Modalku Segera Umumkan Ekspansi Negara Berikutnya

Modalku segera mengumumkan ekspansi ke negara berikutnya dalam waktu dekat sebagai bagian dari peningkatan inklusi keuangan di Asia Tenggara.

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya masih enggan menyebut negara mana yang akan disasar perusahaan. Namun ia memastikan masih di kawasan Asia Tenggara. Rencananya pada awal Februari 2019 mendatang dapat memulai bisnisnya secara soft launching.

“Sekarang kita sudah hadir di empat negara, belum di-announce dulu. Tapi negaranya masih di Asia Tenggara,” ucapnya, Rabu (23/1).

Reynold melanjutkan, ekspansi ini menggunakan dana yang didapat perusahaan lewat putaran pendanaan seri B tahun lalu. Perusahaan sudah memproses semua kebutuhan, seperti berbicara dengan regulator setempat, membangun tim lokal, dan sebagainya.

“Kami upayakan untuk selalu comply dengan aturan yang berlaku, sudah bicara dengan regulator. Kapasitas kami menyiapkan tim lokal yang baik karena bangun budaya perusahaan itu tidak mudah.”

Di negara tersebut, Modalku akan tetap menggunakan nama merek yang sama. Begitu pun fokus bisnisnya akan tetap menyalurkan pinjaman untuk sektor usaha produktif. Ekspansi Modalku ini akan menandakan layanan perusahaan yang sudah merambah ke Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Capaian bisnis dan rencana Modalku

Merayakan hari jadinya yang ke-3, Modalku mengumumkan telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp4 triliun di tiga negara untuk 140 ribu pinjaman ke UKM. Dari angka tersebut, lebih dari Rp2,2 triliun telah disalurkan untuk UKM di Indonesia saja.

Pencapaian tersebut tumbuh hingga 3 kali lipat dari 2017 atau sebesar Rp1 triliun. Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan menerangkan, kenaikan ini terjadi karena produk Modalku sudah mencapai tahap market fit sehingga cocok dengan kebutuhan para borrower.

“Biasanya di tahun pertama dan kedua itu adalah masa trial and error. Produk sudah ada tapi belum begitu kompetitif, sehingga perlu di-tweak. Sekarang ada produk yang sudah punya fitur renewal, pencairan bisa dilakukan rutin setiap bulan. Dari situ kita dapat retain consumer,” kata Iwan.

Produk yang paling banyak dimanfaatkan oleh para borrower di Modalku adalah pinjaman UKM. Rata-rata peminjam berasal dari kalangan pedagang online maupun offline. Produk ini memiliki tenor yang cukup pendek, maksimal tiga bulan dan bunga yang kompetitif.

Untuk tingkat gagal bayar, Iwan mengaku secara regional mampu menekan hingga 0,9%. Bila dilihat per negara saja, di Indonesia tingkat NPL-nya 0,7%.

Pada tahun ini, perusahaan akan memfokuskan produk pinjaman UKM agar semakin banyak diterima oleh masyarakat. Untuk itu perusahaan akan perbanyak kemitraan dengan pemain e-commerce. Sebelumnya Modalku bekerja sama dengan Tokopedia untuk layanan Saldo Prioritas.

Reynold menyebut konsep produk tersebut tidak bersifat eksklusif sehingga dapat dimanfaatkan oleh pedagang online lainnya yang tergabung dalam platform marketplace yang lainnya.

“Kami berusaha untuk win-win ke semua pemain marketplace, agar semakin banyak pedagang online yang bisa memanfaatkan pinjaman dana dalam mengembangkan usaha mereka.”

Perusahaan juga terus berupaya untuk mempercepat proses pencairan dana untuk para borrower jadi 1-2 hari, dari proses pendaftaran sampai dana diterima. Sebelumnya borrower harus menunggu sampai 3-5 hari.

Speed itu unsur paling penting dalam perusahaan fintech. Nah itu yang mau kita fokuskan di tahun ini,” tambah Iwan.

Sebagai bentuk dukungan terhadap regulasi di Indonesia, Modalku tengah memproses perizinan izin usaha ke OJK, setelah mengantongi surat tanda terdaftar. Reynold mengaku pihaknya masih memproses seluruh persyaratannya ke OJK.

Unsur compliance atau kepatuhan hukum menjadi salah satu fokus yang ditekankan perusahaan agar industri p2p lending dapat lebih terorganisir dan berkomitmen terhadap perlindungan konsumen.

“Kami akan banyak investasi ke compliance karena banyak hal yang harus kita penuhi seperti ISO, audit eksternal itu effort-nya luar biasa,” pungkas dia.

Application Information Will Show Up Here

Eatigo Resmi Meluncur di Indonesia, Hadirkan Platform Pemesanan Restoran

Platform pemesanan restoran asal Thailand, Eatigo, hari ini (22/1) meresmikan kehadirannya di Indonesia. Sebelumnya Eatigo telah hadir di 6 negara yaitu Hong Kong, Singapura, Thailand, Malaysia, India dan Filipina. Dipilihnya Indonesia sebagai negara ketujuh karena adanya kemiripan kultur masyarakat Indonesia dengan Malaysia dan Thailand — mulai banyak menggunakan aplikasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga gaya hidup.

Bantu restoran tingkatkan performa saat “low hour”

Eatigo menawarkan sistem reservasi dengan diskon hingga 50% di restoran terpilih. Dalam debut awalnya, Eatigo sudah bermitra dengan 250 restoran di Jabodetabek. Secara khusus Eatigo ingin membantu restoran meningkatkan performa mereka saat low hour, yang biasanya terjadi usai jam makan siang atau saat makan malam saja (biasa disebut peak hour).

“Konsep kita terbilang unik. Hanya restoran terpilih yang bersedia memberikan diskon kepada pengguna kami yang bisa bergabung menjadi merchant Eatigo,” kata Co-founder & Group CEO Eatigo Michael Cluzel.

Model ini sengaja dilancarkan demi menjamin hanya restoran populer saja yang bisa menjadi merchant Eatigo. Sejauh ini Eatigo tidak memiliki rencana untuk merekrut banyak restoran secara masif seperti yang dilakukan oleh layanan serupa.

“Proses kurasi restoran kita manfaatkan dari ulasan yang banyak beredar di platform restaurant review seperti TripAdvisor dan lainnya. Jika restoran tersebut memiliki rating yang baik, cukup populer dan banyak dicari oleh pengguna, akan kami pilih untuk bergabung dengan Eatigo,” kata Michael.

Untuk pemberian diskon sendiri, Eatigo memanfaatkan manajemen hasil (yield management) melalui diskon berbasis waktu. Eatigo membantu restoran mengubah permintaan dan membentuk traffic pengunjung dengan cara memaksimalkan kapasitas dan profitabilitas mereka.

Eatigo mengambil komisi sekitar 10% dari setiap transaksi yang terjadi memanfaatkan platform. Semua restoran yang tampil di aplikasi berdasarkan rekomendasi dan pilihan dari pengguna. Sejauh ini tidak ada iklan yang ditampilkan.

“Fokus kami adalah memanfaatkan low hour yang kerap terjadi di restoran dan meningkatkan keuntungan mereka hingga 30%. Dengan teknologi yang dimiliki, pemilik restoran bisa memonitor pemesanan sebelum dilakukan oleh pengguna di dashboard mereka,” kata Michael.

Investasi Eatigo untuk Indonesia

Didirikan pada tahun 2013, Eatigo saat ini telah membukukan lebih dari dua juta reservasi di 5 ribu restoran di Asia Tenggara. Eatigo juga telah mendapatkan total pendanaan seri C senilai $25,5 juta pada pertengahan tahun 2018 lalu, salah satunya dari TripAdvisor.

Investasi yang digelontorkan Eatigo di setiap kota basis ekspansi akan didasarkan pada pertumbuhan layanan. Untuk saat ini Eatigo masih fokus di Jabodetabek, namun jika memang ada demand dan pertumbuhan yang menjanjikan di kota lain, bukan tidak mungkin Eatigo akan memperluas jangkauan di luar Jabodetabek.

“Konsep ini bisa dibilang hanya dimiliki oleh Eatigo, memastikan pengguna bisa dapatkan diskon jika melakukan reservasi di Eatigo. Fokus kami saat ini juga penggunaan di aplikasi yang mencapai hingga 80% reservasi di aplikasi Eatigo,” kata Michael.

Sebelumnya Qraved yang telah meluncur di Indonesia lebih dulu juga menawarkan layanan pemesanan restoran. Namun saat ini Qraved sudah bertransformasi menjadi lifestyle app. Sementara Zomato yang masih cukup eksis dengan layanan dan platformnya sebagai restaurant review dan rekomendasi, juga mulai memberikan diskon di restoran terpilih melalui aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Gojek di Thailand “Get” Perluas Wilayah Operasional di Bangkok

Get, nama brand Gojek untuk wilayah operasional Thailand, hari ini mengumumkan perluasan operasional di Bangkok. Wilayah yang dijamah meliputi Chatuchak, Lad Prao, Wang Thong Lang, Sathorn, Bang Rak, Klongtoey, Yannawa, Bangkapi, Ratchathewi, Pathumwan, Phyathai, Beung Kum, Bang Kho Laem dan Rat Burana.

Selama periode soft-launch di Thailand dengan aplikasi beta-nya, Get menyediakan layanan ride-hailing dan kurir pengiriman, dalam radius delapan kilometer. Get resmi diluncurkan di Thailand sekitar awal Desember 2018, ekspansi Asia Tenggara kedua yang dilakukan Gojek.

Perluasan ini dilakukan Get pasca pihaknya mengklaim adanya respons positif dari masyarakat — baik mitra pengemudi maupun pengendara. Get beroperasi dengan pengemudi kendaraan roda dua yang berlisensi resmi atau dikenal dengan istilah “Win Driver” di wilayah tersebut.

Kegiatan operasional Get di Thailand dilakukan oleh tim lokal. Oleh karenanya, Get juga miliki CEO sendiri di wilayah tersebut. Menyambut perluasan ini, Co-founder & CEO Get Pinya Nittayakasetwat mengatakan, layanan transportasi (publik) roda dua merupakan kunci dalam mengarungi kepadatan lalu lintas di Bangkok, serta membantu mobilitas masyarakat secara lebih efisien.

Soft-launching ini ditandai dengan peluncuran layanan Get Win dan Get Delivery, sebelum kami memperkenalkan ragam layanan lain ke depannya. Kami percaya bahwa kami mampu menyediakan pengalaman terbaik dalam upaya membuat hidup di area perkotaan yang lebih produktif dan efektif,” ujar Pinya.

Pinya turut menceritakan, bahwa Get merupakan aplikasi pertama yang bekerja sama hanya dengan mitra pengemudi berlisensi. Konon, untuk mendapatkan lisensi tersebut tidak mudah.

Sementara Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim menyampaikan, ekspansi internasional akan terus berjalan agar semakin banyak orang yang merasakan manfaat dari layanan Gojek.

“Setelah berhasil meluncurkan layanan ride-hailing roda dua dan pengantaran makanan di Vietnam serta meluncurkan versi beta yang membawa manfaat bagi ribuan masyarakat Singapura, saat ini kami sedang meningkatkan kehadiran di berbagai wilayah di Bangkok. Hal ini menjadi satu lagi tonggak penting bagi perusahaan kami, dan tentunya kami sangat antusias menanti peluncuran GET agar dapat melayani masyarakat Thailand secara optimal,” terang Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi TukangSayur Pertemukan Pelanggan dengan Tukang Sayur secara Online

Berangkat dari pengalaman pribadi founder Chelly Triwibowo yang sering kesulitan membeli keperluan bahan rumah tangga membuatnya terinspirasi untuk mengembangkan platform TukangSayur. Selain itu, faktor lain yang juga juga diamati adalah terkait kondisi pasar, saat ini jumlah tukang sayur dinilai semakin berkurang.

Tren penurunan jumlah pedagang tersebut turut divalidasi survei AC Nielsen, saat ini populasi pasar tradisional di indonesia setiap tahun mulai berkurang jumlahnya karena tidak mampu bersaing dengan pasar modern

Bersama dengan dua rekannya Endang Achmad (COO) dan Miftah Sanaji (Head Of Product & Design), TukangSayur dihadirkan untuk menjembatani tukang sayur ke pangsa pasar yang lebih luas melalui pendekatan digital.

“Berawal dari kejadian itu akhirnya saya research dan due diligence ke pasar tradisional untuk menangkap kebiasaan konsumen dan tukang sayur keliling selama hampir tiga bulan. Dari pengamatan tersebut, ditemukan algoritma yang bisa membuat masyarakat Indonesia bisa belanja kebutuhan sayuran dan dapur lebih hemat, lengkap, dan tetap segar sampai di rumah.”

Untuk hasil yang lebih komprehensif, TukangSayur turut memanfaatkan teknologi seperti big data untuk dapat melakukan analisis secara terus menerus. Aplikasi juga menerapkan layanan berbasis lokasi, sehingga memberikan efisiensi dalam penyediaan stok komoditas –menghubungkan konsumen dengan mitra pedagang di lokasi terdekat.

Cara kerja TukangSayur

 

Bagi pengguna yang ingin memanfaatkan layanan TukangSayur, bisa mengunduh aplikasinya di perangkat Android atau iOS. Pemesanan dapat dilakukan mulai pukul 09:00 sampai 21:00.

Mitra TukangSayur dengan radius terdekat akan memproses pesanan yang masuk. Pelanggan kemudian akan menerima pesanan keesokan harinya di rumah. Saat ini ada dua pilihan pembayaran yang ditawarkan, yakni transfer bank dan COD.

TukangSayur mengklaim telah memiliki 60 ribu lebih pengguna yang sudah mengunduh aplikasi, dengan persentase pengguna aktif mencapai 70 persen. Sementara mitra tukang sayur yang sudah bergabung berjumlah 250, tersebar di 14 kota seputar Jawa dan Bali.

“Layanan TukangSayur saat ini sudah tersedia di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cimahi, Bandung, Cileunyi, Yogyakarta, Semarang, Gresik, Surabaya, Sidoarjo dan Bali. Uniknya setiap kota memiliki perbedaan produk dan harga yang selalu kami update secara real time setiap hari,” kata Chelly.

Dengan model bisnis yang dijalankan, pendapatan TukangSayur saat ini diambil dari pembagian untung dengan mitra. Selain itu mereka juga mengenakan ongkos kirim dan iklan yang tersemat di aplikasi.

TukangSayur berharap bisa mengedukasi generasi milenial khususnya perempuan untuk membiasakan masak di rumah. Selain lebih sehat dan bergizi, kebiasaan tersebut akan membantu rantai ekosistem perdagangan kecil dan pertanian tetap berjalan normal dan menjadi lebih baik.

“Belum pernah ada startup atau perusahaan yang berhasil di online groceries. Hal itu menjadi tantangan tersendiri untuk saya sebagai pendiri. Namun demikian saya yakin model bisnis TukangSayur sudah proven untuk bisa scale-up dan ekspansi,” kata Chelly.

Lakukan fundraising untuk ekspansi

TukangSayur saat ini tengah melakukan fundraising untuk seri A. Nantinya dana modal ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan fitur, layanan, dan ekspansi ke kota lainnya.

Dalam waktu dekat TukangSayur ingin meluncurkan dua fitur terbaru, yakni Recipe Story dan Home Made. Total akan ada sembilan fitur baru yang segera melengkapi aplikasi, khususnya untuk mendukung layanan berbasis F&B.

“Kami juga ingin memperluas jangkauan layanan ke 30-50 kota besar di Indonesia, mengakuisisi 1% customer market yang memiliki potensial dari jumlah populasi,” tutup Chelly.

Application Information Will Show Up Here

Bridestory Rombak Situs, Bertransformasi dari Kanal Inspirasi Menjadi Platform Rekomendasi

Menjelang akhir tahun, platform marketplace pernikahan Bridestory merombak desain beserta pengalaman pengguna di situsnya. Menurut pemaparan Co-Founder Bridestory Doni Hanafi, perubahan desain ini merupakan bagan dari transformasi dari inspiration-based platform menjadi recommendation-based platform.

“Tujuan kami melakukan pembaruan ini untuk memberikan pilihan vendor yang lebih akurat dan tepat bagi calon pengantin, agar proses perencanaan pernikahan mereka menjadi lebih praktis dan mudah,” ujar Doni.

Ketika membuka situs Bridestory, pengguna akan diminta untuk menjabarkan aspek pernikahan mereka secara detail. Mulai dari waktu dan tempat acara akan digelar, anggaran yang disiapkan, jumlah tamu yang diundang, hingga kategori vendor apa saja yang masih dibutuhkan. Berdasarkan informasi yang diberikan, sistem akan memberikan rekomendasi pilihan vendor.

Peningkatan penetrasi Bridestory Pay

Tahun ini fitur Bridestory Pay diluncurkan, menjadi solusi pembayaran untuk menjembatani berbagai transaksi calon pengantin dengan vendor pernikahan. Menurut pemaparan Doni, saat ini Bridestory Pay tidak mengusung konsep e-wallet, namun menawarkan pilihan pembayaran yang lebih beragam untuk para calon pengantin.

“Dengan melakukan transaksi melalui Bridestory Pay, para calon pengantin dapat menikmati berbagai keuntungan, seperti program cicilan 0% melalui 15 pilihan bank yang bekerja sama dengan kami, asuransi pembatalan pernikahan, hingga cashback yang bisa didapatkan secara langsung,” lanjut Doni.

Manfaat lain yang ditawarkan melalui Bridestory Pay adalah program reward untuk vendor. Vendor pernikahan berkesempatan mendapatkan Bridestory Points dari setiap transaksi melalui Bridestory Pay. Poin dapat ditukarkan dengan berbagai produk dan layanan Bridestory.

Sejak bulan Desember 2018, Briedstory Pay mulai bisa digunakan oleh vendor-vendor di Singapura untuk opsi pembayaran. Selain itu adanya fitur pembayaran digital ini diklaim membuat vendor menjadi lebih mudah untuk mendapatkan transaksi pembayaran dari klien di luar negeri.

“Bridestory Pay sudah banyak digunakan oleh calon pengantin dari luar Indonesia yang ingin menikah di Indonesia. Destination wedding atau pernikahan destinasi memang semakin digemari calon pengantin saat ini. Bridestory Pay berupaya memudahkan vendor untuk menerima pembayaran dari para klien yang berlokasi di luar negeri tersebut.”

Target capaian Bridestory

Di platformnya, saat ini Bridestory telah menampung lebih dari 40 ribu vendor pernikahan yang berasal dari 126 negara. Bridestory juga telah beroperasi (memiliki kantor perwakilan) di Singapura dan Filipina. Selain Bridestory Pay, tahun ini mereka juga meluncurkan Personalised Vendor Discovery dan Parentstory.

Disinggung mengenai target bisnis di tahun depan, Doni menyampaikan bahwa Bridestory masih akan terus menggenggam misi yang ditetapkan bersama. Bridestory ingin senantiasa membantu calon pengantin untuk mewujudkan konsep pernikahan impian mereka dan membantu vendor pernikahan dalam upaya memaksimalkan potensi bisnis.

“Untuk itu, di tahun 2019 nanti kami akan terus fokus untuk mengembangkan inisiatif-inisiatif yang sudah kami mulai di tahun 2018, agar dapat memberikan layanan yang semakin baik dan mewujudkan misi tersebut,” tutup Doni.

Application Information Will Show Up Here

Ambisi Kalibrr Mentransformasi Proses Rekrutmen di Indonesia

Perusahaan seringkali kewalahan setiap kali merekrut kandidat untuk menempati suatu posisi karena proses yang harus ditempuh tidak efisien dan sangat manual. Hal ini membuat ongkos yang dikeluarkan membengkak, belum lagi ada potensi tidak cocok dengan kandidatnya. Kalibrr hadir mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kalibrr adalah perusahaan asal Filipina yang mulai beroperasi di Indonesia sejak 2016. Perusahaan menggabungkan platform rekrutmen berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Managing Director Kalibrr Indonesia Sanuk Tandon menerangkan, salah satu tools yang diunggulkan adalah tes soft skill secara online sesuai dengan spesialisasi para kandidat. Tes ini menjadi pengganti psikotes yang lumrah dilakukan untuk proses rekrutmen konvensional.

Ia mencontohkan, untuk kandidat di posisi data scientist ada salah satu tes yang disebut data interpretation. Setelah mengikuti tes ada skor yang didapat dan bisa menjadi referensi untuk perekrut. Semakin banyak tes yang relevan diikuti oleh kandidat, maka memudahkan perekrut untuk mengambil keputusan.

Tidak sembarang soal tes ini dibuat, Kalibrr bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) yang secara spesifik peduli dengan peningkatan kualitas SDM di negara berkembang. Tak hanya tes soft skill, perusahaan bisa mencantumkan sendiri pertanyaan yang ingin diisi oleh para kandidatnya.

Kecenderungan kandidat untuk mengisi seluruh tes, menurut Sanuk, mayoritas cukup baik terutama di kalangan anak muda.

“Kalau psikotes itu untuk melihat logika berpikir, sementara kalau kita melihatnya sekarang ini perusahaan butuh soft skill sederhana karena lebih relevan dengan kebutuhan mereka,” terangnya kepada DailySocial.

Diferensiasi lainnya dengan pemain job portal yang sudah ada, Kalibrr secara spesifik menyasar lowongan pekerjaan secara terkurasi. Basis data Kalibrr cukup kuat untuk lowongan terkait teknologi, contohnya lowongan soal data scientist, desaigner, engineer, dan sebagainya.

Beda halnya LinkedIn lebih memposisikan sebagai job agregator, juga lowongan pekerjaan yang dipajang di JobStreet cenderung lebih umum sehingga kurang niche.

“Kami lebih premium, kandidat bisa di-review langsung perekrut dari Kalibrr. User experience yang kami tawarkan juga sangat diunggulkan.”

Teknologi AI yang dihadirkan Kalibrr berfungsi untuk memberikan kandidat terbaik untuk perekrut dari database kandidat yang aktif di situs. Hal ini menurut Sanuk akan menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi bagi perusahaan dan memberikan kesempatan untuk meraih kandidat dengan peran pekerjaan yang memiliki peluang lebih tinggi.

Sebab sistem mencari kandidat selama 24/7 dan menyasar mereka yang berstatus masih bekerja di perusahaan, namun membuka peluang untuk berkarier di tempat baru.

Perkembangan Kalibrr Indonesia

Sejak hadir di Indonesia, sambung Sanuk, perusahaan kini memiliki 650 ribu kandidat yang mencatatkan profilnya. Tumbuh pesat dibandingkan pada tahun lalu hanya 40 ribu kandidat. Ditargetkan angkanya dapat tembus 1 juta kandidat pada tahun depan.

Adapun perekrut yang sudah memanfaatkan layanan Kalibrr di antaranya, Gojek, Bukalapak, Lazada, BCA, Bank Mandiri, Unilever, PwC dan sebagainya. Bila ditotal jumlahnya sekitar 300 perusahaan.

Menurut Sanuk, meski beberapa nama perusahaan di atas adalah perusahaan papan atas, namun sebenarnya layanan Kalibrr juga bisa digunakan oleh perusahaan startup yang baru berdiri. Sebab model bisnis Kalibrr adalah berlangganan tergantung paket yang dibutuhkan perekrut.

“Startup yang masih baru pun bisa jadi klien kami karena pada dasarnya dua jenis perusahaan ini butuh sistem HRD untuk memudahkan pekerjaan rekrutmen.”

Untuk rencana Kalibrr pada tahun depan, perusahaan mau menambah kemitraan dengan berbagai universitas, asosiasi mahasiswa Indonesia di luar negeri, media sosial, dan sebagainya. Tujuannya untuk menjaring kandidat yang tepat sasaran dan mempertemukan kandidat dengan perusahaan terkemuka dalam rangka memberikan pengalaman di bidang karier yang potensial.

Di samping itu, inovasi agar proses rekrutmen yang lebih baik juga siap digencarkan. Secara grup, Kalibrr tengah mempersiapkan rencana untuk ekspansi ke Vietnam pada tahun depan. Vietnam akan jadi negara kedua setelah Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Alpha JWC Ventures Involves in Vietnam SaaS Startup Funding Base.vn

Alpha JWC Ventures involves in Pre-Series A funding for Base.vn (Base), a Vietnam-based startup developing SaaS platform for corporate. The funding has reached $1.3 million, also led by Beenext.

The previous investors, 500 Startup and VIISA are also involved. The cash injection becomes the biggest in Vietnam in SaaS and B2B sectors.

“Base’s mission is to build a future work (process). We imagine in the next five years, the company will effectively run and manage its work through technology,” Hung Pham, Base’s Co-Founder & CEO, said.

He also said in the past two years, they had built a special model which capable to integrate various apps into one centralized channel.

Regarding this investment, Alpha JWC Ventures’ Co-founder & Managing Partner Chandra Tjan said to offer solutions for the corporate sector has its own challenge. Base, with its product, is confident enough to be the leading SaaS in Vietnam.

“Pham is a serial entrepreneur with strong technical founder and we believe in Base to be the leading SaaS platform in Southeast Asia and beyond,” he added.

This is Alpha JWC Ventures first investment in Vietnam. Tjan explained in his official statement, after Indonesia, Singapore, and Malaysia; Vietnam is considered to be the country that soon to have a large technology startup in Southeast Asia.

Base, through this funding, plans for regional expansion. However, the current priority is to recruit more talent for product development.

“Our first priority is to acquire more talents for product development and build a strong foundation for expansion in Southeast Asia by mid-2019. Supported by its product, solid team, and strategic investors; we are optimistic to be the leading SaaS platform in the region,” Pham concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Alpha JWC Ventures Terlibat dalam Pendanaan Startup SaaS Vietnam Base.vn

Alpha JWC Ventures terlibat dalam pendanaan pra-seri A untuk Base.vn (Base), startup asal Vietnam yang mengembangkan platform SaaS untuk korporasi. Nominal pendanaan mencapai $1,3 juta. Selain Alpha JWC, pendanaan ini turut dipimpin Beenext.

Investor sebelumnya yakni 500 Startup dan VIISA turut mendukung juga. Suntikan modal ini sekaligus menjadi yang terbesar di Vietnam untuk sektor SaaS dan B2B.

“Misi Base adalah membangun masa depan (proses) kerja. Kami membayangkan dalam lima tahun ke depan perusahaan akan beroperasi dan mengelola secara efektif pekerjaannya melalui teknologi,” terang Co-founder & CEO Base Hung Pham.

Hung juga menjelaskan bahwa dalam dua tahun terakhir mereka telah membangun model khusus yang mampu mengintegrasikan berbagai aplikasi ke dalam satu kanal terpusat.

Menanggapi investasi ini Co-founder & Managing Partner Alpha JWC Chandra Tjan menyebutkan, bahwa menjual solusi untuk kalangan korporasi memiliki tantangan tersendiri. Base dengan produknya diyakini bisa menjadi pemimpin SaaS di Vietnam.

“Hung adalah serial entrepreneur dengan strong technical founder dan kami percaya Base akan menjadi platform SaaS terkemuka di Asia Tenggara dan sekitarnya,” imbuh Chandra.

Ini adalah pendanaan Alpha JWC Ventures pertama di Vietnam. Chandra dalam keterangan resminya menjelaskan, setelah Indonesia, Singapura, dan Malaysia; pihaknya percaya Vietnam akan menjadi negara yang akan memiliki startup teknologi besar di Asia Tenggara.

Melalui pendanaan ini pihak Base juga merencanakan ekspansi regional. Namun untuk saat ini, prioritasnya merekrut lebih banyak talenta untuk pengembangan produk.

“Prioritas pertama kami memperoleh lebih banyak talenta untuk pengembangan produk dan membangun landasan yang kuat untuk ekspansi di Asia Tenggara pada pertengahan 2019. Dengan produk, tim yang solid, dan investor strategis; kami optimis dapat menjadi platform SaaS terkemuka di wilayah ini,” tutup Hung.

Aplikasi Direktori Halal Local Siap Sambangi Australia Tahun Depan

Halal Local, aplikasi direktori halal asal Bandung, siap menyambangi pasar Australia dan Asia Pasifik tahun depan melalui kerja sama B2B dengan mitra di negara tujuan. Lewat perluasan tersebut, Halal Local akan menyediakan direktori halal di negara tujuan, baik berupa masjid maupun restoran untuk para pelancong.

CEO Halal Local M Senoyodha Brennaf menuturkan, dalam skema B2B ini perusahaan akan menyediakan API yang bisa diintegrasikan dengan platform milik mitra, sehingga para penggunanya bisa terhubung dengan database dari Halal Local saat ingin mencari destinasi halal.

“Halal Local akan ada di balik layar, bantu menyediakan konten untuk mitra, sehingga nanti turis bisa lebih mudah menentukan keputusan saat ingin mendapatkan itinerary halal yang bagus,” ujar Senoyodha, saat ditemui di Startcon 2018 bersama Kedutaan Besar Australia Jakarta dalam rangka Digital Indonesia Media Visit di Sydney, pekan lalu (1/12).

Untuk mendukung rencana ekspansi tersebut, Halal Local tengah menjajaki kerja sama strategis dengan pemain direktori halal dari New Zealand yang sudah 10 tahun menggeluti sektor yang sama. Diharapkan nantinya menghasilkan jaringan dan basis data yang kuat. Yodha memperkirakan proses ini bakal rampung pada Mei 2019 mendatang.

Halal Local sudah mendapat pendanaan eksternal sebanyak tiga kali dari angel investor, Bekraf, dan Kemenristekdikti. Bila ditotal jumlahnya sekitar 950 juta Rupiah.

Perusahaan masuk ke dalam enam besar untuk kompetisi pitching global Startcon 2018 untuk memperebutkan hadiah investasi sebanyak AUD 1 juta (sekitar 10 miliar Rupiah). Namun sayangnya Halal Local harus mengakui keunggulan dari startup Australia yakni Daitum yang bergerak di bidang kecerdasan buatan.

Himpun basis data dari berbagai pihak

Logo Halal Local / Halal Local
Situs website dan aplikasi Halal Local / Halal Local

Konsep B2B ini dilakukan oleh Halal Local setiap kali ingin melakukan ekspansi ke luar negeri. Jepang menjadi negara pertama yang disambangi Halal Local.

Perusahaan menerapkan konsep bisnis kepada para mitranya yang bergerak di berbagai industri seperti agen travel, maskapai penerbangan, perhotelan, dan lainnya.

Selain Jepang, Halal Local juga sudah hadir di Singapura, Malaysia, dan beberapa negara di kawasan Asia dan Eropa lainnya.

Yodha, panggilan akrab dari Senoyodha, menuturkan konsep B2B lebih mudah untuk diterapkan dan memiliki pasar yang jelas, ketimbang harus memakai strategi B2C. Pasalnya, B2C berarti mendorong Halal Local untuk membuat transaksi di dalam aplikasi. Di sisi lain, pasar di segmen ini belum siap untuk menerima itu karena butuh unsur keamanan dan banyak konsumen yang masih ragu.

Next 2019 kita mau ke Australia dan 2020 mau ke Tokyo Olympic Games 2020.”

Dalam menyediakan basis data direktori halal, Yodha menjelaskan perusahaan melakukan pendataan dengan berbagai metode. Di antaranya ada yang didapat dari lembaga sejenis MUI (Majelis Ulama Indonesia), lembaga dewan masjid, dan komunitas. Selain itu data juga didapat dari pihak ketiga seperti pemain di sektor yang sama. Pengguna Halal Local dapat turut berpartisipasi memberikan masukan.

Halal Local telah merangkum lebih dari 50 ribu restoran halal dan 150 ribu masjid yang tersebar di 110 negara di seluruh dunia. Secara penetrasi, pengguna Halal Local terbanyak berada di Timur Tengah dan Uni Emirat Arab (26%), Indonesia (25%), Amerika Serikat dan Kanada (12,5%), Eropa (7,6%), Inggris (5%), Jepang dan Korea Selatan (1,3%), Australia (1,1%), dan negara lainnya (21,5%).

Pengembangan fitur

CTO Halal Local Nurma Larasati menambahkan, saat ini perusahaan sedang mengembangkan fitur stiker bertanda “certified halal” sebagai tambahan layanan untuk para mitra restoran yang sudah listing di Halal Local. Stiker ini dibuat berbeda-beda sesuai dengan tingkat halal yang diterapkan setiap manajemen restoran, ada yang semi-halal atau full-halal.

Yodha menjelaskan selain menandakan halal, stiker juga dilengkapi dengan kode QR yang dapat dipindai oleh pengguna saat ingin mencari tahu lebih lanjut informasi tentang restoran tersebut di situs Halal Local. Fitur ini sudah digulirkan sejak November 2018, di Bandung sekitar 2-3 restoran sudah memanfaatkannya, menyusul Jepang ada sekitar 4-5 restoran.

“Kan listing restoran di kita itu free, model bisnis kita itu freemium. Jadi setelah listing, kami tawari mereka lagi mau tidak pasang iklan. Nah salah satunya itu adalah stiker QR yang ditempelkan di depan toko mereka.”

Fitur stiker ini menurut Yodha akan lebih difokuskan ke bagian daerah yang memiliki popularitas Muslim yang minim, seperti Bali dan luar negeri, agar fungsinya lebih efektif.

Aplikasi Halal Local sudah diunduh 6 ribu kali sejak pertama kali hadir di April 2018.

Application Information Will Show Up Here

Layanan “Ebike Sharing” Migo Siap Ekspansi ke Bandung dan Semarang

Layanan ebike sharing Migo segera perluas jangkauannya ke lokasi baru setelah sebelumnya resmi hadir di Jakarta. Kota yang diperkirakan bakal disambangi selanjutnya adalah Bandung dan Semarang. Tak hanya itu Migo juga melirik pasar luar negeri, yakni ke kota Bangkok. Migo pertama kali hadir di Surabaya sejak Agustus 2017.

“Setelah cukup kuat di Jakarta, rencana kami berikutnya adalah memperluas cakupan ke kota lainnya seperti Bandung dan Semarang,” terang Chairman & Co-Founder Migo Howard Yu, Rabu (5/12).

Untuk memperkuat bisnisnya di Jakarta, Migo menyiapkan 90 station dengan 500 unit ebike (sepeda elektrik). Lokasinya mayoritas ada di bagian selatan dan pusat kota Jakarta.

Pada akhir tahun ini ditargetkan pertumbuhannya bisa mencapai 300 station dengan 2000 unit ebike. Sementara untuk target tahun depan, setidaknya untuk paruh pertama bisa menembus 5000 ribu unit ebike.

Yu mengatakan, banyaknya persediaan ebike Migo dilakukan untuk menyambut tingginya permintaan dari masyarakat. Hal ini turut dianggap sebagai tantangan yang dihadapi Migo. Orang Jakarta dilihat lebih terbuka terhadap teknologi baru dan mau mencobanya.

Beda halnya ketika Migo hadir di Surabaya, isu yang perlu diselesaikan adalah mengenai edukasi ebike kepada masyarakat. Yu melihat masyarakat Surabaya cukup “konservatif” terhadap inovasi baru, sehingga butuh proses edukasi yang lebih ekstra.

Ini berdampak pada suplai unit ebike di Surabaya, meski sudah setahun beroperasi, sampai saat ini baru ada 1000 unit saja. Seluruh sepeda tersebar di 200 station dan diklaim saat ini memiliki 12 ribu konsumen aktif di Surabaya.

Ebike Migo didesain tidak memiliki polusi karena menggunakan daya baterai yang dapat diisi ulang. Ebike dapat dipakai secara terus menerus antara 6 sampai 8 jam dengan kecepatan 40 km per jam berjarak tempuh antara 40 km sampai 60 km.

“Karena ini adalah sepeda, makanya kecepatan hanya sampai 40 km. Sebab kalau di atas itu bukan tergolong sebagai sepeda lagi, tapi sebagai motor. Terlebih kami sangat mengutamakan safety riding.”

Mengutamakan keamanan pengendara

Untuk mitigasi risiko dari segala kemungkinan yang bisa terjadi, Migo hanya menggunakan akses QR untuk mengoperasikan ebike. Itupun hanya bisa digunakan oleh penyewa ebike. Apabila penyewa ingin mengunci sementara waktu, cukup dengan memindai kode QR saja.

“Semua sistem ebike tidak ada yang manual, semua harus pakai kode QR. Tujuannya agar aman dan tidak disalahgunakan.”

Agar dapat menikmati Migo, pengguna cukup mengunduh aplikasi dan melakukan registrasi dengan menggunakan nomor handphone dan KTP yang berlaku. Migo tidak bisa digunakan untuk pengguna yang berusia di bawah 17 tahun.

Setelah berhasil mendaftar, pengguna cukup mencari Migo station terdekat dan menekan tombol “pesan”. Tiba di station, pengguna hanya perlu memindai kode QR ebike sesuai dengan kode yang tertera di aplikasi. Setiap penyewaan ebike, telah dilengkapi dengan helm untuk keselamatan pengendara.

Saat ingin mengembalikan ebike, pengguna hanya perlu mencari station terdekat dan menekan tombol “pengembalian.” Nanti akan tertera biaya yang harus dibayarkan pengguna setelah pengembalian diterima. Pembayaran bisa dengan tunai atau non tunai lewat e-wallet Migo. Biaya yang harus dikeluarkan saat menyewa satu unit Migo adalah 3 ribu Rupiah per 30 menit.

Buka peluang kemitraan

Yu menambahkan, Migo menerapkan konsep kemitraan untuk penempatan fasilitas ebike. Pihak yang ingin bergabung menjadi mitra hanya dipersyaratkan menyediakan area kosong seluas 10 meter persegi untuk menampung sekitar 10-20 sepeda per station.

Di samping itu, mitra perlu menyiapkan smartphone dan satu orang untuk menjaga station setiap harinya mulai dari pukul 6.00 sampai 21.30. Disebutkan tidak ada biaya keanggotaan yang dikenakan kepada mitra yang ingin bergabung. Ada pembagian komisi yang bisa didapat para mitra setiap harinya.

Station akan menjadi tempat untuk pemeliharaan ebike, termasuk melakukan isi ulang daya secara rutin.

Yo mengaku untuk investasi satu unit ebike pihaknya harus merogoh kocek sekitar Rp5 juta sampai Rp6 juta. Proses pembuatan ebike dilakukan di Jakarta, hanya saja komponen diambil dari Tiongkok.

Application Information Will Show Up Here