MDI Ventures Terus Diperkuat, Strategi CVC Semakin Relevan untuk Transformasi Digital

Pekan lalu, tepatnya di hari Jumat (14/8), Direktur Utama Telkom Group Ririek Adriansyah mengumumkan penunjukan Fajrin Rasyid sebagai Komisaris Utama MDI Ventures. Fajrin juga akan menjadi penasihat Centauri Fund. Sebelumnya diketahui, mantan Presiden Bukalapak tersebut telah menduduki jabatan Direktur Digital Business perseroan per Juni 2020 lalu.

Penunjukan Fajrin didasari pengalamannya berkecimpung di ekosistem startup Indonesia. Sekaligus diharapkan menjadi upaya strategis perusahaan mencapai transformasi digital secara menyeluruh, dalam rangka memperluas potensi pendapatan digital.

“Telkom memproyeksikan peningkatan yang signifikan di pendapatan digitalnya di beberapa tahun mendatang. Namun hingga saat ini, baru sekitar 10 persen pendapatan perusahaan tersebut yang berasal dari bisnis digital. Dengan bantuan MDI Ventures, misi saya adalah membangun sinergi yang nyata dan membuat kontribusi pendapatan meningkat dengan tajam,” sambut Fajrin

Suksesi kepemimpinan corporate venture capital milik Telkom tersebut sebenarnya juga belum lama terjadi. Bulan Mei 2020 lalu Donald Wihardja masuk menduduki jabatan CEO, menggantikan Nicko Widjaja yang telah berpindah menggarap BRI Ventures.

Selain Fajrin, Yusuf Wibisono juga ditunjuk sebagai Komisioner MDI Ventures. Saat ini ia menjabat sebagai VP  Strategic Investment Department Telkom Group.

Genjot investasi, tingkatkan aset

Di waktu yang sama, MDI Ventures turut mengumumkan perolehan dana investasi baru senilai $500 juta atau setara 7,3 triliun Rupiah. Sehingga total aset kelolaan yang telah dibukukan mencapai $790 juta atau setara 11,6 triliun Rupiah.

Dana tersebut akan diinvestasikan ke startup teknologi yang memiliki fokus khusus pada pasar Indonesia. Termasuk untuk dikolaborasikan dengan BUMN yang ada di Indonesia.

“Untuk mempertahankan pijakan yang kuat di pasar hingga ke depannya, BUMN Indonesia memahami bahwa mereka harus mengadopsi model bisnis digital dengan lebih mendalam dibandingkan sebelumnya. Dengan mengalokasikan dana ini sesuai dengan misi transformasi digital dari pemerintah, dan dengan bermitra langsung dengan inovator teknologi lokal, BUMN Indonesia menempatkan diri mereka untuk terus berkembang,” ungkap CEO MDI Ventures, Donald Wihardja.

Tercatat, sejak tahun 2016 beroperasi, MDI telah berinvestasi di 44 startup dari 12 negara. Di tahun 2019, mereka berhasil catatkan “exit” lima kali melalui M&A dan IPO oleh portofolionya.

Daftar exit pemodal ventura lokal sepanjang tahun 2019 / DSResearch
Daftar exit pemodal ventura lokal sepanjang tahun 2019 / DSResearch

Strategi CVC makin relevan

Dalam laporan DSResearch bertajuk “Transformasi Digital Korporasi 2020” dikemukakan mengenai berbagai strategi yang diadopsi perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam membina kultur inovasi di lingkungannya. Dipaparkan juga bagaimana Telkom Group mengorkestrasi inovasi internal dan eksternal untuk menjalankan proses ideation, incubation, dan value creation guna menghasilkan produk/layanan yang terus relevan dengan pangsa pasar.

 

Kendaraan transformasi digital Telkom Group / Telkom
Kendaraan transformasi digital Telkom Group / Telkom

Dalam kerangka tersebut, jelas MDI memiliki peran penting untuk menjembatani apa yang ada di luar dengan apa yang dibutuhkan di internal bisnis. Sebagai CVC ia juga berperan menangkap peluang sinergi strategis yang ada di luar, baik dari dalam atau luar negeri. Karena walau bagaimanapun jika mengandalkan di sisi internal saja, banyak aspek yang membatasi ruang gerak. Hal tersebut seperti diungkapkan EVP Digital and Next Business Telkom Joddy Hernady.

Ia mengatakan, “Sekarang R&D saja tidak cukup karena inovasi dan produk baru lebih banyak, itu juga multi-disiplin. Makanya startup perlu memiliki tiga kapabilitas, yaitu orang yang paham teknis, desain, dan bisnis. Makin ke sini, kami harus open innovation, kami juga harus mengundang ide dari luar, tidak cukup dari dalam.”

Joddy juga menyebutkan, perjalanan inovasi seperti yang terlihat di bagan tidak dirumuskan secara instan. Perjalanannya sejak tahun 2013 dan terus berkembang dengan tesis-tesis baru yang sesuai dengan kebutuhan perseroan.

Tidak hanya Telkom, keberhasilan CVC sebagai kendaraan menuju transformasi digital juga diharapkan oleh berbagai perusahaan lain di Indonesia. Melalui unit ventura masing-masing, para perusahaan berharap dapat membuka peluang sinergi dengan startup-startup yang mampu mendemokratisasi lanskap bisnis yang ada.

Unit CVC yang dioperasikan perusahaan di Indonesia / DSResearch
Unit CVC yang dioperasikan perusahaan di Indonesia / DSResearch

MDI Ventures Plants Another Seed for “E-commerce Enabler” Anchanto

MDI Ventures is involved in another investment for the e-commerce enabler Anchanto worth of USD12 million or equivalent with 178 billion Rupiah. Previously, the Telkom CVC had announced the lead and opening of series C funding for the Singapore based startup in mid-2018, pouring USD4 million in total.

The fresh money is actually still at the same stage, apart from MDI, Asendia also involved in this round. Asendia’s CEO, Marc Pontet and MDI Ventures’ CEO, Donald Wihardja will join Anchanto’s management.

To date, Anchanto has managed to raise SGD16.6 million or equivalent to 180 billion Rupiah in its series C; while the funding round is still rolling. Previously, Transcosmos Japan and Luxasia had also poured investment for Anchanto.

The additional capital raised will be used to strengthen R&D, also to launch new products and building data platforms. Expansion into new markets is also listed on the agenda.

In general note, Anchanto provides SaaS-based products to facilitate businesses in managing e-commerce operations. It includes warehouse and inventory management systems. The company currently operates in Singapore, India, Malaysia, the Philippines, Australia, South Korea, and Indonesia.

Based on internal data, the company has supported around 12 thousand businesses until the end of 2019, processing GMV of up to USD2.71 billion.

In Indonesia, there are some similar services developed by startups and regions. Some of those are Sirclo, Jet Commerce, aCommerce, Perpule, IDMarco, and others.

Already gain profit

Vaibhav Dabhade selaku CEO dan Founder Anchanto / Anchanto
Anchanto’s CEO and Founder Vaibhav Dabhade / Anchanto

Anchanto’s Founder & CEO, Vaibhav Dabhade said that his company has now reached a profit point. This revenue was recorded from subscription services and gross margins that were considered high. The company is said to run quite efficiently because it does not buy inventory or operate a store/warehouse.

“Gaining profitability in the current difficult times is an extraordinary performance. I feel this is a significant achievement because we have managed to gather in the midst of the Covid-19 crisis. We are an efficient company,” he said.

Aside from that, Asendia’s involvement as a “cross-border” logistics company for e-commerce in Europe is also expected to be the opening door for Anchanto’s expansion into the European market.

“We are happy that Asendia can invest in Anchanto’s vision. Asendia’s services in Singapore have used Anchanto’s Wareo and SelluSeller platforms [..] We also see Asendia’s investment as our gateway to the European market,” Vaibhav said.

The cooperation model to be promoted is quite similar to its core commitment to MDI. Earlier, it is said that there was a possibility that the Anchanto service would be further integrated with DELON (Online Logistics Depo), a logistics fulfillment service offered by Telkom and POS Indonesia. In fact, DELON does run on Anchanto’s warehouse management platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MDI Ventures Kembali Suntikkan Dana untuk Pengembang “E-commerce Enabler” Anchanto

MDI Ventures kembali terlibat dalam pendanaan startup e-commerce enabler Anchanto bernilai USD12 juta atau setara 178 miliar Rupiah. Sebelumnya CVC Telkom tersebut telah mengumumkan memimpin dan membuka pendanaan seri C startup asal Singapura tersebut di pertengahan 2018 lalu, mengucurkan USD4 juta.

Pendanaan yang baru diberikan ini sebenarnya masih dalam tahapan yang sama, selain MDI juga ada Asendia yang turut terlibat. CEO Asendia Marc Pontet dan CEO MDI Ventures Donald Wihardja akan bergabung ke dalam jajaran manajemen Anchanto.

Sejauh ini Anchanto telah berhasil mengumpulkan dana SGD16,6 juta atau setara 180 miliar Rupiah dalam seri C-nya; sementara putaran pendanaan masih terus digulirkan. Sebelumnya Transcosmos Jepang dan Luxasia juga sempat memberikan pendanaan untuk Anchanto.

Tambahan modal yang didapat akan digunakan perusahaan untuk memperkuat R&D, termasuk di dalamnya meluncurkan produk baru dan membangun platform data. Ekspansi ke pasar baru juga menjadi agenda yang tengah dipersiapkan.

Seperti diketahui, Anchanto menyediakan produk berbasis SaaS yang memudahkan bisnis mengelola operasional e-commerce. Di dalamnya termasuk sistem pengelolaan warehouse dan inventory. Saat ini mereka sudah beroperasi di Singapura, India, Malaysia, Filipina, Australia, Korea Selatan, dan Indonesia.

Dari data internal yang dipaparkan, hingga akhir 2019 perusahaan telah membatu sekitar 12 ribu bisnis, memproses GMV hingga USD2,71 miliar.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa layanan serupa, baik yang dikembangkan startup maupun regional. Beberapa di antaranya Sirclo, Jet Commerce, aCommerce, Perpule, IDMarco, dan lain sebagainya.

Raih profitabilitas

Vaibhav Dabhade selaku CEO dan Founder Anchanto / Anchanto
Vaibhav Dabhade selaku CEO dan Founder Anchanto / Anchanto

Founder & CEO Anchanto Vaibhav Dabhade mengungkapkan, perusahaannya saat ini sudah mencapai titik profit. Pendapatan tersebut dibukukan dari layanan berlangganan dan gross margin yang dinilai tinggi. Perusahaan merasa dapat berjalan cukup efisien, karena tidak membeli inventory atau mengoperasikan toko/gudang.

“Memperoleh profitabilitas di saat-saat sulit seperti sekarang merupakan kinerja yang luar biasa. Saya merasa ini adalah pencapaian yang signifikan karena berhasil mengumpulkan di tengah krisis Covid-19. Kami adalah perusahaan yang efisien,” ujarnya.

Selain itu bergabungnya Asendia selaku perusahaan logistik ‘cross-border’ untuk e-commerce di Eropa juga diharapkan menjadi pintu pembuka ekspansi Anchanto ke pasar Eropa.

“Kami senang Asendia dapat berinvestasi pada visi Anchanto. Layanan Asendia di Singapura telah menggunakan platform Wareo dan SelluSeller milik Anchanto [..] Kami juga melihat investasi Asendia sebagai pintu gerbang kami ke pasar Eropa,” tambah Vaibhav.

Model kerja sama yang akan digalakkan sebenarnya mirip dengan komitmen awal mereka bersama MDI. Pada saat pembukaan pendanaan seri C dikatakan bahwa ada kemungkinan layanan Anchanto diintegrasikan lebih lanjut dengan DELON (Depo Logistik Online), layanan fulfillment logistik yang diusung Telkom dan POS Indonesia. DELON memang berjalan di atas platform manajemen warehouse milik Anchanto.

CEO MDI Ventures Beberkan Jenis Startup yang Ideal Setelah Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan ajang “survival of the fittest” bagi startup. Adaptasi bisnis digital mengalami akselerasi berlipat-lipat dalam keadaan saat ini. MDI Ventures menggunakan momentum ini untuk menyaring entitas bisnis yang cocok untuk mereka investasi.

CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengemukakan kriteria tersebut dalam webinar yang MDI selenggarakan pada Selasa (9/6) sore kemarin. Donald menjelaskan setidaknya ada empat jenis startup selama masa pandemi ini: startup yang beruntung karena vertikalnya sangat dibutuhkan; mereka yang pivot menyesuaikan kondisi; mereka yang hibernasi untuk menekan kerugian; dan mereka yang tidak beruntung, lalu gagal, dan mati.

“Kami sangat melirik startup-startup yang nomor satu, dua, dan tiga tadi,” ucap Donald dalam webinar tersebut.

Namun tidak semua startup yang masuk tiga kategori itu akan menjadi buruan utama MDI Ventures. Menurut Donal ada faktor lain yang dapat menarik mereka selain keuletan dan ketahanan startup menghadapi pandemi, tapi juga sinergisme dengan Telkom Group dan BUMN lainnya.

Bentuk sinergi itu adalah roadmap dari Telkom yang beberapa di antaranya berisi proyek smart city, healthtech, dan yang proyek yang berkaitan erat dengan UMKM. “Kita tentu mencari gain, tapi kita juga mencari sinergi dengan Telkom Group dan BUMN pada umumnya,” imbuh pria yang belum lama ditunjuk sebagai CEO MDI Ventures itu.

Vertikal yang atraktif

Donald menyebut, secara khusus sejumlah vertikal yang menonjol selama wabah Covid-19 berlangsung. Di antaranya food delivery, konten digital, logistik, new retail, dan payment gateway. Keharusan masyarakat untuk tetap di rumah selama pandemi menjadi kesamaan di antara semua vertikal tersebut. Layanan-layanan vertikal itu melayani kebutuhan masyarakat yang enggan keluar rumah dan juga menemani besarnya waktu yang harus mereka habiskan di rumah.

“Mereka [logistik] kena imbas yang sangat positif. Kami lihat ada yang berhasil naik 2-3 kali lipat dalam satu bulan,” kata Donald.

Di antara itu semua ada jenis vertikal yang menjadi sorotan Donald karena situasi mengharuskan mereka menahan diri yakni fintech lending. Peraturan pemerintah yang mengharuskan bank dan institusi keuangan lain termasuk fintech lending untuk memberikan relaksasi dalam penagihan kredit mau tak mau harus tiarap dulu. MDI sendiri memiliki portofolio di fintech lending lewat Kredivo.

“Tapi kita ingat kebutuhan Indonesia itu besar dan setelah Covid ini selesai dan sudah bisa collect, ini akan lebih besar lagi. Jadi kami akan pantau terus sektor-sektor ini.”

Soal investasi dan konsolidasi

Donald memastikan pihaknya sebagai corporate venture capital (CVC) mendapat restu dari Telkom untuk terus berinvestasi di tengah masa pandemi ini. Ia menyebut situasi saat ini hanya mempercepat beberapa tahun proses adaptasi digital ke fase lebih matang.

Hal itu juga menunjukkan bahwa ada beberapa startup yang kurang mampu menjadi perusahaan yang lebih besar. Buat Donald itu adalah kesempatan untuk meramu formula konsolidasi.

“Kami juga bersama VC-VC lain melirik kesempatan satu-dua perusahaan untuk di-merge atau dikonsolidasikan,” pungkas Donald.

Openspace, MDI, dan AC Ventures Inisiasi Program Dukungan untuk Startup Lokal

Dalam rangka memberikan dorongan kepada startup di Indonesia, gerakan #StartupBergerakBersama diinisiasi oleh Openspace Ventures, MDI Ventures, dan AC Ventures. Gerakan ini mengajak masyarakat dan para wirausahawan untuk saling mendukung keberlangsungan startup dan merek lokal.

Sebagai langkah awal, ketiga pemodal ventura tersebut mengembangkan situs id.supportstartups.com yang berisi berbagai aktivitas promosi yang ditawarkan startup. Gerakan ini sebenarnya terinspirasi dari program serupa #SupportStartup yang dilakukan di Singapura; dan masih terafiliasi dengan program tersebut.

Saat ini sekitar 30 startup telah terdaftar di situs tersebut, dari berbagai vertikal meliputi logistik, e-commerce, SaaS, hingga coworking space. Mulai dari Akseleran, CoHive, Justika, Tanihub, dan lain-lain.

“Usaha kami dalam menghadapi krisis ini melampaui perusahaan portofolio kami dan telah mempengaruhi ekosistem startup secara menyeluruh. Kami sadar bahwa semua startup berisiko dan kita bersama-sama melindungi mereka. Ekosistem ini adalah komunitas kita bersama dan gerakan ini adalah upaya kami untuk menyampaikan bahwa kami 100% mendukung semua usaha,” ujar Partner Openspace Ventures Hian Goh.

CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, sejak wabah Covid-19, MDI Ventures telah memulai beberapa gerakan seperti webinar mingguan dan situs indonesiabergerak.com dengan tujuan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana bisnis.

“#StartupBergerakBersama akan menjadi aksi pertama yang membantu perusahaan startup untuk meningkatkan traction dalam masa sulit ini bersama dengan teman-teman kami dari komunitas modal ventura,” ujar Donald.

Bagi startup digital – termasuk di luar portofolio ketiga modal ventura tersebut, dapat turut berpartisipasi meramaikan inisiatif ini dengan mendaftarkan diri dan mempublikasikan promonya melalui situs tersebut.

Di sisi lain, Amazon Web Services (AWS) tengah menawarkan US$5 ribu kredit promosi bagi startup yang mendaftarkan diri dalam program AWS. Kredit tersebut akan ditawarkan dalam program AWS Activate, yaitu program yang menyalurkan startup dengan infrastruktur komputasi awan yang terjangkau dan mudah digunakan.

[Weekly Updates] Airy Shuts Down; Cashlez Goes Public; and More

Another casualty of Covid-19 in Indonesia is Airy, a budget accommodation platform. It decides to shut down by the end of May. In contrary, payment platform Cashlez is making headlines by going public and opens for acquisition.

In other news, GudangAda raises Series A funding, while Donald Wihardja, former AC Ventures’ partner, is appointed as the new CEO of MDI Ventures, Telkom’s CVC.

Airy to Shut Down Business Permanently, Putting other OTAs in Jeopardy

Airy or Airy Rooms will terminate its operations permanently by the end of May 2020. DailySocial has been trying to reach the management since Wednesday (5/6), yet the information still sealed – although they didn’t deny the rumor. A reliable source has confirmed the layoff of the employees. As we observed, Airy is currently not displaying any property listings beyond May 31st, 2020.

Cashlez Officially IPO, Creating Opportunities for Other Acquisitions

The payment gateway and mPOS startup, Cashlez, officially going IPO at the Indonesia Stock Exchange (4/5) using “CASH” as the stock code. Cashlez is listed on the acceleration board, as well as being the 27th company to be trading on the stock exchange this year.

The company releases 250 million new shares at Rp350 per share. This capital amount covers around 17.5 percent of the agreed capital and is placed in Cashlez. Simultaneously, the company issued Series I Warrants at a ratio of 1:1.

Cashlez’ President Director, Tee Teddy Setiawan, said the company successfully obtained funding worth of Rp87.5 billion on this occasion. As planned, 61.31% of the funds were used for the acquisition of PT Softorb Technology Indonesia (STI), with the remaining 38.69% for working capital.

GudangAda Notches 372 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

After securing seed funding last February 2020, GudangAda, B2B marketplace platform for FMCG products, (5/5) has successfully secured Series A funding round. In this round, the firm managed to bag funding worth of US$25.4 million, or around 372 billion Rupiah. This round was led by Sequoia India and Alpha JWC Ventures, with the participation of Wavemaker Partners. The company is to develop a new line of business and build up the internal team.

GudangAda is said to be successfully connecting around 50,000 traders in 500 cities, and covering almost 100 percent of FMCG wholesalers in Indonesia, through an enabler approach.

Donald Wihardja Serves as The New CEO of MDI Ventures

Recently manage fund for AC Ventures (a merger between Agaeti Ventures and Convergence Ventures), Donald Wihardja has officially appointed as the CEO of MDI Ventures. The position is vacant for 9 months after Nicko Widjaja left to lead BRI Ventures. Along with this appointment, Aldi Adrian Hartanto is promoted to be MDI’s VP of Investments.

Hartanto said Donald Wihardja’s experience, in terms of investment and running a business, should bring more colors to the investment style and culture of the next-generation MDI Ventures. The main objective of MDI Ventures is to remain the same, which is in line with the vision of being a VC that focuses on top multi-stage funding in Southeast Asia.

It is hoped that Wihardja and his team can help to accelerate fundraising activities, to create an independent fund, as well as to support and strengthen the organization. In 2019 MDI Ventures successfully made 5 exits, with 3 acquisitions and 2 IPOs.

Donald Wihardja Serves as The New CEO of MDI Ventures

Previously a Partner in Convergence Ventures, which recently rebrands into AC Ventures after the merger with Agaeti Ventures, Donald Wihardja has officially appointed as the CEO of MDI Ventures, signing up for the 9-month vacant position since the predecessor left. In general note, this position was previously occupied by Nicko Widjaja who is now leading the BRI Ventures.

As Donald making his entrance, Aldi Adrian Hartanto now serves as VP of Investments at MDI Ventures.

As MDI Ventures’ VP of investments, Aldi Adrian Hartanto told KrAsia, Donald Wihardja’s experience in terms of investment and running a business should add up more colors to the investment style and culture of the next-generation MDI Ventures.

He added, in the next few years, the main objective of MDI Ventures is to remain the same, which is in line with the vision of being a VC that focuses on top multi-stage funding in Southeast Asia.

It is hoped that Donald and his team can help to accelerate fundraising activities, so as to create an independent funding association, as well as support and strengthen the organization. In 2019 MDI Ventures successfully made 5 exits, with 3 acquisitions and 2 IPOs.

New managed funds

This year, MDI Ventures will soon add two new managed funds to strengthen Telkom Group’s startup investment portfolio from the early stage to the later stage. MDI Ventures’ Managing Partner, Kenneth Li revealed to DailySocial that the add-up was due to their four-year first-round allocation is running out.

Dana Kelolaan MDI Ventures

In early December 2019, Telkom Group through MDI Ventures and KB Financial Group from South Korea also formed a new managed fund called Centauri Fund. Tracing back, in mid-2019, a subsidiary in Telkomsel’s cellular business formed a new investment unit, namely Telkomsel Mitra Innovation (TMI) which also be managed by MDI Ventures.

Investment blocks in 2020

The pandemic has caused shifting in many business strategies, even so with investment strategies. In a number of interviews with venture capitalists, we received a lot of insights about Indonesia’s investment prediction to declining in 2020. Although some investors are convinced they will not delay any existing plans.

Kenneth said, there will be adjustments to investment activities. However, he estimates that there will be investors who take advantage of this situation to find startup portfolios whose valuations can be discounted, especially, investors with a strong cash reserve.

“We do not view investment plans from market aggressiveness, but startups that will succeed in the future. However, the investment depends on how investors determine their hypotheses. I am sure that VCs with new funds and good track records can survive in this situation,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Donald Wihardja Resmi Menjabat CEO MDI Ventures

Setelah menjabat sebagai Partner di Convergence Ventures yang kini berubah nama menjadi AC Ventures pasca merger dengan Agaeti Ventures, Donald Wihardja resmi menempati posisi baru sebagai CEO MDI Ventures, mengisi kekosongan posisi tersebut selama 9 bulan sejak ditinggal pendahulunya. Seperti diketahui, posisi ini sebelumnya ditempati oleh Nicko Widjaja yang kini hijrah untuk membangun BRI Ventures.

Bersamaan dengan masuknya Donald, Aldi Adrian Hartanto kini menjabat sebagai VP of Investments di MDI Ventures.

Kepada KrASIA VP of investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengungkapkan, berangkat dari pengalaman yang dimiliki oleh Donald Wihardja dalam hal investasi dan menjalankan bisnis, bisa menambah warna tersendiri kepada gaya investasi dan kultur di MDI Ventures selanjutnya.

Ditambahkan olehnya, dalam beberapa tahun ke depan, tujuan utama dari MDI Ventures adalah tetap sama, yaitu sesuai dengan visi menjadi VC yang fokus kepada pendanaan top multi-stage di Asia Tenggara.

Diharapkan Donald bersama tim bisa membantu untuk mengakselerasi aktivitas penggalangan dana, agar bisa menciptakan asosiasi pendanaan yang mandiri, sekaligus mendukung dan memperkuat organisasi. Tahun 2019 MDI Ventures berhasil catatkan 5 exit, dengan 3 akuisisi dan 2 IPO.

Tambah dana kelolaan baru

Tahun ini MDI Ventures segera menambah dua dana kelolaan baru lagi untuk memperkuat portfolio investasi startup Telkom Group dari tahap early stage sampai later stage. Kepada DailySocial Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li mengungkapkan, bahwa penambahan ini dikarenakan alokasi dana putaran pertama selama empat tahun sudah habis.

Dana Kelolaan MDI Ventures

Awal Desember 2019 lalu, Telkom Group melalui MDI Ventures dan KB Financial Group asal Korea Selatan juga membentuk dana kelolaan baru bernama Centauri Fund. Mundur lagi, di pertengahan 2019, anak usaha di bisnis seluler Telkomsel membentuk unit investasi baru, yaitu Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) yang akan dikelola oleh MDI Ventures.

Tantangan investasi di 2020

Pandemi membuat banyak strategi bisnis harus disusun ulang, pun demikian dengan strategi investasi.  Dalam sejumlah wawancara dengan venture capitalist, kami banyak mendapatkan insight soal prediksi bahwa investasi di Indonesia bakal menurun di 2020. Kendati beberapa pemodal meyakinkan tidak akan menunda rencana-rencana yang sudah ada.

Kenneth menilai, akan ada penyesuaian pada aktivitas investasi. Namun, ia memperkirakan akan ada investor yang memanfaatkan situasi ini untuk mencari portfolio startup yang valuasinya dapat di-discount, terutama, investor yang punya cash reserve kuat.

“Kita tidak melihat rencana investasi dari agresivitas pasar, tetapi startup yang bakal berhasil di masa depan. Bagaimanapun juga, investasi itu bergantung dari cara investor menetapkan hipotesisnya. Saya yakin VC yang punya fund baru dan track record baik bisa bertahan di situasi ini,” ujarnya.

AC Ventures is Agaeti Ventures and Convergence Ventures’ New Identity

The two local venture capitals, Agaeti Ventures and Convergence Ventures, has officially merged and took a new name as AC Ventures (ACV). Both company’s partners are joining the new entity. They are Adrian Li, Michael Soerijadji, Donald Wihardja, and Pandu Sjahrir.

The four partners to lead the joint team consist of 6 investment professionals and the operational team. No team member are laid off because of this merger.

AC Ventures to invest in 35 early-stage startups within the next three years. Its preferred focus are e-commerce, digital content enabled service, financial technology, and MSME enabled technology.

“From key business development to C level recruiting and follow on fund raising, we have the knowhow, experience, and network to support our founders closely,” Wihardja said.

AC Ventures

ACV is said to have formally established since Q3 2019. They have started investing with the new entity, through Partners’ capital, since the last 6 months, but yet to announce the current portfolios and the amount of managed funds.

Soerijadji and Wihardja told DailySocial that the current fund–the third for Agaeti, Convergence, and ACV–is yet to be closed. They said majority of LPs are foreign investors. They are regional digital corporates, local conglomerates, and venture capitalists from the U.S. and China.

Soerijadji and Wihardja also said that the ticket size for the current fund will be bigger than the previous one- the usual hundred of thousands to millions of dollars.

AC Ventures board of partners
AC Ventures board of partners

Soerijadji said, “The first wave of investments has accelerated technological adoption on online shopping, ride hailing, travel and fintech. However, Indonesia is still relatively early along the adoption curve and the next wave will continue to follow more developed markets and see disruption happen in many more traditional spaces as well as new opportunities.”

In total ACV has invested in 70 startups. Convergence has 5 exits and Agaeti with 1. Each fund is fully deployed.

Following the merger, each portfolio will still be managed separately. Nonetheless, startup portfolios will have access to this new partnership to support their startup’s growth.

One of the partnerships is the follow-on funding capability through Indies Capital because Pandu Sjahrir is also a Managing Partner at Indies Capital.

“Our objective was to consolidate our resources to create a platform of exponential value that can provide significant support to our portfolio Founders as they build and scale successful businesses across Indonesia – the largest market in Southeast Asia,” Adrian said.

Consolidation trend

ACV is the first consolidated VC firm to be officially announced in Indonesia. After the first wave of investment in the past decade, some venture capitals are said to start a consolidation to raise the next round of fund.

After Arya Setiadharma joined as a Partner for MDI Ventures, Prasetia Dwidharma is said to have joint management with Everhaus under Prasetia Everhaus Ventures label. Another word in the street says that Singapore’s Koru Ventures now manages the Venturra Capital portfolio.

This trend is expected to continue, given the uncertain global conditions due to the Covid-19 pandemic. However, investors agree that Indonesia has tremendous potential and they are committed to supporting the growth of local startups.

“Indonesia already has an established track record of creating billion dollar valuations for tech-enabled businesses. Given that Indonesia is forecast to be the fourth largest country in terms of GDP by 2030, we are still only at the early stages of potential future value creation through technology,” Sjahrir said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AC Ventures Jadi Entitas Baru Agaeti Ventures dan Convergence Ventures

Dua perusahaan modal ventura (venture capital) lokal, Agaeti Ventures dan Convergence Ventures, hari ini resmi mengumumkan merger dan kini bernama AC Ventures (ACV). Para Partner kedua perusahaan menjadi Partner perusahaan baru ini, yaitu Adrian Li, Michael Soerijadji, Donald Wihardja, dan Pandu Sjahrir.

Empat partner ini akan memimpin tim gabungan yang terdiri 6 profesional di bidang investasi dan tim operasional. Perusahaan memastikan tidak ada pegawai yang di-lay off terkait penggabungan bisnis ini.

Fokus AC Ventures adalah berinvestasi ke 35 startup tahap awal dalam 3 tahun mendatang. Prioritas pendanaan adalah startup di sektor e-commerce, layanan berbasis konten digital, fintech, dan teknologi untuk UKM.

“Dari pembangunan bisnis kunci ke perekrutan C-level dan pendanaan lanjutan, kami memiliki pengetahuan, pengalaman, dan jaringan untuk mendukung para pendiri secara dekat,” ujar Donald.

AC Ventures

ACV disebut telah diformalisasi sejak Q3 2019. Mereka mengklaim telah mulai berinvestasi dengan entitas baru, melalui dana Partner, selama 6 bulan terakhir, tetapi belum bersedia mengumumkan siapa portofolio barunya dan berapa dana kelolaannya sekarang.

Kepada DailySocial, Michael dan Donald mengungkap dana  saat ini–dana kelolaan ketiga bagi Agaeti, Convergence, dan ACV–masih belum fully close. Mereka menyebut persentase terbesar LP-nya adalah pihak asing. Termasuk dalam jajaran LP untuk dana kali ini adalah korporasi digital regional, konglomerat lokal, dan para pendiri dana ventura di Amerika Serikat dan Tiongkok.

Michael dan Donald menyebutkan ticket size per startup dari dana kelolaan baru akan lebih besar dibanding ticket size mereka terdahulu, yang berkisar antara ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar.

Jajaran Partner AC Ventures
Jajaran Partner AC Ventures

Michael mengatakan, “Gelombang pertama investasi [di Indonesia] telah mengakselerasi adopsi teknologi di belanja online, transportasi, travel, dan fintech. Meskipun demikian, Indonesia masih cukup muda di kurva adopsi [teknologi] dan gelombang berikutnya akan melihat disrupsi di lebih banyak ruang tradisional dan [menciptakan] peluang baru.”

Dari dana terdahulu, ACV secara total telah berinvestasi ke 70 startup, dengan Convergence telah memiliki 5 exit dan Agaeti memiliki 1 exit. Dana kelolaan yang dimiliki masing-masing disebut telah sepenuhnya dialokasikan.

Pasca merger ini, masing-masing portofolio akan tetap dikelola secara terpisah. Meskipun demikian, startup portofolio akan mendapatkan akses ke kemitraan baru ini untuk mendukung pertumbuhan startup mereka.

Salah satu kemitraan yang tercipta adalah potensi pendanaan tahap lanjut melalui Indies Capital, karena Pandu Sjahrir juga merupakan Managing Partner di Indies Capital.

“Tujuan kami adalah mengonsolidasi sumberdaya kami untuk menciptakan platform dengan nilai eksponensial yang dapat memberikan dukungan signifikan bagi para Pendiri startup portofolio kami untuk membangun dan meningkatkan bisnisnya di seluruh Indonesia–pasar terbesar di Asia Tenggara,” ujar Adrian.

Tren konsolidasi

Pendirian ACV merupakan konsolidasi perusahaan VC pertama yang resmi diumumkan di Indonesia. Setelah gelombang investasi tahap pertama dalam 10 tahun terakhir, beberapa perusahaan modal ventura disebut-sebut mulai melakukan konsolidasi agar bisa mengumpulkan dana kelolaan tahap berikutnya.

Pasca bergabungnya Arya Setiadharma ke jajaran Partner MDI Ventures, Prasetia Dwidharma disebut memiliki manajemen bersama dengan Everhaus dengan entitas Prasetia Everhaus Ventures. Rumor lain menyebut Koru Ventures Singapura kini ikut mengelola portofolio Venturra Capital.

Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, mengingat kondisi global yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19. Meskipun demikian, para investor tetap sepakat bahwa Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dan mereka berkomitmen mendukung pertumbuhan startup lokal.

“Indonesia telah memiliki track record yang jelas untuk menciptakan valuasi miliaran dollar bagi bisnis berbasis teknologi. Dengan Indonesia diperkirakan menjadi salah satu ekonomi terbesar dunia, berdasarkan GDP di tahun 2030, kita masih berada di fase awal dalam menciptakan nilai-nilai masa depan melalui teknologi,” ujar Pandu.