Pemerintah Incar Investor Kripto Jadi Objek Pajak

Pemerintah Indonesia berencana untuk menjadikan uang kripto sebagai objek pajak karena semakin tingginya nominal transaksi di instrumen ini. Diperkirakan pajak yang bisa dikantongi negara bisa mencapai triliunan Rupiah pada 2024 mendatang.

Mengutip dari CNBC Indonesia, COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan saat ini pengenaan pajak tengah dibahas oleh beberapa pihak dan pelaku industri, termasuk Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Disebutkan, dari usulan industri, pajak yang diusulkan kepada investor kripto adalah PPh final sebesar 0,05% alias lebih kecil dari yang dikenakan kepada investor saham di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,1%. “Goal-nya berapa kita enggak tahu. Tapi kita melihat bahwa potensi pendapatan pemerintah dari transaksi aset kripto di 2024 angkanya mencapai triliunan,” imbuhnya.

Pemerintah melirik potensi pajak dari instrumen investasi ini karena belakangan nilai transaksi hariannya tumbuh lebih pesat daripada saham. Pada Februari kemarin, nilai transaksi dalam negeri tembus Rp70 triliun. Sementara, di BEI nilai transaksi harian pada Januari 2021 pernah tembus ke level Rp20 triliun, namun kini sejak awal April merosot di kisaran Rp9 triliun.

Untuk menaungi perdagangan aset kripto yang lebih aman, pemerintah tengah menyiapkan regulasi lengkap tentang perdagangan aset kripto. Bersamaan dengan itu, pembentukan bursa aset kripto atau dinamai Digital Future Exchange (DFX) yang ditargetkan beroperasi pada semester II tahun ini.

Saat ini ada 229 aset kripto yang diperdagangkan di pasar fisik aset kripto Indonesia dinyatakan legal. Sementara itu, terdapat 13 pedagang aset kripto yang telah mengantongi tanda terdaftar perdagangan dari Bappebti.

Bappebti Siapkan Bursa Khusus Kripto

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah menyiapkan bursa khusus perdagangan aset kripto. Tingginya minat transaksi di sektor ini, menyebabkan regulator membuat bursa sebagai langkah perlindungan.

“Bursa ini memiliki fokus pada perlindungan pelaku usaha agar hubungan antar semua pihak bisa berjalan dengan baik. Antar pedagang, investor maupun lembaga lain bisa jelas dan aman,” terang Ketua Bappebti Sidharta Utama dikutip dari Detik Finance.

Bappebti sendiri sudah menerbitkan daftar aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia. Totalnya ada 229 aset kripto, di antaranya ada Bitcoin, Ethereum, Doge Coin, Stellar, dan lainnya.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, aset kripto berkembang sangat cepat di tanah air, sehingga perlu segera dibentuk piranti regulasi dan lembaga yang menaunginya. Terlebih, aset kripto dan komoditas berjangka lainnya banyak bersentuhan dengan sektor lain. Oleh karenanya, pengaturan aset kripto dan komoditas berjangka lainnya perlu dilakukan bersama instansi lain, tak hanya Bappebti.

Pembentukan bursa juga merujuk pada potensi pasar kripto yang nilai cukup menjanjikan. Jerry menyampaikan, dari data yang dikumpulkan, nilai transaksi aset kripto di Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai Rp64 triliun.

Sementara, selang dua bulan kemudian, tepatnya pada Februari 2021, perdagangan aset kripto tembus ke angka Rp70 triliun. “Artinya, ini semua menunjukkan arah ke depannya bahwa aset digital, komoditas digital ini bisa dijadikan salah satu alternatif. Atau mungkin salah satu pilar utama untuk meningkatkan trading kita,” kata Jerry.

Pembentukan bursa kripto ini dipercaya akan memperluas pasar dan menguntungkan di Indonesia, karena selama ini aset kripto kebanyakan dilakukan oleh peritel dan mungkin hanya mengandalkan perdagangan di luar negeri.

Kehadiran bursa kripto adalah untuk meregulasi dan mengorganisir, dan juga terkait dengan kebutuhan wadah untuk perdagangan secara khusus. Dengan demikian, transaksi kripto akan lebih meningkat, terbuka, transparan, dan aman.

Gambar header: Depositphotos.com

Tokocrypto to Offer CeDeFi Token through Binance Smart Chain

The crypto asset marketplace platform Tokocrypto will develop Indonesia’s first claimed hybrid CeDeFi (TKO) token on the Binance Smart Chain. Binance is an early-stage investor in Tokocrypto.

TKO combines Centralized Finance (CeFi) and Decentralized Finance (DeFi) mechanisms. Financial products with the DeFi mechanism are considered to help accelerate the improvement of financial literacy in Indonesia because they provide low fees, fast transactions, and easy to use.

In order to bridge the gap, Tokocrypto will focus on educating users about crypto finance and developing CeFi utilities, such as TKO Deposit, TKO Savings & TKO Cashback at Tokocrypto. Currently, Tokocrypto is building a liquid pool, while TKO is still in the process of distributing it to the community as a reward. TKO will be officially released by Tokocrypto in April 2021.

“Binance has been our support at Tokocrypto. Through this closer collaboration, it is expected to drive crypto adoption through TKO tokens throughout Indonesia. This will also allow us to leverage human resources and support throughout the BSC ecosystem,” Tokocrypto’s CEO Pang Xue Kai said.

DeFi’s existence as an open financial system is available in Indonesia. Although it is yet to be an official means of payment, Bitcoin and other crypto-assets have been recognized as commodities that can be traded in 13 crypto asset traders officially registered with BAPPEBTI. This crypto asset trading mechanism is regulated in Bappebti Regulation No. 5 of 2019.

Supported by Tokocrypto community

DeFi becomes very relevant for the Indonesian market, but there’s still no proof of successful players running DeFi. Tokocrypto has the ambition to fully support this ecosystem. One of those is by developing the community they have today.

“We want to become a DeFi platform in Indonesia, together with the community we want to initiate it. Currently, there are many products that are driven by the community,” Tokocrypto’s COO, Teguh Kurniawan Harmanda added.

Tokocrypto is the first crypto asset trader registered with BAPPEBTI. Born by a group of crypto enthusiasts who have full faith in the benefits offered by blockchain technology, Tokocrypto has a big goal to help Indonesians understand this industry and to integrate this technology into society and the global economy.

Although it’s still a lack of public interest to start investing in crypto assets, Teguh believes that market interest will begin to grow this year and in the future. One of the reasons is the support of the government and regulators, which encourage growth and awareness of the wider community of crypto assets.

“It is undeniable that there are lots of people still pessimistic about crypto assets. However, by the increasingly mature market and the growing number of stock investors, stock influencers, online motorcycle taxi drivers, to students playing with crypto assets, I am sure the market’s interest in Crypto assets will increase in number,” Teguh said.

He said that crypto-assets today and in the future are not only a place of speculation but have become a safe haven asset for the wider community. For this reason, it is wise for the community to be fully aware of what kind of funds are then worthy of being invested. Do not let personal funds or routine deposits be put into crypto-asset investments.

“For that I am responsible not only for the company but also as Chairman of the Indonesian Crypto Asset Traders Association (ASPAKRINDO), wanting to provide true and accurate education to the public about crypto-asset investment,” Teguh said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tokocrypto Kembangkan Token CeDeFi di Binance Smart Chain

Platform marketplace aset kripto Tokocrypto akan mengembangkan token CeDeFi (TKO) hibrida yang diklaim pertama di Indonesia di atas Binance Smart Chain. Binance sendiri merupakan investor tahap awal Tokocrypto.

TKO menggabungkan mekanisme Keuangan Terpusat (CeFi) dan Keuangan Terdesentralisasi (DeFi). Produk finansial dengan mekanisme DeFi dinilai dapat membantu mempercepat peningkatan literasi finansial di Indonesia, karena menyediakan biaya yang rendah, kecepatan transaksi, dan mudah digunakan.

Untuk menjembatani kesenjangan, Tokocrypto di awal akan fokus untuk memberikan edukasi kepada pengguna tentang keuangan kripto dan pengembangan utilitas CeFi, seperti Setoran TKO, Tabungan TKO & Cashback TKO di Tokocrypto. Saat ini Tokocrypto sedang membangun liquid pool, sementara TKO masih dalam proses penyebaran kepada komunitas sebagai bentuk rewards. Secara resmi TKO akan dirilis oleh Tokocrypto pada bulan April 2021 mendatang.

“Binance selalu menjadi pendukung kuat kami di Tokocrypto. Melalui kolaborasi yang lebih erat ini, harapannya akan dapat mendorong adopsi kripto melalui token TKO ke lebih banyak wilayah di Indonesia. Ini juga akan memungkinkan kami memanfaatkan sumber daya manusia dan dukungan di seluruh ekosistem BSC, ” kata CEO Tokocrypto Pang Xue Kai.

Keberadaan DeFi sebagai sistem finansial terbuka sudah bisa dinikmati di Indonesia. Meskipun belum menjadi alat pembayaran resmi, Bitcoin dan aset kripto lainnya sudah diakui sebagai komoditas yang bisa diperdagangkan di 13 pedagang aset kripto yang resmi terdaftar di BAPPEBTI. Mekanisme perdagangan aset kripto ini diatur dalam peraturan Bappebti No. 5 Tahun 2019.

Dukungan komunitas Tokocrypto

DeFi menjadi sangat relevan untuk pasar di Indonesia, namun hingga saat ini belum ada pemain yang sukses menjalankan DeFi. Tokocrypto berambisi mendukung sepenuhnya ekosistem tersebut. Salah satunya dengan memperkuat komunitas yang mereka miliki saat ini.

“Kita ingin menjadi platform DeFi di Indonesia, bersama dengan komunitas kami ingin menginisiasi. Saat ini sudah banyak produk yang didorong oleh komunitas,” imbuh COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda.

Tokocrypto adalah pedagang aset kripto pertama yang terdaftar di BAPPEBTI. Dilahirkan oleh sekelompok penggemar kripto yang memiliki keyakinan penuh akan manfaat yang ditawarkan oleh teknologi blockchain, Tokocrypto memiliki goal besar untuk membantu rakyat Indonesia memahami industri ini dan untuk mengintegrasikan teknologi tersebut ke dalam masyarakat serta ekonomi global.

Meskipun mengakui masih rendahnya animo masyarakat untuk mulai berinvestasi di aset kripto, namun Teguh percaya tahun ini dan ke depannya, mulai tumbuh dengan baik minat dari pasar. Salah satu alasan adalah berkat dukungan dari pemerintah dan regulator, yang mendorong pertumbuhan dan awareness kepada masyarakat luas terhadap aset kripto.

“Memang tidak bisa dimungkiri masih banyak beberapa kalangan yang pesimis dengan aset kripto hingga saat ini. Namun dilihat dari makin dewasanya pasar dan mulai banyak investor saham, influencer saham, pengemudi ojek online, hingga mahasiswa yang bermain dengan aset kripto, saya yakin minat pasar terhadap aset kripto akan makin meningkat jumlahnya,” kata Teguh.

Ditambahkan olehnya, aset kripto saat ini dan ke depannya bukan hanya sebagai ajang spekulasi saja, namun sudah menjadi safe haven asset untuk masyarakat luas. Untuk itu menjadi bijaksana bagi masyarakat menyadari sepenuhnya, dana seperti apa yang kemudian layak untuk diinvestasikan. Jangan sampai dana pribadi hingga simpanan yang sifatnya rutin, kemudian dimasukkan menjadi investasi aset kripto.

“Untuk itu saya bertanggung jawab bukan hanya untuk perusahaan namun juga sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), ingin memberikan edukasi yang benar dan akurat kepada masyarakat tentang investasi aset kripto,” kata teguh.

Nvidia Luncurkan GPU Khusus untuk Crypto Mining

Seperti yang sudah kita ketahui, dunia sedang dilanda krisis kartu grafis. Begitu langkanya stok kartu grafis di pasaran, Nvidia sampai harus memproduksi kembali GPU lawas demi memenuhi demand.

Namun langkah tersebut jelas tidak bisa dijadikan satu-satunya solusi, dan Nvidia sadar betul soal itu. Berhubung salah satu alasan di balik kelangkaan stok kartu grafis adalah diborongnya produk tersebut oleh para penambang cryptocurrency, Nvidia pun memutuskan untuk membuat GPU khusus mining.

Nvidia CMP (Cryptocurrency Mining Processor), demikian nama dari GPU kategori khusus ini. Ada empat model yang ditawarkan: CMP 90HX, 50HX, 40HX, dan 30HX. Dua digit angka tersebut menggambarkan efisiensi masing-masing kartu dalam menambang cryptocurrency, spesifiknya Ethereum yang sedang naik daun belakangan ini.

Lebih jelasnya mengenai spesifikasi masing-masing model bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Nvidia CMP

Kalau kita perhatikan, spesifikasi tersebut rupanya cukup mirip dengan yang ditawarkan oleh lini GeForce. Kita ambil CMP 90HX sebagai contoh, yang memiliki hash rate 86 MH/s untuk Ethereum, dengan TDP 320 W dan memory sebesar 10 GB. Angka TDP dan memory-nya ini sama persis seperti GeForce RTX 3080, dan kartu tersebut juga tercatat memiliki Ethereum hash rate 86 MH/s atau lebih.

Bisa jadi itu hanya suatu kebetulan, sebab Nvidia memastikan bahwa eksistensi lini CMP ini tidak akan mempengaruhi suplai lini GeForce untuk kalangan gamer. Bisa jadi yang mereka gunakan untuk lini CMP adalah chip GeForce yang tidak lolos quality control, dan yang mengemas tipe memory di bawah GDDR6.

Yang mungkin bisa menjadi problem adalah, lini kartu Nvidia CMP ini tidak memiliki output video sama sekali, dan itu bisa berarti harga jual kembalinya rendah karena sudah pasti tidak akan laku jika ditawarkan ke kalangan gamer. Kemungkinan Nvidia bakal mengantisipasi hal ini dengan mematok harga yang sangat menggiurkan buat lini CMP.

Menariknya, Nvidia masih belum selesai. Mereka masih punya satu ‘jurus’ lagi untuk mencegah para crypto miner memborong habis stok kartu grafis yang sebenarnya ditujukan buat para gamer: kartu grafis anyar yang bakal mereka rilis dalam waktu dekat, RTX 3060, telah dimanipulasi demi menekan efisiensinya ketika dipakai untuk menambang Ethereum.

Caranya adalah dengan merancang software driver RTX 3060 agar dapat mendeteksi atribut spesifik dari algoritma yang digunakan untuk menambang Ethereum. Ketika terdeteksi, hash rate-nya otomatis akan dibatasi hingga 50%. Dengan kata lain, penambang yang menggunakan RTX 3060 hanya bisa meraup separuh keuntungan dari potensi aslinya, membuat kartu ini jadi kurang menarik untuk keperluan crypto mining.

Sumber: Nvidia.

Zipmex Umumkan Pendanaan 84,4 Miliar Rupiah, Menanti Gairah Investasi Aset Kripto

Pengembang platform jual-beli aset kripto Zipmex mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $6 juta atau setara 84,4 miliar Rupiah. Putaran pendanaan dipimpin Jump Capital, sebuah pemodal ventura asal Amerika Serikat yang mengkhususkan diri pada pengembang aplikasi investasi digital. Pendanaan baru akan digunakan untuk mendiversifikasi penawaran produk Zipmex, termasuk perluasan produk berbunga ZipUp dan token digital ZMT.

Zipmex sendiri memiliki markas pusat di Singapura dan layanannya sudah berekspansi di beberapa negara, termasuk Indonesia, Australia, dan Thailand. Di Indonesia, mereka bernaung pada PT Zipmex Exchange Indonesia, dan saat ini sudah memperoleh tanda terdaftar dari Bappebti bersama 13 pemain lainnya.

Bulan Juni 2020 lalu, Bappebti mengedarkan surat pengumuman No.477.1/BAPPEBTI.4/PENG/06/2020 merilis daftar perusahaan sebagai calon pedagang fisik aset kripto. Berikut daftarnya:

Perusahaan Merek Asal Platform
PT Crypto Indonesia Berkat Tokocrypto Indonesia Web, Mobile
PT Upbit Exchange Indonesia Upbit Korea Selatan Web, Mobile
PT Tiga Inti Utama Triv Indonesia Web, Mobile
PT Indodax Nasional Indonesia Indodax Indonesia Web, Mobile
PT Pintu Kemana Saja Pintu Indonesia Web, Mobile
PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex Singapura Web, Mobile
PT Bursa Kripto Prima Bicipin
PT Luna Indonesia Ltd Luno Inggris Web, Mobile
PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku Indonesia Web, Mobile
PT Indonesia Digital Exchange Digital Exchange ID Indonesia Web, Mobile
PT Cipta Koin Digital Koinku Indonesia
PT Triniti Investama Berkat Bitocto Indonesia Web, Mobile
PT Plutonext Digital Aset

Dari penelusuran yang dilakukan melalui mesin pencari, situs direktori, dan app marketplace, kami tidak menemukan informasi lengkap terkait platform Bicipin, Plutonext; sementara Koinku situsnya juga baru sebatas landing page belum bisa untuk transaksi.

Zipmex di Indonesia

Kepada DailySocial, perwakilan Zipmex mengatakan, sejak Q4 2020 sampai awal tahun ini, volume transaksi perdagangan di Indonesia mencapai pertumbuhan hingga 100% — kendati tidak disebutkan statistik pengguna secara rinci. Untuk mengakselerasi bisnis, tim lokal juga tengah menyiapkan produk spesifik yang disesuaikan dengan karakteristik pengguna di sini.

Audience pada umumnya lebih menyukai investasi aset digital dengan prospek jangka panjang. Market exchange lainnya mungkin fokus pada kebutuhan traders, sementara kami fokus untuk memberikan fasilitas trading terbaik. Kami juga menawarkan ZipUp di mana para users dapat meraih bunga hingga 14% per tahun dengan akun tabungan yang fleksibel. Sehingga, mereka akan memperoleh tambahan uang dari capital gain dan bunga,” ujar perwakilan Zipmex.

Dijelaskan lebih lanjut, melalui layanan ZipUp para investor dapat memilih berbagai macam aset, termasuk Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), xBullion (GOLD), USD Circle (USDC), dan USD Tether (USDT), dan tidak akan dikenakan biaya selain biaya penarikan normal. Bunga dibayarkan setiap hari, tanpa adanya jangka waktu tetap serta tidak ada jumlah minimum setoran.  Sejak diluncurkan tiga bulan lalu, ZipUp telah mengumpulkan lebih dari US$ 40 juta dana simpanan.

Menanggapi soal ketertarikan masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di aset kripto, “Aset kripto dapat menjadi instrumen yang layak selain saham, reksa dana, p2p loan, atau investasi digital lainnya. Dengan meningkatkan awareness pasar terhadap cryptocurrency dan institutional investors mulai mengalokasikan portofolio di investasi aset kripto, kami berharap semakin banyak yang tertarik mencoba investasi aset kripto.”

Zipmex sendiri saat ini juga bekerja sama dengan Pluang, memungkinkan para investor di aplikasi tersebut untuk bertransaksi aset kripto. Sebelumnya Pluang dikenal sebagai platform investasi dengan instrumen emas dan S&P 500.

Gairah investasi di Indonesia

Pertengahan 2020, DailySocial bersama Populix mengadakan survei pengguna aplikasi investasi di Indonesia. Dari 209 responden yang mengikuti survei, persentase tertinggi untuk jenis investasi yang mereka pilih adalah reksa dana (67%) dan emas (62,7%). Jenis investasi lainnya yang dipilih responden secara berurutan adalah saham (44,5%), P2P lending (16,3%), dan obligasi (11,5%).

Mengenai pertimbangan memilih jenis investasi tersebut, responden kompak menjawab bahwa ini sudah sesuai dengan profil risiko (48,8%), baru belajar (24,4%), rekomendasi teman (10,4%), dan paling familiar (8,1%).

Jika ditinjau lebih lanjut, instrumen seperti reksa dana, emas, atau saham sebenarnya juga sudah cukup akrab dengan pengguna sebelum era investasi lewat aplikasi. Jadi kemungkinan edukasinya lebih mudah dibanding aset kripto yang benar-benar baru bagi banyak orang.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal DeFi, Tren Baru dari Komunitas Blockchain dan Industri Keuangan

Jika ada satu tren dari komunitas blockchain terbesar dalam beberapa waktu terakhir, decentralization finance atau biasa disebut DeFi adalah jawabannya. DeFi menjadi cukup populer karena memadukan nilai-nilai utama blockchain ke dalam bisnis keuangan yang sudah ada selama ini.

DeFi umumnya berjalan dengan smart contract di atas platform Ethereum (ETH), salah satu aset kripto terpopuler selain Bitcoin (BTC). Smart contract tersebut memungkinkan DeFi berjalan secara otomatis tanpa kehadiran middleman atau pihak ketiga. Smart contract sendiri adalah bahas pemrograman. Inilah pembeda utama DeFi dengan institusi keuangan tradisional seperti perbankan yakni disintermediasi.

Pandu Sastrowardoyo dari Blocksphere menjelaskan bahwa konsep yang diusung DeFi sejatinya tidak baru-baru amat. Pandu melanjutkan pada dasarnya DeFi mengusung sistem keuangan terbuka yang artinya tidak ada kendali atau otoritas tertinggi yang biasanya dipegang oleh bank dalam produk keuangan tradisional.

“Jadi kekuatan dari DeFi adalah tidak ada institusi yang mengelola dan enggak ada pegawai karena ini ditentukan oleh smart contract dengan coding. Ini transparan bisa dilihat semua orang. Kalau di perbankan kita percaya pada perusahaan, brand, atau orangnya, di DeFi kita percaya dengan smart contract,” jelas Pandu.

Produk DeFi yang ada saat ini rata-rata menyasar bisnis lending. Beberapa produk DeFi yang sudah cukup terkenal di dunia di antaranya adalah Compound, MakerDAO, dan Synthetic. Namun sesungguhnya potensi DeFi bisa menyapu semua jenis bisnis di industri keuangan. Tabungan, pinjaman, trading, hingga asuransi menurut Pandu dapat ditawarkan dengan protokol DeFi.

Meski potensi DeFi cukup luas, lending menjadi sektor yang paling digemari para penyelenggara protokol DeFi. Pada dasarnya cara kerja DeFi ditentukan dua hal penting, yakni smart contract dan token. Kedua hal ini yang menggantikan seluruh proses yang dijalankan oleh middleman/pihak ketiga di centralized finance (CeFi).

Di DeFi yang menghasilkan produk lending, borrower dapat memperoleh dananya dengan menjaminkan aset kripto yang ada. Bunga yang dipasang juga bersifat dinamis. Model yang digunakan dalam sistem DeFi memungkinkan borrower membayar lebih murah jika permintaan pinjaman yang ada lebih sedikit. Sebaliknya, jika permintaan sedang tinggi, lender atau investor bisa memperoleh bunga yang lebih tinggi.

Sebelum 2020, produk DeFi sebenarnya sudah bermunculan. Namun keberadaannya baru menjadi sensasi sejak tahun lalu. Ini bisa dilihat dari total nilai yang terkunci di dalam ETH pada 2020 mencapai $14,74 miliar atau sekitar Rp206 triliun, meningkat pesat dari total nilai 2018 dan 2019 yang hanya ratusan juta dolar saja.

Selain nilai bitcoin yang terus melejit dan diminati pasar, kenaikan drastis DeFi juga disebabkan penerimaan regulator. Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US Securities and Exchange Commission), misalnya, membuat keputusan besar dengan menyetujui dana kelolaan berbasis ethereum pada Juli lalu. Di samping itu, pemain-pemain besar industri keuangan, seperti JP Morgan dan ANZ, mulai memakai blockchain untuk diintegrasikan ke sistem mereka.

Semarak DeFi pun sudah mulai berlangsung di Tanah Air. Meski produk-produk DeFi di sini masih bisa dihitung dengan jari, perbincangannya di komunitas kripto dan keuangan cukup ramai. VynDAO, UNYdex, dan Tadpole Finance merupakan contoh DeFi buatan dalam negeri. Pengecualian untuk Tadpole, DeFi rintisan Indodax tersebut justru sudah melantai di Bithumb Global, sebuah bursa di Korea Selatan yang memperdagangkan fiat dan kripto.

Terlepas dari segala keunggulannya, DeFi juga punya sejumlah tantangan. Pertama, blockchain tidak sepenuhnya bebas dari ancaman keamanan. Berikutnya nilai jaminan yang masih terlampau tinggi, bahkan bisa lebih tinggi dari nilai pinjamannya sendiri. Pandu juga menambahkan ada faktor ancaman penipuan yang memanfaatkan hype DeFi.

“Ini bisa terjadi karena bikin DeFi itu gampang banget. Bikin sekarang aja pun bisa,” ucap Pandu.

Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) Oham Dunggio mengatakan kemunculan DeFi yang cukup sensasional sejak tahun lalu menjadi berkah tersendiri. Meski secara konsep yang dibawa tidak baru-baru sekali, namun Oham menilai DeFi sanggup menggerakkan entitas-entitas bisnis berinovasi lebih jauh di atas jaringan blockchain. Oham meyakini perusahaan-perusahaan di Indonesia segera mengadopsi inovasi anyar tersebut meski hanya sekadar eksperimen saja.

Hype dari DeFi ini lebih banyak positifnya ketimbang hype yang dibawa ICO (initial coin offering) dulu. Sebab DeFi ini lebih fokus ke produk, tidak seperti ICO yang lebih fokus menghimpun uang,” pungkas Oham.

Pluang Adds Crypto Asset Instruments for Investment Portfolio Diversification

Entering the end of the year, Pluang released another new investment product on its platform. This time with crypto assets trading, starting with Bitcoin and Ethereum as digital currencies with the largest capitalization value today. The company cooperates with Zipmex as a partner in the transaction.

There are two reasons why Pluang chose Zipmex to integrate into its platform. First, because it has been registered with BAPPEBTI as a crypto exchanger. Second, Zipmex uses BitGo as custodian, with protection (insurance) issued by Lloyd.

Pluang’s Co-Founder, Claudia Kolonas said, “The objective for Pluang to launch this product is to open wider access for Indonesian people into the financial products worldwide.” She also said that one of the priority is to make the transaction/investment process more practical.

“Crypto sales on the Pluang application can be done in real-time. Pluang users can buy, sell, and store crypto tokens in the application comfortably because they are protected by insurance. Currently, deposits and withdrawals can only be made in Rupiah, but we will consider crypto withdrawal features at a later date,” Claudia explained.

Previously, Pluang was known as a gold investment platform. In September 2020, they released the S&P 500 futures investment instrument, allowing Indonesians to invest through a public company in the United States.

Crypto asset is not a popular investment instrument

The decision to add crypto assets into its investment product line tends to be “brave” amid the so-so public interest to invest in digital currencies. It was validated by research we conducted with Populix last July 2020. From a survey of 209 respondents who used digital investment services, mutual funds (67%), gold (62.7%), and stocks (44.5%) were the most chosen instruments.

Research by Pluang involves a larger number of respondents, around 5500 people, has discovered almost the same results. Gold (32%), stocks (15%), and mutual funds (16%) were the most popular. Meanwhile, very few respondents choose crypto assets for their investment.

Regarding this matter, Claudia said that her main objective was asset diversification. “Having an investment allocation in Bitcoin or other cryptocurrencies can provide broad diversification against traditional portfolios, which are usually stocks or bonds,” she said.

Research by Pluang suggests that Bitcoin is the asset with the highest yield in the past year – compared to gold, the S&P 500, and the US dollar. The data obtained is from the beginning of the year to October 2020. The yield is calculated in the conversion of rupiah currency.

Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang
Comparison of the investment products in the past year / Pluang

Crypto assets such as Bitcoin have fairly high market volatility, the up and down is based on public confidence in the digital currency. If you look at the trend in recent times, the price even dropped to $3000.

On that basis, Claudia also suggested that crypto asset products are suitable for long-term investment. “We do not recommend buying Pluang cryptocurrency if there is an urgent need for funds in the short term. So apart from having a moderate to high-risk profile, this product is also recommended for investors who already have investment experience,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Pluang Tambah Instrumen Aset Kripto untuk Diversifikasi Portofolio Investasi

Menginjak akhir tahun, Pluang kembali merilis produk investasi baru di platformnya. Kali ini giliran aset kripto yang diperdagangkan, dimulai dari Bitcoin dan Ethereum selaku mata uang digital dengan nilai kapitalisasi terbesar saat ini. Perusahaan menggandeng Zipmex sebagai mitra dalam pemrosesan transaksi.

Ada dua alasan mengapa Pluang memilih Zipmex untuk diintegrasikan ke platformnya. Pertama, karena sudah terdaftar di BAPPEBTI sebagai crypto exchanger. Kedua, Zipmex menggunakan BitGo sebagai kustodian, dilengkapi perlindungan (asuransi) yang diterbitkan Lloyd.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan, “Bagi Pluang, tujuan meluncurkan produk ini adalah untuk membuka akses lebih luas kepada masyarakat Indonesia terhadap produk keuangan dunia.” Ia turut menyampaikan, salah satu hal yang diprioritaskan oleh Pluang adalah membuat proses transaksi/investasi menjadi lebih praktis.

“Penjualan crypto di aplikasi Pluang juga dapat dilakukan secara real time. Pengguna Pluang dapat membeli, menjual, dan menyimpan token crypto di dalam aplikasi dengan nyaman, karena sudah dilindungi asuransi. Saat ini, penyetoran dan penarikan hanya dapat dilakukan dalam Rupiah, namun kami akan mempertimbangkan fitur withdrawal crypto di kemudian hari,” jelas Claudia

Sebelumnya Pluang dikenal sebagai platform investasi emas. Lalu bulan September 2020 lalu, mereka merilis instrumen investasi berjangka S&P 500, memungkinkan masyarakat Indonesia berinvestasi melalui perusahaan terbuka di Amerika Serikat.

Aset kripto bukan instrumen investasi populer

Keputusan memasukkan aset kripto ke lini produk investasinya memang cenderung “berani” di tengah minat masyarakat yang tidak terlalu besar untuk berinvestasi ke mata uang digital. Salah satunya divalidasi oleh riset yang kami lakukan bersama Populix Juli 2020 lalu. Dari survei ke 209 responden pengguna layanan investasi digital, reksa dana (67%), emas (62,7%), dan saham (44,5%) jadi instrumen yang banyak dipilih.

Riset yang dilakukan Pluang sendiri melibatkan jumlah responden yang lebih banyak, yakni 5500 orang, mendapati hasil yang hampir serupa. Emas (32%), saham (15%), dan reksa dana (16%) jadi yang paling populer. Sementara sangat minim responden yang memilih aset kripto untuk investasinya.

Terkait hal ini, Claudia mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah diversifikasi aset. “Memiliki alokasi investasi pada Bitcoin ataupun mata uang kripto lainnya dapat memberikan diversifikasi yang luas terhadap portofolio tradisional, yang biasanya adalah saham atau obligasi,” ujarnya.

Dari riset yang dilakukan Pluang, mengemukakan bahwa Bitcoin menjadi aset yang memiliki imbal hasil paling tinggi dalam satu tahun terakhir — dibandingkan dengan emas, S&P 500, dan dolar AS. Data yang diperoleh adalah kinerja sejak awal tahun hingga Oktober 2020. Kalkulasi imbal hasil dihitung dalam konversi mata uang rupiah.

Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang
Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang

Aset kripto seperti Bitcoin memiliki volatilitas pasar yang cukup tinggi, baik-turunnya berdasarkan kepercayaan masyarakat pada mata uang digital tersebut. Jika melihat tren beberapa waktu terakhir, bahkan harganya sempat anjlok hingga $3000.

Atas dasar itu, Claudia juga menyarankan bahwa produk aset kripto cocoknya untuk investasi jangka panjang. “Kami tidak menyarankan pembelian Pluang cryptocurrency jika ada kebutuhan dana yang mendesak dalam jangka waktu pendek. Jadi selain memiliki profil risiko sedang hingga tinggi, produk ini juga direkomendasikan untuk investor yang telah memiliki pengalaman investasi,” jelasnya.

Application Information Will Show Up Here

Gambar header: Depositphotos.com

Introducing Rupiah Token as a Stablecoin to Represent Rupiah

Rupiah Token (IDRT) is an Ethereum blockchain-based token with a value reflecting Rupiah. It is classified stable, which is a crypto asset with stable value – in this case, 1 to 1 value with the Rupiah. The value of 1 IDRT equal to Rp1, – both in purchases and sales.

In terms of each IDRT issued and circulating, PT Rupiah Token Indonesia (Rupiah Token) as the manager is required to add deposits in Rupiah to the custodian bank account. According to the audit report issued as of May 1, 2020, the total Rupiah Token in circulation has reached 72.7 billion with guarantees of the same value in Rupiah.

“Although there are lots of stablecoin circulating the crypto world, there is not a single Rupiah stablecoin on the blockchain […] We aim to provide Indonesia with a safe and easy way for crypto trading using Rupiah in the blockchain on global exchanges,” Rupiah Token’s Anthony Thio explained.

The practice of StableCoin has actually been applied by many developers. For example in Singapore, there are Digix coins (DGC) supported by gold reserves, so 1 DGX is always equal to 1 gram of gold.

To date, IDRT has been channeled to dozens of exchange and crypto-wallet platforms; including the Binance, UPbit, PundiX, Zipmex, and TrustWallet portals.

In terms of IDRT, Zipmex’s Co-founder & CEO, Marcus Lim said, “We are starting to see changes in the Asian economy related to the acceptance of digital and stable currencies. As China is preparing to launch its central bank’s digital currency (e-RMB), we will see this trend spreading in Southeast Asia […] Placing coins in Rupiah and bringing to all our markets a new foreign exchange service for the public. ”

RupiahToken

 

Highly Confident with cryptocurrency

Jeth Soetoyo is the Founder & CEO of RupiahToken, he is also the founder of a mobile application called Pintu which is designed for users in Indonesia in conducting cryptocurrency transactions.

In his discussion with the DailySocial team, Jeth expressed his opinion on the current trends in crypto assets. As for him, timing is important in market penetration. Moreover, people are getting interested in Bitcoin, when all expect a significant increase in its value.

He said, crypto-assets basically have proven to function well as alternative assets. He saw the resilience of Bitcoin several times recently as a value storage asset. Exemplified when several countries in South America which currencies have experienced massive inflation in recent years, the adoption of Bitcoin is very high there.

“I cannot predict the future of our own currency, but when the government issues debt at interest rates close to 0 it provides a strong potential scenario for high inflation. Usually, during this time (eg in the 1930s and 1970s) there is a tendency for interest shifting towards ‘hard currencies’ such as gold,” Jeth said.

Jeth continued, “This year, Bitcoin is the best performing asset compared to other asset classes (including gold, equity, bonds, etc.). I believe that macro conditions now guarantee to see more of Bitcoin. I believe this did not happen in 2017 and there is no real reason for people to see Bitcoin with a more critical eye until now. ”

Is it capable to increase crypto penetration?

Indonesian Blockchain Association’s Supervisory Board, Steven Suhadi told DailySocial on his views. Personally, he is unsure about stablecoin, such as IDRT will increase people’s enthusiasm for crypto investment. However, it might be useful to get people accustomed to the workings of cryptocurrencies, on how they are easily transferred, etc.

“Stable coins can provide a glimpse of view to the public, business, and government on blockchain-based digital currencies (also known as central bank digital currencies – CBDC),” he said.

He also emphasized that every bank entering the Indonesian market must comply with relevant government regulations, especially from BI and OJK.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here