Andalin Announces Follow on Funding of 57 Billion Rupiah

Andalin announced an additional funding of $4 million or equivalent to 57.2 billion Rupiah led by Intudo Ventures. A number of investors were involved, including Cardig Group, Beenext, and other strategic investors.

The funding follows the previous series A round in March 2021, at which time BRI Ventures was involved. While Beenext previously led Andalin’s initial funding in 2020.

The fresh money will be focused on increasing the presence of Andalin products in the local market, including strengthening its position in eastern Indonesia. The company is to add more team, targeting 200 people. In addition, a number of new product innovations will soon be rolled out, such as financing, trading platforms for producers and distributors, etc.

Focus on export-import management solution

Was founded in October 2016, Andalin’s focus is to provide digital services that make it easier to manage cross-border shipments. It includes having a B2B model to help shipping companies in Indonesia find affordable cargo transportation — by plane (Air Cargo & Air Courier) or by ship (Full Container Load & Low Container Load).

Through the Andalin platform, customers can communicate, track, and schedule shipments to global destinations. In addition, it also performs real time monitoring with the Andalin Go application launched last year. With the supply chain efficiency, it is expected to help customers reduce shipping costs, simplify administration, and make deliveries on time.

“We started Andalin with the vision of simplifying Indonesia’s international trade by integrating its highly fragmented services ranging from logistics, finance and other trade services into one platform. Indonesia’s export-import value grew from around $300 billion in 2020 to $430 billion in 2021, a remarkable growth especially during the pandemic,” Andalin’s Co-Fonder & CEO, Rifki Pratomo said.

Andalin’s technology aims to solve this issue with a presence in 200 global ports and 200 service partners worldwide. From February 2021 to December 2021, Andalin’s monthly revenue grew by 690%, coupled with a 10.6x increase in the total number of containers shipped.

Apart from Rifki, Andalin was also founded by Ivhan Famly Gunawan (CTO) and Saut Tambunan (COO).

“Indonesia is at the crossroads of global trade routes and now occupies an increasingly prominent position in the supply chain with many global brands leveraging its developing country consumer base and rich natural resources. Built from a suite of cutting-edge digital freight forwarding services, Andalin brings Indonesia to the world and the world to Indonesia, simplifying the export-import process from start to finish,” Intudo Ventures’ Founding Partner, Patrick Yip said.

Logistics startup development

In terms of export-import logistics solutions, there are not many existing startups in the market. Apart from Andalin, platforms that offer similar solutions include Tera Logistic, Allsome, and Janio.

Meanwhile, the issue of logistics within the country itself (for domestic shipments) also still leaves many challenges – especially in the midst of rapidly increasing demand due to e-commerce. So most players are still focused on solving these issues, starting from the supply chain, vehicle management, to logistics management.

Logistics innovation also received good support from investors. Until 2021, DailySocial.id noted a number of startups that have received good support from investors, including:

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Seed Funding, Series A 2020, 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A Series B 2020 2021
J&T Express Venture Round 2021
Kargo Technologies Seed Funding Series A 2019 2020
Logisly Series A 2020
McEasy Seed Funding 2021
Pakde Seed Funding 2018
RaRa Delivery Seed Funding 2021
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding Series A Series B 2019 2020 2021
SiCepat Series B 2021
TransTrack Seed Funding 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding Pre-Series A Series A Series A+ Series B 2018 2018 2019 2020 2020
Webtrace Seed Funding 2020

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Startup Agritech Semaai Terima Investasi Tahap Awal dari Surge dan Beenext

Startup agritech Semaai mengumumkan pendanaan putaran awal sebesar $1,25 juta atau sekitar 18 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Surge, program percepatan dari Sequoia Capital India; dan Beenext. Sejumlah angel investor, seperti Nipun Mehra (Ula), Harshet Lunani (Qoala), dan Prashant Pawar (Houlihan Lokey), turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dana akan dimanfaatkan untuk perluas jaringan pengiriman, dimulai dari toko tani (pengecer pertanian) yang pada akhirnya menjangkau petani kecil di pedesaan. Juga, menambah tim engineer dan produk yang akan ditempatkan di India hingga tiga kali lipat sampai akhir tahun ini.

Startup ini didirikan pada April 2021 oleh Muhammad Yoga Anindito, Abhishek Gupta, dan Gaurav Batra. Masing-masing memiliki latar belakang yang kuat di bidang agrikultur dan rantai pasok. Yoga sebelumnya memimpin perusahaan distributor input pertaniannya sendiri, kemudian Hasana memiliki pengetahuan yang mendalam tentang rantai pasok pertanian. Sementara, Abhishek telah berpengalaman bekerja dengan pemerintah untuk memimpin berbagai proyek rural dalam bidang agrobisnis, fintech, dan kebijakan.

Semaai berambisi ingin memberikan kesempatan kepada jutaan petani dan UMKM pedesaan dalam menciptakan mata pencaharian berkelanjutan dan akses ke pembiayaan, layanan, dan pasar baru yang lebih baik. Melalui jaringan pusat pemberian layanan yang berkembang, Semaai menyediakan rangkaian lengkap layanan pertanian, seperti konsultasi khusus, alat produktivitas serta input pertanian seperti benih dan produk pupuk.

Pertanian di Indonesia adalah sebuah industri dengan nilai S$100 miliar yang terdiri dari 13,5% dari PDB negara, dan didukung oleh lebih dari 40 juta petani dan usaha kecil di daerah pedesaan – hampir sepertiga (29%) dari angkatan kerja di Indonesia. Sebagian besar tenaga kerja pertanian terdiri dari petani kecil, petani skala kecil, dan UMKM pedesaan seperti toko tani, yang merupakan pengecer pertanian kecil yang memasok sarana produksi (saprodi) dan alat-alat pertanian (alsintan) kepada petani kecil.

Meskipun kontribusi mereka pada perekonomian di Indonesia sangat besar, para petani dan UMKM pedesaan ini menghadapi tantangan besar untuk dapat mempertahankan mata pencaharian mereka. Padahal, permintaan kelas menengah akan produk makanan yang beragam semakin meningkat. Namun, mereka belum bisa memanfaatkan momen ini karena rantai pasok pertanian yang sangat terfragmentasi dan kompleks di Indonesia, yang akhirnya menyebabkan penetapan harga yang tidak jelas, kurangnya akses ke saprodi dan alsintan yang terjangkau, dan kesenjangan besar dalam supply dan demand.

Semaai bertujuan untuk mengatasi masalah sistemik tersebut dengan menawarkan rangkaian layanan yang komprehensif untuk komunitas pertanian pedesaan. Startup ini mengombinasikan konsultasi khusus melalui tim ahli agronomi, akses ke teknologi modern serta saprodi dan alsintan dengan harga terjangkau seperti benih, pestisida dan pupuk.

Co-founder Semaai Muhammad Yoga Anindito menuturkan, digitalisasi UMKM di sektor hulu pertanian berpotensi menjadi game-changer bagi agroekosistem Indonesia. Pihaknya percaya dalam memanfaatkan teknologi untuk mengubah pola pikir dan cara petani dan pelaku UMKM dalam menjalankan kegiatan mereka, dan melengkapi mereka dengan alat dan keterampilan yang diperlukan untuk memaksimalkan keuntungan mereka.

“Kami yakin bahwa bersama dengan tim kami yang berpengalaman dan pendekatan online ke offline yang unik, kami dapat tumbuh secara eksponensial untuk memberikan dampak yang berarti bagi lebih banyak petani. Dana dari penggalangan ini akan kami gunakan untuk memperkuat tim kami, memperdalam sistem distribusi kami dan ekspansi ke seluruh Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/2).

Dengan solusinya tersebut, diklaim sejak lima bulan peluncuran, Semaai berhasil meningkatkan GMV dari produk yang dijual ke toko pertanian dan koperasi sebesar 10 kali lipat. Angka tersebut akan ditingkatkan seiring ambisi perusahaan yang ingin menjangkau dan memberikan manfaat kepada 100 ribu petani kecil dan UMKM pedesaan di tahun depan.

Tantangan rantai pasok di industri pertanian

Solusi yang ditawarkan Semaai bukanlah barang baru, sebelumnya sudah ramai startup yang masuk menawarkan solusi efisiensi di rantai pasok pertanian. Dalam publikasi bertajuk “Yielding Next Gen. Agri Conglomerate Leveraging Tech Orchestration”, Arise menyoroti empat pain points utama dalam rantai pasok pertanian. Yakni, keterbatasan akses ke permodalan, rantai pasok yang terfragmentasi dan kurang efisien, minimnya akses ke teknologi, dan ketidakpastian harga akibat perubahan iklim.

Sementara sektor ini memiliki potensi industri yang sangat besar, nilainya bisa melebihi $500 miliar terhadap GDP global di tahun 2030 mendatang. Kontribusi dari negara Asia Pasifik ditaksir menyumbangkan 8,2% dari nilai total tersebut. Melihat tren tersebut, di kancah global investasi untuk startup argitech juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Di 2020, terdapat sekitar 834 kesepakatan pendanaan, membukukan lebih dari $6,7 miliar.

Kendati pemain agritech sudah banyak bermunculan – termasuk beberapa yang sudah jadi soonicorn seperti Tanihub, Eden Farm, Aruna, dan eFishery—tim Arise masih melihat ada beberapa celah yang masih belum terisi oleh inovasi digital -sekaligus peluang investasi yang masih terbuka- salah satunya terkait B2B marketplace yang memenuhi kebutuhan petani. Selanjutnya, Arise akan melirik layanan manajemen dan IoT yang bisa membantu petani melakukan tata kelola lahan garapannya.

Di kancah global, beberapa startup agritech berhasil membukukan traksi luar biasa, termasuk kaitannya dengan investasi yang dibukukan. Belum lama ini DeHaat, sebuah startup asal India yang memiliki model bisnis serupa dengan Agriaku, baru saja mengumpulkan dana seri D senilai $115 juta dari Lightrock, Sequoia Capital India, dan Temasek Holdings, dan lain-lain.

Ekosistem solusi digital untuk sektor pertanian / Arise

Andalin Umumkan Pendanaan Lanjutan Senilai 57 Miliar Rupiah

Andalin mengumumkan perolehan pendanaan tambahan senilai $4 juta atau setara 57,2 miliar Rupiah dipimpin Intudo Ventures. Sejumlah investor turut terlibat termasuk Cardig Group, Beenext, dan investor strategis lainnya.

Pendanaan ini melanjutkan perolehan seri A yang didapat perusahaan pada Maret 2021 lalu, kala itu BRI Ventures turut terlibat. Sementara Beenext sebelumnya memimpin pendanaan awal Andalin pada tahun 2020 lalu.

Dana segar akan difokuskan untuk meningkatkan kehadiran produk Andalin di pasar lokasl, termasuk memperkuat posisinya di Indonesia timur. Tim juga akan diperkuat, dari berjumlah 100 ditargetkan menjadi 200. Selain itu sejumlah inovasi produk baru akan segera digulirkan, seperti pembiayaan, platform perdagangan untuk produsen dan distributor, dll.

Fokus di solusi manajemen ekspor-impor

Didirikan sejak Oktober 2016, fokus Andalin adalah menyediakan layanan digital yang mempermudah manajemen pengiriman barang lintas negara (cross border). Termasuk memiliki model B2B untuk membantu perusahaan pengiriman di Indonesia menemukan angkutan kargo yang terjangkau — menggunakan pesawat (Air Cargo & Air Courier) atau kapal laut (Full Container Load & Low Container Load).

Memalui platform Andalin, pelanggan bisa melakukan komunikasi, pelacakan, penjadwalan pengiriman atas barang ke berbagai tujuan global. Juga melakukan pemantauan real time dengan aplikasi Andalin Go yang diluncurkan tahun lalu. Dengan efisiensi proses rantai pasok, diharapkan membantu pelanggan mengurangi biaya pengiriman, menyederhanakan administrasi, dan melakukan pengiriman tepat waktu.

“Kami memulai Andalin dengan visi menyederhanakan perdagangan internasional Indonesia dengan mengintegrasikan berbagai layanannya yang sangat terfragmentasi mulai dari logistik, keuangan, dan layanan perdagangan lainnya ke dalam satu platform. Nilai ekspor-impor Indonesia tumbuh dari sekitar $300 miliar pada 2020 menjadi $430 miliar pada 2021, pertumbuhan yang luar biasa terutama di masa pandemi,” kata Co-Fonder & CEO Andalin Rifki Pratomo.

Teknologi Andalin mencoba memecahkan isu tersebut dengan kehadiran di 200 port global dan 200 mitra layanan di seluruh dunia. Dari Februari 2021 hingga Desember 2021, pendapatan bulanan Andalin mengalami pertumbuhan 690%, ditambah dengan peningkatan 10,6x dalam jumlah total kontainer yang dikirim.

Selain Rifki, Andalin turut didirikan oleh Ivhan Famly Gunawan (CTO) dan Saut Tambunan (COO).

“Indonesia berada di persimpangan rute perdagangan global dan sekarang menempati posisi yang semakin menonjol dalam rantai pasokan dengan banyaknya merek global yang memanfaatkan basis konsumen negara berkembang dan sumber daya alam yang kaya. Dibangun dari rangkaian layanan pengiriman barang digital mutakhir, Andalin membawa Indonesia ke dunia dan dunia ke Indonesia, menyederhanakan proses ekspor-impor dari awal hingga akhir,” sambut  Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip.

Perkembangan startup logistik

Untuk solusi logistik ekspor-impor, startup yang hadir di pasar memang masih bisa dihitung dengan jari. Selain Andalin, platform yang menyuguhkan solusi serupa di antaranya Tera Logistic, Allsome, dan Janio.

Sementara itu, isu logistik di dalam negeri sendiri (untuk pengiriman domestik) juga masih menyisakan banyak tantangan – apalagi di tengah kebutuhan yang meningkat pesat akibat e-commerce. Sehingga kebanyakan pemain masih fokus untuk menyelesaikan isu-isu tersebut, mulai dari supply chain, manajemen kendaraan, hingga tata kelola logistiknya.

Inovasi logistik turut mendapatkan dukungan baik dari para investor. Hingga tahun 2021, DailySocial.id mencatat sejumlah startup yang telah mendapatkan dukungan baik dari pemodal, di antaranya:

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Seed Funding, Series A 2020, 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A Series B 2020 2021
J&T Express Venture Round 2021
Kargo Technologies Seed Funding Series A 2019 2020
Logisly Series A 2020
McEasy Seed Funding 2021
Pakde Seed Funding 2018
RaRa Delivery Seed Funding 2021
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding Series A Series B 2019 2020 2021
SiCepat Series B 2021
TransTrack Seed Funding 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding Pre-Series A Series A Series A+ Series B 2018 2018 2019 2020 2020
Webtrace Seed Funding 2020
Application Information Will Show Up Here

VCGamers Secures 37.3 Billion Rupiah Funding, Introducing Social Commerce and NFT for Games

VCGamers is a social commerce platform for gamers. The company recently announced to reach a $20 million valuation or equivalent to 287.4 billion Rupiah. Previously, in mid-2021, VCGamers has secured a $2.6 million seed funding or equivalent to 37.3 billion Rupiah, led by BEENEXT and Rans Ventures – the venture capital unit owned by celebrities Raffi Ahmad and Nagita Slavina.

A number of angel investors participated in the funding, including Ari Fadyl (Google APAC’s executive) and Jerry Soer (VP of Collab Asia).

“VCGamers aims  to become an all-in-one home and platform for gamers, and to provide economic empowerment for small businesses and entrepreneurs in the gaming ecosystem. We are fully committed to building a platform that can serve the needs of all gamers in Indonesia and the region,” the Co-Founder & CEO, Isya Sony Subrata said .

Isya founded VCGamers along with Hartanto, Ibnu Anggara, and Wafa Taftazani. Wafa recently announced his new startup Upbanx has received $5.2 million and currently participating in the Y Combinator program. He was previously known as the founder of Modal Rakyat and also an angel investor for several startups.

After the funding, VCGamers will accelerate product development, grow the business, and plan to expand into Southeast Asia. VCGamers is currently under PT Sotta Teknologi, with its headquarter in Bekasi, West Java.

Currently they offer services through a web platform. The game players can buy and sell various items/assets/currencies used in a gaming ecosystem. Developed as a hub, VCGamers  allows users to connect with each other, including hosting events such as tournaments or creating an esports team.

Entering the NFT ecosystem

Furthermore, VCGamers will enter the Web3 game. Today (07/1) they will conduct a debut offering for the VCG token which will later become one of the transaction support assets in the social commerce. In addition, VCG is designed to revive the NFT gaming ecosystem, including for trading game items and assets. Its total supply reaches 100 million, operating on top of the Binance platform.

A social commerce-based approach is considered relevant to animate transactions in the gaming business.It is due to many items are obtained by individuals – and can be traded to other users. VCG can provide support for a better transaction process, especially if it succeed in penetrating the regional market – especially for cross-border transactions which is more affordable.

In the area of asset and gaming item marketplace, VCGamers is not a solo player. There is also itemku which is also Bukalapak’s subsidiary. The market value of the gaming industry in Indonesia is projected to reach 24.4 trillion Rupiah last year. It is projected to continuously increase as more mature business models are applied to the business ecosystem — particularly driven by the development of esports businesses.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru ini mereka mengumumkan telah mencapai valuasi $20 juta atau setara 287,4 miliar Rupiah. Sebelumnya pada pertengahan tahun 2021 lalu, VCGamers membukukan pendanaan awal senilai $2,6 juta atau setara 37,3 miliar Rupiah yang dipimpin oleh BEENEXT dan Rans Ventures — unit usaha modal ventura milik selebriti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Sejumlah angel investor turut berpartisipasi dalam pendanaan tersebut, di antaranya Ari Fadyl (eksekutif Google APAC) dan Jerry Soer (VP Collab Asia).

“Tujuan VCGamers adalah menjadi rumah dan platform all-in-one bagi para gamer, dan untuk memberikan pemberdayaan ekonomi bagi usaha kecil dan pengusaha di ekosistem game. Kami berkomitmen penuh untuk membangun platform yang dapat melayani kebutuhan semua gamer di Indonesia dan regional,” ujar Co-Founder & CEO Isya Sony Subrata.

Selain Isya, VCGamers turut didirikan Hartanto, Ibnu Anggara, dan Wafa Taftazani. Wafa sendiri baru-baru ini juga mengumumkan startup barunya Upbanx yang telah mendapatkan pendanaan investor $5,2 juta bebarengan dengan keikutsertaannya ke dalam program Y Combinator. Ia juga sebelumnya dikenal sebagai pendiri Modal Rakyat dan menjadi angel investor di sejumlah startup.

Pascapendanaan ini, VCGamers akan mengakselerasi pengembangan produk, menumbuhkan bisnis, dan merencanakan ekspansi ke Asia Tenggara. VCGamers sendiri bernaung di bawah PT Sotta Teknologi, memiliki markas pusat di Bekasi, Jawa Barat.

Saat ini mereka menjajakan layanannya melalui platform web. Di sana para pemain game dapat membeli dan menjual berbagai item/aset/mata uang yang digunakan dalam sebuah ekosistem permainan game. Dikembangkan menjadi sebuah hub, VCGamers juga memungkinkan antarpengguna untuk saling terhubung, termasuk untuk mengadakan sebuah acara seperti turnamen atau membuat tim esports.

Masuki ekosistem NFT

Rencana berikutnya yang akan segera dimatangkan, VCGamers akan masuk ke permainan Web3. Hari ini (07/1) mereka akan melakukan penawaran perdana untuk token VCG yang nantinya akan menjadi salah satu aset penunjang transaksi di social commerce milik mereka. Selain itu VCG juga didesain untuk menghidupkan ekosistem NFT game di dalamnya, termasuk untuk memperjual-belikan item dan aset game. Total suplainya mencapai 100 juta, berdiri di atas platform Binance.

Pendekatan berbasis social commerce juga dinilai relevan untuk menghidupkan transaksi dalam bisnis game. Pasalnya item-item game memang banyak didapat oleh individu –dan dapat diperjual-belikan kepada pengguna lain. VCG dapat memberikan dukungan untuk proses transaksi yang lebih baik, apalagi jika nantinya VCGamers berhasil menembus pasar regional – khususnya untuk transaksi cross-border yang lebih terjangkau.

Di ranah marketplace aset dan item game sendiri VCGamers tidak sendiri, sejumlah pemain telah masuk di kawasan ini. Salah satunya itemku yang saat ini menjadi anak perusahaan dari Bukalapak. Nilai pasar industri game di Indonesia diproyeksikan telah mencapai 24,4 triliun Rupiah pada tahun lalu. Diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan model bisnis yang makin matang diaplikasikan pada ekosistem bisnis tersebut — khususnya didorong perkembangan pebisnis esports.

Brankas Scores 287 Billion Rupiah Series B Funding Led by Insignia Ventures

Fintech startup for open finance solution, Brankas, announced $20 million (over 287 billion Rupiah) series B round led by Insignia Ventures Partners with participation from previous investors, Beenext and Integra Partners. Brankas will use the fresh money to expand its network, BaaS API products in six countries in Asia, and double the team of 100 people.

Furthermore, also participated in this round, Visa, AFG Partners and Treasury International, a venture capital firm led by veteran fintech founders Jeff Cruttenden of Acorns and Eli Broverman of Betterment.

Brankas is part of the Visa’s accelerator program last year. One of Visa’s ongoing innovations is the issuance of digital credit cards using Visa’s data capabilities. This solution was showcased during demo day in September 2021.

In an official statement, Samir Chaibi, Principal at Insignia Ventures Partners said, “Brankas is well equipped and well positioned to support the acceleration of the open finance industry in Southeast Asia. We are pleased to partner with a team that has world-class API-based infrastructure built for the key Southeast Asian market to serve emerging fintech players.

“We are also impressed with Brankas’ approach to market development and its ability to launch and scale the products in a regulatory compliant manner while ensuring that developers benefit from a reliable and stable source of banking and financial data and beyond,” Chaibi said, Wednesday (1/5).

Currently, the Brankas platform offers more than 10 BaaS APIs, including online bank account opening, credit assessment, identity verification, e-commerce transactions, and payment solutions for the gig economy. The startup, which was founded in 2016, has a vision to democratize access to financial data and identity for banks, traditional financial institutions, and fintech startups.

For financial institutions, the Safe API platform opens up new digital capabilities and revenue streams such as online payments, identity verification and account opening, and to extend their reach, especially for users who historically have limited access with traditional financial services.

Meanwhile, for fintech companies, the Brankas platform is a bridge for important data needs for verification or assessment processes that should take longer to develop and optimize for users. These use cases are also leveraged outside of financial services, such as e-commerce companies using the Brankas’ API to verify and secure payments on their platforms.

Across industries and use cases, Brankas offers compliant, reliable and secure systems at scale to simplify the local complexities of building and operating fintech products and services.

Brankas’ solution has been used by companies in Indonesia, the Philippines, and Thailand. In the near future, it will soon expand to Vietnam and Bangladesh through partnerships with current leading bank and fintech players.

Quoting from Techcrunch, the company’s interest in the Brankas’ BaaS API solution is growing by 30% every month. There are now more than 40 financial institutions and 100 technology companies and channel partners. Since many of the clients of fintech startups focus on the unbanked and underbanked, Brankas’ partners extend to financial providers such as remittances and e-wallets.

Brankas’ Co-Founder & CEO Todd Schweitzer said that there is a huge opportunity for the open finance industry in Southeast Asia. He said, open finance is more than just payment or banking. Brankas building the next generation of financial services infrastructure in Southeast Asia has opened up new financial product development opportunities, in a region historically dominated by established incumbents.

“Thanks to our growing network of partners and customers, we continue to deepen our understanding of this opportunity and lead the solution development to open this door for those here in Southeast Asia.”

He continued, the year 2021 was a company breakthrough as it opened up opportunities for financial institutions and companies to partner in new businesses in a way that had never been seen before for consumers in Southeast Asia.

Indonesia’s open finance

Compared to other similar players, such as Finantier and Finverse, Brankas claims to be the only company that offers a regulated payments API that allows direct bank transfers and money transfers without intermediaries, as well as API-connected cryptocurrency and e-wallet payments.

Brankas also conveyed four points related to what made him different from his competitors. First, they focus more on the “supply side” of open finance, helping financial institutions to become “API-ready”. The solutions presented help banks to deliver commercial API products in 6 weeks or less.

Second, Brankas seeks to help the government create a competitive and well-regulated open finance economy, therefore, it will be actively involved and chair the relevant associations for consultation. Third, the ongoing regional strategic partnership to bring new technologies and solutions to Indonesia; including with Visa, APIX, and Proxtera. And lastly, Brankas wants to ensure that the API aggregation presented is always reliable in terms of performance and security.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Brankas Tutup Pendanaan Seri B 287 Miliar Rupiah, Dipimpin Insignia Ventures

Startup fintech penyedia solusi open finance Brankas mengumumkan penutupan putaran seri B senilai $20 juta (lebih dari 287 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan partisipasi dari investor sebelumnya, yakni Beenext dan Integra Partners. Dengan putaran ini, Brankas akan perluas jaringan, produk BaaS API di enam negara di Asia, dan menggandakan tim dari saat ini berjumlah 100 orang.

Lebih lanjut, dalam putaran ini juga turut diikuti oleh Visa, AFG Partners dan Treasury International, perusahaan modal ventura yang dipimpin oleh pendiri fintech veteran Jeff Cruttenden dari Acorns dan Eli Broverman dari Betterment.

Brankas adalah salah satu peserta dari program akselerator yang diselenggarakan Visa pada tahun lalu. Salah satu inovasi yang dikerjakan bersama Visa adalah penerbitan kartu kredit digital yang menggunakan kemampuan data Visa. Solusi ini dipamerkan saat demo day di September 2021.

Dalam keterangan resmi, Prinsipal di Insignia Ventures Partners Samir Chaibi menuturkan, Brankas memiliki perlengkapan yang baik dan posisi yang baik untuk mendukung percepatan industri open finance di Asia Tenggara. Pihaknya senang dapat bermitra dengan tim yang memiliki infrastruktur berbasis API kelas dunia yang dibangun untuk pasar utama Asia Tenggara untuk melayani pemain fintech yang sedang berkembang.

“Kami juga terkesan dengan pendekatan Brankas terhadap pengembangan pasar dan kemampuan mereka untuk meluncurkan dan menskalakan produk mereka dengan cara yang sesuai dengan peraturan sambil memastikan bahwa pengembang mendapat manfaat dari sumber data perbankan dan keuangan yang andal dan stabil dan seterusnya,” ucap Chaibi, Rabu (5/1).

Saat ini platform Brankas menawarkan lebih dari 10 BaaS API, termasuk di antaranya membuka rekening bank online, penilaian kredit, verifikasi identitas, transaksi e-commerce, dan solusi pembayaran untuk gig economy. Startup yang didirikan pada 2016 ini memiliki visi ingin mendemokratisasi akses ke data keuangan dan identitas untuk bank, lembaga keuangan tradisional, dan startup fintech.

Untuk lembaga keuangan, platform API Brankas membuka kemampuan digital dan aliran pendapatan baru seperti pembayaran online, verifikasi identitas dan pembukaan rekening, dan dengan ekstensi memperluas jangkauan mereka, terutama kepada pengguna yang secara historis sulit dilayani dengan layanan keuangan tradisional.

Sementara bagi perusahaan fintech, platform Brankas adalah jembatan untuk kebutuhan data penting untuk proses verifikasi atau penilaian yang seharusnya memakan waktu lebih lama untuk dikembangkan dan dioptimalkan bagi pengguna. Kasus penggunaan ini juga dimanfaatkan di luar layanan keuangan, seperti perusahaan e-commerce yang menggunakan API Brankas untuk memverifikasi dan mengamankan pembayaran di platform mereka.

Di seluruh industri dan kasus penggunaan, Brankas menawarkan sistem yang sesuai, andal, dan aman dalam skala besar untuk menyederhanakan kerumitan lokal dalam membangun dan mengoperasikan produk dan layanan fintech.

Saat ini solusi Brankas sudah dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, Filipina, dan Thailand. Dalam waktu dekat, akan segera merambah ke Vietnam dan Bangladesh lewat kemitraan dengan pemain bank dan fintech terdepan di sana.

Mengutip dari Techcrunch, minat perusahaan terhadap solusi API BaaS Brankas mengalami pertumbuhan hingga 30% tiap bulannya. Kini ada lebih dari 40 lembaga keuangan dan 100 perusahaan teknologi dan mitra saluran. Semenjak banyak klien dari startup fintech berfokus pada kelompok unbanked dan underbanked, mitra Brankas meluas hingga perusahaan penyedia keuangan seperti remitansi dan e-wallet.

Co-Founder & CEO Brankas Todd Schweitzer menuturkan peluang yang begitu besar untuk industri open finance di Asia Tenggara. Menurut dia, open finance itu lebih dari sekadar pembayaran atau perbankan. Brankas membangun infrastruktur layanan keuangan generasi berikutnya di Asia Tenggara telah membuka peluang pengembangan produk keuangan baru, di wilayah yang secara historis didominasi oleh pemain lama yang mapan.

“Berkat jaringan mitra dan pelanggan kami yang berkembang, kami terus memperdalam pemahaman kami tentang peluang ini dan memimpin pengembangan solusi untuk membuka pintu ini bagi mereka di sini di Asia Tenggara,” ujar dia.

Dia melanjutkan, tahun 2021 kemarin adalah tahun terobosan bagi perusahaan karena membuka kesempatan bagi lembaga keuangan dan perusahaan untuk bermitra dalam bisnis baru dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya bagi konsumen di Asia Tenggara.

Layanan open finance di Indonesia

Dibandingkan pemain sejenisnya, seperti Finantier dan Finverse, Brankas mengklaim dirinya sebagai satu-satunya perusahaan yang menawarkan API pembayaran teregulasi yang memungkinkan transfer bank langsung dan pengiriman uang tanpa perantara, serta pembayaran mata uang kripto dan e-wallet yang terhubung secara API.

Brankas sendiri menyampaikan empat poin terkait hal yang menjadi pembeda dengan para kompetitornya. Pertama, mereka lebih fokus pada “sisi pasokan” dari open finance, yakni membantu lembaga keuangan untuk menjadi “API-ready”. Solusi yang dihadirkan membantu bank untuk menghadirkan produk API komersial dalam jangka 6 minggu atau kurang.

Kedua, Brankas berupaya untuk membantu pemerintah menciptakan ekonomi open finance yang kompetitif dan diregulasi dengan baik, sehingga memilih terlibat aktif dan mengetuai asosiasi terkait untuk urun rembuk. Ketiga, jalinan kemitraan strategis regional yang terus dibangun menghadirkan teknologi dan solusi baru ke Indonesia; termasuk bersama Visa, APIX, dan Proxtera. Dan yang terakhir, Brankas ingin selalu memastikan agregasi API yang dihadirkan selalu dapat diandalkan secara performa dan keamanan.

Jago Coffee Tutup Pendanaan Pra-Awal, Segera Perluas Jangkauan dan Rilis Kategori Baru

Startup coffee chain Jago Coffee mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-awal (pre-seed) sebesar $250 ribu atau sekitar 3,5 miliar Rupiah dari BEENEXT, Prasetia Dwidharma, dengan partisipasi dari barista dan pengusaha kopi ternama Hidenori Izaki, serta sejumlah founder dan angel investor di ekosistem digital Indonesia.

Perusahaan akan menggunakan dana segar ini untuk melakukan ekspansi ke lingkungan perumahan di wilayah Jabodetabek dan meluncurkan kategori produk baru, di luar kopi, yang ditenagai oleh software dan hardware milik Jago. Langkah tersebut untuk dorong peralihan dari etalase ritel tradisional ke etalase seluler yang lebih efisien dan rendah karbon.

Dalam keterangan resmi, Partner BEENEXT Faiz Rahman menjelaskan bahwa infrastruktur perkotaan merupakan peluang dan tantangan untuk pengembangan ritel di negara berkembang seperti Indonesia, sehingga membutuhkan operator untuk beradaptasi dengan tahap dan keadaan pembangunan lokal.

Ia menilai Jago mewakili iterasi baru untuk ritel mikro, mengambil bentuk perdagangan tradisional dan menata ulangnya ke dalam konteks modern melalui mobilitas dan teknologi. “Kami senang dapat mendukung Jago dan percaya bahwa format ritel mikro menawarkan potensi tak terbatas untuk model konsumsi baru,” ujar Faiz.

Founder QAHWA (perusahaan konsultan kopi global) dan 2014 World Barista Champion Hidenori Izaki menambahkan, menemukan kopi enak yang nyaman dan terjangkau itu sulit ditemukan. Namun, Jago memberikan kualitas dan kenyamanan tak tertandingi bagi pecinta kopi Indonesia yang mencari lebih dari sekadar cepat seduh dan murah.

“Jago juga mampu sekaligus memberdayakan barista untuk menjalankan toko mereka sendiri. Sebagai barista yang berpengalaman, saya sangat senang dapat bermitra dengan tim Jago untuk membawa format kopi baru dan inovatif ini ke garis depan pasar minuman Indonesia,” kata Izaki.

Jago Coffee memulai operasionalnya sejak Juni 2020 dengan menawarkan layanan mobile retail enabler, yang menggerakkan retail mobile mikro melalui armada mobil troli listrik sepenuhnya milik perusahaan—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dimulai dengan kafe keliling yang sepenuhnya elektrik, Jago Coffee menyediakan minuman kopi berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat.

Jago Coffee menawarkan pemesanan langsung dan pesan antar, layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen. Dengan model grab-and-go, perusahaan menempatkan gerobak di lokasi strategis seperti lobi gedung perkantoran, stasiun angkutan umum, dan ruang komunitas utama sehingga pelanggan dapat memesan di muka dan langsung mengambil pesanan mereka sebelum berangkat kerja atau saat bepergian.

Pengguna dapat mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Membuka peluang usaha

Jago bercita-cita untuk memungkinkan siapa saja yang ingin menjadi wirausahawan untuk memulai bisnis ritel mikro mereka sendiri, memberdayakan wirausahawan mikro dengan kepemilikan yang lebih besar atas karier dan mata pencaharian mereka. Barista Jago memiliki dan mengoperasikan gerobak sendiri, menerima pelatihan profesional dari Jago untuk menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi kepada konsumen.

Mayoritas operator Jago berasal dari latar belakang barista profesional dan mampu memperoleh tingkat kemandirian yang tinggi melalui Jago, yang menghilangkan modal awal yang tinggi terkait dengan pembukaan kafe atau gerai ritel, sekaligus meningkatkan margin dan gaji yang dibawa pulang.

Sebagai model ritel aset-ringan, gerobak Jago mobile: bertemu pelanggan di mana pun mereka berada, memberikan kenyamanan superior; terukur: dengan biaya modal rendah, biaya overhead rendah, dan waktu penerapan yang cepat; dan terlihat: memungkinkan merek yang berbeda kesempatan untuk menyesuaikan dan secara langsung memberikan keramahan dan layanan kepada pelanggan dan meningkatkan visibilitas merek.

Perusahaan saat ini mengoperasikan armada 20 gerobak kopi keliling, dan berencana untuk meluncurkan 280 unit pada tahun depan. Di masa depan, perusahaan berencana untuk memperluas ke bentuk baru pemberdayaan ritel, menyesuaikan gerobak untuk berbagai kasus penggunaan dalam kemitraan dengan merek populer dan pemain ritel.

Merek ritel yang bermitra dapat memanfaatkan jaringan gerobak Jago bersama yang memungkinkan mereka memiliki fleksibilitas untuk mengatur di lokasi lalu lintas tinggi sambil mengurangi biaya sewa overhead, meningkatkan margin bisnis, dan memberikan lebih banyak kenyamanan kepada pelanggan mereka.

“Lanskap perkotaan Indonesia menawarkan peluang tak terbatas untuk beragam format dan pengalaman ritel. Dengan menghadirkan kafe dan kategori ritel lainnya ke tempat di mana konsumen tinggal, bekerja, dan bermain, Jago memenuhi permintaan akan minuman segar berkualitas tinggi dan memberdayakan pengusaha mikro untuk mendapatkan kepemilikan yang lebih besar dalam karier mereka, ”kata Co-founder & CEO Jago Coffee Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here

Makmur Investment Platform Secures Seed Funding

Online investment platform Makmur secures seven-figure seed funding led by BEENEXT. A number of VCs and angel investors participated in this round, including Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner at Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO of GajiGesa), and Andrew Lee.

The money will be used to drive business growth by developing product features and portfolios. Makmur will also increase the number and develop the quality of its human resources.

“Currently, Indonesia’s capital market investors are experiencing significant growth, but only represent 2% of the total population in Indonesia. We expect this funding to support our efforts to close the financial inclusion gap and encourage literacy in Indonesia,” Sander said in his official statement.

Edward Tirtanata through his angel investment fund, Kenangan Kapital said that Indonesia is currently experiencing an unprecedented surge in investment from the retail market. Using this growth, Makmur focuses on financial advisory and goal-based investing to help assist novice investors. He considered this to provide different values ​​compared to wealthtech startups in Indonesia.

“Non-professional investors like me need financial advisors, and Makmur democratizes financial advisor services,” Edward told DailySocial.id in separate occation.

In general note, Makmur allows investors to invest with a minimum value of IDR 10,000. Makmur offers a number of features to strengthen the added value of its products. First, technology-based human advisors and Makmur Recipe to make it easier for novice investors to compare the right mutual funds. Users can also place mutual funds in different pockets according to their needs or investment goals (goal based investing).

Currently, Makmur provides eight investment managers, BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, and Syailendra Asset Management.

Strengthen its position

In fact, Makmur is backed by a series of team work experiences at well-known technology and financial companies in Silicon Valley and Wall Street. Sander previously had an internship as a Facebook Software Engineer who was responsible for the algorithm for sorting posts on the News Feed and a Software Engineer at Motorola Solutions.

He has also held various positions in the financial industry, from KCG Holdings to Head of Quantitative Trading at Virtu Financial, one of the largest stock trading companies on Wall Street.

As DailySocial.id reached, Sander based his thought on a number of strategies in blending Makmur’s superior features, therefore, users can experience investing like having a personal wealth manager

For example, Makmur Recipe’s superior features were developed in several options, such as Makmur Recipe for emergency funds, retirement funds, and passive income. In addition, there is also a tech-enabled human advisor feature to design strategies according to the user’s investment goals. The recommended investment strategy will also follow the user’s risk profile.

Sander said this feature was designed by experts in their fields with the support of research and data-based investment technology. He considered that human advisors better understand the investment needs of users than robo advisors that have been circulating on similar platforms.

“We see that Indonesia has a quite low investment literacy. Most people invest because they join in or are attracted to sweet returns. In fact, a good investment must be based on data and research, not just feeling or simply following. Therefore, we made a quantitative investment strategy which draws on decades of data and research results used by Wall Street, not just academic theory,” Sander said.

Business development

This year, Sander revealed that his team will increase the mutual funds options by adding investment manager partners with good reputation and track record. His team will also collaborate with several mutual fund sales outlet partners

“We strictly select investment manager partners. In terms of mutual fund products, we consider some factors, such as performance, top holding, managed funds, and management fees for similar mutual funds,” he said.

In terms of products, Makmur will add new features to make it easier for users to invest, such as payment methods. According to Sander, the GoPay and Direct Debit payment methods are in the process of being integrated and are targeted for release in the next two months.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Investasi “Makmur” Mengamankan Pendanaan Tahap Awal

Platform investasi online Makmur mengamankan pendanaan tahap awal dengan nominal tujuh digit yang dipimpin oleh BEENEXT. Sejumlah VC dan angel investor turut berpartisipasi pada putaran ini, antara lain Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner di Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO GajiGesa), dan Andrew Lee.

Pendanaan ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya dengan mengembangkan fitur dan portofolio produk. Makmur juga akan menambah jumlah dan mengembangkan kualitas SDM-nya.

“Saat ini, investor pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan, tetapi baru mewakili 2% dari total populasi di Indonesia. Kami harap pendanaan awal ini dapat mendukung upaya kami menutup gap inklusi keuangan dan mendorong literasinya di Indonesia,” ungkap Sander dalam keterangan resminya.

Edward Tirtanata melalui angel investment fund miliknya di Kenangan Kapital mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan investasi dari pasar ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan ini, Makmur berfokus pada financial advisory dan goal-based investing yang dapat membantu mendampingi investor pemula. Ia menilai fokus tersebut memberikan nilai berbeda dibandingkan startup wealthtech yang ada di Indonesia.

“Investor non-profesional seperti saya membutuhkan financial advisor, dan Makmur mendemokratisasi layanan financial advisor,” ungkap Edward dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Sekadar informasi, Makmur memungkinkan investor untuk berinvestasi dengan nilai minimal Rp10.000. Makmur menawarkan sejumlah fitur untuk memperkuat nilai tambah produknya. Pertama, human advisor berbasis teknologi dan Makmur Recipe untuk mempermudah investor pemula dalam membandingkan reksa dana yang tepat. Pengguna juga dapat menempatkan reksa dana pada kantong berbeda sesuai kebutuhan atau tujuan investasi (goal based investing).

Saat ini Makmur menyediakan delapan manajer investasi, yaitu BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, dan Syailendra Asset Management.

Memperkuat posisi Makmur

Sebagai informasi, Makmur diperkuat deretan pengalaman kerja tim di perusahaan-perusahaan teknologi dan keuangan ternama di Silicon Valley dan Wall Street. Sander sebelumnya pernah magang sebagai Software Engineer Facebook yang bertanggung jawab atas algoritma pengurutan postingan di News Feed dan Software Engineer di Motorola Solutions.

Ia juga pernah menduduki berbagai posisi di industri keuangan, mulai dari KCG Holdings hingga menjadi Head of Quantitative Trading di Virtu Financial, salah satu perusahaan trading saham terbesar di Wall Street.

Dihubungi DailySocial.id, Sander berpatokan pada sejumlah strategi dalam meracik-racik fitur unggulan Makmur agar pengguna dapat merasakan pengalaman berinvestasi layaknya memiliki wealth manager pribadi

Contohnya, fitur unggulan Makmur Recipe yang dikembangkan dalam beberapa opsi, yaitu Makmur Recipe untuk dana darurat, dana pensiun, dan penghasilan pasif. Selain itu, ada pula fitur tech-enabled human advisor yang dapat merancang strategi sesuai tujuan investasi pengguna. Strategi investasi yang direkomendasikan juga akan mengikuti profil risiko pengguna.

Sander mengatakan, fitur ini dirancang oleh para ahli di bidangnya dengan dukungan teknologi investasi berbasis riset dan data. Ia menilai human advisor lebih memahami kebutuhan investasi pengguna daripada robo advisor yang telah banyak beredar di platform sejenis.

“Kami melihat literasi investasi di Indonesia masih sangat rendah. Kebanyakan orang berinvestasi karena ikut-ikutan atau kepincut imbal hasil yang manis. Padahal, investasi yang baik harus berdasarkan data dan riset, bukan sekadar feeling atau following. Maka itu, kami membuat quantitative investment strategy yang mengacu pada data puluhan tahun dan hasil riset yang digunakan oleh Wall Street, bukan sekadar teori dunia akademis,” papar Sander.

Rencana pengembangan Makmur

Pada tahun ini, Sander mengungkap pihaknya akan menambah pilihan reksa dana dengan menambah partner manajer investasi yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik. Pihaknya juga akan menggandeng beberapa partner gerai penjualan reksa dana

“Kami selalu menyeleksi partner manajer investasi dengan ketat. Untuk produk reksa dana, kami mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kinerja, top holding, dana kelolaan, dan management fee reksa dana sejenis,” ungkapnya

Dari sisi produk, Makmur akan menambah fitur-fitur baru untuk mempermudah pengguna berinvestasi, seperti metode pembayaran. Menurut Sander, metode pembayaran GoPay dan Direct Debit sedang dalam proses integrasi dan ditargetkan rilis dalam dua bulan mendatang.

Application Information Will Show Up Here