Startup Regtech Tookitaki Masuk ke Indonesia, Hadirkan Solusi Anti Pencucian Uang untuk Fintech

Startup regtech asal Singapura “Tookitaki” mengumumkan kehadirannya di Indonesia untuk membantu lembaga keuangan mengatasi risiko pencucian uang. Di kawasan ASEAN, diklaim beberapa bank dan perusahaan fintech mengandalkan solusinya dalam menerapkan platform anti pencucian uang (anti-money laundering – AML).

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (20/9), Founder & CEO Tookitaki Abhishek Chatterjee mengatakan, Indonesia merupakan pasar dengan potensi besar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara. Ia berharap, kehadirannya di Indonesia tidak hanya sekadar memerangi masalah pencucian uang saja, tapi dapat berkontribusi lebih dalam membangun ekosistem finansial yang aman dalam berbagai sektor.

“[..] Kami senang dapat menjadi bagian dalam ekosistem keuangan di Indonesia, sekaligus membantu usaha percepatan sebagai anggota FATF,” kata Chatterjee.

Momentum masuknya Tookitaki bertepatan dengan upaya pemerintah Indonesia menjadi anggota penuh Financial Action Task Force (FATF) atau Satuan Tugas Aksi Keuangan. Hal tersebut dalam rangka memerangi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT). Indonesia merupakan satu-satunya negara G20 yang belum tergabung menjadi anggota penuh FATF.

Menjadi anggota FATF dinilai dapat menjadikan Indonesia lebih mudah diterima dalam perdagangan internasional, serta mendapatkan bantuan dalam memerangi pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Indonesia juga akan mendapatkan kesempatan dalam menentukan standar global dalam konteksnya sebagai negara berkembang dan mendapatkan kepercayaan dari investor asing.

Berdasarkan data PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan), terdapat 73 ribu transaksi mencurigakan di Indonesia sepanjang tahun lalu. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 68.057 transaksi.

Solusi Tookitaki

Visi Tookitaki adalah memberantas kejahatan keuangan dengan mengedepankan pendekatan kolektif yang terbuka daripada tertutup. Hal ini didukung oleh AML Ecosystem atau dinamakan The Hub dan Anti Money Laundering Suite (AMLS) atau disebut “The Spoke”.

The Hub adalah layanan intelijen yang mempelajari pola pencucian uang. Sementara The Spoke adalah pengaturan simulasi yang memungkinkan perusahaan lokal untuk mengunduh dan menguji pola yang relevan dari The Hub, mendeteksi jejak uang ilegal dan tetap terlindungi. The Spoke dipasang di lingkungan lembaga keuangan tanpa membiarkan data uji keluar dari jaringan, sehingga memberikan keamanan maksimal.

AMLS memiliki empat modul utama: Transaction Monitoring, Smart Screening, Customer Risk Scoring, dan Case Manager. AMLS juga dapat digunakan dalam berbagai platform, meliputi Public Cloud, Private Cloud, dan pusat penyimpanan data.

Ekspansi Tookitaki ke dua negara dalam tahun ini didukung oleh investor baru yang masuk, yakni Thunes, perusahaan pembayaran global berbasis di Singapura, pada April 2022. Investasi yang diterima Tookitaki dalam kesepakatan tersebut sebesar $20 juta (lebih dari 299 miliar Rupiah).

Menurut perkiraan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), antara 2%-5% dari PDB global, atau $800 miliar hingga $2 triliun, terjadi pencucian uang setiap tahun. Kegiatan kriminal ini mengancam berfungsinya dan integritas pasar perbankan dan jasa keuangan. Dengan meningkatnya pembayaran lintas batas, risiko pencucian uang meningkat secara signifikan, demikian juga biaya kepatuhan.

Selain itu, laporan terbaru oleh J.P. Morgan menunjukkan total biaya transaksi tahunan untuk pembayaran lintas batas global telah naik menjadi $120 miliar. Kepatuhan terhadap peraturan membentuk persentase yang signifikan dari jumlah ini, dan pengurangan apa pun akan memberikan penghematan penting bagi pelanggan Thunes.

Tookitaki yang berbasis di Singapura didirikan pada November 2014, dan mempekerjakan lebih dari 100 orang di seluruh Asia, Eropa, dan AS. Ini memberikan solusi AML dan kepatuhan ke beberapa bank dan lembaga keuangan terkemuka dunia, menggunakan teknologi Big Data dan Machine Learning.

“Pendekatan kami terhadap pemantauan AML sangat mudah beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pasar dan perilaku pelanggan dan secara mendasar mengubah cara pembelajaran mesin diterapkan untuk mendeteksi kejahatan keuangan,” tambah Abhishek.

Startup Agritech “Glife” Perkuat Pasar di Indonesia Usai Kantongi Pendanaan 45 Miliar Rupiah

Startup agritech asal Singapura, Glife Technologies, siap memperkuat pasarnya di Indonesia usai mendapat pendanaan seri A1 sebesar $3 juta atau setara 45 miliar Rupiah dari Tin Men Capital. Pendanaan ini juga akan digunakan untuk berinvestasi pada infrastruktur teknologi untuk supply chain.

Ini merupakan putaran lanjutan dari pendanaan seri A sebesar $4,96 juta yang diperoleh Glife pada November 2021, serta pendanaan setelahnya sebesar $2,9 juta oleh investor terdahulu di Mei 2022. Dengan tambahan ini, Glife telah mengumpulkan total pendanaan sebesar $13 juta untuk mendukung operasional di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Adapun, Tin Men Capital bergabung dengan investor terdahulu Glife, yakni Heliconia Capital yang merupakan anak usaha investasi milik Temasek Holdings, serta Hibiscus Fund, dana kelolaan milik RHL Ventures (Malaysia) dan KB Investments (Korea Selatan).

Dalam keterangan resminya, Co-founder & Deputy CEO Glife Technologies Caleb Wu mengungkap, pendanaan ini telah menandai keyakinan investor terhadap model bisnis Glife dalam memenuhi pasokan pangan dengan memberdayakan petani dan teknologi di kawasan Asia Tenggara.

“Kami ingin terus meningkatkan efisiensi dan transparansi pada rantai pasokan pangan, serta mengembangkan solusi yang dapat memajukan petani-petani kecil di kawasan ini. Pendanaan ini akan memperkuat solusi dan mengakselerasi visi kami dalam membangun masa depan pangan,” tutur Wu.

Sementara Co-founder Tin Men Capital Murli Ravi menambahkan, “Pandemi telah berdampak terhadap rantai pasokan  hingga ke konsumen, dan pemodal ventura harus mendukung upaya pelaku industri untuk merangkul inovasi dan mengintegrasikan tujuan ini. Rekam jejak Glife sejalan dengan misi Tin Men untuk membawa teknologi pada industri yang belum terdigitaliasi dan dampak positif bagi masyarakat dalam jangka panjang,” jelasnya.

Pasar Indonesia

Berdiri di 2018, Glife menawarkan solusi B2B yang terintegrasi secara vertikal bagi ekosistem pangan di Asia Tenggara. Dalam empat tahun terakhir sejak berdiri, mereka mengaku mengantongi pertumbuhan hingga 30x lipat. Glife kini melayani 2.500 klien di industri HORECA dan 1000 petani di Asia Tenggara.

Dengan berkembangnya digitalisasi pada rantai pasokan makanan di kawasan ini, Glife berencana untuk meluncurkan marketplace bagi merchant dan supplier F&B di kuartal IV 2022. Caleb menyebutkan bahwa pihaknya membidik pertumbuhan pangsa besar di pasar Indonesia.

Adapun, marketplace untuk B2B ini akan mengagregat permintaan kebutuhan pasokan makanan dari restoran dan menyocokannya dengan ketersediaan supplier. Dengan demikian, pemilik restoran punya akses dan harga lebih baik terhadap berbagai variasi produk. Selain itu, pihaknya juga akan memperkuat infrastruktur teknologi sebagai fondasi dari solusi digital supply chain secara end-to-end yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan bagi ekosistem F&B.

Agrikultur dan pangan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi dan GDP di Asia Tenggara. Di Indonesia saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian menyumbang PDB sebesar Rp2,25 kuadraliun di sepanjang 2021 atau mewakili 13,28% dari total PDB nasional. Sektor ini mencakup pertanian, peternakan, kehutanan, hingga perikanan. 

Para pelaku startup agritech di tanah air berupaya untuk mengatasi sejumlah tantangan utama yang kerap dialami petani kecil, seperti gagal panen, tidak adanya modal usaha, atau keterbatasan akses untuk menjual hasil panennya. Mereka berupaya menawarkan solusi yang dapat membantu petani dari hulu ke hilir, seperti membantu mengolah, mendistribusikan hasil panen, hingga memfasilitasi pinjaman usaha. 

Rencana Platform B2B Commerce “Eezee” Ekspansi di Indonesia

B2B commerce untuk produk MRO (Maintenance, Repair & Operations) memiliki potensi untuk berkembang secara global. Di Asia sendiri pertumbuhannya bisa meningkat hingga $616 miliar. dilihat dari potensi pertumbuhan 12% setiap tahunnya. Melihat besarnya peluang tersebut memberikan inspirasi bagi platform B2B commerce asal Singapura “Eezee” untuk kemudian melakukan ekspansi di negara lainnya di Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia.

Rencana ekspansi ini dilancarkan oleh Eezee usai merampungkan penggalangan dana seri A senilai $7,5 juta atau setara 111,5 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin Ayala Corporate Technology Innovation Venture Fund (ACTIVE Fund). Sejumlah pemodal ventura juga terlibat, di antaranya Insignia Ventures, Wavemaker Partners, January Capital, HH Investments, Orange Venture Fund, serta beberapa angel investor.

Selain melakukan ekspansi, Eezee juga akan menggunakan dana segar ini untuk menambah jumlah tim, melakukan perluasan market share dan mengembangkan produk dan fitur baru untuk platform procurement B2B mereka.

“Rata-rata pelanggan kami melihat percepatan dalam proses pengadaan mereka sekitar 90%. Eezee menempatkan posisinya di pusat semua transaksi pengadaan, menciptakan win-win solution untuk semua pihak, termasuk pelanggan, pemasok, dan sistem ERP,” kata Founder dan CEO Eezee Logan Tan.

Sejak meluncur pada tahun 2018 lalu, perusahaan mencatat telah menjual lebih dari 130.000 item di lebih dari 600 kategori dari hampir 2.000 pemasok. Mengelola lebih dari 400 akun pelanggan perusahaan, termasuk perusahaan seperti ExxonMobil, Shell, Zuellig Pharma dan Resorts World Sentosa. Pada tahun 2021, perusahaan telah mencapai peningkatan Gross Merchandise Value (GMV) 5x lipat dari tahun sebelumnya.

Menurut President Kickstart Ventures Minette Navarrete, digitalisasi pengadaan
telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, karena penghematan biaya yang signifikan dan penyederhanaan proses yang sebelumnya manual dan tidak efisien. Digitalisasi tidak hanya menghasilkan efisiensi yang lebih besar, namun telah memungkinkan pembeli dan penjual untuk menganalisis data dan menghasilkan insight menarik untuk praktik pengadaan yang lebih kompetitif dan transaksi pembeli dan pemasok yang lebih baik.

Pertumbuhan B2B Procurement

Sejak awal Eezee dihadirkan untuk memudahkan proses pembelian pesanan, faktur, dan pesanan pengiriman di perusahaan. Secara khusus Platform pengadaan digital Eezee memungkinkan bisnis untuk mencari dan berbelanja secara online untuk beragam produk, mulai dari alat tulis kantor hingga peralatan keselamatan dan persediaan industri. Dengan merampingkan proses pengadaan, bisnis bisa menghemat uang dan waktu.

Eezee juga telah terintegrasi dengan sistem bisnis Enterprise Resource Planning
(ERP) seperti Oracle dan SAP. Tujuannya untuk memastikan proses pengadaan berjalan lancar dan sesuai dengan operasi bisnis. Selanjutnya, pemasok yang melakukan onboarding ke platform Eezee, bisa mendapatkan akses ke pelanggan baru.

Strategi bisnis yang kemudian akan menjadi fokus Eazee selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke negara seperti Malaysia, Filipina dan Indonesia. Mereka juga memiliki rencana untuk menambah jumlah tim hingga dua kali lipat.

“Saat ini kami adalah platform pengadaan nomor saty di Singapura dan bertujuan untuk memperluas layanan kami di negara-negara Asia Tenggara lainnya, dengan fokus khusus pada Indonesia, Malaysia dan Filipina selama setahun ke depan,” kata Logan.

Tercatat dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah startup di Indonesia mulai melirik e-procurement sebagai vertikal bisnis yang menjanjikan. Layanan e-procurement dinilai layak dijajal karena model bisnis B2B mudah terukur.

Untuk memudahkan penetrasinya di pasar, startup ini menggabungkan konsep veteran di industri digital, yakni e-commerce/marketplace dengan layanan B2B. Secara global, layanan semacam ini telah mengantongi kesuksesan dari pemain besar, seperti Amazon Business dan Alibaba Business. Sejumlah startup Indonesia yang masuk ke bisnis marketplace B2B antara lain Mbiz, Bizzy, Bhinneka, Ralali, Bukalapak, dan ProcurA.

Sementara itu, Bhinneka dan Bukalapak sejak awal merupakan marketplace B2C dan C2C yang mulai mengembangkan vertikal baru ke B2B. Berbeda dengan yang lainnya, ProcurA tidak memiliki marketplace dan fokus ke pengembangan solusi e-procurement untuk perusahaan.

Bisnis marketplace B2B dianggap menjadi konsep yang tepat untuk menuntaskan beragam masalah usang yang terjadi pada korporasi, yakni rendahnya efisiensi dan transparansi.

Kopi Kenangan Siap Ekspansi ke Malaysia pada Q4 2022

Usai mencapai tonggak unicorn, Kopi Kenangan akan menambah milestone baru pada tahun ini. Startup coffee chain tersebut siap ekspansi ke Asia Tenggara dengan membuka gerai pertamanya di Malaysia.

Malaysia is the first country untuk ekspansi di Asia Tenggara. Sebetulnya, rencana ekspansi sudah disiapkan sejak 2020, tetapi saat itu kami postpone dikarenakan pandemi Covid-19,” ungkap Co-Founder & CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata saat berbincang dengan media di Nexticorn International Summit 2022.

Edward enggan mengelaborasi lebih lanjut terkait kesiapan ekspansi ini. Namun, ia bilang ekspansi tersebut akan dibarengi dengan peluncuran produk atau brand baru, tergantung negara yang akan dituju. “Kata ‘kopi’ itu cuma dipahami di Indonesia dan Malaysia, sedangkan di negara lain tidak. Branding [baru] Kopi Kenangan akan di-announce nanti,” tambahnya.

Di masa awal berdiri, Kopi Kenangan masih memanfaakan konsep zero marketing. Mengingat saat ini awareness konsumen terhadap brand Kopi Kenangan sudah terbangun, pihaknya akan menyiapkan budget, baik untuk peluncuran produk atau pasar di luar negeri.

Menurutnya, ekspansi ini menjadi strategi Kopi kenangan untuk memperkenalkan sekaligus men-define kembali konsep kopi Indonesia di pasar internasional. Ia ingin kopi Indonesia dapat dinikmati bukan sebagai komoditas, melainkan sebagai sebuah brand.

Tahun ini, Kopi Kenangan juga masuk ke sektor FMCG dengan produk pertamanya Kopi Kenangan Hanya Untukmu. Adapun, Kopi Kenangan telah menjual sebanyak 40 juta cangkir di sepanjang 2021. Kini, perusahaan memiliki 672 outlet yang tersebar di 45 kota di Indonesia.

Menurut catatan DailySocial.id, Kopi Kenangan telah mengumpulkan dana dari investor sekitar $240 juta per akhir 2021. Ini sudah termasuk dengan pendanaan terakhir senilai $96 juta atau setara Rp1,3 triliun yang diperoleh tahun lalu.

Menanggapi gejolak ekonomi, termasuk inflasi di Indonesia, Edward mengaku bahwa perusahaan telah memprediksi situasi tersebut. Memang, situasi ini berdampak terhadap kenaikan harga beberapa bahan baku. Namun, situasi tersebut mendorongnya untuk melakukan integrasi dari sisi upstream.

Gross margin kami sudah improve sekitar 7% year-to-date, this year alone. Tentunya karena kami naikin harga, tetapi kami juga banyak melakukan upstream integration,” tambahnya.

Berdasarkan laporan Statista, pendapatan dari bisnis kopi (roast coffee) tahun ini diproyeksikan sebesar $10,6 miliar di 2022 dengan estimasi pertumbuhan CAGR 9,27% pada 2022-2025. Adapun, pendapatan dari bisnis kopi tahun lalu diperkirakan sebesar $9,5 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Aino Indonesia Bahas Potensi Produk MaaS, IPO, dan Ekspansi Regional

Setelah di spin-off dari Gamatechno menjadi entitas sendiri, Aino (PT Aino Indonesia) mengklaim terus mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Fokusnya sebagai perusahaan yang mengembangkan Mobility as a Service (MaaS). Salah satu proyek strategis di sektor transportasi yang tengah dijalankan adalah melalui kerja sama dengan PT JakLingko Indonesia (JakLingko).

Dalam konsorsium tersebut [JakLingko], yang juga didukung Grab dan PT Jatelindo Perkasa Abadi Indonesia, akan menyatukan kekuatan perusahaan teknologi, perusahaan swasta, dan pemerintah dalam mewujudkan sistem transportasi pintar. Tujuannya untuk meningkatkan kecepatan, kemudahan, keamanan, dan keandalan transportasi umum.

“Dalam waktu 8 tahun ke depan kami akan fokus mengembangkan teknologi untuk memperkuat ekosistem menghadirkan teknologi dan layanan yang relevan untuk membangun platform JakLingko,” kata Direktur Utama PT Aino Indonesia Hastono Bayu Trisnanto.

Ke depannya diharapkan akan tercipta sebuah platform terpusat yang menyasar sektor transportasi. Sehingga semua layanan dan produk bisa terintegrasi untuk mendukung dan memperkuat ekosistem transportasi di Indonesia. Untuk tahap awal, proyek ini akan fokus kepada wilayah Jabodetabek dulu.

“Kita menyediakan teknologi yang membantu masyarakat dan pemerintah memberikan pelayanan yang optimal dengan MaaS. Dengan demikian nantinya melalui data insight bisa diketahui pergerakan perjalanan masyarakat umum, untuk bisa menentukan tarif yang sesuai bagi masing-masing pengguna,” kata Bayu.

Untuk memperkuat ekosistem yang ada, Aino juga membuka kesempatan untuk melakukan kolaborasi dengan perusahaan terkait hingga startup. Harapannya nanti dalam satu platform bisa dinikmati berbagai macam layanan dan fasilitas, terintegrasi dengan multi moda transportasi yang ada, termasuk di antaranya termasuk MRTJ, TransJakarta, LRT (Jakpro), KCI, dan Railink.

Inovasi bisnis Aino Indonesia

Salah satu produk andalan Aino berbentuk platform payment gateway. Namun mereka memiliki fokus spesifik ke sektor transportasi saja. Hal tersebut yang membedakan mereka dengan platform lainnya seperti Doku, Midtrans, hingga Xendit yang fokusnya kebanyakan ke layanan e-commerce dan ritel.

Menurut Bayu perbedaan fokus bisnis tersebut yang mampu menciptakan pertumbuhan positif di Aino Indonesia.

Selain itu, Aino Indonesia juga telah memiliki sejumlah lini produk, di antaranya adalah Airis E-ticketing System, Aino Loyalty, Mobile Point of Sales, dan Touchless Parking System.

Ada pula beberapa produk aplikasi yang kemudian dikembangkan. Salah satunya adalah platform “PesenYuk!” yang fokus kepada pemesanan dan pembelian makan dan minuman. Awalnya produk ini diaplikasikan di tempat wisata agar para pengunjung tidak perlu antre saat ingin membeli makan dan minuman. Ke depannya, platform ini juga bisa digunakan oleh pengguna transportasi umum.

Teknologi lainnya yang juga sudah dikembangkan adalah Touchless Parking System. Masih fokus kepada beberapa lokasi khusus seperti bandara dan Stadion Utama Gelora Bung Karno, dengan konsep Tap in Tap Go, memudahkan pengunjung untuk melakukan pembayaran secara otomatis.

Bersama mitra strategis yaitu Pemprov DKI, juga telah dikembangkan teknologi ini di beberapa titik lokasi di mana Park & Ride berada. Park & Ride merupakan sistem penyediaan lahan parkir di lokasi strategis sehingga pengendara bisa memarkirkan kendaraan dan melanjutkan perjalanan dengan transportasi umum.

Rencana ekspansi ke Vietnam dan IPO

Direksi Aino Indonesia (Syafri Yuzal – COO, Hastono Bayu – CEO)

Dilihat dari potensi yang ada, Aino memiliki rencana untuk ekspansi secara regional, dimulai dari Vietnam. Mengincar industri transportasi di sana, integrasi multi-moda dinilai ideal untuk mereka garap. Untuk melancarkan rencana mereka melakukan ekspansi ke Vietnam dan mengembangkan layanan yang serupa dengan yang mereka lakukan di tanah air, Aino juga berencana untuk melakukan IPO tahun 2023 mendatang.

“Ada strategic alignment yang masih on-going hingga saat ini yang sedang kita susun, agar target ekspansi bisa berjalan selaras. Termasuk di antaranya kolaboratif ekosistem, kita sedang mencari beberapa angle agar bisa menjaga jaringan dan layanan Aino Indonesia,” kata Bayu.

Pada bulan April 2019 lalu Aino telah menyelesaikan pendanaan venture round dari perusahaan asal Jepang bernama TIS. Nilai pendanaan yang didapat mencapai $4 juta (setara dengan 57 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk pengembangan produk dan ekspansi bisnis.

Sementara itu baru-baru ini perusahaan juga telah merampungkan penggalangan dana tahapan Pra-Seri B. Investor yang terlibat dalam putaran pendanaan tersebut di antaranya adalah dari investor sebelumnya yaitu TIS bersama dengan Nippon Koei. Sebelumnya Aino Indonesia juga telah didukung oleh NTT Data dan Indogen Capital.

Fokus dan Rencana Bisnis Asana di Indonesia

Perangkat lunak manajemen pekerjaan saat ini diadopsi di berbagai segmen bisnis, mulai dari level startup sampai dengan korporasi. Alasannya untuk membuat pengerjaan tugas menjadi lebih efektif dan efisien. Hal tersebut menjadi berkah tersendiri untuk platform seperti Asana — sebuah layanan berbasis SaaS untuk pengelolaan tim, proyek, dan penugasan.

Meskipun harus bersaing dengan tools yang dihadirkan secara mainstream oleh raksasa teknologi seperti Microsoft, Google, dan lainnya, namun potensi platform manajemen pekerjaan yang bisa melakukan koordinasi proyek di masing-masing tim secara tepat dan efisien mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Asana diluncurkan oleh Dustin Moskovitz bersama dengan mantan pendiri Facebook Justin Rosenstein pada tahun 2008. Perusahaan juga telah berhasil melakukan IPO bulan Agustus tahun 2020 lalu di New York Stock Exchange (NYSE). Saat tulisan ini terbit, kapitalisasi pasar Asana telah tembus $5,26 miliar.

Terkait pendanaan ekuitas, Asana telah merampungkan 5 putaran penggalangan dana; ditambah dana segar dari angel investor, yang secara keseluruhan jumlahnya lebih dari $200 juta.

Untuk memperluas bisnis mereka di Indonesia, Asana kini sudah meluncurkan versi bahasa Indonesia ke dalam platform dan juga menempatkan Felicia Gunawan sebagai Enterprise Account Executive.

Kepada DailySocial.id, Head of Southeast Asia Andrew Baisley mengungkapkan rencana Asana untuk menjangkau lebih banyak target pengguna di Indonesia.

Mendukung kinerja pegawai

Asana bukanlah platform pertama yang ingin memudahkan pegawai di perusahaan untuk melakukan koordinasi pekerjaan secara tepat. Platform seperti Slack hingga Trello juga saat ini sudah mulai banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia.

Namun demikian menurut Andrew, Asana tidak melihat mereka adalah kompetitor, namun menggantikan cara-cara lama dari perusahaan yang masih menggunakan email, spreadsheet, dan lainnya untuk melakukan pengelolaan proyek.

Selain menghadirkan layanan kepada startup dan perusahaan teknologi, saat ini Asana juga mulai mengincar korporasi yang masih menjalankan bisnis secara konvensional. Salah satu cara untuk kemudian menarik perhatian mereka adalah menghadirkan pilihan bahasa Indonesia.

“Pilihan bahasa Indonesia sudah berjalan selama 6 bulan terakhir. Secara umum kami sudah menghadirkan 14 pilihan bahasa dari berbagai negara termasuk Indonesia. Alasan kami berinvestasi kepada pilihan bahasa Indonesia adalah, untuk memastikan pelanggan di pasar termasuk Indonesia memiliki pengalaman terbaik saat menggunakan Asana,” kata Andrew.

Pendekatan kearifan lokal ingin dilancarkan Asana untuk Indonesia. Meskipun belum memiliki kantor perwakilan di Indonesia dan masih berbasis di Singapura, saat ini mereka telah memiliki berbagai perusahaan teknologi, startup hingga korporasi yang telah menjadi klien. Dua di antara perusahaan adalah Traveloka dan Mid Plaza.

“Alasan kami untuk menempatkan Felicia menjadi Head of Indonesia adalah, kami melihat traksi di pasar dan kemudian menjadi peluang bagi kami untuk menyediakan layanan kepada high growth company, tech company hingga perusahaan tradisional seperti Mid Plaza yang juga merupakan klien kami. Kami cukup antusias dengan respons positif di pasar Indonesia,” imbuh Andrew.

Perluas edukasi dan komunitas

Saat ini Asana telah memiliki sekitar jutaan perusahaan yang telah menggunakan Asana dan sekitar 126 ribu pelanggan berbayar. Strategi monetisasi yang dilancarkan oleh Asana yaitu dengan model berlangganan, menyediakan pilihan Basic, Premium, Business, dan Enterprise.

“Kita memisahkan dua target pasar, yaitu self service motion mereka yang melakukan semua sendiri, dan kebanyakan dilakukan oleh startup. Kami juga menyediakan layanan khusus menyasar perusahaan besar contohnya seperti Traveloka,” kata Andrew.

Disinggung fitur apa yang paling banyak digunakan oleh pelanggan Asana, Andrew menegaskan ada kebiasaan yang berbeda dari masing-masing pengguna. Untuk seorang eksekutif misalnya, lebih memilih untuk menggunakan fitur Goals untuk memonitor kemajuan kinerja mereka. Sementara untuk pengguna secara individu sebagian besar lebih banyak menggunakan fitur Task untuk mengkoordinasi pekerjaan mereka.

Untuk menjangkau lebih banyak target pengguna, Asana juga melancarkan kegiatan edukasi dengan merilis berbagai konten menarik dalam platform. Bukan hanya yang menyentuh koordinasi proyek dan pekerjaan saja, namun persoalan bagi para pekerja seperti burn out dan lainnya. Selain itu Asana juga memperluas komunitas dan kemitraan dan menempatkan perwakilan yang bisa memberikan informasi yang relevan tentang Asana kepada pihak terkait.

Tren bekerja pasca pandemi

Meskipun pertumbuhan pengguna platform work management terus mengalami pertumbuhan selama pandemi, namun saat pandemi ada beberapa kebiasaan baru yang secara langsung mengubah gaya bekerja para pegawai di perusahaan. Berdasarkan laporan “Asana Anatomy of Work Index 2022: Global Report” terungkap, selama dua tahun terakhir hubungan pekerja kantoran dengan pekerjaan secara remote telah bergeser.

Ketika perusahaan dan pegawai bereaksi terhadap pandemi, mereka juga telah beradaptasi dengan hybrid work, yang merupakan kombinasi bekerja di rumah, di kantor, dan bepergian. Pegawai membagi waktu mereka antara kantor dan rumah, tapi ada keinginan dari mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Kesimpulan yang kemudian di rangkum dalam laporan tersebut adalah pekerjaan secara remote akan menjadi konsep yang diterapkan banyak perusahaan ke depannya.

Satu hal menarik yang kemudian juga dibahas dari laporan tersebut adalah gangguan dari notifikasi saat bekerja. Pemberitahuan konstan atau notifikasi adalah gangguan utama, mempersulit pekerjaan dan mengaburkan proses. Lebih dari separuh pegawai merasa mereka harus merespons notifikasi segera dan lebih dari sepertiga kewalahan oleh ping atau notifikasi terus-menerus.

48% berpikir rapat yang lebih efisien dapat membatasi pemberitahuan, sementara 45% berpikir tanggung jawab yang lebih jelas akan lebih baik. Ketika setiap tugas memiliki kejelasan siapa, apa, dan kapan, pekerjaan akan selesai lebih cepat. Generasi muda merupakan kalangan paling banyak yang mengeluhkan soal notifikasi saat bekerja.

Fakta menarik yang juga terungkap dalam laporan tersebut adalah, lebih dari separuh pegawai melakukan banyak tugas saat sedang rapat, hanya 43% yang berkontribusi sepenuhnya pada rapat virtual.

Application Information Will Show Up Here

Zoomcar Alokasikan Dana 366 Miliar Rupiah untuk Kembangkan Bisnis “Car Sharing” di Indonesia

Zoomcar, platform car-sharing marketplace asal India, mengumumkan kemitraan dengan OTO, startup end-to-end solusi otomotif, dalam rangka akuisisi pengguna (host) OTO. Para host nantinya dapat memanfaatkan tambahan pendapatan dengan mendaftarkan kendaraan roda empatnya di platform Zoomcar.

Zoomcar sendiri resmi masuk ke Indonesia pada Maret 2022, setelah memimpin pasar sewa mobil di India pada 2013. Di sini, Zoomcar menunjuk Tessa Karina sebagai Marketing Head yang bertanggung jawab untuk mengembangkan bisnis.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan (12/8), pengguna OTO bisa mendapatkan tambahan pendapatan hingga Rp10 juta per bulan jika mendaftarkan kendaraannya di Zoomcar. Para pengguna yang memenuhi persyaratan (guest) dapat memesan mobil-mobil tersebut untuk kepentingannya.

Untuk menjadi host di Zoomcar, pengguna cukup mendaftarkan diri untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan mobil selama proses onboarding. Pemeriksaan ini bersifat komplimen dan tidak dipungut biaya. Setelah itu, mobil dipasangi dengan alat monitor untuk menjamin keselamatan dan keamanan mobil dengan memantau perilaku pengemudi saat mengemudikan kendaraannya.

Setelah proses pemasangan alat monitor selesai, mobil sudah terdaftar di dalam platform dan host bisa mendapat tambahan pendapatan segera setelah mobilnya sukses di-booking. Zoomcar akan mengkreditkan pendapatannya ke rekening bank host.

Melalui model bisnis ini, Zoomcar berusaha mengubah kapasitas kendaraan menganggur dengan menyewakan mobil pribadi agar bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Selain menyediakan income tambahan, Zoomcar juga dapat dijadikan sebagai alternatif mengurangi kemacetan jalan dan polusi di daerah perkotaan.

Marketing Head Zoomcar Indonesia Tessa Karina menyampaikan, kemitraan strategis ini tidak hanya akan menguntungkan Zoomcar dan OTO, tapi pada saat bersamaan juga akan memberikan kemudahan akses bagi host-host Zoomcar di masa yang akan datang.

“Saya merasa yakin bahwa kemitraan dengan salah satu dealer mobil terbesar di Indonesia ini akan semakin menopang bisnis kami dan juga menguntungkan pelanggan kami,” kata dia.

President Director & Group CEO OTO Gaurav Gupta menambahkan, kemitraan kedua perusahaan ini adalah bentuk konkret dalam memberikan solusi untuk pengguna kendaraan yang ingin mendapatkan pendapatan secara langsung. Di samping itu, apa yang ditawarkan OTO selama ini juga sejalan dengan program yang diberikan Zoomcar karena memudahkan penyewa kendaraan di Indonesia.

“Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan warna baru pada industri otomotif Tanah Air, serta kesempatan bisnis baru bagi masyarakat khususnya pengguna mobil.”

Alokasikan dana 366 miliar Rupiah

Komitmen Zoomcar untuk mengembangkan pasar di Indonesia terbukti cukup serius. Perusahaan menyiapkan dana sebesar $25 juta (sebesar 366 miliar Rupiah) siap dikucurkan untuk ekspansi bisnis. Sebelumnya, perusahaan meraih pendanaan melalui private placement senilai $92 juta yang dipimpin oleh SternAegis Ventures dan partisipasi dari pengelola dana dan investor institusional terkemuka di dunia.

Dana segar tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis Zoomcar di India, beberapa pasar di Asia, serta kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Juga, memperkuat teknologi IoT, machine learning, visi komputer, dan Zoomcar Mobility Services, solusi mobilitas untuk bisnis berbasis SaaS, yang ditujukan pada produsen suku cadang orisinal dan perusahaan perusahaan. Keseluruhan investasi tersebut didorong demi meningkatkan pengalaman pengguna.

Disebutkan saat ini perusahaan memiliki lebih dari 20 ribu mobil terdaftar di seluruh negara operasionalnya. Zoomcar dengan solusi baru yang sedikit berbeda dapat memberikan angin segar untuk para pemilik mobil. Mereka bersaing dengan Share Car (ASSA), Movic & TRAC (Grup Astra), yang merupakan petahana di industri otomotif, juga level startup seperti Trevo. Nama-nama tersebut belum menghitung Grab yang kini sediakan solusi rental mobil di dalam aplikasinya.

Di Indonesia sendiri, bisnis car marketplace berkembang dengan baik dengan model bisnis C2B2C. Beberapa platform yang telah melayani pasar ini di antaranya Carsome, Carro, Moladin, OLX Autos, OTO, sampai dengan yang paling baru ada Broom. Selain memberikan platform, mereka juga bertindak untuk membeli dan menjual mobil bekas langsung dari/ke pelanggan.

Di industri jual-beli kendaraan bekas memang masih ada sejumlah tantangan klasik yang dihadapi pelakunya. Mulai dari fragmentasi pasar, transparansi harga, inventarisasi produk, sistem inspeksi, sampai dengan kemudahan dalam pembiayaan. Setiap bermain berlomba-lomba untuk menyajikan solusi terbaik dalam menyelesaikan isu tersebut.

OTO sejauh ini memiliki solusi otomotif menyeluruh, tak hanya listing jual-beli mobil dan motor, juga sediakan inspeksi kendaraan, portal informasi, dan solusi keuangan. OTO tak hanya beroperasi di Indonesia saja, tapi sudah di 26 negara lainnya. Perusahaan ini merupakan entitas dari Girnar Software Pvt Ltd yang membawahi Cardekho, Zigwheels dan Gaadi, portal otomotif terbesar di India.

OTO juga telah meluncurkan app Android dan iOS di bawah satu app bersama untuk 27 negara, yaitu aplikasi “Oto”, menawarkan pengalaman baru dalam pencarian kendaraan roda empat dan roda dua lewat aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Doku Debut Ekspansi Regional Pertamanya Lewat Akuisisi senangPay

Bertujuan untuk menghadirkan sinergi antara pasar Malaysia dan Indonesia, DOKU penyedia solusi pembayaran berbasis teknologi, melakukan akuisisi kepada platform payment gateway asal Malaysia bernama senangPay.

Kepada DailySocial.id, COO DOKU Nabilah Alsagoff menegaskan, Malaysia menjadi negara pertama di Asia Tenggara untuk ekspansi. Selain adanya kesamaan pasar dan kultur, Malaysia juga menjadi pasar yang ideal bagi DOKU untuk melebarkan bisnis mereka di luar Indonesia.

“Kami melihat pasar Malaysia dalam hal kebiasaan pembayaran dan lainnya tidak berbeda dengan Indonesia namun tidak serumit pasar di Indonesia. Mereka lebih terbiasa dengan pembayaran dompet digital dan kartu kredit. Sementara di Indonesia hingga saat ini pembayaran melalui bank transfer masih lebih banyak digunakan,” kata Nabilah.

Ditambahkan olehnya, banyaknya pekerja migran dan pelajar  di Malaysia dari Indonesia turut menjadi alasan mengapa akuisisi ini dilakukan. Aksi korporasi ini dilakukan DOKU setelah menerima pendanaan dari Apis Growth Fund II tahun 2021 lalu.

Melalui akuisisi DOKU, senangPay berencana untuk memperkuat dan memperluas layanan di luar payment gateway online, mengadopsi layanan baru seperti e-wallet, remittance, dan pembayaran offline seperti Tap On Glass, M2M (mobile to mobile), dan lainnya.

Dengan penawaran baru ini, senangPay memungkinkan para merchant untuk melakukan transisi dari model toko fisik ke versi digital, sejalan dengan inisiatif “Malaysia Digital” yang dibentuk pemerintah setempat.

“Ketika kami mendirikan senangPay, kami berniat untuk membuat payment gateway alternatif untuk usaha kecil menengah terutama bagi pemilik bisnis yang tidak memiliki keterampilan teknis dan tidak terbiasa dengan digital tools.,” jelas CEO senangPay Mansor Abd Rahman.

Didirikan tahun 2015 lalu senangPay membantu para pebisnis Malaysia agar dapat menerima pembayaran dari pelanggan dengan mudah melalui berbagai metode, termasuk di antaranya melalui metode pembayaran kartu kredit, kartu debit, dan internet banking.

Menjalin kolaborasi dengan regulator

Salah satu kunci sukses DOKU menjalankan bisnis selama 14 tahun terakhir adalah pemahaman yang sangat mendalam tentang aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh regulator.

Sebagai perusahaan teknologi yang menyasar kepada solusi pembayaran secara digital, yang perlu diketahui adalah, sangat ketat aturan yang diberlakukan oleh pemerintah dan regulator untuk semua platform yang ada. Hal tersebut yang kemudian menjadikan mereka pemain yang mampu bertahan dan bersaing dengan pemain lainnya.

Berdiri sejak tahun 2007, DOKU menyediakan rangkaian produk pembayaran terluas, baik dari segi online maupun offline; dan memiliki pilihan pembayaran elektronik yang paling beragam, melayani lebih dari 150.000 merchant dari lintas industri. DOKU juga telah memiliki lima lisensi dari Bank Indonesia, yang memungkinkan mereka untuk memberikan layanan beragam, seperti payment gateway, transfer dana domestik, remitansi, PPOB, uang elektronik, dompet elektronik, serta QRIS.

Application Information Will Show Up Here

Platform Kripto “Fasset” Gaet Mastercard untuk Ekspansi ke Indonesia

Platform kripto asal Timur Tengah “Fasset” mengumumkan kerja sama dengan Mastercard untuk masuk memperluas layanannya di Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas inklusi keuangan di negara ini dan memperluas peluang ekonomi lokalnya.

Saat ini ada lebih dari 92 juta orang Indonesia yang tidak memiliki rekening bank dan celah ini akan dijembatani oleh kedua perusahaan untuk menghadirkan akses layanan keuangan digital yang lebih baik. Kemitraan antara kedua perusahaan ini berambisi ingin menurunkan hambatan keuangan digital dan mendorong peluang yang lebih besar untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan layanan keuangan yang sedang berkembang.

“Kepemilikan aset adalah cara terkuat untuk memperkuat mata pencaharian dan ekonomi yang sehat. Koridor remitansi berbasis aset digital dapat melepaskan gelombang baru kemakmuran sosial ekonomi melalui penawaran produk unik yang sedang kami bangun,” kata Country Director Fasset Indonesia Hendra Suryakusuma dalam pernyataan resmi seperti dikutip dari Cointelegraph.

Ia juga percaya bahwa adopsi kripto di negara-negara seperti Indonesia akan berdampak signifikan pada ekosistem kripto yang lebih luas. Hal itu akan menjadi acuan bagi negara lain untuk mengejar kemajuan dan mengubah laju pertumbuhan ekonomi. “Implikasinya pada industri adalah legitimasi aset kripto yang lebih besar, kasus penggunaannya, dan area aplikasinya,” jelasnya lebih lanjut.

Fasset memungkinkan pengguna untuk membeli, menjual, mengirim, dan menyimpan aset dan token digital. Startup ini berhasil mengumpulkan pendanaan Seri A sebesar $22 juta yang dipimpin oleh Liberty City Ventures dan Fatima Gobi Ventures pada bulan April tahun ini. Sejak itu, Fasset berambisi untuk memperluas penawarannya ke Indonesia dan Pakistan.

Indonesia saat ini memimpin dalam kepemilikan mata uang kripto di seluruh dunia dalam hal persentase adopsi. Menurut laporan Global State of Crypto Gemini 2022, sebanyak 41% peserta yang disurvei di Indonesia memiliki aset digital. Negara kepulauan ini juga memimpin dalam adopsi kripto di kalangan wanita, yang merupakan lebih dari setengah investor kripto di negara tersebut.

“Dengan semakin banyaknya orang yang mengandalkan aset dan teknologi digital untuk menjadi tangguh, ada kebutuhan bagi pemain kunci di sektor publik dan swasta untuk bersama-sama menciptakan solusi yang dapat mengarah pada peluang dan solusi baru untuk inklusi keuangan yang lebih luas,” tambah Country Manager Mastercard Indonesia Navin Jain.

Mastercard telah secara aktif memperluas layanannya di ruang kripto. Selain Web3, baru-baru ini mengumumkan peluncuran The Belle Block, sebuah kelompok komunitas yang berfokus pada pemberdayaan wanita dan individu non-biner untuk menggunakan teknologi Web3 dan mata uang kripto. Juga, bermitra dengan berbagai pasar NFT untuk memungkinkan pemegang kartu membeli NFT secara langsung dengan mata uang fiat, menghilangkan kebutuhan untuk membeli mata uang kripto sebelum melakukan pembelian NFT.

Pedagang fisik aset kripto berlisensi

Di Indonesia sendiri, animo meningkatnya jumlah investor kripto mendorong bermunculannya perusahaan baru. Menurut data Bappebti, ada 24 perusahaan yang sudah mengantongi lisensi dari Bappebti. Mereka adalah:

1 PT Tumbuh Bersama Nano Nanovest
2 PT Kagum Teknologi Indonesia Ajaib
3 PT Aset Digital Berkat Tokocrypto
4 PT Aset Digital Indonesia Incrypto
5 PT Bumi Santosa Cemerlang Pluang
6 PT Cipta Koin Digital Koinku.id
7 PT Coinbit Digital Indonesia Coinbit.id
8 PT Galad Koin Indonesia Galad.id
9 PT Gudang Kripto Indonesia GudangKripto.id
10 PT Indodax Nasional Indonesia Indodax
11 PT Indonesia Digital Exchange Digital Exchange
12 PT Kripto Maksima Koin Kripto Maksima
13 PT Luno Indonesia LTD Luno
14 PT Mitra Kripto Sukses Kripto Sukses
15 PT Pantheras Teknologi Internasional Pantheras
16 PT Pedagang Aset Kripto Pedagang Aset Kripto
17 PT Pintu Kemana Saja Pintu
18 PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku
19 PT Tiga Inti Utama Triv
20 PT Triniti Investama Berkat Bitocto
21 PT Upbit Exchange Indonesia Upbit
22 PT Utama Aset Digital Indonesia Bittime
23 PT Ventura Koin Nusantara Vonix
24 PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex

Modalku Lanjutkan Ekspansi Regional ke Vietnam

Grup Modalku meresmikan ekspansi bisnisnya di Vietnam. Langkah ini menandai ekspansi kelima Grup Modalku di Asia Tenggara setelah Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand, untuk mengakomodasi pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan akses permodalan.

Adapun, Grup Modalku sudah beroperasi di Vietnam sejak Desember 2021. Hingga saat ini, perusahaan telah mencairkan pinjaman lebih dari $20 juta, dan jumlahnya akan ditingkatkan menjadi $90 juta pada tahun ini.

Dengan ekspansi ini, Grup Modalku akan melayani UMKM di berbagai sektor, seperti pendidikan, ritel, teknologi, dan FMCG, dengan menawarkan produk pembiayaan perdagangan, pembiayaan inventaris, pembiayaan piutang dan utang di Ho Chi Minh, Hanoi, dan sekitarnya.

“Ini menjadi momentum yang tepat untuk membangun tim yang solid dan mengamankan pendanaan mengingat situasi pandemi mulai menurun di global. Kami yakin Vietnam akan menjadi salah satu pasar terbesar kami dengan melihat potensinya,” ucap Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya dalam keterangan resminya.

Sejak pandemi Covid-19, akses terhadap permodalan menghambat pertumbuhan UMKM di Vietnam. Berdasarkan data Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam, UMKM mengambil porsi sebanyak 98% dari total bisnis di 2020. Namun, hanya 54% UMKM terdaftar yang aktif beroperasi di 2019. Padahal, UMKM telah memberikan lapangan pekerjaan terhadap 5,6 juta orang dan menyumbang lebih dari $241 miliar atau 40% dari PDB di Vietnam.

Menurut Country Director Funding Societies Vietnam Ryan Galloway, UMKM di Vietnam tidak punya akses ke badan usaha permodalan yang setara layaknya di kawasan Asia Tenggara lain. Kendati begitu, pelaku usaha di Vietnam memiliki daya saing kuat dengan sumber daya terbatas.

“Kami bersemangat untuk mendukung sektor UMKM yang sedang berkembang di sini sehingga kami dapat melayani kebutuhan jutaan UMKM di seluruh Asia Tenggara,” tambah Galloway.

Adaptasi pasar

Mengawali 2022, raksasa teknologi Vietnam, VNG Corporation menyuntik $22,5 juta di Grup Modalku sebagai bagian dari pendanaan seri C+ sebesar $144 juta dan fasilitas dana pinjaman $150 juta. Selain VNG, putaran pendanaan ini turut melibatkan investor lain, termasuk SoftBank Vision Fund 2, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan K3 Ventures.

Menurut Reynold, keterlibatan investasi VNG akan memampukan Grup Modalku untuk beradaptasi di pasar lokal sehingga dapat menciptakan solusi sesuai kebutuhan bisnis di Vietnam.

Lebih lanjut, menyusul kesuksesan Grup Modalku di negara lain, Galloway menyebut akan mempersingkat waktu penyelesaian proses pinjaman dengan melakukan otomatisasi pada proses operasional dan penilaian (underwriting) bagi para pelaku UMKM di Vietnam.

Selain itu, Grup Modalku juga berencana menghadirkan pendanaan digital secara nasional dengan mata uang lokal di pertengahan tahun ini. Grup Modalku juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai platform teknologi dan perbankan demi mendukung misi jangka menengah dan panjang menjadi neobank.

Sebagai informasi, baru-baru ini Grup Modalku bersama platform jual-beli otomotif Carro mengumumkan investasi saham bersama (co-investment) di PT Bank Index Selindo (Bank Index). Tidak disebutkan nilai investasi bersama ini.

Grup Modalku, atau dikenal sebagai Funding Societies, mengklaim sebagai satu-satunya platform pendanaan UMKM berbasis digital yang punya lisensi dan terdaftar di lima negara di Asia Tenggara. Di tahun ketujuh beroperasi, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp33,27 triliun ke lebih 5 juta pinjaman.

Modalku berupaya untuk mengatasi kesenjangan keuangan bagi pelaku UMKM di Asia Tenggara. Produk yang ditawarkan antara lain fasilitas pinjaman berjangka hingga berbagai opsi pembiayaan berbasis perdagangan, seperti invoice financing.

Application Information Will Show Up Here