Telkomsel Resmikan Anak Usaha Baru untuk Mewadahi Inisiatif Digital Perusahaan

Dalam upaya mendukung kelangsungan peta jalan transformasi digital di Indonesia, Telkomsel secara khusus membentuk sebuah entitas baru yang dinamakan PT Telkomsel Ekosistem Digital. Hal ini dinyatakan sebagai wujud keseriusan perusahaan dalam memperluas portofolio bisnis digital.

PT Telkomsel Ekosistem Digital akan mengambil posisi sebagai perusahaan induk yang menaungi beberapa anak perusahaan dari portofolio bisnis vertikal Telkomsel di sektor digital. Melalui inisiatif ini, mereka akan mengoptimalkan pemanfaatan sinergi seluruh ekosistem aset yang dimiliki. Hingga saat ini, perusahaan belum mengumumkan nama resmi yang akan digunakan sebagai brand atau identitas bisnis.

Selain itu, pembentukan anak usaha baru Telkomsel ini juga diharapkan bisa membuka peluang serta mempermudah pemanfaatan teknologi digital terkini. Hal ini semata-mata bertujuan untuk memperkuat ekosistem digital tanah air demi mengantarkan Indonesia menjadi digital powerhouse di Asia Tenggara.

Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan, “Telkomsel ingin terus memberikan manfaat kepada masyarakat dengan mengoptimalkan kapabilitas digital trifecta (digital connectivity, digital platform, dan digital service) yang dimiliki untuk mendorong perluasan portofolio bisnis di berbagai sektor, terutama yang dapat memperkuat perekonomian digital nasional.”

Indonesia kini telah menjadi salah satu negara dengan penetrasi ekonomi digital yang terus tumbuh positif setiap tahunnya dengan transaksi digital yang diproyeksikan mencapai $124 miliar pada tahun 2025.

Berdasarkan studi yang dilakukan Google, Temasek, dan Bain & Co., sekitar 41,9% dari total transaksi ekonomi digital Asia Tenggara berasal dari Indonesia. Nilai ekonomi digital Indonesia sendiri pada 2020 telah mencapai $44 miliar, tumbuh 11% dibandingkan 2019, dan memiliki kontribusi sebesar 9,5% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

“Kami berharap, PT Telkomsel Ekosistem Digital dapat menjalankan perannya memperkuat Telkomsel sebagai digital ecosystem enabler, melalui optimalisasi kapabilitas ekosistem layanan digital yang dimiliki, guna mewujudkan visi Indonesia menjadi salah satu negara ekonomi digital terbesar di dunia,” ungkap Hendri.

Di tahap awal, PT Telkomsel Ekosistem Digital akan dipimpin oleh Andi Kristianto sebagai Chief Executive Officer (CEO). Sebelumnya, Andi juga pernah menjabat sebagai CEO Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan SVP Corporate Strategy and Strategic Investment di Telkomsel. Selain itu, Andi juga akan didampingi oleh Andry Firdiansyah sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Chief Human Resource Officer (CHRO), dan Luthfi K. Arif sebagai Chief Technology Officer (CTO).

Inisiatif digital Telkomsel

Beberapa tahun terakhir, Telkomsel telah memperluas cakupan solusi digitalnya melalui divisi inkubasi dan akselerasi internal Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) sebagai perusahaan perpanjangan investasi di luar ekosistem perusahaan. Ini menjadi salah satu langkah strategis untuk mencari model bisnis yang tepat bagi bisnis telekomunikasinya.

Dalam upaya mendorong pengembangan di gelombang pertama, PT Telkomsel Ekosistem Digital akan fokus pada tiga sektor industri digital, yakni edtech, healthtech, dan gaming. Ketiga lini bisnis tersebut dinilai berpotensi untuk mendorong perekonomian digital nasional dan akan menjadi bagian dari emerging portofolio bisnis digital Telkomsel yang berkelanjutan.

Di pertengahan tahun 2021, Telkomsel memperkenalkan Kuncie, platform edtech yang menyediakan layanan pembelajaran pengembangan bisnis di berbagai macam kategori dengan mentor berpengalaman. Edtech merupakan vertikal bisnis yang mungkin belum pernah menjadi diversifikasi lini bisnis operator telekomunikasi, baik dikembangkan sendiri maupun lewat skema investasi atau kemitraan strategis.

Selang beberapa waktu, tepatnya di akhir tahun 2021, perusahaan resmi meluncurkan platform digital terbaru Fita yang bermain di segmen prevented healthcare. Produk ini disebut mengamalkan growth mentality yang lekat pada kultur startup. Sebelumnya, aplikasi Fita sudah lebih dulu hadir di Google Play Store dan Apps Store pada pertengahan tahun ini.

Dalam waktu dekat, Telkomsel berencana melakukan pemekaran usaha melalui pemisahan keseluruhan bisnis aplikasi Kuncie dan Fita untuk dialihkan kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital, guna memperkuat penetrasi bisnis vertikal, masing-masing di sektor edutech dan healthtech.

Sedangkan untuk sektor gaming, Telkomsel juga telah mengalihkan kontrak usaha patungan kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital untuk mendirikan perusahaan Joint Venture (JV) yang memiliki fokus bisnis sebagai perusahaan penerbit (publisher) gaming guna meningkatkan kompetensi dan kapabilitas di vertikal bisnis Telkomsel di industri gaming.

Yongnuo YN455, Kamera Mirrorless MFT 20MP Bersistem Operasi Android

Smartphone terus menggerogoti pasar kamera digital entry-level. Meski sensor gambar yang dipakai oleh produsen smartphone berukuran relatif kecil, namun kemampuan dalam mengambil foto dan video terus mengalami peningkatan berkat canggihnya pemrosesan gambar berbasis AI. Apakah memungkinkan produsen kamera mengadopsi sistem operasi mobile?

Yongnuo, produsen kamera dan aksesori fotografi asal Tiongkok ini telah mencoba beberapa kali merilis kamera mirrorless Micro Four Thirds (MFT) dengan sistem operasi Android. Upaya terbarunya, mereka telah mengumukan Yongnuo YN455 yang juga menggunakan sensor MFT dan OS Android.

Tak seperti pendahulunya yang punya bodi cukup ringkas, Yongnuo YN455 datang dengan grip yang besar sehingga lebih aman dan nyaman dalam cengkraman tangan dengan bobot 670 gram. Ukuran layarnya lumayan besar, 5 inci dan dapat flip ke atas 180 derajat yang berguna untuk nge-vlog, sayangnya Yongnuo tidak menyematkan hot shoe yang berguna untuk menempatkan mikforon eksternal.

Di dalam kamera terdapat sensor Micro Four Thirds beresolusi 20MP, namun Yongnuo masih belum mengungkap detail versi Android dan model chipset Qualcomm Snapdragon dengan CPU octa-core 2,2GHz yang digunakan. Performanya didukung oleh RAM 6GB dan penyimpanan internal 64GB yang bisa diperluas dengan menyisipkan microSD hingga 256GB, bukan SD Card.

Kemampuan perekam videonya mendukung hingga 4K 30fps. Fitur lain dari Yongnuo YN455 mencakup headphone dan microphone jack 3.5mm, port dual USB-C, konektivitas WiFi dan Bluetooth, GPS, serta baterai 4.400 mAh yang bisa dilepas pasang.

Harga Yongnuo YN455 dibanderol 3.888 Yuan China atau sekitar US$600. Belum diketahui apakah nantinya fotografer di seluruh dunia dapat membelinya seperti lensa Yongnuo yang tersedia cukup luas secara global. Sebagai tambahan, produsen lensa ZEISS juga memiliki kamera mirrorless dengan sistem operasi Android yakni ZEISS ZX1 yang dibanderol mencapai US$6.000 dengan sensor full frame beresolusi 37,4MP.

Sumber: PetaPixel

Webinar #SelasaStartup How Edtech Startups Steal a Spotlight in the Pandemic

Webinar #SelasaStartup merupakan acara mingguan yang diadakan setiap hari Selasa dengan menampilkan tech founder dan pelaku industri untuk dapat memberikan insight kepada komunitas teknologi DailySocial.id. Selama pandemi covid-19, webinar #SelasaStartup diadakan secara online melalui youtube channel DailySocial.id secara live.

Pada sesi webinar #SelasaStartup kali ini DailySocial.id mengundang Tomy Yunus, Co-Founder & CEO Cakap dengan mengusung tema How Edtech Startups Steal a Spotlight in the Pandemic.

Cakap adalah sebuah perusahaan startup pengembang aplikasi edukasi teknologi asal Indonesia yang berfokus kepada pendidikan dua arah secara daring.

Webinar Selasa Startup
Tomy Yunus, Co-Founder & CEO of Cakap

Webinar ini akan membahas mengenai bagaimana kondisi pandemi dapat mendorong startup edtech untuk semakin berkilau, terutama yang menyediakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan skill dan kemampuan penggunanya. Akan dibahas pula mengenai perubahan perilaku pengguna layanan edtech secara umum sejak pandemi berlangsung dan masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, serta perubahan strategi seperti apa yang dilakukan Cakap untuk dapat mempertahankan bisnisnya.

Daftar segera di loket.com/event/dsxck

Button

Mewujudkan Pemerintahan Digital yang Ideal

Selama bertahap dalam kurun waktu yang cukup singkat, teknologi khususnya internet dapat mengubah segala aspek dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari gaya hidup masyarakat secara pribadi, hingga ke dalam ranah pemerintahan. Integrasi teknologi digital dalam pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah mampu menjadikan berbagai kegiatan pemerintahan dapat dijalankan dalam waktu yang lebih singkat, dengan efektivitas dan efisiensi lebih tinggi, serta dapat memberikan transparansi lebih baik kepada masyarakat. Hal inilah yang diistilahkan sebagai Pemerintahan Digital atau Digital Government.

Secara umum, digital government dapat diartikan sebagai sebuah platform yang memungkinkan masyarakat dapat mengakses berbagai informasi dan layanan pemerintahan kapan pun, di mana pun, dan dengan perangkat apa pun. Isi dari platform ini secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu informasi, layanan publik, dan peraturan. Platform ini juga didukung oleh teknologi antara lain cyber security, big data, jaringan, mobile, dan sebagainya.

Pemerintahan Digital di Indonesia

Meskipun belum direalisasikan secara menyeluruh, pemerintahan di Indonesia telah mulai menerapkan konsep transformasi digital dalam beberapa aspek. Salah satu contohnya adalah Jakarta Smart City Lounge yang dibangun oleh Pemda DKI Jakarta dan diresmikan pada tahun 2015 lalu. Tempat ini berfungsi sebagai pusat monitoring, koordinasi, analisis data, dan inkubator developer sekaligus menjadi destinasi wisata. Tempat ini menjadi pusat integrasi beberapa instrumen audio dan video, sensor, CCTV, alat monitoring ketinggian air sungai, dan sebagainya yang menjadi sumber informasi pemerintahan sekaligus sebagai sumber informasi bagi masyarakat.

Command center ini juga bukan merupakan yang pertama di Indonesia. Karena sebelumnya juga telah didirikan Bandung Command Center untuk memantau kondisi terkini Kota Bandung, Jawa Barat, mulai dari data cuaca, peta, video feed, special vehicles location, video analisis dan sebagainya. Integrasi smart city ini juga dilengkapi dengan aplikasi smartphone sebagai penunjang smart city yang dapat diunduh oleh warganya.

Kolaborasi dengan Pemerintah New Zealand

Penerapan teknologi juga telah dilakukan oleh berbagai daerah lain di Indonesia. Selain kolaborasi dengan startup teknologi lokal seperti Qlue (Jakarta), ada pula kolaborasi dan kerjasama yang dilakukan dengan negara lain. Salah satunya adalah kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan Pemerintah Selandia Baru (NZTE Government to Government atau G2G) lewat program G2G Know-How. Program ini merupakan inisiatif dalam membantu negara mitra untuk meningkatkan kinerja pelayan publik dan pemerintahan.

Selandia Baru adalah salah satu negara yang sukses dalam menerapkan transformasi pemerintahan digital. Selandia Baru menduduki peringkat ketiga dunia dalam “Stand-Out Digital Nations” (Tufts University, 2017) dan merupakan satu dari Digital 7 (D7) Nations, yang merupakan jaringan negara digital termaju di dunia. Kesuksesan program transformasi Selandia Baru dimungkinkan oleh inovasi dan kolaborasi aktif antara lembaga pemerintah dan sektor swasta. Salah satu contoh kolaborasi ini adalah Creative HQ, sebuah penyelenggara program inovasi yang merupakan bagian dari inisiatif transformasi digital di Wellington, Selandia Baru.

Melalui G2G Know-How pemerintah Selandia Baru melakukan kerja sama dengan beberapa daerah di Indonesia. Tujuan dari kerja sama ini adalah transfer pengalaman dan pengetahuan mengenai transformasi digital pada sektor pelayanan publik di Selandia Baru. Hasil kerja sama ini berupa rekomendasi dan technical assistance dalam mengembangkan fasilitas layanan publik terpadu, yang mempermudah akses daring bagi masyarakat untuk mendapatkan panduan dalam mencari dan menggunakan berbagai layanan publik yang tersedia. Hal ini telah lama diterapkan oleh pemerintah Selandia Baru melalui domain https://www.govt.nz.

Salah satu bentuk kolaborasi lain yang berhasil dilakukan pemerintah Selandia Baru dalam melakukan transformasi digital adalah dengan Eightwire, penyedia platform data sharing yang berbasis di Selandia Baru, dalam bentuk proyek konsolidasi data layanan kesehatan. Melalui kolaborasi ini, jaringan layanan kesehatan di Selandia Baru dapat lebih fleksibel serta lebih banyak melakukan pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat. Kolaborasi ini juga memungkinkan adanya pemeriksaan performa kinerja seluruh dokter di Selandia Baru. Selain itu, konsolidasi dan pertukaran data yang aman akan memungkinkan sektor ini setidaknya dapat mengurangi 50% waktu dalam proses dan analisis interoperabilitas (Eightwire, 2020).

Peran Masyarakat dalam Pemerintahan Digital

Dalam mewujudkan pemerintahan digital, bukan hanya pemerintah dan teknologi saja yang memiliki peran. Masyarakat sebagai pengguna layanan juga memiliki peran yang tak kalah besar untuk membantu meningkatkan kualitas platform teknologi yang telah dibuat. Peran aktif yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan memberikan umpan balik berupa masukan positif dan kritik membangun mengenai berbagai hal. Misalnya fitur, kemudahan akses, kecepatan akses, layanan dan informasi tambahan, dan sebagainya.

Dengan hubungan timbal balik yang berkelanjutan antara pengguna dan penyedia layanan, maka platform layanan pemerintahan publik yang ideal dapat terwujud. Dengan pemerintahan digital yang baik, pemerintah dapat menjalankan fungsinya dengan lebih efektif dan efisien, masyarakat dapat menikmati kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses layanan publik yang mereka butuhkan setiap saat.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh NZTE

Samsung Umumkan Tiga Produk Digital Appliances di Indonesia

Samsung telah meluncurkan tiga produk digital appliances terbaru mereka di Indonesia. Meliputi Samsung Air Dresser, Air Purifier dan Wind-Free AC yang seluruhnya memiliki label health and safety. Di tengah pandemi covid-19 ini memang penting menciptakan suasana nyaman di dalam rumah, sehingga kita bisa bekerja, belajar, dan melakukan banyak aktivitas di rumah dengan nyaman.

Samsung Air Dresser adalah clothing care system untuk menjaga higienitas pakaian dengan harga Rp36 juta. Rangkaian Samsung Air Purifier untuk menjaga kualitas udara tetap bersih di dalam rumah dengan harga Rp2.549.000 – Rp4.199.000. Serta, Samsung Wind-Free AC (Air Conditioner) dengan teknologi AI Auto Cooling secara otomatis mengoptimalkan berbagai mode dengan menganalisis kondisi ruangan dan pola penggunaan dengan harga mulai Rp6.799.000 – Rp10.699.000.

Situasi yang saat ini dihadapi seluruh masyarakat Indonesia mendorong pemerintah mengeluarkan anjuran Work From Home, sekolah berbasis online, di mana kebanyakan aktivitas dilakukan di rumah saja. Karenanya sangat penting untuk dapat menciptakan rasa nyaman, aman dan tetap bahagia di dalam rumah selama berkegiatan. Membantu mewujudkannya, Samsung menawarkan solusi teknologi terbaru melalui rangkaian produk Digital Appliances unggulan”, ungkap Michael Adisuhanto, Head of Home Appliances Business, Samsung Electronics Indonesia menyampaikan.

Samsung Air Dresser

Samsung-Air-Dresser---Image-4

Samsung Air Dresser merupakan sebuah clothing care system untuk merawat pakaian dengan menggunakan udara dan uap yang kuat untuk membersihkan, menghilangkan bau tidak sedap, mensterilkan dan mengeringkan sambil menjaga kualitas pakaian. Samsung Air Dresser dilengkapi dengan dengan kemampuan:

  • Jet Air dan Jet Hanger berkemampuan menghilangkan debu dan bau dari sisi dalam dan luar pakaian dengan cepat dan senyap.
  • Jet Steam yang meniupkan hembusan udara yang kuat untuk memasukkan uap bersuhu tinggi ke dalam pakaian, berfungsi menghilangkan bakteri, virus dan allergen.
  • Heat Pump Drying menawarkan pengeringan pakaian yang lembut dan lebih hemat biaya, serta mengurangi kerusakan dan penyusutan kain melalui pengeringan suhu rendah.
  • Deodorizing Filter menangkap dan menghilangkan partikel penyebab bau hingga 99%, mulai dari bau makanan, tembakau hingga aroma keringat, menjaga pakaian tetap fresh.

Samsung Air Purifier dan Samsung Wind-Free Air Conditioner

Debu dengan ukuran tak kasat mata masih berpotensi menjadi gangguan kesehatan. Untuk menjaga kebersihan dan kesegaran udara di dalam rumah, Samsung Air Purifier bisa menjadi solusi. Dengan 3 langkah penyaringan, Samsung Air Purifier mampu menghilangkan 99.97% debu berukuran 0.3㎛ dan gas berbahaya, mengalirkan udara bersih dari 3 arah unit (atas, kanan dan kiri) ke area yang luas hingga sudut-sudut ruangan.

Demikian halnya dengan Samsung Wind-Free Air Conditioner, teknologi Wind-Free akan meminimalisir perasaan tidak nyaman karena tiupan angin yang terlalu kencang. Lengkap dengan fitur Tri Care Filter untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.

Ketiga produk Samsung digital appliances dapat diperoleh melalui samsung.com/id, dan saat ini tersedia dengan promo cashback langsung hingga 33%. Anda bisa memesannya secara online dan barang akan dikirim ke rumah.

 

 

 

[Review] Canon EOS M6 Mark II, Pertama dengan Resolusi 32.5MP

Bentrokan kamera mirrorless full frame di segmen profesional dari sederet produsen kamera papan atas seperti Sony, Canon, Nikon, dan Panasonic menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan pada tahun 2019.

Namun, persaingan kamera mirrorless dengan sensor berukuran APS-C juga tak kalah menarik. Tercatat pada tahun lalu, Sony meluncurkan trio A6100, A6400, dan A6600. Fujifilm dengan X-T30, X-A7, dan X-Pro 3. Serta, Canon dengan EOS M200 dan EOS M6 Mark II.

Jajaran mirrorless APS-C ini kini punya kemampuan perekaman video yang sangat baik, kinerja autofocus cepat, dan menawarkan resolusi lebih tinggi. Canon EOS M6 Mark II misalnya, ia mengusung sensor CMOS baru APS-C beresolusi mencapai 32.5MP, lengkap dengan sistem Dual Pixel autofocus yang cekatan, dan perekaman video 4K/30p tanpa crop.

Saya telah memotret dan syuting menggunakan kamera yang dibanderol Rp12.650.000 untuk body only ini selama beberapa pekan. Berikut kesan dan review Canon EOS M6 Mark II selengkapnya.

Desain

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada PT. Datascrip selaku distributor produk Canon di Indonesia yang telah meminjamkan Canon EOS M6 Mark II. Unit yang saya review berwarna silver yang berpadu dengan warna hitam, tampil klasik dalam desain modern.

Seperti pendahulunya, EOS M6 II tidak memiliki viewfinder bawaan. Bila membutuhkan jendela bidik, kita bisa memasang aksesori viewfinder opsional yakni Canon EVF-DC2 pada dudukan hot shoe. Sayang tak disertakan dalam paket penjualan dan bila membelinya sendiri harganya cukup mahal.

LCD 3 inci touchscreen yang dibawanya bisa dimiringkan ke atas hingga 180 derajat dan 45 derajat ke bawah. Membuatnya ideal sebagai kamera vlogging untuk para solo content creator yang berjuang membuat konten seorang diri.

Perlu dicatat, posisi hot shoe di tengah akan membuat layar tertutup oleh mikrofon eksternal. Salah satu solusinya bisa menggunakan aksesori cold shoe relocation plate, L plate, atau rig plate yang mungkin nanti bakal tersedia di pasaran.

Soal kontruksi body-nya cukup solid, terbuat dari paduan metal, serta plastik dan lapisan karet di beberapa bagian. Saat berpasangan dengan lensa kit EF-M 15-45mm, dimensi kamera ini terbilang compact. Namun, tetap nyaman saat digunakan berkat ukuran grip-nya yang agak besar.

Dalam pengujian, saya turut menggunakan lensa EF 50mm F1.4 USM (harga baru lensa ini sekitar Rp5 jutaan) dengan mount adapter Canon EF-EOS M ke EOS EF/EF-S. Hasil fotonya benar-benar sangat mengesankan, warnanya cantik dengan background bokeh yang creamy.

Meski begitu, bunyi suara autofocus lensa EF 50mm memang agak kasar dan bakal membuat kamera lebih bongsor. Terus terang saya jadi penasaran, bagaimana hasilnya bila dipasangkan dengan lensa ring merah Canon.

Karena sudah dibekali konektivitas WiFi dan Bluetooth, hasil tangkapan foto mapupun videonya bisa langsung dikirim secara instan ke smartphone melalui aplikasi Canon Camera Connect.

Mengenai daya tahan, baterai LP-E17 yang digunakan mampu melepaskan 305 jepretan sekali charge. Untuk pengisian daya, kita harus melepas baterai dari body kamera dan menggunakan adapter charger khusus. Meski kamera ini sudah dibekali port USB Type-C, tapi saya tidak bisa mengisi daya langsung ke kamera menggunakan charger smartphone.

Sistem Kontrol

Sistem kontrol kamera pada EOS M6 II sangat ramah bagi penggunanya, tombol kontrol fisik lengkap dan sangat intuitif. Untuk mengatur exposure secara manual, di sisi atas terdapat dua roda kontrol untuk menyesuaikan shutter speed dan aperture.

Lalu, kita bisa set roda kontrol navagasi yang berada di depan untuk ISO. Dengan kontrol segitiga exposure ini, bakal sangat memudahkan para penggunanya untuk mengontrol kamera dengan cepat dan tepat.

Selain itu, user interface layar sentuhnya juga mudah dimengerti. Canon melengkapinya dengan quick control yang bisa diakses di pojok kanan atas layar atau tombol kontrol Q Set. Di mana kita bisa dengan mudah mengakses fitur-fitur penting seperti mode autofocus, kualitas gambar, aspek rasio, resolusi video, white balance, hingga picture style.

Satu hal lagi yang sangat saya suka dari kamera Canon ialah mode foto dan videonya memiliki pengaturan terpisah. Bakal sangat berguna bagi yang sering membuat video sekaligus mengambil foto, sebab pengaturan kedua mode tersebut memang berbeda. Misalnya di mode video, saat kondisi cahaya kurang bersahabat kita tidak bisa menekan shutter speed lebih rendah – sebaliknya kita harus meningkatkan ISO untuk mendapatkan exposure yang pas.

Kemampuan Foto

Pengaturan kamera Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Pengaturan kamera Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Canon EOS M6 Mark II dapat mengambil gambar dengan resolusi maksimal 32MP (6960×4640 piksel) dalam pilihan aspek rasio 3:2, 4:3, 16:9, dan 1:1. File foto bisa disimpan dalam format JPEG, Raw, dan CRaw. Sensor tersebut tetap menggunakan low pass filter yang lebih aman dari efek moire.

Dari banyak foto yang telah saya ambil, satu foto 32MP dalam format JPEG – paling kecil memakan ruang 4MB dan 12MB paling besar. Sementara dalam format Raw, paling kecil memakan ruang 21MB dan 41MB paling besar.

Raw burst mode Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Raw burst mode Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Ditenagai prosesor DIGIC 8, kamera ini dapat memotret beruntun 14fps, 30 fps dengan crop pada lebarnya menjadi 88 persen, dan mode Raw burst 30fps hingga 70 frame dengan crop 75 persen yang menghasilkan foto 18MP.

Sejauh ini, sistem Dual Pixel autofocus bekerja cepat meskipun bukan yang tercepat di kelasnya. Ada empat mode area fokus otomatis yang dapat dipilih, Face + Tracking, Spot AF, 1-point AF, dan Zone AF. Fitur face detection dan eye detection juga bekerja cukup baik, terutama untuk foto portrait.

Lensa kit Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Lensa kit Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Untuk pilian lensanya, jajaran lensa native EF-M dari Canon memang jumlahnya tidak banyak. Meski sebetulnya sudah cukup lengkap, dari yang terbaru berikut daftarnya:

  • 32mm F1.4 STM
  • 18-150mm F3.5-6.3 IS STM
  • 28mm F3.5 Macro IS STM
  • 15-45mm F3.5-6.3 IS STM
  • 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM
  • 11-22mm f/4-5.6 IS STM
  • 18-55mm f/3.5-5.6 IS STM
  • 22mm f/2 STM

Dengan mount adapter Canon EF-EOS M, kita bisa memasangkannya dengan lensa Conon EF/EF-S yang tak hanya variasinya banyak tapi juga dari sisi kualitas optiknya. Opsi lain datang dari Sigma, lensa fix buatannya dari 16mm, 30mm, dan 56mm F1.4 juga tersedia di sistem EOS-M dan harganya cukup terjangkau. Berikut hasil foto dari Canon EOS M6 Mark II:

Perekam Video

Canon EOS M6 Mark II ideal untuk vlogging. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Canon EOS M6 Mark II ideal untuk vlogging. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Selain resolusi kameranya yang meningkat, aspek perekaman video juga mendapatkan update signifikan. Kamera ini mampu merekam video hingga 4K/30p (3840×2160 piksel) full tanpa crop dan sistem Dual Pixel autofocus-nya juga masih bekerja.

Kita memiliki pilihan mode area AF yang sama seperti mode foto dan saat merekam video, kita bisa mengganti titik fokus dengan menyentuh layar dan ada juga opsi untuk beralih dari autofocus ke manual focus atau sebaliknya. Lalu, ada dua opsi electronic image stabilization dua tingkat, tentunya dengan sedikit crop sebagai gantinya.

Pengaturan video Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Pengaturan video Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Hal menarik lainnya ialah ketersediaan mode high frame rate 1080p 120fps, di samping opsi 1080p 60fps dan 1080p 30fps. Saat ini belum tersedia 1080p pada 24fps tapi dari yang saya baca-baca bakal tersedia dalam update firmware mendatang.

Fitur video penting lainnya ialah ketersediaan port mikrofon eksternal dan mode HDR video yang sepenuhnya otomatis. Sayangnya dibanding para kompetitor direntang harga yang sama, kamera ini belum dibekali dengan dukungan picture profile untuk fleksibilitas color grading dan tidak memiliki fitur peringatan zebra.

Verdict

Sensor APS-C 32.5MP Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Sensor APS-C 32.5MP Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Menurut saya, persaingan kamera mirrorless APS-C pada rentang harga Rp10-20 juta tak kalah panas dengan mirrorless full frame di segmen atas. Sebab, full frame masih bukan untuk semua kalangan karena harga body kamera dan lensanya relatif sangat mahal.

Melihat fitur dan harganya, Canon EOS M6 Mark II bakal bertempur secara kompetitif melawan Sony A6400, Fujifilm X-T30, dan Panasonic Lumix G95 dengan sensor MFT. Meski dalam hal kemampuan perekaman video dan sistem autofocus bukan yang terbaik, tapi unggul pada resolusi sensornya yang mencapai 32.5MP – di mana para pesaingnya masih menawarkan 24MP.

Sparks

  • Kamera mirrorless APS-C Canon pertama dengan 32.5MP
  • Fitur dan harga sangat kompetitif dengan kompetitornya
  • Punya LCD 3 inci touchscreen 180 derajat dan port microphone eksternal yang idal untuk content creator
  • Sistem kontrol fisik intuitif dan lengkap
  • Mampu merekam 4K 30fps tanpa crop dan sistem Dual Pixel AF tetap bekerja
  • Punya mode high frame rate 1080p 120fps

Slacks

  • Tanpa dukungan picture profile
  • Tanpa port headphone untuk memonitor audio
  • Belum punya IBIS
  • Isi daya baterai harus menggunakan adapter khusus

 

Peran CVC dalam Pengembangan Ekosistem Teknologi Digital

Empat sampai lima tahun yang lalu, corporate venture capital (CVC) adalah satu fenomena yang terhitung baru di kancah startup Indonesia, di mana banyak korporasi dalam negeri yang mulai masuk ke ranah pendanaan bisnis digital. Menilik iklimnya di luar Indonesia kala itu, bentuk venture capital yang satu ini terlihat telah lebih dulu menjadi tren progresif.

Tren tersebut bisa dilihat dari angka pertumbuhan yang positif secara global. Menurut data CB Insights, kontribusi CVC dalam ekosistem investasi venture capital (VC) secara global selalu meningkat; terlihat dari jumlah partisipasi CVC dalam seluruh pendanaan VC sebanyak 16% pada 2013 dan 23% pada 2018. Juga, tren keaktifan pendanaan CVC meningkat 47% dari tahun 2017 ke 2018.

Angka di atas menunjukkan daya dan upaya CVC untuk terus meningkatkan kesehatan ekosistem bisnis teknologi, yang juga tentunya sejalan dengan tujuan CVC untuk menghubungkan inovasi terbaik dengan bisnis dan akses pasar dari perusahaan induk. Dengan demikian, penting untuk menilik lebih lanjut bagaimana profil dan potensi dari perusahaan induk kemudian dapat berkontribusi ke startup melalui CVC, khususnya korporasi besar dengan CVC yang masih terbilang hijau.

Salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Bank BRI) yang di kuartal tiga 2019 ini meluncurkan CVC mereka BRI Ventures. CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menyebutkan bahwa meski BRI Ventures terhitung baru dalam penjelajahan di wilayah investasi dunia digital–dengan bekal tim subur pengalaman dan wawasan–namun ia yakin bahwa kecepatan eksekusi adalah cara terbaik untuk dapat memberi dampak pada inovasi terbaik. Lantas, bagaimana langkah taktis BRI Ventures sebagai CVC yang tergolong baru untuk dapat ikut serta mengembangkan ekosistem startup?

Visi CVC pada investasi di bisnis digital

Seperti yang disebutkan di awal artikel, masuknya korporasi dalam bentuk CVC ke dalam kolam bisnis inovasi digital menjadi perbincangan kurang lebih setengah dekade ke belakang. BRI Ventures saat ini jelas tampak masih muda ketika memasuki rimba startup dan teknologi, apalagi dengan perusahaan induk yang termasuk terbesar dan tertua di industri.

Menyambung apa yang disebutkan Nicko terkait keberadaan BRI Ventures di industri, Markus Liman Rahardja, VP Investor Relation and Strategy BRI Ventures, sama sekali tidak keberatan jika harus injak pedal sedalam-dalamnya untuk maju mempercepat pembaruan bagi Bank BRI.

“Karena BRI Ventures ada untuk mengakselerasi inovasi dari luar (Bank BRI) dan mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dijalankan di dalam (Bank BRI). BRI Ventures akan mengambil peran sebagai penghubung inovasi, di mana nanti inovasinya bisa dari Bank BRI atau startup terkait, agar kita semua selalu siap menghadapi industri ini yang memang secara alami terus berubah,” tegas Markus.

Secara brand image, BRI Ventures boleh jadi dinilai baru, namun individu-individu di baliknya adalah para veteran di sektor digital, inovasi, dan teknologi. Selain Nicko, Markus, dan VP Investment BRI Ventures William Gozali yang memang sudah lebih banyak mengenyam pengalaman di industri (baik dari perspektif sebagai founder maupun VC), BRI Ventures juga diotaki oleh sang founder Indra Utoyo, Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi Bank BRI, yang juga dikenal sudah lama dalam pengambilan keputusan strategis di korporasi dalam fokus inovasi teknologi dan kolaborasi.

Bersama figur-figur tersebut di dalam tim utama, BRI Ventures mengambil peran sebagai CVC yang membangun ekosistem digital secara menyeluruh. Keberadaan Bank BRI sebagai perusahaan induk tentu mengundang asumsi di awal bahwa dukungan BRI Ventures lebih fokus pada industri finansial (secara spesifik fintech).

“Kami akan masuk tidak hanya di industri keuangan, tapi juga ke emerging ecosystem lainnya, tentu dengan melihat inovasi digital yang mempunyai nilai besar. Hanya saja, kami berharap value-nya benar-benar nyata, bukan angka-angka dan cerita-cerita karangan. Real people, real work, real customers, and relevant value propositions,” ujar Markus.

CVC secara umum pasti menginginkan keterhubungan dengan bisnis utama grup. Bank BRI dengan BRI Ventures tentu punya ekspektasi serupa, dengan nilai inovasi tinggi yang mencakup berbagai sektor industri digital. “BRI ‘kan saat ini menjadi solusi finansial yang terintegrasi. BRI Ventures ingin menjadi ekosistem digital yang terintegrasi,” terang William memperkuat penuturan Markus terkait visi BRI Ventures.

CVC untuk ekosistem digital Indonesia

Berjalan bersama raksasa jasa keuangan di Indonesia yang terhitung tua tetap membuat BRI Ventures bergerak leluasa dalam menjalin komitmen dengan ekosistem teknologi, dengan dua fungsi yang menjadi payung utama dalam kolaborasi, yakni fungsi Digital Center of Excellence (DCE) untuk kolaborasi dengan fintech dan fungsi Kerja Sama Teknologi (KJT) untuk kolaborasi dengan non-fintech.

“Jadi kalau ditanya sejauh mana kolaborasinya, paling sedikit kami punya komitmen dengan memiliki tim yang spesifik, yang memang tugasnya untuk melakukan kolaborasi dengan bank. Di era sekarang, tidak semua bisa dijalankan sendiri,” ujar Markus.

Kasus nyata kolaborasi Bank BRI dengan ekosistem teknologi yang dipimpin langsung oleh Markus ialah Indonesia Mall. Kolaborasi yang diluncurkan pada April 2018 ini adalah program kerja sama antara Bank BRI dengan beberapa e-commerce terkemuka di Indonesia (Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Blibli, dan Blanja) dalam membuat official online store dari produk UMKM terpilih.

“Kami tidak punya sumber daya berupa keahlian, logistik, dan kapital dari sisi e-commerce. Makanya, dibanding membuat e-commerce sendiri, kami lebih memilih kolaborasi. Kita eksekusi hal-hal yang bisa kita kolaborasikan untuk mengakselerasi inovasi dan akan dipikirkan bentuk kerja samanya,” tutur Markus.

Komitmen Bank BRI terhadap kolaborasi yang direncanakan oleh BRI Ventures terlihat dari pendanaan senilai $250 juta seperti yang pernah disebutkan. Dengan sumber daya setara Rp3,5 triliun tersebut, fokus terdekat BRI Ventures adalah untuk menata portofolio, terutama untuk merangkul ekosistem di luar fintech.

“Ekosistem ini antara lain agriculture, maritim, kesehatan, pendidikan, tourism & travel, transportasi, industri kreatif, dan retail. Kami oportunis secara jumlah, jadi kami tidak mengincar harus berapa deal,” terang William.

Fokus kolaborasi BRI Ventures saat ini adalah di tahap growth stage, di mana startup yang mereka incar adalah mereka yang sudah memiliki produk dan model bisnis. “Kami sudah ada penjajakan dengan sejumlah startup. Cuma pengumumannya tidak bisa langsung. Sampai akhir tahun baru LinkAja yang sudah diumumkan. Sebetulnya ada beberapa startup lagi yang sedang kami evaluasi. Tahun ini, kami dalam tahap akhir di 4-6 startup, untuk detailnya akan kami umumkan di waktu yang lebih tepat,” sambung William.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh BRI Ventures.

Microsoft Kabarnya Akan Luncurkan Xbox One Tanpa Disc Drive

Transisi ke metode distribusi konten secara digital merombak banyak aspek di industri gaming. Persebaran toko retail mulai menyusut, lalu bisa kita lihat bagaimana produsen laptop gaming kini tidak lagi menyertakan optical disc drive di produk mereka. Namun meski telah mendapatkan beberapa kali update, perangkat console yang tersedia sekarang tetap mempertahankannya.

Awalnya merupakan sebuah keharusan, kehadiran disc drive pelan-pelan berubah jadi cara alternatif dalam mengakses game, khususnya bagi konsumen yang masih enggan menghabiskan waktu lama buat mengunduh file. Versi fisik memang sangat membantu, apalagi sejumlah game baru bisa menghabiskan ruang penyimpanan puluhan sampai ratusan gigabyte. Tapi sepertinya, Microsoft akan menjadi console maker pertama yang akan menanggalkan komponen tersebut.

Berdasarkan laporan dari narasumbernya, website  Thurrott mengabarkan bahwa Microsoft punya agenda buat meluncurkan console baru tahun depan. Sistem ini bukanlah inkarnasi dari proyek Scarlett yang sempat mereka singkap di E3 2018 lalu, melainkan update dari Xbox One. Di model anyar itu, sang produsen berencana menghilangkan disc drive, sehingga akses konten sepenuhnya dilakukan secara digital.

Lewat langkah ini, Microsoft bermaksud untuk menekan harga jual console. Buaf sekarang, satu unit Xbox One dibanderol US$ 300. Versi ‘disc-less‘ ini akan mereka jual sekitar US$ 100 lebih murah dari produk yang ada – bisa jadi lebih rendah lagi. Dan demi mendorong eksekusi strategi ini, Microsoft akan melaksanakan program ‘disc-to-digital‘, yaitu kampanye mengubah koleksi game fisik ke digital dengan menukarkannya di Microsoft Store atau toko retail terpilih.

Tentu saja Microsoft menyadari ada banyak gamer-nya yang masih mengandalkan disc drive. Mereka kabarnya berniat merevisi SKU Xbox One S. Unit-unit anyar tersebut masih dibekali komponen tersebut, tapi dijajakan di harga yang lebih rendah. Menurut info narasumber, produsen akan melepasnya di akhir tahun ini.

Bersumber pada informasi yang beredar sebelumnya, Anda mungkin sudah mendengar rumor mengenai bagaimana Microsoft akan menyajikan dua varian berbeda dari sistem game next-gen ‘Project Scarlett’. Model pertama adalah produk home console tradisional, dan kedua ialah versi streaming box buat membantu menghidangkan game via cloud.

Tersedianya  opsi Xbox One ‘disc-less’ dapat kita ibaratkan sebagai persiapan aktivitas gaming tanpa medium distribusi fisik di ranah console. Namun dengan absennya disc, konsumen juga harus mau menerima hilangnya pasar game bekas – seperti yang terjadi di platorm PC.

Via Games Industry.

Melihat Bagaimana Proses Digital Menumbuhkan Keyakinan

Sebuah pernyataan menarik beberapa waktu lalu disampaikan oleh CEO Yonder Music Adam Kidron. Dalam presentasinya, ia mengungkapkan bahwa orang Indonesia cenderung lebih suke menikmati musik gratis, baik melalui layanan file-sharing ataupun streaming (seperti YouTube), ketimbang membeli musik. Adam juga mempertegas argumennya dengan menyajikan sebuah data bahwa dari total populasi Indonesia, hanya 1 persen yang segan membayar untuk sebuah musik. Industri yang ada saat ini ada begitu gencar memperebutkan angka 1 persen tersebut.

Menurut Adam, yang perlu dilakukan industri musik adalah membuka pangsa pasar yang lebih besar, yakni dengan menghadirkan layanan yang terjangkau. Ia pun memamerkan upaya Yonder untuk menggerus pasar tersebut, yakni dengan memperkuat keterlibatan Axiata Group, di Indonesia melalui XL Axiata, untuk kebutuhan transaksi dan distribusi produk. Dalam presentasinya, Adam juga sempat membandingkan layanan streaming musik yang diusung dengan pemain yang saat ini sedang naik daun di Indonesia, yakni Spotify.

Menurut Adam, biaya yang dikeluarkan untuk berlangganan Yonder lebih murah ketimbang layanan streaming asal Swedia yang mematangkan kemitraan dengan Indosat Ooredoo di Indonesia tersebut. Selain itu Yonder juga dianggap unggul karena memiliki koleksi lebih dari 600.000 lagu dangdut Indonesia.

Membawa konsumen ke akses musik yang lebih baik

Saya sengaja memberikan pengantar dengan berita persaingan antara Yonder dengan Spotify di atas. Industri yang sudah membuat orang banyak pesimis ternyata masih bisa untuk dibangun ke arah yang lebih mapan. Beberapa waktu lalu, sebelum hype Spotify hadir di Indonesia, saya pun sudah menuliskan opini yang sama, bahwa melawan pembajakan dengan berusaha menghancurkan akan banyak sia-sianya. Dibentuk satgas, melakukan operasi, melakukan edukasi dan berbagai macam lainnya. Isunya justru kepada kemudahan akses ke layanan legal.

Saat ini, berlangganan membayar ataupun tidak, orang bisa mendengarkan musik secara legal. Kehadiran akses broadband yang makin meluas memberikan keuntungan tersendiri bagi berbagai sektor. Musik pun masuk di dalamnya. Oleh karenanya saya sendiri sering heran ketika mendengar oknum dari berbagai kalangan meminta atau melakukan pemblokiran terhadap layanan tertentu. Akses ke film legal misalnya, harusnya selalu dipikir dari berbagai sisi, bahwa ada industri yang diselamatkan dari kehadiran layanan tersebut.

Kepercayaan diri terhadap digitalisasi

Pola digitalisasi seperti ini saya rasa menjadi sesuatu yang dapat direplikasi, tentu dengan skema yang berbeda. Jika sebelumnya kita berbicara tentang layanan musik, contoh lainnya kita bisa melihat dari maraknya layanan on-demand yang berhasil mengubah pasar, misalnya dengan menghidupkan kembali transportasi publik atau memberikan efisiensi layanan pesan jasa tertentu. Banyak alasan yang seharusnya membuat industri jadi lebih percaya diri dengan digitalisasi.

Seketika saya ingat isu yang terakhir beredar seputar usulan pemblokiran layanan Google dan YouTube, yang menurut saya sama sekali tidak masuk akal. Ini tak jauh beda dengan kebimbangan pemerintah beberapa waktu lalu berniat memblokir Tumblr namun tidak jadi. Sisi buruk memang selalu ada, namun sisi positif yang lebih besar layak menjadi pertimbangan untuk kita memilih jalan memperkecil yang buruk ketimbang menghanguskan sisi positif yang sudah terbangun. Bayangkan saja jika akses Google dan YouTube diblokir, berapa banyak industri yang kalang kabut olehnya.

Harapan untuk tatanan yang lebih baik

Terlalu prematur jika saat ini regulator begitu disibukkan dengan blokir sana-sini dengan dalih menyelamatkan harkat dan mental generasi muda. Konten negatif selalu menjadi kambing hitam, padahal merusak tatanan digital yang sedang bertumbuh sama saja dengan menggunting jembatan transformasi kemajuan yang segera muncul. Tak muluk-muluk untuk berharap, semoga berpikir bijak akan makin membudaya. Semoga.

Sony Siapkan Bundel Heavy Rain dan Beyond: Two Souls Untuk Gamer PlayStation 4

Perjalanan Quantic Dream bersama Sony dimulai dengan peluncuran Fahrenheit 11 tahun silam. Sejak itu, developer asal Perancis ini hanya merilis dua permainan secara ekslusif di PlayStation: Heavy Rain dan Beyond: Two Souls. Dua tahun setelah pelepasannya di PS3, Beyond tiba di PlayStation 4 November lalu, dan kini gamer sedang mengantisipasi kehadiran Heavy Rain.

Satu ciri khas dari kreasi digital Quantic Dream adalah, permainan diramu sebagai drama interaktif, menyuguhkan elemen sinematik hingga mirip seperti film. Dan jika Anda kebetulan belum pernah memainkan satupun game ciptaan Quantic Dream, Sony Computer Entertainment punya penawaran menarik. Mereka mengumumkan bundel Heavy Rain dan Beyond: Two Souls dalam satu packaging.

‘PlayStation 4 Remastered’ Heavy Rain and Beyond: Two Souls Collection tersedia dalam dua pilihan versi, Blu-ray (berisi dua disc) dan digital via PlayStation Store. Lalu seandainya sudah mempunyai Beyond (terhitung sebelum tanggal 29 Februari 2016), Anda bisa mendapatkan Heavy Rain dengan harga yang sangat murah, hanya Rp 168 ribu – diskon Rp 240 ribu dari harga standalone.

Beyond: Two Souls

Heavy Rain and Beyond Two Souls Collection 02

Meskipun tersaji dalam format video game, Beyond diungkap perdana di ajang Tribeca Film Festival 2013. Permainan mengisahkan petualangan psikologis seorang gadis bernama Jodie Holmes (diperankan oleh Ellen Page). Jodie mempunyai kekuatan supernatural yang terhubung ke sebuah entitas misterius. Selain membimbing Jodie, pemain juga diminta mengendalikan sosok tak berwujud tersebut.

Versi baru ini sudah dilengkapi bersama misi-misi tambahan yang dahulu disajikan sebagai downloadable content.

Heavy Rain

Heavy Rain and Beyond Two Souls Collection 01

Permainan pemenang BAFTA ini fokus pada empat protagonis berbeda, mereka saling terkait dengan pembunuh berantai Origami Killer. Keputusan dan pilihan yang Anda buat akan memengaruhi narasi dan ending permainan.

Rencananya, versi remaster Heavy Rain akan diluncurkan ke PlayStation 4 tanggal 1 Maret besok, dan Quantic Dream tak lupa meng-update aspek grafisnya: resolusi ditingkatkan ke 1080p, menambahkan multi-thread rendering, filter HDAO dan MSAA, serta menyempurnakan efek pantulan dan pencahayaan.

Heavy Rain and Beyond: Two Souls Collection akan dirilis pada tanggal 2 Maret 2016. Edisi Blu-Ray dibanderol US$ 650 ribu, sedangkan digital edition dijajakan seharga US$ 576 ribu. Masing-masing permainan juga ditawarkan secara terpisah dengan harga US$ 408 ribu.