Lendable Officially Connects as KoinWorks’ Institutional Lenders, Pouring 149 Billion Rupiah

KoinWorks has scored another funding in a loan form (debt fund) worth $10 million (equivalent to 149 billion Rupiah) from UK-based institution-lender for developing countries, Lendable. This also adds Lendable to the list of institutional lenders invested on the KoinWorks platform.

KoinWorks Co-Founder & CEO Benedicto Haryono said this funding is to be used to build strong businesses of Indonesian digital SMEs.

“In fact, through the support of thousands of retail lenders and other financial institutions that have been together to encourage the growth of digital SME businesses, especially in the pandemic situation,” he said as quoted from an official statement on Monday (5/18).

Thanks to this additional capital, KoinWorks CFO Mark Bruny said that he was confident because he has succeeded in proving that even though the industry is facing the hard times by Covid-19, the company’s capital is still going strong.

Lendable’s CEO Daniel Goldfarb revealed this funding was his debut in Asia, KoinWorks was his first portfolio. “In the current turbulent times, Lendable continues to support the unbanked and underbanked segments of society by providing funding through fintech companies that provide valuable services to them.”

As history speaks, Lendable was founded in 2015, providing commercial financing to fintech companies in Africa and Asia, including off-grid energy companies, SME lenders, consumer loans, and corporate asset financing. It is claimed they have funded more than $ 50 million for fintech which encourages financial inclusion.

Prior to Lendable, KoinWorks recently received funding under two schemes, loans and equity with a total value of $20 million (316 billion Rupiah). In terms of lenders, it’s coming from two financial institutions from Europe, one of them is global banking from the Netherlands, Triodos Bank.

In a previous interview with DailySocial, KoinWorks confirmed that they would announce new global institutional lenders at the end of last year. Currently, there were only local financial institutions, including Sampoerna and Bank CIMB Niaga.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Lendable Bergabung Jadi “Institutional Lender” KoinWorks, Beri Pendanaan 149 Miliar Rupiah

KoinWorks kembali mengumumkan pendanaan berbentuk pinjaman (debt fund) senilai $10 juta (setara 149 miliar Rupiah) dari institusi penyedia pinjaman untuk negara berkembang asal Inggris, Lendable. Pengumuman ini sekaligus menambah Lendable ke dalam daftar institutional lender yang menaruh dananya ke platform KoinWorks.

Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono mengatakan, pendanaan ini akan digunakan untuk memperkuat bisnis yang dijalankan pelaku UKM digital Indonesia.

“Tentunya, juga melalui dukungan dari ribuan pendana ritel dan institusi keuangan lain yang selama ini telah bersama mendorong pertumbuhan bisnis UKM digital, terutama di masa pandemi,” katanya mengutip dari keterangan resmi, Senin (18/5).

Berkat tambahan modal ini, CFO KoinWorks Mark Bruny menuturkan pihaknya percaya diri karena berhasil membuktikan, meskipun dunia dilanda Covid-19, modal perusahaan masih terjaga kuat.

CEO Lendable Daniel Goldfarb mengungkapkan, pendanaan ini merupakan debutnya di Asia, KoinWorks adalah portofolio pertamanya. “Di masa yang bergejolak saat ini, Lendable terus mendukung segmen masyarakat unbanked dan underbanked dengan menyediakan pendanaan melalui perusahaan fintech yang memberikan layanan berharga untuk mereka.”

Dalam kiprahnya, Lendable berdiri sejak 2015, memberikan pembiayaan komersial kepada perusahaan fintech di Afrika dan Asia, termasuk perusahaan energi off-grid, pemberi pinjaman UKM, pinjaman konsumen, dan pembiayaan aset perusahaan. Diklaim mereka telah mendanai lebih dari $50 juta untuk fintech yang mendorong inklusi keuangan.

Sebelum Lendable, KoinWorks baru-baru ini menerima pendanaan dalam dua skema, yakni pinjaman dan ekuitas dengan nilai total $20 juta (316 miliar Rupiah). Untuk pemberi pinjaman, datang dari dua institusi finansial asal Eropa, salah satunya adalah Triodos Bank, perbankan global asal Belanda.

Dalam wawancara bersama DailySocial sebelumnya, pihak KoinWorks mengonfirmasi bahwa mereka akan menambah deretan institutional lender dari luar negeri pada akhir tahun lalu. Sebelumnya baru ada institusi finansial lokal, termasuk Sampoerna dan Bank CIMB Niaga.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Receives 316 Billion Rupiah Funding from European Financial Institution and Venture Capital

A fintech lending, KoinWorks, today (2/13) just announced new funding in two terms, equity and loan. The amount reaches US$20 million or around 316 billion Rupiah. Regarding investors, Quona Capital, EV Growth, and Saison Capital with participation of some others are involved in the equity. In terms of the loan, the company only reveals the two financial institutions that come from Europe.

This round has added up to the company’s capital after previously announced series B and B2 funding on November 2019 worth of SG$18.5 million (around 190 billion Rupiah) from Saison Capital. EV Growth and Quona Capital had first pour US$16.5 million (around 170 billion Rupiah). The flowing cash from investors has tightened its vision to be a “Super Financial App” in Indonesia.

“We are proud to announce funding from various sources amidst the challenging business situations. KoinWorks also stands along with some of the large financial institutions and hundreds of thousands retail investors to support digital SMEs during the Covid-19 outbreak,” KoinWorks’ Executive Chairman & Co-founder, Willy Arifin said.

In addition, KoinWorks also plans to use the fresh money for financial loans through the fintech lending platform. The new credit feature is provided by an international institution, namely Triodos Bank, global banking from the Netherlands.

In December 2019, the team has announced a new row of institutional lenders from abroad. Previously, there were only local financial institutions, including Sampoerna and Bank CIMB Niaga.

Investors are pouring money for Indonesian startups

The pandemic occurs in Indonesia and around the world has created difficulty for various life aspects, including the economy. Some startups had no other option than to downsizing business – including layoffs. While some others seem to be on-track in growth.

In addition to KoinWorks, several startups who have recently announced funding include Kargo Technologies (logistics), Investree (financial), WebTrace (logistics), BukuWarung (SaaS), and others.

DSResearch’s report has noted that during the first quarter of 2020, funding trends remained relatively normal. At least 20 funding transactions were announced to the public during the period. It includes Gojek’s Series F funding that reaches 21 trillion Rupiah.

Koinworks’s founder agreed, trusts from investors during these difficult times – especially from the outside – show a good indication for the digital ecosystem in Indonesia. At the same time providing slick business validation, bringing startups to sustainable growth.

“Investment from Triodos, especially during the current turbulence, shows extraordinary confidence in our ability as the best loan provider in the Indonesian fintech industry. We are pleased to have a leading international institution joining our ranks of investors while continuing to move forward,” KoinWorks CEO & Co-Founder, Benedicto Haryono said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks Dapat Pendanaan 316 Miliar Rupiah dari Institusi Finansial Eropa dan Pemodal Ventura

Startup fintech lending Koinworks hari ini (13/2) mengumumkan perolehan pendanaan baru dalam dua skema, yakni pinjaman dan ekuitasi. Nilainya mencapai US$20 juta atau setara 316 miliar Rupiah. Terkait investor, Quona Capital, EV Growth, dan Saison Capital dan beberapa lainnya terlibat di sisi ekuitas. Sementara untuk pemberi pinjaman, perusahaan hanya memberikan informasi bahwa berasal dari dua institusi finansial asal Eropa.

Pendanaan ini menambah pundi-pundi modal perusahaan setelah sebelumnya pada November 2019 mereka mengumumkan seri B dan B2 senilai SG$18,5 juta (setara 190 miliar Rupiah) dari Saison Capital. EV Growth dan Quona Capital terlebih dulu menggelontorkan dana US16,5 juta (sekitar 170 miliar Rupiah). Mulusnya dana dari investor akan semakin mengokohkan visinya menjadi “Super Financial App” di Indonesia.

“Kami dengan bangga mengumumkan penerimaan pendanaan dari berbagai sumber di tengah situasi bisnis yang menantang. KoinWorks juga tetap berdiri beriringan dengan berbagai institusi keuangan besar dan ratusan ribu pendana retail untuk mendukung UKM digital selama Covid-19 mewabah,” Executive Chairman & Co-Founder KoinWorks Willy Arifin.

Selain itu, KoinWorks juga mengumumkan penerimaan pendanaan yang akan dimanfaatkan untuk pembiayaan pinjaman melalui platform fintech lending. Fasilitas kredit baru tersebut salah satunya diberikan oleh sebuah institusi internasional, yaitu Triodos Bank, perbankan global asal Belanda.

Pada Desember 2019 lalu pihaknya memang sudah mengumumkan bahwa segera menambah deretan lender institusi dari luar negeri. Sebelumnya baru ada institusi finansial lokal, termasuk Sampoerna dan Bank CIMB Niaga.

Dana investor mengalir untuk startup Indonesia

Serangan pandemi di Indonesia dan dunia memang terbukti menyulitkan berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali perekonomian. Sebagai dampak, beberapa startup memilih melakukan perampingan – termasuk dengan melakukan layoff. Sementara beberapa lain terlihat terus on-track dalam pertumbuhan.

Selain KoinWorks, beberapa startup yang baru-baru ini mengumumkan pendanaan termasuk Kargo Technologies (logistik), Investree (finansial), WebTrace (logistik), BukuWarung (SaaS), dan lain-lain.

Catatan DSResearch bahkan mengemukakan bahwa sepanjang kuartal pertama 2020, tren pendanaan masih relatif normal. Sekurangnya ada 20 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik di periode tersebut. Termasuk pendanaan Seri F yang kembali didapat Gojek mencapai 21 triliun Rupiah.

Senada dengan yang diyakini founder Koinworks, masih adanya kepercayaan dari investor di masa sulit seperti saat ini – terlebih dari luar—menjadi indikasi baik bagi ekosistem digital di Indonesia. Sekaligus memberikan validasi bisnis yang apik, membawa startup menuju pertumbuhan berkelanjutan.

“Investasi dari Triodos, terutama saat masa bergejolak seperti sekarang, menunjukkan kepercayaan diri yang luar biasa atas kemampuan kami sebagai penyedia pinjaman terbaik di kelas fintech Indonesia. Kami dengan senang memiliki institusi internasional terkemuka yang bergabung bersama jajaran investor kami seraya terus bergerak maju,” ujar CEO & Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono.

Application Information Will Show Up Here

The Story of Educational Loan Providers in Indonesia

There are many problems in Indonesia related to education. It is not only about curriculum and effective learning, but also access to education itself. The required capital or costs to get knowledge from courses or higher education is not cheap. For some people, it is quite burdensome. The government has issued several programs and incentives to help this access, one of which is KIP-Lecture.

Another alternative that could be an option is an education loan platform. The concept is like a loan service for capital funds, the difference is that the funds lent must be earmarked for education. Indeed, with different agreements and responsibilities on each lending platform. Some startups that have loaning products or services for education funds include Pintek, KoinPintar from KoinWorks, and DanaDidik.

Pintek’s co-founder & Managing Director Tommy Yuwono explained, in Indonesia 1 out of 4 children of high school graduates did not go to college, because the cost of education was expensive.

“In fact, the cost of education in Indonesia compared to the income per capita was 150% of GDP, whereas in America the cost of education compared to income per capita was only 51% of GDP,” Tommy said.

KoinWorks Co-Founder & CEO Benedicto Haryono said the same thing. Given the relatively high number of middle-class Indonesia and the limited number of scholarships each year, education loan services can be a solution to the inaccessibility of higher education costs in Indonesia.

“In addition, the Government also [should] provide full support so that the education loan program in Indonesia can be truly implemented. Moreover, the government development is currently focused on improving the quality of human resources towards “Advanced Indonesia”, where improvements in the quality of human resources can be pursued through good quality education,” Benedicto continued.

Education that is covered by educational loan platforms is not only limited to formal education such as tertiary institutions or vocational schools but also courses in various fields, such as programming, data science, business, to language courses.

The rise of loans for education funds are also subject to monthly installments or agreed upon, as well as the amount. There is also an ISA (Income Share Agreement) mechanism out there, a mechanism that allows loan payments by deducting salary. The amount and other things depend on the agreement in force.

Illegal fintech cases and the challenges ahead

The financial technology industry in Indonesia was hit by bad news, thanks to the actions of a number of unlicensed fintech companies entering the Indonesian market. This negative sentiment more or less has affected the whole industry, including the niche of educational loans.

Benedicto said that the rise of illegal fintech has an impact on the KoinWorks brand as a fintech company. However, he said as time passed by and the industry continues to grow, public understanding of fintech services is getting better. It was proven by the number of KoinWorks users in 2019 which increased 178% compared to the previous period.

Meanwhile, DanaDidik CEO Dipo Satria assessed that the rise of illegal fintech cases had an influence on people’s stigma on the fintech industry in Indonesia. To fight the negative stigma, Danadidik conducted a series of socialization in front of students and the campus.

“Fintech student loans such as DanaDidik which have been registered and supervised by the OJK may actually be an answer for students who want to study independently but somehow prohibited by expensive tuition fees. Campus and students stigma on loans (online loans) because illegal loans make potential borrowers worried,” Dipo said.

He also added that education funding is a new niche loan that many people do not know about, therefore, introducing products and industry to the general public is an important part of DanaDidik’s journey.

Public trust in the financial technology industry in Indonesia is also a special concern for Tommy. He said, all the owners of legal lending services, AFPI, and also the FSA are trying together to fight the illegal fintech case by educating the wider community. That became one of the main challenges to be fought together.

“In addition, there are negative perceptions of ‘loans’. In fact, not all loans are negative. For example, the loan service that Pintek provides is loans for investment. We make it easier for people to invest through education, which will be very useful for themselves in looking for work, help them meet the family, needs, also contribute to the country’s economy. So, not all loans are negative,” Tommy said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Cerita Penyedia Pinjaman Dana Pendidikan di Indonesia

Ada banyak permasalahan di Indonesia terkait dengan pendidikan. Tidak hanya soal kurikulum dan belajar yang efektif, tetapi juga akses terhadap pendidikan itu sendiri. Modal atau biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan ilmu dari kursus atau jenjang pendidikan tinggi tidaklah murah. Bagi sebagaian orang cukup memberatkan. Pemerintah sudah mengeluarkan beberapa program dan insentif untuk membantu akses ini, salah satunya KIP-Kuliah.

Alternatif lain yang bisa jadi pilihan adalah platform pinjaman dana pendidikan. Konsepnya seperti layanan peminjaman dana untuk modal, bedanya dana yang dipinjamkan harus diperuntukan untuk pendidikan. Tentu dengan kesepakatan dan tanggung jawab berbeda di setiap platform peminjaman. Beberapa startup yang memiliki produk atau layanan peminjaman untuk dana pendidikan antara lain Pintek, KoinPintar dari KoinWorks, dan DanaDidik.

Co-founder & Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono menjelaskan, di Indonesia 1 dari 4 anak lulusan sekolah atas tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, karena biaya pendidikan mahal.

“Bisa dikatakan biaya pendidikan di Indonesia dibandingkan pendapatan per kapita 150% dari GDP, sedangkan di Amerika biaya pendidikan dibandingkan pendapatan perkapita hanya 51% dari GDP,” cerita Tommy.

Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyampaikan hal senada. Mengingat jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia yang cukup tinggi dan terbatasnya pemberian beasiswa setiap tahun, layanan peminjaman dana pendidikan bisa jadi solusi tidak terjangkaunya biaya pendidikan tinggi di Indonesia.

“Selain itu, Pemerintah juga [seharusnya] memberikan dukungan penuh agar program pinjaman pendidikan di Indonesia dapat benar-benar terlaksana. Apalagi saat ini fokus pembangunan pemerintah berada di perbaikan kualitas SDM untuk menuju “Indonesia Maju”, yang mana perbaikan kualitas SDM dapat ditempuh lewat kualitas pendidikan yang bagus,” lanjut Benedicto.

Pendidikan yang dijangkau platform pinjaman pendidikan tidak hanya terbatas pada pendidikan formal seperti perguruan tinggi atau sekolah vokasi, tetapi juga kursus di berbagai macam bidang, seperti pemrograman, data science, bisnis, hingga kursus bahasa.

Lazimnya pinjaman, untuk dana pendidikan ini juga dikenai angsuran bulanan atau yang disepakati, demikian juga besarannya. Di luar sana juga ada mekanisme ISA (Income Share Agreement), sebuah mekanisme yang memungkinkan pembayaran pinjaman dilakukan dengan memberlakukan potong gaji setelah bekerja. Besaran dan hal lainnya tergantung kesepakatan yang berlaku.

Kasus fintech ilegal dan tantangan yang dihadapi

Industri teknologi finansial di Indonesia sempat diterpa kabar tak baik berkat ulah sejumlah perusahaan fintech tak berizin yang masif masuk ke Indonesia. Sentimen negatif ini pun sedikit banyak memberikan pengaruh ini terhadap industri keseluruhan, termasuk niche pinjaman pendidikan.

Benedicto menceritakan, maraknya fintech ilegal memberikan dampak kepada brand KoinWorks sebagai salah satu perusahaan fintech. Namun menurutnya seiring berjalannya waktu dan industri yang terus tumbuh pemahaman masyarakat terkait layanan fintech semakin membaik. Terbukti dari jumlah pengguna KoinWorks di tahun 2019 yang meningkat 178% dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara itu CEO DanaDidik Dipo Satria menilai maraknya kasus fintech ilegal bepengaruh pada stigma masyarakat terhadap industri fintech di Indonesia. Untuk melawan stigma negatif itu, Danadidik melakukan serangkaian sosialisasi di depan mahasiswa dan kampus.

“Fintech student loan seperti DanaDidik yang telah terdaftar dan diawasi OJK padahal sebenarnya dapat menjadi jawaban bagi mahasiswa yang ingin kuliah mandiri tetapi terhalang biaya kuliah yang mahal. Stigma kampus dan mahasiswa soal pinjol (pinjaman online) karena pinjaman ilegal membuat calon peminjam menjadi khawatir,” ujar Dipo.

Ia juga menambahkan bahwa pinjaman dana pendidikan merupakan niche baru yang belum banyak masyarakat tahu, sehingga memperkenalkan produk dan industri kepada khalayak ramai menjadi bagian penting dalam perjalanan DanaDidik.

Kepercayaan masyarakat terhadap industri teknologi finansial di Indonesia juga menjadi perhatian khusus Tommy. Menurutnya semua pemilik layanan peminjaman legal, AFPI, dan juga OJK tengah berusaha bersama-sama memerangi kasus fintech ilegal dengan bersama-sama mengedukasi masyarakat luas. Itu menjadi salah satu tantangan utama yang harus diperangi bersama.

“Selain itu, adanya persepsi negatif mengenai ‘pinjaman’. Padahal, tidak semua pinjaman itu bersifat negatif. Sebagai contoh layanan pinjaman yang Pintek berikan yaitu pinjaman untuk investasi. Kami mempermudah masyarakat untuk investasi melalui pendidikan, yang nantinya akan sangat berguna untuk dirinya sendiri dalam mencari pekerjaan, dapat membantu pemenuhan kebutuhan keluarganya, juga berkontribusi pada perekonomian negara. Jadi, tidak semua pinjaman itu bersifat negatif,” ujar Tommy.

KoinWorks Segera Tambah Lender Institusi dari Luar Negeri Tahun Depan

KoinWorks mengungkapkan segera menambah portofolio lender institusi dari luar negeri mulai tahun depan. Disebutkan ada dua calon lender potensial yang segera diumumkan paling lambat kuartal pertama tahun 2020.

Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono masih enggan mendetailkan identitas calon lender-nya tersebut. Namun, penambahan lender ini menjadi strategi perusahaan dalam meningkatkan angka penyaluran pinjaman kepada para borrower.

Dia menjelaskan perusahaan sudah menarik lender institusi sejak awal 2018, ditandai dengan masuknya Saison Modern Finance. Lalu pada pertengahan tahun bergabung Bank Mandiri.

“Tahun ini ada Sampoerna dan Bank CIMB Niaga. Kita sudah ada lagi yang [lender institusi] internasional. Realisasi mungkin kuartal pertama 2020,” katanya kepada DailySocial, Jumat (20/12).

Benedicto enggan menyebut total fasilitas kredit yang didapat dari lender institusinya tersebut. Akan tetapi, bila ditotal untuk selurahnya sudah lebih dari Rp100 miliar.

Kontribusinya terhadap penyaluran pembiayaan masih terbilang belum mendominasi, sekitar 30% dibandingkan lender ritel 70%. Akan tetapi, perusahaan justru tidak ingin mengubah komposisi lender institusi lebih dominan karena ada perbedaan dari sisi perilaku dan preferensi produk.

“Justru kami lihat [lender] ritel dan institusi akan saling melengkapi karena behaviour dan product preference berbeda.”

Hingga November 2019, pertumbuhan penyaluran pinjaman di KoinWorks mencapai 317% secara year on year, dengan nominal rata-rata per bulannya Rp250 miliar. Dari sisi pengguna (borrower) meningkat 178%. Persebaran borrower mayoritas tersebar di Jawa (59,44%), Sumatera (21,30%), dan Kalimantan (7,75%).

Melihat besarnya antusias pengguna di Jawa yang cukup besar, perusahaan membuka tiga kantor cabang di Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Total karyawan mencapai lebih dari 230 orang.

Kabar terakhir, perusahaan mengantongi izin usaha dari OJK sebagai perusahaan p2p lending. Secara total ada 25 perusahaan yang memiliki izin dari OJK, dari total 144 perusahaan yang mengantongi status terdaftar.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Rampungkan Akuisisi Pengembang Piranti Lunak di Yogyakarta

KoinWorks telah merampungkan akuisisi penuh pengembang piranti lunak di Yogyakarta dengan nilai yang tidak disebutkan. Seluruh talenta dari perusahaan tersebut dilebur menjadi tim engineering untuk KoinWorks — prosesnya dikenal dengan istilah acquihire.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono menerangkan akusisi ini telah rampung sekitar dua bulan lalu. Sejak saat itu, perusahaan tersebut telah dilebur sepenuhnya dengan KoinWorks.

“Sudah jalan, ada kantor barunya di Yogya. Mereka fungsinya untuk full engineering saja, suasananya dibuat ‘kampus banget’ sehingga bisa bekerja dengan rileks,” terang dia, saat ditemui di NextICorn International Summit 2019, Kamis (14/11).

Ada 40 tambahan talenta engineering dari sana. Hanya saja, ia enggan menyebut nama perusahaan yang ia akuisisi dengan alasan sensitif.

Dia beralasan mengakuisisi perusahaan tersebut, lantaran memiliki talenta yang cukup baik. Terlebih internal KoinWorks sendiri memang tengah memperkuat jajaran tim.

Sebelumnya, Benedicto sudah menyampaikan rencana akuisisi ini pada awal tahun pasca mengantongi pendanaan Seri A+ dari Quona Capital. Kala itu misinya untuk pengembangan pusat R&D.

Selain perkuat tim engineering, perusahaan sedang menambah tim baru untuk level menengah ke atas untuk produk dan legal compliance. KoinWorks saat ini memiliki sekitar 200 karyawan, berada di Jakarta dan Yogyakarta.

Awal bulan ini, KoinWorks mengumumkan perolehan tambahan pendanaan Seri B dan Seri B2 senilai SG$18,5 juta (setara 190 miliar Rupiah) dari Saison Capital, fund khusus yang dibentuk Credit Saison. Pendanaan ini menjadikan perusahaan portofolio pertama dari Saison Capital di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Bags 190 Billion Rupiah Funding from Credit Saison

The p2p lending, KoinWorks, announces Series B and Series B2 funding worth of SG$18.5 million (around 190 billion Rupiah) from Credit Saison through its new CVC named Saison Capital.

KoinWorks’ CEO and Co-Founder, Benedicto Haryono said in the official release that the fresh money is to be focused on the financial product development to help digital SMEs or social commerce to access funds for the business requirements.

“65% of Indonesian GDP comes from SMEs and 92% SMEs are using social media to run their business. [..] Ironically, there are few social commerce still having difficulty to access funds for business development due to the incomplete document [..],” he said.

KoinWorks’ Executive Chairman and Co-Founder, Willy Arifin added, the company has made a commitment to focus on Indonesian government by providing easy financial access to the digital SMEs as the growing ecosystem and the biggest contributor to Indonesian GDP.

In fact, the Series B funding has started since June 2019. The company already secured $16.5 million (around 170 billion Rupiah) led by EV Growth and Quona Capital. Previously in Series A, Quona Capital had first contributed in Series A+ with undisclosed value. KoinWorks has MCI to start the Series A round at Rp230 billion.

Saison Capital Debut in Indonesia

Saison Capital is a special CVC created by Credit Saison to run the international investment. They’ve prepared up to $55 million (around 770 billion Rupiah) to invest in fintech startups in India and Southeast Asia focused on the unbanked and underbanked.

KoinWorks is the first portfolio from Indonesia in this fund.

Saison Capital is to invest in six to eight startups every year with ticket size for Series A around $1 million (over 14 billion Rupiah).

All the portfolios will be part of Credit Saison ecosystem and to have access to all partners of technology and financial players.

Some of Credit Saison’s portfolios in Indonesia, such as Grab and ShopBack. They’re also the Limited Partners for CyberAgent Ventures, East Ventures, Strive (rebrand from Gree Ventures), and Beenext.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Terima Pendanaan 190 Miliar Rupiah dari Credit Saison

Pemain p2p lending KoinWorks mengumumkan perolehan tambahan pendanaan Seri B dan Seri B2 senilai SG$18,5 juta (setara 190 miliar Rupiah) dari Credit Saison lewat CVC khusus dinamai Saison Capital.

Dalam keterangan resmi, CEO dan Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono mengatakan pendanaan terbaru akan difokuskan untuk mengembangkan produk finansial agar dapat membantu UKM digital maupun social commerce dalam mengakses pembiayaan untuk kebutuhan perkembangan bisnisnya.

“Sebesar 65% PDB Indonesia disumbang dari para pelaku UKM dan sebesar 92% UKM di Indonesia telah memanfaatkan jaringan sosial dalam menjalankan bisnisnya. [..] Ironinya, masih banyak pelaku social commerce terkendala saat mendapatkan akses pembiayaan untuk pengembangan bisnis karena kurangnya kelengkapan dokumen [..],” terangnya.

Executive Chairman dan Co-Founder KoinWorks Willy Arifin menambahkan, perusahaan berkomitmen untuk mendukung fokus pemerintah Indonesia dengan memberikan kemudahan layanan keuangan terhadap UKM digital yang terus berkembang dan menjadi kontributor PDB terbesar di Indonesia.

Sebenarnya, putaran pendanaan Seri B sudah dimulai pada Juni 2019. Perusahaan mengantongi dana senilai $16,5 juta (sekitar 170 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh EV Growth dan Quona Capital. Sebelumnya pada putaran Seri A, Quona Capital telah berpartipasi dalam pendanaan Seri A+ dengan nilai dirahasiakan. MCI mengawali putaran pendanaan Seri A di KoinWorks senilai Rp230 miliar.

Debut Saison Capital di Indonesia

Saison Capital adalah CVC khusus yang dibangun Credit Saison untuk pendanaan internasionalnya. Alokasi dana yang disiapkan mencapai $55 juta (sekitar 770 miliar Rupiah) untuk investasi ke startup fintech di Asia Tenggara dan India yang fokus pada nasabah unbanked dan underbanked.

KoinWorks menjadi portofolio pertamanya dari Indonesia untuk fund ini.

Saison Capital akan berinvestasi antara enam hingga delapan startup tiap tahunnya dengan ticket size pendanaan Seri A maksimal $1 juta (lebih dari 14 miliar Rupiah).

Seluruh portofolionya akan menjadi bagian dari ekosistem Credit Saison dan bakal memiliki akses ke mitra seluruh pemain keuangan dan teknologi.

Beberapa portofolio Credit Saison yang sudah beroperasi di Indonesia adalah Grab dan ShopBack. Mereka juga menjadi LP di CyberAgent Ventures, East Ventures, Strive (rebrand dari Gree Ventures), dan Beenext.

Application Information Will Show Up Here