East Ventures Leads 233 Billion Rupiah Funding to Edtech Startup Geniebook

Singapore-based edtech startup Geniebook obtained series A funding of $16.6 million or around 233 billion Rupiah led by East Ventures through Growth Fund and Lightspeed Ventures Partners. This funding will be used to expand team members.

A series of prominent angel investors include John Danner (Dunce Capital), Gaurav Munjal and Roman Saini (Unacademy), Kunal Bahl and Rohit Bansal (Snapdeal), Alvin Tse (Xiaomi), Linh Pham Giang (Hocmai), as well as several senior executives from the leading companies in Southeast Asia, such as Gojek, Grab, and Shopee, were also participated in this funding.

Previously, Geniebook had secured a $1.1 million pre-series A funding round from Apricot Capital in 2019.

For a general note, Geniebook was founded in 2017 by Neo Zhizong and Alicia Cheong. This platform offers various online learning products through personalization by combining blended learning experiences according to student needs. The subjects provided include English, mathematics, and natural sciences (IPA).

The company claims to have achieved more than 2000% revenue growth with 150,000 user base in Southeast Asia. Currently, the Singapore-based company will continue to expand its business regionally in Indonesia, Vietnam and Malaysia.

Geniebook’s CEO & Co-founder, Neo Zhizhong said he would scale the team for a number of strategic positions, from curriculum, engineering, product, to growth to maximize the online learning experience. To date, Geniebook already has 350 employees worldwide.

“We will continue to innovate on existing Geniebook products. For example, GenieSmart or personalized worksheets with AI, GenieClass or teaching and learning spaces through online classes, and GenieAsk which allows students to chat and receive help from experienced teachers in real-time,” he said in an official statement.

Geniebook’s COO & Co-founder, Alicia Cheong said the company is ready to take the leap to the next step with the extra team, product innovation, and a strong focus on providing a more personalized learning experience supported by technology.

Meanwhile, East Ventures’ Managing Partner, Roderick Purwana revealed, the edtech platform played an important role and accelerated the offering of their solutions to users in line with the Covid-19 pandemic situation in its second year. His team also discovered that Geniebook has shown a strong appeal in foreign markets, including in Vietnam, which has experienced growth of up to three times compared to last year.

Edtech momentum

Various edtech players in Southeast Asia continue to benefit from the Covid-19 situation as a momentum to accelerate product and business growth going forward. Especially in Indonesia, face-to-face teaching and learning activities (KBM) in new schools have been opened gradually.

On a separate occasion, East Ventures’ Co-founder and Managing Partner, Willson Cuaca revealed how the pandemic has accelerated digital adoption and boosted investment in Indonesia’s digital sector. Healthtech and edtech are two of the digital sectors playing a significant role since the pandemic first took place.

Sumber: e-Conomy SEA Report 2020
Source: e-Conomy SEA Report 2020

This is also reflected in the increase in services from the East Ventures portfolio, Ruangguru, with an increase of users up to 50%. In addition, Willson highlighted how the pandemic has boosted the investment climate in Indonesia from previously $3.4 million in 2020 to $4.9 million in the third quarter of 2021.

“This number was identified as consumer behavior changed to digital-based or online behavior. All investors became more aggressive and optimistic because digital acceleration happened on top of everything else,” Willson said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Pimpin Pendanaan 233 Miliar Rupiah Startup Edtech Geniebook

Startup edtech asal Singapura, Geniebook memperoleh pendanaan seri A sebesar $16,6 juta atau sekitar 233 miliar Rupiah yang dipimpin oleh East Ventures melalui Growth Fund dan Lightspeed Ventures Partners. Pendanaan ini akan digunakan untuk menambah jumlah timnya.

Sejumlah angel investor terkemuka di antaranya John Danner (Dunce Capital), Gaurav Munjal dan Roman Saini (Unacademy), Kunal Bahl dan Rohit Bansal (Snapdeal), Alvin Tse (Xiaomi), Linh Pham Giang (Hocmai), serta beberapa eksekutif senior dari perusahaan terkemuka di Asia Tenggara, seperti Gojek, Grab, dan Shopee juga ikut terlibat pada pendanaan tersebut.

Sebelumnya, Geniebook telah mengantongi putaran pendanaan pra-seri A senilai $1,1 juta di 2019 dari Apricot Capital.

Sebagai informasi, Geniebook didirikan pada 2017 oleh Neo Zhizong dan Alicia Cheong. Platform ini menawarkan rangkaian produk pembelajaran online melalui personalisasi dengan menggabungkan pengalaman pembelajaran campuran sesuai kebutuhan siswa. Mata pelajaran yang disediakan antara lain bahasa Inggris, matematika, dan ilmu pengetahuan alam (IPA).

Perusahaan mengklaim telah memperoleh pertumbuhan pendapatan lebih dari 2000% dengan basis pengguna sebesar 150.000 di Asia Tenggara. Saat ini, perusahaan yang berbasis di Singapura ini akan terus mengembangkan bisnisnya secara regional di Indonesia, Vietnam, dan Malaysia.

CEO & Co-founder Geniebook Neo Zhizhong mengatakan akan meningkatkan skala tim untuk sejumlah posisi strategis, mulai dari kurikulum, teknik, produk, hingga pertumbuhan demi memaksimalkan pengalaman pembelajaran online. Hingga saat ini, Geniebook sudah memiliki 350 karyawan di seluruh dunia.

“Kami akan terus berinovasi pada produk Geniebook yang sudah ada. Contohnya, GenieSmart atau lembar kerja yang dipersonalisasi dengan AI, GenieClass atau ruang belajar-mengajar melalui kelas online, dan GenieAsk yang memungkinkan murid untuk mengobrol dan menerima bantuan dari guru berpengalaman secara real-time,” paparnya dalam keterangan resmi.

COO & Co-founder Geniebook Alicia Cheong menambahkan, pihaknya siap untuk melakukan lompatan ke pertumbuhan berikutnya sejalan dengan penambahan tim baru, inovasi produk, dan fokus kuat untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih personal dan didukung dengan teknologi.

Sementara itu, Managing Partner East Ventures Roderick Purwana mengungkap, platform edtech memainkan peran penting dan mempercepat penawaran solusi mereka kepada pengguna sejalan dengan situasi pandemi Covid-19 di tahun kedua. Pihaknya juga menilai Geniebook telah menunjukkan daya tarik kuat di pasar luar negeri, salah satunya Vietnam yang telah mengalami pertumbuhan hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Momentum edtech

Berbagai pemain edtech di Asia Tenggara terus memanfaatkan situasi Covid-19 sebagai momentum untuk mengakselerasi pertumbuhan produk dan bisnisnya ke depan. Khusus di Indonesia, kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara tatap muka di sekolah baru dibuka secara bertahap.

Dalam kesempatan terpisah baru-baru ini, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkap tentang bagaimana pandemi telah mengakselerasi adopsi digital dan mendorong investasi di sektor digital Indonesia. Healthtech dan edtech merupakan dua dari sekian sektor digital yang memainkan peran signifikan sejak pandemi pertama kali berlangsung.

Sumber: e-Conomy SEA Report 2020
Sumber: e-Conomy SEA Report 2020

Dampak ini turut tercermin dari meningkatnya layanan dari portofolio East Ventures, yakni Ruangguru dengan kenaikan jumlah pengguna hingga 50%. Selain itu, Willson menyoroti bagaimana pandemi mendongkrak iklim investasi di Indonesia dari sebelumnya $3,4 juta di 2020 menjadi $4,9 juta di kuartal ketiga 2021.

“Peningkatan ini teridentifikasi karena perilaku konsumen berubah menjadi perilaku berbasis digital atau online. Semua investor menjadi lebih agresif dan optimistis karena akselerasi digital terjadi sebelum hal lain,” kata Willson.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Inisiatif Digitalisasi Dunia Pendidikan, Pintro Kolaborasi dengan Perbankan

Digitalisasi dalam dunia pendidikan menjadi sebuah persoalan serius yang perkembangannya selalu mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Terlebih dalam kondisi pandemi yang sudah memasuki tahun kedua ini, dunia pendidikan dipaksa untuk bertransformasi secara digital untuk bisa beradaptasi dengan situasi yang ada saat ini.

Tentunya membangun digitalisasi layanan pendidikan bukanlah perkara mudah, dibutuhkan kesadaran, keinginan serta komitmen yang kuat mulai dari sisi lembaga pendidikan sendiri maupun dari sisi sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Selain itu, upaya ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan sangat kompleks dalam prosesnya mulai dari proses desain, pengembangan, sosialisasi, dan implementasi sistem.

Beberapa lembaga pendidikan sudah mengambil langkah untuk menggunakan platform aplikasi dalam membantu pengelolaan pelayanan pendidikan, namun bukan berarti hal ini tanpa tantangan. Dengan menggunakan platform pihak ketiga, lembaga pendidikan harus mengikuti aturan dan sistem yang berlaku dan sering kali tidak menyediakan opsi integrasi dan personalisasi.

Pintro sebagai salah satu pemain di sektor ini menyadari kedua kendala di atas dapat menjadi kunci untuk menyukseskan transformasi digital di dunia pendidikan. Platform yang menyediakan solusi sistem tata kelola administrasi dan manajemen lembaga pendidikan berbasis SaaS ini mencoba memperkuat inisiatif dari berbagai sisi, salah satunya finansial.

Kolaborasi dengan perbankan

Pada awal bulan September 2021 lalu, Pintro resmi menggandeng Bank Mega Syariah untuk mewujudkan komitmen memberikan solusi digitalisasi pendidikan melalui program “EduBerkah”. Bukan hanya sekedar memberikan kredit pengembangan infrastruktur fisik pendidikan, bank yang pada awalnya hanya berurusan dengan sistem pembayaran diharapkan bisa memberikan subsidi biaya atas kebutuhan pengembangan transformasi digital.

Di sisi lain, segmen pasar lembaga pendidikan khususnya yang berbasis agama sangat luas di Indonesia. Pintro melihat kolaborasi dengan Bank Mega Syariah dengan fokus yang sejalan akan mempermudah proses digitalisasi serta memaksimalkan potensi yang ada.

Beragam keunggulan layanan EduBerkah ini nantinya akan diluncurkan mulai dari transaksi pendaftaran, proses pembayaran online dengan sistem multichannel yang terhubung secara otomatis ke sistem akademik, pembelajaran jarak jauh, online test, sistem penilaian, transkrip khs, hingga sistem layanan lainnya.

Program “EduBerkah” juga memberikan gratis pelatihan fitur layanan pendidikan yang akan digunakan. Dengan dukungan sistem tata kelola manajemen yang saling terintegrasi tersebut, diharapkan lembaga pendidikan dapat mengikuti laju pertumbuhan teknologi dan merasakan beragam kemudahan dalam kegiatan pendidikan sehari-hari. Layanan Eduberkah sendiri dapat diakses 24/7 dengan implementasi super mudah serta sudah terintegrasi & terautomasi.

Disebutkan juga dalam rilis bahwa nantinya kerja sama yang dibangun bukan hanya mengintegrasikan sistem pendidikan dengan sistem perbankan saja, akan tetapi diharapkan dapat mengintegrasikan juga dengan 30 unit bisnis di bawah naungan CT Corp yang bergerak di bidang retail, e-commerce dan hospitality lainnya secara nasional.

Pengembangan fitur

Di Pintro sendiri, sudah ada 2 kategori produk, yaitu Pintro Co-brand yang memungkinkan lembaga pendidikan untuk melakukan whitelabel atau kustomisasi, serta Pintro Lite dengan fitur yang lebih terbatas. Selama dua tahun beroperasi, sudah ada puluhan ribu pengguna aktif setiap hari dari 500+ Lembaga Pendidikan nasional dari setiap tingkatan pendidikan yang tersebar di berbagai kota termasuk Jabodetabek, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Pekanbaru, dan lainnya.

Dalam wawancara terpisah, CEO Pintro, Syarif Hidayat mengungkapkan adanya sedikit perubahan dalam prioritas pengembangan fitur/produk baru menyesuaikan kondisi pendidikan saat ini. Salah satu produk yang dikembangkan sejak tahun lalu adalah LMS (Learning Management System), diikuti dengan aplikasi tes online berbasis CBT “PintroTest” yang terintegrasi dengan modul pendaftaran murid baru, kegiatan akademik, serta pembayaran.

Produk lain yang juga sudah dikembangkan adalah “PintroConference” yang bukan hanya menawarkan video conference, namun juga terintegrasi dalam proses kegiatan pembelajaran harian dan fitur PintroTest. Selain untuk meminimalisir tindak kecurangan, fitur ini juga diklaim praktis serta terintegrasi ke sistem penilaian sehingga memungkinkan mobilisasi yang cepat dan tepat.

Selain itu, Pintro juga semakin memperkuat layanan pembayaran online dengan menambah opsi pembayaran di fitur “PintroPay” dengan LinkAja dan Jenius. Dalam fitur ini juga tersedia opsi paylater berkolaborasi dengan Kredivo.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan yang menelurkan solusi sejenis, seperti Codemi yang pada akhir tahun lalu berhasil meraih pendanaan dari init-6, perusahaan investasi yang didirikan oleh Co-Founder Bukalapak, Achmad Zaki. Selain itu juga ada HarukaEDU dan RuangKerja oleh RuangGuru.

Target ke depannya

Dalam Edeech Report 2020 yang dikeluarkan DailySocial.id, disebutkan bahwa pasar e-learning global akan mencapai $325 miliar pada tahun 2025 dari $107 Miliar pada 2015. Menurut Holon IQ, pengeluaran masyarakat terkait kecanggihan teknologi dalam pendidikan akan mencapai $12,6 miliar pada 2025, yang naik dari $1,8 miliar pada 2018.

Sebagai bagian dari visi Pintro untuk terus bisa melakukan inovasi yang berkelanjutan khususnya di sektor pendidikan, ke depannya, timnya menyatakan keinginan untuk eksplorasi di luar sistem tata kelola manajemen pendidikan. CT Corp sebagai induk Bank Mega Syariah dengan ragam layanan yang ditawarkan, diharapkan dapat mempermudah Pintro untuk mengintegrasikan layanan pendidikan di sektor e-commerce, hiburan, pariwisata/perhotelan dan lainnya.

Salah satu target yang juga disampaikan terkait fitur Edumart yang saat ini masuk dalam pembahasan untuk skema komersial dan bisnis. “Harapannya bisa segera rilis di akhir tahun ini,” ujar Syarif.

Dari sisi pendanaan, hingga saat ini Pintro masih bertahan dengan sistem bootstrap. Syarif menyampaikan bahwa ada beberapa VC dari dalam dan luar negeri yang sudah mencoba membangun relasi, namun ketika itu Pintro belum fokus ke masalah pendanaan.

“Mudah-mudahan paling cepat tahun depan setelah urusan internal produk, organisasi dan bisnisnya makin matang, kami secara paralel bisa mempersiapkan proposal investasi yang lebih baik. Fundraising sendiri dibutuhkan untuk perluasan market Pintro secara nasional,” tutup Syarif.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Penerapan Teknologi AR/VR di Platfrom “Online Course”

Tidak sekadar platform edtech biasa, Rolmo mencoba menjembatani kebutuhan online course dan besarnya permintaan tersebut saat ini dan kedepannya.

DailySocial bersama Founder Rolmo Jonathan Aditya membahas bagaimana Rolmo, sebagai platform online course, menghadirkan pakar di bidangnya menggunakan teknologi AR/VR sebagai diferensiasi di antara pemain di segmen ini yang semakin menjamur.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Ruangguru Dukung Peluncuran Sekolah Online “Alta School”

Pembatasan akibat pandemi memaksa institusi pendidikan untuk turut beradaptasi. Selama beberapa bulan terakhir, berbagai sekolah di Indonesia untuk semua jenjang, mengubah model pembelajaran dari tatap muka menjadi daring. Walaupun awalnya menyulitkan guru, siswa, dan bahkan orang tua; namun pada akhirnya ditemukan model yang cukup optimal untuk penyampaian materi secara online.

Melihat tren pembelajaran online yang kini menjadi hal yang lumrah, bahkan dipilih beberapa orang tua untuk meminimalkan risiko terkena virus, Alta School hadir sebagai sekolah online. Terkait jenjang dan standardisasi yang diterapkan setara dengan sekolah konvensional pada umumnya. Mereka menjamin, kurikulum yang disampaikan mengakomodasi kebutuhan perkembangan anak baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Didukung teknologi Ruangguru

Alta School telah membuka pendaftaran bagi peserta didik baru untuk usia 4 tahun di jenjang PAUD dan 6 tahun untuk jenjang SD. Pihaknya mengatakan, sekolah ini diluncurkan dengan memprioritaskan aspek kesiapan guru, kurikulum pendidikan, serta metode pembelajaran live teaching interaktif, dan aktivitas mandiri yang terpersonalisasi.

Untuk menunjang kebutuhan ruang kelas online yang optimal, Alta School secara khusus menggandeng Ruangguru untuk memanfaatkan platform Learning Management System (LMS) milik mereka “Ruangkelas”. LMS Ruangkelas menyajikan beberapa kapabilitas, seperti mengatur kelas, daftar hadir, mengelola materi/tugas, diskusi kelas, hingga penilaian dan analisis perkembangan siswa.

Pada dasarnya LMS ini bisa diaplikasikan sekolah-sekolah di luar sana; hingga saat ini dari data Ruangguru disampaikan ada sekitar 12 ribu sekolah yang sudah memanfaatkannya.

Terkait kemitraan strategis antara dua pihak, perwakilan Ruangguru menyebutkan mereka tidak terlibat secara langsung dalam operasional Alta School. Meskipun demikian, berdasarkan penelusuran DailySocial.id, sejumlah pegawai Alta School di LinkedIn menyebut dirinya sebagai bagian dari Ruangguru atau menggunakan nama perusahaan “Alta School by Ruangguru”.

“Akses Ruangkelas yang dihadirkan sebagai sistem kelola belajar utama di Alta School, akan mempermudah guru dalam mengatur kegiatan belajar mengajar secara online, sehingga siswa dapat mengikuti rencana belajar yang sudah ditentukan dengan baik, untuk tetap belajar secara efektif,” ujar Head of Corporate Communication Ruangguru Anggini Setiawan.

Terapkan metode blended learning

Sejak meluncur pada bulan Juli 2021, hingga kini Alta School telah memiliki ratusan murid mulai dari jenjang PAUD A (anak usia 4 tahun), PAUD B (anak usia 5 tahun), hingga siswa SD kelas 1 s/d 3. Mengusung metode blended learning, aktivitas pembelajaran mengedepankan konsep live teaching interaktif dan adaptif dibantu dengan memaksimalkan pembelajaran visual. Live teaching di Alta School memiliki frekuensi hingga 6 kali seminggu.

“Selain itu, live teaching di Alta School juga dikombinasikan dengan aktivitas mandiri bagi siswa. Materi yang diberikan di Alta School setara dengan sekolah nasional, dan pembelajarannya setara dengan sekolah konvensional, jadwal waktu belajar juga bersifat fleksibel,” jelas Kepala Sekolah Alta School Devi Silviaty Gunawan.

Ia melanjutkan, “Pada usia dini, anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan membutuhkan pola belajar dengan contoh konkret. Pada tahap ini pula, rasa percaya diri anak perlu mulai dibangun dengan memberikan rasa aman dan menyenangkan saat belajar.”

Secara keseluruhan aktivitas yang ditawarkan meliputi live teaching, homebase project, offline activity with parent, tutoring class, kelas add on, life skill education, learning kit serta berbagai fasilitas lainnya untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan abad 21.

Pembelajaran online selama pandemi

Dalam laporan World Economic Forum tercatat di seluruh dunia saat ini ada lebih dari 1,2 miliar anak di 186 negara yang terkena dampak penutupan sekolah karena pandemi.  Sepanjang tahun 2020 lalu pendidikan telah berubah secara dramatis, dengan munculnya platform e-learning, pengajaran dilakukan dari jarak jauh pada platform digital.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata, siswa mampu mempertahankan materi 25-60% lebih banyak saat belajar online dibandingkan dengan hanya 8-10% secara offline di kelas [dengan asumsi alat dan media ajar disiapkan secara optimal]. Salah satu alasannya adalah, siswa dapat belajar lebih cepat secara online. Konsep e-learning membutuhkan 40-60% lebih sedikit waktu untuk belajar daripada di ruang kelas tradisional karena siswa dapat belajar dengan kecepatan mereka sendiri, kembali dan membaca ulang, melewatkan, atau mempercepat melalui konsep yang mereka pilih.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Melihat Peluang Startup Teknologi Pendidikan di Masa Pandemi

Konsep startup teknologi pendidikan (edtech) adalah mengadopsi kegiatan belajar secara online. Tak hanya berguna bagi pengguna, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bisa scale-up dan tumbuh dengan baik.

Di video ini, DailySocial bersama Analia Tan dari Kiddo.id membahas  bagaimana potensi startup edtech dalam ekosistem bisnis digital. Juga seperti apa tantangan terbesar yang dihadapi, khususnya di masa pandemi.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

[Video] Meningkatkan Jumlah Talenta “Programmer” di Indonesia

Makin ramainya ekosistem startup teknologi Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah tenaga pengembang (programmer) di Indonesia yang sebanding. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berbagai platform menawarkan pelatihan teknis, baik secara online maupun offline.

DailySocial bersama Peter Tanugraha dari Kotakode membahas perkembangan digital talent Indonesia dan bagaimana tantangannya.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocial TV.

Venturra Discovery Kembali Berikan Pendanaan untuk Startup Asal Vietnam

Unit modal ventura yang terafiliasi Lippo Group, Venturra Discovery, kembali memberikan pendanaan untuk startup di Vietnam. Kali ini mereka terlibat dalam pendanaan awal ke pengembang platform edtech setempat Marathon Education. Putaran tahap awal tersebut bernilai $1,5 juta dipimpin Forge Ventures (dana kelolaan Alto Partners), didukung juga oleh iSeed SEA.

Didirikan sejak 6 minggu yang lalu, Marathon Education menyajikan kanal pembelajaran kursus (after-school education) untuk siswa kelas 6 s/d 12. Saat ini fokusnya masih seputar materi matematika dan sains, mengikuti standar kurikulum kementerian pendidikan di sana.

Sebelumnya pada Juni 2021 lalu, Venturra Discovery juga terlibat dalam investasi Infina, sebuah startup pengembang aplikasi investasi asal Vietnam. Dan juga startup social commerce di sana bernama Mio pada Mei 2021.

“Misi kami sejak awal adalah empowering entrepreneur di Asia Tengara. Dan saat ini menjadi waktu yang tepat bagi kami secara agresif untuk berinvestasi di Vietnam dan juga di Indonesia. Sampai waktu 2-3 tahun ke depan, kami masih memiliki cukup fund untuk berinvestasi,” terang Partner Venturra Discovery Raditya Pramana dalam sebuah kesempatan wawancara bersama DailySocial.id.

Ia turut menyampaikan, tahun ini perusahaannya punya target berinvestasi ke 10 startup di Vietnam dan Indonesia. Di Vietnam, Venturra juga telah memiliki tim yang bertugas mengeksplorasi dan melakukan penjajakan investasi.

Sebenarnya, selain kedua negara tersebut, Venturra Discovery juga sudah masuk ke pasar Filipina. Awal tahun ini mereka terlibat ke pendanaan Podcast Network Asia.

Ekosistem di Vietnam

Menurut laporan tahunan Global Startup Ecosystem Report (GSER) yang dipublikasi Startup Genome, Jakarta menempati urutan kedua dari 100 kota di seluruh dunia dalam daftar emerging startup ecosystem. Peringkat Jakarta tertinggi dibandingkan negara tetangga lainnya di Asia Tenggara, seperti Kuala Lumpur (11), Manila (urutan 31-40), Bangkok (51-60), dan Ho Chi Minh City (71-80).

Kendati masih di bawah beberapa kota lainnya, ekosistem di Ho Chi Minh City, Vietnam terpantau terus meningkat secara performa nilai ekonomi, pendanaan, dan talenta terkait startup digital. Untuk menangkap momentum tersebut, sejumlah pemodal ventura juga telah hadir di sana, termasuk East Ventures dan Patamar Capital.

Pangsa pasar digital yang mulai terbentuk juga mendorong startup di Asia Tenggara lainnya untuk masuk ke sana, termasuk dari Indonesia, yakni Gojek, Traveloka, dan Ruangguru.

Sementara itu menurut laporan e-Conomy SEA 2020, GMV yang dihasilkan oleh pasar Vietnam menempati peringkat ke-3 setelah Indonesia dan Thailand. Tahun 2020 nilai GMV yang dihasilkan dari ekosistem digital setempat sudah mencapai $14 miliar dan diproyeksikan bertumbuh jadi $52 miliar di tahun 2025.

Sektor e-commerce memberikan sumbangsih terbesar, diikuti online media, travel, dan transportasi. Investasi ke startup juga terus mengalami pertumbuhan, bahkan sangat pesat di periode tahun 2019 dan 2020. Sebelumnya pada tahun 2018, nilai investasi yang dibukukan mencapai $351, lalu tahun berikutnya meningkat lebih dari 2x lipat mencapai $935 miliar.

Cakap Terus Perluas Varian Layanan, Rangkul Lebih dari 1,5 Juta Pelajar Aktif di Platform

Awal Agustus 2021 ini, platform edtech pembelajaran bahasa “Cakap” meluncurkan Teacher Academy. Layanan teranyar tersebut berisi program pelatihan mengajar melalui platform online, dimulai untuk guru bahasa Inggris. Di dalamnya merangkum teknik mengajar komunikatif dan pemanfaatan teknologi. Program ini gratis, namun ada mekanisme ujian yang harus dilewati terlebih dulu. Nantinya pengajar yang tersertifikasi dapat bergabung ke platform Cakap dan mendapatkan penghasilan mengajar di sana.

“Komitmen Cakap untuk meningkatkan kompetensi murid dan pengajar juga dapat dilihat dari hasil pencapaian Cakap yang telah memberdayakan sekitar 1,5 juta murid dan lebih dari 1000 pengajar global dan lokal dari berbagai topik pembelajaran. Para pengajar berasal dari Indonesia, Filipina, Taiwan, China, Jepang, Korea, Afrika Selatan, dan lainnya yang nantinya akan menjadi instruktur untuk peserta Cakap Teacher Academy,” ujar Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus.

Cakap juga melihat ini sebagai kesempatan dalam meningkatkan skor Indonesia di Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2024, yang akan menilai efektivitas pengajaran dan pembelajaran bahasa di seluruh dunia. Selain meningkatkan kompetensi guru, program ini juga akan memberikan dampak yang lebih luas, seperti akses pelatihan untuk mendapatkan peluang pekerjaan. Peserta pada program ini akan diberikan sertifikasi yang diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Perkembangan bisnis

Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus / Cakap
Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus / Cakap

Dalam wawancara eksklusif bersama DailySocial.id, Tomy mengatakan hingga Q2 2021 ini jumlah murid aktif di platformnya meningkat 500% di periode yang sama tahun lalu. Dari 1,5 juta murid yang dirangkul, demografinya 52% perempuan dan 48% laki-laki; didominasi kalangan mahasiswa, profesional, dan juga wirausahawan muda (60% berusia 20-29 tahun).

Selain layanan pembelajaran yang sudah ada, Cakap UpSkill yang diluncurkan tahun lalu diklaim mendapatkan respons baik dari masyarakat untuk mengurangi gap of competency di angkatan kerja Indonesia. Tercatat sudah lebih dari 100 ribu alumni dihasilkan dari program pelatihan yang menyasar beragam profesi mulai dari digital marketer, engineers, SMEs owner, sampai tenaga pariwisata.

“Saat ini, para murid Cakap sudah dapat menikmati sistem interactive self-paced learning, waktu pembelajaran dapat dengan sangat fleksibel ditentukan oleh murid antara belajar lewat materi video interaktif, live webinar, online assignment, hingga final examination untuk mendapatkan sertifikasi yang dapat dilakukan dari mana pun,” imbuh Tomy.

Proposisi nilai

Di bisnis pembelajaran bahasa berbasis aplikasi, Cakap tidak sendiri. Ada beberapa pemain lokal dan global yang bermain di area ini. Sebut saja English Academy dari Ruangguru, secara khusus menyajikan layanan kursus bahasa Inggris secara online dengan instruktur profesional. Selain melalui video on-demand, layanan juga disuguhkan melalui pengajaran live interaktif. Ada juga ELSA Speak yang fokus pada kemampuan berbicara bahasa Inggris dan LingoAce yang fokus ke pembelajaran bahasa Mandarin.

Melihat dari proyeksi nilai kapitalisasi yang dihasilkan dari layanan pembelajaran bahasa online memang menggiurkan. Diproyeksikan pada tahun 2024 mencapai $21,57 miliar dengan pertumbuhan tertinggi disumbangkan dari pasar Asia Pasifik. Industri yang masih terfragmentasi menjadi kesempatan tersendiri bagi pemain edtech untuk membenahi keadaan, pun mengenai strategi pembelajaran di era normal baru.

Untuk tetap relevan dengan kebutuhan pasar, menurut Tomy ada empat strategi yang ditekankan Cakap. Pertama, membentuk ekosistem belajar yang terintegrasi. Aplikasi menyediakan beberapa fitur yang saling terhubung, mulai dari pembelajaran privat, belajar dengan teman secara berkelompok, webinar, tes kemampuan bahasa, materi belajar multimedia, dan direktori laporan belajar.

Kedua, pengajar profesional yang direkrut dari lembaga pendidikan terpercaya dan dibuktikan kemampuannya melalui sertifikat profesi. Ketiga, materi belajar kursus bersertifikat. Cakap menawarkan materi belajar yang dikembangkan bersama dengan lembaga pendidikan terpercaya dan murid dapat mendapatkan sertifikat yang diakui oleh BNSP.

Dan terakhir terkait materi belajar interaktif. “Platform teknologi Cakap tidak menggantikan guru dalam proses pembelajarannya. Teknologi Cakap memberdayakan guru, meningkatkan adopsi teknologi pada kalangan pengajar dan memudahkan proses pembelajaran untuk dilakukan di mana pun dan kapan pun tanpa batas,” ujar Tomy.

Rencana selanjutnya

Akhir tahun 2020 lalu, Cakap baru mengumumkan perolehan pendanaan seri A+ senilai $3 juta yang dipimpin Heritas Venture Fund, diikuti oleh Strategic Year Holdings dan beberapa investor sebelumnya seperti Investidea Ventures dan Prasetia Dwidharma. Ketika ditanya mengenai rencana penggalangan dana lanjutan Tomy menjawab, “Saat ini kami masih dalam proses untuk mengevaluasi peluang-peluang kerja sama atau pendanaan.”

Percepatan adopsi digital selama pandemi juga dilihat oleh tim Cakap. Menurutnya orang Indonesia saat ini terkenal cukup tech savvy dan cepat beradaptasi dengan teknologi baru. “Saya melihat dalam waktu satu setengah tahun terakhir masyarakat Indonesia semakin terbiasa untuk melakukan pembelajaran daring, bukan sebagai alternatif tapi sebagai pengganti dari metode belajar konvensional. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah murid di platform Cakap yang cukup signifikan seperti yang disebutkan di atas,” terang Tomy.

Ia juga mengungkapkan, para murid juga makin nyaman dengan metode belajar interaktif karena tetap dapat mempertahankan interaksi dan aspek sosial di dalam kelas virtual. Learning Management System juga berperan penting dalam mengatur kegiatan pembelajaran mulai dari penjadwalan sampai pelaporan, sehingga membuat para murid dapat merasakan proses pembelajaran semakin efektif dan efisien dibandingkan metode belajar konvensional.

“Kami masih akan fokus untuk memberikan dampak sosial bagi masyarakat di Indonesia lewat solusi-solusi yang sudah luncurkan sebelumnya, mulai dari pembelajaran bahasa lewat Cakap Language, peningkatan kemampuan di bidang vokasi lewat Cakap UpSkill, maupun program pemberdayaan pengajar lewat Cakap Teacher Academy. Kami berharap dengan deretan solusi ini, dapat membantu mewujudkan pemerataan akses pendidikan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia ke depannya,” tutup Tomy.

Application Information Will Show Up Here

Edu-Wellness Startup “Mindtera” Secures Seed Funding from East Ventures

Educational platform for self-development (edu-wellness) Mindtera has announced seed funding with undisclosed amount led by East Ventures. Silicon Valley-based Hustle Fund, Henry Hendrawan, and several angel investors in the tech industry participated in this round.

The fresh funds will be used to accelerate its mission in helping people live their best lives, by providing access to a curriculum for self-development learning across a wide range of lives.

“This latest funding will be used to strengthen product and technology teams, launch more exciting features, increase brand awareness, and build capacity in response to market needs. We welcome passionate talent to join us on this journey,” Mindtera‘s Co-founder & CMO Bayu Bhaskoro said in an official statement, Monday (23/8).

The concept

This startup’s other founder is Tita Ardiati. She is a licensed life coach who has spent more than 500 hours with 100 clients and is a senior statistician with experience working at multinational research institutions, such as YouGov and Nielsen. Meanwhile, Bayu has experience as a senior creative professional with various achievements.

Mindtera’s Co-Founder & CEO, Tita Ardiati said, this platform was established to provide education and training on emotional, social and physical intelligence in digital format for individuals and companies. Mindtera’s multiple intelligence curriculum has been scientifically and clinically validated by life coaches, educators, and clinical psychologists.

In addition, this learning platform will also build a community as a daily support system for its users. “Mindtera aims to overcome this imbalance by designing and building educational products containing multiple intelligences (multi-intelligence approach),” she explained.

She also mentioned, “[..] We provide content that opens up insights about multiple intelligences to more individuals and companies. Through Mindtera, look forward to accessibility, relevance and community in a digital format that will help increase your potential.”

According to the Harvard Business Review (HBR), emotional intelligence (EQ) is twice as important as any other skill for achieving personal growth and well-being, whether at home or at work. Generally, in schools, even edtech, focus on technical and academic abilities.

Nowadays, it’s almost hard to find solutions to improve an individual’s EQ in a structured way to better navigate life. Especially amidst the pandemic, EQ has become an important aspect to help people adapt to unprecedented changes and uncertainties.

East Ventures’ partner, Melisa Irene said, “[..] We believe Mindtera will pave the way for changing people’s understanding of intelligence as a whole, equipping people with the right curriculum and services to achieve life satisfaction.”

Wellness market share

Indonesia’s market share for fitness and wellness industry has grown significantly over the past few years. Euromonitor International’s data shows that Indonesia’s health and wellness food and beverage market has grown 51% in five years and become the current $9 billion industry.

Meanwhile, according to a report from the International Association of Health Clubs, Rackets and Sports, the country’s fitness industry grew by 45% in three years to $271 million in 2017. In Indonesia, wellness players serve across multiple verticals. It includes Fit Company, DOOgether, Jovee, YouVit, ClassPass, R Fitness, and many more.

Source: Euromonitor

The lucrative potential for economic value has made several digital innovators jump into this area. Carrying the concept of an educational application that focuses more on fitness and physical health activities, Telkomsel released the “Fita” application this year. To date, the app is still in its early access phase. It offers several products, from 1-on-1 tutoring services with professional trainers, on-demand workout videos, exercise programs, tips and nutritious food recipes.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian