Agate Rilis Dungeon Chef untuk Pasar Jepang

Agate Studio, perusahaan pembuat game asal Bandung, kembali merilis game mobile kedua yang menyasar pasar Jepang, dinamai Dungeon Chef. Game ini diyakini bakal disukai masyarakat asal Negeri Sakura tersebut lantaran tema yang diambil dari game ini cukup popular yakni genre cooking dan role playing game (RPG).

“Jepang merupakan negara penghasil keuntungan kedua terbanyak dalam segi mobile games dan banyak pemain segmen tersebut di sana. Kami melihat kesempatan tersebut dan berniat untuk masuk ke pasar Jepang melalui Dungeon Chef karena tema game ini cukup populer di sana,” terang Product Manager Dungeon Chef Andrew Budi Pratomo dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Selasa (1/8).

Dalam proses pembuatan game tersebut, Agate juga dibantu oleh beberapa pihak dari Jepang. Sebelum merilis Dungeon Chef, Agate juga pernah membuat webgame khusus untuk Jepang bernama Sengoku IXA bersama perusahaan game Square Enix pada 2013. Sejak peluncuran, diklaim game tersebut mendapat respons positif di mata masyarakat, termasuk para maniak game.

Dungeon Chef bercerita mengenai seseorang yang diwarisi restoran oleh kakeknya. Dulu restoran tersebut sangat terkenal, namun berhenti operasi karena pemiliknya hilang saat melawan monster yang kuat. Sang leluhur pun berkeinginan untuk mengembalikan masa kejayaan dari restoran tersebut.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut, Anda akan diajak hanyut ke dalam game dan berperan sebagai pengelola restoran yang baru. Anda bakal diajarkan bagaimana caranya membuat makanan yang enak, hingga bertarung melawan berbagai monster untuk mendapatkan bahan makanan untuk disajikan kepada para penghuni tavern.

Jika Anda mampu menyelesaikan sebuah pesanan, maka level Anda bakal bertambah. Dalam game, Anda juga bisa mendapat bonus harian dengan rutin mengambil bonus lewat daily login.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Palembang, UangTeman Kini Layani Masyarakat Lampung

Platform p2p lending UangTeman resmikan ekspansi bisnisnya di Lampung pada awal bulan ini. Kehadirannya di Lampung, melengkapi layanan UangTeman yang kini sudah tersebar di Jabodetabek, Jogja, Magelang, Solo, Klaten, Bandung, Surabaya, Semarang, Bali, dan Palembang dengan total nasabah yang sudah terlayani sebanyak 6 ribu orang.

Deputy of CEO UangTeman Rio Quiserto mengatakan ekspansi ini dilakukan karena tingginya permintaan masyarakat Lampung terhadap kebutuhan pinjaman uang secara online. Hal ini terlihat dari laporan yang dikutip dari Google Analytics, menyatakan secara rerata tiap bulannya sekitar 1.000 orang Lampung mengunjungi situs UangTeman.

“Tingginya angka itu menunjukkan permintaan masyarakat yang disertai tingkat kepercayaan kepada kami yang terus bertambah. Kami juga menangkap momentum ini, banyak masyarakat membutuhkan modal usaha demi persiapan rumah tangga menjelang bulan Ramadan,” ucap Rio keterangan resmi yang diterima DailySocial.

CEO dan Founder UangTeman Aidil Zulkifli mengklaim sebelum pihaknya meresmikan ekspansi ini, sudah ada 1.000 aplikasi permohonan yang berasal dari Lampung masuk ke dalam sistem perusahaan. Hanya saja, pihaknya harus menolak seluruh aplikasi tersebut lantaran perusahaan belum meresmikan layanannya di sana.

“Selama dua tahun kami berdiri di Indonesia, dari Lampung sudah ada sekitar 1.000 aplikasi pinjaman yang masuk ke sistem kami namun harus ditolak karena belum dapat dilayani,” terangnya.

Ditargetkan penyaluran pinjaman yang dikontribusikan dari Lampung sampai akhir tahun ini sebesar Rp5 miliar atau 5% terhadap total penyaluran yang dibidik perusahaan Rp100 miliar.

Terkait ekspansi ini, Kepala OJK Lampung Untung Nugroho mengatakan kehadiran UangTeman di Lampung dapat mendorong pertumbuhan UKM yang selama ini kesulitan memperoleh akses pendanaan ke lembaga keuangan.

“Kami senang dengan hadirnya UangTeman di Lampung. Ini sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat. Memang UKM di Lampung sudah terfasilitasi oleh bank, namun masih sulit memperolah akses karena memerlukan jaminan. UangTeman tentu dapat memudahkan UKM dan membantu regulator dalam mempercepat inklusi dan literasi keuangan di Indonesia,” ujar Untung.

Pasca Raih Pendanaan, Aplikasi Hiburan Malam Sindhen Rilis Versi 3.0 dan Ekspansi ke Tiga Kota

Aplikasi hiburan malam Sindhen mengumumkan beberapa rencana pasca meraih pendanaan tahap awal (pre-seed) dari angel investor dengan nilai yang tidak disebutkan pada awal tahun ini.

Dengan dana tersebut, Sindhen akan melakukan tiga hal. Pertama, memperbaharui aplikasi menjadi versi 3.0 dengan alokasi dana sebesar 30%. Kedua, dengan besaran porsi yang sama melakukan ekspansi ke Bali, Surabaya, dan Bandung.

Sisanya, sebesar 40% digunakan untuk meluncurkan produk baru berbasis SAAS untuk menunjang industri hiburan malam dan industri food and beverages (F&B). Layanan ini nantinya bakal menjadi salah satu sumber pendapatan Sindhen.

Dalam versi terbaru, Sindhen melakukan penambahan fitur baru, diantaranya direktori venue yang terkurasi, menonton video, serta melakukan pembelian berbagai paket menarik terkait hiburan malam.

Sindhen juga menambahkan fitur DJ Profiles yang memungkinkan pengguna dapat terhubung dengan penggemarnya, memberikan cita rasa yang lebih interaktif dan sosial.

Dari ekspansi ke tiga kota baru, Sindhen bakal memiliki lebih dari 1.000 database club, bar, dan lounge yang dapat diakses oleh pengguna mencari informasi seputar acara, membeli tiket, dan melakukan reservasi meja melalui aplikasi.

Dalam waktu dekat, Sindhen akan menambah fitur baru lainnya dengan mengedepankan unsur media sosial. Misalnya, sharing konten dan chatting.

“Shinden App merupakan satu dari banyak komponen yang saat ini sedang kami kembangkan, secara keseluruhan nantinya akan membentuk sebuah ekosistem digital yang dapat membantu perkembangan industri hiburan malam secara utuh,” terang CEO Sindhen Russell Cameron, Jumat (19/5).

Russell melanjutkan pihaknya memilih ekspansi ke Bandung, Surabaya, dan Bali lantaran ketiga kota tersebut memiliki keunikan masing-masing. Bali dinilai sebagai salah satu destinasi hiburan malam yang dikunjungi oleh lebih dari 10 juta wisatawan per tahunnya.

Bandung, sambungnya, dikenal sebagai kota pelajar dan destinasi liburan akhir pekan, memiliki sejarah yang sangat erat dengan perkembangan industri musik di Indonesia.

Sedangkan, Surabaya terkenal dengan jumlah populasi yang menempati urutan kedua di Indonesia dengan perkembangan kelas menengah dan hiburan malamnya.

Strategi monetisasi

Untuk monetisasinya, saat ini Sindhen memiliki dua jasa sebagai sumber pendapatan. Yakni, komisi dari penjualan tiket dan venue membership.

Russell menjelaskan dari hasil penjualan tiket, pihaknya mendapat komisi sekitar 1%-3%. Tahun lalu, sejak pertama kali diluncurkan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan tiket mencapai Rp250 juta.

Dia mengaku keuntungan yang didapat dari penjualan tiket tidak terlalu besar. Pihaknya harus mencari alternatif monetisasi lainnya, akhirnya memilih jasa agensi berbentuk venue membership dengan pilihan paket berlangganan.

Keuntungan yang didapat dari jasa agensi ini, venue berkesempatan untuk terpampang di posisi teratas dalam aplikasi.

Russell menerangkan ke depannya akan ada sumber monetisasi lainnya yang akan diperoleh Sindhen, yakni dari

“Kami lihat banyak venue/brand memiliki media presence yang kurang. Padahal mereka memiliki kualitas internasional. Kami akan bantu mereka dengan dokumentasi. Untuk keanggotaan silver, bahkan venue berkesempatan menempati urutan teratas di dalam aplikasi.”

Target pengguna

Saat ini Sindhen mengklaim telah merangkul sekitar 15 ribu pengunduh sejak pertama kali diluncurkan pada 2015 silam. Adapun, pengguna aktifnya diklaim mencapai 70% dari total pengunduh dengan rata-rata lama kunjungan sekitar 7 menit tiap harinya.

Untuk mendorong pengguna baru, Sindhen menerapkan strategi tiket free entry di berbagai acara hanya dengan mengunduh aplikasi, sebagai persyaratannya. Cara tersebut diyakini lebih efektif karena tepat sasaran sesuai dengan target konsumen yang memiliki ketertarikan pada event dan hiburan.

“Ketika aplikasi diunduh, konten dan artikel terkait menumbuhkan keterikatan antara pengguna dan aplikasi. Secara organik terbukti dengan 30 persen pengguna aktif mengakses aplikasi setiap bulannya.”

Yakin dengan strategi tersebut, Sindhen berencana untuk mengadakan festival musik dengan skala besar bernama Kepencet Music Festival (KMF) pada Agustus 2017 mendatang. Acara tersebut menargetkan 10 ribu pengunjung dan fokus pada penampilan musisi lokal.

Pihaknya menargetkan dari kegiatan tersebut dapat menjaring tambahan sekitar 6 ribu pengguna baru pada tahun ini.

Rencananya, tahun depan Sidhen akan mulai ekspansi ke luar negeri. Beberapa negara yang siap disasar diantaranya Singapura, Malaysia, dan Thailand.

“Kami juga menambahkan menu survei kota mana saja yang diinginkan pengguna kami sebagai langkah ekspansi berikutnya,” pungkasnya.

Cara Membuat Startup Kedua Anda Sesukses yang Pertama

Setelah pebisnis sukses meluncurkan perusahaan perdananya, banyak hal yang dipelajari baik saat pra maupun pasca peluncuran. Bagaimana kita diajarkan untuk berdedikasi, bersemangat, berkorban, dan berimajinasi untuk menciptakan sesuatu.

Tak hanya itu, kita juga akan diajarkan perlunya menanamkan banyak benih dalam membangun sesuatu yang berumur panjang dan memberi dampak, serta bagaimana menjaga dan mengembangkannya.

Mengutip dari ucapan salah seorang founder dari program startup akselerator Y Combinator Paul Graham mengatakan, “Startup adalah perusahaan yang dirancang untuk tumbuh cepat. Satu-satunya hal yang penting adalah pertumbuhan. Segala sesuatu yang dikaitkan dengan startup berangkat dari pertumbuhan.”

Ucapan dari Graham menunjukkan bahwa membangun perusahaan itu dapat datang dari berbagai bentuk: ide baru, cabang, layanan atau lainnya. Apa yang tidak tumbuh itu berarti sudah mati. Analogi ini bila disederhanakan: kembangkan bisnis atau mati.

Setelah Anda berhasil meluncurkan startup perdana, langkah Anda sebagai seorang pebisnis tidak bisa berhenti di situ saja. Masih banyak solusi dari bidang lainnya yang bisa Anda bantu selesaikan untuk masyarakat. Namun apabila Anda masih ragu, artikel ini akan membantu langkah apa saja yang perlu dilakukan sebelum meluncurkan startup kedua Anda.

1. Lakukan uji tuntas

Meluncurkan perusahaan butuh persiapan mulai dari legal, logistik, dan operasional. Sebaiknya Anda jangan ambil jalan pintas, tetap siapkan dokumen yang benar agar strategi Anda tetap sejalan. Jangan terburu-buru dan persiapkan setiap keputusan bisnis berdasarkan analisis yang lebih tajam dibandingkan saat Anda hendak meluncurkan startup perdana Anda. Sebab detail terkecil dapat memberi pengaruh yang terbesar dalam jangka panjang.

2. Startup kedua menjadi pelengkap startup pertama

Ketika suatu startup mencapai hal tertentu, misalnya mendapat pendanaan seri A dengan pertumbuhan yang signifikan, ada momentum yang bisa Anda manfaatkan seperti membuat startup dengan bisnis yang saling melengkapi.

Contohnya, saat founder dari Philadepha goBeer, meluncurkan goPuff, sebuah startup dengan bisnis yang komplementer dengan goBeer. goBeer memungkinkan sistem pengiriman dapat bekerja sama dengan goPuff, sehingga prosesnya pun jadi lebih halus.

3. Buat proyeksi bisnis

Anda perlu membuat proyeksi bisnis agar dapat tumbuh dalam kota yang berbeda. Maka dari itu perlu ukur risiko, trek pertumbuhan dengan strategi yang berbeda-beda, jangkau berbagai segmen konsumen untuk memastikan pengalamannya sama. Hal ini berguna untuk memastikan apakah startup Anda benar-benar dapat diukur bisnisnya dan dapat melompat.

4. Jangan melupakan startup pertama Anda

Pertumbuhan itu penting, tapi akan jadi fatal bila terjadi ketidakstabilan. Saat proses peluncuran startup Anda yang kedua, jangan lupakan startup pertama Anda. Intinya adalah jika Anda mengembangkan usaha baru, selalu tekankan bahwa bisnis adalah evolusi konstan. Sama seperti hubungan antara Tesla dan SolarCity, ide besar berikutnya hanyalah pendukung dari ide terkuat dari bisnis pertama.

Memanfaatkan potensi pertumbuhan bisnis pertama dengan membuat kaki-kaki yang kuat, tidak meletakkan berat terlalu banyak pada mereka.

MDI dan Convergence Ventures Kembali Terlibat dalam Pendanaan Ematic Solutions

MDI dan Convergence Ventures kembali terlibat pada pendanaan startup pengembang SaaS asal Singapura Ematic Solutions (Ematic). Kali ini suntikan pendanaan yang diberikan senilai $2,4 juta atau senilai Rp32.1 miliar. Selain MDI dan Convergence turut berpartisipasi investor lama Ematic WaveMaker Partners dan dukungan investor baru Walden Internasional. Sehingga total investasi yang telah dibukukan mencapai Rp4,4 juta. Pendanaan ini sekaligus menutup putaran pendanaan pra seri A untuk Ematic.

“Pertumbuhan kami mencapai tiga kali lipat dari tahun ke tahun, dan sejak Oktober 2015 monthly recurring revenue (MRR) terus meningkat dua kali lipat per enam bulan. Kami juga telah menyelesaikan ekspansi tahun pertama kami di pasar Asia Tenggara, termasuk di Indonesia Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina. Saat ini kami memiliki jumlah staf 80 orang,” ujar Founder & CEO Ematic Solutions Paul Tenney.

Ematic menyediakan platform berbasis komputasi awan untuk kebutuhan pemasaran digital melalui sistem email yang dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence (AI). Pendanaan Ematic tersebut rencananya akan digunakan untuk meningkatkan kapabilitas produk terutama di platform mobile sekaligus meningkatkan skalabilitas untuk pengembangan sebuah self-service platform.

“Investasi pra seri A ini menggarisbawahi keyakinan investor kami dengan model bisnis, teknologi dan laju pertumbuhan kami. Pendanaan ini akan mempercepat berbagai hal dan memberikan kekuatan untuk membuat produk yang lebih efisien,” ujar Tenney.

Selain itu penguatan posisi di pasar Asia Tenggara juga akan menjadi fokus utama. Hal ini sejalan dengan visi perusahaan untuk segera bergegas mendominasi pasar Asia Pasifik. Untuk memulai dominasi di pasar yang lebih luas, Ematic juga telah menghadirkan bisnisnya di Hong Kong. Pembukaan kantor di wilayah tersebut dinilai akan menjadi landasan kuat di wilayah Asia Utara.

Layanan KTA Online Tunaiku Buka Kantor Baru di Tiga Kota

Tunaiku, produk perbankan KTA dari Amar Bank yang khusus bergerak di pemasaran digital, kian mantap melebarkan sayapnya ke beberapa kota baru tahun ini, yakni Bandung, Yogyakarta, dan Medan. Dengan demikian, Tunaiku bakal resmi memiliki lima kantor cabang di seluruh Indonesia sejak pertama kali resmi berdiri di 2014.

CEO Tunaiku Vishal Tulsian mengatakan pengembangan bisnis Tunaiku ke beberapa kota merupakan permintaan dan minat masyarakat terhadap layanan fintech yang terus meningkat.

“Ke depannya masyarakat akan sangat membutuhkan jasa keuangan yang dapat mempermudah kebutuhan mereka,” katanya.

Ekspansi ini diharapkan kontribusi digital dari Tunaiku terhadap total penyaluran kredit perusahaan bisa tumbuh. Tahun lalu, Amar Bank menargetkan penyaluran kredit sekitar Rp 500 miliar. Namun, hingga pertengahan tahun lalu realisasi penyaluran kredit telah mencapai Rp 375 miliar.

Dari angka tersebut, Tunaiku memberikan kontribusi sekitar 40% atau senilai Rp 180 miliar. Pencapaian ini hampir mencapai target yang dicanangkan pihak Amar Bank untuk kontribusi Tunaiku di 2016 sebesar Rp200 miliar.

Tulsian melanjutkan untuk proses pengajuan aplikasi hingga pencairan uang lewat platform Tunaiku hanya membutuhkan waktu sekitar empat hingga lima hari kerja. Tunaiku menawarkan kredit antara Rp2 juta hingga Rp10 juta dengan bunga 3% per bulan, untuk jangka waktu pinjaman sekitar 6 bulan sampai 12 bulan.

Tren ekspansi ke kota baru

Tak hanya Tunaiku saja yang memutuskan untuk ekspansi ke kota-kota lainnya, perusahaan fintech lainnya yang bergerak di P2P lending seperti Modalku mengumumkan ekspansinya ke Bandung pada tahun lalu, lalu ada UangTeman yang baru-baru ini meresmikan ekspansinya ke Bali.

Alasan utama di balik kegiatan ekspansi ini cukup sederhana, yakni untuk menjangkau segmen masyarakat yang belum familiar dengan layanan fintech. Di sana kebutuhan likuiditas sangat tinggi, akan tetapi perbankan tidak bisa melayani seluruhnya karena terkendala urusan legal yang terbelit-belit dan banyak UKM yang tidak memenuhi kriteria.

Kue bisnis itulah yang menjadi makanan pemain fintech, yang rata-rata diantara mereka menyasar segmen masyarakat mikro dengan besaran pinjaman yang tidak lebih dari Rp10 juta dan tanpa agunan. Sehingga lahan bisnis mereka tidak face to face secara langsung dengan perbankan.

Pendekatan Tunaiku yang tak lain adalah produk perbankan KTA dari Amar Bank, di satu sisi memiliki kekuatan yang tidak bisa dimiliki oleh pemain P2P lending, yakni berlisensi sebagai bank umum.

Lisensi ini menjadi keuntungan bagi Amar Bank untuk menjaring nasabah lebih banyak dengan pendekatan awal menawarkan produk KTA. Dari situ, ketika nasabah sudah naik level, mereka dapat menawarkan produk perbankan lainnya dengan nominal plafon kredit yang lebih tinggi dari sebelumnya, ditambah dengan layanan keuangan lainnya berstandar perbankan.

Modalku Luncurkan Aplikasi Android dan Ekspansi ke Bandung

Layanan peer-to-peer (P2P) lending Modalku mengumumkan ketersediaan aplikasi Android dan ekspansinya untuk melayani UKM di Bandung. Modalku menyebutkan telah mendanai lebih dari 125 UKM dengan nilai total 62 miliar Rupiah. Modalku yang awal tahun ini memperkenalkan logo baru berharap bisa merevolusi penyaluran kredit untuk UKM.

Peluncuran aplikasi mobile ini bisa jadi merupakan yang pertama di antara penyedia layanan P2P lending di Indonesia. Bertajuk “Modalku Dana Cepat”,  mereka menjanjikan pencairan hanya dalam waktu 10 menit.

Modalku adalah layanan P2P lending yang fokus untuk membantu UKM dengan modal pinjaman hingga 2 miliar Rupiah dengan tenor hingga 24 bulan.

Reynold Wijaya, Co-Founder dan CEO Modalku, dalam rilisnya berkata, “Kami bersyukur karena Modalku memulai tahun 2017 dengan kuat. Kami telah memfasilitasi pinjaman ke lebih dari 125 UKM dengan jumlah pinjaman lebih dari Rp 62 miliar, sambil mempertahankan tingkat kredit macet 0%. Sementara itu, pemberi pinjaman Modalku mendapatkan tingkat pengembalian menarik di atas bunga deposito ataupun obligasi.”

Ekspansinya di Bandung ditandai dengan pembukaan kantor perwakilan untuk memperluas jangkauan peminjaman modal usaha. Perusahaan berharap bisa mendirikan kantor perwakilan di kota-kota lain untuk mempercepat usahanya membantu UKM di Indonesia. Modalku pertengahan tahun lalu telah memperoleh pendanaan 100 miliar Rupiah yang dipimpin Sequoia India.

Application Information Will Show Up Here

Penghentian Operasional Go-Jek dan Agate Yogyakarta, Upaya Sentralisasi Tim Pengembang

Go-Jek Tech Valley (GTV) atau markas pengembangan Go-Jek di Yogyakarta ditutup menjelang akhir tahun lalu. Public Relation Manager Go-Jek Rindu Ragilia dalam keterangan resminya mengatakan bahwa pihaknya tidak menutup kantor di Yogyakarta, tetapi mengintegrasikan dan mengkonsolidasikan pusat pengembangan dan engineering Go-Jek ke Jakarta. Pihak Go-Jek memberikan opsi kepada para pengembang untuk pindah ke Jakarta dan sejumlah pengembang akhirnya memilih keluar dan memutuskan tetap di Yogyakarta dengan alasan pribadinya masing-masing.

Di awal tahun, kabar penghentian operasional juga muncul dari startup pengembang game yang berbasis di Yogyakarta, Agate Jogja. CEO Agate Studio Arief Widhiyasa, induk brand Agate Jogja, mengatakan bahwa pasca penghentian operasional tersebut mereka berharap pengembang yang mau direlokasi bisa pindah ke Bandung supaya koordinasinya terpusat.

Bagi Arief. dengan stage yang (menurutnya) masih kecil, memusatkan tim produksi dirasa menjadi keputusan yang paling ideal.

Salah satu sudut Go-Jek Tech Valley di Yogyakarta / Go-Jek
Salah satu sudut Go-Jek Tech Valley di Yogyakarta / Go-Jek

Urgensi memusatkan tim produksi di satu tempat

Dibuatnya tim produksi di luar Jakarta seperti di Yogyakarta dilandasi beberapa alasan. Pertama, sebagai kota pelajar dengan ratusan kampus dengan berbagai jurusan, Yogyakarta dinilai sebagai supply sumber daya manusia unggul, terutama untuk tahap early stage. Alasan kedua terkait biaya operasional yang tergolong lebih “hemat” jika dibandingkan di Jakarta, Bandung atau Surabaya.

Kedua hal di atas menjadi sangat relevan sebagai strategi penguatan dan akselerasi bagi startup di tahap early stage. Ketika sudah menjadi besar dengan kepemilikan traksi pengguna yang sangat besar, biaya operasional tidak menjadi isu lagi. Kebutuhan gerak cepat dan kolaborasi yang lebih sigap kini menjadi kebutuhan yang lebih mendesak. Untuk Agate Studio, mereka merasa masih membutuhkan koordinasi terpusat untuk efektivitas.

Benang merahnya adalah kemudahan komunikasi dan kolaborasi. Produk Go-Jek dan Agate sangat bergantung tentang bagaimana stack teknologi yang disusun mampu bekerja dengan baik.

Go-Jek, dengan sebuah aplikasi tunggal, harus merangkum segala bentuk kebutuhan konsumen. Penempatan tim yang berjauhan akan menjadi tantangan tersendiri, kendati komunikasi sudah dapat dijembatani dengan perangkat lunak. Diakui atau tidak, bertatapan secara langsung menguatkan berbagai unsur pendorong kolaborasi.

Bentuk ekspansi dengan keperluan berbeda

Tiket.com pada pertengahan tahun lalu, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-5, merayakannya dengan membuka kantor perwakilan di Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan Co-Founder Gaery Undarsa, kantor barunya ini bukan digunakan sebagai tempat bertransaksi, melainkan pemenuhan kebutuhan perusahaan untuk memiliki representasi. Mereka butuh meningkatkan kerja sama dengan agen travel, hotel dan komponen bisnis lainnya. Peningkatan jangkauan layanan sebuah produk startup memaksa perusahaan pengusungnya untuk bisa berekspansi.

Kembali ke cerita penutupan operasional Agate Jogja, menurut co-founder-nya Frida Dwi, saat ini brand Agate Jogja belum benar-benar ditutup dan masih dipegang oleh Agate Studio. Ada kemungkinan brand tersebut digunakan kembali dalam formasi dan bentuk yang berbeda. Hal serupa juga pernah dituturkan oleh Go-Jek, bahwa GTV tidak benar-benar ditutup, hanya saja merelokasi tim pengembang ke Jakarta. Dari sisi operasional tempat singgah yang dimiliki akan digunakan untuk keperluan proses bisnis yang lain.

Skarang modelnya mulai dibalik, tim produk akan dipusatkan di satu tempat, sedangkan tim pengembang bisnis yang harus berekspansi ke berbagai daerah tempat konsumen bernaung untuk memperkuat produk dan memperluas pangsa pasar.

Layanan “E-Commerce Enabler” iCommerce Asia Siap Masuki Pasar Indonesia

Pasar e-commerce Indonesia memang mengundang keterarikan banyak pihak untuk turut andil di dalamnya. Tingginya adopsi perangkat mobile ditambah masyarakat yang mulai terbiasa dengan belanja online membuat e-commerce di Indonesia menjadi salah satu yang paling besar di Indonesia. Banyak layanan yang mulai berekspansi ke Indonesia, baik yang sekedar mencari pelanggan maupun yang turut membantu ekosistemnya tumbuh.

Salah satu yang juga tertarik masuk ke pasar Indonesia adalah iCommerce Asia. Layanan e-commerce enabler asal Singapura tersebut menjadikan Indonesia targetselanjutnya setelah memperoleh pendanaan dari grup investor senilai $1,4 juta atau sekitar Rp 18,6 miliar.

Berperan sebagai enabler, iCommerce Asia akan bertautan langsung dengan operasi gudang, manajemen pesanan, bea cukai, dan tentunya logistik. iCommerce juga akan mengerjakan beberapa hal teknis seperti layanan web dan pengembangan aplikasi mobile.

Beberapa pihak yang terlibat dalam pendanaan ini adalah Cooper McGuire dan Harry Markl (mantan Eksekutif Zalora), CEO Carri Aaron Tan, mantan regional VP Salesforce Ismail Shariff, dan CEO JYSK Group Janifer Yeo-Tan.

Di Indonesia sendiri, pemain terbesar di sektor ini adalah aCommerce yang sudah membantu berbagai layanan e-commerce besar. Juga ada 8commerce yang didukung Grup Linc, sebuah pemain lama di sektor logistik.

“Dengan banyak ahli memprediksi bahwa Indonesia akan mendominasi aktivitas e-commerce di Asia Tenggara, gerakan ke pasar ini jelas merupakan suatu langkah strategis dan penting bagi kita,” ujar Pendiri iCommerce Asia Ali Ridha Madihid memperjelas langkahnya.

Akuisisi C Channel Terhadap PT Media Makmur dan Tren Ekspansi Mencaplok Unit Bisnis

C Channel sebuah startup asal Jepang baru-baru ini dikabarkan telah mengakuisisi startup di pengembangan layanan digital PT Media Makmur. Tidak disebutkan nilai transaksi dari proses pencaplokan ini, hanya saja C Channel sedari awal merupakan mitra bisnis Media Makmur, dengan salah satu layanan berupa Beauty Blogger Marketing. Seperti diketahui C Channel sendiri menyediakan konten video fashion untuk kaum perempuan.

Media Makmur sendiri cukup dekat dengan portal media asal Jepang tersebut, selain telah fokus pada pengembangan bisnis C Channel Indonesia, pihaknya juga kini menjadi pendorong bisnis media Kawaii Beuaty Japan. Akuisisi ini tampaknya dilakukan untuk memperdalam kerja sama strategis kedua belah pihak. Menjadikan Media Makmur lebih memfokuskan pada kampanye digital C Channel untuk penikmat konten di Indonesia.

Sebagai perusahaan rintisan, C Channel telah membukukan pendanaan sekurangnya $4,1 juta dari beberapa investor dan perusahaan, termasuk di dalamnya B Dash Ventures, Asobi System Holdings, Rakuten dan beberapa lainnya. Akuisisi ini bagi C Channel dijadikan momentum melihat pertumbuhan penikmat layanan digital di Indonesia yang terus menggeliat. Terlebih sudah mulai digaungkan bahwa Indonesia akan menjadi pangsa pasar penting dalam lanskap e-commerce di Asia, artinya menjadi indikasi terbuka kesiapan konsumen Indonesia dalam menikmati konsep dan layanan digital.

Tren akuisisi sebagai langkah ekspansi dan pengembangan bisnis

Tak hanya di bidang media, insiatif akuisisi justru begitu terlihat mulai serius di sektor e-commerce. Sebelumnya melalui Lazada Indonesia, Alibaba dikabarkan tengah bersiap melakukan beragam ekspansi ke pasar Indonesia.

Tak hanya itu, model kerja sama pun tampaknya juga menjadi cara yang dinilai efektif dalam memperluas pangsa pasar. Yang jelas, Indonesia memiliki nilai lebih yang siap memutarkan kembali investasi e-commerce menjadi laba, yakni “peminat”.

Cara akuisisi sendiri memang terus menjadi tren di kalangan startup digital, termasuk apa yang dilakukan Go-Jek terhadap startup pengembang asal India guna meningkatkan kapabilitas aplikasi mobile yang dimiliki, akuisisi pengembang solusi mobile pun dilakukan.

Sebuah keuntungan yang didapat perusahaan tidak terlalu dipusingkan menyusun unit bisnis dari nol. Dengan contoh apa yang dilakukan C Channel, fokus di Indonesia berimplikasi harus membangun komoditas bisnis di sini. Tapi dengan adanya Media Makmur, terlebih sebelumnya menjadi mitra strategis ekspansinya, maka yang perlu dilakukan hanya menyatukan visi.