mendeteksi lokasi musuh dengan memperhatikan asal derap langkah kaki maupun bunyi tembakan.

Sementara itu, mode Voice tentunya ideal untuk game yang mempunyai banyak dialog lisan. Panasonic juga tidak lupa menyematkan mode Music dan Cinema, sehingga perangkat tetap bisa jadi pilihan untuk menikmati konten yang bukan game.

Satu hal yang paling membedakan speaker wearable milik Sony dan Panasonic ini adalah konektivitasnya. SoundSlayer WIGSS bukan perangkat nirkabel. Ia perlu dihubungkan via kabel, baik itu kabel audio standar 3,5 mm maupun kabel USB-A.

Panasonic SoundSlayer WIGSS (SC-GN01) sejauh ini belum punya banderol harga resmi, akan tetapi pemasarannya sudah dijadwalkan berlangsung mulai Oktober 2021.

Sumber: Panasonic.

Donda Stem Player Adalah Speaker Bluetooth Sekaligus Audio Mixer Portabel Hasil Pemikiran Kanye West

Bayangkan sebuah speaker Bluetooth seukuran kepalan tangan, tapi yang punya bakat tersembunyi di bidang produksi musik. Kira-kira begitulah cara saya mendeskripsikan Donda Stem Player, sebuah gadget unik hasil pemikiran rapper sekaligus pebisnis ulung, Kanye West.

Sepintas bentuknya kelihatan mirip seperti Nest Mini, tapi yang permukaannya berlapis silikon lembut ketimbang kain bertekstur. Di sisi atasnya, kita bisa melihat ada empat panel sentuh berbentuk cekung, diikuti oleh sebuah tombol di tengahnya. Sejumlah tombol lain dapat ditemukan mengitari bagian sampingnya, demikian pula port USB-C dan jack 3,5 mm.

Berdasarkan info yang tertera di situsnya, perangkat ini bisa digunakan untuk mengutak-atik lagu apapun; memecah-mecahnya menjadi beberapa bagian; lalu mengontrol elemen-elemen seperti vokal, drum, bass, dan sample. Pengguna juga bisa menambahkan beragam efek, mengontrol kecepatan, maupun mengaktifkan mode real-time looping. Semuanya diatur menggunakan empat panel sentuh itu tadi.

Kalau mau disederhanakan, anggap saja perangkat ini sebagai sebuah audio mixer portabel. Ia dibekali penyimpanan sebesar 8 GB, dan para pengguna dapat saling berbagi hasil mixing dengan mengunggahnya ke situs Donda Stem Player. Kabarnya pengguna juga bisa mendapatkan konten resmi baru lewat situs yang sama. Sebagai informasi, perangkat ini akan dibundel bersama “Donda”, album terbaru Kanye West.

Dengan membeli Donda Stem Player, konsumen pada dasarnya dipersilakan untuk me-remix lagu-lagu terbaru gubahan Kanye West, dan ini secara tidak langsung bakal menjadikan “Donda” sebagai semacam proyek open-source. Namun seperti yang sudah disebutkan, lagu apapun siap dioprek menggunakan Donda Stem Player asalkan formatnya .AIFF, .AIF, .FLAC, .M4A, .MP3, .WAV, .WAVE, .AAC, .ALAC, atau .MP4.

Donda Stem Player merupakan hasil kolaborasi antara Yeezy Tech dan produsen gadget anak-anak, Kano. Perangkat ini dijual seharga $200, dan sejauh ini baru bisa dipesan oleh konsumen di Amerika Serikat dan Inggris saja.

Sumber: The Verge dan Mic.

Cuma 850 Ribuan, Audio-Technica ATH-S220BT Adalah Headphone Bluetooth Terjangkau yang Kaya Fitur

Audio-Technica punya headphone Bluetooth baru. Namanya ATH-S220BT, dan sepintas ia kelihatan biasa saja. Harga jualnya pun cuma $59, semakin mengindikasikan bahwa tidak ada hal istimewa yang bisa kita dapatkan darinya.

Namun asumsi tersebut salah besar. Setidaknya di atas kertas, value for money yang ditawarkan headphone ini termasuk tinggi. Kita mulai dari konektivitasnya terlebih dulu. S220BT mendukung fitur multipoint pairing, memungkinkannya untuk terhubung via Bluetooth ke dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone. Dengan begitu, pengguna bisa mengganti sumber audio dari satu perangkat ke yang lain tanpa harus mengulangi proses pairing.

Multipoint pairing bukanlah fitur yang benar-benar baru di dunia headphone, tapi fitur ini masih tergolong langka sampai sekarang, bahkan pada headphone nirkabel berharga premium sekalipun. Pada kenyataannya, fitur ini juga menjadi salah satu highlight dari ATH-M50xBT2, headphone Bluetooth unggulan Audio-Technica yang juga baru dirilis belum lama ini.

Masih soal konektivitas, S220BT juga mendukung fitur Fast Pair bila digunakan bersama perangkat Android yang kompatibel. Ia juga dilengkapi mode low latency untuk menyinkronkan jalannya audio dan video saat dipakai menonton atau bermain game.

Keunggulan berikutnya adalah daya tahan baterai hingga 60 jam pemakaian dalam sekali pengisian. Charging-nya pun sudah menggunakan USB-C, dan pengguna bisa mendapatkan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3,5 jam hanya dengan mengisi ulang headphone selama 10 menit. Kalau benar-benar kepepet, S220BT juga bisa dihubungkan via kabel 3,5 mm standar.

Dengan baterai sekuat itu, wajar apabila kita berasumsi headphone ini berat. Sekali lagi Audio-Technica membuktikan bahwa kita salah, sebab bobotnya tidak lebih dari 180 gram. Rahasianya mungkin terletak pada ukuran earcup-nya yang agak kecil, sebab secara teknis S220BT memang masuk kategori on-ear ketimbang over-ear. Jadi kalau Anda terbiasa dengan headphone yang sepenuhnya membungkus daun telinga, S220BT bukan untuk Anda.

Di balik masing-masing earcup-nya, bernaung driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 5 – 32.000 Hz. Sebagai headphone Bluetooth, tidak afdal rasanya kalau ia tidak mengemas mikrofon terintegrasi dan sejumlah tombol kontrol.

Sekali lagi, semua itu bisa didapat di harga $59 saja, atau kurang lebih sekitar 850 ribuan rupiah. Selain warna hitam dan putih, tersedia pula kombinasi warna biru dan krem. Semoga saja Audio-Technica ATH-S220BT bisa cepat tersedia di Indonesia.

Sumber: Engadget dan Audio-Technica.

TWS Jabra Enhance Plus Dirancang untuk Penderita Gangguan Pendengaran Tingkat Ringan Sampai Sedang

Hampir semua TWS yang dibekali fitur active noise cancellation (ANC) turut menawarkan fitur transparency mode, atau biasa juga dikenal dengan nama ambient mode. Cara kerjanya justru berkebalikan dengan ANC, sehingga memungkinkan pengguna untuk mendengar suara-suara di sekitarnya tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Di titik itu, transparency mode pada dasarnya telah menambah fungsi TWS sebagai alat bantu dengar (hearing aid). Memang bukan yang memenuhi standar medis, tapi setidaknya sudah bisa membantu mereka yang menderita gangguan pendengaran tingkat ringan sampai sedang.

Inilah premis utama yang ditawarkan oleh Jabra Enhance Plus. Kalau kita lihat bentuknya, ia memang tampak lebih mirip seperti TWS pada umumnya ketimbang alat bantu dengar konvensional. Dimensinya pun ringkas, sekitar 50 persen lebih kecil daripada Jabra Elite 75t, yang sendirinya sudah termasuk cukup compact.

Terlepas dari wujudnya yang menipu, ia mengemas empat buah mikrofon sekaligus algoritma noise reduction untuk menangkap suara obrolan secara jernih. Caranya menangkap suara pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan; apakah pengguna ingin mic-nya fokus menangkap suara-suara di dekatnya, semisal ketika sedang mengobrol bersama seseorang; atau malah menangkap lebih banyak suara di sekitar, seperti ketika sedang berada di bandara misalnya.

Selebihnya, Enhance Plus tentu dapat berfungsi layaknya TWS biasa, baik itu untuk mendengarkan musik ataupun menelepon. Sisi luarnya mengemas tombol kontrol seperti mayoritas TWS lain, dan fisiknya secara keseluruhan diklaim tahan air dan debu dengan sertifikasi IP52. Paket penjualannya pun turut mencakup eartip cadangan dengan ukuran yang berbeda-beda.

Dalam posisi baterai terisi penuh, Enhance Plus diyakini mampu beroperasi selama 10 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya sanggup mengisi ulang sampai penuh sebanyak dua kali.

Di Amerika Serikat, Jabra Enhance Plus rencananya akan dijual mulai akhir tahun ini, akan tetapi sejauh ini belum ada informasi terkait harganya. Yang pasti lebih murah dari Jabra Enhance Pro ($1.800), yang memang masuk kategori hearing aid yang memenuhi standar medis.

Sumber: Engadget.

Corsair HS80 RGB Wireless Hadirkan Dukungan Spatial Audio Baik di PC Maupun PS5

Seberapa immersive suatu sesi gaming tidak melulu bergantung pada kualitas visual yang tersaji. Tidak jarang, audio turut memegang peranan yang tak kalah penting, dan pendapat ini semakin diperkuat oleh pesatnya perkembangan teknologi spatial audio, atau yang juga dikenal dengan istilah 3D audio.

Salah satu headset gaming terbaru dengan fokus pada spatial audio datang dari Corsair. Perangkat bernama Corsair HS80 RGB Wireless ini tidak hanya datang membawa dukungan Dolby Atmos, tapi juga sepenuhnya kompatibel dengan teknologi Tempest 3D AudioTech milik PlayStation 5.

HS80 hadir bersama dongle USB yang mendukung teknologi Slipstream Wireless, dan pengguna bebas menyambungkannya ke PC, PS5, maupun PS4. Kalau Anda punya keyboard dan mouse Corsair yang juga mendukung teknologi tersebut, keduanya pun bisa disambungkan dengan menggunakan satu dongle USB yang sama. Jadi total ada tiga periferal yang dapat terhubung secara nirkabel via satu unit receiver.

Alternatifnya, jika pengguna menginginkan kualitas audio yang lebih baik lagi, mereka dapat menyambungkan HS80 ke PC via kabel USB, dan dalam posisi tersebut, perangkat jadi bisa mengolah file audio dengan resolusi maksimum 24-bit/96 kHz. HS80 mengemas driver berdiameter 50 mm, dan secara teknis respon frekuensinya berada di kisaran 20 – 30.000 Hz.

Secara desain, HS80 kelihatan mengadopsi bahasa desain yang cukup mirip seperti seri Corsair Void, tapi dengan tampilan keseluruhan yang lebih kalem dan elegan, apalagi berkat penggunaan bahan aluminium. Juga berbeda adalah bentuk headband-nya yang mengandalkan karet elastis yang menggantung demi mengurangi beban pada kepala pengguna. Aspek kenyamanannya kian disempurnakan oleh bantalan telinga memory foam yang dibalut bahan kain yang breathable.

Di bagian belakang earcup sebelah kiri, pengguna dapat menemukan tombol power sekaligus kenop untuk mengatur volume. Bagaimana dengan tombol mute mikrofon? Well, lipat saja mic-nya ke atas untuk mute, lalu kembali turunkan untuk unmute. Pada bagian ujung mic, terdapat indikator LED yang akan menyala hijau saat unmute, merah saat mute.

Dalam sekali pengecasan, Corsair mengklaim baterai milik HS80 mampu bertahan sampai 20 jam pemakaian. Di Amerika Serikat, Corsair HS80 RGB Wireless saat ini telah dipasarkan dengan banderol resmi $150.

Sumber: Corsair.

 

Audio-Technica ATH-M50xBT2 Hadirkan Multi-Point Pairing dan Sederet Fitur Praktis Lainnya

Tiga tahun lalu, Audio-Technica merilis ATH-M50xBT, versi nirkabel dari salah satu headphone terlaris yang pernah dibuatnya. Sekarang, Audio-Technica memutuskan untuk memperbarui headphone wireless tersebut dengan sejumlah fitur modern yang sesuai dengan ekspektasi konsumen di tahun 2021.

Sebelum masuk ke perbedaannya, mari kita bahas apa saja yang tidak berubah terlebih dulu. ATH-M50xBT2 mempertahankan dua hal yang sudah menjadi nyawa seri ATH-M50 selama lebih dari satu dekade, yakni desain yang nyaman sekaligus kokoh, serta karakter suara yang cukup berimbang di semua rentang frekuensi.

Kinerja audionya yang mumpuni ini berasal dari sepasang driver 45 mm yang sama seperti yang terdapat pada pendahulunya. Juga tidak berubah adalah kedua earcup-nya yang dapat dilipat 90° dan diletakkan rata di bagian atas dada ketika sedang tidak digunakan.

Masuk ke bagian-bagian yang baru, kita mulai dari fitur multi-point pairing, yang memungkinkan M50xBT2 untuk dihubungkan via Bluetooth ke dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone. Jadi ketika ada panggilan telepon yang masuk ke ponsel selagi mendengarkan musik dari laptop, pengguna tinggal beralih dari satu perangkat ke yang lain tanpa perlu mengulangi proses pairing.

Bicara soal panggilan telepon, Audio-Technica percaya M50xBT2 dapat menangkap suara pengguna secara lebih jernih berkat pengguna sepasang mikrofon berteknologi beamforming. Pengguna kini juga dapat memanggil Amazon Alexa di samping Google Assistant beserta Siri, dan fitur Fast Pair pun turut tersedia pada perangkat Android yang kompatibel.

M50xBT2 juga dilengkapi mode low-latency yang ideal dipakai selagi bermain game atau menonton. Codec yang didukung mencakup SBC, AAC, dan LDAC. Entah kenapa aptX tidak disebut, padahal pendahulunya kompatibel dengan codec milik Qualcomm tersebut. Buat yang tertarik mengubah karakter suaranya, mereka dapat mengutak-atik equalizer via aplikasi A-T Connect di smartphone, dan pengaturannya bakal disimpan di headphone-nya itu sendiri.

Dalam kondisi baterai terisi penuh, M50xBT2 mampu beroperasi selama 50 jam nonstop, naik 10 jam dibanding pendahulunya. Pembaruan yang terakhir adalah port USB-C, yang pada akhirnya juga mendatangkan dukungan fitur fast charging; pengisian selama 10 menit sudah cukup untuk menenagai headphone selama 3 jam pemakaian.

Deretan pembaruan yang diterapkan mungkin terdengar sepele, tapi yang pasti cukup signifikan dampaknya pada penggunaan sehari-hari, terutama dari segi kepraktisan. Satu-satunya standar 2021 yang tidak tersedia di Audio-Technica ATH-M50xBT2 adalah ANC (active noise cancellation). Namun itu tidak masalah kalau melihat harga jualnya yang masih sama: $199.

Sumber: Audio-Technica.

[Review] OPPO Enco Air: TWS Suara Bagus, Cocok untuk Mendengar Musik, Bermain dan Olah Raga

Saat ini, mendengarkan musik mungkin sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi para remaja dan pekerja. Tidak heran jika pasar perangkat audio seperti earphone dan True Wireless Stereo meningkat permintaannya di Indonesia. Untuk ikut meramaikan pasar audio, OPPO juga telah mengeluarkan sebuah TWS baru. Nama dari TWS tersebut adalah OPPO Enco Air.

Terus terang, Enco Air adalah TWS pertama yang saya uji dari OPPO. TWS ini juga memiliki model open-ear yang tentu saja tidak akan masuk sepenuhnya ke dalam lubang telinga. Walaupun begitu, OPPO mempersenjatai perangkat ini dengan menggunakan driver sebesar 12 mm agar semakin banyak detail suara yang bisa terhantar ke dalam lubang telinga.

OPPO juga memberikan latensi yang cukup kecil pada TWS terbarunya ini. Hanya dengan latensi 80 ms akan membuat suara dari game akan terasa seperti tidak ada jeda. Selain itu, OPPO juga membuat baterai pada perangkat yang satu ini bisa bertahan lebih panjang. Jadi, TWS ini akan cocok digunakan dalam waktu satu hari penuh.

Spesifikasi dari OPPO Enco Air yang datang ke Dailysocial adalah sebagai berikut

Bobot 3,75 gram per earbuds, 40,4 gram case
Warna Putih
Versi Bluetooth 5.2
Ukuran Driver ⌀12 mm dynamic
Dimensi 60.0 x 53.2 x 23.5 mm (case), 35.8 x 18.9 x 17.7 mm (buds)
Kapasitas Baterai 440 mAh (case), 25 mAh (buds)

Unboxing

Isi dari paket penjualan OPPO Enco Air bisa dilihat pada gambar berikut ini

Desain

Untuk seri Enco Air, OPPO memilih model open ear. Hal ini tentu saja membuat semua suara yang dikeluarkan dari driver-nya tidak akan masuk secara keseluruhan. Model seperti ini akan menggantung pada daun telinga sang penggunanya. Namun jangan khawatir, OPPO sudah mendesainnya agar tidak mudah jatuh dari telinga.

OPPO menggunakan bahan plastik polikarbonat pada perangkat TWS yang satu ini. Tenang saja, build pada TWS ini termasuk dengan charging shell-nya terasa sangat kokoh. Jadi, tidak perlu khawatir charging shell-nya akan remuk saat ditaruh pada kantong belakang celana Anda dan tertimpa saat duduk. Earbuds-nya sendiri juga terasa kokoh sehingga terasa aman saat terjatuh.

Pada setiap earbuds-nya terdapat sebuah speaker, microphone, serta beberapa sensor. Pada ujung bagian atas dari batangnya, terdapat sensor sentuh yang bisa diubah fungsinya melalui aplikasi HeyMelody. Secara standar, fungsinya hanya akan menaik/turunkan volume, skip lagu, dan memanggil voice assistant. Anda harus mengubah sendiri agar bisa langsung mengubahnya ke mode gaming.

Dengan menggunakan model open ear, tentu saja sebuah driver berukuran besar dibutuhkan untuk menghantarkan suara. OPPO pun menggunakan driver dengan dimensi 12 mm yang tentu saja besar di kelasnya. Hal tersebut juga menandakan bahwa TWS ini akan memiliki suara bass yang cukup baik.

Bagi Anda yang gemar berolah raga juga akan menyukai OPPO Enco Air. Hal tersebut dikarenakan TWS ini sudah memiliki sertifikasi IPX4 yang tahan terhadap air dan debu. Jadi saat Anda sedang berkeringat, tidak lagi harus memikirkan apakah akan merusak TWS ini atau tidak. Saat terjatuh ke tanah, Anda juga tidak perlu khawatir karena debunya tidak akan merusak perangkat ini.

Case dari OPPO Enco Air yang memiliki desain semi transparan ini memiliki baterai yang juga cukup besar, yaitu 440 mAh. Setiap earbuds-nya sudah terpasang baterai sebesar 25 mAh yang mampu bertahan hingga 4 jam. OPPO menjanjikan bahwa dengan kombinasi baterai yang ada, perangkat ini bisa digunakan hingga 24 jam. Untuk mengisi baterai ke charging case, OPPO memilih port USB-C yang bisa digunakan untuk mengisi secara cepat.

Menggunakan OPPO Enco Air

Saat pertama kali menerima perangkat yang satu ini, saya cukup skeptis bahwa model open ear-nya tidak akan cocok dengan bentuk telinga saya. Bagaimana tidak, beberapa perangkat TWS dengan model yang sama selalu saja bergeser keluar sehingga suaranya tidak akan masuk dengan penuh ke rongga telinga dan mengurangi bass-nya. Namun hal tersebut berubah saat saya menggunakannya pertama kali sekitar 2 minggu sebelum artikel ini diterbitkan.

Ada yang berbeda dengan OPPO Enco Air, di mana OPPO berhasil membuatnya tidak tergeser jauh dari rongga telinga. Cukup mengejutkan juga mengingat sampai saat ini model TWS open ear belum banyak yang membuat saya kagum. Walaupun begitu, saat tidak pas, memang membuat suara yang dihasilkan mirip dengan beberapa TWS yang pernah saya uji. Hal tersebut membuat suara bass-nya hilang.

Perangkat ini saya pasangkan ke sebuah smartphone dan terpasang dengan codec AAC (Advanced Audio Coding). Suara yang dihasilkan memang terdengar lebih baik dibandingkan dengan SBC (Sub Band Codec). Proses pairing dari OPPO Enco Air pun sangat mudah dan tidak memerlukan tombol apa pun pada sisi case-nya. Tinggal buka case-nya dan hubungkan pada perangkat yang diinginkan.

Saat menguji, saya juga melakukan pemasangan aplikasi Hey Melody. Saat dijalankan, aplikasi yang satu ini langsung mendeteksi firmware terbaru untuk Enco Air. Tentunya, saya langsung melakukan upgrade firmware agar terhindar dari segala bug yang mungkin muncul.

Saat mendengarkan musik FLAC dan mendekatkan eartips ke rongga telinga, saya bisa merasakan bass yang dalam. Hal tersebut diimbangi dengan suara vokal yang lantang. Suara high terdengar cukup tajam dan seringkali sedikit menusuk. Namun, suara yang dihasilkan secara keseluruhan membuat saya tidak ingin berhenti mendengarkan musik.

Hal tersebut tentu saja berubah pada saat Enco Air sedikit tergeser keluar. Bass yang dikeluarkan memang sedikit menghilang. Sayangnya, suara high yang dihasilkan cukup menusuk ditelinga sehingga posisinya harus diubah dengan benar. Hal ini bisa diselamatkan dengan meningkatkan bass dari equalizer. Untungnya, OPPO Enco Air jarang tergeser terlalu jauh dari rongga telinga karena cukup pas dengan bentuk kuping saya.

Selain untuk mendengarkan musik, saya juga menggunakannya untuk bermain game. Saya beberapa hari menggunakan OPPO Enco Air untuk bermain game Valorant. Hasilnya dengan menyalakan game mode, suara yang dihasilkan hampir tidak memiliki lag sama sekali. Suara yang dihasilkan juga sangat detail untuk mendengarkan langkah kaki musuh serta arah desingan peluru.

Saya juga mencoba menggunakannya untuk melakukan panggilan via Whatsapp dan Telegram. Suara lawan bicara bisa terdengar dengan baik dan lantang. Sebaliknya, microphone-nya juga menghasilkan suara yang bagus untuk terdengar oleh lawan bicara. Pada saat melakukan panggilan inilah fitur noise cancellation dari OPPO Enco Air berfungsi.

Untuk menguji baterai, saya menggunakan OPPO Enco Air saat bermain game tanpa menggunakan mode gaming. Benar saja, perangkat ini akan bertahan hingga kurang lebih empat jam. Kemungkinan, pada saat mode game dinyalakan bakal membuatnya lebih boros lagi.

Untuk mengisi baterainya, saya langsung memasukkan earbuds ke charging case-nya. Untuk terisi secara penuh, OPPO Enco Air membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Waktu yang sama juga tercapai jika saya melakukan isi ulang langsung dengan menancapkan USB-C. Jadi, perangkat ini bisa menemani saya seharian saat sedang bekerja mau pun bermain game.

Verdict

Kebiasaan orang untuk mendengarkan musik tentu menjadi sebuah kesempatan bagi vendor untuk menawarkan produknya. Apalagi, saat ini tren perangkat audio nirkabel sedang naik daun karena tidak ribet dengan kabel yang menggantung. OPPO juga memiliki perangkat mendengarkan musik tanpa kabel sama sekali. Yang terbaru adalah OPPO Enco Air.

Saat mendengarkan dengan OPPO Enco Air, kuping saya terasa cukup nyaman. Saat posisinya benar-benar pas, kualitas suara yang dihasilkan memang terdengar bagus. Namun, akan ada saatnya di mana posisi dari TWS ini tidak pas sehingga kualitas suaranya akan berkurang. Dan memang disayangkan perangkat ini tidak memiliki ANC untuk mendengarkan lagu dan hanya ada noise cancellation untuk panggilan suara.

OPPO juga mempersenjatai Enco Air dengan daya tahan baterai yang cukup panjang. Selain itu, mereka yang gemar bermain game FPS juga bisa menggunakan TWS ini karena memiliki mode game. Untuk yang gemar berolah raga juga tidak perlu khawatir TWS ini akan rusak karena keringat karena sudah memiliki sertifikasi IPX4.

Ternyata, dengan kualitas suara yang baik serta fitur gaming tidak membuatnya dijual sangat mahal oleh OPPO. Konsumen bisa mendapatkan TWS OPPO Enco Air hanya dengan harga Rp. 999.000 saja. Untuk membelinya, konsumen bisa langsung mendatangi jalur distribusi OPPO secara online seperti OPPO Store dan official store pada beberapa ecommerce.

Sparks

  • Suara bass dan mid yang bagus serta detail
  • Latensi rendah dengan menggunakan mode game
  • Daya tahan baterai yang cukup lama
  • Aplikasi Hey Melody yang mampu meningkatkan firmware
  • Tahan terhadap air keringat serta debu
  • Noise Cancellation saat sedang melakukan panggilan suara

Slacks

  • Suara bass berkurang saat posisi tergeser menjauhi rongga telinga
  • Tidak ada Active Noise Cancelling untuk mendengarkan musik

TWS Baru Yamaha Unggulkan Fitur untuk Membantu Mengurangi Risiko Gangguan Pendengaran

Dengan begitu banyaknya produk baru yang bermunculan, TWS merupakan sub-kategori produk audio yang paling populer saat ini. Tampil berbeda, baik dari segi fitur maupun penampilan fisik, merupakan salah satu cara untuk mendapat sorotan ekstra di tengah lautan TWS, dan itulah yang ingin dilakukan Yamaha.

TWS barunya, Yamaha TW-E3B, sepintas memang kelihatan biasa saja. Namun ia menyimpan satu fitur istimewa bernama Listening Care. Fitur ini Yamaha rancang untuk menjaga konsistensi dynamic range yang dihasilkan pada berbagai tingkatan volume. Dengan kata lain, mau volumenya pelan atau keras, pengguna bakal bisa mendengarkan tingkat detail yang sama baiknya.

Berkat Listening Care, pengguna TW-E3B pada dasarnya tidak perlu menyetel musik keras-keras agar dapat mendengarkan seluruh detail dengan baik. Yamaha berharap ini bisa membantu mengurangi peluang terjadinya gangguan pendengaran pada pengguna. Yamaha pun merujuk pada data WHO, yang mengestimasikan lebih dari satu miliar generasi muda punya risiko kehilangan pendengaran karena terlalu sering menyetel musik keras-keras.

Sayang sekali ia tidak punya active noise cancellation (ANC). Padahal, sering kali yang menjadi alasan untuk menyetel musik keras-keras adalah karena lingkungan di sekitarnya cukup berisik. Kalau memang ingin menikmati perpaduan Listening Care dan ANC, konsumen harus melirik produk lain, yakni headphone Yamaha YH-L700A yang juga belum lama ini diluncurkan.

Dari segi fisik, TW-E3B tergolong ringkas dengan bobot 5 gram per earpiece, dan bodinya pun tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5. Tiap-tiap earpiece dibekali driver berdiameter 6 mm, sedangkan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, lengkap dengan dukungan codec aptX.

Dalam sekali charge, baterainya bisa tahan sampai 6 jam. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali, memberikan total daya tahan selama 24 jam. Pada charging case-nya, ada indikator LED untuk mengecek sisa baterainya.

Di dataran Eropa, Yahama TW-E3B kabarnya akan dijual seharga 139 euro (± 2,35 jutaan rupiah) mulai bulan September mendatang. Pilihan warna yang tersedia ada enam: hitam, ungu, hijau, abu-abu, biru, dan pink.

Sumber: What Hi-Fi.