Bareksa dan Tokopedia Luncurkan Reksa Dana yang Bisa Cair di Hari yang Sama

Bertujuan menambah jumlah nasabah sekaligus meningkatkan literasi keuangan masyarakat, hari ini (23/4), marketplace reksa dana BareksaTokopedia, dan Syailendra Capital meluncurkan layanan reksa dana online yang likuid, bisa dicairkan dan diterima di rekening nasabah di hari yang sama (T+0) melalui aplikasi Tokopedia.

Turut hadir dalam acara peluncuran tersebut CEO Tokopedia William Tanuwijaya. Kepada media William mengungkapkan saat ini Tokopedia memliki sekitar 40 juta pengguna unik, melalui kerja sama strategis ini diharapkan bisa menambah layanan yang ada di Tokopedia kepada pengguna.

“Kami di Tokopedia ingin mengajak lebih banyak masyarakat umum untuk membeli reksa dana secara cepat dan terjangkau. Agar selanjutnya masyarakat Indonesia bisa menjadi investor di mulai dengan Tokopedia,” kata William.

Layanan reksa dana online yang diklaim satu-satunya yang diinisiasi Bareksa dan layanan e-commerce menargetkan satu tahun pertama bisa mendapatkan satu juta nasabah dengan dana yang dikelola hingga miliaran rupiah.

Bareksa sendiri telah menggandeng Tokopedia berjualan reksa dana sejak akhir Februari 2018.

Disinggung berapa investasi yang digelontorkan Bareksa dan Tokopedia, CEO Bareksa Ady F Pangerang menegaskan, investasi yang diberikan merupakan patungan antara Tokopedia dan Bareksa, namun enggan menyebutkan nilai investasi tersebut.

“Nantinya investasi yang ada akan kami gunakan untuk kegiatan pemasaran, oprasional, legal dan edukasi kepada pengguna Tokopedia,” kata Ady.

Dipilihnya Syailendra Capital sebagai mitra Bareksa karena kemampuan Syailendra Capital untuk melakukan redemption dalam jumlah kecil hingga besar dan kapabilitas Syailendra mengelola ribuan transaksi per hari.

Proses mudah

Dalam kesempatan tersebut turut diinformasikan bagaimana cara kerja layanan reksa dana Bareksa di aplikasi Tokopedia. Hanya dengan memanfaatkan akun Tokopedia, pengguna kemudian bisa mendaftarkan diri menjadi nasabah reksa dana. Produk reksa dana Tokopedia menawarkan minimum pembelian Rp10 ribu.

“Nantinya memanfaatkan E-Wallet di Tokopedia, pengguna bisa melakukan Top Up via bank transfer, untuk kemudian disimpan di E-Wallet. Sesuai dengan jumlah yang ingin dibeli untuk reksa dana, semua bisa dipotong langsung dari dana yang tersimpan di E-Wallet Tokopedia,” kata Ady.

Keuntungan lain yang bakal didapatkan oleh nasabah jika membeli reksa dana di Tokopedia adalah, inklusif, keamanan, kenyamanan dengan proses yang hanya 5 menit saja, investor bisa menjual investasi secara langsung, dan bisa mendapatkan return hingga 7%.

“Keunggulan lainnya adalah instant redemption yaitu dana yang tersimpan di reksa dana bisa digunakan untuk belanja di Tokopedia dan auto sweep, di mana dana pengguna Tokopedia akan secara otomatis masuk ke akun reksa dana,” kata Ady.

Bareksa saat ini telah memiliki sekitar 110 ribu investor reksa dana, angka yang diklaim melonjak lebih dari 60% dibandingkan Desember 2017. Bareksa juga telah membukukan kenaikan jumlah dana yang diinvestasikan nasabah menjadi Rp850 miliar per 9 April 2018.

Didukung OJK

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan Sujanto yang mendukung kerja sama antara Bareksa dengan Tokopedia meluncurkan layanan reksa dana online. Dilihat dari tren saat ini, Sujanto menyebutkan pembelian terbanyak reksa dana mulai didominasi secara online.

“Mungkin karena kemudahan dan kecepatan tersebut yang pada akhirnya banyak dipilih oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.”

Namun demikian dilihat dari jumlah masyarakat yang memahami benar produk reksa dana, menurut OJK saat ini jumlahnya hanya mencapai 23%. Untuk itu penting bagi Bareksa dan Tokopedia meningkatkan kegiatan edukasi kepada masyarakat umum terkait reksa dana.

Sebagai regulator, OJK mendukung sepenuhnya reksa dana online yang di inisiasi oleh Tokopedia dan Bareksa.

“Jika Tokopedia saja saat ini mengklaim sudah memiliki 40 juta pengunjung unik artinya akan lebih mudah edukasi yang dilakukan Tokopedia terkait dengan reksa dana. Saya harap juga bukan satu juta nasabah baru target dari produk ini, tapi semua pengguna yang ada di Tokopedia,” kata Sujanto.

Application Information Will Show Up Here

Bareksa Aims to Acquire 250 Thousand Mutual Fund Investors This Year

Bareksa, an online investment product markeplace, targets to acquire up to 250 thousand investors by this year, or up nearly three times of the previous year. By this month, Bareksa claims to acquire 100 thousand investors worth over Rp850 billion.

Based on the total investors, Bareksa is considered leading the mutual fund market with 16% (of total market). According to Indonesia’s Central Securities Depository (KSEI), total investors of mutual fund has reached 619.380 per last year.

“By this year, we target 250 thousand customers with 30% penetration for the mutual fund,” Ady F Pangerang, Bareksa’s President Director, said to DailySocial.

The company will expand partnership and rely on SBN online retail held on 14-25 May 2018. Bareksa is appointed as SBN 003 distribution partner.

There are six other banks acquired the license, two security companies, and a fintech player. The banks are Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank Permata, and DBS. The security companies are Trimegah and Bareksa. The only fintech company partner is Investree.

SBN 003 is very affordable for millennials, the price starts from Rp1 million. The maximum number of SBN 003 ownership is Rp3 billion with the yield higher than the deposit interest.

“We’ll be participating in it, the registration procedure is similar to becoming a mutual fund investor, only the candidates have to input NPWP (Tax Independent Number).”

The company will actively educate public and community related to SBN retail and mutual funds to acquire more investors. Unlike SBN retail that has a certain period, mutual funds are highly flexible to be exchanged at any time. In addition, the coupon is considered to be higher than deposits and guaranteed by the government.

To date, Bareksa has partnered with Bukalapak, Tokopedia, Doku, and Mandiri e-Cash. The company facilitates mutual funds payment or purchase using Mandiri e-cash.

The partnership is open for other companies to facilitate public to access mutual funds besides downloading Bareksa app.

“Our next homework is to increase penetration, along with service improvement. How to make public to invest easily, how to educate them when they lose the money,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bareksa Incar 250 Ribu Investor Reksa Dana

Marketplace reksa dana Bareksa targetkan dapat menggaet hingga 250 ribu investor sepanjang tahun ini, atau naik hampir tiga kali lipat dari capaian di tahun sebelumnya, yakni sebanyak 63 ribu investor. Hingga awal April 2018, diklaim Bareksa telah mencapai 100 ribu investor dengan dana kelolaan mencapai lebih dari Rp850 miliar.

Dari pencapaian tersebut Bareksa disebut menguasi pangsa pasar reksa dana sekitar 16% berdasarkan jumlah investor. Bila dilihat dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah total investor reksa dana tercatat sebanyak 619.380 investor per tahun lalu.

“Paling tidak tahun ini kami ingin incar 250 ribu nasabah dengan penetrasi sekitar 30% untuk industri reksa dana,” terang Presiden Direktur Bareksa Ady F Pangerang kepada DailySocial.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan memperluas kemitraan dan mengandalkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel online yang bakal diselenggarakan pada 14-25 Mei 2018. Bareksa terpilih sebagai salah satu mitra distribusi SBN 003.

Selain Bareksa, yang mendapatkan izin tersebut ada enam bank, dua perusahaan efek, dan satu fintech. Enam bank tersebut adalah Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank Permata, dan DBS. Sedangkan mitra perusahaan efek adalah Tri Megah dan Bareksa. Adapun mitra fintech adalah Investree.

Untuk membeli SBN 003 sangat terjangkau bagi generasi milennial karena dapat dimiliki mulai dari Rp1 juta. Batas maksimal kepemilikan SBR 003 adalah Rp3 miliar dengan yield di atas rata-rata bunga deposito bank BUMN.

“Kami akan berpartisipasi di situ. Prosedur pendaftarannya hampir sama ketika ingin daftar jadi investor reksa dana di Bareksa, hanya saja calon investor harus memasukkan data NPWP.”

Agar dapat mendongkrak investor SBN, perusahaan bakal giat melakukan edukasi kepada masyarakat dan komunitas terkait perbedaan SBN ritel dengan reksa dana. Reksa dana dari sisi redemption memiliki fleksibilitas karena dapat ditukar kapan saja.

Sementara SBN ritel tidak bisa ditukar kapan saja karena memiliki periode waktu tertentu. Di samping itu, kuponnya dinilai lebih tinggi dari deposito dan dijamin langsung oleh pemerintah.

Sejauh ini Bareksa baru bekerja sama dengan Bukalapak, Tokopedia, Doku, dan Mandiri e-Cash. Dengan Mandiri e-Cash perusahaan permudah pembayaran atau pembelian reksa dana.

Pihaknya terus membuka kerja sama dengan perusahaan lainnya untuk permudah masyarakat dalam mengakses reksa dana, selain harus mengunduh aplikasi Bareksa yang sudah dirilis pada beberapa waktu belakangan.

“Pekerjaan rumah kami berikutnya adalah meningkatkan penetrasi, seiring meningkatkan pelayanan. Bagaimana orang bisa lebih mudah untuk investasi, bagaimana mengedukasinya ketika mereka merugi, dan sebagainya,” tandas Ady.

Application Information Will Show Up Here

Bareksa Rilis Aplikasi Mobile dan Dukung Tokopedia Reksa Dana

Bareksa akhirnya ini merilis aplikasi mobile setelah cukup lama fokus mengembangkan versi desktop sejak pertama kali diluncurkan pada 2013. Cukup berbeda, UI/UX versi mobile terlihat lebih ramah, baik dari pemilihan ukuran huruf, ada proyeksi keuntungan, dan grafik NAB yang diilustrasikan dengan simpel.

Alur registrasi dan transaksinya pun juga dibuat lebih simpel dan mudah diisi, tanpa harus keluar dari ekosistem aplikasi. Ini dimaksudkan sebagai strategi mencegah churn rate yang rentan terjadi dalam bisnis aplikasi. UI/UX Bareksa dalam versi desktop cukup jauh berbeda karena terkesan cukup njelimet bagi orang awam.

“Kita sengaja desain lebih simpel agar pengguna baru tidak merasa terintimidasi. Ada filter yang bisa disesuaikan untuk pencarian. Flow untuk register pun dibuat sangat singkat sampai tiga step saja,” terang Presiden Direktur Bareksa Ady F. Pangerang kepada DailySocial, Kamis (22/2).

Dengan tampilan yang lebih user friendly, sambung Ady, secara perlahan-lahan mampu mendongkrak nasabah baru. Diklaim Bareksa mendapat 200 nasabah baru setiap harinya. Ady pun menargetkan sampai akhir tahun ini dapat menggaet sekitar 500 ribu nasabah.

Cari solusi pembayaran

Sementara ini soal pembayaran di Bareksa masih “kurang digital” karena nasabah harus transfer ke rekening bank kustodian dan mengirimkan buktinya lewat email atau WhatsApp. Ady mengaku masalah ini jadi salah satu alasan nasabah, terutama dari kalangan millennial, agak enggan untuk membeli reksa dana.

Untuk itu, pihaknya sedang berdiskusi dengan OJK mencari solusinya namun tidak menyalahi aturan. Salah satu opsi yang ditawarkan Bareksa ke OJK adalah menghadirkan fitur payment gateway, sehingga pembayarannya cukup dengan menggunakan virtual account (VA).

“Untuk solusi pembayaran, kami masih cari solusi karena sistem reksa dana ini agak ribet dibandingkan [layanan] e-commerce karena harus lewat bank kustodian. Masih kita didiskusikan dengan OJK karena ini berkaitan dengan regulasi.”

Tambah rekanan dengan Tokopedia

Tak hanya dengan Bukalapak, kini Bareksa juga resmi bermitra dengan Tokopedia untuk menghadirkan produk reksa dana.

Yang berbeda dengan kerja sama dengan Bukalapak, semangat Tokopedia adalah memanfaatkan dana yang mengendap di TokoCash dapat dialihkan secara otomatis (auto switch) ke reksa dana. Para pengguna dapat merasakan imbal hasil yang diberikan reksa dana, sekaligus dapat mencairkannya secara langsung untuk membayar transaksi di sana (auto redemption). Fitur tersebut belum ada dalam BukaReksa.

“Tokopedia punya filosofi yang beda. Mereka ingin mengoptimasi idle cash di TokoCash untuk diinvestasikan ke reksa dana dengan mudah, namun bisa dicairkan dengan mudah pula saat ingin dipakai [dananya],” kata Ady.

Hal ini berbeda dengan BukaReksa yang semangat awalnya adalah menjadi marketplace reksa dana. Di dalamnya terdapat berbagai produk reksa dana terkurasi yang bisa dipilih para penggunanya.

Bukalapak juga menggandeng CIMB Principal Asset Management untuk menghadirkan produk sendiri, CIMB-PRINCIPAL Bukareksa Pasar Uang. Langkah tersebut tidak ambil Tokopedia sebagai diferensiasinya. Tokopedia baru bekerja sama dengan Syailendra Capital untuk produk reksa dana pasar uang Syailendra Dana Cash.

Untuk model bisnisnya, Bareksa mendapat management fee dari setiap transaksi dalam Tokopedia. Cara berinvestasi di Tokopedia cukup simpel, pengguna hanya cukup menyiapkan foto KTP saja. Nominal investasinya minimal Rp10 ribu.

Ady mengungkapkan pihaknya menargetkan dapat menggaet tambahan sekitar dua pemain e-commerce lainnya untuk menjadi mitra.

“Ini kerja samanya [dengan Tokopedia] tidak eksklusif, kami ingin demokratisasi pasar dengan membuka akses pasar modal ke siapa pun sebanyak mungkin. Sebagai APERD, kami dimungkinkan untuk buka gerai [penjualan] lebih banyak lagi,” pungkas Ady.

Bareksa Incar Investor Strategis Baru Tahun Depan

Marketplace reksa dana Bareksa mengungkapkan sedang mencari investor strategis baru untuk pendanaan lanjutan, sebagai upaya mendukung bisnis perusahaan. Rencananya, perusahaan akan mengumumkan identitas investor tersebut pada kuartal II tahun depan.

Hanya saja yang sedikit berbeda, Bareksa tidak sekadar mencari investor untuk dukung pendanaan saja. Melainkan untuk mengnyinergikan Bareksa dengan sumber daya yang dimiliki calon investor tersebut.

“Tahun depan kami berencana mencari investor strategis, ada yang dari asing dan lokal, ada juga yang dari Tiongkok. Kemungkinan kuartal II tahun depan akan diumumkan,” terang Presiden Direktur Bareksa Karaniya Dharmasaputra, Rabu (18/10).

Nantinya, dengan jaringan yang dimiliki investor strategis diharapkan dapat membantu perusahaan menembus pasar tak hanya nasional, tapi juga regional.

Karaniya tidak hanya mengungkapkan rencana mencari investor strategis, tetapi juga pertimbangan untuk melantai di BEI. Menurutnya, rencana itu memang telah menjadi pertimbangan perusahaan sejak pertama kali berdiri. Hanya saja, dia tidak mengungkapkan kapan rencana tersebut akan direalisasikan.

“IPO itu memang telah menjadi pertimbangan untuk mendapatkan tambahan dana segar sejak pertama kali kami berdiri. Namun kami lebih mendahulukan rencana untuk ekspansi ke regional dengan bantuan jaringan investor strategis.”

Pada April 2017, Bareksa memperoleh sejumlah dana segar dengan nilai yang tidak disebutkan dari salah satu pemegang saham DOKU, yakni PT Gemilang Dana Sentosa lewat skema right issue. Investor tersebut menguasai 20% saham Bareksa dari total keseluruhan saham.

Pendanaan tersebut merupakan pertama kalinya perusahaan meraup dana dari eksternal sejak dua tahun berdiri. Sebelumnya perusahaan menggunakan dana sendiri untuk proses bisnisnya.

Schroder ikut memasarkan produk reksa dana di Bareksa

Dalam kesempatan yang sama, Bareksa juga mengumumkan bergabungnya Schroder Investment Management Indonesia sebagai perusahaan aset manajemen ke 29 yang berjualan reksa dana secara online. Untuk tahap awal, Schroder memasarkan tujuh produknya, diantaranya adalah jenis pasar uang, pendapatan tetap, dan campuran.

Adapun nama produknya a.l Reksa Dana Schroder Dana Likuid, Reksa Dana Schroder Dana Kombinasi, Reksa Dana Schroder Dana Terpadu II, Reksa Dana Schroder Dana Mantap Plus II, Reksa Dana Schroder Dana Andalan II, Reksa Dana Syariah Balanced Fund, dan Reksa Dana Schroder Dynamic Balanced Fund.

Produk tersebut dipilih lantaran perusahaan mempertimbangkan aspek profil risikonya yang rendah, lantaran pemasaran lewat online lebih menyasar untuk nasabah pemula dibandingkan investor profesional.

“Indonesia adalah negara kepulauan yang luas sehingga sulit memasarkan produk reksa dana jika memasarkan dengan mendatangi satu per satu. Oleh karena itu, kami perlebar jaringan dengan platform online,” tutur Head of Intermediary Business Schroders Indonesia Teddy Oetomo.

Schroder merupakan manajer investasi terbesar di Indonesia dengan dana kelolaan sebesar Rp83,52 triliun per kuartal III 2017. Bergabungnya Schroder, turut menambah daftar total produk reksa dana yang dipasarkan di Bareksa sebanyak 128 produk, setara dengan 20% dari produk reksa dana secara nasional.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini, akan ada tambahan satu perusahaan manajer investasi lainnya yang bergabung yaitu Manulife Asset Management Indonesia (MAMI).

Karaniya menargetkan sampai tahun depan dapat menambah sekitar 10-20 perusahaan baru sebagai mitra. Sehingga total akhir perusahaan yang memasarkan produk di Bareksa dapat mencapai 40-50 perusahaan.

“Kami akan tetap selektif dalam memilih produk reksa dana karena tidak semuanya berkinerja baik.”

Perusahaan juga menargetkan sampai tahun dapat dapat menyalurkan dana yang diinvestasikan sebesar Rp1 triliun, saat ini posisinya telah mencapai lebih dari Rp350 miliar dengan jumlah nasabah lebih dari 52 ribu orang.

Bareksa Peroleh Investasi Tahap Awal dari Pemegang Saham DOKU

Marketplace finansial Bareksa mengumumkan perolehan dana segar dengan nilai yang tidak disebutkan dari salah satu pemegang saham DOKU yakni PT Gemilang Dana Sentosa lewat skema rights issue. Investor tersebut kini menguasai 20% saham Bareksa dari total keseluruhan saham.

Dana segar yang diperoleh Bareksa akan dipergunakan untuk membangun dan meluncurkan unit bisnis baru, mengembangkan platform, menambah jumlah talenta, seiring targetnya yang ingin menjadi marketplace finansial terintegrasi terbesar di Indonesia.

Perolehan dana segar ini merupakan pertama kalinya diperoleh Bareksa sejak dua tahun berdiri. Selama ini perusahaan masih menggunakan dana sendiri atau bootstrap untuk proses bisnisnya.

“Kami merasa Bareksa adalah platform yang tepat untuk mendekati kalangan orang-orang yang belum tersentuh layanan finansial, terutama reksa dana. Segmen tersebut masih jauh dari perbankan karena pengetahuan masyarakat yang masih terbatas. Bareksa kami yakini dapat menjembatani hal tersebut dengan memberikan layanan yang user friendly,” terang CEO DOKU Thong Sennelius, Kamis (6/4).

Co-Founder dan Presiden Direktur Bareksa Karaniya Dharmasaputra menambahkan pihaknya memilih investor dari DOKU dikarenakan perusahaan tersebut adalah salah satu pemain mobile wallet dan payment gateway terbesar di Indonesia, sehingga dinilai memiliki prospek yang strategis ke depannya.

Sebelum investor dari DOKU masuk ke Bareksa, sebelumnya kedua perusahaan telah menjalin kemitraan dalam menyediakan fitur reksa dana online dalam platform mobile wallet DOKU.

“Sebetulnya kami telah mengadakan pembahasan serius dengan tiga calon investor, di antaranya terdapat dari asing yang serius mengajukan minat. Akhirnya setelah pembicaraan intensif dan due dilligence, pilihan jatuh ke DOKU. Masuknya DOKU memiliki nilai strategis bagi perkembangan Bareksa ke depan,” kata Karaniya.

Hadirnya DOKU, diharapkan akan membuat sinergi antar kedua perusahaan jadi makin erat. Salah satu realisasi kerja sama yang kemungkinan bakal dilakukan yakni mengintegrasikan proses transaksi di Bareksa akan jadi lebih sederhana dan mudah dengan teknologi mobile payment DOKU. Biaya transaksi nasabah juga dapat ditekan dibandingkan dengan biaya bank.

Selain mendapat suntikan dana segar, Bareksa juga mengumumkan bergabungnya Mahendra Siregar di perusahaan dengan jabatan Presiden Komisaris. Sebelumnya, Mahendra menjabat sebagai mantan Kepala BKPM dan Wakil Menteri Keuangan. Saat ini Beliau aktif berperan dalam mendorong perkembangan ekonomi digital dan fintech di Tanah Air.

Target bisnis Bareksa

Sepanjang tahun ini, Karaniya menargetkan pihaknya dapat menghimpun lebih dari 100 ribu nasabah reksa dana dengan total dana yang diinvestasikan sekitar Rp500 miliar. Adapun saat ini, Bareksa tercatat telah memiliki lebih dari 32 ribu nasabah dengan total dana yang telah diinvestasikan hampir Rp200 miliar.

Untuk mencapai target, perusahaan berencana untuk terus menambah portfolio produk reksa dana dengan menggaet lebih banyak perusahaan aset manajemen. Dalam platform Bareksa kini baru menampung 111 produk reksa dana yang diterbitkan oleh 24 perusahaan aset manajemen.

“Produk reksa dana di Indonesia jumlahnya sekitar 1.000 lebih. Tidak semua produk bisa masuk ke kami karena harus melalui filter, kami hanya melihat produk yang memiliki kinerja yang baik sebab tujuan akhirnya adalah membantu masyarakat berinvestasi.”

Selain itu, pihaknya juga akan meluncurkan unit bisnis keuangan baru yang akan berdiri di bawah nama Bareksa. Produk tersebut diharapkan dapat segera dirilis dalam kurun waktu setahun mendatang, saat ini perusahaan masih membangun versi beta.

Sayangnya, Karaniya enggan membeberkan lebih detil mengenai rencana tersebut. Dia hanya menegaskan kehadiran bisnis baru tersebut bakal melengkapi strategi Bareksa menjadi marketplace finansial.

“Saat awal kami berdiri, inisiatif awal memang sengaja masuk dengan produk reksa dana. Langkah berikutnya menghadirkan produk keuangan lainnya di bawah bendera Bareksa.”

Perusahaan juga akan terus memperkuat penetrasi mereknya ke tengah masyarakat dengan menggandeng perusahaan teknologi lainnya. Dalam pipeline Bareksa, bakal ada lima hingga enam kerja sama baru sepanjang tahun ini.

Seiring dengan target tersebut, Karaniya juga akan mempersiapkan penggalangan dana tahap kedua untuk mendukung bisnis Bareksa. Dia berharap dana segar akan diperoleh kembali paling lama 1,5 tahun dari sekarang.

Bukalapak dan Bareksa Resmikan Peluncuran BukaReksa

Hari ini, (19/1) Bukalapak dan Bareksa meresmikan peluncuran BukaReksa untuk menyasar pengguna Bukalapak yang kini jumlahnya mencapai 11,2 juta orang. Produk reksa dana ini dijamin oleh Bareksa adalah produk investasi yang diatur dan diawasi oleh OJK, baik dari agen penjual reksa dana maupun perusahaan pembuat produk reksa dana.

Ketua Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan produk ini merupakan inovasi yang baik dan berjalan searah dengan upaya regulator untuk terus meningkatkan kedalaman pasar modal di Indonesia. Menurut dia, kunci terpenting dalam meningkatkan jumlah investor adalah membuat terobosan inovasi dan sosialisasi yang masif.

Dalam hal ini kaitannya bagaimana membuat kerja sama dengan antar perusahaan untuk kemudahan akses saat membeli reksa dana. “Hari ini menjadi penting bagi perkembangan pasar modal bisa dapat lebih berkembang. Kami berharap bakal ada kerja sama berikutnya yang bisa dilakukan agar akses masyarakat untuk membeli reksa dana kian mudah,” ujarnya, Kamis (19/1).

Menurut data OJK, sepanjang tahun lalu total dana kelolaan (asset under management/AUM) industri reksa dana sebesar Rp338,6 triliun. Bila dibandingkan dengan nilai produk domestik bruto (PDB) di 2015 sebesar 11.540,8 triliun, nilai ini hanya sekitar 2,93% saja. Sementara, dari jumlah investor reksa dana di Indonesia juga masih sedikit, per 26 Agustus 2016 jumlahnya tercatat sebesar 340.869 orang, atau hanya sekitar 0,13% dari total populasi.

BukaReksa adalah instrumen investasi reksa dana berjenis pasar uang yang sengaja dibuat oleh PT CIMB-Principal Asset Management sebagai manajer investasi. Perusahaan akan menempatkan dana investasi dengan porsi di deposito sebesar 45%-50%, kas 5%-10%, dan obligasi 40%-50%.

Untuk mengakses fitur BukaReksa, calon investor hanya diharuskan memiliki akun Bukalapak dan memiliki saldo di BukaDompet dengan minimal investasi Rp 10 ribu. Pengguna bisa mengakses fitur BukaReksa di halaman BukaDompet atau menu MyLapak. Sebelum membeli reksa dana, pengguna harus melakukan pengisian formulir lalu mendapatkan notifikasi bahwa pembukaan rekening telah disetujui.

Untuk pembelian reksa dana, prosesnya hanya memakan waktu satu hari kerja. Sementara ini, BukaReksa baru bisa diakses lewat situs desktop Bukalapak saja. Diharapkan dalam waktu dekat pengguna sudah bisa mengaksesnya lewat aplikasi Bukalapak dengan tampilan yang lebih user friendly.

“Fitur BukaReksa sudah tayang di situs Bukalapak sejak kurang lebih dua minggu lalu. Responsnya positif, sudah menjaring lebih dari 6 ribu investor dengan dana kelolaan di bawah Rp10 miliar. Ke depannya kami akan sempurnakan tampilan sehingga bisa diakses melalui mobile web dan aplikasi,” terang Co-founder dan CFO Bukalapak Fajrin Rasyid.

Bagi Bukalapak, peluncuran fitur ini menjadi salah satu diversifikasi bisnis perusahaan di luar marketplace dengan menyasar layanan jasa keuangan (fintech). Sekaligus meningkatkan utilisasi fitur BukaDompet sebagai layanan dompet elektronik yang disediakan Bukalapak untuk menyimpan dana hasil penjualan dan dana hasil pengembalian transaksi.

Sejauh ini Bukalapak sudah memiliki beberapa layanan fintech lainnya, seperti BukaModal. BukaModal memungkinkan pelapak (istilah penjual di Bukalapak) untuk mendapatkan pinjaman modal dari Bank BTPN dan Modalku. Fitur ini khusus untuk pelapak yang sudah berjualan lebih dari enam bulan.

“Diversifikasi bisnis wajar untuk dilakukan, akan tetapi saat ini bisnis marketplace tetap jadi yang kontribusi bisnis terbesar di Bukalapak.”

Segera siapkan produk baru lainnya

Dalam satu bulan mendatang, Bukalapak akan terus memantau perkembangan BukaReksa dengan melakukan banyak penyempurnaan agar makin dapat menarik pengguna baru. Selain itu, Fajrin memastikan pihaknya terbuka untuk meluncurkan produk reksa dana lainnya dalam waktu mendekat.

“Kami lihat dulu progress BukaReksa. Tidak menutup kemungkinan kami akan luncurkan produk reksa dana lainnya dalam waktu mendekat, sudah ada diskusi dengan beberapa manajer investasi.”

Bareksa sebagai pemegang lisensi APRD juga akan terus menggandeng beberapa perusahaan teknologi untuk menjadi gerai perpanjangan tangan dalam penjualan instrumen reksa dana.

Co-founder dan Chairman Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengatakan pihaknya akan terus menambah kerja sama dengan perusahaan teknologi lainnya. Saat ini masih dalam tahap diskusi, sehingga belum bisa diungkap identitas perusahaannya.

Karaniya bilang perusahaan akan menangkap seluruh peluang kerja sama mulai dari perusahaan e-commerce, dompet elektronik, dan travel agent online (OTA). “Kami buka semua peluang agar akses membeli reksa dana jadi makin mudah,” pungkasnya.

OJK Konfirmasi BukaReksa Tidak Salahi Aturan (UPDATED)

Teknologi yang tidak mengenai batasan wilayah membuatnya jadi abu-abu saat menentukan apakah aturan mainnya sesuai dengan regulasi yang berlaku. Dibandingkan industri lainnya, industri finansial termasuk yang paling ketat aturannya. Terkait hal ini, DailySocial berusaha memastikan kerja sama antara Bukalapak dan Bareksa dalam meluncurkan BukaReksa. Apakah langkah ini menyalahi Bareksa sebagai pemegang lisensi APRD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) dan Bukalapak sebagai pihak penjual efek reksa dana? Jawabannya ternyata tidak.

Hal ini diungkapkan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida. Dia mengatakan POJK Nomor 39/POJK.04/2014, tepatnya di Pasal 33, menyebutkan dalam melakukan penjualan efek reksa dana, agen APRD dapat membuka gerai penjualan dengan cara melakukan kerja sama dengan pihak lain yang memiliki jaringan lebih luas dalam kegiatan usahanya.

“APRD bisa bekerja sama dengan gerai-gerai untuk memperpanjang tangannya. Untuk [Bareksa dan Bukalapak] ada aturan yang memperbolehkan gerai-gerai itu jadi penjual. Tapi kontrak dan tanggung jawab terhadap penjualan itu tetap di APRD,” terang Nurhaida kepada DailySocial.

Pernyataan Nurhaida sejalan dengan jawaban perwakilan Bukalapak dan Bareksa. Pihak Bukalapak memastikan perusahaan adalah mitra Bareksa yang memiliki lisensi APRD resmi dari OJK. Produk BukaReksa yang menjual reksa dana ke publik adalah produk investasi yang diatur dan diawasi oleh OJK.

“Bukalapak sebagai salah satu perusahaan terdepan, sangat patuh terhadap aturan dan hukum yang berlaku. Kami menjunjung tinggi peraturan yang ada,” ungkap pihak Bukalapak dalam pernyataan resminya.

Bareksa juga mengeluarkan suaranya. Co-founder dan Chairman Bareksa Karaniya Dharmasaputra kepada DailySocial memastikan BukaReksa tidak menyalahi aturan yang diberlakukan oleh OJK. Platform BukaReksa tetap terhubung dengan engine Bareksa untuk proses know your customer (KYC) nasabah sebelum membeli produk reksa dana.

“Ini tidak melanggar aturan, kami sudah lapor ke OJK. Mereka dukung karena ini ‘kan bagian dari edukasi dan perluasan jalur pemasaran. Kami memang lebih memilih kolaborasi dengan perusahaan teknologi agar lebih pas dan cepat,” terangnya.

Karaniya menjelaskan BukaReksa adalah hasil kerja sama antara Bukalapak dan Bareksa dengan menunjuk CIMB Principal Asset Management untuk membuat produk Reksa Dana CIMB-Principal Bukareksa Pasar Uang.

BukaReksa dikhususkan untuk menyasar semua pengguna Bukalapak, baik itu pembeli maupun merchant yang sudah memiliki akun di Bukalapak dan saldo di BukaDompet.

“Ide awalnya ingin buat produk khusus untuk kerja sama dengan Bukalapak. Sebab, untuk jadi nasabah reksa dana butuh proses 2-3 hari karena ada proses di bank kustodian. Untuk layani nasabah Bukalapak yang merupakan merchant kan mereka butuh likuiditas, jadi kita bikin produk khusus dengan CIMB sehingga kita targetkan prosesnya jadi lebih cepat maksimal satu hari setelah transaksi.”

Nantinya, BukaReksa akan tersedia di berbagai platform yang dimiliki Bukalapak mulai dari situs website, aplikasi, hingga situs mobile. Dalam dashboard pengguna Bukalapak, akan ada button untuk investasi reksa dana di BukaReksa.

“Sekarang sudah final testing, semoga bisa luncur beberapa minggu ke depan.”

Sebelumnya, Bareksa juga sudah meresmikan kerja samanya dengan DOKU untuk menjual produk reksa dana kepada pengguna DOKU yang jumlahnya diklaim mencapai 1,3 juta orang.

Baik kerja sama antara Bareksa dengan Bukalapak maupun DOKU sasarannya sama, yakni pengguna masing-masing platform tersebut, termasuk merchant penjual di Bukalapak.

Adapun jumlah nasabah Bareksa kini sudah mendekati angka 7 ribu orang sejak pertama kali diluncurkan pada Januari 2015 silam. Total dana yang diinvestasikan lewat platform Bareksa sudah lebih dari Rp 80 miliar.

Sepanjang tahun ini, Bareksa akan kembali menggelar kerja sama lainnya dengan layanan e-commerce dan fintech.

“Namanya belum bisa kami disclose,” ujar Karaniya.

Terinspirasi dari Yuebao

Karaniya mengungkapkan kerja sama ini terjalin akibat terinspirasi dari Yuebao, sebuah produk reksa dana yang dikelola produk keuangan Alibaba, Alipay, yang diluncurkan sejak Juni 2013 silam.

Pada saat itu nilai imbal hasil (yield) yang ditawarkan Yuebao kepada nasabahnya mencapai 4%. Bahkan, angkanya pernah menembus hingga 6,76% per tahun pada awal 2014. Nasabah Yuebao hingga kini diklaim sebagai salah satu terbesar di dunia dengan total 260 juta nasabah.

“Kami terinspirasinya dari sana [Yuebao]. Bahkan, sekarang dia sudah bisa jadi perusahaan manajemen investasi. Insya Allah ke depannya [BukaReksa] bisa mengarah ke sana.”

Yang terpenting, sambungnya, hadirnya BukaReksa bisa menjadi lahan edukasi untuk merchant Bukalapak agar dapat beralih menggunakan reksa dana sebagai lahan investasi jangka pendek, ketimbang menyimpan uangnya di tabungan sederhana di bank.

BukaLapak Siapkan Marketplace Produk Reksa Dana Melalui BukaReksa

BukaLapak mulai perluas segmentasi bisnis ke komoditas produk yang berbeda. Kali ini pihaknya mulai menginisiasi BukaReksa, sebuah layanan yang menyediakan produk reksa dana bagi member-nya untuk berinvestasi. Layanan ini rencananya baru akan dirilis resmi pada minggu ke-3 bulan Januari ini. Untuk inisiatif ini, BukaLapak bekerja sama dengan portal keuangan Bareksa.

Bareksa telah menyediakan sebuah layanan online marketplace untuk reksa dana sejak awal tahun 2015 lalu. Bareksa juga menjadi salah satu penyedia platform di pasar modal yang telah mendapatkan lisensi resmi sebagai sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APRD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)untuk menjual reksa dana secara langsung kepada nasabah.

Memasyarakatkan investasi reksa dana untuk masyarakat umum

Di microsite BukaReksa terdapat beberapa keterangan yang memaparkan beberapa layanan yang ingin disuguhkan BukaLapak untuk produk reksa dana. Pihaknya mematok dana minimal investasi Rp 10.000,- untuk penggunanya, sesuai dengan nominal yang tertera pada angka minimum pembelian awal di CIMB-Principal BukaReksa Pasar Uang.

Prosesnya (transaksi) pun mengadopsi experience pengguna (marketplace) ala Bukalapak, termasuk dengan jenis akun yang sama. Hanya saja, khusus untuk produk ini, pengguna harus memasukkan informasi lebih mendetil dan perlu mendapatkan konfirmasi sebelum memulai transaksi. Pihaknya juga menjanjikan pengelolaan produk reksa dana oleh Manajer Investasi profesional dengan target pengembalian optimal.

Hal ini menjadi indikasi awal BukaLapak berusaha menghasilkan kanal investasi reksa dana untuk masyarakat umum dengan proses yang lebih terjangkau. Konsep ini menyasar pengguna dengan pemahaman minim terhadap investasi di pasar modal.

Terkait posisi BukaLapak sebagai rekanan penjual reksa dana kami belum bisa mendapat informasi lebih jauh. Pihak BukaLapak belum berkenan memberikan informasi detil seputar portofolio terbarunya hingga peluncuran dalam waktu dekat. Posisi BukaLapak dan legalitasnya menjadi penting diketahui mengingat jual beli reksa dana memiliki tingkat aturan dan perizinan yang cukup ketat dari otoritas, dalam hal ini OJK.

DOKU dan Bareksa Luncurkan Tabungan Reksa Dana

Masyarakat Indonesia masih sangat awam terhadap investasi di pasar modal. Untuk kembali menggalakkan misi edukasi investasi pemerintah melalui micro investing, kini DOKU dan Bareksa, financial marketplace lokal, meluncurkan tabungan reksa dana untuk pengguna DOKU.

Kedua pihak memutuskan untuk memilih produk Cipta Dana Cash yang dimiliki oleh Cipta Dana Asset Management. Produk ini khusus bermain di instrumen pasar uang, dengan karakteristik risiko yang minim, khusus untuk memperoleh pertumbuhan modal jangka pendek dan tingkat likuditas yang tinggi.

Karakteristik instrumen ini cocok sebagai langkah awal edukasi ke masyarakat Indonesia yang masih sangat awam terhadap investasi di pasar modal.

“Kami pilih Cipta Dana Cash untuk menyesuaikan dengan profil masyarakat Indonesia yang cenderung masih takut berinvestasi. Produk ini merupakan best product di Bareksa dan memiliki kinerja tahunan yang cukup baik dengan tingkat imbal hasil 8,5% per tahun,” terang Karaniya Dharmasaputra, Co-founder dan Chairman Bareksa, Kamis (3/11).

Menurut Karaniya, bila membandingkan dengan imbal hasil yang diberikan ketika menabung atau membeli deposito di bank, tingkat pengembalian hasilnya tidak akan sebesar reksa dana. Salah satu bank, sambungnya, memberikan return untuk nasabah yang menabung di tempatnya sebesar 0,7% per tahun dan deposito sebesar 4,25%. Besaran imbal hasil ini masih terhitung kotor, artinya belum dipotong dengan pajak penghasilan sebesar 20%.

“Berarti nasabah tidak mendapat untung sama sekali, beda halnya dengan reksa dana. Untuk menggalakkan jumlah rekening reksa dana di Indonesia, pemerintah membebaskan pemotong pajak untuk ini.”

Dia menambahkan, besaran nominal untuk berinvestasi lewat DOKU sebesar 100 ribu Rupiah. Menurutnya, ini sangat cocok untuk pengguna yang ingin belajar dan mencoba berinvestasi. Fitur ini juga memberikan manfaat lebih bagi pengguna yang memiliki endapan dana di DOKU.

Menurut Karaniya, dalam peraturan Bank Indonesia pemain uang elektronik tidak boleh memberikan bunga kepada uang yang mengendap di e-wallet. “Bekerja sama dengan Bareksa, pengguna DOKU bisa sekaligus menabung di reksa dana pasar uang sehingga mereka dapat memperoleh imbal hasil dari dana endapan di DOKU.”

Thong Sennelius, CEO DOKU, menambahkan terhitung saat ini pengguna DOKU mencapai 1,3 juta orang dengan mayoritas adalah laki-laki usia produktif antara 18-35 tahun. Kelompok orang tersebut yang akan disasar oleh DOKU untuk menjadi pemilik rekening reksa dana.

Adapun dari rata-rata dana endapan pengguna DOKU kini menunjukkan peningkatan. Dari awalnya hanya top up saldo ketika dibutuhkan saja kini sudah bergeser, rata-rata dana endapan sudah mencapai ratusan ribu per penggunanya.

“Dengan tingkat imbal hasil 8,5% yang ditawarkan Cipta Dana Cash, diharapkan bisa encourage pengguna DOKU untuk mengalihkan dananya untuk di simpan di instrumen investasi ini.”

Siap luncurkan instrumen pasar uang untuk syariah

Troy Hambali, Business Development DOKU, melanjutkan DOKU dan Bareksa saling berkomitmen untuk meluncurkan produk investasi dari instrumen reksa dana lainnya yang tingkat risiko sejenis dengan pasar uang hingga dua tahun mendatang. Menurutnya, instrumen investasi lainnya yang bakal ditawarkan ke pengguna DOKU adalah obligasi.

Pihaknya juga akan menambah variasi investasi reksa dana untuk syariah, tidak hanya konvensionalnya saja. Sebab tujuan akhirnya adalah semua orang Indonesia bisa melek investasi di pasar modal.

“Kerja sama antara DOKU dan Bareksa adalah eksklusif. Kami akan pilih perusahaan aset manajemen lainnya dengan produk reksa dana dari pasar uang dan obligasi, baik syariah maupun konvensional karena mau jangkau seluruh masyarakat Indonesia. Rencananya, kami akan meluncurkan kembali instrumen pasar uang untuk produk syariahnya pada tahun depan,” pungkasnya.

Saat ini pengguna DOKU mencapai 1,3 juta orang, dengan jumlah merchant lebih dari 22 ribu dan 15 mitra perbankan. Akhir tahun lalu, DOKU mengelola total transaksi online sebesar 8,5 triliun Rupiah. Diharapkan pada tahun ini bisnis bisa tumbuh antara 30%-40%.