Rencana HelloBeauty Jalin Kemitraan dengan EV Hive Coworking Space

Setelah menjalankan bisnisnya selama satu tahun, HelloBeauty yang merupakan marketplace untuk make up artist di Indonesia kini sudah hadir kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, dan kota lainnya. Selanjutnya HelloBeauty berencana untuk menjalin kerja sama dengan EV Hive Coworking Space, untuk menyediakan Co-Beauty Space dan Studio pertama di Asia.

Kepada DailySocial Co-founder HelloBeauty Dennish Tjandra mengungkapkan, kegiatan ini nantinya menjadi wadah untuk make up artist mengadakan berbagai acara, mengikuti tren kecantikan yang saat ini sedang digemari oleh kalangan perempuan millennial.

“Kami mau menyediakan sarana bagi para make up artist untuk dapat mengadakan kelas kecantikan privat maupun grup, workshop, events, photoshoot, YouTube shoot, dan kebutuhan lainnya, hingga membantu mereka untuk mengembangkan bisnis kecantikan mereka tanpa harus mengeluarkan ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah untuk tempat atau ruko untuk membuat beauty studio mereka sendiri.”

Untuk tahap awal kerja sama strategis antara EV Hive Coworking Space dan HelloBeauty masih akan mencoba beberapa ruangan, melihat feedback dan permintaan dari anggota selanjutnya.

Masih melakukan fundraising

Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, saat ini HelloBeauty masih menjalankan bisnis secara bootstrapping dan tengah dalam proses fundraising. Jika nantinya dana segar tersebut berhasil didapatkan, akan digunakan untuk kegiatan pemasaran, perekrutan pegawai, pengembangan aplikasi mobile, dan beauty events.

“Target kami di tahun 2018, kami dapat meningkatkan jumlah anggota make up artist kami, memperluas komunitas kami dan memperbesar jumlah pemesanan di HelloBeauty hingga 5x lipat dari jumlah pemesanan saat ini,” kata Dennish.

Saat ini HelloBeauty telah memiliki 1300 make up artist yang bergabung dalam platformnya. Sementara untuk pilihan pembayaran, HelloBeauty menyediakan kartu kredit dan bank transfer.

“Saat ini kami baru saja bekerja sama dengan Bank BNI untuk segera menyediakan metode pembayaran cicilan tanpa kartu kredit. Sehingga dapat memudahkan klien yang ingin memesan jasa make up artist yang harganya tinggi,” kata Dennish.

Untuk bisa mempromosikan layanan sekaligus mengakuisisi lebih banyak make up artist, Dennish dan tim kerap hadir dalam kegiatan konferensi teknologi hingga kompetisi startup. Hal tersebut dilakukan sejalan dengan rencana HelloBeauty untuk bertemu secara langsung kepada calon investor.

“Kebetulan 2 September 2017 lalu saya baru menikah, bahkan kemarin saya dan istri sampai harus balik ke Jakarta dan potong honeymoon karena Hello Beauty masuk Top 10 Startup World Cup competition, dan akhirnya masuk ke Top 5, jadi perjuangannya tidak sia-sia,” tutup Dennish.

Bank Mandiri dan BNI Kembangkan Platform Kartu Kredit Lewat Ponsel

Dua bank pelat merah, Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) saat ini tengah mengembangkan platform kartu kredit yang dapat diakses lewat ponsel pengguna. Rencananya kedua bank akan meluncurkan layanan teranyar tersebut paling lambat dalam tahun ini.

Pihak Bank Mandiri menyatakan layanan kartu kredit nantinya akan tersedia dalam aplikasi Mandiri Online pada pertengahan tahun ini. Saat ini, Mandiri Online baru menyediakan transaksi keseharian terlebih dahulu.

“Kami ingin membuat pengalaman nasabah menggunakan Mandiri Online di ponsel sama seperti di kartu,” ujar Direktur Digital banking and Technology Bank Mandiri Rico Usthavia Frans dikutip dari Bisnis.

Mandiri Online adalah aplikasi yang mengintegrasikan layanan internet banking dan mobile banking Bank Mandiri. Lewat aplikasi ini, perusahaan ingin menawarkan layanan perbankan berbasis teknologi terkini dengan segudang kemudahan.

Senior EVP CTO Bank Mandiri Joseph Georgino Godong menambahkan lewat kehadiran Mandiri Online, nasabah jadi lebih mudah memperoleh informasi tentang seluruh produk bank sekaligus saat melakukan transaksi keuangan.

“Saat ini, hampir semua orang sudah punya internet banking dan mobile banking, tapi belum ada yang menyediakan akses tunggal untuk mengakses keduanya,” kata dia.

Selain Bank Mandiri, BNI juga mengaku tengah mengkaji kemudahan layanan kartu kredit lewat ponsel. Yang berbeda, BNI mengemasnya dengan metode layanan push payment yang berbentuk aplikasi, sehingga nasabah perlu mengunduhnya terlebih dahulu.

Teknologi yang dihadirkan BNI dalam transaksi kartu kredit lewat aplikasi adalah pemanfaatan QR Code yang dapat dipindai oleh mesin kasir. Metode ini menggantikan tahapan menggesek kartu kredit di mesin electronic data capture (EDC).

General Manager Divisi Bisnis Kartu Kredit BNI Corina Leyla Karnalies menjelaskan pemanfaatan QR Code ini dikembangkan untuk menarik minat nasabah usia muda yang makin akrab dengan ponsel.

“Karena orang lebih sering ketinggalan dompet daripada ponsel, sehingga transaksi seharusnya bisa dilakukan di ponsel,” kata Corina.

Potensi kartu kredit

Berbagai jurus dilakukan perbankan untuk mendongkrak transaksi yang dihasilkan dari kartu kredit, misalnya menggandeng berbagai peritel, jasa travel, bazar, dan lainnya. Dengan bungkus marketing yang menarik, diharapkan akan menarik pengguna baru untuk tergiur dan terus bertransaksi.

Seperti diketahui, kartu kredit merupakan salah satu produk andalan perbankan yang tergolong ke dalam bisnis kredit konsumer. Selain kartu kredit, biasanya bank memiliki produk konsumer lainnya untuk menopang perolehan kredit, seperti KKB (kredit kendaraan bermotor), KTA (kredit tanpa agunan), dan KPR (kredit pemilikan rumah).

Berdasarkan data Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SEKI) dari Bank Indonesia, per Februari 2017 jumlah kartu kredit beredar mencapai 17,52 juta kartu. Bila dibandingkan antara 2016 dengan 2015, jumlah kartu kredit beredar tumbuh 3,2% dari 16,86 juta kartu menjadi 17,4 juta kartu.

Sementara itu, dari sisi volume mencapai 25,42 juta kali dengan nominal sebesar Rp22,18 triliun. Pertumbuhan volume transaksi kartu kredit dibandingkan 2016 dengan 2015 sebesar 8,43% dari 281,32 juta kali menjadi 305,05 juta kali.

Adapun secara nominal, pertumbuhannya tipis sebesar 0,17% dari Rp280,54 triliun menjadi Rp281,02 triliun di 2015.

Dari data BI di atas, dapat disimpulkan bahwa bila membandingkan rasio antara pemilik kartu kredit dengan jumlah penduduk Indonesia sangat jauh, kurang dari 10%. Hal ini menjadi potensi bisnis yang besar untuk dimanfaatkan perbankan atau jasa keuangannya.

BNI Akan Perkuat Bisnis Melalui Strategi Fintech dan Modal Ventura

Tahun ini Bank Negara Indonesia (BNI) memiliki sejumlah rencana pertumbuhan anorganik dengan menyiapkan dana sebesar Rp 4 triliun untuk anak usaha. Selain memperkuat bisnis yang sudah ada, BNI berencana mendirikan perusahaan asuransi umum, modal ventura dan manajemen aset.

Dari total anggaran tersebut, sekitar Rp 1,5 triliun akan dipergunakan untuk mengakuisisi perusahaan fintech untuk mengembangkan bisnis digital banking.

Kepada DailySocial, Direktur Keuangan Rico Rizal Budidarmo turut menerangkan, pihaknya cenderung akan memilih perusahaan modal ventura yang sudah ada sehingga prosesnya bisa lebih cepat. Terkait akuisisi perusahaan fintech, dia memastikan pastinya BNI akan memilih perusahaan yang banyak bersentuhan dengan sistem pembayaran.

“Cenderung akuisisi yang ada [modal ventura] sehingga bisa cepat. [Untuk akusisi fintech] Tentunya yang banyak bersentuhan dengan payment system,” ucap dia.

Rico melanjutkan, “Kami membutuhkan perusahaan-perusahaan teknologi yang bisa mendukung dan bersinergi dengan bisnis digital banking, seperti startup fintech,” seperti dikutip dari Ascend.

Rencana BNI ini bisa dikatakan cukup agresif dalam rangka merangkul perkembangan fintech yang bakal masif ke depannya. Beda dengan rekan bank pelat merah lainnya seperti Bank Mandiri yang cenderung memilih untuk membangun sendiri perusahaan modal ventura, PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) pada awal tahun lalu.

Lewat MCI, Bank Mandiri secara berkala memberikan suntikan dana agar dapat diteruskan kepada para investee company di MCI. Bank Mandiri mengamanatkan MCI untuk memilih startup digital yang bergerak di bidang fintech saja.

Bank Mandiri juga menganggarkan suntikan dana untuk MCI sebesar Rp 150 miliar. Diharapkan total dana kelolaan MCI mencapai Rp 500 miliar, dari sebelumnya Rp 350 miliar.

Bank Central Asia (BCA) juga tidak mau kalah, sejak tahun lalu bank swasta terbesar di Indonesia ini sudah menyerahkan seluruh dokumen persyaratannya untuk mendirikan modal ventura ke OJK. Kabar terakhir menyebut BCA hanya tinggal menunggu persetujuan saja dari regulator. Hingga kini kami masih belum dapat mengetahui kabar terbarunya.

Kerja Sama BNI dan DIMO Hadirkan Aplikasi E-Wallet UnikQu

PT Bank Negara Indonesia (BNI) dan PT Dimo Pay Indonesia (DIMO) belum lama ini melakukan soft-launching produk digital terbarunya BNI UnikQu. Produk tersebut merupakan sebuah aplikasi e-wallet berbasis server yang dapat diakses melalui platform mobile. Konsepnya mirip dengan apa yang ditawarkan oleh Sakuku. Sistem ini didesain menggunakan teknologi Pay by QR untuk proses transaksi pembayaran, baik secara online maupun offline.

Meliat geliat tersebut, menjadi semakin jelas inovasi di bidang fintech akan terus mendapatkan peminat yang besar seiring variasi layanan dan penerimaan dari sisi penyedia jasa/produk. Faktor lain dari sisi pengguna turut mendorong penerapannya, mulai dari gaya hidup non tunai yang mulai menjadi tren kalangan millennial, jaminan keamanan, dan sebaran aplikasi terpadu sebagai penerima transaksi digital. Perbankan perlu meramu strategi lebih dini, untuk bersinergi dengan para disruptor di sektor fintech.

“Pengguna UnikQu akan dimudahkan karena tidak perlu menjadi nasabah bank. Aplikasi UnikQu dapat digunakan oleh siapa saja yang memiliki smartphone, dengan proses pendaftaran yang mudah. Transaksi juga lebih cepat karena pembayaran cukup dilakukan dengan cara memindai QR Code yang tertera di kasir,” ujar Senior Executive Vice President Teknologi Informasi BNI Dadang Setiabudi.

Saat ini sekurangnya telah ada 2000 jaringan merchant yang menerima pembayaran melalui sistem DIMO. Untuk memberikan keamanan yang lebih baik, pengguna UnikQu diharuskan melakukan otentikasi dengan PIN 6 digit sebelum melakukan pemindaian untuk transaksi. Kerja sama dengan BNI turut menghadirkan sistem pengisian saldo melalui sistem perbankan BNI, di antaranya melalui SMS Banking.

“Kami sangat antusias menyambut langkah BNI untuk menjadi semakin relevan dengan perkembangan teknologi. Kerja sama UnikQu adalah wujud dari salah satu misi bersama antara BNI dengan DIMO dalam menciptakan ekosistem pembayaran non tunai yang terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat dan juga bentuk dukungan kami ke pemerintah dalam mewujudkan cashless society di Indonesia,” sambut CEO PT Dimo Pay Indonesia Brata Rafly.

Sebelumnya bank lain, yakni Mandiri, juga sedang serius menggencarkan layanan serupa melalui Mandiri e-Cash. Untuk membuatnya lebih bersahabat, belum lama ini pihaknya menjalin kemitraan dengan LINE, menghadirkan LINE Pay e-Cash, sebuah sistem e-money yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara online di mitra penjual.

Sebagai langkah ke depan, BNI akan terus bekerja sama dengan jaringan merchant dan berkolaborasi dengan perusahaan pengembang fintech untuk memperluas alternatif pengisian saldo dan transaksi UnikQu.

Application Information Will Show Up Here

Pinjaman Bank dan Dana Bergulir Jadi Alternatif Pembiayaan untuk Startup

Masih di hari pertama Festival Kreatif Ideafest 2016, Bekraf kembali mengadakan sesi diskusi dan tanya jawab untuk membantu pelaku startup mendapatkan informasi yang relevan dan akurat. Sesi yang dipandu Direktur Akses Perbankan Bekraf Restog Krisna Kusuma mengambil tema “Bank Loans For Startup, Yes or No?” menghadirkan tiga nara sumber yang berasal dari pihak bank dan pemerintah, yaitu Senior VP Intitutional Banking Group Bank DBS Winarti, Direktur Bisnis LPDB KUMKM Warso Widanarto, dan VP Small Business Divison PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Arief Surarso.

Pendiri startup perlu menerapkan disiplin administrasi

Dalam presentasinya Arief menjelaskan alasan mengapa pihak bank masih sungkan untuk memberikan pembiayaan kepada startup yang kebanyakan berbasis digital di Indonesia. Alasan utama yang disampaikan Arief adalah orientasi pendiri startup yang kebanyakan masih hanya mengacu kepada hasil namun masih sangat lemah dalam hal administrasi.

“Pihak bank dalam hal ini menuntut kepada pihak startup untuk bisa memberikan laporan keuangan serta data terkait yang bisa dipertanggung jawabkan oleh startup. Hal tersebut tentunya sulit untuk direalisasikan oleh startup yang masih berusia belia,” kata Arief.

Namun demikian dalam kesempatan tersebut Arief juga menyebutkan startup yang telah terbukti bisa mendapatkan pendapatan dalam waktu minimal 6 bulan menjalankan usaha, dan pastinya bisa memberikan laporan keuangan yang rapi dan lengkap, kemungkinan besar bisa mendapatkan kesempatan pembiayaan dari bank.

“Saat ini sudah ada e-commerce yang merekomendasikan merchant-nya untuk mendapatkan pembiayaan dari bank BNI, tentunya semua berada dalam naungan e-commerce tersebut,” kata Arief.

Dalam waktu dekat BNI akan mengumumkan kerja sama dengan dua layanan e-commerce terbesar di Indonesia dalam hal pembiayaan untuk merchant terkait. Hal tersebut dinilai lebih bisa dilakukan dan terbuka untuk pelaku startup.

Aplikasi mobile bantu pelaku startup terkoneksi

Turut hadir sebagai nara sumber adalah perwakilan dari bank internasional yaitu DBS. Sebagai salah satu bank internasional yang sudah melayani nasabahnya di Indonesia sejak tahun 1986, DBS mengklaim komitmen untuk membantu UKM dalam hal pembiayaan hingga networking.

“Pada dasarnya posisi kami sebagai bank adalah mitra dari pelaku startup, untuk itu startup yang ingin mendapatkan pembiayaan dari bank wajib untuk memiliki badan hukum dan legalitas serta laporan keuangan minimal 3 tahun berjalannya usaha,” kata Winarti.

Pendekatan lain yang kemudian dilancarkan oleh DBS adalah dengan meluncurkan aplikasi DBS Business Class yang saat ini sudah bisa diunduh di Android dan iOS. Dalam aplikasi ini nasabah bank DBS atau yang belum menjadi nasabah, bisa bergabung, bertanya dengan pakar serta mendapatkan informasi seputar startup, UKM di seluruh Indonesia.

“Tujuan kami meluncurkan aplikasi DBS Business adalah memberikan kesempatan semua orang terkoneksi dengan sesama pelaku hingga pakar yang bisa membantu menjalankan bisnis startup,” kata Winarti.

Ditambahkan juga Winarti, selain pihak bank dan pelaku startup, kalangan venture capital juga turut serta memberikan bantuan dalam bentuk konsultasi dan pengetahuan, salah satunya yaitu Managing Director Kejora Ventures Andy Zain.

Pinjaman dana bergulir LPDB

Dalam kesempatan tersebut dihadirkan pula Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) yang memberikan kesempatan kepada pelaku startup untuk mendapatkan pembiayaan dalam jumlah mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 10 miliar. Mengacu kepada peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, dalam hal ini LPDB memberikan pinjaman dengan suku bunga sangat rendah dan mendukung perekonomian UKM di Indonesia.

“Berbeda dengan bank serta venture capital, skema pinjaman dalam bentuk dana bergulir tidak menganut model equity participation, karena semua harus ditagihkan kembali kepada LPDB, untuk itu diperlakukan peraturan yang harus ditaati oleh peminjam,” kata Warso.

Tidak berbeda jauh dengan persyaratan yang diterapkan oleh bank, LPDB juga memberikan kesempatan kepada startup yang sudah mengalami pertumbuhan dan pendapatan sedikitnya 3 tahun telah menjalankan usaha, memiliki laporan keuangan 2 tahun terakhir dan minimal sudah mendapatkan keuntungan 1 tahun terakhir.

“Kami memberikan kesempatan kepada startup yang bergerak di bidang F&B, akomodasi, perjalanan wisata, permainan interaktif untuk mencoba pinjaman LPDB dengan bunga 5% per tahun sliding [rate],” kata Warso.

Peranan Bekraf dalam hal pembiayaan

Kesimpulan yang kemudian dihasilkan dari sesi diskusi ini adalah hanya startup yang telah berhasil mendapatkan traksi dalam waktu 3 tahun terakhir yang bisa mencoba pembiayaan melalui bank atau dana bergulir. Dengan metode yang konvensional bagi startup yang baru mulai berjalan, disarankan untuk mencoba melalui venture capital, hingga tahap pendanaan selanjutnya dan memenuhi kriteria yang ditentukan bisa mencoba pembiayaan melalui bank atau LPDB.

“Dalam hal ini Bekraf juga berencana untuk membantu pelaku usaha kreatif yang membutuhkan pinjaman dengan meluncurkan KUR Bekraf kepada semua pelaku usaha kreatif di Indonesia,” tutup Direktur Akses Perbankan Bekraf Restog Krisna Kusuma.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Ideafest 2016

Dukung Industri E-Commerce, BNI Segera Luncurkan Uang Elektronik Pesaing Sakuku dan E-Cash

Untuk mendukung kemudahan transaksi e-commerce, Bank Negara Indonesia (BNI) meluncurkan uang elektronik berbasis server. Uang eletronik ini rencananya akan dirilis pada kuartal ketiga. Diharapkan nantinya dengan menggunakan ponsel dan smartphone, pengguna bisa memanfaatkan kemudahan pembayaran yang ditawarkan oleh uang eletronik BNI.

“Diharapkan dapat diakses melalui website online dan aplikasi agen 46 untuk mendukung transaksi e-commerce,” kata SEVP IT BNI Dadang Setiabudi kepada Bisnis.

Nantinya semua pengguna yang ingin menggunakan uang eletronik berbasis server bisa mengakses melalui situs dan aplikasi agen 46, yang selama ini telah berfungsi sebagai kepanjang tangan BNI dalam hal menyediakan layanan perbankan kepada masyarakat. Agen BNI 46 adalah perorangan atau badan hukum yang telah bekerja sama dengan BNI.

Layanan yang diberikan oleh agen BNI 46 diantaranya adalah produk tabungan, kredit mikro, asuransi mikro, uang elektronik, pembelian pulsa/voucher dan pembayaran tagihan.

Mendukung kemudahan transaksi e-commerce

Makin maraknya e-commerce di Indonesia cukup memicu kinerja perbankan untuk mulai mengadopsi teknologi serta mengedepankan pembayaran cashless kepada masyarakat. Dengan pilihan pembayaran yang beragam, tentunya kehadiran uang elektronik berbasis server ini, bisa menjadi alternatif bagi masyarakat dalam melakukan belanja online.

Kehadiran uang eletronik milik BNI ini melengkapi uang elektronik berbasis kartu perseroan yang saat ini telah dimiliki oleh BNI, yaitu Tap Cash yang sudah diluncurkan tahun 2014. Tap Cash BNI merupakan kartu uang elektronik BNI yang dapat diisi ulang dan dapat dipindahtangankan.

Banyuwangi Mall Siap Pasarkan Produk UMKM Lokal

Pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia terus menggeliat dari hari ke hari. Kini bukan hanya pihak swasta saja yang melirik, pemerintah daerah pun mulai menggali potensinya. Pemerintah kabupaten (Pemkab) Banyuwangi kali ini mencoba memberdayakan e-commerce demi mendorong pertumbuhan UMKM lokal lewat mall online bernama Banyuwangi Mall.

Banyuwangi Mall digagas oleh Pemkab Banyuwangi dengan menggandeng PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Peluncurannya dilaksanakan pada hari Rabu (20/4) kemarin di Banyuwangi oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Direktur Utama BNI Achmad Baiquni. Menteri BUMN Rini Soemarno juga turut hadir untuk menyaksikan peluncuran Banyuwangi Mall.

Dikutip dari Beritasatu, Rini mengatakan, “Saya sangat mengapresiasi kehadiran digital marketplace [Banyuwangi Mall]. Ini merupakan sinergi antara BUMN dan pemerintah daerah (Pemda). Jadi sudah tidak ada sekat antara BUMN dan Pemda. Semuanya bekerja untuk kesejahteraan rakyat.”

Bersamaan dengan kehadiran Banyuwangi Mall, Pemkab Banyuwangi juga memfasilitasi pembentukan Rumah Kreatif. Tugas utamanya adalah untuk mengelola operasional Banyuwangi Mall, mulai dari administrasi hingga kegiatan pemotretan produk. Rumah Kreatif ini digawangi oleh empat orang anak muda asal Banyuwangi, yakni Sari, Fatah Rohmansah, Fathurrachman dan Achmad Zaini.

“Pekerjaan kami di sini [adalah] untuk update konten yang ada di Banyuwangi Mall. Monitoring transaksi dari customer ke seller, juga sosialisasi pihak UMKM untuk dilatih dalam pemanfaatan Banyuwangi Mall ke digital marketing seperti sosial medianya,” ujar Sari.

Pun demikian, empat anak muda tersebut tidak sendirian dalam mengelola Banyuwangi Mall ini. Mereka mendapat pendampingan dari Rumah Klinik Koperasi dan UMKM yang merupakan program milik Pemkab Banyuwangi untuk mendampingi penggiat UMKM secara online maupun tatap muka.

Anas menyebutkan bahwa pasar utama e-commerce ini adalah untuk kelas menengah yang mengeluarkan rata-rata dana konsumtif Rp 60 ribu – Rp 300 ribu sehari. Menariknya, baru tiga jam Banyuwangi Mall diluncurkan, tercatat sudah ada 194 transaksi dengan nilai mencapai Rp 51 juta.

“Ini [adalah] upaya kami melindungi dan mendorong UMKM Banyuwangi. […] Selama ini banyak produk Banyuwangi secara direct masuk ke pasar potensial seperti Yogyakarta, Bali, Jakarta dan pelosok negeri lainnya dibajak dan dikatakan sebagai UMKM luar kota. Banyuwangi Mall tentu memperjelas pasar, memperlebar keuntungan para produsen dan mempersingkat rantai distribusi,” kata Anas dilansir oleh Detik.

Saat ini, dalam Banyuwangi Mall sudah ada 45 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dijadikan sebagai pilot project. Produk yang dipasarkan pun beragam, mulai dari kerajinan tangan hingga produk buah-buahan. Sedangkan BNI sendiri berperan dalam membantu promosi ke jaringan nasabahnya dan menyediakan pilihan pembayaran melalui fasilitas e-payment seperti BNI Debit Online, BNI SMS Payment, BNI VA Payment, dan juga BNI Kartu Kredit.

OnlinePajak Gandeng BNI, Mudahkan Proses Perpajakan untuk Nasabah Perusahaan

PT Bank Negara Indonesia (BNI) menjalin kerja sama dengan OnlinePajak untuk menghadirkan kemudahan proses perpajakan bagi nasabah BNI. Hasil dari kerja sama ini memungkinkan 300 ribu nasabah perusahaan BNI bisa melakukan hitung, setor, dan lapor pajak online dari layanan OnlinePajak. Sebaliknya, kemitraan ini memungkinkan 150 ribu pengguna OnlinePajak membayar pajak menggunakan akun BNI.

Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan kemarin (06/4) oleh Founder OnlinePajak Charles Guinot dan General Manager Transactional Banking Services BNI Welan Palilingan. Turut hadir juga Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri Perancis, Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Direktur Perencanaan dan Operasional BNI, Direktur Perpajakan II Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dan Direktur Tranformasi Teknologi Informasi dan Komunikasi DJP.

“Kerja sama ini membuktikan BNI menunjukkan keseriusannya dalam membantu pemerintah, karena penambahan penerimaan pajak yang signifikan akan memutar roda pembangunan jadi bergerak lebih cepat. Selain itu, kami optimis dengan kemudahan yang kami tawarkan kepada wajib pajak dengan volume besar yang mengutamakan efisiensi tinggi akan mengalihkan pembayaran pajaknya ke BNI, seiring dengan support BNI atas perubahan era ke arah paperless dan digital,” ungkap Direktur Perencanaan dan Operasional BNI Bob T. Ananta dalam sambutannya.

Tahun ini pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.546,7 triliun atau 80% dari APBN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2014, 61,4% penerimaan negara ini berasal dari akun-akun perusahaan dan 76,8%-nya berasal dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan bukti potong pajak.

Sejauh ini, dari 22,6 juta perusahaan yang terdaftar di Indonesia, 5 juta perusahaan terdaftar sebagai Perusahaan Kena Pajak (PKP) dan hanya 2 juta yang memiliki NPWP. Dari 5 juta PKP tersebut, hanya 11% atau 0,55 juta perusahaan yang rutin membayar pajak.

Masih rendahnya angka wajib pajak badan yang mematuhi kewajiban pajaknya ini sama rendahnya dengan rasio pajak Indonesia. Dalam laporan Bank Dunia dan PwC berjudul Paying Taxes 2015, Indonesia menempati urutan 148 dari 189 negara di dunia untuk urusan kemudahan penuntasan pajak. Dibutuhkan 259 jam untuk melakukan hitung, setor, dan lapor pajak perusahaan. Di negara-negara Asia Pasifik lainnya rata-rata hanya dibutuhkan 231 jam.

Pada mulanya Charles Guinot mengembangkan aplikasi OnlinePajak sekitar 1,5 tahun yang lalu untuk menyelesaikan masalah administrasi perusahaan, terutama untuk hitung, setor, dan lapor pajak online dalam satu aplikasi terpadu. Saat ini OnlinePajak telah memiliki 150.000 pengguna.

“Kami membangun aplikasi pajak yang lengkap, untuk wajib pajak badan dan orang pribadi secara gratis. Tentu saja kami tetap perusahaan swasta yang membutuhkan pendapatan. Karena itu kami membuat fitur-fitur tambahan seperti slip gaji elektronik, profil dan katalog komersial perusahaan, iklan tertarget, dan lain-lain,” pungkas Charles.

Gameloft Presents Alternate Ads Platform in Indonesia

World’s giant mobile game developer Gameloft officially introduced a new ads format with various targeting criteria (20/10). Gameloft Advertising Solutions, which claims to have 2,2 million active users, promises 100% of visibility. BNI and Indosat are some of the company’s clients in Indonesia. Continue reading Gameloft Presents Alternate Ads Platform in Indonesia

BNI Dorong Adopsi Perangkat Mobile Payment m-POS di Sektor Ritel

Sekitar dua tahun sejak peluncurannya, perangkat mobile Point-of-Sales (m-POS) BNI telah mengoperasikan 400 dongle dengan kebanyakan pendapatan, yang mencapai Rp 4 miliar per bulan, dipegang oleh klien agen perusahaan asuransi. Kini mereka mendorong adopsi m-POS ke klien ritel, dimulai dengan kerja samanya dengan grup restoran Boga Group.

Continue reading BNI Dorong Adopsi Perangkat Mobile Payment m-POS di Sektor Ritel