Bank Jago Tambah Modal untuk Perkuat Transformasi Menuju Bank Digital

PT Bank Jago Tbk kembali melakukan penambahan modal untuk mendukung rencana transformasinya menjadi bank digital. Penambahan modal ini dilakukan melalui aksi penerbitan saham baru (right issue) kedua yang diumumkan lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Disampaikan Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, perusahaan dituntut untuk meningkatkan skala usaha dan membangun infrastruktur teknologi yang mumpuni agar dapat bersaing dan beradaptasi terhadap perubahan akibat pandemi Covid-19.

“Sejak Covid-19, kita menyaksikan sendiri akselerasi teknologi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kami ingin menjadi bagian dari perubahan hidup masyarakat yang semakin digital,” ujar Kharim dalam paparan RUPSLB, Selasa (5/10).

Sebelumnya, Bank Jago sudah menuntaskan right issue tahap pertama pada April 2020, mebukukan dana Rp1,3 triliun. Dana hasil right issue tahap kedua akan digunakan untuk memperkuat modal perusahaan agar dapat memenuhi aturan modal minimum bank sebesar Rp3 triliun.

Selain itu, dana tersebut nantinya digunakan untuk meningkatkan skala bisnis perusahaan, merekrut SDM yang relevan sesuai dengan visi perusahaan, dan mengembangkan teknologi.

Sebagaimana diketahui, Bank Artos resmi berganti nama menjadi Bank Jago pada Juni 2020. Rebranding ini dilakukan pasca akuisisi oleh grup investor yang dipimpin Jerry Ng dan Patrick Waluyo lewat PT Metamorfosis Indonesia (MEI), dan Wealth Track Technology (WTT). Selain itu, Bank Jago juga akan membidik segmen UKM dan ritel.

Bank Jago menargetkan komersialisasi sebagai bank digital pada akhir tahun ini  dengan meluncurkan platform aplikasi Life Finance Solution (LFS). Manajemen Bank Jago memastikan bahwa rencana menuju bank digital ini tetap sesuai target awal.

Pada paparan publik virtual Agustus lalu, Bank Jago menargetkan peluncuran LFS akan berbarengan dengan sejumlah produk keuangan digital lainnya. Perusahaan juga tengah mempersiapkan pengembangan teknologi, seperti Open API, microservices, dan cloud untuk memperkuat posisinya di ekosistem digital.

Realisasi bank digital

Sejumlah bank di Indonesia berencana untuk merealisasikan menjadi bank digital tahun ini. BCA melalui Bank Digital BCA ditarget meluncur sekitar Oktober atau November tahun ini dengan akses terbatas, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Kemudian, Bank Yudha Bhakti (BYB) juga resmi mengganti namanya menjadi Bank Neo Commerce. Dihubungi DailySocial, Direktur Utama Bank Yudha Bhakti Tjandra Gunawan mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu izin dari OJK untuk platform mobile banking.

“Targetnya semua phase [pengembangan] mobile banking bisa dirampungkan pada kuartal I 2021, termasuk teknologi QRIS dalam blueprint kami,” ujarnya dalam pesan singkat.

Sementara itu, BRI juga mempertimbangkan untuk membentuk bank digital. Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI Indra Utoyo mengungkap bahwa perusahaan masih mematangkan konsep dan strateginya saat ini.

Kepada DailySocial beberapa waktu lalu, Indra menyebut bahwa BRI Agro berpeluang untuk dikonversi menjadi bank digital. Produk digital lending Pinang (Pinjam Tenang) menjadi test case awal perusahaan untuk uji coba ke pasar.

“Terkait positioning baru Bank Agro, akan ada jawabannya di waktu yang tepat. Kami belum bisa jawab sekarang [apakah ada produk digital baru selain Pinang]. Namun, strategi digital kami akan tetap go smaller, go shorter, dan go faster. Artinya, kami masuk ke segmen yang lebih kecil, yaitu ultra mikro,” ungkapnya.

Membangun Ekosistem Digital Indonesia lewat Mandiri API

Perkembangan teknologi digital di sektor keuangan menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan. Transformasi digital bagi para penyedia layanan keuangan dibutuhkan untuk menjaga relevansi bisnisnya. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan integrasi dan kolaborasi layanan keuangan semakin meningkat, mulai dari pengembangan produk hingga memperluas jangkauan penggunanya.

Bank Mandiri melihat hal ini sebagai kesempatan untuk membuka dan mengembangkan platform Application Programming Interface (API) yang dapat diintegrasikan melalui kolaborasi dengan berbagai pelaku bisnis digital, contohnya fintech dan e-commerce.  Ini menjadi pembahasan utama dalam webinar yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri pada Senin (14/9) lalu. Mengusung tajuk “Building Digital Ecosystem Through Mandiri API”, webinar yang terbagi menjadi dua sesi talkshow ini membahas bagaimana platform API dari Bank Mandiri dapat membantu perkembangan bisnis para mitra, serta integrasinya yang cepat dan mudah.

Membantu Perkembangan Bisnis lewat Mandiri API

Melalui platform API, Bank Mandiri  memperluas layanannya melalui integrasi dengan platform yang dimiliki pihak ketiga. Tidak hanya memberi keuntungan bagi Bank Mandiri saja, integrasi ini juga membantu para pelaku bisnis dalam mengembangkan usahanya. Peran Mandiri API bagi bisnis  menjadi tema dalam sesi pertama webinar “How Mandiri API Helps Business Survive in Pandemic Era.” Sesi ini dimoderatori oleh Rama Mamuaya (CEO DailySocial.id), serta mengundang Rico Usthavia Frans (Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri), Haryati Lawidjaja (CEO LinkAja), Rachmat Kaimuddin (CEO Bukalapak), dan Vincent Iswara (CEO dan Co-Founder Dana) sebagai pembicara.

Beberapa tahun terakhir ini Bank Mandiri terus melakukan digitalisasi pada produk dan layanannya. Tidak hanya mendigitalisasi produk yang sudah ada, tetapi juga menciptakan native digital product untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Kolaborasi melalui penggunaan Mandiri API ini diharapkan dapat membantu masing-masing pihak untuk terus mengembangkan platform dan menambah kelengkapan fitur yang dimiliki.

“Kolaborasi itu harus mengalir dua arah, jadi dari Bank Mandiri membuka, kami juga berharap dari fintech-fintech juga membuka, jadi ke depannya nanti juga beberapa service dari fintech-fintech itu kita harapkan bisa dinikmati juga di aplikasi mobile banking bank Mandiri.” ujar Rico Usthavia Frans.

Dari sisi pelaku bisnis, kolaborasi lewat integrasi platform dapat membuka peluang bagi sistem yang dimiliki untuk terintegrasi dengan sistem perbankan. “Kita harus berkolaborasi dan dengan adanya API ini menunjukkan bahwa market collaboration is something we can do to make sure that the ecosystem  grows” tambah Vincent Iswara.

Selain itu dengan adanya kolaborasi ini, dapat membantu pelaku bisnis untuk mengembangkan platformnya agar transaksi pembayaran serta layanan yang terkait dengan produk perbankan dapat lebih cepat dan mudah digunakan oleh para pengguna. Kemudahan ini diharapkan dapat membantu pelaku bisnis untuk meningkatkan transaksinya.

“Dari sisi transaksinya, terutama selama pandemi, meningkat cukup signifikan, jadi bisa terlihat hal ini (Mandiri API) sangat membantu untuk masyarakat.” ujar Haryati Lawidjaja. Bagi marketplace seperti Bukalapak, platform API dapat membantu meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan diri para pelapak dalam mengelola bisnisnya. “Dengan support dari Bank Mandiri, tentunya mereka punya credibility, lebih percaya diri dari pelapaknya sendiri, karena selama ini mungkin dianggap usaha yang unbankable menjadi usaha yang bankable.” tambah Rachmat Kaimuddin.

Didukung Kemudahan Integrasi dengan Platform Pihak Ketiga

Keunggulan lainnya yang dibahas dalam sesi kedua webinar ini adalah kemudahan proses integrasi Mandiri API dengan situs ataupun aplikasi pihak ketiga. Sesi kedua mendatangkan tiga orang pembicara yaitu Toto Prasetio (SEVP Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri), Leontinus Alpha Edison (Co-Founder Tokopedia), dan Firdaus Juli (Co-Founder dan Komisaris Utama IDS).

Banyak keunggulan penggunaan Mandiri API yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis digital. Mulai dari kemudahan pencarian informasi produk, pengembangan dan uji coba platform, hingga integrasi produk dan layanan Bank Mandiri langsung pada sistem yang dimilikiI Integrasi ini didukung oleh support system yang responsif  dari Bank Mandiri untuk meminimalisir dan mengatasi error yang terjadi dengan lebih cepat. Jadi, para pelaku bisnis digital dapat tetap fokus untuk melakukan pengembangan bisnisnya tanpa perlu khawatir. “Dengan dukungan yang baik, koordinasi yang lancar, semangat attention to excellence yang tinggi sekali, kita bisa mencapai pemerataan ekonomi secara digital.” tambah Leontinus Alpha Edison.

Kemudahan integrasi akan dapat berjalan dengan baik jika masing-masing pihak dapat saling berkolaborasi dalam mengembangkan produknya. Firdaus Juli menambahkan bahwa Mandiri API ini mendorong pertumbuhan produk yang dimiliki. “Apa yang disediakan Mandiri ini sebenarnya adalah sebuah tools untuk mendorong pertumbuhan produk, tentu kita harus utilisasi” ujar Firdaus.

Tidak  berhenti pada kemudahan integrasi, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus memudahkan penggunaan sekaligus menambah kelengkapan fitur API yang dimiliki. Saat ini Mandiri API sendiri telah memiliki 16 fitur API, Toto Prasetio menyebutkan bahwa Bank Mandiri selalu open-minded untuk pengembangan produk baru sesuai dengan kebutuhan.

“Apa yang mereka butuhkan agar bisnis mereka bisa berkembang, jadi itu key kriteria kita, kita akan mengembangkan sesuatu memang yang dibutuhkan, despite kita punya pipeline.” tambah Toto.

Hadirnya Mandiri API diharapkan mampu menjawab kebutuhan para pelaku bisnis digital, terutama terkait transaksi keuangan yang ada di dalam sistem. Mandiri API  semakin memudahkan integrasi  yang dilakukan karena proses yang cepat serta efisiensi biaya dan waktu. Pihak ketiga juga tidak perlu mengubah tampilan atau fungsi yang telah mereka miliki sebelumnya. Dengan memanfaatkan Mandiri API, pelaku bisnis digital dapat mengembangkan bisnisnya secara mudah, efektif, dan efisien.

Bila ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait Mandiri API, silakan mengunjungi link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Bank Mandiri

BRI Partners with Grab to Enable Buka Rekening Digital Saving

BRI has recently reported to partner with Grab as a digital platform to enable online-based account opening (digital saving).

Based on DailySocial observation, the collaboration can be seen from the promotional banners displayed on the main page of the Grab application. From its official website, BRI said that this program is valid from July 14 to July 20, 2020.

Grab adds up to BRI’s collaboration with digital platforms in Indonesia. Previously, BRI had collaborated with Tokopedia and Traveloka to introduce BRI Ceria or digital loans for transactions through e-commerce or online travel sites.

BRI is known to aggressively increase the number of customers through digital platforms. A week earlier, BRI had just introduced an online-based account opening through the BRI Open Account platform. This service is accessible through the official website bukarekening.bri.co.id.

This service allows customers to create new accounts without having to visit the bank and directly meet the staff. The company utilizes face recognition and digital signature technology in the KYC process. Potential customers who make online accounts will automatically become BRI internet banking users (BRImo).

“We are targeting to add 1 million new customers through this online account opening channel,” BRI’s Consumer Director Handayani said in her official statement.

Separately, BRI’s Digital Director, Information Technology and Operations Indra Utoyo revealed that this collaboration is quite a big picture of the state-owned banks to move into the “banking everywhere” era.

“Now, there is another way to open an account besides BRImo application. Prospective customers can use partner’s platforms, such as e-commerce partners, ride-sharing, fintech, and others. This platform is the front-end of our service,” Indra told DailySocial.

Digital saving with digital platforms

In general note,  Indonesian banking is now increasingly open in utilizing digital technology to increase the number of its customers. Not only application-based banking services and Open API, but also offers digital-based account opening.

Some banks already offer online account opening services, however, mostly through mobile banking applications, such as BRI, CIMB Niaga, Mandiri, and PermataBank applications.

In BRI’s case, the company utilizes the digital platform as a front-end for digital banking services. To date, BRI has collaborated with Grab, Tokopedia (BRI Ceria), and Tokopedia (BRI Ceria).

This is a proof of Indonesian banks’ effort to change the conventional approach to consumers. Moreover, many unbanked segments in Indonesia with limited access to branch offices is quite an obstacle. This has become a strategic collaboration with the support of the application platform and customer base.

“The digital essence is to provide solutions and benefits to customers to make it faster, better, and more efficient. BRI became the first bank to offer a full digital account opening and has been approved by the Financial Services Authority (OJK). Other players still have the KYC process with video calls and meet at physical outlets. ”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BRI Gandeng Grab untuk Layanan Buka Rekening Online

Baru-baru ini BRI diketahui menggandeng Grab sebagai salah satu mitra platform digital untuk mendorong pembukaan rekening berbasis online (digital saving).

Berdasarkan pantauan DailySocial, kerja sama tersebut terlihat dari banner promosi yang ditampilkan di laman utama aplikasi Grab. Dari laman resminya, BRI menyebutkan program ini berlaku pada periode 14 Juli 2020-20 Juli 2020.

Kolaborasi dengan Grab menambah deretan kerja sama BRI dengan platform digital di Indonesia. Sebelumnya, BRI telah menggandeng Tokopedia dan Traveloka untuk memperkenalkan BRI Ceria atau pinjaman digital untuk pembiayaan transaksi melalui e-commerce atau online travel site.

BRI diketahui tengah gencar meningkatkan jumlah nasabah melalui platform digital. Seminggu sebelumnya, BRI baru saja memperkenalkan layanan pembukaan rekening secara digital melalui platform BRI Buka Rekening. Layanan ini dapat diakses lewat situs resmi bukarekening.bri.co.id.

Layanan ini memungkinkan nasabah membuat rekening baru tanpa perlu datang ke bank dan bertatap muka dengan petugas. Perusahaan memanfaatkan teknologi face recognition dan digital signature pada proses KYC. Calon nasabah yang membuat rekening online otomatis akan menjadi pengguna internet banking BRI (BRImo).

“Kami menargetkan penambahan 1 juta nasabah baru melalui channel pembukaan rekening online ini,” ungkap Direktur Consumer BRI Handayani dalam keterangan resminya.

Dihubungi terpisah, Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI Indra Utoyo mengungkap bahwa kolaborasi ini menjadi salah satu gambaran besar bank pelat merah ini untuk menuju era “banking everywhere“.

“Sekarang buka tabungan tidak harus lewat aplikasi BRImo. Calon nasabah bisa menggunakan platform dari mitra e-commerce, ride-sharing, fintech, dan lainnya. Platform ini menjadi front-end dari layanan kami, ” tutur Indra kepada DailySocial.

Digital saving dengan memanfaatkan platform digital

Sebagaimana diketahui, perbankan Indonesia kini semakin terbuka dalam memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan jumlah nasabahnya. Tak hanya layanan perbankan berbasis aplikasi dan Open API, tetapi juga menawarkan pembukaan rekening berbasis digital.

Sejumlah bank sudah menawarkan layanan pembukaan rekening online, tetapi kebanyakan masih melalui aplikasi mobile banking, seperti pada aplikasi milik BRI, CIMB Niaga, Mandiri, dan PermataBank.

Pada kasus BRI, perusahaan memanfaatkan platform digital sebagai front-end untuk layanan perbankan digital. Sejauh ini, BRI telah berkolaborasi dengan Grab, Tokopedia (BRI Ceria), dan Tokopedia (BRI Ceria).

Ini menandakan upaya perbankan Indonesia untuk mengubah pendekatan konvensional terhadap konsumen. Terlebih masih banyak segmen unbanked di Indonesia di mana keterbatasan akses ke kantor cabang menjadi salah satu kendala. Kolaborasi ini menjadi strategis dengan dukungan platform dan basis pelanggan aplikasi tersebut.

“Esensi digital itu adalah memberikan solusi dan manfaat kepada customer agar lebih cepat, lebih baik, dan lebih efisien. BRI menjadi bank pertama yang menawarkan pembukaan rekening secara full digital dan sudah disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemain lain masih ada proses KYC dengan video call dan bertemu di outlet fisik.”

Kemudahan Digital Banking untuk Bertransaksi Selama Work From Home

Masa pandemi yang mengharuskan kita lebih berdiam diri di rumah membuat  banyak kegiatan kita dibatasi, salah satunya adalah kegiatan transaksi keuangan secara langsung. Berbagai kegiatan transaksi seperti jual beli barang, pembayaran tagihan, dan sebagainya harus dapat dialihkan dari pembayaran langsung menjadi cashless dan online untuk mencegah kita dari penularan virus COVID-19.

Salah satu cara untuk tetap bertransaksi dengan aman pada masa pandemi ini adalah dengan memanfaatkan fitur-fitur dan fasilitas yang dimiliki oleh digital banking. Dengan layanan digital banking, kita tidak perlu melakukan kontak fisik secara langsung tetapi tetap dapat melakukan berbagai kegiatan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut kami hadirkan berbagai keunggulan digital banking yang dapat dimanfaatkan selama harus #DiRumahAja.

Pendaftaran Langsung dari Smartphone

Selama masa pandemi ini, banyak cabang bank yang terpaksa mengurangi jam pelayanan sehingga menyulitkan kita untuk melakukan pendaftaran rekening baru. Akan tetapi, hal ini tidak lagi menjadi kekhawatiran bila kita ingin menggunakan digital banking. Sebab, kita cukup melakukan pendaftaran secara online dengan menggunakan smartphone, tanpa harus mengisi formulir secara langsung.

Anda juga akan mendapatkan kemudahan untuk bertanya atau saat mengalami kesulitan dalam pendaftaran dengan bertanya kepada virtual assistant yang dapat menggantikan peran teller atau customer service bank sehingga Anda tidak lagi perlu mengunjungi kantor cabang terdekat bila memiliki masalah saat bertransaksi atau melakukan pendaftaran.

Transaksi Cepat dan Cashless

Meski kegiatan sehari-hari kita terbatas, kegiatan seperti membeli kebutuhan hidup tetap harus dilakukan dengan aman. Fitur keamanan yang terjamin dengan kode OTP atau pin untuk transaksi juga bisa menjadi salah satu alasan kita mulai menggunakan produk digital banking selama masa pandemi ini. Dengan menggunakan digital banking, proses top-up untuk e-wallet dan e-money yang kita miliki dapat dilakukan dengan lebih cepat dan aman. Sehingga kita dapat membeli kebutuhan seperti lauk dan bahan makanan secara online.

Selain itu, transaksi lain seperti membayar tagihan listrik, membeli voucher game, hingga membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan work from home melalui e-commerce dapat dilakukan dengan mudah dalam satu aplikasi. Aktivasi kartu kredit digital banking juga dapat dilakukan secara langsung sehingga Anda dapat melakukan pembuatan kartu kredit di mana pun dan kapan pun. Fitur-fitur digital banking dapat membantu Anda untuk melakukan berbagai transaksi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya melalui smartphone, mulai dari berinvestasi, melacak pengeluaran, hingga transfer ke luar negeri secara gratis langsung dari rumah aja.

Investasi dan Lacak Pengeluaran Melalui Aplikasi

Salah satu fitur digital banking yang harus dimanfaatkan selama WFH ini adalah fitur spending tracker. Fitur ini membuat kita dapat melacak dan mengkategorikan pengeluaran kita sehingga kita dapat lebih baik dalam menyusun pengeluaran yang dibutuhkan. Fitur ini juga bermanfaat untuk Anda yang memiliki kecenderungan untuk melakukan panic buying dan membeli barang yang tidak perlu selama masa pandemi, agar pemasukan Anda yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk ditabung atau diinvestasikan.

Anda juga bisa melakukan investasi seperti pembelian deposito dan obligasi secara langsung dari smartphone tanpa harus ke teller bila menggunakan fitur yang dimiliki oleh digital banking sehingga selama masa pandemi ini Anda juga bisa menginvestasikan pemasukan untuk kebutuhan di masa depan setelah situasi mulai membaik.

Kebutuhan hidup yang mengharuskan kita untuk melakukan transaksi saat diharuskan melakukan physcial distancing seperti ini membuat fitur-fitur digital banking tersebut setidaknya membantu kita untuk meminimalisir kemungkinan adanya penularan virus COVID-19 saat melakukan transaksi perbankan. Salah satu produk digital banking yang memiliki fitur-fitur tersebut adalah aplikasi digibank by DBS. Dengan memanfaatkan fitur-fitur tersebut, kita bisa dapat lebih mudah, aman, dan nyaman dalam bertransaksi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama work from home ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh digibank by DBS

Application Information Will Show Up Here

Jerry Ng dan Patrick Walujo Resmi Ambil Alih Bank Artos

Bank Artos kini resmi dimiliki oleh Jerry Ng dan Patrick Waluyo dengan kepemilikan saham sebanyak 51%. Kabar tersebut sekaligus mengonfirmasi rumor yang beredar soal keterkaitan Gojek dengan aksi korporasi ini, mengingat Patrick Waluyo adalah investor awal dari unicorn pertama dari Indonesia tersebut.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia kemarin (26/12), Jerry Ng yang memiliki PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan Patrick Waluyo melalui Wealth Track Technology Limited membeli saham Bank Artos masing-masing sebesar 37,65% dan 13,35%.

Total saham yang dibeli ini setara dengan 615,18 juta saham, dengan harga Rp395 per lembar saham. Maka, bisa dikatakan keduanya merogoh kocek sebesar Rp243 miliar.

Dalam prospektus yang dirilis, akuisisi ini bertujuan untuk mengembangkan Bank Artos menjadi bank yang fokus melayani segmen menengah ke bawah (mass market). Usai akuisisi, Bank Artos akan melakukan penambahan modal untuk digunakan pengembangan produk, investasi teknologi dan SDM.

“Menjadikan Bank Artos sebagai bank yang lebih kuat dan mempunyai daya saing agar menjadi bank dengan skala nasional,” sebut prospektus tersebut.

Sebelumnya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di akhir September 2019, kedua perusahaan ini sudah mendapat persetujuan dari para pemegang saham terkait rencana pengambilalihan saham. Di saat yang sama, korporasi menggelar penerbitan 15 miliar lembar saham baru dengan mekanisme PUT dengan HMETD dengan nominal Rp100 per saham.

Mengutip dari CNBC Indonesia, Plt. Direktur Utama Bank Artos Deddy Triyana mengatakan, pemegang saham baru akan melakukan transformasi untuk menjadi bank digital. Menurutnya, bank digital adalah masa depan industri perbankan di Indonesia.

“Alasan akuisisi ini untuk mengembangkan Bank Artos yang melayani segmen menengah dengan platform digital. Akan ada bisnis model baru dari Bank Artos jadi bank digital. Kenapa? Karena segmen itu sedang tumbuh dan juga target market di segmen itu mendominasi dari sisi usia produktif, ini jadi alasan dari pihak pembeli,” kata Deddy.

Jerry Ng adalah bankir senior yang memimpin BTPN selama satu dekade. Ia memilih mundur dari bank tersebut setelah resmi merger dengan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Sementara Patrick Walujo adalah pendiri Northstar Group, investor awal dari Gojek hingga menempatkan Andre Soelistyo sebagai petinggi di Gojek.

Biometric Platform Developer Element Inc Debuts in Indonesia

Element Inc partners with BCA for its debut in Indonesia. In its release, the New York-based biometric platform developer said, BCA is to implement authentication solution using facial recognition. Before Jakarta, Element Inc also has an operational base in Singapore, Manila, Nairobi, and Lagos.

The mobile software base biometric technology implementation from Element Inc is expected to ignite banking service development, to open the digital banking innovations and provide a convenient process. It includes improving customer acquisition for BCA by offering a safe and user-friendly experience through biometric authentication. It goes along with BCA’s main focus in its technology innovation.

“BCA’s reputation and success as the biggest private bank in Southeast Asia reflect the company’s leading technology innovation, giving the customers high-quality products and services in digital banking,” Head of Element Inc Indonesia, Suluh Adi said.

“By 2025, 284 million Indonesians are projected to have 410 million smartphone connection, that allows mobile banking to have the next breakthrough in digital financial. We’re proud to be partners with BCA in order to develop digital initiatives and take a closer step to the frictionless future,” he added.

Indonesia and target in 2019

Element Inc is supported by far with some investors, including GDP Venture, PTB Ventures, Central Capital Ventura, MDI Venture, and BRI investment arm. The Artificial Intelligence and biometric solution of Element Inc offer palm, fingerprint, and face recognition in the simplest and safest way.

The strategy for new markets, including Indonesia, is to adjust and form partnerships. Starts from the national-scale company for financial service, health and communication, also innovation companies with rapid growth in the market.

Their focus in Indonesia begins with providing high quality, streamlined, and scalable software service to be used by partners, including requirements and market demand. Their team believes the KPI on user growth and revenue will be discovered once the partner’s success metric achieved.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pengembang Platform Biometrik Element Inc Debut di Indonesia

Element Inc jalin kerja sama dengan BCA untuk debutnya di Indonesia. Dalam rilisnya, startup pengembang platform biometrik berbasis pusat di New York tersebut menuliskan, BCA akan menerapkan solusi autentikasi menggunakan facial recognition. Selain di Jakarta, Element Inc juga sudah memiliki basis operasi di Singapura, Manila, Nairobi dan Lagos.

Penerapan teknologi biometrik berbasis perangkat lunak mobile dari Element Inc diharapkan bisa memicu pertumbuhan layanan perbankan, membuka kunci untuk seluruh inovasi digital banking dan memberikan keamanan yang lebih baik. Termasuk meningkatkan akuisisi pelanggan BCA dengan menawarkan sebuah pengalaman yang nyaman dan aman melalui autentikasi biometrik. Sesuai dengan fokus BCA dalam inovasinya di bidang teknologi.

“Reputasi dan kesuksesan BCA sebagai salah satu bank swasta terbesar di Asia Tenggara mencerminkan kepemimpinan inovasi teknologinya, memberikan pelanggan mereka produk dan layanan berkualitas tinggi dalam perbankan digital,” ujar Head of Indonesia Element Inc Rizki Suluh Adi.

“Pada tahun 2025, diproyeksikan 284 juta orang Indonesia diperkirakan memiliki 410 juta koneksi ponsel cerdas, memungkinkan mobile banking untuk membuka terobosan berikutnya dalam layanan keuangan digital. Kami bangga dapat bermitra dengan BCA untuk memajukan inisiatif digitalnya dan melangkah selangkah lebih dekat untuk membangun frictionless future,” imbuhnya.

Indonesia dan target di tahun 2019

Element Inc sejauh ini didukung oleh sederet investor seperti GDP Venture, PTB Ventures, Central Capital Ventura, MDI Venture, hingga unit investasi BRI. Teknologi kecerdasan buatan dan solusi biometrik Element Inc menjanjikan solusi pengenalan wajah, sidik jari, hingga telapak tangan yang dikemas dengan kemudahan dan aman.

Strategi yang diusung Element Inc untuk pasar-pasar baru, termasuk Indonesia adalah dengan penyesuaian dan kerja sama. Mulai dari perusahaan skala nasional untuk penyedia jasa finansial, kesehatan dan komunikasi hingga perusahaan inovasi yang bertumbuh dengan pesat di pasar.

Fokus mereka di Indonesia dimulai dengan menyediakan layanan perangkat lunak berkualitas tinggi, streamlined dan scalable yang bisa dimanfaatkan oleh mitra-mitra, termasuk dengan pemenuhan persyaratan dan kebutuhan pasar. Pihak Element percaya bahwa KPI mereka tentang pertumbuhan pengguna dan juga pendapatan akan didapatkan setelah metrik keberhasilan para mitra tercapai.